15
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL Endapan Epitermal 2011 49 BAB III ENDAPAN EPITERMAL A. Pendahuluan Sebagian besar cadangan deposit mineral bijih (seperti emas) di dunia berasal dari endapan-endapan hasil mineralisasi yang berasosiasi dengan tubuh urat di batuan (Evans, 1993). Salah satunya adalah endapan mineral bijih yang berasal dari endapan epitermal. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas larutan hidrothermal yang berkaitan dengan proses vulkanisme pada kedalaman dangkal dengan temperatur rendah, dengan kedalaman berkisar 1-1,5 km dan suhu antara 50°C- 300°C (Guilbert, 1986; Hedenquist et al, 2000). Istilah ini pertama kali dinyatakan oleh Lindgren pada tahun 1933. B. Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini memperkenalkan kepada para peserta praktikum berbagai macam kenampakan produk endapan epiternal pada batuan. Tujuan dari praktikum agar para praktikan mampu mendeskripsi sifat-sifat fisik dari gangue dan urat , mengetahui asosiasi mineral logam pada suatu tubuh urat, menginterpretasikan zona pambentukan urat dan mengerti tipe endapan epithermal di batuan. C. Endapan Epitermal Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut diperoleh interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya. Menurut White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan: - Karakteristik mineral dan teksturnya - Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya Berdasarkan kandungan sulfida pada asosiasi endapannya, Corbett dan Leach (1995) mengelompokkan jenis-jenis endapannya menjadi dua jenis yaitu : - Endapan epitermal sulfidasi rendah - Endapan epitermal sulfidasi tinggi

BAB III Endapan Epithermal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Endapan Epithermal

Citation preview

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    49

    BAB III

    ENDAPAN EPITERMAL

    A. Pendahuluan

    Sebagian besar cadangan deposit mineral bijih (seperti emas) di dunia berasal

    dari endapan-endapan hasil mineralisasi yang berasosiasi dengan tubuh urat di

    batuan (Evans, 1993). Salah satunya adalah endapan mineral bijih yang berasal dari

    endapan epitermal. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas larutan hidrothermal

    yang berkaitan dengan proses vulkanisme pada kedalaman dangkal dengan

    temperatur rendah, dengan kedalaman berkisar 1-1,5 km dan suhu antara 50C-

    300C (Guilbert, 1986; Hedenquist et al, 2000). Istilah ini pertama kali dinyatakan

    oleh Lindgren pada tahun 1933.

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud dari praktikum ini memperkenalkan kepada para peserta praktikum

    berbagai macam kenampakan produk endapan epiternal pada batuan.

    Tujuan dari praktikum agar para praktikan mampu mendeskripsi sifat-sifat fisik

    dari gangue dan urat , mengetahui asosiasi mineral logam pada suatu tubuh urat,

    menginterpretasikan zona pambentukan urat dan mengerti tipe endapan epithermal

    di batuan.

    C. Endapan Epitermal

    Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur

    rendah dan kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan

    yang dilakukan oleh Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe

    alterasi di batuan, dan tekstur dari mineral-mineral bijih yang terbentuk serta

    alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut diperoleh interpretasi mengenai suhu

    pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya. Menurut White (2009)

    endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:

    - Karakteristik mineral dan teksturnya

    - Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya

    Berdasarkan kandungan sulfida pada asosiasi endapannya, Corbett dan Leach

    (1995) mengelompokkan jenis-jenis endapannya menjadi dua jenis yaitu :

    - Endapan epitermal sulfidasi rendah

    - Endapan epitermal sulfidasi tinggi

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    50

    Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan

    yang dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada

    gunung api, dimana dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada

    kondisi reduksi dengan pH air netral disebut sebagai pembawa endapan-endapan

    sulfidasi rendah sedangkan kondisi asam dan teroksidasi disebut sebagai

    pembawa endapan-endapan sulfidasi tinggi. Terdapat asosiasi mineral-mineral

    tertentu yang dapat digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan sulfidasinya.

    Endapan sulfidasi rendah dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida

    seperti pirit-pirortit-arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi

    dicirikan oleh asosiasi mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral

    pirit.

    White dan Hedenquist (1995) di dalam White (2009), mengklasifikasikan

    kedua jenis endapan tersebut sebagai berikut :

    No Karakteristik Sulfidasi Rendah Sulfidasi tinggi

    1. Tempat terbentuknya Pada daerah busur vulkanik

    kalk-alkali-alkali (jenis tholeiitik

    jarang)

    Pada daerah busur vulkanik

    kalk-alkali

    Pada lingkungan subaerial

    Umumnya pada lingkungan

    subaerial dan jarang pada

    lingkungan submarine.

    Umumnya terjadi pada setting

    vulkanik distal-intermediet

    Pada setting vulkanik

    proksimal

    Terbentuk pada batuan

    vulkanik atau basement

    Terbentuk pada batuan

    vulkanik dan jarang pada

    basement

    2. Pembentukan deposit Dominan disusun oleh urat-urat

    pengisi rekahan-rekahan (open

    space)

    Urat-urat yang terletak lebih

    rendah hadir secara lokal

    Endapan bijih umumnya

    dijumpai dengan struktur

    stockwok

    Endapan bijih dijumpai

    dengan struktur stockwok

    dalam jumlah minor

    Disseminated ore umumnya

    minor

    Disseminated ore hadir secara

    dominan

    Kehadiran mineral-mineral bijih

    pengganti minor (replacements

    ore) dalam jumlah minor

    Kehadiran mineral-mineral

    bijih pengganti (replacements

    ore) umum dijumpai.

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    51

    3. Tekstur Urat Hadirnya urat-urat yang

    berlapis

    Vuggy quartz

    Breccia vein Kuarsa masif

    Drussy cavities Urat sulfida masif

    Krustifikasi Hadirnya urat dengan

    lapisan-lapisan yang kasar

    Tekstur Lattice

    4. Alterasi hidrothermal

    Berasosiasi dengan

    mineral bijih

    Mendekati pH netral pH asam (pH 3)

    Kumpulan mineral

    alterasi

    Illit (serisit), interstratified clays

    (illit-smekit)

    Alunite, kaolin, pirofilit,

    diaspor

    Zona Zona bertemperatur tinggi

    menuju temperatur rendah

    Zona pH asam menuju pH

    netral

    Tabel 1. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995)

    di dalam White (2009)

    Mineral Low Sulphidation High Sulphidation

    pyrite

    sphalerite

    galena

    chalcopyrite

    enargite-luzonite

    tennantite-tetrahedrit

    covellite

    stibnite

    orpiment

    realgar

    arsenopyrite

    cinnabar

    electrum

    Ubiquitous (abundant)

    Common (variable)

    Common (variable)

    Common (very minor)

    Rare (very minor)

    Common (very minor)

    Uncommon (very minor)

    Uncommon (very minor)

    Rare (very minor)

    Rare (very minor)

    Common (minor)

    Uncommon (minor)

    Uncommon (variable)

    Ubiquitous (abundant)

    Common (very minor)

    Common (very minor)

    Common (minor)

    Ubiquitous (variable)

    Common (variable)

    Common (minor)

    Rare (very minor)

    Rare (very minor)

    Rare (very minor)

    Rare (very minor)

    Rare (very minor)

    Common (minor)

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    52

    native gold

    tellurides-selenides

    Common (very minor)

    Common (very minor)

    Common (minor)

    Uncommon (variable)

    Tabel 2. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di

    dalam White (2009)

    Mineral Low Sulphidation High Sulphidation

    quartz

    chalcedony

    calcite

    adularia

    illite

    kaolinite

    pyrophillite-diaspore

    alunite

    barite

    Ubiquitous (abundant)

    Common (variable)

    Common (variable)

    Common (variable)

    Common (variable)

    Rare (except overprint)

    Absent (except overprint)

    Absent (except overprint)

    Common (very minor)

    Ubiquitous (abundant)

    Uncommon (minor)

    Absent (except overprint)

    Absent

    Uncommon (minor)

    Common (minor)

    Common (variable)

    Common (minor)

    Common (minor)

    Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona

    tekstur pada urat di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi

    lingkungan terbentuknya urat (Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada

    gambar berikut :

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    53

    Gambar 1. Model tipe epitermal sulfida rendah (Buchanan, 1981)

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    54

    Tabel 3. Klasifikasi endapan Cu-Au sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1995)

    Deposit

    Type

    Style Examples Geological

    setting

    Structure Alteration Veining

    Paragenesis

    mineralisation

    Low

    sulphidation

    epithermal

    Sinter/breccia Osorezan,

    Champagne

    pool

    Fluid uplow

    zones within

    dilational

    settings,

    controlled by

    regional

    structures

    varying form

    fissures at

    depth to

    shallow

    stockworks

    Brecciated

    sinter

    Shallow argillic/

    advanced argillic to

    deep

    argillic/phyllic and

    marginal propylitic

    Polyphasal sinters-

    veins-breccias

    Electrum, cinnabar,

    realgar, stibnite

    Stockwork/fissure

    vein

    Hishikari,

    Cracow,

    Golden Cross,

    Walhi

    Stockwork

    vein/breccia

    grades

    downward to

    locally

    brecciated and

    banded veins

    Collofor/crustiform

    1. quartz adularia-

    bladed calcite

    2. Fine-coarse quartz

    3. quartz-clay-

    carbonate

    4. clay sulphates

    Electrum, silver-Ag,

    sulphosalts/sulphid

    es,

    chalcopyrite+Au/Ag

    -tellurides/selenides

    Porphyry-

    related Low

    Sulphidation

    quartz-sulphide

    Au+Cu

    Thames,

    Kainantu,

    Hamata

    Porphyry

    setting

    controlled by

    regional

    structures and

    veins by

    dilational

    environment

    and proximity

    to the

    intrussive

    Banded veins

    and breccias

    controlled by

    dilational

    environment

    and rock

    competency

    Phyllic overprinting

    propyllitic/potassic

    Veining:

    1. hematite-magnetite

    2. quartz-pyrite-

    pyrrhotite-

    arsenopyrite

    3. chalcopyrite

    Gold, pyrite,

    pyrorthite,

    arsenopyrite,

    chalcopyrite,

    hematite, magnetite,

    Pb-Bi-Cu-Te phases

    Carbonate-base

    metal Au

    Kelian,

    Porgera,

    Open pit,

    Wau, Acupan,

    Woodlank,

    Karangahake

    Phyllic overprinting

    propylitic

    Veining/breccias:

    1. quartz- adularia/

    sericite

    2. sulphides

    3. carbonates

    Gold, pyrite,

    sphalerite, galena,

    chalcopyrite,

    tennantite

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    55

    Quartz Au-Ag Tolukuma,

    Porgera, Zone

    7, Emperor

    Phyllic/argillic

    overprinting

    propylitic, late

    advance argillic

    Veining/colloform/bre

    ccias:

    1. quartz-sulphides

    2. quartz-

    adularia/carb

    3. quartz-chlorite-illite

    Gold, pyrite,

    sulphosalt, Au/Ag

    tellurides and

    selenides, Cu-Pb-Zn

    sulphides, hematite

    Sediment hosted Bau, Mesel Extensional

    structures are

    important

    Disseminated Decalcification,

    dolomitisation and

    silicification

    Vein+breccia:

    1. quartz-pyrite

    2. quartz-arsenopyrite

    Pyrite, arsenopyrite,

    As-pyrite, stibnite,

    orpiment, realgar

    High

    Sulphidation

    Porphyry Horse Ival,

    Lookout

    Rocks, Vuda,

    Cabang Kirl

    Regional

    structures

    control

    intrussive

    emplacement

    and dilational

    structures host

    rock

    permeability

    and focus

    fluid from

    upflow into

    outflow zones

    Alteration and

    mineralisation

    zonations

    influenced by

    host rock

    permeability

    and dilational

    structures; ore

    commonly

    occurs as

    breccia matrix

    Zone potassic,

    phyllic to advance

    argillic (related to

    porphyry system)

    Repalcement

    dominated

    Barren to very low

    grade, covellite-

    pyrite+enargite

    Structural control Nena,

    Lepanto, Mt.

    Kasi

    Lithological

    control

    Wall,

    Nansatsu

    Peak Hill,

    Temora

    Core silisic to

    marginal argillic to

    peripheral

    propyllitic (related

    to epithermal

    system)

    Vein & breccias

    1. quartz

    2. alunite, barite

    3. pyrite

    4. Cu-sulphides

    Vertically zoned;

    covellite, enargite,

    luzonite, tennantite,

    goldfieldite lateral

    zones, as above

    outward to

    tennantite, chalco,

    base metal sulphides

    Composite

    structural and

    lithological

    Sangihe, Peak

    Hill

    Porphyry Porphyry Cu-Au Panguna, Ok

    Tedi,

    Grasberg,

    Batu hijau

    Regional

    structure

    control to

    intrusive

    Fracture

    mineralisation

    at intrussive

    margins and

    Early potassic to

    peripheral

    propyllitic; late

    phyllic then argillic

    Stockwork:

    1. Quartz-biotite/K-

    feldspar

    Vertical zones:

    bornite-chalco-

    magnetite, to chalco-

    magnetite-pyrite, to

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    56

    emplacement

    as splays in

    acretionary

    structures or

    along transfer

    structures,

    subsurface

    batholith

    topography

    influences

    breccia

    intrussion

    breccia matrix

    infill

    overprints 2. Sulphides

    3. Sericite-clay-

    sulphides

    pyrite-chalco-

    hematite

    Skarn Erstberg, Ok

    Tedi

    Zone isothermal

    overprinted by

    metasomatic and

    late retrograde

    Veining:

    1. Garnet-pyroxene-etc.

    2. Oxides-sulphides

    3. Chlorite-carb-quartz

    Zoned Cu, to Pb-Zn,

    to peripheral Au

    Braccia Au Kidston, Mt.

    Leyshan

    As quartz-sulphide

    Au

    As quartz-sulphides-

    An

    Alkaline Porphyry

    Au

    Porgera, Lihir Potassic,

    overprinted by

    successive phyllic,

    argillic and advance

    argillic

    As quartz-sulphide Au Qverpinting events,

    As-pyrite, then base

    metal, then Au-Ag-

    Te phases

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    57

    D. Deskripsi Endapan Epitermal

    Hal yang perlu diamati pada endapan epitermal yaitu host rock, asosiasi

    mineral bijih, gangue, alterasi, kenampakan tekstur alterasi dan tubuh gangue/urat

    dan struktur tubuh urat/gangue (Hedenquist et al, 2000). Berikut tahapan-tahapan

    pengamatan pada endapan epitermal:

    1. Warna batuan,

    2. Tipe Alterasi (jika teramati)

    3. Pemerian Urat:

    a. Tekstur urat (jika memiliki perlapisan diukur ketebalannya)

    b. Geometri urat (Sillitoe, 1993)

    4. Mineralogi :

    a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)

    b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)

    - Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

    - Mineral-mineral tambahan

    c. Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue baik mineral non-logam atau

    mineral logam (bijih).

    5. Tipe urat : tekstur dan geometri

    6. Tipe endapan: Epitermal High Sulphidation atau Low Sulphidation

    7. Genesa

    8. Kondisi Lingkungan

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    58

    Tabel 4. Jenis-jenis alterasi yang berasosiasi dengan endapan epithermal (alterasi ini dapat

    berasosiasi dengan pembentukan mineral bijih atau tidak; Hedenquist et al, 2000)

    Tabel 5. Interpretasi kondisi lingkungan alterasi pada endapan epithermal

    (Simmons et al, 2005)

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    59

    Tabel 6. Karakteristik endapan sulfidasi rendah dan tinggi pada endapan epithermal

    (Hedenquist et al., 2000)

    Referensi

    1. Bastin, Edson S., 1953, Interpretation of ore textures, Ithaca, New York

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    60

    2. Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,

    alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration

    Geochemists at Townville, 145pp.

    3. Etoh, J., Izawa, E., Watanabe, K.,Taguchi, S., Sekine, R., 2002, Bladed Quart and Its

    Relationship to Gold Mineralisation in The Hishikari Low-Sulphidation Epithermal Gold

    Deposit, Economic Geology, vol. 97, pp 1841-1851

    4. Guilbert, J., M., Charles F.P. Jr. 1986. The geology of ore deposits. Freeman, New York, 985pp.

    5. Hedenquist, J.W. dan Houghton, B. F. 1996. Epithermal gold mineralisation and its volcanic

    environments , 50, Elsevier, Amsterdam, 423pp.

    6. Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold

    deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277

    7. Morrison, Kingston, 1996, Magmatic-related hydrothermal system, short course manual,

    Australia.

    8. Morrison, Gregg, Guoyi, Dong, Subhash Jairet, 1990, Textural Zoning in Epithermal Quartz

    Vein, exploration services, Klondike

    9. Guoyi, Dong, Morrison, Gregg, dan Subhash Jairet, 1995, Quartz Texture in Epithermal Veins,

    Queensland-Classification Origin and Implication; Economic Geology, vol.90, pp. 1841-1856

    10. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F., 1992, Petrology and fluid chemistry of magmatic-

    hydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water

    rock Interaction. Proceedings of the 7th International Sympossium on Water-Rock Interaction, Park

    City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344

    11. Sillitoe, R. H., 1993, Gold Rich Porphyry Copper Deposits; geological model and exploration

    implications, In: R. V. Kirham, W. D., Sinclair, R. I., Thorpe and J. M., Duke (editors), Mineral

    Deposit Modelling, Geol. Assoc. Canada Spec. Pap. 40, pp 1341-1344.

    12. Simmons, S. F., White, N. C., dan John, D. A., 2005, Geological Characteristic of Epithermal

    Precious Base Metal Deposits, Economic Geology, 100th volume, pp. 485-522

    13. Thompson, A. J. B., dan Thompson J. F. H., 1996, Atlas of alteration A field and petrographic

    guide to hydrothermal alteration minerals, Geological Association of Canada Mineral

    Deposit Divisions. Canada

    14. White, Noel,1996, Hydrothermal alteration in porphyry copper system. Unpublished

    15. White, Noel, 2009, Ephithermal Gold Deposit; in SEG-MGEI Gold Deposit Workshop 2009, Gold

    Deposits: New Development and Exploration, Gadjah Mada University, Yogyakarta,Indonesia.

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    61

    LABORATORIUM BAHAN GALIAN

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

    Lembar Pengamatan Peraga Endapan Epitermal

    Nama :

    NIM :

    No. Peraga :

    Komponen pengamatan Keterangan

    1. Warna batuan

    2. Tipe Alterasi Batuan

    3. Pemerian Urat/Gangue Tekstur :

    Geometri struktur :

    4. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :

    Mineral Sekunder :

    Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

    Mineral-mineral tambahan

    Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue

    mineral non-logam

    mineral logam (bijih).

    5. Pemerian Urat/gangue Tekstur Urat

    Struktur Urat

    6. Tipe endapan:

    7. Genesa

    8. Kondisi Lingkungan

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    62

    Contoh pendeskripsian batuan

    LABORATORIUM BAHAN GALIAN

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

    Lembar Pengamatan Peraga Endapan Epitermal Nama : Nikita Willy

    NIM : 38954

    No. Peraga : EP 2

    Komponen pengamatan Keterangan

    1. Warna batuan Merah muda kecoklatan

    2. Tipe Alterasi Batuan Silisifikasi

    3. Pemerian Urat/Gangue Tekstur Urat

    Cockade, di dalam fragmen batuan berkembang tekstur krustifrom (Morrison et al, 1990)

    Struktur Urat

    Vein breccia (Sillitoe, 1993)

    4. Deskripsi mineralogi Mineral asli

    -

    Mineral Sekunder

    Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

    - Kuarsa berwarna putih susu, kilap seperti kaca bentuk berupa butiran dengan kelimpahan 30%

    - Kalsedon, berwarna putih, kilap seperti lilin, membentuk perlapisan dengan ketebalan 5 mm, kelimpahan 10%

    - Epidot, berwarna hijau kekuningan, kilap seperti tanah bentuk berupa butiran-butiran halus dengan agregat membentuk halo pada rekahan di batuan. Kelimpahan 10 %

    Mineral-mineral tambahan

    - Lempung berwarna coklat, kilap seperti tanah, ukuran

  • PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL

    Endapan Epitermal 2011

    63

    terletak pada pusat lingkaran kalsedon, berukuran