BAB II Tugas Perencanaan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IIKEADAAN UMUM DAN GEOLOGI SENANGO2.1. Lokasi dan Luas Daerah yang direncanakanSecara administratif lokasi konsesi PT. Andes terletak di daerah Senango, RT Tuang, Desa Bipak Kali, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas konsesi atau koordinat patok batasnya seperti tertera pada Tabel 2.1, yaitu sesuai keputusan Bupati Barito Selatan Nomor 167, tertanggal 18 Maret 2006.Tabel 2.1 Patok Batas Wilayah Konsesi Andesit PT.PATOK BATASBUJUR TIMUR (BT)LINTANG SELATAN (LS)

00

11151500.013838.0

21151521.013838.0

31151555.013838.0

41151621.013820.0

51151655.013820.0

61151721.013820.0

71151755.013820.0

81151821.013820.0

91151500.014033.0

101151521.014033.0

111151555.014033.0

121151621.014033.0

131151655.014033.0

141151721.014033.0

151151755.014033.0

161151821.014033.0

Luas Daerah : 2275,56 Ha

2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat Kesampaian menuju lokasi PT. termasuk kategori mudah, dari Banjarmasin atau Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru menuju Patas dapat dicapai melalui jalan darat (Tabel 2.2 dan Gambar 2.2). Timbul masalah pada ruas antara Simpang Luir (jalan logging PT. Tri Setya) menuju camp Senango, yaitu banyaknya titik-titik genangan lumpur apabila turun hujan, sehingga sulit dilalui. Meskipun demikian, tetap dapat ditembus dengan dengan kendaraan 4 WD.Tabel 2.2 Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. dari BanjarmasinNOJALURJARAK/WAKTU TEMPUHKETERANGAN

1Banjarbaru-Mabuun5 jamJalan provinsi, beraspal

2Mabuun-Tanjung5 km / 9-10 menitJalan kabupaten, beraspal, kecepatan 30-40 km/jam (ada perbaikan jalan)

3Tanjung-Simpang Kalua17 km / 27-30 menitJalan aspal, hotmix, baik, kecepatan 50-60 km/jam

4Simpang Kalua-Tamiang Layang22 km / 30-40 menit Jalan provinsi, aspal hotmix, setempat berlubang, kecepatan 60-80 km/jam

5Tamiang Layang-Simpang Ampah44 km / 55-60 menitMelalui jalan provinsi, beraspal, setempat berlubang, kecepatan 60-90 km/jam

6Simpang Ampah-Simpang Luir29 km / 60-70 menitMelalui jalan provinsi, aspal hotmix, berlubang, kecepatan 50-80 km/jam

7Simpang Luir/jalan logging-camp Senango41 km / 135-150 menitJalan logging PT. Tri Setya, tanah, di daerah Kananai, berlubang dan ada genangan lumpur

8Camp Senango-lokasi singkapan0-5-4 km / 30-180 menitDapat dicapai dengan kendaraan roda empa/dua dan jalan kaki

Gambar 2.2 Kesampaian Menuju Lokasi Daerah Penyelidikan

2.3. Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata Pencaharian Penduduk, Keadaan Flora, Fauna, Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain2.3.1. PendudukBerdasarkan hasil peninjauan di lapangan maka kondisi kependudukan serta sosial ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat di sekitar konsesi PT. Andes dicerminkan oleh kondisi di Rukun Tetangga (RT) Tuang terletak lebih dekat ke konsesi PT. Andes dari pada RT Kananai terletak di sebelah barat konsesi. Di dalam konsesi terdapat kegiatan perusahaan kayu (PT. Tri Setya Cita Graha) yang membangun dua camp, yaitu camp Lomo dan Senango.Kondisi di RT. Tuang dan Kananai:1. Daerah RT. Tuang, Desa Bipak Kali merupakan perkampungan yang terdekat dengan konsesi PT. Andes. 2. Bermukim Suku Manyan yang menggunakan bahasa Manyan, Bekumpai, dan Banjar sebagai bahasa komunikasi dan menganut agama Kristen, Hindu Kaharingan, Katolik dan Islam.3. Di RT. Tuang terdiri dari 8 KK, untuk warga dari luar Tuang yang memiliki rumah di Tuang hanya ditempati saat musim tanam/panen padi saja.4. Tidak ada Puskesmas, namun terdapat satu mantri/petugas kesehatan yang siap melayani masyarakat berobat.5. Masyarakat yang berobat pada umumnya ke mantri kesehatan atau ke Puskesmas di Patas, namun ada juga sebagian yang berobat ke dukun.6. Usia perkawinan umumnya pada usia 14-20 tahun, jumlah anak untuk masing-masing keluarga berkisar 2-4 orang.7. Terdapat satu bangunan Sekolah Dasar di Kananai dan satu bangunan SLTP di Patas.8. Tingkat pendidikan umumnya sampai tingkat SLTP, namun ada juga yang sudah melanjutkan sampai ke tingkat SLTA.9. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (karet dan padi), ada juga yang berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan di perusahaan kayu. Mata pencaharian penduduk (yang relatif tetap) adalah berladang pohon karet dan bertani dengan cara ladang berpindah, sedangkan yang dilakukan secara musiman melakukan penebangan kayu besar di hutan.10. Saat musim kemarau terdapat angkutan umum dari Patas-Kananai dengan ongkos sebesar Rp.10.000,-. Harga angkutan melonjak naik dan mencapai Rp. 50.000,- pada saat musim hujan. Alat transportasi lokal menggunakan kendaraan Suzuki carry pick up dan Toyota Land Cruiser.11. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat berbelanja ke Patas. Hari pasaran di Patas setiap hari sabtu.12. Penerangan menggunakan genset secara pribadi (perseorangan).

2.3.2. Flora dan FaunaSebagian besar tumbuhan penutup daerah Senango dan sekitarnya adalah hutan sekunder, semak belukar (bekas ladang berpindah) dan perkebunan penduduk, sedangkan sisanya adalah hutan primer.Jenis hutan yang terdapat di daerah Senango dan sekitarnya adalah Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversikan (HPK) (sumber: Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan; Departemen Kehutanan dan Perkebunan).Jenis pohon yang dilindungi untuk ditebang adalah Punsi; sedangkan tumbuhan yang diusahakan oleh penduduk adalah perkebunan karet dan rotan serta ladang padi yang masih menggunakan cara berpindah.Keberadaan flora di daerah eksplorasi PT. Andes termasuk tumbuhan hutan tropis terdiri dari tanaman tahunan, tanaman produktif dan tanaman lain (Tabel 2.3). Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan informasi penduduk setempat selama survei lapangan.Tabel 2.3 Jenis Tanaman yang ada di Konsesi PT.Andes JENIS FLORANAMA LOKAL

Tanaman Budidaya1. Kelapa 2. Rambutan 3. Durian 4. Pepakin 5. Mangga 6. Cempedak 7. Langsat 8. Mata kucing9. Pisang 10. Nangka 11. Nenas 12. Tomat

Tanaman Produktif1. Karet

Tanaman Lain1. Kayu meranti2. Kayu kruing3. Kayu sintuk4. Kayu ulin5. Kayu bengkirai6. Punsi 7. Bambu 8. Rotan 9. Kretungin 10. Layung 11. Kapul 12. Asam Putaran13. Asam tongko14. Papuan 15. Binjai 16. Ara 17. Luing 18. Karamunting 19. Kayu sengkuang20. Kayu mundu21. Kayu tumih22. Kayu balau23. Kayu kangkalak24. Kayu kejajing

Fauna yang masih terdapat di daerah PT. Andes sekitarnya berdasarkan berdasarkan pengamatan langsung selama survei dan informasi penduduk adalah jenis burung, unggas, mamalia dan reptil seperti pada Tabel 2.4.Tabel 2.4 Jenis Fauna yang terdapat di Konsesi PT. Andes sekitarnyaJENIS FAUNANAMA LOKAL

Burung1. Burung Pipit2. Burung Tekukur 3. Burung Elang4. Burung Gagak5. Burung Hantu6. Burung Murai7. Burung Bubut8. Burung Juai9. Burung Wajau10. Burung Tiung11. Burung Juwe12. Burung Sio13. Burung Sakan14. Burung Belatuk15. Burung Curiak16. Ayam Hutan17. Burung Murai Batu

Unggas1. Ayam2. Bebek

Amphibia dan Reptil1. Katak 2. Biawak 3. Kadal 4. Buaya 5. Ular sawah 6. Ular tadung7. Ular ateran8. Ular jelatan9. Ular tambulagan10. Ular manuwungan11. Ular hijau12. Ular paikat

Mamalia 1. Rusa2. Babi hutan3. Kijang4. Kancil (Pelanduk)5. Landuk6. Uwa-uwa7. Musang 8. Klasi9. Bekantan10. Bangkoi11. Hirangan12. Kerbau13. Banteng14. Koli

Ikan 1. Arwan2. Gabus3. Papuyu4. Saluang5. Lele6. Tapah7. Baung8. Dungang9. Upah upik10. Udang11. Salap12. Puyan13. Patin14. Buntal 15. Bidawang16. Lais17. Telen18. Daramenginang

2.3.3. IklimBerdasarkan laporan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2004), diketahui bahwa kondisi klimatologinya wilayah konsesi PT. Andes, termasuk beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan penghujan, curah hujan 2.863-3.100 mm/tahun, suhu udara 220-330C, kelembaban udara 81-90% dan penyinaran matahari 55-65%/tahun. Musim hujan yang setiap tahunnya jatuh pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Oktober (Tabel 2.5)Tabel 2.5 Curah Hujan Rata-rata Muara Taweh (Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Muara Teweh, 1990-1999)NOBULANCURAH HUJAN (mm)HARI HUJAN (mm)

MinimumMaksimumRata-rataMinMaks

1Januari206.2440.4291.75925

2Februari73429.1233.76626

3Maret197.6585.1350.41927

4April145.9547.4330.851528

5Mei 178.2296.1221.371223

6Juni53.4262.1165.82721

7Juli20203.2125.74317

8Agustus5.7328.1133.55224

9September1.1398.1139.23220

10Oktober110.1491.1246.451224

11November199.1521.2352.181326

12Desember 157.1415.8299.171526

Jumlah1.8563330.82890.28105287

Berdasarkan informasi dari pemangku dan warga daerah Tuang, diketahui bahwa dalam 5-6 tahun terakhir, jatuhnya musim tidak tetap. Musim hujan mulai bulan September-April, sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Agustus dan hari hujan lebih banyak dari pada hari kering. Kenyataan di lapangan saat kegiatan eksplorasi dilaksanakan pada bulan April-Juni maupun kajian kelayakan bulan Juni, ternyata hujan masih sering turun di lokasi.Demikian pula, kejadian banjir di Sungai Uyah, biasanya Desember-Maret dan setiap terjadi banjir ketinggian sungai naik mencapai ketinggian 1-3 m dan 2 hari kemudian surut. Kondisi tidak biasa terjadi pada tanggal 22 Mei 2006, setelah turun hujan semalaman, paginya ketinggian banjir mencapai 5 m.

2.4. Topografi dan MorfologiSebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 - 40 meter dari permukaan air laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai yang merupakan daerah perbukitan.Pada bagian tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi topografi darilandai sampai miring, dengan pola intensitas kemiringan yang meningkat ke arah utara. Bagian utara merupakan rangkaian pegunungan dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang dari barat daya ke timur.Sejalan dengan fisiografi wilayah, pada areal yang bertopografi bergunung berada pada daerah-daerah di kawasan atas, sebaliknya pada areal bertopografi rendah berada pada daerah-daerah di kawasan.

Tabel 2.2 Luas Daerah Menurut Kemiringan Lahan di Kabupaten Barito SelatanNo Kemiringan LahanLuas (Ha)

10 - 2%555.747

22 - 15%199.075

315 - 40%107.195

4>40%20.983

Jumlah 883.000

2.5. Tata Guna LahanPenggunaan lahan merupakan faktor yang sangat berkaitan dengan penataan ruang, dengan adanya tatanan penggunaan lahan maka penataan ruang akan semakin terkendali dan teratur. Kondisi dimana terjadi ketidaksesuaian lahan dengan kemampuan tanah juga dapat mempengaruhi penataan ruang. Penggunaan lahan merupakan dasar penentuan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah yang pada hakekatnya merupakan gabungan antara aktivitas masyarakat dengan tingkat teknologi, jenis usaha, serta jumlah manusia. Perkembangan pola penggunaan tanah di Kabupaten Barito Selatan terdiri atas permukiman, ladang/tegalan, sawah, dan lain-lain.Luas penggunaan lahan menurut status peruntukan lahan di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2009 adalah sebesar 431.407 Ha. Jenis penggunaan tanah yang paling banyak terdapat di Kabupaten Barito Selatan yaitu berupa lahan bukan sawah seluas 416.445 Ha (96,53%). Jenis penggunaan tanah yang lain di Kabupaten Barito Selatan meliputi lahan sawah seluas 14.962 Ha (3,47%). Sedangkan luas penggunaan lahan pertanian berdasarkan jenis pengairannya di Kabupaten Barito Selatan adalah seluruhnya merupakan sawah jenis pengairan irigasi sederhana dengan luas 8.704 Ha.Tabel 2.6 Luas Lahan Pertanian Sawah dan Bukan Sawah (Ha)Menurut Kecamatan di Kabupaten Barito SelatanNoKecamatanLahan SawahBukan Lahan SawahJumlah Total

Lahan KeringLainnya

1Jenamas2.23168030.24333.154

2Dusun Hilir4.78718.088113.526136.401

3Karau Kuala2.0215.97222.53430.527

4Dusun Selatan3.20110.31118.52032.032

5Dusun Utara1.05619.99442.22263.272

6Gunung Bintang Awai1.66618.524115.831136.021

Jumlah Total14.96273.569342.876431.407

Tabel 2.7 Luas Lahan (Ha) Pertanian Sawah Menurut Jenis Pengairannyadi Kabupaten Barito SelatanNoKecamatanPengairan Sederhana

1Jenamas3.157

2Dusun Hilir1.280

3Karau Kuala1.441

4Dusun Selatan1.534

5Dusun Utara 534

6Gunung Bintang Awai758

JumlahTotal8.704

Untuk penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Barito Selatan yang terbesar adalah untuk hutan negara yaitu seluas 332.165 Ha (74 %). Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan bukan sawah menurut kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Luas Lahan Bukan Sawah (Ha) Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kabupaten Barito SelatanNoKecamatanBangunanHutan NegaraRawa-rawaJumlah

1Jenamas40430.7806.46237.646

2Dusun Hilir6.66138.88724.55170.099

3Karau Kuala46766.96411.94279.373

4Dusun Selatan32.400100.01218.456150.868

5Dusun Utara10944.78211.43756.328

6Gunung Bintang Awai6.27450.74026557.279

Jumlah Total46.315332.16573.113451.593

Kabupaten Barito Selatan berdasarkan fungsi dan peruntukan hutannya, mempunyai luas 883.000 Ha yang terbagi dalam beberapa fungsi, yaitu hutan produksi terbatas, kawasan pengembangan produksi, kawasan pengembangan permukiman dan penggunaan lainnya, kawasan konservasi flora dan fauna serta kawasan konservasi ekosistem air hitam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9 Banyaknya Fungsi dan Peruntukan Lahan Hutan di Kabupaten Barito SelatanNoFungsi/PeruntukanLuas (Ha)

1Hutan Lindung2.905

2Hutan Produksi231.395

3Hutan Produksi Terbatas124.898

4Kawasan Pengembangan Produksi232.368

5Kawasan Pengembangan Permukiman dan Peggunaan Lainnya213.973

6Kawasan Konservasi Flora dan Fauna72.615

7Kawasan Konservasi Ekosistem Air Hitam4.836

Hutan alam Barito Selatan memiliki berbagai macam ragam jenis pohon dan hasil hutan ikutan lainnya yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi khususnya kayu, sedangkan hasil hutan ikutan seperti berbagai jenis rotan, damar, gaharu dan lain-lain. Adapun perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang usaha perkayuan ini terdiri dari tiga (3) pemegang HPH dengan luas areal 144.325 ha. Produksi hutan dan hasil hutan ikutan tahun 2009, yaitu sebagai berikut: 1. Kayu bulat menghasilkan 27.813,08 m32. Kayu olahan menghasilkan 7.381,85 m33. Rotan irit / taman menghasilkan 3.592,5 ton4. Damar menghasilkan 20 Kg5. Kulit Gemor menghasilkan 27 Ton

2.6. Geologi Kabupaten Barito Selatan berasal dari formasi-formasi geologis yang tergolong tua. Informasinya untuk pengembangan wilayah meliputi potensikesuburan tanah, bahan tambang, air tanah, daya dukung dan kerawanan fisik. Berdasarkan formasi batuannya, potensi kesuburan tanah di Kabupaten Barito Selatan tidak tinggi. Penyebaran formasi batuannya terdiri dari: Aluvium, endapan sungai dan laut; wilayah berawa dan bergambut; Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa. Selain itu,terdapat Batuan sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material vulkanik; Batuan beku; Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya unsur hara; Batuan metamorf2.6.1 LitologiLitologi daerah Kabupaten Barito Selatan berupa andesit dan diorite kuarsa. Andesit berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur afanitik-porfiroafanitik, ukuran mineral < 0,1-1mm, komposisi terdiri dari mineral-mineral mafik dan felsik berukuran sangat halus dan plagioklas sebagai fenokris pada batuan yang bertekstur porfiroafanitik, terdapat mineral hasil mineralisasi yang mengisi rekahan-rekahan yang berupa pirit, kuarsa dan kalkopirit.Diorit kuarsa berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur faneritik, ukuran mineral 1-3 mm, holokristalin, komposisi terdiri dari plagioklas, hornblenda, piroksen, biotit, kuarsa dan mineral-mineral hasil mineralisasi yang mengisi urat-urat batuan yakni berupa galena, bornit, kuarsa, pirit dan kalkopirit.2.6.2 StrukturSub Cekungan Barito mengalami dua kali pengangkatan yaitu yang berumur Akhir Kapur dan pengangkatan yang berumur Akhir Miosen. Hal ini menyebabkan dijumpainya ketidakselarasan-ketidakselarasan pada tatanan stratigrafinya. Pengangkatan yang beumur Akhir Kapur menyebabkan terjadinya batasan-batasan dari Cekungan Barito. Pengangkatan yang berumur Akhir Miosen menyebabkan terbentuknya beberapa antiklin pada Formasi Tanjung, Formasi Berai dan Formasi Warukin. Proses Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pleistosen yang menyebabkan berbagai pola struktur di wilayah ini terangakat, terlipat dan terpatahkan. Sumbu-sumbu lipatan umumnya sejajar dengan Tinggian Meratus. 2.6.3 GeoteknikGeoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang berkonsentrasi pada aplikasi teknologi teknik sipil untuk kontruksi yang melibatkan material alam yang terdapat pada atau dekat dengan permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi dari rekayasa geoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu Mekanika Tanah, Mekanika Batuan, Geologi, dan Hidrologi. Melalui geoteknik tambang diharapkan rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian dan penimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.Kegiatan penambangan baik di permukaan maupun di bawah tanah acapkali dihadapkan pada problem-problem stabilitas struktur dan infrastruktur tambang yang kalau dirunut akan bersumber pada problem geoteknik. Sebagian problem tersebut seharusnya tidak perlu terjadi seandainya dari awal telah dilakukan penyelidikan geoteknik secara teliti, tetapi sebagian lainnya memang berkembang belakangan setelah proses konstruksi selesai karena tidak atau kurang terpantau. Beberapa contoh problem geoteknik yang dikemukakan pada tambang terbuka diantaranya adalah: Lereng penambangan runtuh (produksi terganggu/terhenti, kemungkinan ada korban) Jalan tambang longsor (pengangkutan terganggu/terhenti, produksi terganggu) Gangguan air tambang (penggalian terganggu)Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang terbuka meliputi : Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio, batas Atterberg kadang-kadang diperlukan untuk material tanah) Parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser dalam) Daya dukung/Californian Bearing Ratio : untuk rancangan pondasi, jalan angkut.Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik di lapangan maupun di laboratorium. Tujuan dalam perancangan geoteknik tambang adalah bahwa dalam merancang suatu tambang baik tambang terbuka perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian atau penimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.

2.7. Keadaan Batuan Andesit2.7.1 Bentuk dan Penyebaran Batuan AndesitBatu Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk dari pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung berapi. Persebarannya hampir di seluruh Indonesia.2.7.2 Sifat dan Kualitas Batuan AndesitSifat fisik batuan ini, seperti berat jenis : 2,3- 2,7, kuat tekan : 600 - 2000 kg/cm2 dan tahan terhadap proses pembudaran. Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar

2.7.3