24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Posbindu Penyakit tidak menular (PTM) adalah Pos Pembinaan Terpadu faktor resiko PTM utama (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemia, diet tidak sehat, kurang aktivitas, dan merokok), berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor resiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan mengandalikan faktor resiko tersebut pada masyarakat, khususnya usia 20 tahun keatas (akan lebih baik jika bisa dimulai pada usia 15 tahun). Kegiatan deteksi dini pada posbindu PTM dilakukan melalui monitoring faktor resiko secara terintegrasi, rutin dan periodik. Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal, yaitu : hanya memantau masalah konsumsi sayur atau buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, dan kegiatan monitoring lengkap, yaitu : memantau kadar glukosa

BAB II.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II.doc

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Posbindu Penyakit tidak menular (PTM) adalah Pos Pembinaan Terpadu

faktor resiko PTM utama (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemia, diet

tidak sehat, kurang aktivitas, dan merokok), berupa bentuk peran serta kelompok

masyarakat yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara

dini keberadaan faktor resiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan

untuk mencegah dan mengandalikan faktor resiko tersebut pada masyarakat,

khususnya usia 20 tahun keatas (akan lebih baik jika bisa dimulai pada usia 15

tahun).

Kegiatan deteksi dini pada posbindu PTM dilakukan melalui monitoring

faktor resiko secara terintegrasi, rutin dan periodik. Kegiatan monitoring

mencakup kegiatan minimal, yaitu : hanya memantau masalah konsumsi sayur

atau buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah,

dan kegiatan monitoring lengkap, yaitu : memantau kadar glukosa darah dan

kolesterol darah. Tindakan lanjut dini berupa peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM yang

dilakukan melalui penyuluhan/dialog interaktif secara massal dan konseling faktor

resiko secara terintegrasi pada individu yang memiliki faktor resiko.

Upaya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM dengan

pendekatan terintegrasi dan berbasis peran serta masyarakat dapat diwujudkan

dengan adanya posbindu PTM. Terlaksanya kegiatan posbindu PTM ini dapat

meningkatkan kasus yang datang berobat ke fasilitas kesehatan karena adanya

system rujukan dari posbindu PTM ke puskesmas setempat dan fasilitas kesehatan

Page 2: BAB II.doc

lainnya. Peningkatan kasus yang berobat dan terkendali akan semakin bertambah

seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya posbindu PTM.

2.2. Tujuan dan Manfaat Posbindu PTM

Adapun tujuan utama dan manfaat Posbindu PTM adalah membudayakan

gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif, pencegahan terhadap faktor

resiko PTM, dengan menerapkan metode yang bermakna secara klinis, mudah

dijangkau dan murah dilaksanakan. Diantaranya ialah :

a. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif.

Melalui penyelenggaraan Posbindu PTM, dapat terbentuk forum yang

kondusif untuk komunikasi sekaligus merupakan forum untuk proses

pembelajaran gaya hidup sehat dan bertukar pengalaman untuk mengatasi

masalah kesehatan.

b. Mawas diri

Melalui kegiatan monitoring secara rutin dan periodik, faktor resiko PTM

yang umumnya kurang menimbulkan gejala, dapat terdeteksi secara dini dan

masyarakat dapat mengatasinya secara mandiri.

c. Menetapkan metode yang bermakna secara klinis

Monitoring, kriteria faktor resiko, dan kriteria diagnosis sesuai dengan

standar profesi dan standar medis. Kegiatan monitoring dan tindak lanjut yang

diterapkan di Posbindu PTM dilakukan oleh kader yang dipilih dengan selektif

dan dilatih secara khusus oleh profesi yang berkompeten.

5

Page 3: BAB II.doc

d. Mudah dijangkau

Kegiaan Posbindu PTM dilakukan dengan cara terpadu dan praktis.

Dilaksanakan dengan jadwal yang ditetapkan sendiri oleh masyarakat, dan

diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat.

e. Murah dilaksanakan

Kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi pada satu kesempatan waktu,

dimana biaya pemeriksaan ditanggung secara kolektif sehingga dapatt lebih

ekonomis. Dengan biaya yang telah disepakati bersama.

2.3. Sasaran

Sasaran kegiatan posbindu PTM dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Sasaran utama

Sasaran utama adalah individu yang perlu segera dicegah dan dikendalikan

faktor resikonya. PTM utama (kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, kanker,

penyakit paru kronik obstruktif) cenderung diderita oleh kelompok usia dewasa

dan lanjut usia, mengingat perjalanan penyakitnya yang kronis. Faktor resiko

PTM umumnya juga ditemukan pada usia tersebut, namun dapat saja pada usia

lebih muda, remaja, atau balita. Sebenarnya pencegahan dan pengendalian faktor

resiko PTM perlu dilakukan mulai usia lebih dini, dan kegiatan posbindu PTM

dapat saja diterapkan pada kelompok balita dan remaja, namun memerlukan

modifikasi secara intervensi dan pendekatan yang lebih khusus. Agar kegiatan

lebih efektif dan efisien, sasaran utama posbindu PTM adalah semua individu

yang telah berusia 20 tahun keatas, mereka yang sudah bekerja atau menikah,

kasus dengan faktor resiko PTM dan penderita PTM.

6

Page 4: BAB II.doc

b. Sasaran antara

Sasaran antara adalah individu yang dapat menjadi agen pengubah faktor

resiko PTM, dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencegah

dan mengendalikan faktor resiko PTM melalui penyelenggaraan posbindu PTM.

Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan, tenaga paramedis di

masyarakat, ketua perkumpulan atau organisasi masyarakat, tokoh panutan

masyarakat, anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif, cerdas, dan

berperilaku hidup sehat.

c. Sasaran penunjang

Sasaran penunjang adalah individu, kelompok/organisasi lembaga masyarakat

dan profesi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah yang diharapkan dapat

memberi dukungan, baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu pengetahuan,

material, maupun dana, untuk terwujudnya posbindu PTM dan keberlangsungan

aktivitasnya. Mereka antara lain adalah dermawan, pengusaha, PKK, Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),

Klub Jantung Sehat (KJS), Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Psikologi, Fakultas Keperawatan, Camat dan Lurah.

2.4. Persiapan Penyelenggaraan Program Posbindu PTM

Persiapan yang perlu dilaksanakan sebelum menyelenggarakan adalah

sebagai berikut :

a. Sosialisasi kepada seluruh petugas kesehatan, khususnya penanggung jawab

program tentang masalah PTM beserta srategi pencegahan dan

pengendaliannya, serta tujuan dan manfaat Posbindu PTM.

7

Page 5: BAB II.doc

b. Pelatihan seluruh petugas promosi kesehatan tentang penggerakan peran serta

masyarakat, penyelenggaraan Posbindu PTM mulai dari jenis kegiatan,

manajemen, pencatatan pelaporan, rujukan kasus dan indak lanjut sampai

dengan pemantauan dan pembinaannya.

c. Pelatihan dokter umum dan perawat tentang pelaksanaan kasus faktor risiko

PTM dan pasien PTM.

d. Pelatihan tenaga gizi tentang pengaturan pola makan dengan diet yang sehat

dan kalori seimbang.

Penyelenggaraan Posbindu PTM, persiapan yang perlu dilakukan adalah:

a. Pengembangan sistem rujukan kasus ke puskesmas dan klinik swasta

b. Penyempurnaan sistem rujukan kasus PTM ke rumah sakit

c. Peningkatan sarana pelayanan kesehatan

d. Peningkatan fasilitas pemeriksaan laboratorium

e. Perubahan kebijakan lamanya waktu pemberian obat di puskesmas untuk

pasien PTM dari 3 hari menjadi minimal 2 minggu

f. Pendampingan dokter ahli

Sumberdaya dan potensi masyarakat/organisasi/lembaga di lingkungan kerja

puskesmas perlu diberikan sosialisasi tentang masalah PTM serta upaya

pencegahan dan pengendalian yang dapa dilakukan masyarakat berikut penjelasan

tujuan dan manfaatnya untuk kepentingan bersama.Perkumpulan bisa terdapat di

lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan.

8

Page 6: BAB II.doc

Adapun langkah-langkah pembentukan Posbindu PTM adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi segala macam bentuk perkumpulan orang dewasa di masyarakat

dengan jumlah peserta minimal 50 orang yang mempunyai aktivitas

berkumpul secara rutin minimal 1 bulan sekali, dan telah berlangsung dengan

lancar minimal 1 tahun terakhir.

b. Terhadap perkumpulan yang telah teridentifkasi tersebut, mensosialisasikan

masalah PTM, berikut upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk

mencegah dan mengendalikan masalah PTM melalui Posbindu PTM.

c. Konfirmasi kesediaan perkumpulan tersebut untuk menyelenggarakan

Posbindu PTM bulan setelah sosialisasikan dilaksanakan.

d. Perkumpulan yang telah bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM,

melakuan musyawarah untuk menetapkan kordinator, kader monitor, kader

konselor dan administrator sebagai tenaga pelaksana kegiatan. Musyawarah

ini difasilitasi oleh puskesmas.

Kepada tenaga pelaksana Posbindu yang telah terpilih dilakukan pelatihan

untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitasnya dalam menyelenggarakan

Posbindu PTM. Jenis pelatihan yang diperlukan antara lain:

a. Pelatihan tentang penyelenggaraan dan manajemen Posbindu PTM untuk para

coordinator.

b. Pelatihan cara pengukuran antropometri, pengukuran tekanan darah dengan

tensi digital, pemeriksaan glukosa dan kolesterol darah perifer.

c. Pelatihan tentang pengetahuan masalah PTM serta upaya pencegahan dan

pengendaliannya.

9

Page 7: BAB II.doc

e. Pendampingan penyelenggaraan Posbindu PTM oleh puskesmas. Dengan

tujuannya adalah membantu perkumpulan tersebut dalam mengawali

kegiatannya sekaligus mengevaluasi kegiatan Posbindu PTM.

2.5. Penyelenggaraan Posbindu PTM

Pada prinsipnya kegiatan posbindu PTM tidak berbeda dengan Upaya

Kesehatn Bersumberdaya Masyrakat (UKBM) lain di masyarakat, misalnya :

posyandu dan poskestren. Kegiatan diselenggarakan setiap bulan oleh masyarakat

dan untuk masyarakat, sesuai dengan sumber daya, kemampuan dan keinginan

masyarakat. Hal yang berbeda adalah jenis kegiatan berupa monitoring faktor

resiko PTM utama secara terintegrasi dan sistematik/runtut, kemudian diakhiri

dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan

mengendalikan faktor risiko berupa konseling sesuai masalah yang ditemukan.

Dan sasaran kegiatan adalah masyarakat dengan usia 25 tahu keatas. Kegiatan

monitoring dan peningkatan pengetahuan pencegahan dan pengendalian faktor

resiko dilakukan oleh anggota masyarakat selektif dari masing-masing kelompok,

yang dilatih secara khusus untuk melakukan monitoring faktor resiko PTM utama

(kader monitor) atau untuk menjadi penyuluh dan pelaksana konseling faktor

resiko PTM utama (kader konselor/edukator).

Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posbindu PTM meliputi kegiatan,

yaitu :

a. Kegiatan pengukuran IMT dan tekanan darah sebaiknya dilakukan 1 bulan

sekali

10

Page 8: BAB II.doc

b. Kegiatan pemeriksaan glukosa dan kolesterol darah bagi individu sehat,

minimal diselenggarakan 1 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai

faktor resiko PTM atau penderita minimal 3 bulan sekali

c. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu

diselenggarakan. Hal ini penting dilakukan karena monitoring faktor resiko

kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.

d. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya

dilakukan jika ada penyelenggaraan posbindu PTM, namun perlu dilakukan

setiap minggu

Penyelenggaraan posbindu PTM diatur melalui musyawarah dan kesepakatan

warga, dengan memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring faktor resiko

PTM yang bermanfaat secara klinis.

Manajemen penyelenggraan Posbindu PTM diatur dan dilaksanakan

berdasarkan azas gotong royong dan kebersamaan untuk sehat yang diorganisir

oleh seorang koordinator. Selain kader monitor dan kader konselor/edukator,

dalam penyelenggaraannya diperlukan motivator untuk memotivasi anggota

mengikuti kegiatan Posbindu PTM, administrator untuk melakukan pencatatan

dan pelaporan, dan paramedis. Kegiatan Posbindu PTM akan berjalan dengan

optimal bila posbindu tersebut mempunyai dokter keluarga, karena kasus dengan

factor risiko atau pasien PTM yang sudah membutuhkan tindak lanjut pengobatan

dapat terlayani secara langsung. Pemilihan tenaga pelaksana, jenis kegiatan,

jadwal penyelenggaraan, dan pembiayaan Posbindu PTM, diatur berdasarkan

kesepakatan anggoata masyarakat melalui musyawarah atau “Rembug Warga”

dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

11

Page 9: BAB II.doc

Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM berjalan dengan baik bila tenaga

pelaksananya adalah sebagai berikut :

a. Koordinator adalah ketua dari perkumpulan inti kelompok masyarakat

tersebut.

b. Motivator adalah anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif.

c. Kader monitor adalah anggota perkumpulan yang komunikatif dan

berpendidikan minimal SLTA.

d. Kader konselor/edukator adalah anggota perkumpulan yang telah menjadi

panutan masyarakat khususnya untuk berperilaku hidup sehat, berpendidikan

minimal SLTA, sabar dan komunikatif.

e. Administrator adalah anggota perkumpulan minimal berpendidikan SLTP.

f. Tenaga paramedis adalah anggota perkumpulan inti kelompok masyarakat

tersebut.

Kegiatan Posbindu PTM sebaiknya mendapatkan legitimasi dari kelurahan

setempat, dan untuk keberlangsungannya dibina serta difasilitasi oleh Puskesmas

dan Dinas Kesehatan.Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu dilakukan

kemitraan dengan forum Desa Siaga, industri, dan klinik swasta untuk mendukung

implementasi dan pengembangan kegiatan. Manfaat kemitraan tersebut antara

lain:

a. Kemitraan dengan forum/klinik Desa Siaga bermanfaat bagi Posbindu PTM

untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari

pemerintah daerah berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk

bergaya hidup sehat, misalnya fasilitas olahraga atau sarana pejalan kaki yang

aman dan sehat. Melalui Pos Kesehatan Desa (PosKesDes) (jika sudah ada)

12

Page 10: BAB II.doc

dapat dikembangkan system rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis

medis untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi forum Desa Siaga

penyelenggaraan Posbindu PTM merupakan akselerasi pencapaian Desa

Siaga.

b. Kemitraan dengan industri, khususnya industry farmasi, bermanfaat dalam

pendanaan dan fasilitas alat. Misalnya pemberian alat glukotest secara gratis

sangat bermanfaat untuk pelaksanaan posbindu PTM dengan standar lengkap.

Sebaliknya bagi industri kegiatan posbindu akan meningkatkan penjualan

strip pemeriksaan glukosa darah.

c. Kemitraan dengan klinik swasta, bagi posbindu PTM bermanfaat untuk

memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan

misalnya tensi meter. Sementara bagi klinik swasta, kegiatan posbindu dapat

meningkatkan jumlah pasien yang datang berobat atau membutuhkan

pertolongan medis lebih lanjut.

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan posbindu

PTM adalah sebagai berikut :

a. Untuk standar minmal yaitu tempat berkumpul yang luasnya memadai dengan

jumlah anggota (tidak harus berupa ruang/gedung), lima set meja-kursi,

pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur badan, dan

tensi meter digital. Serta pedoman pengukuran tinggi badan dan berat badan,

pengukuran lingkar pinggang dan lingkat panggul, dan pengukuran tekanan

darah.

b. Untuk standar lengkap diperlukan alat glukotest dan kolesterol test digital.

13

Page 11: BAB II.doc

c. Untuk pelaksaan pencatatan pelaporan faktor resiko PTM diperlukan buku

identitas peserta, kartu monitoring faktor resiko PTM (KMR-PTM), buku

monitoring faktor resiko PTM (BMR-PTM), dan formulir pencatatan-

pelaporan ke puskesmas.

Setelah melakukan monitoring faktor resiko secara rutin dan periodik, tujuan

akhir dari kegiatan posbindu PTM adalah agar faktor resiko PTM dapat dicegah

dan dikembalikan lebih dini. Dalam hal ini faktor resiko PTM yang telah dipantau

secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk dalam

kategori buruk.Jika sudah berada dalam kondisi buruk, factor resiko tersebut dapat

dikembalikan pada kondisi normal. Tidak semua cara pengendalian faktor resiko

PTM, harus dilakukan dengan terapi farmakologi melalui minum obat atau

tindakan suntik. Pada fase dini, kondisi faktor resiko PTM dapat dicegah dan

dikendalikan dengan melakukan diet yang tepat dan sehat melalui pengaturan pola

makan, aktivitas fisik yang cukup dan perubahan gaya hidup yang tidak sehat

seperti merokok, minum alcohol, manajemen stress, dan lain-lain. Melalui edukasi

dan konsultasi dengan kader konselor/edukator, pengetahuan dan keterampilan

masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dapat

ditingkatkan. Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 1 bulan) kondisi faktor

resiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), maka untuk

mendapatkan terapi lebih lanjut kasus dengan faktor resiko harus dirujuk ke

puskesmas atau klinik swasta sesuai keinginan yang bersangkutan. Selanjutnya,

meski telah mendapatkan pengobatan yang diperlukan kasus yang telah dirujuk

tetap dianjurkan untuk melakukan monitoring faktor resiko PTM di posbindu.

14

Page 12: BAB II.doc

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Faktor Resiko PTMNo. Kriteria Normal Beresiko Buruk1. Gula darah puasa 80-109 110-125 ≥ 1262. Glukosa darah 2 jam 80-144 145-179 ≥ 1803. Glukosa darah

sewaktu80-144 145-199 ≥ 200

4. Kolesterol darah total < 150 150-199 ≥ 2505. Tekanan darah < 130/80 130-139/80-

90≥ 140/90

6. Indeks masa tubuh (IMT)

18,5-22,9 23-24 > 25

7. Rasio lingkar perut P<95; W<80 P>94-102; W;80-88

P>102; W>88

Kegiatan pencatatan-pelaporan kegiatan posbindu PTM :

1. Kartu Monitoring Faktor Resiko PTM

Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor resiko PTM harus diketahui oleh

yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus

mempunyai alat pantau individu berupa Kartu Monitoring Faktor Resiko PTM

(KMR-PTM), untuk mencatat kondisi faktor resiko PTM. Kartu ini disimpan oleh

masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa ketika berkunjung ke posbindu

dan ketika melakukan perjalanan. Tujuannya agar setiap individu dapat

melakukan mawas diri dan petugas dapat melakukan/memberi saran tindak lanjut

yang diperlukan sesuai dengan kondisi yang dialami/ditemukan.

Format KMR-PTM mencakup nomor identitas, data demografi, alamat,

waktu kunjungan, jenis faktor resiko PTM dan tindak lanjut.pada KMR-PTM

ditambahkan keterangan golongan darah dan status pasien PTM yang berguna

sebagai informasi medis jika pemegang kartu mengalami kondisi darurat di

perjalanan. KMR-PTM sebaiknya dicetak melebar dengan ukuran 10x22cm,

kemudian dilipat menjadi ukuran 10x5 cm, dan diberi kantong plastic dengan

15

Page 13: BAB II.doc

ukuran yang sama, dengan tujuan dapat dimasukkan ke dalam dompet dan mudah

dibawa. Hasil dari setiap jenis pengukuran/pemeriksaan factor resiko PTM pada

setiap kunjungan peserta ke posbindu dicatat pada KMR-PTM oleh masing-

masing kader.

2. Buku Peserta

Buku peserta diperlukan untuk mencatat identitas peserta dan keterangan lain

secara lengkap, mencakup nomor identitas peserta, nama lengkap, umur dan

tanggal lahir, jenis kelamin,suku, pekerjaan, pendidikan, alamat lengkap, no KTP,

telepon, dan lain-lain. Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta yang

berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan. Melalui buku ini

dapat diketahui karakteristik peserta secara umum.

3. Buku Monitoring Faktor Resiko PTM

Buku Monitoring Faktor Resiko PTM diperlukan untuk mencatat semua

kondisi faktor resiko PTM dari setiap anggota/peserta. Buku ini merupakan alat

bantu mawas diri bagi koordinator dan seluruh petugas posbindu dalam

mengevaluasi kondisi faktor resiko PTM seluruh peserta. Hasil

pengukuran/pemeriksaan faktor resiko yang masuk kategori buruk diberi warna

yang mencolok.

Melalui buku ini kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara

langsung, sehingga koordinator maupun petugas dapat mengetahui dan

mengingatkan serta memberikan motivasi lebih lanjut. Selain itu buku tersebut

merupakan file data kesehatan peserta yang sangat berguna untuk laporan secara

khusus misalnya ketika diminta data kesehatan untuk kelompok usia lanjut atau

16

Page 14: BAB II.doc

data jumlah penderita PTM, dan juga merupakan sumber data surveilans atau

riset/penelitian secara khusus jika suatu saat diperlukan.

4. Formulir Kegiatan Posbindu PTM

Formulir ini diperlukan untuk mencatat dan melaporkan seluruh kegiatan

posbindu PTM dan jumlah kasus faktor resiko PTM yang terdeteksi, yang

terkendali maupun yang tidak berubah dilaporkan setiap bulan ke puskesmas.

Puskesmas perlu melakukan rekapitulasi laporan dari posbindu PTM dengan

menggunakan formulir dengan format yang sama dan melaporkan ke dinas

kesehatan. Melalui laporan ini puskesmas dan dinas kesehatan dapat mengetahui

gambaran kasus faktor resiko PTM di masyarakat dan perkembangan posbindu.

2.6 Pemantauan dan Pembinaan Tumbuh-Kembang Posbindu PTM

Penyelenggaraan Posbindu PTM dapat berjalan dengan lancar, maka setiap

Posbindu perlu dipantau dan dibina agar dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik.Pemantauan tumbuh kembang Posbindu PTM dilakukan oleh puskesmas

minimal 1 tahun sekali. Hasil pemantauan tumbuh kembang Posbindu PTM

merupakan dasar informasi untuk pembinaan lebih lanjut.

Pengkategorian tingkat perkembangan Posbindu PTM didasarkan pada

pencapaian tingkat perkembangan seluruh indikator dengan penilaian sebagai

berikut:

1. Posbindu PTM pratama jika 75% pencapaian indikator baru pada tingkat

pratama

2. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat

madya

17

Page 15: BAB II.doc

3. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat

purnama

4. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat

mandiri.

Berdasarkan hasil pemantauan, puskesmas dapat membuat spot-map yang

bermanfaat untuk mempermudah dalam mengetahui gambaran kemandirian

masyarakat di suatu wilayah tertentu dalam mencegah dan mengendalikan fakor

resiko PTM.

Pembinaan dilakukan terhadap Posbindu PTM yang telah rutin

menyelenggarakan kegiatannya. Kegiatan pembinaan lanjut antara lain adalah:

a. Penyelenggaraan forum komunikasi Posbindu PTM minimal 2 kali setahun

yang difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan.

b. Pemilihan kader teladan melalui penyelenggaraan lomba pengetahuan,

keterampilan, dan penilaian perilaku kader.

c. Pemilihan Posbindu PTM teladan melalui evaluasi penyelenggaraan, evaluasi

administrasi termasuk pencatatan-pelaporan, dan penilaian tingkat

perkembangan Posbindu PTM menurut seluruh indikator yang ditetapkan.

18