31
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia atau sering disebut manajemen personalia diartikan sebagai: Personal administration is the art acquiring, developing and maintaining a competent work force in such a manner as to accomplish with maximum efficiency and economy the functions and objectives of organization (Pigor & Mayer dalam Manullang, 2006: 7). Flipo dalam Manulang (2006: 8) mendefinisikan bahwa personal management is the planning, organizing, directing and controlling of procurement, development, compensation, integration dan maintenance of human resources and that organizational and sosial objectives may be accomplished. Pendapat tersebut memberikan makna bahwa manajemen personalia merupakan suatu seni untuk menggunakan, mengembangkan dan memelihara sumber tenaga kerja secara efisien dan ekonomis untuk mencapai tujuan dan fungsi organisasi. Di dalam proses manajemen tersebut memuat perencanaan, pengaturan, pengarahan dan pengawasan. Sekolah merupakan suatu organisasi yang memiliki sumber daya manusia tenaga pendidikan dan kependidikan. Guru sebagai pendidik merupakan kunci utama keberlangsungan proses pendidikan, karena keberadaannya tidak bisa tergantikan oleh yang lain. kualitas pendidikan tergantung dari kualitas guru dalam melakukan proses pendidikan. Oleh karena itu, sumber daya ini perlu diatur sehingga dapat melaksanakan kegiatan proses pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia atau sering disebut

manajemen personalia diartikan sebagai: Personal

administration is the art acquiring, developing and maintaining

a competent work force in such a manner as to accomplish with

maximum efficiency and economy the functions and objectives

of organization (Pigor & Mayer dalam Manullang, 2006: 7).

Flipo dalam Manulang (2006: 8) mendefinisikan bahwa

personal management is the planning, organizing, directing and

controlling of procurement, development, compensation,

integration dan maintenance of human resources and that

organizational and sosial objectives may be accomplished.

Pendapat tersebut memberikan makna bahwa

manajemen personalia merupakan suatu seni untuk

menggunakan, mengembangkan dan memelihara sumber

tenaga kerja secara efisien dan ekonomis untuk mencapai

tujuan dan fungsi organisasi. Di dalam proses manajemen

tersebut memuat perencanaan, pengaturan, pengarahan dan

pengawasan.

Sekolah merupakan suatu organisasi yang memiliki

sumber daya manusia tenaga pendidikan dan kependidikan.

Guru sebagai pendidik merupakan kunci utama

keberlangsungan proses pendidikan, karena keberadaannya

tidak bisa tergantikan oleh yang lain. kualitas pendidikan

tergantung dari kualitas guru dalam melakukan proses

pendidikan. Oleh karena itu, sumber daya ini perlu diatur

sehingga dapat melaksanakan kegiatan proses pendidikan

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

8

Menurut UUSPN/20/2003 pasal 3 menyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung-jawab. Tujuan tersebut tidak akan

terwujud apabila tidak dilakukan manajemen sumber daya

manusia yaitu guru sebagai pendidik.

2.2 Manajemen Pelatihan

Manajemen pada hakikatnya merupakan seni mengelola

berbagai kegiatan oleh sekelompok orang dalam suatu

organisasi dengan menggunakan kemampuan manajerial dan

keterampilan teknis pada kegiatannya untuk mencapai tujuan

yang efektif dan efisien (Siagian, 2007: 1).Dikatakan seni

mengelola karena merupakan aktivitas bagaimana

mengkolaborasi pengetahuan, pengalaman dan kreativitas

dalam wadah manajemen. Manajemen berarti pula sebagai

suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan, pengarahan pada sekelompok orang kearah tujuan

organisasional atau tujuan yang nyata (Terry dan Rue, 2009:

1).

Seorang guru yang profesional yang ditugaskan untuk

melaksanakan tugasnya sebagai pendidikan sudah memiliki

latar belakang pendidikan formal sesuai spesifikasi yang

dipersyaratkan, namun dalam melaksanakan tugasnya perlu

diberikan pelatihan-pelatihan agar dapat bekerja mengikuti

perkembangan yang ada.

Dalam manajemen pelatihan lebih dikenal 6M (man,

money, materials, methods, machines dan market), melalui tiga

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

9

aktivitas utama manajemen yaitu: merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan (Sugiyono:

2002).Pada manajemen pelatihan untuk guru sosiologi,

terdapat tiga fungsi manajemen dalam pelaksanaan pelatihan

yaitu planning, actuating dan controlling (PAC) artinya dalam

setiap action pada pelatihan, fungsi organizing merupakan

komando yang mensinergikan komponen dalam

penyelenggaraan pelatihan, sehingga kerjasama antara

sumber daya manusia yang terlibat secara aktif di dalam

manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung

jawabnya masing-masing.

Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan

guru sosiologi meliputi instruktur, panitia, dan pihak lain

yang membantu pelaksanaan pelatihan. Sumber daya

manusia dalam pelatihan ini harus diorganisir agar mampu

menggerakkan semua komponen pelatihan sesuai tugas dan

fungsinya masing-masing. Selanjutnya dalam pelatihan guru

sosiologi ini tidak terlepas dengan masalah pembiayaan. Biaya

merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pelatihan

karena pelaksanaan akan berjalan sesuai rencana apabila

didukung dengan dana yang memadai.

Materi pelatihan ditetapkan berdasarkan need

assesment yang dituangkan dalam perencanaan pelatihan

berupa kurikulum pelatihan, buku panduan pelatihan, dan

materi pelatihan. Selanjutnya ditetapkan instruktur yang

memiliki kepakaran di bidang sosiologi yang terkait dengan

budaya lokal, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan

metode pelatihan serta sarana prasarana pendukung

pelatihan.

Evaluasi pelatihan diawali dengan pre-tes, yaitu untuk

mengukur kemampuan guru sebelum dilakukan tindakan

pelatihan, dan hasil pre-tes dilakukan analisis untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

10

menentukan jenis, materi dan teknik pelatihan. Selama

pelatihan, evaluasi dilakukan dengan mengamati reaksi

peserta atau penilaian proses, dan post-tes (penilaian kinerja)

untuk mengukur kompetensi guru tentang pembelajaran

inkuri berbasis budaya lokal, pembuatan perangkat

pembelajaran sosiologi dengan metode inkuiri berbasis budaya

lokal setelah diberikan tindakan pelatihan.

2.2.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk

menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta menetapkan

strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain

perencanaan merupakan usaha konkret berupa langkah-

langkah yang harus dilajukan yang dasar-dasarnya telah

ditetapkan dalam strategi organisasi (Siagian, 2007: 35)

Perencanaan pelatihan dapat dibedakan berdasarkan

orientasi pengelolaannya yaitu; (1) model manajemen

pelatihan berpusat pada kepentingan lembaga penyelenggara

pendidikan yang mencakup langkah-langkah: (a) menentukan

kebutuhan pelatihan dengan menganalisa kebutuhan

organisasi, analisa tugas, analisa kebutuhan individual para

pelaksana tugas, dan menetapkan tujuan pelatihan, (b)

menyusun kriteria keberhasilan pelatihan; (2) model

manajemen berpusat pada peserta pelatihan, fungsi

perencanaannya yaitu; (a) mengidentifikasi kebutuhan; (b)

sumber-sumber dan kemungkinan hambatan pelatihan; (c)

merumuskan tujuan pelatihan; (d) menyusun program

pelatihan; (e) menetapkan seleksi peserta; (f) menyusun alat

penilaian awal dan akhir; dan (g) Menyiapkan pelatih yang

berkompeten (Sudjana, 2007: 12).

2.2.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan keseluruhan suatu proses

pengelompokan orang, alat, tugas, serta wewenang dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

11

tanggung jawab yang bergerak secara bersama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain

pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan

mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, sehingga

pekerjaan yang dikehendaki berhasil dilaksanakan. Handoko

(2008: 167), menjelaskan pengorganisasian merupakan proses

penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan

organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan

lingkungan yang melingkupinya. Hal senada dikemukan oleh

Terry dan Rue (2010: 82), bahwa pengorganisasian adalah

proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok pada seorang

manajer yang mempunyai kekuasaan, yang perlu mengawasi

anggota kelompoknya.

Pengorganisasian merupakan kegiatan yang sangat

penting untuk memberdayakan sumber-sumber yang ada

dalam suatu organisasi untuk mewujudkan kerjasama antara

manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya melalui

pembidangan dan pembagian tugas.Hal ini dimaksudkan agar

setiap orang yang terlibat di dalamnya mengetahui tugas dan

tanggung jawabnya masing-masing. Faktor penting dalam

pembagian tugas dalam organisasi akan membantu

koordinasi, memperlancar pengawasan, menghemat biaya,

dan memperlancar komunikasi (Terry, 2009: 96-97). Fungsi

pengorganisasian dalam manajemen pelatihan adalah untuk

mengetahui prinsip-prinsip pengorganisasian yang berkaitan

dengan kebermaknaan, keluwesan dan kedinamisan

organisasi/lembaga.

Pengorganisasian merupakan kegiatan yang sangat

penting untuk pemberdayaan sumber-sumber yang ada

melalui kerjasama antara manusia yang terlibat di dalamnya

secara efektif dan efisien melalui pembidangan, pengunitan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

12

dan pembagian tugas. Pembidangan dan pembagian tugas ini

akan bermanfaat agar orang-orang terlibat di dalamnya

mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Pelaksanaan pengorganisasian yang sukses akan membuat

suatu organisasi mencapai tujuannya. Proses ini tercermin

pada struktur organisasi yang mencakup: (1) pembagian kerja;

(2) departementalisasi; (3) bagan organisasi formal; (4) rantai

perintah dan kesatuan perintah, (5) tingkat-tingkat hikarki

manjemen; (5) saluran komunikasi, (6) penggunaan komite;

dan (7) rentang manajemen dan kelompok informal yang tak

dapat dihindari (Handoko, 2008: 169).

2.2.3 Pelaksanaan / Penggerakan

Pelaksanaan program pelatihan mencakup program

penggerakkan dan pembinaan (Sudjana, 2007:

12).Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen

yang utama.Fungsi actuating lebih menekankan pada

kegiatan.Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan

sekelompok orang dengan terencana sehingga mencapai

tujuan organisasi yang diinginkan (Terry & Rue, 2010:

168).Pada pelatihan, actuating merupakan upaya menjadikan

perencanaan menjadi kenyataan, melalui kegiatan dalam

bentuk pengarahan, transfer pengetahuan, keterampilan dan

motivasi agar peserta pelatihan dapat melaksanakan kegiatan

secara optimal.

Pelatihan akan menghasilkan suatu perubahan

perilaku pada peserta pelatihan. Secara nyata perubahan

perilaku itu berbentuk peningkatan mutu kemampuan dari

peserta pelatihan.Menurut Sudjana (2007: 198) pelatihan

dilakukan melalui tahapan yaitu: (1) pembinaan keakraban

sebelum kegiatan pembelajaran, hal ini dimaksudkan agar

hambatan psikologis peserta pelatihan dapat diminimalisir; (2)

identifikasi kebutuhan, fungsinya untuk menyempurnakan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

13

kebutuhan dan memenuhi kebutuhan peserta pelatihan; (3)

kontrak pembelajaran, yaitu perjanjian tertulis yang dibuat

oleh peserta pelatihan. Isi format kontrak mencakup

komitmen peserta pelatihan untuk mengikuti semua kegiatan

pelatihan yang diberikan; (4) tes awal (pre test), berfungsi

untuk mengetahui kompetensi awal peserta; (5) proses

pembelajaran dalam pelatihan yang meliputi: materi, metode

dan tehnik; (6) test akhir (post test), berfungsi untuk

membandingkan antara perubahan kompetensi awal sebelum

mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan.

Metode pelatihan merupakan faktor yang penting dalam

pelatihan. Metode merupakan cara yang digunakan dalam

interaksi belajar. Metode pembelajran pelatihan dijelaskan

Rifa’i (2009: 99), suatu cara mengorganisasikan peserta

pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan yang efektif.

Metode pembelajaran perlu memperhatikan karateristik orang

dewasa yaitu: (1) orang dewasa mandiri, sehingga

pembelajaran membutuhkan kebebasan yang bersifat

pengarahan diri; (2) orang dewasa mempunyai kesiapan

belajar sesuai dengan peran sosialnya, sehingga program

pembelajaran dalam pelatihan disusun dan disesuaikan

dengan kebutuhan peserta pelatihan yang relevan dengan

tugas yang diembannya; (3) orang dewasa berharap segera

dapat menerapkan perolehan belajarnya, sehingga muatan

materi pelatihan didasarkan pada kebutuhan peserta yang

dapat diimplementasikan (Rifa’i, 2009: 24).

Selain itu komunikasi harus efektif agar instruktur dan

peserta pelatihan mampu menyampaikan dan menerima

pesan denga baik. Dalam kegiatan pelatihan ini juga perlu

menggunakan pendekatan pembinaan keakraban dengan

pembentukan kelompok kerja kecil, demonstrasi

(demontration), dan diskusi (discussion), sedangkan alat bantu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

14

pembelajaran pada pelatihan berupa LCD, video tentang

pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal.

2.2.4 Pengawasan

Pengawasan merupakan proses pengamatan dari

seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa

semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2007:

125). Sedangkan menurut Handoko (2008: 360),pengawasan

dapat juga berarti menetapkan standar pelaksanaan dengan

tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi

umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standart yang telah ditetapkan sebelumnya, menetapkan dan

mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil

tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa

semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara

efektif dan efisien dalam pencapaian perusahaan.

Sebagai fungsi organik, pengawasan (controlling)

merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan.

Pengawasan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,

dilaksanakan berdasarkan strategi dasar organisasi yang

telah dirumuskan dan ditetapkan, serta dirinci menjadi

program dan rencana kerja. Pengawasan ditujukan untuk

usaha mencegah timbulnya berbagai jenis dan bentuk

penyimpangan atau penyelewengan baik disengaja maupun

tidak. Kegiatan pengawasan dapat meliputi; (1) penetapan

ukuran-ukuran; (2) memantau hasil-hasil, (3) perbandingan

hasil-hasil pemantauan dengan ukuran-ukuran, (4) perbaikan

penyimpangan-penyimpangan; (5) pengubahan dan

penyesuaian cara-cara pengawasan dan perubahan kondisi-

kondisi; dan (6) berhubungan selalu selama proses

pengawasan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

15

2.3 Model – Model Pelatihan

Gaffar dan Nurdin (2007: 569)menyatakan bahwa”

kelemahan dari sistem pelatihan selama ini disebabkan oleh

lemahnya manajemen pelatihan baik pada tingkatan mikro,

mezzo dan makro. Di bawah ini adalah beberapa model

pelatihan yang sering dilakukan dalam mengelola pelatihan

diantaranya model ADDIE, Siklus Lima Tahap oleh Goad,

model pelatihan deduktif dan pelatihan induktif.

2.3.1 Model ADDIE

Model ADDIE (Analyse, Design, Development,

Implementation, Evaluation) digambarkan dalam tahap seperti

pada diagram berikut.

Gambar 2.1

Model Lima Fase diadaptasi dari Molenda (2003: 34-35)

Pada tahap analisis (analyse), melakukan identifikasi

kebutuhan pelatihan, pengetahuan dan keterampilan peserta,

perumusan tujuan dan lingkungan belajar.Tahap desain

(design), meliputi merumuskan isi pelatihan, analisis materi

pelajaran, perencanaan pelajaran, pemilihan media dan

instrument pelatihan. Langkah dalam tahap desain yaitu: (1)

dokumen proyek instruksional, visual dan teknis desain

strategi; (2) terapkan strategi pembelajaran sesuai domain

kognitif, afektif, dan psikomotor; (3) desain pengalaman

pengguna pelatihan; (4) buat protitipe; (5) terapkan desain

visual (grafis).Tahap pengembangan (development), merupakan

revision

Analyse revision

Design Evaluation Implement

revision

Development revision

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

16

tahapan pengembangan instruksional.Proyek pelatihan ini

ditinjau dan direvisi sesuai dengan umpan balik yang

diterima.

Tahap implementasi (implementation), pada tahap ini

dikembangkan prosedur untuk pelatihan fasilitator dan

peserta didik.Tahap ini mencakup kurikulum.Metode

pembelajaran, prosedur evaluasi, sapras pelatiha,

mengevaluasi desain dan hasil belajar.Pada tahap ini,

persiapan peserta didahului dengan pendaftaran seleksi

peserta pelatihan.Tahap evaluasi (evaluation) terdiri dari dua

bagian yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan

disetiap langkah atau proses ADDIE.

2.3.2 Model Pelatihan Siklus Lima tahap oleh Goad

Model pelatihan siklus lima tahap oleh Goad dalam

Nedler (1982: 11) terdiri dari siklus pelatihannya terdiri dari:

(a) analisis kebutuhan pelatihan (analisyze to determine

training reqruitmens). (b)desain pendekatan pelatihan (design

the training approach). (c) pengembangan materi pelatihan

(depelov the training materials). (d) pelaksanaan pelatihan

(conduct the training) dan (e) evaluasi dan pemutakhiran

pelatihan(evaluate and update the training). Langkah tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Lima Tahap Goad dalam Nedler

(1982: 11)

Analyze

Design Evaluate

Conduct Develop

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

17

Pelatihan yang ditujukan bagi orang dewasa sebagai

sasaran perlu memperhatikan aspek: (1) orang dewasa belajar

dengan melakukan (orang dewasa ingin dilibatkan); (2)

masalah dan contoh relevan dan realistis; (3) lingkungan

belajar terbaik adalah lingkungan informal; (4) tidak

menerapkan sistem peringkat apapun; (5) fasilitator berperan

sebagai agen pembaharuan: (6) fasilitator bertanggung jawab

memfasilitasi pembelajaran; (7) variasi metode yang

melahirkan gairah peserta pelatihan; (8) dampak pelatihan

langsung bisa dirasakan peserta (Nedler, 1982: 41).

2.3.3 Model Pelatihan Induktif

Pendekatan yang digunakan dalam model Induktif

menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang

terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang

luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan

ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah

dimiliki setiap Sasaran didik (pelatihan), kemudian

membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan

atau harus dimiliki sesuai dengan tuntutan yang datang

kepada dirinya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

18

Gambar 2.3 Langkah-langkah Model Pelatihan Induktif (Kamil, 2010)

Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis

kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs)

atau kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dirasakan

langsung oleh peserta pelatihan. Pelaksanaan identifikasinya

pun harus dilakukan secara langsung kepada peserta

pelatihan itu sendiri.Keuntungan model induktif ini adalah

dapat diperoleh informasi yang langsung, dan tepat mengenai

jenis kebutuhan peserta pelatihan, sehingga memudahkan

kepada tutor (pelatih) untuk memilih materi pelatihan (belajar)

yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Namun kerugiannya,

dalam menetapkan materi pendidikan yang bersifat

menyeluruh, dan umum untuk peserta pelatihan yang banyak

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

19

dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang

banyak. Karena setiap peserta pelatihan yang mempunyai

kecenderungan ingin atau harus belajar dimintai informasinya

mengenai kebutuhan pelatihan (belajar) yang diinginkan.

2.3.4 Model Pelatihan Deduktif

Pendekatan model deduktif merupakan model pelatihan

yang menggenaralisasi secara umum dari identifikasi

kebutuhan pelatihan dilakukan, dengan sasaran yang luas.

Hasil identifikasi dibutuhkan untuk keseluruhan peserta

pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil

identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi

pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan menyeluruh. Hal

ini sebagaimana telah dilakukan dalam menetapkan

kebutuhan pelatihan minimal untuk peserta pelatihan dengan

sasaran tertentu seperti melihat latar belakang pendidikan,

usia, atau jabatan dan lainnya. Kemudian dikembangkan ke

proses pembelajaran dalam pelatihan yang lebih khusus

(Kamil, 2010).

Keuntungan dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi

dapat diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga ada

kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga yang

murah, dan relatif lebih efesien dibanding dengan tipe induktif

karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat

digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam

pelatihan secara umum. Namun demikian, model ini

mempunyai kelemahan dari segi efektifitasnya, karena belum

tentu semua peserta pelatihan (sasaran) diduga memiliki

karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan

membutuhkan hasil identifikasi tersebut. Hal ini didasarkan

atas kenyataan bahwa keanekaragaman peserta pelatihan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

20

(sasaran) cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar

yang berbeda (Kamil, 2010).

Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif

termasuk jenis kebutuhan terduga (expected needs), dalam

pengertian bahwa peserta pelatihan (sasaran) pada umumnya

diduga membutuhkan jenis kebutuhan belajar tersebut. Hal

menarik bahwa, pernyataan jenis kebutuhan bisa tidak

diungkapkan oleh diri peserta pelatihan (sasaran) secara

langsung, akan tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami

tentang kondisi peserta pelatihan (sasaran). Oleh karena itu,

mengapa banyak terjadi "Drop out dalam pelatihan", atau

kebosanan belajar, tidak adanya motivasi, malas, karena ada

kecenderungan bahan belajar yang dipelajarinya dalam

pelatihan kurang sesuai dengan kebutuhan belajar yang

dirasakannya (Kamil, 2010).

2.4 Materi Pelatihan Pembelajaran Sosiologi dengan

metode Inkuiri berbasis Budaya Lokal

Pembelajaran inkuiri menurut Sumantri (1999:164),

merupakan cara penyajian pelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi

dengan atau tanpa bantuan guru. Dengan melalui metode ini

dapat membantu siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai

dengan pendapat Suchman (1996 : 3), pembelajaran inkuiri

adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar

merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki

kesadaran akan kemampuannya. Konsep dasar lain juga

disampaikan Widja (2005), metode pembelajaran inkuiri

adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-

pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan

konsep-konsep dan prinsip. Konsep tersebut juga didukung

oleh Nasution (2002), menyatakan bahwa metode

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

21

pembelajaran inkuiri adalah merupakan proses belajar yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan

menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan

konklusi berdasarkan pembuktian.

Dengan demikian konsep pembelajaran inkuiri

menitikberatkan pada pemberian kesempatan pada siswa

untuk berperan aktif peserta didik dalam menyelesaikan

masalah melalui pembuktian yang dilakukan oleh siswa. Hal

ini juga dipertegas oleh Trowbridge dan Bybee ( 1973 : 210)

menyatakan bahwa, dengan pendekatan inkuiri maka

pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak, proses

belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan

mengembangkan konsep diri pada diri siswa, mengembangkan

bakat, menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan

menghafal, dan memberikan waktu pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model

inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,

sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak

belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam

memecahkan masalah, sehingga siswa benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dalam pelaksanaan

pembelajaran inkuiri memiliki tujuan iringan (nurturant effect)

yaitu: (1) memperoleh keterampilan untuk memproses secara

ilmiah (mengamati, mengumpulkan, mengorganisasi-kan data,

mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji

hipotesis, serta mengambil kesimpulan); (2) lebih

berkembangnya daya kreativitas anak; (3) belajar secara

mandiri; (4) perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu

pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo,

2002:101).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

22

Dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang ini,

metode pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting

yaitu: (1) menekankan kepada proses perolehan informasi

oleh siswa, (2) membuat konsep diri siswa bertambah dengan

penemuan-penemuan yang diperolehnya, (3) memiliki

kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas

penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif

para siswa, (4) penemuan-penemuan yang diperoleh siswa

dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit

melupakannya,(5) tidak menjadikannya guru sebagai satu-

satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar (Sumantri,

1999:166).

Agar pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat mencapai

hasil yang optimal maka diperlukan syarat–syarat. Adapun

syarat pembelajaran inkuiri adalah : (1) suasana terbuka yang

mengundang siswa berdiskusi atau tidak ada hambatan

untuk mengemukakan pendapatnya; (2) inkuiri berfokus pada

hipotesis, siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua

pengetahuan bersifat tentatif artinya tidak ada kebenaran

yang bersifat mutlak atau kebenarannya selalu bersifat

sementara; (3) penggunaan fakta sebagai evidensi, di dalam

kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta

sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada

umumnya (Gulo, 2002:85).

Sehubungan dengan tujuan dan syarat pembelajaran

inkuiri maka peranan utama guru sebagai berikut: (1)

motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan

gairah berpikir; (2) fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar

jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa; (3)

administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh

kegiatan di dalam kelas; (4) pengarah, yang memimpin arus

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

23

kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan; (5)

manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan

organisasi kelas; (6) rewarder, yang memberi penghargaan

pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan

semangat heuristik pada siswa (Gulo, 2002: 86).

Manfaat lain yang didapat dari penerapan pembelajaran

inkuiri yaitu dapat mengembangkan kemampuan intelektual,

pengembangan emosional dan pengembangan

keterampilannya. Langkah pembelajar-an inkuiri meliputi (1)

merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesa; (3)

mengumpulkan bukti ; (4) menguji hipotesa, dan; (5) menarik

kesimpulan (Gulo,2004 : 94)

Adapun langkah pembelajaran inkuiri tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Proses Inkuiri ( Gulo, 2004 : 94)

Pembelajaran inkuiri diawali dari sebuah permasalahan

yang perlu dikaji oleh siswa. Sebelum melakukan pengamatan

untuk mengambil data, siswa perlu merumuskan hipotesis

yaitu dugaan sementara atas jawaban berdasarkan literatur-

literatur. Setelah melakukan pengamatan di lapangan maka

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

24

hasil data informasi melalui wawancara dan pengamatan

dapat digunakan untuk menguji dugaan dan ditarik

kesimpulan.

Model pembelajaran yang dapat diadaptasi dalam

pembelajaran sosiologi antropologi untuk mengembangkan

wawasan pengetahuan peserta didik dengan penekanan

proses pengamatan secara langsung dengan budaya lokal.

Pembelajaran model inkuiri berbasis budaya lokal adalah

pendekatan pembelajaran pada masalah autentik terkait

budaya lokal sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya, menumbuhkembangkan kemandirian, serta

meningkatkan percaya diri pada siswa (Abbas. 2000:12).

Model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan sebagai

berikut :(1) dengan metode pembelajaran inkuiri akan melatih

siswa berani mengemukakan pendapat dan menemukan

sendiri pengetahuannya berdasarkan hasil pengamatan

langsung,(2) model pembelajaran ini dikemas menjadi proses

membangun bukan menerima pengetahuan artinya siswa

membangun pengetahuan secara mandiri melalui keterlibatan

aktif dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan

berbagai sumber, dengan demikian pembelajaran berpusat

pada siswa. Penerapan pembelajaran model inkuiri terdiri

dari 5 langkah sebagai berikut :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

25

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri

Langkah

Pembelajaran Berbasis Masalah

Kegiatan guru

Orientasi siswa pada masalah dan mampu merumuskan masalah

Guru menjelaskan tujuan pembela- jaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas

Mengorganisir siswa dalam belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas–tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dikaji

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video, dan model, membantu mereka membagi tugas dengan temannya

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan

Sumber : Abbas, 2000:14–15

2.5 Keefektifan Pembelajaran Inkuiri

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

26

Pembelajaran model inkuiri adalah pendekatan

pembelajaran pada masalah autentik sehingga siswa dapat

menyusun pengetahuannya, menumbuh kembangkan

kemandirian, serta meningkatkan percaya diri pada siswa

(Abbas. 2000:12). Menurut Slavin (1994: 310) untuk

mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran model

ditentukan empat indikator yaitu: kualitas pembelajaran

(quality of instruction), kesesuaian tingkat pembelajaran

(appropriate level of instruction ), insentif ( incentive ), dan

waktu ( time ).

Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi atau

keterampilan yang disajikan sehingga siswa dapat

mempelajarinya dengan mudah. Dengan kata lain, makin kecil

tingkat kesalahan yang diperoleh makin efektiflah tingkat

pembelajaran. Penentuan tingkat efektivitas pembelajaran

tergantung pada pencapaian tujuan pembelajaran, biasanya

disebut ketuntasan belajar. Kesesuaian tingkat belajar adalah

sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk

mempelajari pengetahuan baru (siswa mempunyai

pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan

pengetahuan baru tersebut). Dengan kata lain materi

pelajaran yang diberikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu

mudah. Insentif adalah seberapa besar seorang guru

memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajar.

Semakin besar motivasi yang diberikan guru kepada siswa

maka keaktifan siswa semakin besar pula. Dengan demikian

pembelajaran akan lebih efektif.

Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat

menyelesaikan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.Konsekuensinya bahwa dalam pembelajaran

sangat perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa

dalam pengorganisasian pelajaran dan pengetahuannya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

27

Semakin aktif siswa maka ketercapaian ketuntasan

pembelajaran semakin besar, sehingga semakin efektiflah

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran model inkuiri dikatakan efektif apabila

memenuhi paling sedikit dua dari tiga persyaratan adalah (1)

belajar siswa secara klasikal sudah tuntas; (2) tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai;(3) respon siswa

terhadap pembeajaran positif.

2.6 Konstruktivisme

Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu

pembelajaran yang menganut kontruktivisme. Menurut kaum

konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa

mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-

lain. Hal tersebut juga dipertegas lagi oleh Suparno (1997:61),

bahwa belajar merupakan proses asimiliasi dan

akomodasiyaitu menghubungkan pengalaman atau bahan

yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai

seseorang sehingga pengertian dikembangkan. Menurut Court

dalam Suparno (1997:65) mengajar berarti partisipasi dengan

pembelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat

makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan

justifikasi.Hal ini sejalan dengan pendapat kaum konstruktivis

bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan

pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan

yang memungkinkan siswa membangun sendiri

pengetahuannya.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan

peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri dan menumbuh kembangkan sikap ilmiah adalah

pembelajaran model inkuiri. Pendapat para ahli senada

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

28

tersebut adalah Bruner dalam Dahar ( 1989:103) yang

menyatakan selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya

siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna

segala sesuatu yang dipelajari. Adapun manfaat pembelajaran

model inkuiri berbasis masalah juga disampaikan oleh

Trowbridge dan Bybee (1973:210-212), yang menyatakan

bahwa dalam pendekatan inkuiri , pembelajaran lebih

berpusat pada siswa , proses belajar melalui inkuiri dapat

membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri siswa,

tingkat pengharapan bertambah, pendekatan inkuiri dapat

mengembangkan bakat pendekatan inkuiri dapat menghindari

siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal, dan

pendekatan inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Beberapa teori belajar konstruktivis yang mendasari

pembelajaran model inkuiri berbasis masalah diantaranya :

1) Teori Piaget

Menurut Piaget dalam Suherman (2003: 37) tentang

aspek aspek perkembangan kognitif yaitu tahap (1) sensory

motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4)

formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih

berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif peserta didik. Sebagai contoh dalam pembelajaran

sosiologi, peserta didik perlu diberikan contoh-contoh secara

konkrit, melakukan observasi ke masyarakat, karena dalam

tahap perkembangannya remaja SMA masih berada pada

tahap conrete operational.

Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk

melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang

oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh

pertanyaan pilihan dari guru. Guru hendaknya banyak

memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

29

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pembelajaran adalah: (a) bahasa dan cara berfikir anak

berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

berfikir anak; (b) anak-anak akan belajar lebih baik apabila

dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus

membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan

sebaik-baiknya; (c) bahan yang harus dipelajari anak

hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; (d) berikan

peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya;(e)

di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk

saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

2). Teori Vygotsky

Menurut Vygotsky dalam Nur (1996:25) menekankan

pada hakekat sosiokultural pembelajaran, yaitu siswa belajar

melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya.

Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih

tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama

antar indinvidu (interaksi dengan orang dewasa dan teman

sebaya ) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap

ke dalam individu tersebut.

Vygotsky mendifinisikan zona of proximal development

(ZPD) sebagai jarak antara tingkat perkembangan

sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan

pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau

melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu

(Nur, 1996: 29). Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi

apabila anak belajar menangani tugas - tugas yang belum

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

30

dipelajarai namun tugas itu masih berada dalam jangkauan

atau masih dalam zona of proximal development mereka.

Fungsi mental yang lebih tinggi pada munculnya dalam

percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi

mental.

Teori lain dari Vygotsky adalah scaffolding yaitu

pemberian sejumlah besar bantuan kepada seseorang peserta

didik selama tahap awal pembelajaran dan kemudian peserta

didik tersebut mengambil alih tanggungjawab yang semakin

besar segera ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat

berupa petunjuk peringatan atau dorongan yang

memungkinkan peserta didik tumbuh sendiri.

3). Teori J. Bruner.

Salah satu model intruksional kognitif yang sangat

berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal

dengan belajar penemuan (Discovery learning). Bruner dalam

Dahar (1998:125) menganggap, bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling

baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah

serta pengetahuan yang menyertai, menghasilkan

pengetahuan yang benar–benar bermakna.

Bruner dalam Trianto (2007: 26) menyarankan agar

siswa–siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif

dengan konsep – konsep dan prinsisp – prinsip, agar

melakukan eksperimen - eksperimen yang mengizinkan

mereka untuk menemukan prinsip- prinsip itu sendiri.

2.7 Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal pada

Mata Pelajaran Sosiologi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

31

Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal merupakan

proses pembelajaran yang memadukan metode inkuiri yaitu

menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang

mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan

prinsip melalui pengamatan yang melibatkan budaya lokal.

Yang dimaksud budaya menurut Koentjoroningrat adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala hasil karya

manusia dalam rangka khidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan cara belajar (Gering Supriyadi

2003). Pembelajaran inkuiri berbasis budaya merupakan

pembelajaran yang melibatkan lingkungan belajar dan

perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan

budaya lokal sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan terhadap budaya

sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan.

Pelajaran sosiologi lebih banyak berhubungan dengan

masalah dan gejala yang muncul di masyarakat. Pembelajaran

sosiologi yang selama ini diterapkan lebih didominasi di dalam

kelas dengan pembahasan dan informasi dari guru cenderung

berjalan satu arah yaitu proses transfer knowledge. Dengan

berlakunya kurikulum 2013, paradigma pembelajaran sudah

berubah pada pembelajaran berpusat pada siswa, bahkan

guru sifatnya sebagai salah satu sumber belajar, bukan satu-

satunya sumber belajar. Belajar dalam konteks kurikulum

2013 sudah menuntut penggunaan berbagai sumber belajar,

termasuk lingkungan masyarakat sekitar sebagai wadah

melakukan pengamatan. Terkait dengan hal tersebut, peserta

didik dapat melakukan proses pengamatan terhadap budaya-

budaya lokal di sekitar peserta didik, melakukan wawancara

dengan narasumber yang relevan. Dari proses pengamatan,

perserta didik juga berlatih berkomunikasi, melalui kegiatan

menanya dan akhirnya mendapatkan sekumpulan informasi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

32

baik dalam bentuk informasi lesan, tertulis maupun rekaman

dalam bentuk video. Informasi-informasi tersebut dijadikan

peserta didik sebagai bahan melakukan asosiasi atau

pengolahan informasi dalam bentuk diskusi di dalam kelas.

Hasil diskusi secara kelompok digunakan sebagai bahan

peserta didik melakukan proses presentasi kelas. Kegiatan ini

sebagai bentuk melatih diri bagaimana peserta didik

mengkomunikasikan hasil pengamatan pada orang lain.

Objek-objek pengamatan yang dapat diamati dalam

proses pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah

objek multikultur masyarakat di sekitar peserta didik. Secara

khusus di wilayah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal,

terdapat objek-objek budaya lokal seperti kesenian Kuda

Lumping, Sintren (Laes), kegiatan Nyadran (sedekah bumi)

dan Merti Desa melalui wayang kulit. Peserta didik dapat

melakukan pengamatan, perekaman, wawancara dan

akhirnya menganalisis bagaimana sejarahnya, fungsi-fungsi

dan tujuan kegiatan, nilai-nilai yang terkandung dalam

kegiatan dan nilai ekonomis. Peserta didik dapat menggali

potensi-potensi budaya lokal sebagai aset wilayah sebagai

desa wisata.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan proses

pembelajaran yang melibatkan peserta didik melakukan

pengamatan dengan objek-objek budaya lokal.

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian lain yang terkait dengan

penelitian ini antara lain dilakukan oleh Wardani dan

Abubakar. Penelitian Wardani (2012:50), The Effectiveness Of

Inkuiri Learning Approach In The Sosial Laboratory The

Towards The Enhancement Of Learning Creativity Of 5 Th”

Grade Sosial Study Subject (IPS) Students Of Elementary

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

33

School, menyimpulkan bahwa guru diharapkan merubah

pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran

berpusat pada siswa dengan mendasain pembelajaran inovatif

terutama menggunakan pendekatan inkuiri yang mendorong

kreativitas siwa. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri

dilaksanakan di laboratorium sosial misalnya didekatkan

langsung ke masyarakat atau pembelajaran di luar

kelas.Penelitian Abubakar (2012:61-125), Prinsip dan

Problema Pembelajaran Sosiologi, Lembaga Pendidikan di

Banda Aceh,mengatakan bahwa karakteristik, prinsip sifat-

sifat dan paradigma sosiologi dapat mempengaruhi strategi

pembelajaran dan penyusunan silabus dan tujuan yang

diharapkan. Dengan sifat hierarkis, maka materi

pembelajaran sosiologi perlu disusun secara logis dan

sistimatis dengan tekanan kajian adalah struktur masyarakat,

pengalaman yang tersedia dalam buku ajarnya adalah

gambaran fakta masyarakat yang dicermati dengan berbagai

metode.

Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran sosiologi diperlukan model pembelajaran yang

inovatif dan kreatif terutama menggunakan pendekatan

inkuiri dan juga diperlukan strategi pembelajaran sosiologi

yang disusun secara logis dan sistimatis. Dengan demikian

maka diperlukan suatu pelatihan guru sosiologi, dengan

tujuan agar guru sosiologi dapat membuat dan menyusun

perangkat pembelajaran sosiologi dengan pembelajaran

inkuiri berbasis budaya lokal.

2.9 Kerangka Pikir

Budaya lokal perlu digali dan ditanamkan kepada peserta

didik melalui sebuah pembelajaran sosiologi yang konstruktif,

artinya peserta didik perlu menggali sendiri potensi-potensi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

34

daerah melalui terjun langsung ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara dengan nara sumber dan mengambil

makna dari sebuah pembelajaran tersebut. Harapannya akan

tumbuh kesadaran dan kepekaan tentang pentingnya

pelestarian budaya lokal. Pembelajaran inkuri berbasis

budaya lokal merupakan suatu alternatif pembelajaran yang

secara langsung memberikan peluang besar bagi peserta didik

untuk aktif menemukan sendiri melalui eksplorasi secara

kelompok di luar kelas. Pembelajaran berbeda jauh dengan

pembelajaran yang hanya monoton di dalam kelas,

mendengarkan penjelasan guru, peserta didik tidak

mengalami secara langsung dan tidak bersentuhan langsung

dengan budaya lokal yang ada.

Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal ini perlu

disebarluaskan pada guru-guru sosiologi melalui pelatihan

yang tepat. Menjadi hal yang penting untuk dilakukan,

karena berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sosiologi anggota

MGMP Sosiologi Kabupaten Kendal masih terpusat di kelas

dan belum banyak memberikan keleluasaan pada keaktifan

peserta didik. Pengembangan pelatihan guru sosiologi tentang

pembelajaran model inkuiri berbasis budaya lokal merupakan

kerangka konseptual dari pelatihan guru sosiologi yang

mengacu pada indikator kompetensi pedagogik. Pelatihan ini

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru

sosiologi SMA tentang model pembelajaran inkuiri berbasis

budaya lokal dilaksanakan dengan menggunakan pedoman

prinsip-prinsip dasar, unsur manajemen dan tahap pelatihan,

yaitu: (1) perencanaan pelatihan; (2) pelaksanaan pelatihan;

dan (3) evaluasi pelatihan.

Pelatihan manajemen pelatihan dilaksanakan dengan

menggunakan: (1) model acuan buku panduan manajemen

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

35

pelatihan; (2) model pelatihan, silabus, RPP dan (3) modul

pelatihan. Pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi

pedagogik guru sosiologi, dengan menggunakan model

pelatihan yang dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

manajemen yang melalui tahapan pelatihan yaitu: (1)

perencanaan pelatihan; (2) pelaksanaan pelatihan; dan (3)

evaluasi pelatihan.

Manajemen pelatihan sosiologi ini dirancang dengan

menggunakan model manajemen pelatihan dengan

menggunakan paket pelatihan berupa buku panduan yang

berisi cara penggunaan model, manajemen pelatihan (tugas

pengelola, instruktur dan peserta pelatihan, materi,

silabus,dan RPP. Adapun modul pelatihan terdiri dari materi

pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, contoh-contoh

RPP, contoh pelaksanaan pembelajaran berupa video dan

evaluasi. Model pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik bagi guru sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis inkuiri.

Gambar 2.5. Kerangka Pikir

Budaya Lokal

Pembelajaran Sosiologi

Guru

Perangkat Pembelajarann

Pelatihan

Perencanaan

Model Pelatihan

Prosedur Pelatihan

Materi Pelatihan

Evaluasi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

36

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW...manajemen pelatihan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelatihan ... analisa tugas, analisa

37