11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Regenerasi merupakan proses perbaikan yang mungkin dilakukan pada lukankecil atau pada penghancuran sebagian jaringan dari tubuh hewan tersebut atau luka yang mungkin melibatkan kehilangan organ atau bagian yang lebih besar dari tubuh, hal ini kadang-kadang dapat diperbaharui Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang sempurna. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuik melakukan regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu melakukan regenerasi pada tingkat organ (Surjono, 2001). Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah

BAB II1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

planariaa

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Regenerasi merupakan proses perbaikan yang mungkin dilakukan pada lukankecil atau pada penghancuran sebagian jaringan dari tubuh hewan tersebut atau luka yang mungkin melibatkan kehilangan organ atau bagian yang lebih besar dari tubuh, hal ini kadang-kadang dapat diperbaharui Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang sempurna. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuik melakukan regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu melakukan regenerasi pada tingkat organ (Surjono, 2001).Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali.(Majumdar, 1985)Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan meningkatkan regenerasi. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi.System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh bagian tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ yang diregenerasiSelain itu enzimatis dalam tubuh.juga mempengaruhinya. Semakin baik dan fertile kondisi enzim dalam tubuh makkhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses regenerasi. Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama. Misalnya penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan marginal. (Kimball, 1992)Planaria merupakan hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda, beragam dari perairan yang yang berarus lambat sampai pada perairan danau dan tertutupi oleh bebatuan atau dedaunan. Planaria merupakan organisme yang ideal untuk dipelajari karena kemampuannya untuk belajar yang cukup tinggi. Meskipun ia hanya memiliki system saraf yang sederhana, yakni hanya berupa ganglion-ganglion dan otak primitive yang terkonsentrasi pada daerah ujung anterior (kepala) (McIntosh, 2001)Planaria merupakan anggota dari cacing pipih (Platyhelminthes) , yang hidup bebas di perairan yang jernih dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Planaria tubuhnya selain pipih juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-75mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segi tiga memiliki dua buah bintik mata Bintik mata Planaria hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihatan yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji,1994). Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan dengan pharink (proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat ditarik dan dijulurkan untuk menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan menyerupai telinga disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat tubuh menyempit, menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher. Di sepanjang tubuh bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona adesif menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan tubuh planaria ke permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan (Jasin, 1984).Klasifikasi dari planaria yaitu :

Kingdom:Animalia Subkingdom :Bilateria Infrakingdom :Protostomia Superphylum :Platyzoa Phylum :Platyhelminthes Subphylum :Rhabditophora Class :Trepaxonemata Order :Neoophora Family :Planariidae Genus :PlanariaSpesies : Planaria sp. (www.itis.gov)

Planaria adalah hewan yang memiliki kemampuan regenerasi yang sangat mengagumkan. Planaria dapat dipotong melintang atau memanjang, dan masing-masing bagian potongan tubuh akan melakukan regenerasi bagian-bagian yang hilang. Bagian tubuh yang mungkin dibentuk kembali adalah kepala, eko, atau bagian tengah dari farink. Apabila dilakukan pemotongan sebuah blastema regenerasi akan terbentuk pada permukaan potongan dan bagian yang hilang akan tumbuh dari blastema tersebut. Bagian-bagian yang akan direorganisasi dengan cara pengurangan skala, hingga individu yang dihasilkan dari regenerasi ini akan berukuran lebih kecil dari ukuran semula. Dengan demikian regenerasi pada hewan ini merupakan gabungan dari cara epimorfis dan morfalaksis. Platythelminthes yang lain tidak mengalami regenerasi sebaik Planaria (Surjono, 2001).Kemampuan regenerasi ini adalah berkat adanya neoblas, suatu sel dewasa yang mampu berdiferensiasi menjadi sel apapun pada individu dewasa. Sel ini menyusun sekitar 30% dari keseluruhan sel yang dimiliki planaria Seperti pada makhluk multiseluler lainnya, tubuh planaria juga tersusun oleh beberapa sistem organ, beberapa diantaranya adalah sistem saraf, sistem gastrovaskuler, sistem reproduksi dan sistem ekskretori. (Yusuf. 2005)

Sistem saraf planaria(sumber: planaria teacher.pdf)Sistem gastrovaskuler planaria(sumber: planaria teacher.pdf)

Sistem reproduksi planaria(sumber: planaria teacher.pdf)Sistem ekskretori planaria(sumber: planaria teacher.pdf)Dalam melakukan regenerasinya, planaria membentuk bagian tubuhnya yang hilang secara bertahap. Pertama, ujung bagian yang terluka/terpotong, ototnya akan mengalami kontraksi. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil luas daerah yang terluka tersebut. Aktivitas ini berlangsung selama sekitar 10 menit. Kemudian, ada sel yang mensekresikan suatu zat imun untuk membunuh bakteri di daerah yang terluka. 30 menit kemudian, luka ditutupi oleh sel epitel. Aktivitas ini berlangsung sekitar 20 menit. Saat luka mulai disembuhkan, akan dibentuk blastema. Blastema ini merupakan akumulasi sel yang tidak dapat berdiferensiasi, yang pada akhirnya akan berdiferensiasi menjadi bagian yang hilang. Sel dari blastema disebut neoblas. Blastema ini tidak memiliki warna (transparan) Sel neoblas adalah sel yang bersifat embrionik, yang hanya digunakan dalam proses regenerasi. Saat pemotongan terjadi, neoblas di sekitar daerah tersebut akan bersatu membentuk blastema. Namun, bila neoblas di sekitar daerah itu telah ikut terpotong, sel neoblas dari bagian lain akan bermigrasi kesana. Sel pada dasar blastema, sangat aktif melakukan mitosis. Blastema biasanya terbentuk dalam waktu 1-2 hari dan dapat terlihat jelas sekitar 3-4 hari setelah pemotongan. Pada hari ke 4-6, struktur yang telah berdiferensiasi dapat terlihat pada area regenerasi. Dan dalam waktu 2-3 minggu, regenerasi telah selesai dilaksanakan (Philip et.all. 2001)

Skema sel blastema. e: epithelium; m: neoblas yang berdiferensiasi menjadi sel mesenkim; n: neoblas dan ex: matrik ekstraseluler (Newmark, 2001) Planaria yang terbentuk setelah pemotongan, pada praktikum ini, memiliki ukuran yang kecil atau kurus. Hal ini disebabkan oleh planaria tersebut ditumbuhkan pada media yang tidak terdapat nutrisi. Sehingga untuk melakukan regenerasi, planaria memanfaatkan nutrisi yang tersisa pada tubuhnya, ataupun melakukan pemangsaan terhadap tubuhnya sendiri. Hal tersebut didukung oleh teori yang menyatakan bahwa planaria dapat hidup tanpa makanan dalam waktu yang panjang dengan cara melarutkan organ reproduksi, parenkim, dan ototnya sendiri, sehingga tubuhnya menyusut dan (bagian yang melarut tersebut) akan mengalami regenerasi jika cacing (Planaria) makan kembali (Kastawi, 2005). Selain itu, ada juga factor lain yang ikut menghambat proses regenerasi planaria, diantaranya adalah suhu dan pH. Suhu yang terlalu tinggi ataupun rendah, dapat menghambat regenerasi planaria. Suhu 22-24oC merupakan suhu yang paling optimum untuk regenerasi planaria. Begitu juga pH yang terlalu asam ataupun basa, juga akan mempengaruhi regenerasi dari struktur tertentu pada tubuh planaria (McIntosh, tanpa tahun). Bagian yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah bagian dekat kepala, karena pada bagian inilah terdapat konsentrasi faktor tumbuh (growing factor) yang paling tinggi. (McIntosh,2001)

Planaria yang dipotong- potong ternyata masih bisa hidup. Jika planaria dipotong secara transversal menjadi 2 bagian, maka bagian ekor akan terbentuk kepala, dan pada bagian kepala akan terbentuk ekor. Sedangkan jika dipotong secara transversal menjadi 3 bagian, maka pada bagian ekor akan terbentuk kepala, pada bagian kepala akan terbentuk ekor, dan pada bagian tengah planaria akan terbentuk kepala dan ekor. Planaria yang dipotong secara longitudinal mengalami regenerasi sangat cepat secara melebar. Regenerasi Planaria sangat cepat dan bila dilakukan pemotongan secara longitudinal, maka secara cepat akan membentuk kembali bagian tubuhnya secara lengkap (Yatim, 1984).

Daftar PustakaJasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan ( Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.Kastawi, Yusuf., dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.Kimball, John W. 1992. Biology.New York. : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. New Delhi : Mc Graw-Hill Publishing Company Limited, McIntosh, Linda., et.all. 2001. Regeneration: Animal Growth and Development. Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology.Newmark, Philip A., et.all. 2001. Regeneration in Planaria. USA: Nature Publishing GroupSurjono, Tien W., dkk. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.www. Itis.gov (Diakses 23 mei 2015)Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Bandung: Tarsito.