Upload
ngodieu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Subjek Penelitian.
3.1.1 Profil SMAN 1 Ciruas.
Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 1
Ciruas, yang berdiri sejak tahun 1984 dan beralamat di Jalan Raya Jakarta km 9,5
Serang. Untuk tahun ajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Ciruas memiliki 47 guru
dan 1 kepala sekolah, dan jumlah siswa 864 orang.
Tabel 3.1
Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Ciruas
Tahun Ajaran 2012-2013
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Kelas Jumlah Guru
X 288 orang 9 Kelas 47 Guru dan 1
Kepala Sekolah XI 288 orang (160 orang kelas IPS
dan 128 orang kelas IPA)
5 Kelas IPS
4 Kelas IPA
XII 288 orang (160 orang kelas IPS
dan 128 orang kelas IPA)
5 Kelas IPS
4 Kelas IPA
2
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3.1.2 Struktur Organisasi Sekolah.
Kepala Sekolah
Drs. Satal Mawardi, M.Pd
Komite Sekolah
Tata Laksana
Tata Sunarta, S.Sos
WAKA Bidang Humas
Drs. Rustaman Ridwan, MM
WAKA Bidang Sarana
Drs. M. Yusuf Efendi
WAKA Bidang Kesiswaan
Asep Hidayat S.Pd
WAKA Bidang
Kurikulum
Yusdi Irfan, S.Pd, M.Pd
Kepala Unit
1. Lab fisika
2. Lab kimia
3. Lab biologi
4. Lab komputer
5. Lab bahasa
6. Perpustakaan
Sanggar MGMP
1. Fisika
2. Pkn
Pembina Osis
Budi S, S.Pd
Wali Kelas Koordinator BP
GURU
SISWA
3
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Sekola
4
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3.1.3 Objek Penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran
ekonomi yang menggunakan metode discovery. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas X di SMAN 1 Ciruas, dimana seluruh siswa kelas X yang terdaftar pada tahun
ajaran 2012/2013 berjumlah 288 siswa yang dibagi dalam 9 kelas. Setelah peneliti melakukan
pra penelitian dibeberapa kelas, terpilih X-2 dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas
eksperimen dan kelas X-1 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang sebagai kelas kontrol.
Dalam memilih kelas X-2 dan X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan
metode non-probably sampling, tepatnya sampling purposive. Dimana non-probably sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010:66) dan sampling
purposive adalah tekhnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:68).
Kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih adalah kelas yang memiliki kesamaan kondisi
dan materi yang dipelajari.
3.2 Metode Penelitian.
Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dengan menggunakan alat atau teknik
tertentu untuk suatu kepentingan penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2002:136) yang menyatakan, bahwa “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.”
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Nana
Syaodih (2012:57) merupakan penelitian yang murni kuantitatif. Karena semua prinsip dan
kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini.
Metode eksperimen juga dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun
hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Metode eksperimen merupakan metode inti
dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
5
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian eksperimen menurut Sugiyono (2008:107) menyatakan bahwa penelitian
eksperimen ada perlakuan sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak ada perlakuan, dengan
demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
diganakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan, penggunaan metode eksperimen bagian dari metode kuantitatif.
Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi subyek yang diteliti menjadi dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberi perlakuan (treatment) dengan memberikan
model pembelajaran kontekstual metode discovery pada saat pembelajaran berlangsung,
sementara kelompok kontrol adalah siswa yang menggunakan model pembelajaran diskusi, yang
biasa digunakan dikelas.
Metode eksperimen yang digunakan penulis adalah kuasi eksperimen, menurut Kusnendi
(2013, slide 1 power point pascasarjana upi) yaitu yang dilakukan dengan subyek kelompok utuh
dan bukan subyek yang diambil secara random untuk diberi perlakuan. Di dalam metode kuasi
eksperimen ini penulis mengharapkan dapat mengungkapkan perbedaan berfikir kritis siswa
yang menggunakan model pembelajaran diskusi dan siswa yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual metode discovery untuk kemudian ditelaah bagaimana implikasinya
terhadap berfikir kritis siswa.
3.3 Desain Penelitian.
Desain penelitian yang digunakan yaitu desain ini sebenarnya sama dengan pretest-posttest
control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2008:116). Artinya peneliti tidak memilih secara acak,
namun memilih jenis kelas yang digunakan untuk kelas eksperimen atau kelas kontrol, misalnya
memilih kelas yang tidak terlalu jauh karakteristiknya, dari nilai-nilainya (dilihat dari pra
penelitian dan wawancara dengan guru ekonomi).
Secara umum desain penelitian yang akan digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Desain penelitian non-equivalent control group design
(Sumber: Sugiyono, 2008:116)
Keterangan:
X : Dikenakan perlakuan (treatment) dengan penerapan metode discovery.
- :Tidak dikenakan perlakuan (treatment)
:Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen
:Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen
:Tes awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol
:Tes akhir (setelah perlakuan) pada kelompok kontrol
Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum eksperimen dan setelah
eksperimen, atau sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode. Pengambilan data yang
dilakukan sebelum perlakuan disebut pre test ( sedangkan pengambilan data yang dilakukan
setelah perlakuan disebut post test ( ).
3.4 Prosedur Penelitian.
Penelitian ini dibagi dalam empat tahapan yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengolahan data penelitian dan kesimpulan penelitian.
1. Tahap persiapan penelitian, meliputi:
a. Menentukan masalah, dengan melihat fenomena atau masalah yang ada, dan
memfokuskan inti masalahnya.
Kelas Tahap
Awal Perlakuan Akhir
E X
K -
7
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
b. Melakukan prapenelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis
siswa. Dalam penelitian ini dilakukan penyebaran soal ke kelas X, soal-soal yang
dibuat mencangkup indikator materi yang disesuaikan dengan indikator berfikir
kritis.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian langkah- langkahnya sebagai berikut:
a. Melakukan perizinan pada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini (dengan kepala
sekolah, guru ekonomi, dan pihak-pihak lainnya yang terlibat)
b. Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran terkait waktu penelitian dan SK-KD.
c. Membuat skenario pembelajaran (RPP), Media, Silabus, Modul.
d. Menyusun instrument tes pilihan ganda berdasarkan kurikulum.
e. Menguji instrument tes pilihan ganda, ke kelas XI IPS 5.
f. Menganalisis validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
instrumen penelitian.
g. Memilih sampel dengan dilakukan secara acak dari Sembilan kelas. Peneliti
mengambil kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-1 sebagai kelas
kontrol.
h. Menentukan waktu penelitian untuk melakukan penerapan model pembelajaran
kontekstual metode discovery dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran
ekonomi.
i. Memberikan tes awal pretest pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui tes kemampuan awal siswa.
j. Memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan metode
discovery. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajran
diskusi biasa. Memberikan posttest tes terakhir pada kelompok eksperimen dan
kontrol setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa.
k. Menguji kesamaan dan perbedaan hasil pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
8
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
l. Membandingkan perbedaan hasil skor gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data ini meliputi analisis data dengan menggunakan pengujian
statistik, yaitu; Uji Validitas, Uji Reabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Uji
Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis.
4. Tahap kesimpulan penelitian.
Setelah melakukan penelitian, dan bisa dilihat hasilnya melalui pengujian statistik, maka
peneliti bisa mengambil kesimpulan dari penelitian ini.
3.5 Teknik dan Pengolahan Data.
1.5.1 Uji Validitas.
Sebuah instrumen yang akan digunakan dalam suatu penelitian harus dapat mengukur atau
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan
uji validitas yang menentukan valid atau tidaknya sebuah instrumen. Hal ini juga ditambahkan
oleh Suharsimi Arikunto (2006:168) yang menjelaskan bahwa validitas yaitu suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dinyatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Dari penjelasan di atas, untuk menguji validitas tersebut peneliti mengadakan pengujian
validitas soal dengan menggunakan Product Moment atau Pearson (Pearson’s Product Moment
Coefisient Of Coreelation), yaitu:
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ∑ ∑ ]
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Keterangan:
= Indeks korelasi
9
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
∑ = Jumlah skor X
∑ = Jumlah skor Y
∑ = Jumlah skor X dan Y
= Jumlah responden
Setelah harga koefisien korelasi ( diperoleh, disubsitusikan ke rumus uji „t‟ yaitu:
t = √
(Suharsimi Arikunto, 2006: 172)
Keterangan :
n = banyaknya data
r = koefisien korelasi
Instrument dinyatakan valid apabila > dengan tingkat signifikan 0,05.
Menurut Arikunto (1996: 138) untuk validitas konstruk, sebuah tes dikatakan memiliki
validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tersebut mengukur setiap aspek
berpikir. Uji validitas konstruksi pada penelitian ini terdiri dari uji daya beda (DP) dan taraf
kesukaran (TK).
1.5.2 Uji Reliabilitas.
Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut cukup baik (Arikunto, 2002:154). Sebuah tes dapat
dikatakan reliabel jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Jika tes tersebut diberikan pada
kesempatan yang lain akan memberikan hasil yang relatif sama. Reliabilitas menunjukan pada
tingkat keterandalan sesuatu. Instrument digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang.
Untuk mengetahui realibilitas, tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Spearman-
Brown dengan teknik belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah :
10
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Mengelompokan skor butir soal benomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor
butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua.
2. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan
menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan
oleh Pearson, yaitu :
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ∑ ∑ ]
= Indeks korelasi
∑ = Jumlah skor X
∑ = Jumlah skor Y
∑ = Jumlah skor X dan Y
= Jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2006: 183)
3. Menghitung indeks reliabilitas dengan mengunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
(Suharsimi Arikunto, 2006: 180)
Dengan :
: reliabilitas instrument
: yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrument.
Besar koefisien relibilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menutut
Suharsimi Arikunto (2002: 167) kriteria adalah sebagai berikut:
0,81-1,000 : sangat tinggi
0,61-0,800 : tinggi
0,41-0,600 : cukup
0,21-0,400 : rendah
3.5.3 Uji Tingkat Kesukaran.
11
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan
rasio antar penjawab dengan benar dan banyaknya penjawab item. Tingkat kesukaran merupakan
suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Untuk
menghitung tingkat kesukaran (IK) dari masing-masing butir soal tes dilakukan dengan langkah-
langkah sebagi berikut:
a. Menghitung jawaban yang benar per item soal
b. Memasdukan ke dalam rumus
(Suharsimi Arikunto, 2006: 208)
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran (P) diklasifikasikan sebagai berikut:
P 0,00 sampai dengan 0,30 = soal sukar
P 0,31 sampai dengan 0,70 = soal sedang
P 0,71 sampai dengan 1,00 = soal mudah
3.5.4 Daya Pembeda.
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan
siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.(Nana Sudjana,1989:141)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dalam membedakan antara siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda soal disebutkan dengan Indeks Diskriminasi
(D). langkah-langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
12
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
a. Untuk kelompok kecil seluruh kelompok tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas
(JA) dan 50% kelompok bawah (JB).
b. Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor
teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagi kelompok bawah
(JB).
Daya pembeda digunakan untuk menganalisis data hasil uji coba instrument penelitian
dalam hal tingkat perbedaan setiap butir soal, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
D =
-
= -
(Arikunto, 2006: 213)
Keterangan :
D = Indeks diskriminasi (daya pembeda)
JA = Banyaknya peserta kelompok atas.
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel 3.3
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
Sumber: Arikunto (2006:218)
13
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Jika instrumen yang dibuat telah valid dan reliabel serta telah diketahui bagaimana tingkat
daya beda dan tingkat kesukarannya maka instrument tersebut diberikan kepada siswa baik siswa
eksperimen maupun siswa kontrol. Kemudian setelah diperoleh data dari kedua kelas tersebut
maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. penskoran
penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran.
Sebelum lembar jawaban siswa siberi skor, terlebih dahulu ditentukan standar penilaian
untuk tiap tahap sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektifitas dapat dikurangi.
Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian
skor dihitung dengan menggunakan rumus:
S = ∑
Dengan : S = Skor siswa dan R = Jawaban siswa yang benar.
b. Mengitung rata-rata hasil pretest dan posttest dengan menggunakan rumus sebagai brikut:
= ∑
Dengan:
= rata-rata
= data (pretest/posttest)
= banyaknya siswa
c. Setelah memperoleh skor pretest dan posttest pada kedua kelas, dihitung selisih antara
pretest dan posttest untuk mendapatkan nilai gain dan gain ternormalisasi. Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai gain dan gain ternormaslisai adalah sebagi berikut:
Gain = skor posttest- skor pretest
Gain ternormalisasi (g) =
Keterangan:
(g) = gain yang dinormalisir
Pos-test = tes diakhir pembelajaran
Pre-test = tes diawal pembelajaran
14
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
d. Skor gain normal ini diinterprestasikan untuk menyatakan kriteria peningkatan hasil
belajar siswa. Selanjutnya, indeks gain yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menggunakan indeks gain ternormalisasi pada tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Indeks Gain
Skor Kriteria
(g) 0,70 Tinggi
0,30 (g) 0,70 Sedang
(g) 0,30 Rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto(2006: 219)
3.5.5 Uji Normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal
atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis
menggunakan statistik parametrik. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) menyatakan bahwa:
Teori-teori menaksir dan menguji hipotesis berdasarkan asumsi bahwa populasi yang
sedang diselidiki berdistribusi normal, jika ternyata populasi tidak berdistribusi normal,
maka kesimpulan berdasarkan teoru itu tidak berlaku.
Selain itu uji Normalitas juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah gain atau selisih skor
pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan uji Chi-Kuadrat yang diolah menggunakan
SPSS 19. Kriteria pengujian adalah jika signifikan lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
berdistribusi normal. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
- Jika nilai signifikan (sig) > 0.05, maka data berdistribusi normal.
Jika nilai signifikan (sig) < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.
- Jika nilai <
, maka data berdistribusi normal.
- Jika nilai >
, maka data tidak berdistribusi normal
Jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non-parametrik, yaitu
menggunakan uji Mann-Whitney. Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:
15
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
- Jika nilai signifikan > 0.05, maka data berdistribusi normal.
- Jika nilai signifikan < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.
3.5.6 Uji Homogenitas.
Uji homogenitas digunakan untuk menentukan sampel tersebut apakah kedua kelas tersebut
homogen atau tidak justru sebaliknya. Apabila kelas tersebut homogeny berarti tidak terdapat
perbedaan yang berarti antara kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
dilakukan pembelajaran. Uji homogenitas menggunakan data pretest dari kedua kelas yang
diolah kedalam SPSS 19 kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan uji Levene’s,
dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika level signifikansi > 5%, maka data tersebut homogen
- Jika level signifikansi < 5%, maka data tersebut tidak homogen
- Jika F hitung < F tabel, maka kedua sampel homogen
3.5.7 Uji Hipotesis.
Uji hipotesis pada penelitian ini di dasarkan pada data peningkatan hasil belajar, yaitu
data selisih pretest dan posttest. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji t
independen yang terdapat pada program SPSS 19.0. Data yang digunakan adalah skor gain
siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan kriteria:
: =
:
Dimana: = skor gain kelompok eksperimen
= skor gain kelompok kontrol
Jika dibandingkan dengan , maka
- Jika > , maka ditolak dan diterima
16
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
- Jika , maka diterima dan ditolak
Selanjutnya selisih gain kontrol dan eksperimen tersebut dihitung Normalized Gain (N-
Gain). Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) pada tabel di atas digunakan rumus sebagai
berikut:
N – Gain =
(Arikunto, 2006: 126)
Uji Hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu hipotesis alternatif yang
disimbolkan dengan H1 dan hipotesis nol yang disimbolkan dengan . Selain itu H1 dan Ho
dijadikan pembeda dalam pernyataan hipotesis, jika H1 menunjukkan pernyataan “Terdapat”
maka Ho dengan pernyataan “Tidak Terdapat”.
Berdasarkan penjelasan hipotesis diatas, maka hipotesis yang di uji adalah:
1. : =
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran ekonomi saat pretest pada siswa kelompok eksperimen yang proses
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran induktif dengan siswa
kelompok kontrol yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran diskusi
biasa.
2. :
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran ekonomi saat posttest pada siswa kelompok eksperimen yang proses
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran induktif dengan siswa
kelompok kontrol yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran diskusi
biasa dengan kriteria:
: =
:
Dimana: = N-Gain kelompok eksperimen
= N-Gain kelompok kontrol
17
Puspita Maelani, 2013 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Kelas X SMAN 1 Ciruas Dengan SK Memahami Uang Dan Perbankan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Jika dibandingkan dengan , maka:
- Jika > , maka ditolak dan diterima
- Jika , maka diterima dan ditolak