Upload
ramadhan-ananda-putra
View
29
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Posbindu Penyakit tidak menular (PTM) adalah Pos Pembinaan Terpadu
faktor resiko PTM utama (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemia, diet
tidak sehat, kurang aktivitas, dan merokok), berupa bentuk peran serta kelompok
masyarakat yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara
dini keberadaan faktor resiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan
untuk mencegah dan mengandalikan faktor resiko tersebut pada masyarakat,
khususnya usia 20 tahun keatas (akan lebih baik jika bisa dimulai pada usia 15
tahun).
Kegiatan deteksi dini pada posbindu PTM dilakukan melalui monitoring
faktor resiko secara terintegrasi, rutin dan periodik. Kegiatan monitoring
mencakup kegiatan minimal, yaitu : hanya memantau masalah konsumsi sayur
atau buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah,
dan kegiatan monitoring lengkap, yaitu : memantau kadar glukosa darah dan
kolesterol darah. Tindakan lanjut dini berupa peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM yang
dilakukan melalui penyuluhan/dialog interaktif secara massal dan konseling faktor
resiko secara terintegrasi pada individu yang memiliki faktor resiko.
Upaya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM dengan
pendekatan terintegrasi dan berbasis peran serta masyarakat dapat diwujudkan
dengan adanya posbindu PTM. Terlaksanya kegiatan posbindu PTM ini dapat
meningkatkan kasus yang datang berobat ke fasilitas kesehatan karena adanya
system rujukan dari posbindu PTM ke puskesmas setempat dan fasilitas kesehatan
lainnya. Peningkatan kasus yang berobat dan terkendali akan semakin bertambah
seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya posbindu PTM.
2.2. Tujuan dan Manfaat Posbindu PTM
Adapun tujuan utama dan manfaat Posbindu PTM adalah membudayakan
gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif, pencegahan terhadap faktor
resiko PTM, dengan menerapkan metode yang bermakna secara klinis, mudah
dijangkau dan murah dilaksanakan. Diantaranya ialah :
a. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif.
Melalui penyelenggaraan Posbindu PTM, dapat terbentuk forum yang
kondusif untuk komunikasi sekaligus merupakan forum untuk proses
pembelajaran gaya hidup sehat dan bertukar pengalaman untuk mengatasi
masalah kesehatan.
b. Mawas diri
Melalui kegiatan monitoring secara rutin dan periodik, faktor resiko PTM
yang umumnya kurang menimbulkan gejala, dapat terdeteksi secara dini dan
masyarakat dapat mengatasinya secara mandiri.
c. Menetapkan metode yang bermakna secara klinis
Monitoring, kriteria faktor resiko, dan kriteria diagnosis sesuai dengan
standar profesi dan standar medis. Kegiatan monitoring dan tindak lanjut yang
diterapkan di Posbindu PTM dilakukan oleh kader yang dipilih dengan selektif
dan dilatih secara khusus oleh profesi yang berkompeten.
5
d. Mudah dijangkau
Kegiaan Posbindu PTM dilakukan dengan cara terpadu dan praktis.
Dilaksanakan dengan jadwal yang ditetapkan sendiri oleh masyarakat, dan
diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat.
e. Murah dilaksanakan
Kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi pada satu kesempatan waktu,
dimana biaya pemeriksaan ditanggung secara kolektif sehingga dapatt lebih
ekonomis. Dengan biaya yang telah disepakati bersama.
2.3. Sasaran
Sasaran kegiatan posbindu PTM dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Sasaran utama
Sasaran utama adalah individu yang perlu segera dicegah dan dikendalikan
faktor resikonya. PTM utama (kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, kanker,
penyakit paru kronik obstruktif) cenderung diderita oleh kelompok usia dewasa
dan lanjut usia, mengingat perjalanan penyakitnya yang kronis. Faktor resiko
PTM umumnya juga ditemukan pada usia tersebut, namun dapat saja pada usia
lebih muda, remaja, atau balita. Sebenarnya pencegahan dan pengendalian faktor
resiko PTM perlu dilakukan mulai usia lebih dini, dan kegiatan posbindu PTM
dapat saja diterapkan pada kelompok balita dan remaja, namun memerlukan
modifikasi secara intervensi dan pendekatan yang lebih khusus. Agar kegiatan
lebih efektif dan efisien, sasaran utama posbindu PTM adalah semua individu
yang telah berusia 20 tahun keatas, mereka yang sudah bekerja atau menikah,
kasus dengan faktor resiko PTM dan penderita PTM.
6
b. Sasaran antara
Sasaran antara adalah individu yang dapat menjadi agen pengubah faktor
resiko PTM, dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencegah
dan mengendalikan faktor resiko PTM melalui penyelenggaraan posbindu PTM.
Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan, tenaga paramedis di
masyarakat, ketua perkumpulan atau organisasi masyarakat, tokoh panutan
masyarakat, anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif, cerdas, dan
berperilaku hidup sehat.
c. Sasaran penunjang
Sasaran penunjang adalah individu, kelompok/organisasi lembaga masyarakat
dan profesi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah yang diharapkan dapat
memberi dukungan, baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu pengetahuan,
material, maupun dana, untuk terwujudnya posbindu PTM dan keberlangsungan
aktivitasnya. Mereka antara lain adalah dermawan, pengusaha, PKK, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),
Klub Jantung Sehat (KJS), Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Psikologi, Fakultas Keperawatan, Camat dan Lurah.
2.4. Persiapan Penyelenggaraan Program Posbindu PTM
Persiapan yang perlu dilaksanakan sebelum menyelenggarakan adalah
sebagai berikut :
a. Sosialisasi kepada seluruh petugas kesehatan, khususnya penanggung jawab
program tentang masalah PTM beserta srategi pencegahan dan
pengendaliannya, serta tujuan dan manfaat Posbindu PTM.
7
b. Pelatihan seluruh petugas promosi kesehatan tentang penggerakan peran serta
masyarakat, penyelenggaraan Posbindu PTM mulai dari jenis kegiatan,
manajemen, pencatatan pelaporan, rujukan kasus dan indak lanjut sampai
dengan pemantauan dan pembinaannya.
c. Pelatihan dokter umum dan perawat tentang pelaksanaan kasus faktor risiko
PTM dan pasien PTM.
d. Pelatihan tenaga gizi tentang pengaturan pola makan dengan diet yang sehat
dan kalori seimbang.
Penyelenggaraan Posbindu PTM, persiapan yang perlu dilakukan adalah:
a. Pengembangan sistem rujukan kasus ke puskesmas dan klinik swasta
b. Penyempurnaan sistem rujukan kasus PTM ke rumah sakit
c. Peningkatan sarana pelayanan kesehatan
d. Peningkatan fasilitas pemeriksaan laboratorium
e. Perubahan kebijakan lamanya waktu pemberian obat di puskesmas untuk
pasien PTM dari 3 hari menjadi minimal 2 minggu
f. Pendampingan dokter ahli
Sumberdaya dan potensi masyarakat/organisasi/lembaga di lingkungan kerja
puskesmas perlu diberikan sosialisasi tentang masalah PTM serta upaya
pencegahan dan pengendalian yang dapa dilakukan masyarakat berikut penjelasan
tujuan dan manfaatnya untuk kepentingan bersama.Perkumpulan bisa terdapat di
lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan.
8
Adapun langkah-langkah pembentukan Posbindu PTM adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi segala macam bentuk perkumpulan orang dewasa di masyarakat
dengan jumlah peserta minimal 50 orang yang mempunyai aktivitas
berkumpul secara rutin minimal 1 bulan sekali, dan telah berlangsung dengan
lancar minimal 1 tahun terakhir.
b. Terhadap perkumpulan yang telah teridentifkasi tersebut, mensosialisasikan
masalah PTM, berikut upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk
mencegah dan mengendalikan masalah PTM melalui Posbindu PTM.
c. Konfirmasi kesediaan perkumpulan tersebut untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM bulan setelah sosialisasikan dilaksanakan.
d. Perkumpulan yang telah bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM,
melakuan musyawarah untuk menetapkan kordinator, kader monitor, kader
konselor dan administrator sebagai tenaga pelaksana kegiatan. Musyawarah
ini difasilitasi oleh puskesmas.
Kepada tenaga pelaksana Posbindu yang telah terpilih dilakukan pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitasnya dalam menyelenggarakan
Posbindu PTM. Jenis pelatihan yang diperlukan antara lain:
a. Pelatihan tentang penyelenggaraan dan manajemen Posbindu PTM untuk para
coordinator.
b. Pelatihan cara pengukuran antropometri, pengukuran tekanan darah dengan
tensi digital, pemeriksaan glukosa dan kolesterol darah perifer.
c. Pelatihan tentang pengetahuan masalah PTM serta upaya pencegahan dan
pengendaliannya.
9
e. Pendampingan penyelenggaraan Posbindu PTM oleh puskesmas. Dengan
tujuannya adalah membantu perkumpulan tersebut dalam mengawali
kegiatannya sekaligus mengevaluasi kegiatan Posbindu PTM.
2.5. Penyelenggaraan Posbindu PTM
Pada prinsipnya kegiatan posbindu PTM tidak berbeda dengan Upaya
Kesehatn Bersumberdaya Masyrakat (UKBM) lain di masyarakat, misalnya :
posyandu dan poskestren. Kegiatan diselenggarakan setiap bulan oleh masyarakat
dan untuk masyarakat, sesuai dengan sumber daya, kemampuan dan keinginan
masyarakat. Hal yang berbeda adalah jenis kegiatan berupa monitoring faktor
resiko PTM utama secara terintegrasi dan sistematik/runtut, kemudian diakhiri
dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risiko berupa konseling sesuai masalah yang ditemukan.
Dan sasaran kegiatan adalah masyarakat dengan usia 25 tahu keatas. Kegiatan
monitoring dan peningkatan pengetahuan pencegahan dan pengendalian faktor
resiko dilakukan oleh anggota masyarakat selektif dari masing-masing kelompok,
yang dilatih secara khusus untuk melakukan monitoring faktor resiko PTM utama
(kader monitor) atau untuk menjadi penyuluh dan pelaksana konseling faktor
resiko PTM utama (kader konselor/edukator).
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posbindu PTM meliputi kegiatan,
yaitu :
a. Kegiatan pengukuran IMT dan tekanan darah sebaiknya dilakukan 1 bulan
sekali
10
b. Kegiatan pemeriksaan glukosa dan kolesterol darah bagi individu sehat,
minimal diselenggarakan 1 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor resiko PTM atau penderita minimal 3 bulan sekali
c. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu
diselenggarakan. Hal ini penting dilakukan karena monitoring faktor resiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
d. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan posbindu PTM, namun perlu dilakukan
setiap minggu
Penyelenggaraan posbindu PTM diatur melalui musyawarah dan kesepakatan
warga, dengan memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring faktor resiko
PTM yang bermanfaat secara klinis.
Manajemen penyelenggraan Posbindu PTM diatur dan dilaksanakan
berdasarkan azas gotong royong dan kebersamaan untuk sehat yang diorganisir
oleh seorang koordinator. Selain kader monitor dan kader konselor/edukator,
dalam penyelenggaraannya diperlukan motivator untuk memotivasi anggota
mengikuti kegiatan Posbindu PTM, administrator untuk melakukan pencatatan
dan pelaporan, dan paramedis. Kegiatan Posbindu PTM akan berjalan dengan
optimal bila posbindu tersebut mempunyai dokter keluarga, karena kasus dengan
factor risiko atau pasien PTM yang sudah membutuhkan tindak lanjut pengobatan
dapat terlayani secara langsung. Pemilihan tenaga pelaksana, jenis kegiatan,
jadwal penyelenggaraan, dan pembiayaan Posbindu PTM, diatur berdasarkan
kesepakatan anggoata masyarakat melalui musyawarah atau “Rembug Warga”
dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
11
Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM berjalan dengan baik bila tenaga
pelaksananya adalah sebagai berikut :
a. Koordinator adalah ketua dari perkumpulan inti kelompok masyarakat
tersebut.
b. Motivator adalah anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif.
c. Kader monitor adalah anggota perkumpulan yang komunikatif dan
berpendidikan minimal SLTA.
d. Kader konselor/edukator adalah anggota perkumpulan yang telah menjadi
panutan masyarakat khususnya untuk berperilaku hidup sehat, berpendidikan
minimal SLTA, sabar dan komunikatif.
e. Administrator adalah anggota perkumpulan minimal berpendidikan SLTP.
f. Tenaga paramedis adalah anggota perkumpulan inti kelompok masyarakat
tersebut.
Kegiatan Posbindu PTM sebaiknya mendapatkan legitimasi dari kelurahan
setempat, dan untuk keberlangsungannya dibina serta difasilitasi oleh Puskesmas
dan Dinas Kesehatan.Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu dilakukan
kemitraan dengan forum Desa Siaga, industri, dan klinik swasta untuk mendukung
implementasi dan pengembangan kegiatan. Manfaat kemitraan tersebut antara
lain:
a. Kemitraan dengan forum/klinik Desa Siaga bermanfaat bagi Posbindu PTM
untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari
pemerintah daerah berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk
bergaya hidup sehat, misalnya fasilitas olahraga atau sarana pejalan kaki yang
aman dan sehat. Melalui Pos Kesehatan Desa (PosKesDes) (jika sudah ada)
12
dapat dikembangkan system rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis
medis untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi forum Desa Siaga
penyelenggaraan Posbindu PTM merupakan akselerasi pencapaian Desa
Siaga.
b. Kemitraan dengan industri, khususnya industry farmasi, bermanfaat dalam
pendanaan dan fasilitas alat. Misalnya pemberian alat glukotest secara gratis
sangat bermanfaat untuk pelaksanaan posbindu PTM dengan standar lengkap.
Sebaliknya bagi industri kegiatan posbindu akan meningkatkan penjualan
strip pemeriksaan glukosa darah.
c. Kemitraan dengan klinik swasta, bagi posbindu PTM bermanfaat untuk
memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan
misalnya tensi meter. Sementara bagi klinik swasta, kegiatan posbindu dapat
meningkatkan jumlah pasien yang datang berobat atau membutuhkan
pertolongan medis lebih lanjut.
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan posbindu
PTM adalah sebagai berikut :
a. Untuk standar minmal yaitu tempat berkumpul yang luasnya memadai dengan
jumlah anggota (tidak harus berupa ruang/gedung), lima set meja-kursi,
pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur badan, dan
tensi meter digital. Serta pedoman pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pengukuran lingkar pinggang dan lingkat panggul, dan pengukuran tekanan
darah.
b. Untuk standar lengkap diperlukan alat glukotest dan kolesterol test digital.
13
c. Untuk pelaksaan pencatatan pelaporan faktor resiko PTM diperlukan buku
identitas peserta, kartu monitoring faktor resiko PTM (KMR-PTM), buku
monitoring faktor resiko PTM (BMR-PTM), dan formulir pencatatan-
pelaporan ke puskesmas.
Setelah melakukan monitoring faktor resiko secara rutin dan periodik, tujuan
akhir dari kegiatan posbindu PTM adalah agar faktor resiko PTM dapat dicegah
dan dikembalikan lebih dini. Dalam hal ini faktor resiko PTM yang telah dipantau
secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau tidak masuk dalam
kategori buruk.Jika sudah berada dalam kondisi buruk, factor resiko tersebut dapat
dikembalikan pada kondisi normal. Tidak semua cara pengendalian faktor resiko
PTM, harus dilakukan dengan terapi farmakologi melalui minum obat atau
tindakan suntik. Pada fase dini, kondisi faktor resiko PTM dapat dicegah dan
dikendalikan dengan melakukan diet yang tepat dan sehat melalui pengaturan pola
makan, aktivitas fisik yang cukup dan perubahan gaya hidup yang tidak sehat
seperti merokok, minum alcohol, manajemen stress, dan lain-lain. Melalui edukasi
dan konsultasi dengan kader konselor/edukator, pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dapat
ditingkatkan. Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 1 bulan) kondisi faktor
resiko tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), maka untuk
mendapatkan terapi lebih lanjut kasus dengan faktor resiko harus dirujuk ke
puskesmas atau klinik swasta sesuai keinginan yang bersangkutan. Selanjutnya,
meski telah mendapatkan pengobatan yang diperlukan kasus yang telah dirujuk
tetap dianjurkan untuk melakukan monitoring faktor resiko PTM di posbindu.
14
Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Faktor Resiko PTMNo. Kriteria Normal Beresiko Buruk1. Gula darah puasa 80-109 110-125 ≥ 1262. Glukosa darah 2 jam 80-144 145-179 ≥ 1803. Glukosa darah
sewaktu80-144 145-199 ≥ 200
4. Kolesterol darah total < 150 150-199 ≥ 2505. Tekanan darah < 130/80 130-139/80-
90≥ 140/90
6. Indeks masa tubuh (IMT)
18,5-22,9 23-24 > 25
7. Rasio lingkar perut P<95; W<80 P>94-102; W;80-88
P>102; W>88
Kegiatan pencatatan-pelaporan kegiatan posbindu PTM :
1. Kartu Monitoring Faktor Resiko PTM
Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor resiko PTM harus diketahui oleh
yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus
mempunyai alat pantau individu berupa Kartu Monitoring Faktor Resiko PTM
(KMR-PTM), untuk mencatat kondisi faktor resiko PTM. Kartu ini disimpan oleh
masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa ketika berkunjung ke posbindu
dan ketika melakukan perjalanan. Tujuannya agar setiap individu dapat
melakukan mawas diri dan petugas dapat melakukan/memberi saran tindak lanjut
yang diperlukan sesuai dengan kondisi yang dialami/ditemukan.
Format KMR-PTM mencakup nomor identitas, data demografi, alamat,
waktu kunjungan, jenis faktor resiko PTM dan tindak lanjut.pada KMR-PTM
ditambahkan keterangan golongan darah dan status pasien PTM yang berguna
sebagai informasi medis jika pemegang kartu mengalami kondisi darurat di
perjalanan. KMR-PTM sebaiknya dicetak melebar dengan ukuran 10x22cm,
kemudian dilipat menjadi ukuran 10x5 cm, dan diberi kantong plastic dengan
15
ukuran yang sama, dengan tujuan dapat dimasukkan ke dalam dompet dan mudah
dibawa. Hasil dari setiap jenis pengukuran/pemeriksaan factor resiko PTM pada
setiap kunjungan peserta ke posbindu dicatat pada KMR-PTM oleh masing-
masing kader.
2. Buku Peserta
Buku peserta diperlukan untuk mencatat identitas peserta dan keterangan lain
secara lengkap, mencakup nomor identitas peserta, nama lengkap, umur dan
tanggal lahir, jenis kelamin,suku, pekerjaan, pendidikan, alamat lengkap, no KTP,
telepon, dan lain-lain. Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta yang
berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan. Melalui buku ini
dapat diketahui karakteristik peserta secara umum.
3. Buku Monitoring Faktor Resiko PTM
Buku Monitoring Faktor Resiko PTM diperlukan untuk mencatat semua
kondisi faktor resiko PTM dari setiap anggota/peserta. Buku ini merupakan alat
bantu mawas diri bagi koordinator dan seluruh petugas posbindu dalam
mengevaluasi kondisi faktor resiko PTM seluruh peserta. Hasil
pengukuran/pemeriksaan faktor resiko yang masuk kategori buruk diberi warna
yang mencolok.
Melalui buku ini kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara
langsung, sehingga koordinator maupun petugas dapat mengetahui dan
mengingatkan serta memberikan motivasi lebih lanjut. Selain itu buku tersebut
merupakan file data kesehatan peserta yang sangat berguna untuk laporan secara
khusus misalnya ketika diminta data kesehatan untuk kelompok usia lanjut atau
16
data jumlah penderita PTM, dan juga merupakan sumber data surveilans atau
riset/penelitian secara khusus jika suatu saat diperlukan.
4. Formulir Kegiatan Posbindu PTM
Formulir ini diperlukan untuk mencatat dan melaporkan seluruh kegiatan
posbindu PTM dan jumlah kasus faktor resiko PTM yang terdeteksi, yang
terkendali maupun yang tidak berubah dilaporkan setiap bulan ke puskesmas.
Puskesmas perlu melakukan rekapitulasi laporan dari posbindu PTM dengan
menggunakan formulir dengan format yang sama dan melaporkan ke dinas
kesehatan. Melalui laporan ini puskesmas dan dinas kesehatan dapat mengetahui
gambaran kasus faktor resiko PTM di masyarakat dan perkembangan posbindu.
2.6 Pemantauan dan Pembinaan Tumbuh-Kembang Posbindu PTM
Penyelenggaraan Posbindu PTM dapat berjalan dengan lancar, maka setiap
Posbindu perlu dipantau dan dibina agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.Pemantauan tumbuh kembang Posbindu PTM dilakukan oleh puskesmas
minimal 1 tahun sekali. Hasil pemantauan tumbuh kembang Posbindu PTM
merupakan dasar informasi untuk pembinaan lebih lanjut.
Pengkategorian tingkat perkembangan Posbindu PTM didasarkan pada
pencapaian tingkat perkembangan seluruh indikator dengan penilaian sebagai
berikut:
1. Posbindu PTM pratama jika 75% pencapaian indikator baru pada tingkat
pratama
2. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat
madya
17
3. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat
purnama
4. Posbindu PTM madya jika lebih 50% indikator sudah mencapai tingkat
mandiri.
Berdasarkan hasil pemantauan, puskesmas dapat membuat spot-map yang
bermanfaat untuk mempermudah dalam mengetahui gambaran kemandirian
masyarakat di suatu wilayah tertentu dalam mencegah dan mengendalikan fakor
resiko PTM.
Pembinaan dilakukan terhadap Posbindu PTM yang telah rutin
menyelenggarakan kegiatannya. Kegiatan pembinaan lanjut antara lain adalah:
a. Penyelenggaraan forum komunikasi Posbindu PTM minimal 2 kali setahun
yang difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan.
b. Pemilihan kader teladan melalui penyelenggaraan lomba pengetahuan,
keterampilan, dan penilaian perilaku kader.
c. Pemilihan Posbindu PTM teladan melalui evaluasi penyelenggaraan, evaluasi
administrasi termasuk pencatatan-pelaporan, dan penilaian tingkat
perkembangan Posbindu PTM menurut seluruh indikator yang ditetapkan.
18