Upload
voanh
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
114
BAB III.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R&D) atau
penelitian pengembangan. Menurut Borg & Gall penelitian pengembangan
adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Pengembangan yang
dilakukan adalah pengembangan model pembelajaran kebugaran jasmani
Model yang menjadi acuan adalah model penelitian Borg and Gall.
Borg and Gall (2003) dalam Deanna (2012:02), was developed using the
research and development (R & D) methodology by Gall, Borg, and Gall
(2003) and Dick and Carey (2009). The seven steps in the R & D cycle
included: (1) research analysis, needs assessment, and proof of concept;
(2) product planning and design; (3) preliminary product development;
(4) preliminary field testing; (5) product revision; (6) main field testing;
and (7) the final product revision .
Penjelasan dari tiap-tiap langkah pengembangan Borg and Gall, adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan penelitian pendahuluan (research analysis, needs
assessment, and proof of concept ), pengumpulan data awal
115
termasuk literatur, observasi kelas, identifikasi permasalahan, dan
merangkum permasalahan
2) Melakukan perencanaan (product planning and design), hal penting
dalam perencanaan adalah pernyataan tujuan yang harus dicapai
produk yang akan dikembangkan
3) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal (preliminary product
development ), meliputi: penyiapan materi pembelajaran,
penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4) Melakukan uji coba tahap awal (preliminary field testing), yaitu
evaluasi pakar bidang desain pembelajaran, teknologi informasi,
dan multimedia.
5) Melakukan revisi terhadap produk utama (product revision),
berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal
6) Melakukan uji coba lapangan (main field testing), digunakan untuk
mendapatkan evaluasi atas produk. Angket dibuat untuk
mendapatkan umpan balik dari siswa yang menjadi sampel
penelitian.
7) Produk akhir setelah revisi (the final product revision), dan
melakukan revisi sesuai masukan dan saran-saran hasil uji lapangan
dan praktisi pendidikan.
Untuk keperluan penelitian tesis ataupun disertasi merupakan penelitian
skala kecil dapat menghentikan penelitian pada langkah ke tujuh (7),
116
karena untuk langkah ke delapan, Sembilan dan sepuluh membutuhkan
biaya yang mahal dan cakupan yang sangat luas dalam waktu yang lama.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri /Swasta di Kabupaten
Pesawaran.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2013/2014 bulan
Januari s.d Juni 2014.
3.3 Subjek Penelitian
Menurut Sugiono (2012:117), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi yang diambil dalam penelitian ini ini adalah siswa kelas
VII dari SMPN dan Swasta dikabupaten pesawaran yang telah menjalankan
kurikulum 2013.
Sesuai dengan tahapan penelitian, maka akan dilaksanakan beberapa tahapan
proses pengambilan data. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba satu lawan
satu, uji coba kelompok kecil, dan Uji coba lapangan . Untuk uji coba tahap I
dilakukan di SMPN 4 Gedongtataan, untuk subjek uji coba masing – masing
kelas ditetapkan dengan teknik cluster purposive sampling, mewakili 3
kelompok siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.
117
Untuk subjeck uji coba satu lawan satu terdiri dari 3 orang siswa SMPN 4
Gedongtataan yang berkemampuan baik, sedang dan kurang dilihat dari nilai
kkm pada semester ganjil,, untuk subjeck uji coba kelompok kecil melibatkan
12 siswa untuk masing – masing kelas terdiri dari 4 orang berkemampuan
baik, 4 orang berkemampuan sedang, dan 4 orang berkemampuan rendah.
Untuk subjeck uji coba lapangan dilakukan pada 3 sekolah yang yang telah
menjalankan kurikulum 2013 yaitu, 30 orang siswa dari SMPN 4
Gedongtataan, 34 orang siswa dari SMPN 3 Negerikaton, dan 32 orang siswa
dari SMPN Satap Satu Waylima.
3.4 Langkah – langkah Pengembangan
Dari sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall, pada
penelitian kali ini implementasinya hanya sampai pada langkah ke tujuh (7).
Hal ini dilakukan karena keterbatasan, baik dari segi waktu maupun biaya
pada penelitian ini. Sukmadinata dalam Abdurahim (2011:109) menyatakan
bahwa dalam penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai
dihasilkan draft final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari
penerapan model sudah ada, baik pada uji terbatas maupun uji coba lebih luas
karena selama pelaksanaan pembelajaran ada tugas-tugas yang dilakukan
siswa juga dilaksanakan test akhir setiap pokok bahasan. Hasil penilaian tugas
dan test akhir tiap pokok bahasan bisa dipandang sebagai hasil atau dampak
dari penerapan model.
118
Langkah-langkah prosedur pengembangan dari tujuh (7) langkah dari model
pengembangan Borg and Gall dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Tahap I
Tahap II
Gambar.3.1. Langkah Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran
Kebugaran Jasmani Dengan Pendekatan Bermain
Dari diagram yang digambarkan seperti pada Gambar 3.1, terdapat tujuh
tahapan pengembangan pada penelitian ini. Setiap tahapan terdiri dari
beberapa langkah yang secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut :
Pengembangan model
pembelajaran kebugaran
jasmani
Validasi Ahli
Uji coba satu lawan satu
Uji coba kelompok kecil
Uji coba kelas
Desain pembelajaran ASSURE
Analisis Kebutuhan potensi
dan kondisi pembelajaran
penjas
Karakteristik dan kebutuhan
Langkah 1. Pengumpulan
informasi data awal
Langkah 2. Perencanaan
Langkah 3. Pengembangan Desain Produk Awal
Langkah 4. Uji coba produk (validasi)
Langkah 5. Revisi Produk
Langkah 6. Uji coba lapangan
Langkah 7. Produk Akhir
Ekperimen model dan analisis
Uji Efektifitas, Uji Efisiensi, dan
Uji Daya Tarik penggunaan
model terhadap proses
pembelajaran
119
3.4.1 Pengumpulan Data Awal
Pada tahap pengumpulan data awal peneliti melakukan analisis kebutuhan
yang dilakukan adalah studi literatur dan observasi lapangan yang
mengidentifikasi potensi dan kondisi atau permasalahan, sehingga perlu
adanya pengembangan model baru. Literatur dapat berupa teori-teori, konsep,
kajian yang berisi tentang model pengembangan yang baik. Sedangkan
observasi merupakan kegiatan penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan
data awal yang dijadikan dasar pengembangan. Data yang didapatkan berupa
gambaran kondisi pembelajaran yang berlangsung (meliputi kelengkapan
administrasi, media pembelajaran, dan sarana prasarana), serta hasil belajar
siswa.
Dalam pengumpulan data awal, penulis melakukan analisis kebutuhan dengan
menggunakan angket yang disebarkan kepada guru – guru penjas dan siswa
sekolah menengah pertama di kabupaten Pesawaran. Selain angket penulis
juga melakukan observasi di kelas uji coba, penelitian pendahuluan dilakukan
agar diketahui produk yang akan dibuat memang benar-benar penting dan
dibutuhkan serta dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
3.4.2 Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran, penulis menggunakan 1 sd 3 langkah
desain pembelajaran ASSURE, yaitu sebagai berikut :
120
3.4.2.1 Analyze Learners (Menganalisa Siswa/Pembelajar)
Kegiatan menganalisa pembelajar dilakukan dengan mengidentifikasi
karakteristik umum, spesifikasi kemampuan awal dan tipe gaya belajar.
Untuk mengetahui karakteritik umum dan gaya belajar dilakukan dengan
menggunakan instrumen angket bagi siswa, sedangkan untuk mengetahui
kemampuan awal dilakukan dengan melakukan pre-test.
3.4.2.2 State Objectives (Menyatakan Tujuan)
Kegiatan perumusan tujuan terdiri dari tujuan instruksional umum dan
khusus. Penjabaran perilaku umum menjadi perilaku khusus secara logis dan
sistematis, dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
secara lebih terperinci. Perilaku-perilaku khusus tersebut disusun berdasarkan
urutan kronologisnya, sehingga tersusun perilaku dari yang paling awal
hingga yang paling akhir. Serta disesuaikan dengan domain yang menjadi
kognitif, afektif maupun psikomotor yang menjadi sasaran pembelajaran.
3.4.2.3 Select Methods, Media, and Material (Memilih Strategi, Media dan
Materi)
1) Melakukan kajian terhadap beberapa teori belajar pendidikan
jasmani yang relevan.
2) Menganalisis beberapa model pembelajaran pendidikan
jasmani
121
3) Menetapkan pendekatan dan rancangan model yang akan
disusun.
4) Materi/bahan yang kita gunakan dalam proses pembelajaran,
dapat berupa media siap pakai, hasil modifikasi, atau hasil
desain baru. Bagaimanapun caranya kita mengumpulkan
materi, pada intinya adalah materi tersebut harus sesuai dengan
tujuan dan karakteristik siswa.
3.4.3 Desain Produk Awal
Berdasarkan hasil perencanaan dengan menerapkan prinsip – prinsip model
kebugaran jasmani, langkah selanjutnya adalah pengembangan produk.
Produk yang dikembangkan merupakan produk instruksional berupa
perangkat pembelajarannya. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah prototype
model pembelajaran pendidikan jasmani yang diberi nama Model
Pembelajaran Kebugaran Jasmani.
Langkah pengembangan desain produk awal terdiri dari beberapa langkah
persiapan yang diuraikan sebagai berikut :
1. Mengembangkan model pembelajaran dengan langkah – langkah
meliputi :
A. Menetapkan nama model pembelajaran
B. Menetapkan tujuan dan instructional output dari model
C. Menyusun langkah – langkah/ sintaks pembelajaran
D. Menyusun draf produk instruksional model pembelajaran
kebugaran jasmani, yang meliputi : Analisis instruksional (
peta indikator ), Silabus, Rencana Pelaksanaan
122
Pembelajaran, Bahan Ajar, Lembar Kerja siswa, Media
pembelajaran, dan alat evaluasi.
3.4.4 Uji Coba Produk Awal
Melakukan validasi ahli terhadap draft hasil pengembangan produk awal,
validasi dilakukan oleh ahli desain pembelajaran, ahli pembelajaran
pendidikan jasmani, dan ahli evaluasi pembelajaran penjas
Melakukan kajian terhadap draft model yang telah dihasilkan bersama guru
teman sejawat dan siswa sebagai pengguna model. Melakukan uji coba satu
lawan satu dan uji coba kelompok kecil.
A. Validasi Desain
Valiadasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk secara rasional lebih efektif dari produk yang lama. Validasi produk
dilakukan dengan cara meminta tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk
menilai produk sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.
Validasi dilakukan pada 3 aspek, yaitu aspek desain pembelajaran, aspek
pembelajaran penjas dan aspek evaluasi pembelajaan penjas. Penilaian
dilakukan oleh ahli dari masing-masing bidang tersebut.
B. Uji Coba Tahap I
Pada tahap ini uji coba produk dilakukan dalam sekala kecil, meliputi uji coba
satu lawan satu dan uji coba kelompok kecil.
123
a. Uji Satu Lawan Satu
Produk awal yang telah direvisi setelah uji ahli diujikan lagi melalui uji
satu lawan satu. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemudahan
dalam pelaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan,
kemenarikan bahan ajar yang digunakan, dan kemanfaatan permainan
kebugaran jasmani yang sajikan dilaakukan secara perorangan atau
individu. Uji kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan produk
dilakukan melalui angket.
Populasi uji perorangan adalah 3 orang siswa dari SMP N 4
Gedongtataan, untuk subjek uji coba masing-masing kelas yang
ditetapkan dengan tiga kelompok siswa dengan nilai baik, sedang dan
rendah berdasarkan perolehan nilai KKM semester ganjil, dengan
ketentian kategorisasi sebagai berikut :
0,5 s.d 1>KKM = Kelompok rendah
1 s.d 1,5 > KKM = Kelompok sedang
1,5 > KKM = Kelompok tinggi
b. Uji Kelompok Kecil
Produk awal yang telah diuji satu lawan satu diujikan lagi melalui uji
kelompok kecil. Uji kelompok kecil bertujuan untuk mengetahui
kemudahan melakukan tahapan model pembelajaran, kemenarikan bahan
ajar yang disajikan, dan kemanfaatan permainan kebugaran jasmani yang
di sajikan. Uji dilakukan dengan pengisian angket.
124
Populasi dan teknik pengambilan sampel pada uji kelompok kecil sama
dengan uji satu lawan satu, tetapi yang menjadi sampelnya berbeda.
Sampel pada uji ini adalah 12 siswa untuk masing-masing kelas dari tiga
kelompok nilai siswa 4 orang berkemampuan tinggi, 4 orang
berkemampuan sedang, dan 4 orang berkemampuan rendah, dengan
mengambil perolehan nilai dari semester ganjil.
c. Uji Coba Kelas
Pada uji coba kelas dilakukan proses pembelajaran pada kelas lain di luar
sample. Kelas yang dipilih adalah kelas VII C dengan jumlah 32 orang
pada SMPN 4 Gedongtataan. Pada uji coba kelas ini proses pembelajaran
dilakukan dua kali pertemuan. Setelah tiga kali pertemuan, selanjutnya
pada akhir pertemuan siswa diminta untuk mengisi angket yang
disediakan. Uji coba kelas ini dilakukan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran yang dikembangkan layak untuk di ujicobakan dan
digunakan dalam proses pembelajaran.
3.4.5 Revisi Desain Produk
Melakukan revisi/perbaikan terhadap draft produk awal berdasarkan
masukan yang didapat dari hasil uji coba awal.
1) Merevisi dan menyempurnakan produk model berdasarkan
masukan dari para ahli.
125
2) Merevisi dan menyempurnakan produk model berdasarkan
masukan dari subjek uji coba satu lawan satu dan kelompok
kecil
3) Melakukan uji coba kelas dan menyempurnakan produk model
berdasarkan masukan dari subjek uji coba kelas
4) Setelah dilakukan penyempurnaan. Selanjutnya dapat diuji
coba Lapangan.
3.4.6 Uji Coba Lapangan
Setelah produk hasil direvisi, maka perlu dilakukan eksperimen
untuk mengetahui apakah produk hasil pengembangan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa serta
menganalisis efektifitas, efisiensi, dan daya tarik model
pembelajaran kebugaran jasmani.
Subjeck uji coba pada uji coba lapangan ini menggunakan teknik
stratified Random Sampling yaitu sekolah – sekolah yang sudah
menjalankan kurikulum 2013 yaitu 30 siswa SMPN 4
Gedongtataan, 34 siswa SMPN 3 Negerikaton, dan 32 siswa SMPN
Satap Satu Waylima, kelas yang di uji cobakan adalah kelas yang
unggulan, penulis berasumsi kelas unggulan yang terdapat anak
cerdas, anak – anak yang cerdas cenderung kurang menyukai
pelajaran olahraga
126
3.4.7 Produk Akhir.
Setelah melewati tahap uji lapangan, produk utama disempurnakan
sehingga dihasilkan model pembelajaran kebugaran jasmani yang
dapat digunakan pada materi kebugaran jasmani dengan. Selain
produk utama, dihasilkan juga produk pendukung berupa Silabus,
RPP, Bahan ajar, dan Permainan dalam materi kebugaran jasmani
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tahap I ini ada data yang diperlukan diperoleh dengn
menggunakan teknik angket dan wawancara. Data yang akan diolah
adalah data berupa komentar, saran dan perbaikan produk serta
ringkasan hasil observasi dari responden dan tim ahli. Data tersebut
diambil pada saat dilakukan langkah ke-1 yaitu pengumpulan
informasi data awal dan langkah ke-4 yaitu validasi dan uji coba
kelompok kecil. Angket dan wawancara yang dilaksanakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi data awal tentang
analisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Sedangkan validasi ahli dan uji coba kelompok kecil dilakukan untuk
mereview atau perbaikan terhadap prototype model pembelajaran
pendidikan jasmani yang telah dirancang.
Pada penelitian tahap II Jenis data yang dikumpulkan pada tahap
penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik
pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini adalah :
127
1. Hasil pretest dan posttest untuk memperoleh data
peningkatan hasil belajar dan efektifitas penggunaan model
pembelajaran kebugaran jasmani.
2. Efisiensi penggunaan model pembelajaraan kebugaran
jasmani dilihat berdasarkan waktu lamanya pembelajaran
yang dilakukan hingga tuntas.
3. Penggunaan angket dilakukan untuk memperoleh data daya
tarik model pembelajaran.
3.6 Definisi Konseptual dan Operasional
3.6.1 Efektifitas Pembelajaran
Efektifitas pembelajaran merupakan pengukuran hasil yang
diharapkan dapat dicapai siswa sehubungan dengan prestasi
sekolah sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan.
Secara operasional efektifitas pembelajaran adalah dengan
mengukuran perbandingan kemampuan siswa berdasarkan
peningkatan hasil belajar sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran. Pengukuran dilakukan untuk menilai proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang
dikembangkan.
3.6.2 Efisiensi Pembelajaran
Efisiensi pembelajaran adalah pengukuran yang mengacu pada
sumberdaya (waktu dan biaya) belajar yang terpakai.
128
Dalam penelitian ini, penekanan lebih ditentukan berdasarkan
efisiensi waktu yang secara operasional dapat diukur
berdasarkan jumlah waktu yang disediakan dibandingkan dengan
waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengerjakan uji praktik
Efisiensi model pembelajaran yang dikembangkan di ukur dengan
menggunakan rasio perbandingan waktu yang disediakan berdasarkan
silabus dengan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kebugaran. Jika rasio waktu
yang dipergunakan lebih dari 1, maka pembelajaran dikatakan efisien.
3.6.3 Daya Tarik Pembelajaran
Daya tarik pembelajaran adalah suatu upaya meningkatkan motivasi
siswa untuk tetap belajar sehingga membentuk pembelajaran
yang berpusat pada siswa.
Secara operasional daya tarik model pembelajaran kebugaran
jasmani yang dikembangkan ditentukan berdasarakan data kualitatif
yang diperoleh dari sebaran angket dan dikonversikan ke dalam data
kuantitatif dan skor penilaian dihitung berdasarkan jumlah skor
jawaban responden dibagi dengan jumlah skor penilain tertinggi.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian pengembangan ini adalah
1) Instrumen untuk uji ahli desain pembelajaran.
129
2) Instrumen untuk uji ahli materi pembelajaran penjas
3) Instrumen untuk uji ahli evaluasi pembelajaran penjas.
4) Instrumen uji perorangan, uji kelompok kecil, uji coba kelas dan
uji lapangan.
5) Instrumen tes berupa soal pretest dan posttest yang diberikan
kepada siswa untuk uji efektifitas penggunaan model
pembelajaran kebugaran jasmani.
6) Instrumen non tes berupa angket yang diberikan kepada siswa dan
guru untuk uji kemenarikan model pembelajaran kebugaran
jasmani.
3.8. Kisi –kisi dan Instrumen Penelitian
Kisi – kisi instrumen penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1: Kisi – kisi potensi dan kondisi model pembelajaran penjas
No Aspek Indikator
1 Potensi model
pembelajaran
yang
dimanfaatkan
guru
1. Memahami perbedaan antara
pendekatan, metode, strategi, dan
model pembelajran.
2 Kondisi model
pembelajaran
yang
dimanfaatka
guru
1. Latar belakang pendidikan guru penjas
2. Ketersediaan sumber belajar penunjang
proses pembelajaran
3. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
4. Model pembelajaran yang digunakan
Keterangan : Masing – masing indikator memuat satu soal
130
Tabel 3.2: Kisi – kisi Angket Analisis Kebutuhan Siswa Dalam
Pembelajaran Penjas
No Aspek Indikator
Butir soal
1 Potensi
pembelajaran
penjas
1. Motivasi dalam mengikuti
pembelajaran penjas.
2. Materi pembelaran penjas
2 soal
1 soal
2 model /
metode
pembelajaran
penjas yang
dimanfaatka
guru
3. Model dan metode
pembelajaran yand digunakan
guru sesuai dengan keinginan
siswa
4. Guru memfasilitasi kebutuhan
belajar siswa ( sumber belajar )
2 soal
1 soal
Tabel 3.3 : Kisi – kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No Aspek Penilaian No Soal
1 Kegiatan siswa di dalam Pendahuluan
pembelajaran 1 sd 6
2 Kegiatan siswa di dalam Kegiatan inti
pembelajaran 7 sd 13
3 Kegiatan siswa di dalam Penutupan
pembelajaran 14 sd 15
Tabel 3.4 : Kisi – kisi observasi proses pembelajaran penjas
No. Aspek Penilaian No soal
1. Persiapan Pembelajaran 1 sd 6
2. Presentasi/Penyampaian Pembelajaran 7 sd 15
3. Metode Pembelajaran/Pelaksanaan Pembelajaran 16 sd 26
4. Karakteristik Pribadi Guru 27 sd 32
131
Tabel. 3.5 : Kisi – kisi Validasi Ahli Desain Pembelajaran
No. Aspek Penilian No soal
1. Kesesuaian isi silabus dengan materi dan tujuan pembelajaran
pembelajaran 1 sd 14
2. Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Tujuan
Pembelajaran 15 sd 32
3. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan pembelajaran 33 sd 39
4. Kesesuaian bentu permainan dengan tujuan pembelajaran 40 sd 47
Tabel 3.6 : Kisi – kisi Validasi Ahli Evaluasi Pembelajaran Penjas
Keterangan : Masing – masing indikator memuat satu soal
Tabel 3.7 : Kisi – kisi Instrumen Uji Coba Satu lawan satu dan
kelompok kecil
No. Aspek Penilaian No.
Soal
1. Kemudahan dalam pelaksanaan Model pembelajaran
Kebugaran Jasmani
1 sd 8
2. Kemenarikan Bahan Ajar 9 sd 15
3. Kemanfaatan Permainan Kebugaran Jasmani 16 sd 23
No Aspek Penilaian
1 Kesesuaian dengan indikator pencapaian hasil belajar siswa
2 Kejelasan petunjuk tes keterampilan
3 Kesesuaian tes keterampilan dengan karakteristik siswa
4 Kemungkinan tes keterampilan dapat terselesaikan
132
Tabel 3.8. Kisi – kisi Instrumen Penilaian Tes Pengetahuan Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar Indikator No. Soal
Memahami pengetahuan
pengembangan
komponen kebugaran
jasmani.
Siswa dapat menyimpulkan
manfaat dan latihan
kebugaran jasmani yang
berkaiatan dengan kesehatan
dengan baik dan benar.
1,2,3,4,5
Siswa dapat membandingkan
latihan kebugaran jasmani
yang berkaitan dengan
kesehatan dengan baik dan
benar
6,7,8,9,10
Tabel.3.9. Kisi – kisi Instrumen penilaian tes Keterampilan (Psikomotor )
KD Indikator Uraian Gerak Pen-skoran
4. Mempraktikan
lima komponen
kebugaran
jasmani terkait
kesehatan dan
keterampilan
berdasarkan
norma
instrumen yang
di gunakan
1. latihan kebugaran
jasmani terkait
kesehatan
komponen
kekuatan otot
tubuh dengan
kordinasi yang
baik dan benar.
1. Posisi dan
Sikap Awal
2. Pelaksanaan
3. Posisi dan
Sikap Akhir
Nilai 3: jika semua
kriteria dilakukan
secara benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 1: jika hanya
satu kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 0: jika tidak
satupun kriteria
dilakukan secara benar
2. latihan kebugaran
jasmani terkait
kesehatan
komponen daya
tahan otot dengan
kordinasi yang
baik dan benar.
1. Posisi dan
Sikap Awal
2. Pelaksanaan
3. Posisi dan
Sikap Akhir
Nilai 3: jika semua
kriteria dilakukan
secara benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 1: jika hanya
satu kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 0: jika tidak
satupun kriteria
dilakukan secara benar
133
KD Indikator Uraian Gerak Pen-skoran
3 latihan kebugaran
jasmani terkait
kesehatan
komponen Daya
Tahan Jantung
dan Paru dengan
kordinasi yang
baik dan benar.
1. Posisi dan
Sikap Awal
2. Pelaksanaan
3. Posisi dan
Sikap Akhir
Nilai 3: jika semua
kriteria dilakukan
secara benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 1: jika hanya
satu kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 0: jika tidak
satupun kriteria
dilakukan secara benar
4. latihan kebugaran
jasmani terkait
kesehatan
komponen
kelentukan
dengan kordinasi
yang baik dan
benar.
1. Posisi dan
Sikap Awal
2. Pelaksanaan
3. Posisi dan
Sikap Akhir
Nilai 3: jika semua
kriteria dilakukan
secara benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 1: jika hanya
satu kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 0: jika tidak
satupun kriteria
dilakukan secara benar
5. latihan kebugaran
jasmani terkait
kesehatan
komponen
Kelincahan
dengan kordinasi
yang baik dan
benar.
1. Posisi dan
Sikap Awal
2. Pelaksanaan
3. Posisi dan
Sikap Akhir
Nilai 3: jika semua
kriteria dilakukan
secara benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 1: jika hanya
satu kriteria yang
dilakukan secara benar
Nilai 0: jika tidak
satupun kriteria
dilakukan secara benar
Tabel 3.10. Kisi – kisi instrumen rublik penilaian sikap ( afektif )
No
Aspek Yanga dinilai
Pen-skoran
1 Tanggung Jawab
1. Berupaya menyelesaikan seluruh tugas yang
Nilai 4: jika semua
kriteria dilakukan
134
No
Aspek Yanga dinilai
Pen-skoran
diberikan
2. Menggunakan waktu secara efisien untuk
mengerjakan seluruh tugas
3. Membantu teman secara sukarela
4. Melaporkan setiap peristiwa yang
memerlukan penanganan guru
Nilai 3: jika hanya tiga
kriteria dilakukan secara
benar
Nilai 2: jika hanya dua
kriteria yang dilakukan
secara benar
Nilai 1: jika hanya satu
kriteria yang dilakukan
secara benar
Nilai 0: jika tidak satupun
kriteria dilakukan secara
benar
2 Disiplin
1. Hadir tepat waktu
2. Mengikuti seluruh proses pembelajaran
3. Mentaati prosedur kerja sesuai peran
4. Selesai tepat waktu
3 Kerja sama
1. Sebagai anggota melibatkan diri dan
mengambil peran secara aktif dalam
kelompok
2. Sebagai anggota kelompok berbagi tugas
dengan anggota lain.
3. Tidak mengganggu siswa lain
4. Membantu mempersiapkan dan merapihkan
peralatan pembelajaran
Tabel.3.11 Kisi – kisi uji kemenarikan model pembelajaran
Aspek yang
Dinilai Indikator
No.
Pertanyaan
Strategi
pengorganisasian
1. Pemilihan bentuk – bentuk latihan
kebugaran jasmani yang menarik
membuat model menarik untuk membantu
pembelajaran
2. Pemilihan alat-alat hasil modifikasi yang
menarik membuat model menarik untuk
membantu pembelajaran
3. Gambar yang ada membuat model
menarik diterapkan
4. kesesuaian permasalahan membuat model
menarik dipelajari
5. adanya contoh membuat model menarik
dipelajari
1,2.3.4.5. dan
6
135
Aspek yang
Dinilai Indikator
No.
Pertanyaan
6. kesesuaian gambar membuat model
menarik dipelajari
Strategi
penyampaian
1. Cakupan isi model mempermudah Anda
menggunakan model
2. Kejelasan isi model mempermudah anda
menggunakandalampembelajaran
3. Alur penyajian model mempermudah
Anda menggunakan model
6,7,8 dan 9
Strategi
Pengelolaan
Pembelajaran
1. Dengan menggunakan model membantu
anda meningkatkan minat siswa
mempelajari materi
2. Dengan menggunakan model membantu
Anda mempelajari
3. pembelajaran secara lebih mudah
4. evaluasi (uji kompetensi) yang ada
membantu Anda meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar
10, 11, dan 12
3.9 Validitas Analisis Butir Soal dan Instrumen
3.9.1 Validitas
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, maka diujicobakan dan
dianalisis dengan analisis item. Analisis item dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total,
dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson dan dibantu
menggunakan komputer dengan program Anates. Uji validitas
menggunakan rumus Product Moment Pearson merujuk pada Arikunto
(2005: 72), sebagai berikut:
136
xy = ∑
∑ ∑
√{∑ ∑
}{∑
∑
}
Keterangan:
xy = Koefisien korelasi
∑ = Jumlah skor butir soal
∑ = Jumlah skor total
= Jumlah sampel
(Arikunto, 2010:72)
Selanjutnya untuk mengetahui validitas setiap butir soal, teknik analisis
dilanjutkan dengan uji t dengan rumus sebagai berikut:
√
√
Keterangan:
thitung = nilai uji t
r : Koefisien korelasi product moment
n : Jumlah sampel ujicoba
Kriteria uji validitas berdasarkan uji t tersebut di atas adalah
a. Jika thitung > ttabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah valid
b. Jika thitung < ttabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah tidak valid
(Arikunto, 2010:57)
Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan dengan kriteria sebagai
berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
(Arikunto, 2010:75)
137
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.12 di bawah ini
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Soal
Nomor Soal Nilai Pearson Correlation
( r-hitung)
Nilai r-tabel
(= 0,05)
Keteranga
n
1 0,688
0,481
Valid
2 0,561 Valid
3 0,510 Valid
4 0,540 Valid
5 0,614 Valid
6 0,585 Valid
7 0,760 Valid
8 0,638 Valid
9 0,553 Valid
10 0,713 Valid
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa seluruh soal mempunyai
nilai r-hitung > dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
soal adalah valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
3.9.1.1 Reliabilitas
Dalam penelitian ini, reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan
rumus KR 21 menggunakan komputer dengan program Anates. Uji
reliabilitas instrumen hasil belajar menggunakan rumus KR -21
(Arikunto, 2010:103) dengan rumus:
(
) (
)
Keterangan:
r11 : Koefisien reliabilitas yang dicari
138
k : Jumlah butir
m : Rerata skor
∑ : Jumlah varian skor tiap butir item
1 : Varian Total
Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan dengan kriteria sebagai
berikut:
Antara 0,91 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,71 sampai dengan 0,90 : tinggi
Antara 0,41 sampai dengan 0,70 : sedang
Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : kecil
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi 0,96
(lampiran ). Hal ini berarti instrumen mempunyai tingkat reliabilitas
yang sangat tinggi.
3.9.1.2 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal merupakan karakteristik butir soal yang dapat
menunjukkan kualitas butir soal tersebut yaitu mudah, sedang, dan
sukar. Tingkat kesukaran soal dianalisis menggunakan komputer
dengan program Anates. Rumus tingkat kesukaran (Arikunto, 2010:
204) adalah sebagai berikut:
P = JS
B
Keterangan
P = Indeks kesukaran
139
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi untuk tingkat kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada
tabel 3.13.
Tabel 3.13. Kategori tingkat kesukaran butir soal
Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel
3.14 berikut
Tabel 3.14. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Batasan Kategori
0,71 < P ≤ 1,00 Mudah
0,31 < P ≤ 0,70 Sedang
0,00< P ≤ 0,30 Sukar
No. Soal Indeks kesukaran Kriteria
1 0,58 Sedang
2 0,68 Sedang
3 0,62 Sedang
4 0,68 Sedang
5 0,58 Sedang
6 0,58 Sedang
7 0,58 Sedang
8 0,62 Sedang
9 0,62 Sedang
10 0,44 Sedang
140
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa semua soal mempunyai
indeks kesukaran yang berada pada batasan 0,31 < P ≤ 0,70 (kategori
sedang).
3.9.1.3 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Nilai yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Daya pembeda dianalisis
dengan kompuetr menggunakan program Anates. Rumus untuk
memperoleh indeks diskriminasi adalah:
D = BAJ
B
J
BPP
B
B
A
A
Ket:
D : Daya Pembeda
BA : Jawaban benar siswa kelompok atas
JA : Jumlah siswa kelompok atas
BB : Jawaban benar siswa kelompok bawah
JB : Jumlah siswa kelompok bawah
Kategori daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.15.
Tabel 3.15. Kategori daya pembeda butir soal.
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,0 Baik Sekali
(Arikunto, 2010: 218)
141
Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.16
Tabel. 3.16. Hasil Analisis Daya Pembeda
No. Soal Indeks daya pembeda Kriteria
1 0,71 Baik sekali
2 0,71 Baik sekali
3 0,42 Baik
4 0,71 Baik sekali
5 0,71 Baik sekali
6 0,52 Baik
7 0,42 Baik
8 0,85 Baik sekali
9 0,57 Baik
10 0,85 Baik sekali
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa semua soal mempunyai
daya pembeda yang sangat baik.
3.9.1.4 Uji Pengecoh
Uji pengecoh merupakan uji untuk melihat alternatif (option atau
pilihan) jawaban yang baik untuk digunakan kembali dan alternatif
jawaban yang buruk untuk dirubah atau diganti. Dari pola jawaban
dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh yang
baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali berarti
bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya pengecoh dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya
tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami
konsep atau kurang menguasai bahan. Uji pengecoh dianalisis
142
menggunakan komputer dengan program Anates. Hasil analisis uji
pengecoh dapat dilihat pada Tabel 3.17.
Tabel. 3.17. Hasil Analisis Uji Pengecoh
No. soal Alternatif jawaban
a b c d e
1 13** 1- 11++ 0-- 0--
2 6- 6** 13** 0-- 0--
3 17** 1- 5-- 4- 0--
4 6- 7-- 2+ 0-- 12**
5 12** 3++ 6- 6- 0--
6 5++ 11** 0- 0-- 0--
7 0-- 5++ 6++ 5++ 11**
8 7- 11** 0-- 9++ 0--
9 5++ 6+ 11** 5++ 0--
10 9** 5++ 7- 6- 0--
Keterangan:
** : kunci jawaban
++ : sangat baik
+ : baik
- : kurang baik
-- : buruk
--- : sangat buruk
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa uji pengecoh soal adalah
kurang baik karena sebaran option pengecoh yang dipilih tidak merata,
dan juga terdapat pengecoh yang tidak dipilih sama sekali.
3.9.2 Validasi Instrumen
Sebelum instrumen digunakan sebagai alat ukur untuk mneguji
kelayakan bahan ajar terlebih dahulu diuji coba validitasnya kepada
responden diluar subjek uji coba. menjelaskan bahwa instrumen
143
dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas
berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur.
Menurut Arikunto (2010:92), validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu
mengukur apa yang akan diukur. Dengan instrumen yang valid akan
menghasilkan data yang valid pula. Dalam pengujian validitas isi yang
digunakan adalah validitas logis (logical validity).
Melalui penilaian terhadap kelayakan tampilan item-item, kemudian
analisis yang lebih dalam dilakukan dengan maksud untuk menilai
kelayakan isi item sebagai jabaran dari indikator keperilakuan atribut
yang diukur. Penilaian ini bersifat kualitatif dan judgemental dan
dilaksanakan oleh suatu panel exspert, bukan oleh penulis item atau
perancang tes itu sendiri. Inilah prosedur yang menghasilkan validitas
logis (logical validity). Seberapa tinggi kesepakatan antara experts
yang melakukan penilaian kelayakan suatu ide akan dapat diestimasi
dan dikuantifikasikan, kemudian statistiknya dijadikan indikator
validitas isi item dan validitas isi tes.
Pengujian validitas dilakukan oleh Rina Devita, M.Pd,dan Merry
Wahyuni,M.Pd pada instrumen desain pembelajaran, Drs.
H.Sudirman Husin, M.Pd, pada instrumen pengujian silabus, dan
144
RPP, dan Cecilia Suharno Putri, M.Pd, pada instrumen pengujian
Bahan Ajar, Permainan, dan Evaluasi pembelajaran penjas.
Pada penelitian ini validitas isi pada umumnya melalui pertimbangan
para ahli. Uji validitas isi tidak ada formula matematis untuk
menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti.
Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes divalidasi
dengan menggunakan validitas isi, pertimbangan ahli tersebut
dilakukan dengan cara sebagai berikut : para ahli, pertama diminta
untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak
divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk mengoreksi semua item-
item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan, mereka juga
diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes
tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.
Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut, apakah semua aspek
yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes.
A. Validitas Instrumen Desain Pembelajaran
Skala penilaian pada instrumen desain pembelajaran dianggap telah
sesuai dengan teori dan mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Perbaikan dilakukan pada
1. pertanyaan no. 2 saja, seharusnya bukan kesesuaian dengan
SK/KD, karena kurikulum 2013 menggunakan KI/ KD,
145
sehingga seharusnya kesesuaian tujuan pembelajaran
dengan KI/ KD.
B. Validitas Instrumen Pengujian Kelayakan Silabus
1. Skala penilaian pada instrumen pengujian silabus dianggap
telah sesuai dengan teori dan mampu mengukur apa yang
hendak diukur. Perbaikan hanya dilakukan pada kesalahan
pengetikan pada no 9 dan 13 , seharusnya model
pembelajaran kebugaran jasmani bukan model pendidikan
jasmani.
C. Validitas Instrumen Pengujian Kelayakan RPP
Skala penilaian pada instrumen pengujian RPP dianggap telah
sesuai dengan teori dan mampu mengukur apa yang hendak akan di
ukur.
D. Validitas Instrumen Pengujian Kelayakan Bahan Ajar
Skala penilaian pada instrumen pengujian bahan ajar telah sesuai
dengan teori dan mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Perbaikan yang disarankan adalah : menambahkan kolam untuk
memuat pertanyaan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
E. Validitas Instrumen Pengujian Kelayakan Permainan
Skala penilaian pada instrumen pengujian permainan telah sesuai
dengan teori dan mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Perbaikan yang disarankan adalah: Pada pertanyaan no,1,2,4, 5 dan
6 harus disertakan dengan CD agar mudah dipelajari, dan
146
pertanyaan no.8 harus menyajikan gambar – gambar peralatan yang
digunakan pada tiap – tiap permainan agar lebih jelas dalam
menyatakan kelayakannya.
F. Validitas Instrumen Pengujian Evaluasi pembelajaran penjas
Skala penilaian pada instrumen pengujian permainan telah sesuai
dengan teori dan mampu mengukur apa yang hendak diukur.
3.10 Teknik Analisis Data
3.10.1 Uji Validasi Desain
Instrumen penilaian uji ahli baik oleh ahli desain pembelajaran, ahli
materi pembelajaran penjas, dan ahli evaluasi pembelajaran penjas,
mengikuti skala Likert yang memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten
pertanyaan. Dari penilaian tersebut kemudian dilihat skor rata-ratanya
kemudian diinterpretasikan kelayakannya.
3.10.2 Uji Coba Produk Tahap I
Instrumen penilaian uji coba produk tahap I memiliki 4 skala
penilaian. Penilaian kelayakan pengembangan model pembelajaran
menurut penilaian calon pengguna (siswa) ini berdasarkan jumlah
jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor
dan hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor
penilaian tersebut dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono.2012:136)
147
Kemudian skor penilaian dikonversi menjadi beberapa tingkat
kelayakan yaitu seperti tersaji pada Tabel 3.18. sebagai berikut.
Tabel 3.18. Penilaian Kualitas Pengembangan Model Pembelajaran
(Sugiyono.2012:136)
3.10.3 Uji Coba Produk Tahap II
Pada penelitian ini efektifitas pembelajaran diukur melalui hasil
belajar siswa, dengan melihat tinggi rendahnya hasil belajar yang
didapat sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran
kebugaran jasmani.
A. Uji Efektifitas
Dalam menilai efektifitas pengukuran dilakukan pada aspek kognitif
siswa melalui uji tertulis, aspek psikomotor, dan aspek afektif dalam
materi kebugaran jasmani. Bentuk desain eksperimen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain eksperimen before after (Sugiyono;
2012; 111). Uji dilakukan dengan membandingkan hasil belajar
sebelum dan sesudah menerima perlakukan.
Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26 - 4,00 Sangat Baik
3 2,51 - 3,25 Baik
2 1,76 - 2,50 Kurang Baik
1 1,01 - 1,75 Tidak Baik
148
O1 X O2
Gambar 3.1 Desain eksperimen One Group Pretest and Postest Design.
Keterangan:
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan
O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
(Sugiono,2012:111)
Data kuantitatif akan diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Hasil tes
tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ada
tidak perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dalam
pembelajaran materi kebugaran jasmani menggunanakan model
pembelajaran kebugaran jasmani.
Menurut Hake (1998:3) rata-rata gain ternormalisasi didapatkan dari rata-
rata posttest dikurangi dengan rata-rata pretest dibagi dengan nilai
maksimum dikurangi dengan rata-rata pretest. Jika kita buat dalam
persamaan, adalah seperti berikut ini.
Keterangan:
⟨ ⟩ rata-rata gain ternormalisasi
⟨ ⟩ rata-rata nilai tes akhir (post-test) ⟨ ⟩ rata-rata nilai tes awal (pre-test)
Smax = Nilai skor maksimal
⟨ ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ ⟩
⟨ ⟩
149
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain
<g>, menurut klasifikasi oleh Hake ditunjukkan pada Tabel 3.19
berikut ini.
Tabel 3.19. Nilai Indeks Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya
Indeks Gain
Ternormalisasi Klasifikasi
⟨ ⟩ Tinggi / Sangat Efektif
⟨ ⟩ Sedang / Efektif
⟨ ⟩ Rendah / Kurang Efektif
(Hake,1998:3)
Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat dijelaskan:
a. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi
tinggi, maka tingkat efektifitasnnya adalah sangat efektif.
b. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi
sedang, maka tingkat efektifitasnnya adalah efektif.
c. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi
rendah, maka tingkat efektifitasnnya adalah kurang efektif.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka hipotesisnya adalah :
H0: Hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
kebugaran jasmani lebih kecil atau sama dengan daripada
sebelum menggunakan model pembelajaran kebugaran jasmani.
H1: Hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
kebugaran jasmani lebih baik dari pada sebelum menggunakan
model pembelajaran kebugaran jasmanai.
Nilai Hasil belajar pendidikan jasmani didapat dengan cara
menjumlahkan tiga aspek penilaian : psikomotor (50 %), afektif (30%),
dan Kognitif (20%)
150
a. Psikomotor
∑
∑
b. Afektif
∑
∑
c. Kognitif
∑
∑
d. Nilai Akhir = P + A + K
Selain itu hasil tes tersebut dianalisis secara kuantitatif untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar materi kebugaran
jasmani pada siswa sebelum dan sesudah menggunakan model
pembelajaran yang telah dikembangkan, serta untuk mengetahui
efektifitas penggunaan produk.
Uji yang digunakan yaitu uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test).
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0: hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
kebugaran jasmani lebih kecil daripada sebelum menggunakan
model pembelajaran kebugaran jasmani.
H1: hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
kebugaran jasmani lebih baik daripada sebelum menggunakan model
pembelajaran kebugaran jasmani.
Selanjutnya uji signifikan terhadap hipotesis menggunakan model
pembelajaran kebugaran jasmani menggunakan program SPSS 16,
dengan kriteria uji:
151
1) Jika nilai probabilitas (p) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
2) Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Sebelum dilakukan analisis uji -t, dilakukan uji persyaratan analisis
yaitu uji normalitas data. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov Tes menggunakan komputer dengan program SPSS 16, dengan
kriteria uji:
1) Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka data berdistribusi normal
2) Jika nilai probabilitas (p) < 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal
B. Uji Efisiensi
Pengukuran efisiensi penggunaan model pembelajaran dengan cara
membandingkan waktu yang disediakan berdasarkan silabus dengan
waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran. Berdasarkan pengujian tersebut akan diperoleh rasio dari
perbandingan waktu yang disediakan dalam silabus dengan waktu yang
digunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran siswa. Jika rasio
waktu yang dipergunakan lebih dari 1, maka pembelajaran dikatakan
efisiensinya tinggi, begitu juga sebaliknya. Adapun persamaan untuk
menghitung efisiensi adalah
Degeng (2000: 154)
152
Tabel 3.20 Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya
Nilai Efisiensi Klasifikasi Tingkat Efisiensi
> 1 Tinggi Efisien
= 1 Sedang Cukup Efisien
< 1 Rendah Kurang Efisien
(Degeng, 2000:174)
C. Uji Daya Tarik
Data kualitatif akan diperoleh dari sebaran angket untuk mengetahui
daya tarik model pembelajaran, bahan ajar dan permainan dalam
memahami materi kebugaran jasmani. Kualitas daya tarik dapat dilihat
dari aspek kemenarikan dan kemudahan penggunaan bahan ajar dan
permainan yang ditetapkan berdasarkan indikator dengan rentang data.
Data uji kemenarikan model pembelajaran kebugaran jasmani diperoleh
dari uji lapangan kepada guru teman sejawat sebagai pengguna. Angket
respon terhadap penggunaan produk dinilai menggunakan skala likert
yang memiliki 4 pilihan jawaban. Skor penilaian ini dapat dilihat dalam
Tabel 3.21.
Tabel 3.21. Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban
No. Pilihan Jawaban Skor
1. Sangat menarik 4
2. Menarik 3
3. Kurang menarik 2
4. Tidak menarik 1
153
Penilaian instrumen total dilakukan dengan cara jumlah skor yang
diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah skor total dan hasilnya
dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tersebut
dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini:
(Sugiono,2012:137)
Rata – rata skor penilaian kemudian di konversikan dalam bentuk pernyataan
penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk.
Interval klasifikasi menurut wiwik Agustina pada tesisnya (2012:142),
diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:
Jika skor tertinggi yang menurut pilihan jawaban adalah 4, skor terendahnya adalah
1, dan jumlah pilihan jawaban adalah 4, maka didapatkan nilai intervalnya adalah
sebagai berikut :
Sehingga, klasifikasi kemenarikan media didapatkan seperti pada Tabel 3.22.,
klasifikasi dilakukan dengan cara menghitung rata – rata skor penilaian
angket daya tarik, dan kemudian dilakukan generalisasi.
x 4
154
Tabel. 3.22. Klasifikasi Daya tarik
Rerata Skor Klasifikasi
3,26 – 4,00 Sangat Menarik
2,51 – 3,25 Menarik
1,76 – 2,50 Kurang Menarik
1,01 – 1,75 Tidak Menarik
(Agustina,2012:143)