Upload
ledang
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
55
BAB III
DZIKIR DAN PEMBENTUKAN PERILAKU KEAGAMAAN
JAMA’AH AZ-ZIKRA PIMPINAN USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM
3.1. Gambaran Umum Majelis Az-Zikra
3.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Majelis Az-Zikra
Majelis Az-Zikra pada awalnya merupakan kumpulan dari
berbagai majelis taklim yang berada di kawasan Mampang Depok yang
pelaksanaan kegiatannya dikoordinasikan di masjid Al-Amru Bittaqwa.
Masjid Al-Amru Bittaqwa sebelumnya adalah sebuah taman
yang digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat
perumahan tersebut. Karena daerah itu belum memiliki sarana ibadah,
masyarakat setempat sepakat agar taman itu dijadikan sebuah masjid
sebagai sarana ibadah dan dakwah di daerah tersebut, maka pada tahun
1995 didirikanlah sebuah masjid yang bernama Al-Amru Bittaqwa,
nama masjid itu diambil dari nama salah satu guru ustadz H.M. Arifin
Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bittaqwa.
Pada saat itu kegiatan di masjid tersebut hanya digunakan
sebagai sarana ibadah saja tanpa ada kegiatan yang lain. Bertitik tolak
dari situlah, Ustadz H.M Arifin Ilham menyelenggarakan kegiatan
dzikir, yang pada awalnya kegitan dzikir tersebut hanya dilakukan
sendiri saja. Karena manfaat yang dirasakannya begitu besar maka
beliau mengajak warga setempat untuk melakukan dzikir seperti yang ia
lakukan setiap hari.
56
Pada mulanya jama’ah yang hadir jumlahnya hanya tujuh orang
dan kegiatan dzikir tersebut dilakukan setiap hari sabtu usai
pelaksanaan shalat shubuh berjama’ah dan kegiatan ini berlangsung
selama kurang lebih dua bulan. Kemudian dalam waku yang tidak
begitu lama jama’ah yang hadir semakin bertambah hingga memenuhi
ruangan masjid Al-Amru Bittaqwa. (Wawancara, Arifin Ilham)
Pada saat itu kegitan dzikir hanya bertempat di masjid Al-Amru
Bittaqwa saja dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000
Ustadz H. M. Arifin Ilham mengembangkan kegiatan dzikir tersebut,
seiring dengan perjalanan dakwah dan sosial yang dilakukan oleh Ustad
H. M. Arifin Ilham. Melalui ceramahnya ia memperkenalkan dan
mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan dzikir dan doa yang
telah dilakukannya (Ilham, 2004 : 55).
Menurut Arifin Ilham, para jama’ah menginginkan agar kegiatan
dzikir ini tidak hanya terfokus kepada satu kegiatan saja tetapi lebih
mengembangkan kegiatan dakwahnya. Atas usulan tersebut, maka
Utadz H.M. Arifin Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama Az-
Zikra.
Kata Az-Zikra itu sendiri artinya mengingatkan kembali kepada
al-Qur'an dan as-Sunnah, yang kemudian dzikir ini dikenal dengan
nama dzikir taubah. Arti taubah itu sendiri adalah “kembali” jadi orang
yang bertaubat berarti dia telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh
Islam manuju sesuatu yang disenangi oleh Islam. (Wawancara, Arifin
57
Ilham). Tujuan berdirinya majelis Az-Zikra adalah menyelenggarakan
majelis dzikir dan memasyarakatkan dzikir agar terbentuk masyarakat
sebagai model masyarakat madani.
Seiring dengan berjalannya waktu, dzikir ini semakin
berkembang dan respon dari masyarakatpun sangat positif. Sehingga
kegiatan dzikir pun “melebarkan sayap” dengan menyelenggarakan
dzikir di luar masjid al-Amru Bittaqwa. Dzikir pertama diselenggarakan
di masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur
pada tanggal 18 Agustus 2001 dan jumlah jama’ah yang hadir sekitar
7.000 orang.
Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu
tempat dan waktunya hanya satu bulan sekali kini seperti “bola salju”
yang terus bergulir dan berkembang dengan pesat.
Jama’ah yang hadir pun kini semakin banyak, mereka datang
dari berbagai tempat dan daerah. Nuansa putih pun senantiasa
menyelimuti majelis dzikir ini mulai dari tempat hingga pakaian pada
jama’ahnya. Filosofinya tidak lebih, putih adalah warna yang
melambangkan kesucian dan warna yang disukai oleh Rasulullah Saw.
(Ilham, 2004 : 56)
Majelis Az-Zikra sampai saat ini telah berhasil menarik ribuan
jama’ah setiap menyelenggarkan kegiatan dzikirnya. Berawal dari
kegiatan itulah ada sebagian jama’ah yang berkeinginan untuk
menunaikan ibadah haji, karena mereka melihat bahwa Ustadz H.M.
58
Arifin Ilham sebelumnya memang sudah membawa jama’ah haji sejak
tahun 1995 maka dari situlah para jama’ah ingin beliau membimbing
mereka untuk mengadakan program manasik haji dan umrah agar
mereka dapat mengetahui dan memahami tata cara menunaikan ibadah
haji dan umrah dengan melaksanakan rukun-rukun yang harus diketahui
oleh orang yang ingin pergi ke tanah suci. Dalam hal ini majelis Az-
Zikra bekerja sama dengan biro-biro perjalanan hari seperti PAS Travel,
MC Travel dan Hikmah Tour.
Untuk menjadikan organisasi kemasyarakayan ini mengikuti
perkembangan zaman yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, para
pengurus hendaklah tetap berpegang teguh pada ketentuan al-Qur'an
dan as-Sunnah serta menjalankan syari'ah Islam dengan baik selain itu
harus melengkapi dirinya dengan manajemen yang modern.
Selain menyelenggarakan dzikir dan ibadah haji, majelis Az-
Zikra juga memberikan pelayanan yang berupa konsultasi keluarga dan
remaja serta mengelola panti yatim yang semua kegiatan tersebut
dikoordinasikan oleh Majelis Az-Zikra.
Dengan adanya berbagai program yang dipaparkan di atas,
reaksi masyarakat sangat mendukung, karena bermanfaat baik untuk
individu, masyarakat umum dan juga membantu pemerintah dalam
bidang kesejahteraan sosial yakni menyantuni fakir miskin dan anak
yatim yang berasal dari daerah, khususnya daerah konflik.
59
3.1.2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Majelis Az-Zikra
Maksud dan tujuan berdirinya majelis Az-Zikra secara umum
adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dzikir dan
memasyarakatkan dzikir agar terbentuk masyarakat dzikir sebagai
model masyarakat madani. Di samping itu juga untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta membantu program pemerintah dalam hal
pembangunan guna meningkatkan pendidikan, khususnya keagamaan,
kesejahteraan sosial, menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
Untuk menerapkan tujuan tersebut, majelis Az-Zikra ini berusaha :
1. Mengelenggarakan secara rutin dzikir, dakwah Islam, seminar dan
diskusi-diskusi.
2. Mendirikan dan mengelola pesantren yatim Az-Zikra
3. Menyelenggarakan biro konsultasi keluarga dan remaja yang
bernama Titian Keluarga Sakinah (TKS).
4. Memberikan pelayanan dan program manasik haji dan umrah
Dengan demikian jelas bahwa maksud dan tujuan didirikannya
majelis Az-Zikra bukan semata-mata untuk dikenal oleh masyarakat
secara umum. Namun dilihat dari manfaatnya usaha-usaha yang
dilakukan majlis Az-Zikra tidak lain adalah untuk membentuk
masyarakat yang beriman dan bertaqwa. (Ilham, 2004 : 59 – 61).
Untuk mencapai tujuan tersebut dukungan dari semua pihak
sangat membantu untuk mengembangkan program yang ada. Di dalam
mengembangkan programnya majelis Az-Zikra menitik beratkan pada
60
kegiatan keagamaan, memahami serta mempelajari nilai-nilai
keagamaan dan menciptakan kader-kader Islam serta menerapkan ilmu
yang diperoleh ke tengah-tengah masyarakat agar tercipta generasi
Islami.
3.1.3. Struktur Organisasi
Struktur adalah cara bagaimana sesuatu disusun. Sedangkan
organisasi berarti susunan atau aturan dari berbagai bagian sehingga
menjadi kesatuan yang tertur dan tersusun.
Struktur organisasi mempunyai arti penting bagi pengelolaan
kegiatan atau program kerja, sebab dengan adanya struktur organisasi
tersebut maka rencana kagiatannya yang berkenaan dengan program
dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Struktur organisasi Majelis Az-Zikra adalah sebagai berikut :
A. Dewan Syura
Ketua : H. Amang Syafruddin
Wakil : H. M. Bhakty Kasry
Anggota : H. Ilham Mardjuki
: H. Aminullah Tayyibnapis
: H. Syamsulrizal Andi Pattiwiri
: H. Ferry Nur
: H. Ihsan Tandjung
B. Dewan Tanfidziyah
Ketua Umum : H.M Arifin Ilham
61
Sekretaris Jendral : M. Abd. Syukur
Bendahara Umum : Dijantono
C. Departeman Dakwah dan Tarbiyah
Ketua : H. Nanang
Wakil : H. Asfa Daud Bya
D. Departeman Majelis Zikir
Ketua : H. Denny Ernadie
Wakil : Asril
E. Departemen informasi, komunikasi dan Budaya
Ketua : H. Eddy Supadmo
Wakil : H. Irham
F. Departeman Pengembangan Bisnis dan Pengambangan Umat
Ketua : H. Bambang Bernanthos
Wakil : H. Zafruddin Antemas
Adapun tugas dan tanggungjawab dari masing-masing pengurus
adalah :
A. Dewan Syura
Dewan Syura adalah lembaga tertinggi organisasi dan dalam
pelaksanaannya didampingi oleh dewan Tanfidziyah yang terdiri
dari ketua umum, sekretaris dan bendahara umum serta ketua
departemen.
Adapun tugas Dewan Syura
62
a. Membangun umat melalui budaya organisasi yang berdasarkan
keikhlasan, keistiqamahan, kejujuran, amanah, hikmah dan
penuh ukhuwah.
b. Bersama dengan dewan tanfidziyah mempertimbangkan dan
memutuskan kebijakan-kebijakan strategis bagi arah perjalanan
organisasi
c. Memilih dan menetapkan pengurus dewan tanfidziyah
d. Menetapkan anggaran tahunan dan evaluasi akhir tahun dari
laporan keuangan.
B. Dewan Tanfidziyah
Dewan Tanfidziyah adalah lembaga pelaksana pengurus
harian yang terdiri dari ketua umum, sekretaris jendral dan
bendahara umum.
Tugas dan kewajiban dewan Tafidziyah adalah :
a. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pengurus dan
lembaga-lembaga di bawahnya.
b. Menerima wakaf, hibbah dan dana sukarela yang sah dan halal
c. Menyerahkan laporan keuangan dan evaluasi akhir kepada
Dewan Syura.
Tugas dan Kewajiban
1. Ketua Umum
- Bertanggungjawab kepada Allah Swt dan kepada Dewan
Syura
63
- Menjalankan seluruh kebijakan organisasi
- Mengawasi perkembangan dan perjalanan setiap kegiatan.
2. Sekretris Jendral
- Bertanggungjawab kepada ketua umum
- Mendampingi ketua umum menjalankan organisasi
- Menggantikan ketua umum dalam hal keorganisasian
3. Bendahara Umum
- Bertanggngjawab kepada ketua umum
- Mengatur keuangan
- Mencatat keuangan yang masuk dan kekuar
C. Departeman Dakwah dan Tarbiyah
Bertugas membuat kegiatan yang bersifit keagamaan, mendidik dan
melatih bagi para pengurus dan jamaah majelis dzikir, seperti
melakukan kaderisasi dai, memberikan pelatihan dan pendidikan
zikir di seluruh lapisan masyarakat.
D. Departemen Majelis Dzikir
Bertugas menyelenggarakan majelis dzikir, memasyarakatkn dzikir
ke seluruh lapisan masyarakat.
E. Departeman Pelayanan dan Pengembangan Masyarakat
Bertugas memberikan pelayanan kepada jama’ah seperti pelayanan
konsultasi keluarga dan remaja dan bekerja sama dengan
departemen majelis dzikir membuat zona dzikir.
64
F. Departemen Informasi, komunikasi dan budaya
Bertugas dan membangun dan mengembangan pusat informasi dan
teknologi Islami yang profesional
G. Departemen pengembangan Bisnis dan Pengembangan Umat
Bertugas mengembangkan berbagai bidang usaha Az-Zikra seperti
mengadakan program haji dan umrah (Dokumen Majelis Az-Zikra).
3.2. Profil Muhammad Arifin Ilham
3.2.1. Biografi Muhammad Arifin Ilham
Saat ini nama Utadz H.M. Arifin Ilham menjadi sebuah
fenomena. Kahadirannya di tengah-tengah publik cukup mengejutkan
di mana ia datang secara tiba-tiba, lalu ia muncul di tengah-tengah
masyarakat yang secara psikologis membutuhkan suasana penyejuk
jiwa.
Arifin Ilham lahir pada 8 Juni 1969 di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, Ayahnya bernama Ilham Marzuki masih keturunan Ulama
Besar Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Ia bertempat
tinggal di Perum Mampang Indah Dua Rangkapan Jaya, Pancoranmas
Depok.
Arifin Ilham dikenal sebagai penyayang binatang. Awal April
enam tahun silam, ia mendapat musibah digigit seekor ular kobra yang
membuatnya tak sadarkan diri selama 21 hari. Inilah awal mula dari
perjalanan spiritual Arifin Ilham, katika ia menyadari kondisinya dalam
ketidakberdayaan, lalu ia sering larut dalam dzikir selama proses
65
penyembuhan. Meskpun harus merangkak menuju masjid dan menahan
rasa sakit ketika berwudhu, ia tetap selalu mendekatkan diri kepada
Allah dan Akhirnya sembuh total.
Sekarang Arifin Ilahm bersama majelis dzikir Az-Zikra, yang
didirikan pada tahun 1999, menjaring puluhan ribu jama’ah lewat ritual
bersama diberbagai tempat. Inilah kekuatan dzikir yang mampu
mengatasi kelumpuhan mental dan spiritual.(Saefullah,2003:16)
Arifin Ilham menikah dengan Wahyuningsih al-Waly pada
tahun 1998 dan dari hasil pernikahan itu, ia dikarunia rezeki berupa
dua orang putera, yaitu Muhammad Alfi Faiz, (usia 4 tahun) dan
Amwar Muhammad Zikro, (usia 2 tahun).
Arifin Ilham dan majlis Az-Zikra yang dipimpinnya, mengusung
aktivitas dakwahnya dengan memadukan pola dzikir dan dakwah. Di
sela-sela dzikir masa, Arifin Ilham menyampaikan tausyiyah
dakwahnya. Materi dakwahya pun bervariatif, tapi yang sering
disampaikanya di depan jama’ahnya yaitu berkaitan dengan dosa,
taubat, introspeksi diri, selalu ingat kepada Allah, menjauhi hawa nafsu
dan menjadikan Allah sebagai tujuan utama bagi setiap insan.
Ritualisasi dzikir yang dilakukan Arifin Ilham dan jama’ahnya,
bukan saja dapat meningkatkan kadar keimanan dan kualitas ibadah
seseorang namun membawa dampak positif. Hal itu diakui oleh Arifin
Ilham bahwa di kalangan jama’ahnya ada yang sembuh dari stress,
keharmonisan rumah tangganya menjadi pulih.
66
Bahkan menurut Arifin Ilham (2003 : 57) ada seorang jama’ah
yang sembuh dari penyakit Aids. Hal ini diakui sebagai efek terapi yang
ada dalam dzikir. Dadang Hawari (1996) mengungkapkan bahwa di
bidang kedokteran dzikir sudah lama dilakukan sebagai salah satu
bentuk upaya terapi bagi pasien. Dadang Hawari juga mengatakan
bahwa ketika jiwa yang tidak tenang dan jiwa yang khawatir dilepaskan
dan dikembalikan kepada jiwa yang pasrah kepada Allah Swt, hal itu
secara psikologis akan membantu (Saefullah, 2003 : 17).
3.2.2. Karya-karya dan Aktifitas Muhammad Arifin Ilham
a. Karya yang diterbitkan
1. Hakekat Dzikir Jalan Taat Menuju Allah, Intuisi Prsess, 2003
2. Renungan-Renungan Dzikir, Intuisi Press, 2003
3. Hikmah Dzikir Berjamaah, Republika, Jakarta, 2003
4. Dzikir Berjamaah Sunnah atau Bid’ah, Hikmah, Jakarta, 2003
5. Mendzikirkan Mata Hati, Instuisi Press
6. Indonesia Berzikir, Instuisi Press
b. Organisasi
1. Pelajar Islam Indonesia (PII)
2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
3. Pimpinan Majelis dzikri Az-Zikra
c. Prestasi
1. Juara lomba pidato bahasa Inggris ASEAN
2. Juara bulutangkis antar Ponpes se-Jabatobek
67
3.3. Jama’ah Dzikir Az-Zikra
3.3.1. Profil Jama’ah
Dilihat dari latar belakang jama’ah memang berbeda mulai dari
usia, pendidikan, sampai tingkat ekonominya, ada yang tua dan ada
yang muda, setelah mengamati dan berpartisipasi langsung dalam
jamaah dzikir variasi jamaah sangat kelihatan. Ketika selesai berdzikir
penulis menghampiri salah seorang jama’ah yaitu pak Andi kelahiran
Padang Sumut, ia sekarang tinggal di Jombang Ciputat Jakarta, ia
menuturkan sebelum ikut dzikir ia sangat kesusahan dalam hidupnya
dari segi ekonomi, dan moral pun jauh dari norma agama, menjalankan
kewajibanpun sering ditinggalkan. Tepatnya tahun 2002, ia tertarik
dengan dzikirnya Arifin Ilham, kata beliau sangat menyentuh dalam
hati karena dzikirnya pun tidak hanya kalimat-kalimat yang ada dalam
bahasa Arab melainkan diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Setelah
mengikuti dzikir dari hari kehari ia rasakan sangat nikmat, setelah rutin
dan ia niatkan ikhlas karena Allah Swt. Sifat, moral dan perilakupun
berubah dengan sendirinya. Hati menjadi tenteram dan damai
(wawancara, Jamaah Dzikir).
Latar belakang jamaah Dikir Az-Zikra berbeda-beda bahkan
sekretaris pribadi Arifin Ilham sebelumnya, seorang pemalas, dimana
dia sering meninggalkan shalat dan puasa. (Wawancara, Arifin Ilham).
Ada juga yang pemabuk, penjudi bahkan lingkungan majelis dan
masjid Az-Zikra itu lingkungan orang-orang penjudi dan pemabuk, tapi
68
sekarang semuanya sudah sadar dan mengikuti semua kegiatan dzikir
Az-Zikra. Bahkan setiap malam rabu semua mengikuti Tarbiyah, ada
juga jamaah sebut saja Farhan sebelum mengikuti zikir, ia pemabuk
berat kata Arifin Ilham, ia pun penjudi nomor satu di wilayah
Mampang. Ada juga jamaah mualaf, bahkan yang mengikuti dzikir
banyak dari agama Hindu, Budha dan Kristen.(Pengamatan langsung,di
majelis Az-Zikra)
Mereka merasakan sesuatu yang berbeda setelah bergabung
dengan majelis dzikir ini. Hati menjadi lebih tenang, lebih tenteram
walaupun sejuta masalah tak henti-hentinya datang terutama masalah
yang sedang melanda negara ini. Kita ketahui, sepanjang hidup manusia
tidak pernah sunyi dari berbagai persoalan yang datang silih berganti.
Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu tidak sama antara satu
dengan yang lainnya, baik sifat-sifatnya maupun dalam
kemampuannya, maka manusia ada yang sanggup menghadapi
persoalannya tanpa ada bantuan pihak manapun, tetapi tidak sedikit
manusia yang tidak sanggup menghadapi persoalan-persoalan tanpa ada
bantuan atau pertolongan dari pihak lain.
Hal inilah yang menjadi alasan bagi sebagian dari mereka untuk
bergabung di majelis dzikir ini untuk mempelajari dzikir, mendapatkan
wejangan-wejangan serta mempraktekkan dzikir tersebut dalam setiap
shalatnya.
69
Sebagian jama’ah dalam ibadahnya minim sebelum mengikuti
dzikir. Penulis bertemu dengan salah satu jamaah ia adalah Fauzan
(nama Islam), ia seorang mualaf dulu ia seorang sekretaris gereja.
Pertama kali ia mengikuti dzikir, hanya ikut-ikutan dan akhirnya masuk
Islam dan sekarang ibadahnya dari hari ke hari makin meningkat.
Tepatnya tanggal 8 bulan Maret tahun 2005 pada waktu Tarbiyah ada
yang masuk Islam yaitu Henri Hanituo ia Kristen dan masuk Islam
diberi nama Islam oleh Utadz H.M. Arifin Ilham yaitu Muhamamd
Ridha. Ia sebelumnya sering lihat jamaah dzikir di depan rumahnya
berduyun-duyun dan berdzikir dipimpin oleh ustadz akhirnya ia ikut-
ikutan dan berkeinginan kuat untuk masuk Islam.
3.3.2. Proses Pembentukan Perilaku Keagamaan
Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka
mengingat Allah Swt, mengagungkan asmanya dengan lafadz-lafadz
tertentu baik yang dilafadzkan dengan lisan atau hanya diucapkan
dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana saja dan tidak terbatas
pada ruang dan waktu.
Pembentukan perilaku keagamaan yang dibentuk oleh dzikir
hakekat dzikir itu sendiri mempunyai empat hakekat dzikir yang
membentuk perilaku keagamaan, dzikir qalbiyah yaitu dzikir hati,
seseorang yang berdzikir dengan dzikir hati ini akan menumbuhkan
keimanan yaitu titik awal untuk meyakini atau mengingat Allah Swt,
setelah itu diteruskan dengan dzikir aqliyah yaitu akal, setelah hati
70
meyakini dan akal menangkap untuk berfikir keesaan Allah Swt yang
teraplikasi dari faedah dzikir yaitu ma’rifat dan diucapkan oleh lisan,
yaitu dzikir lisan, setelah lisan mengucapkan atau melafadzkan asma
(nama Allah) setelah ketiga dzikir tersebut, maka teraplikasi oleh dzikir
amaliyah, sesungguhnya puncak dari dzikir adalah taqwa (dzikir amal)
taqwa yaitu dibuktkan dalam perilaku keagamaan.
Jadi jama’ah dzikir Az-Zikra yang melakukan dzikir secara
rutin, yaitu dzikir individu maupun zikir secara berjama’ah, seorang
jama’ah yang melakukan dzikir akan mengalami perubahan dalam
sikap atau tindakannya. Sedangkan perilaku keagamaan itu sendiri
adalah suatu keadaan yang ada dalam diri individu untuk
mendorongnya bertingkah laku bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya. Yang mendorong untuk bertingkah laku yang ada dalam
diri individu tersebut adalah dzikir yang sudah menyatu dalam hati dan
akal serta perbuatan keseharian yang sesuai dengan norma agama dan
sosial.
Dalam pembentukan perilaku keagamaan pun dzikir tidak hanya
sekedar dzikir, Arifin Ilham pun memberikan tausyiah sebelum maupun
sesudah dzikir dan setiap malam rabu, kegiatan tarbiyah di sana
pembelajaran bagi orang-orang yang melaksanakan ajaran agama yaitu
bertaqwa kepada Allah Swt.
Maka dengan empat hakekat dzikir tersebut, proses
pembentukan perilaku keagaman sesuai dengan tujuan dzikir yaitu
71
untuk menjadikan manusia seutuhnya, agar mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Maka orang yang berdzikir akan terbentuk
perilaku keagamaan berupa akidah seseorang karena melalui dzikir dan
dzikir qalbiyah dari non muslim menjadi Islam, jadi puncak dzikir yaitu
dzikir amal yaitu taqwa yang teraplikasi kepada perilaku keagamaan
dan inilah proses pembentukan perilaku keagamaan yang dibentuk oleh
dzikir.
3.3.3. Perilaku Keagamaan Jamaah
Islam adalah jalan keselamatan dan kebahagiaan bagi segenap
manusia. Untuk mencapai keselamatan/kebahagiaan dunia dan akhirat
adalah dengan taqwa. Kita semua tentu ingin menjadi hamba Allah
yang bertaqwa, taat dan saleh, menurut Arifin Ilham salah satu caranya
adalah dengan menegakkan 7 (tujuh) sunnah Nabi Saw dalam
kehidupan nyata sehari-hari (wawancara, Arifin Ilham) 7 (tujuh) sunnah
Nabi Saw antara lain :
1) Shalat Tahajjud, 2) membaca al-Qur'an dengan terjemahnya, 3)
memakmurkan masjid/shalat subuh di masjid, 4) shalat dhuha, 5)
bersedekah, 6) menjaga wudhu, 7) istighfar.
Ketika jama’ah berdzikir mereka bertekad dalam hati akan
menjalankan 7 (tujuh) sunnah Nabi Saw, meskipun hanya sebagian
yang dapat mereka laksanakan. Manfaat nyata yang dirasakan setelah
berdzikir adalah shalat selalu berjama’ah, yang sebelumnya malas-
malasan beribadah menjadi giat beribadah, sifat dan perilaku pun
72
berubah menjadi baik dengan sendirinya (Wawancara dan pengamatan
langsung).
Perilaku keagamaan ini sama dengan dzikir amaliyah
implementasi dari dzikir qalbiyah, aqliyah dan lisan. Bentuk perilaku
keagamaan antara lain.
a. Aspek ibadah
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak
dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Ia merupakan tiang agama. Di
mana agama tidak dapat tegak kecuali dengan shalat. Shalat
merupakan ibadah yang mula pertama diwajibkan oleh Allah, di
mana perintah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara
dengan berdialog dengan rasul-Nya pada malam Mi’raj. (Rasyid,
1988 : 64).
Dalam menjalankan ibadah shalat sudah diatur waktunya
dengan tujuan untuk melatih kedisiplinan, membiasakan hidup
teratur, sehingga dalam mengarungi kehidupan ini akan terarah.
Jama’ah dzikir dalam meningkatkan ibadah shalat ini dilakukan
bertahap, tidak bisa langsung berubah dari malas menjadi giat.
Bagitu juga dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang lain
seperti puasa, shadaqah dan lain-lain. Bahkan setelah berdzikir
jamaah dzikir selalu ingin berbuat baik dan ibadah serta mencusikan
dirinya. Tetapi, ada juga jama’ah yang biasa-biasa saja tanpa ada
peningkatan.
73
b. Aspek sosial
1) Hubungan Jama’ah dengan Sesama
Manusia memiliki naluri untuk selalu hidup dengan
orang lain, dan dalam hidup bersama itu akan menimbulkan
interaksi, hubungan timbal balik yang saling pangaruh
mempengaruhi (Soekanto, 1990 : 124). Interaksi antara yang
satu dengan yang lain itu dapat dimanifestasikan dalam bentuk
tolong-menolong, saling mengasihi, saling menghormati dan
lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah Swt :
)2: المائدة ...(وتعاونوا على البر والتقوى...Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebaikan dan taqwa… (al-Maidah : 2) (Departeman Agama RI : 1985 : 156).
Penjabaran bentuk tolong-menolong dalam kebaikan
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan sehari-hari,
baik dalam wujud kegiatan keagamaan maupun wujud kegiatan
yang lain.
2) Hubungan Ustadz Dengan Jama’ahnya
Setelah melakukan dzikir berjama’ah Utadz H.M. Arifin
Ilham tidak hanya sekedar memimpin dzikir saja, bahkan
banyak jama’ah yang mengadu tentang masalah keluarga, sosial
dan lain-lain. Melalui handphone, majelis taklim, setiap senin
74
sore di radio, majalah Az-Zikra (wawancara jamaah III)
(wawancara Arifin Ilham).
Hubungan antara Ustadz dan jama’ahnya laksana adik
dan kakak atau ayah dan anak. Saling mengisi dan saling
membantu. Tidaklah berlebihan jika dikatakan guru/ustadz itu
laksana pelita dalam gulita, yang tugasnya membimbing serta
mendidik anak didiknya atau jama’ahnya agar dapat memahami
sekaligus mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, demi
kebahagiaan di masa mendatang baik di dunia maupun di akhirat
nanti. Untuk itu sudah menjadi kaharusan bagi anak
didik/jamaah untuk menghormati ustadznya.
3.4. Model Dzikir yang Diterapkan
Metode pelaksanaan dan materi dzikir Az-Zikra pimpinan Utadz
H.M. Arifin Ilham dibagi pada dua metode. Pertama, metode pelaksanaan
dzikir untuk individu, metode dzikir ini dimulai dari individu-individu, ketika
masing-masing individu merasakan nikmatnya berzikir, maka pengaruh dzikir
tersebut berkembang terhadap lingkungannya yang lebih besar, yaitu
keluarga. Ketika masing-masing mampu melaksanakan dzikir, maka dengan
sendirinya dzikir akan menggerakkan lingkungan masyarakat sebagai lingkup
kehidupan yang lebih luas.
Dzikir individu ini dilakukan jama’ah sesudah melakukan shalat lima
waktu, dan dilakukan dalam aktivitas sehari-hari di luar waktu shalat,
penerapan metode dzikir secara individu, jama’ah datang langsung ke tempat
75
ustadz H. M. Arifin Ilham dan diberikan tuntunan tata cara dzikir dan
dikontrol pada waktu shalat lima waktu, dengan metode dzikir individu ini,
merupakan modal utama untuk melatih ke dzikir secara berjama’ah.
Kedua, metode pelaksanaan dzikir secara berjama’ah. Dalam dzikir
ini dipraktekan pada majelis dzikir Arifin Ilham. Dzikri secara berjam’ah ini
dilakukan satu bulan sekali hari minggu pertama awal bulan, yang diikutu
ribuan jama’ah dari berbagai pelosok Indonesia dan berpakain putih-putih.
Sebelum dan sesudah dzikir yang dipimpin langsung oleh ustadz H. M Arifin
Ilham berisi tausyiah, ini untuk memberikan pengarahan atau untuk
mengintrospeksi diri sebalum atau sesudah melakukan dzikir. Dari dzikir
yang dilaksanakan, baik secara individu maupun secara berjama’ah tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan, hanya dalam hal muatan materi
dzikirnya. Hanya saja di dalam pelaksanaan dzikir secara berjamaah di sela-
sela dzikir sering kali Arifin Ilham menambahkan beberapa muatan tausyiyah,
yang seringkali berisi ajakan untuk membersihkan diri, menyadari kesalahan-
kesalahan yang diperbuat, meningkatkan kualitas ibadah dan melestarikan
sunnah-sunnah Nabi serta mengajak peserta dzikir betul-betul untuk
bertaubat kepada Allah.
Menurut Arifin Ilham materi yang sering dibaca, baik untuk individu
maupun untuk berjamaah semuanya petunjuk al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah Saw. pelaksanannya dzikir tersebut diawali dengan membaca
ta’awudz dan basmalah, yang diikuti surat al-Fatihah, kemudian membaca
ayat kursi dan dua ayat al-Insyirah yang dikuti surat al-Zalzalah, surat al-
76
Ikhlas, surat al-Falaq, surat an-Nas dan al-Asmaul Husna. Setelah itu
pelaksanaan dzikir dilanjutkan dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid,
shalawat, istighfar melakukan sujud syukur dan diakhiri dengan doa. Sebelum
dan sesudah memimpin dzikir berjamaah, Arifin Ilham menyampaikan
tausyiahnya yaitu mengajak peserta dzikir untuk selalu membersihkan diri dan
betul-betul untuk bertaubat kepada Allah.
Adapun materi dzikir yang ditentukan dalam majelis dzikir Arifin
Ilham, dimulai dari dzikir yang paling mudah, yaitu membaca tasbih, tahmid,
takbir, dan tahlil. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur'an surat al-Qomar ayat
7 :
)17: القمر ( ولقد يسرنا القرآن للذآر فهل من مدآر
Artinya : Dan sungguh telah kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran (zikir), maka adakah orang yang mengambil pelajaran’ (Q.S al-Qomar : 17). (Departeman Agama RI, 1985 : 879).
Menurut Arifin Ilham (2003 : 35) hakekat dzikir dapat dikelompokkan
menjadi empat bentuk.
1. Dzikir Qalbiyah.
Dzikir qalbiyah ذآر قلبية zikir hati adalah merasakan kehadiran
Allah, jika hendak melakukan suatu tindakan perbuatan, maka ia meyakini
dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya.
Zikir qalbiyah merupakan aktifitas jiwa ke arah hati (qalbu)
dengan cara menghentikan suasana batin dari segala hal yang dapat
mengganggu perasaan. Sebagaiman dalam sarat al-A’raf ayat 205 :
77
ر ربك في نفسك تضرعا وخيفة ودون الجهر من القول واذآ )205: األعراف (بالغدو واآلصال وال تكن من الغافلين
Artinya : Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merasakan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf : 205) (Departeman Agama RI, 1985 : 256).
Dzikir di sini berarti selalu berhubungan dengan Allah. Dengan
senantiasa berdzikir, maka hidup ini akan dipenuhi oleh rahmat,
ketenangan, kedamaian, dan sifat-sifat terpuji dan pada saat yang sama
berbagai kekacuan, konflik dan ketakutan dapat terhalau (Ilham, 2003 :
39).
Sifat-sifat buruk dan tercela yang dialami manusia juga bisa
diperoleh melalui berzikir (selalu ingat kepada Allah) begitu pula krisis
yang menimpa mereka pun juga akan teratasi bilamana mareka selalu
mengingat Allah dalam setiap aktifitas yang mereka kerjakan.
2. Dzikir Aqliyah
Dzikir aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa Allah
dibalik setiap gerak alam semesta ini. Hal ini terjadi dengan cara selalu
menyadari bahwa Allah-lah yang menjadi sumber gerakan dari semua
gerak dan peristiwa yang terjadi di alam semesta ini (Ilham, 2003 : 40).
Menurut Arifin Ilham (2003 : 42) kalau seseorang sudah benar-
benar melaksanakan dzikir aqliyah, maka ia akan sadar bahwa alam
semesta ini dan segala sesuatunya, merupakan ciptaan dan kehendak
78
Allah. Jadi semua kejadian merupakan gerak, kehendak, dan keterlibatan
Allah. Allah Swt berfirman dalam al-Qur'an surat al-A’la ayat 1-3.
والذي قدر فهدى .الذي خلق فسوى .سبح اسم ربك الأعلى )3-1: األعلى (
Artinya : Sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaannya yang menunjukkan kadar masing-masing dan memberi petunjuk”. (Q.S. al-A’la : 1- 3). (Departeman Agama RI, 1985 : 42).
Bagi orang yang mampu berdzikir aqliyah, sakit akan membawa
rahmah, musibah akan membawa pelajaran, ilmu dan hikmah, kematian
akan membawa ampunan dengan hati yang ikhlas dan ridha Allah.
3. Dzikir Lisan
Dzikir lisan adalah buah dari dzikir hati (qalbiyah) dan akal
(aqliyah). Setelah hati dan akal melakukan dzikir barulah lisan berfungsi
untuk senantiasa berdzikir, mensucikan dan mengagungkan Allah Swt.
Selanjutnya lisan berdoa dan berkata-kata dengan benar, jujur dan
manfaat. (Ilham : 2003 : 46).
Dapat dikatakan bahwa dzikir lisan adalah sebagai tahap
pembersihan jiwa dari segala kotoran yang melekat pada batin manusia,
maka dengan lafadz dzikir ini menggetarkan qalbu, tempat bersarangnya
segala bentuk kejahatan, yang secara singkat fungsi lafadz dzikir tersebut
dapat diistilahkan sebagai alat kurasi atau represi bagi jiwa (Ansori, 2003 :
40- 41).
79
4. Dzikir Amaliyah
Ilham (2003 : 51) menegaskan bahwa cita-cita dari dzikir adalah
dzikir amaliyah, yaitu tercapainya kualitas akhlak yang mulia pada diri
seseorang. Dan ini sebenarnya merupakan hasil akhir yang akan dicapai
dari dzikir. Dengan kata lain dzikir amaliyah yang dilakukan oleh
seseorang merupakan manifestasi puncak dari dzikir qalbiyah, dzikir
aqliyah dan dzikir lisan.
Keempat macam dzikir tersebut merupakan satu kesatuan yang
satu sama lain saling terkait dan tidak boleh dipisah-pisahkan, sehingga
hikmah dari dzikir yang diamalkan seseorang dapat tercapai. Orang yang
sedang berzikir pada dasarnya dirinya sedang melakukan proses
interopeksi diri dan proses pembersihan hati. Setiap lafadz dzikir yang
dikumandangkan mempunyai kekuatan yang dapat menggetarkan hati dan
menghubungkan kesadaran diri seseorang dengan kekuatan yang maha
Agung, yakni Allah Swt (Ilham, 2003 : 54) dengan demikian melalui
dzikir, baik qalbiyah, aqliyah, lisan maupun amaliyah tersebut, segala
aktifitas seorang dapat diarahkan menuju jalan yang benar dan diridhoi
Allah Swt.
3.5. Hikmah Pelaksanaan Dzikir Terhadap Jamaah
Dari semua dzikir baik dzikir qalbiyah, aqliyah, lisan maupun
amaliyah, akan mendatangkan hikmah, antara lain :
1. Dzikir sebagai sarana canggih untuk mengenal dan mencintai Islam,
selain merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ia juga merupakan
80
suatu sistem hidup yang mengatur segala dimensi/aspek kehidupan
manusia. Dzikir yang merupakan “sarana supra canggih” untuk
berhubungan, berdialog dan unuk lebih bisa mengenal Allah Swt, yang
sebenarnya (ma’rifatullah ) معرفة اهللا Hamba yang telah mencapai
ma’rifatullah, dia akan diberi peluang oleh Allah Swt untuk dapat
mencitai-Nya (mahabatullah) محبة اهللا . Dengan mengenal dan mencintai
seperti inilah akhirnya menjadi sarana bagi manusia agar bisa dibukakan
tabir yang menutup dirinya. Dengan terbukanya tabir itu maka barulah
ada kesempatan dan peluang untuk mengenal mana jalan yang benar
(haq) حق dan mana jalan yang salah (bathil) باطل . dengan kata lain dia
mengetahui jalan yang harus ditempuh (aman) dan jalan yang harus
ditinggalkan (membahayakan). (Ilham, 2003 : 113).
2. Dzikir Sebagai Perbaikan Akhlak
Pelaksanaan dzikir berjamaah yang dijalankan di majelis Az-
Zikra menjadikan juma’ah yang berakhlak baik, seorang jamaah harus
selalu memperhitungkan setiap perilaku yang diperbuatnya. Jika perilaku
yang diperbuatnya ternyata menimbulkan fitnah bagi orang lain atau
bertentangan dengan ajaran agama, maka dirinya harus segera kembali
kepada aturan agama dengan berdzikir bersama.
Dengan berdzikir, orang akan terhindar dari perbuatan atau
perilaku-perilaku yang menyimpang dan keluar dari norma-norma
agama, seperti ; pembunuhan, perjudian, dan lain sebagainya. Karena
orang yang dzikrullah, dalam segala keadaan akan selalu teringat dan
81
mampu menahan diri dari perbuatan keji dan munkar serta perilaku yang
sesuai dengan norma sosial dan agama (wawancara, Jamaah II Az-
Zikra) dan karena dirinya selalu ingat kepada Allah,dalam setiap
gerakan dan tindakan, maka ia akan menjadi tenang dalam hidupnya.
3. Dzikir Sebagai Penyembuh Penyakit dan Taubat
Menurut Arifin Ilham dzikir mempunyai sejuta manfaat dan
terbukti telah dirasakan oleh orang yang berdzikir. Antara lain sebagai
penyembuh penyakit, menurut Ilham ada yang sembuh dari penyakit
Aids, merukunkan rumah tangga yang tidak harmonis. Arifin Ilham
sendiri sembuh dari gigitan ular dan keluar dari maut (Wawancara :
Arifin Ilham).
Seseorang yang memperbanyak dzikir akan berubah perilaku
dan aqidahnya dari kafir menuju muslim. Dan orang berdzikir itu
menurut Arifin Ilham mempunyai ciri pribadi berdzikir antara lain:
1) Allah sebagai tujuan
2) Rasulullah sebagai panutan
3) Dunia adalah surga
4) Bumi adalah masjid
5) Rumah, kantor dan hotel adalah mushalla
6) Meja kerja dan tempat tidur berpijak pada hamparan sajadah
7) Bicaranya dakwah
8) Diamnya dzikir
9) Nafasnya tasbih
10) Matanya rahmat
11) Telinganya terjaga
82
12) Pikirannya baik sangka (optimis, tidak sinis, dan tidak memvonis,
selama hidup ada peluang hidayah).
13) Hatinya berdoa
14) Tangannya sedekah
15) Langkah kakinya jihad
16) Kekuatannya silaturrahmi
17) Kerinduannya syari'ah Allah
18) Cita-citanya syuhada
Kesibukannya asyik memperbaiki diri, tidak mencari aib orang
lain (Ilham, 2004 : 67 ; 68).
Manusia sekarang banyak yang telah kehilangan visi
keilahiannya dan pemikirannya pun menjadi tumpul terhadap realita
hidup dan kehidupan. Dengan selalu berdzikir kepada Allah maka
manusia akan selalu bertaubat kepada Allah, sehingga dirinya dapat
mengendalikan nafsu dan kemauan jahatnya. Selain itu orang yang selalu
berdzikir kepada Allah akan memiliki kesadaran untuk selalu
menjauhkan diri dari berbagai perbuatan yang dilarang oleh agama.