Upload
trankien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB III
ANALISIS DATA
A. Konsep Komposisi
Dalam penyusunan komposisi musik program “Pewaris Kekuatan Dewa”
penulis membuat komposisi baru dan cerita baru dengan didukung visual
gambar dalam bentuk Parallax 2D sehingga menghasilkan rangkaian video.
Tahap pertama deskripsi cerita dibuat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan
pemilihan cerita untuk setiap bagiannya, yakni :
1. Bagian pertama menceritakan tentang kelahiran seorang anak dalam
keluarga sederhana. Anak tersebut mempunyai kekuatan tersembunyi
tanpa disadari oleh anak tersebut dan kedua orang tuanya. Sehingga terjadi
dampak negatif yang menghasilkan kehancuran desa dan kematian kedua
orang tua. Untuk menciptakan suasana kelahiran dan bahagia penulis
memulai dengan strings section kemudian diikuti dengan instrumen brass
section untuk menggambarkan karunia dari Tuhan bersama dengan
perkusi. Pada bagian ini penulis menggunakan tonalitas G mayor.
Kemudian untuk menciptakan suasana kehancuran penulis menggunakan
relatif minor dari G mayor yaitu E minor, tangga nada yang digunakan
adalah E minor harmonis dan untuk menciptakan suasana kesedihan
penulis menggunakan tonalitas E minor harmonis yang dimainkan solo
piano dan diikuti dengan munculnya strings section sebagai pengiring.
2. Bagian kedua menceritakan tentang kepergian anak dengan rasa dendam,
karena ia telah menghancurkan desanya. Anak tersebut melakukan
perjalanan sampailah didalam hutan yang sangat tandus dan gelap.
Kemudian setelah melanjutkan perjalanan di tengah hutan anak tersebut
bertemu dengan monster jahat, ia melakukan perlawanan dengan kekuatan
beladirinya. Ia pun hampir mengalami kekalahan. Kemudian anak tersebut
kembali berubah menjadi wujud monster dan mengalahkan musuhnya,
namun anak tersebut jatuh pingsan karena kekuatan yang digunakannya
sangat tidak terkontrol. Untuk menciptakan suasana dendam dan
21
mencekam penulis mengawali dengan instrument Floor drum kemudian
disusul dengan munculnya strings section dengan teknik spiccato1
menggunakan tonalitas G minor harmonis. Kemudian bertemu dengan
moster. Penulis menciptakan suasana menegangkan dengan menggunakan
instrumen trombone dan Horn bersamaan dengan perccusion. Kemudian
untuk menciptakan suasana pertarungan antara anak tersebut dengan
monster, penulis menggunakan leitmotife yang dimainkan oleh instrumen
Horn diimitasi oleh biola satu diikuti dengan bunyi pada semua section,
menandakan bahwa sama-sama melakukan perlawanan sangat sengit.
Kemudian terjadi kemenangan namun dengan keadaan tak sadarkan diri.
Penulis menciptakan suasana tegang dengan munculnya percussion
bersamaan dengan instrumen trombone dan horn. Pada bagian ini, pada
tengah komposisi terjadi modulasi dalam tonalitas Bes minor dan
dinamika fortissimo (sangat keras) untuk menandakan peperangan sangat
sengit dan kembali lagi dengan tonalitas G minor.
3. Bagian ketiga menceritakan tentang keberhasilan anak tersebut yang telah
menemukan cara untuk mengendalikan kekuatannya namun masih ragu.
Untuk menciptakan suasana berhasil penulis mengawali dengan strings
section, untuk menciptakan keraguan penulis menggunakan Half kadens2
yang menciptakan suasana ragu. Pada bagian ini penulis menggunakan
tonalitas G mayor. Kemudian Bertemu dengan monster jahat, untuk
menciptakan suasana mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor
dengan tangga nada E minor harmonis. Kemudian anak itu berhasil
membunuh monster dan menemukan tujuan untuk melindungi dunia dari
kekuatan jahat. Penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan diakhiri
dinamika fortissimo (sangat keras).
1 Spiccato adalah teknik menggesek pada instrumen gesek dengan memantulkan bow pada
senar. Suara yang dihasilkan pendek.
2 Half Kadens terletak di akhir kalimat atau frase dalam komposisi musik, diakhiri dengan
dominan dari tonalitas yang digunakan. Contoh tonalitas C mayor diakhiri dengan G mayor pada
akhir kalimat atau frase.
22
Kemudian dilanjutkan dengan pembuat gambar sekaligus editor video
parallax 2D, untuk mendukung komposisi musik agar dapat menjadi
komposisi yang utuh dalam musik program yang disusun.
B. Analisis Komposisi
Berikut adalah analisis bagian dari komposisi musik “Pewaris Kekuatan
Dewa” musik program untuk ansambel musik.
1. Bagian Pertama
Bagian pertama menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G
mayor, dengan tempo 80 bpm dan didalamnya terdapat empat bagian yaitu
A, B, C dan D. Bagian pertama di buka dengan introduction.
Notasi 3.1 Bagian Pertama Birama 1-8 introduction
Pada bagian introduction birama 1-8 dibuka dengan strings section,
melodi utama dimainkan oleh biola satu. Pada birama ini, menggunakan
dinamika pianissimo (sangat lembut), diikuti dengan intensitas bunyi
meningkat (crescendo). Pada birama 8 terjadi kadensial yaitu half kadens
untuk menghantarkan ke Tema A.
23
Dilanjutkan pada birama 9-16 masuk ke Tema A, menceritakan
tentang kelahiran seorang anak dalam keluarga sederhana dan hidup
dengan bahagia.
Notasi 3.2 Bagian Pertama Birama 9 – 16
Notasi 3.3 Bagian Pertama Birama 9-16
Motif tanya jawab dimainkan pada biola satu 9-12 frase tanya dan 13-
16 frase jawab. Serta diiringi dengan semua sectional gesek, brass dan
percussion.
24
Notasi 3.4 Bagian Pertama Birama 17 – 20
Kemudian muncul transisi dari birama 17 – 20 untuk menghantarkan
ke tema B.
25
Notasi 3.5 Bagian Pertama Birama 21-30
Pada birama 21 – 29 masuk pada Tema B menceritakan tentang
seorang bayi mendapatkan anugerah kekuatan dari Dewa. Leitmotif
dimainkan pada biola satu dengan iringan semua sectional.
Notasi 3.6 Bagian Pertama Birama 29 – 36
Kamudian transisi pada birama 29 – 36. Pada transisi ini menceritakan
tentang tokoh ayah khawatir akan anaknya yang mempunyai kekuatan
besar sehingga mengakibatkan kehancuran. Penulis menciptakan suasana
mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor dimainkan instrumen
horn dan trombone diiringi dengan strings section.
26
Notasi 3.7 Bagian Pertama Birama 37 – 48
Kemudian pada birama 37 – 48 masuk pada tema C yang
menceritakan tentang seorang anak yang telah tumbuh menjadi dewasa
sedang melakukan latihan di daerah pegunungan dan merasakan energi
jahat. Penulis mengolah motif dengan cara continuo yaitu pola iringan
pada seksi gesek yang diulang-ulang dari solo hingga penuh untuk
menghasilkan efek menegangkan.
Notasi 3.8 Bagian Pertama Birama 48-58
Kemudian pada birama 48 ketukan ke empat – birama 58
menceritakan tokoh utama berubah menjadi monster karena pengaruh
energi jahat. Untuk menggambarkan tokoh tersebut penulis menggunakan
leitmotif yang dimainkan oleh biola satu menggunakan tangga nada E
minor harmonis dengan iringan strings section.
Notasi 3.9 Bagian Pertama Birama 59-66
27
Pada birama 59-66 penulis menggunakan solo piano sebagai transisi
untuk menciptakan efek hening dalam keadaan pingsan pada tokoh utama
tersebut. Leitmotif pada piano diulang-ulang sepanjang 8 birama.
Notasi 3.10 Bagian Pertama Birama 66-74
Kemudian pada birama 67-74 masuk pada bagian D yang
menceritakan tentang tokoh utama terkejut melihat kehancuran desa.
Penulis menciptakan suasana tersebut dengan mengambil motif utama dari
bagian tansisi C solo piano dikembangkan namun diiringi dengan strings
section yaitu biola dua, biola alto, cello, dan contrabass.
Notasi 3.11 Bagian Pertama Birama 75-84
28
Kemudian pada bagian penutup birama 75-84 menceritakan tentang
tokoh utama sedih dan kaget melihat kedua orang tuanya meninggal.
Untuk menggambarkan hal tersebut penulis menggunakan motif yang
sama pada piano namun hanya sebagai pengiring bersamaan dengan
strings section dan motif baru muncul pada biola satu diakhiri dengan
deceptive kadens (pergerakan akord dari V-VI).
2. Bagian Kedua
Bagian kedua menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G
minor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya hanya terdapat satu tema,
sub tema dan coda yaitu tema A, A’, A” dan Coda. Bagian kedua dimulai
dengan introduction yang dimainkan oleh instrumen perkusi yaitu floor
drum untuk menciptakan suasana tegang.
Notasi 3.12 Bagian Kedua Birama 1-4
29
Notasi 3.13 Bagian Kedua Birama 5-6
Kemudian diikuti dengan instrumen gesek dan pengolahan motif
menggunakan teknik continuo, yaitu pola iringan pada strings section yang
diulang-ulang dari solo hingga penuh, untuk menghasilkan efek dendam
sesuai dengan cerita tersebut yaitu tokoh utama diusir dari desa karena
telah menghancurkan desa dan meresahkan penduduk. Motif ini diolah
dari birama 5-20.
Gambar 3.1 VST Action Strikes
Pada birama 20-21 penulis menggunakan VST Action Strikes yang
didalamnya ada macam-macam bank. Penulis menggunakan SFX Mega
Saw Drop sebagai transisi. Kemudian diikuti dengan strings section dan
percussion pada birama 23-26.
30
Notasi 3.14 Bagian Kedua Birama 23-26
Kemudian masuk pada sub tema A’ dari birama 26 ketukan 4 – 30
menceritakan tentang tokoh utama bertemu dengan monster jahat dan
saling bertatap untuk melakukan perlawanan. Penulis menciptakan
leitmotif untuk monster jahat yang dimainkan oleh instrumen horn
Notasi 3.15 Bagian Kedua Birama 26-30
Kemudian ditirukan oleh biola satu untuk menggambarkan tokoh
utama sama-sama saling ingin menyerang dari birama 31-34 dengan
diiringi strings section.
31
Notasi 3.16 Bagian Kedua Birama 35-38
Pada birama 35-42 menceritakan tentang tokoh utama berperang
dengan monster jahat. Peperangan tersebut sangat sengit dan
menegangkan, untuk menggambarkan efek menegangkan penulis
menggunakan teknik unisono pada instrumen strings section. Kemudian
pada birama 39-42 penulis menggunakan teknik spiccato pada string
section dengan motif hampir sama dengan motif tema A.
Pada birama 43-46 menceritakan tentang kekalahan dalam
pertarungan dengan monster. Penulis menggunakan transisi dalam birama
tersebut dengan menggunakan VST Damage dan floor drum.
32
Gambar 3.2 Bagian Kedua VST Damage
Kemudian pada birama 47-78 masuk kebagian sub tema A” yang
menceritakan perubahan wujud tokoh utama menjadi monster yang tak
terkendalikan. Peperanganpun kembali berlangsung dengan sangat sengit.
Penulis menggunakan leitmotif pada instrumen piano diiringi dengan
strings section, brass section, dan percussion.
Notasi 3.17 Bagian Kedua Birama 47-54
Leitmotif tersebut muncul kembali dari birama 48-62 namun dengan
sedikit dikembangkan. Leitmotif diiringi dengan strings section, brass
section, dan percussion.
Kemudian pada birama 63-78 leitmotif muncul pada biola satu dan
biola dua secara unisone dengan jarak oktaf.
33
Notasi 3.18 Bagian Kedua Birama 63-70
Pada birama tersebut menceritakan tentang pembalasan dendam tokoh
utama terhadap monster jahat dengan perubahan monster yang sangat kuat
dan tidak terkendalikan. Pada birama 70-78 leitmotif sedikit berbeda
namun masih menggambil dari motif birama 63-70.
Kemudian bagian coda atau penutup birama 79-86 menceritakan
tentang kemenangan tokoh utama melawan monster jahat, akan tetapi
tokoh utama kehilangan kesadaran setelah mengeluarkan banyak energi.
Pada bagian coda atau penutup motif mirip dengan tema A hanya dengan
pengembangan pola ritme instrumentasi.
3. Bagian Ketiga
Bagian ketiga menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G
mayor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya terdapat beberapa tema
yaitu tema A, A’, B, B’, dan C. Bagian ketika dimulai dengan strings
section pada periode pertama birama 1-8.
Notasi 3.19 Bagian Ketiga Birama 1-8
34
Periode ini menceritakan tentang tokoh utama mulai membuka mata
setelah tidak sadarkan diri, untuk menciptakan suasana dari hening
menjadi terang penulis menggunakan dinamika sangat pelan perlahan
meningkat hingga dinamika sedang.
Kemudian masuk pada periode kedua bagian A. Pada periode ini
menceritakan tentang tokoh utama berada pada pangkuan makhluk yang
telah menolong dirinya saat tidak sadarkan diri, untuk menciptakan efek
tersebut penulis menggunakan leitmotif pada instrumen biola satu diikuti
dengan brass section.
Notasi 3.20 Bagian Ketiga Birama 9-16
Kemudian pada periode ketiga secara motif sama hanya perbedaan
pada instrumentasi. Periode ketiga bagian A menceritakan tentang
perbincangan dan kebingungan tokoh utama mengapa dirinya bisa tertidur
dan berada ditempat itu, untuk menciptakan efek bingung penulis
menggunakan leitmotif yang dimainkan pada instrumen biola satu dengan
iringan strings section.
Notasi 3.21 Bagian Ketiga Birama 17-24
Kemudian diikuti transisi pada birama 25-26 untuk menghantarkan ke
bagian A’. Pada birama 27-34 potongan motif masih sama dengan birama
35
17-24, penulis mengakhiri frase tersebut dengan B mayor untuk
menghantarkan ke tonalitas E minor.
Kemudian pada birama 27-34 bagian tema A’ muncul motif baru yang
dimainkan oleh biola satu dengan iringan strings section dan trombone.
Pada birama tersebut menceritakan tentang setelah tokoh utama
menemukan cara pengendalian kekuatan besar yang berada didalam
dirinya, tokoh utama kembali menghampiri temannya didalam hutan,
namun tokoh utama melihat temannya terkapar dengan kondisi berlumuran
darah. Tokoh utama kaget melihat kondisi temannya dan datang sesosok
monster jahat yang ternyata telah membunuh teman sang tokoh utama.
Notasi 3.22 Bagian Ketiga Birama 35-42
Kemudian pada birama 43-50 motif sama dengan birama 35-42 untuk
menciptakan efek menegangkan penulis menggunakan tangga nada E
minor harmonis.
Pada birama 51-64 menceritakan tentang tokoh utama sangat marah
dan berubah wujud menjadi sosok monster sempurna dan tokoh utama
telah berhasil mengendalikan kekuatan tersebut. Kemudian tokoh utama
36
melawan dengan kekuatan yang telah ia kuasai, untuk menciptakan efek
tersebut penulis menggunakan instrumen gesek dengan pengolahan motif
dengan cara continuo yaitu pola iringan pada strings section yang diulang-
ulang dari solo hingga penuh untuk menghasilkan efek menegangkan.
Pada birama 61-64 reptisi dari birama 57-60 tanpa pengembangan dengan
akhir dari bagian B.
Notasi 3.23 Bagian Ketiga Birama 51-60
Kemudian pada birama 65-68 repetisi dari birama 57-60 namun terjadi
modulasi ke tonalitas G minor. Pada birama tersebut menceritakan tentang
pertarungan yang sangat sengit dari tokoh utama dengan moster jahat.
Pada birama 69-74 repetisi dari birama 57-60 dengan tonalitas E minor.
Pada birama 75-76 penulis menggunakan transisi untuk menuju ke bagian
C yang menceritakan tentang kemenangan tokoh utama dalam peperangan
yang sangat sengit.
Kemudian pada birama 77-88 menceritakan tentang tokoh utama
membawa mayat temannya untuk dimakamkan, untuk menciptakan efek
37
kemenangan penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan leitmotif
pada biola satu.
Notasi 3.24 Bagian Ketiga Birama 77-88
Kemudian pada birama 89-102 repetisi dari birama 77-88 dengan
sedikit pengembangan, diakhiri dengan otentik kadens, yang menceritakan
tentang tokoh utama mengetahui tujuan hidup yaitu tokoh utama bertugas
untuk menyeimbangkan bumi dari energi jahat.
Notasi 3.25 Bagian Ketiga Birama 99-102