Upload
ngodang
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam
rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
rangkaian kegiatan itu tertentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung (Soeharto, 1997)
Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara
yang langsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya
yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah
digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanakan proyek
tersebut dapat berupa bangunan gedung (perumahan, kantor, pabrik), bangunan
sipil (jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun
melakukan penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah:
a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir
b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.
Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.
d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intesitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan
terdapat batas-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga
kendala yang terdiri dari:
1. Biaya / Anggaran (Cost)
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran
yang telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana
dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan
5
hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-
komponennya, atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan
dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-bagian
proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
2. Waktu / jadwal (Time)
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kreteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti
memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for
the intended use.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga
sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik,
sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan
manajemen proyek.
2.1.1 Perencanaan Proyek
Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar dasar tujuan
dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini
berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa datang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara
sistematis dan memperhatikan faktor objektif yang dapat berfungsi sebagai
berikut:
1. Sasaran komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek
2. Dasar pengaturan sumber daya
3. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan
menyadari pentingnya unsur waktu
4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian
6
Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak logis
akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam implementasinya
(Soeharto, 1997)
Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang akan
dihasilkan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu tingkat
keberhasilan tertentu. Tanpa perencanaan yang baik kita akan sulit mendapatkan
kesuksesan dalam mengelola suatu perusahaan, proyek bahkan dalam kehidupan
pribadi kita sekalipun. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam perencanaan
proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Inventarisasi kegiatan
2. Logika ketergantungan kegiatan
3. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat
4. Metode, volume dan durasi dari konstruksi
5. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan
6. Perhitungan dan penjadwalan dana
Suatu perencanaan akan berdaya guna maksimal apabila terpenuhinya
kondisi dan syarat-syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakan
semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta secara aktif dalam proses
implementasi dari perencanaan tersebut. Syarat serta kondisi itu antara lain:
1. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan
dengannya
2. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action
planning
3. Usaha sejauh mungkin menggunakan parameter kuantitatif, seperti
perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone sebagai
tolak ukur menilai kemajuan pekerjaan
4. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat kegiatan
proyek yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang mungkin belum
sepenuhnya terantisiasi pada perencanaan yang terdahulu
5. Penyusunan perencanaan yang realistis
7
6. Dipikirkan suatu kontigenci/kemungkinan untuk menanggulangi suatu
yang tidak terduga. Hal ini mencegah jangan sampai tersudut ke posisi
yang tidak siap
2.1.2 Pengaturan Proyek
Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur
unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,
material dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk
mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien (Dipohusodo, 1996). Proses
mengorganisir suatu proyek mengikuti proyek sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan
Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan. Semua
perlu diidentifikasi dan diklasifikasi untuk mengetahui berapa besar
volume, macam, dan sejenisnya untuk mengetahui sumber daya dan
jadwal yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau
kelompok yang akan menangani.
2. Mengelompokan pekerjaan
Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan
mengelompokkan kegiatan kedalam unit yang masing-masing telah
diidentifikasi biaya, mutu dan waktunya.
3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan
Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan
menerima tugas di atas, seperti memilih keahlian dan keterampilan
kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
memberitahukan sasaran yang ingin dicapai.
4. Mengetahui wewenang tanggung jawab serta melaksanakan pekerjaan
Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang
menerima harus mengetahui wewenang dan tanggung jawabnya. Hal
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya tumpang tindih.
8
5. Menyusun mekanisme koordinasi
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan yang lainnya saling terkait,
maka perlu adanya mekanisme koordinasi antar semua bagian
pekerjaan proyek.
2.1.3 Pengendalian Proyek
Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang
bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan sesuai sasaran tanpa banyak
penyimpangan yang berarti. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis
kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan
mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang
digunakan secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,
1997).
Agar pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Tolak ukur yang realistis
Tolak ukur yang realistis adalah tolak ukur yang mungkin untuk
dipenuhi. Misalnya, untuk mengendalikan biaya diperlukan tolak ukur
berupa anggaran. Demikian juga dengan waktu/jadwal memerlukan
tolak ukur berupa kurun waktu yang direncanakan untuk melakukan
suatu kegiatan yang tercantum dalam rencana waktu pelaksanaan (time
schedule). Jika tolak ukur ini tidak realistis, akan menyulitkan dalam
analisis dan pengambilan keputusan yang tidak tepat.
b. Pemprosesan data dengan cepat dan tepat
Memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan
menjadi masukan-masukan yang dapat dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan.
c. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan
Berdasarkan hasil pemprosesan data maka dapat dibandingkan dengan
kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena
9
akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh
karena itu metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap
kemungkinan adanya penyimpangan.
d. Mengadakan tindakan pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan
yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan.
Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik
pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya
sasaran semula.
Pengendalian dapat digolongkan menjadi internal dan eksternal, dimana
keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan kegiatan proyek.
Perbedaannya terdapat pada pelaku atau yang mengadakan pengendalian tersebut.
Pengendalian internal dilakukan oleh organisasi yang melaksanakan kegiatan
proyek sedangkan pengendalian eksternal oleh organisasi di luar dari yang
melaksanakan kegiatan proyek, seperti konsultan pengawas.
Macam kegiatan dan aspek-aspek yang dikendalikan identik dengan yang
direncanakan. Aspek/ area yang harus dikendalikan dalam proyek antara lain :
a. Organisasi dan personal
Memantau apakah organisasi proyek dibentuk sesuai dengan rencana,
apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi dan apakah
jumlahnya tetap mencukupi.
b. Waktu/ jadwal
Dalam aspek ini objek pangendalian berlangsung sepanjang proyek.
Jadwal adalah penjabaran perancanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran.
Metode penyusunan jadwal yang sering digunakan adalah jaringan
kerja (network), yang menggambarkan hubungan urutan pekerjaan
proyek dalam suatu grafik.
c. Anggaran/ biaya dan jam orang (man hour)
Pengendalian anggaran biaya dan jam orang juga berlangsung
sepanjang siklus proyek, dengan potensi saling mungkin keberhasilan
10
yang besar berada di awal proyek pada saat merumuskan definisi
lingkup kerja.
d. Pengendalian lingkup kerja
Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Hal
ini penting dilaksanakan karena pada tahap engineering dapat dipilih
sebagai alternatif.
e. Pengendalian mutu
Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah produk proyek harus
dalam keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan) mulai dari
penyusunan program quality control dan uji coba operasi.
f. Pengendalian kinerja
Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara
terpisah tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat
laporan.
Berbagai faktor menentukan dalam efektifitas, salah satu diantaranya yang
terpenting adalah tepat waktu dan peka terhadap indikasi penyimpangan yang
terjadi. Langkah awal dalam pengendalian adalah membuat rencana kerja yang
meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan dan sumber daya. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat suatu diagram jaringan kerja atau network planning.
2.2 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai
sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktifitas-aktifitas itu dimulai, ditunda
dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan
disesuaiakan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Dipohusodo,
1996).
Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan
secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua
metode yang sering digunakan yaitu :
1. Cara Bagan Balok (Bar Chart)
2. Jaringan Kerja (Network Planning), yaitu :
11
a. Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode/ CPM)
b. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT)
c. Metode Preseden Diagram (PDM)
Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi selalu ingin mencari metode
yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk
menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung
bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri sendiri dan
dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode-
metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.
Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dibagi menjadi seperangkat
pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan
yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal yang tertentu pula,
dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu penyelesaian
proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar kegiatan, karena dengan
makin terperincinya pemecahan akan makin banyak komponen-komponen
kegiatan terpisahkan sehingga jumlahnya bertambah. Dengan demikian, makin
banyak variasi hubungan ketergantungan yang terbuka dan yang mungkin
menghasilkan kurun waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat, dimana hal ini
disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan yang dapat disebabkan secara parallel
(Soeharto, 1997).
2.2.1 Penjadwalan dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network Planning)
Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara
bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga
diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan
yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997).
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu
langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode
tersebut, yaitu:
a. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek?
12
b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya
dengan penyelesaian proyek?
c. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,
bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek
secara keseluruhan?
Jaringan kerja yang ada berguna untuk :
a. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar
komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.
b. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.
c. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumberdaya.
Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek , dan
pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk
mengerjakan kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari,
pekerjaan mana yang pelaksanaanya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan
pekerjaan mana yang boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga dengan demikian
terdapat kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.
2.2.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning
Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek
memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan.
Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yamg harus dilaksanakan.
Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksnakan , maka
selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Pembuatan/ Desain
Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model
yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek,
yaitu pelaksanaan berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun
penyediaan dan pemakaian sumber daya. Proses pembuatan (disain)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
13
a. Inventarisasi kegiatan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek
menjadi kegiatan-kegiatan, untuk meningkatkan akurasi
perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika ketergantungan
diantara kegiatan-kegiatan tersebut. Pengkajian yang dimaksud
adalah mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan
bagian atau komponen dari proyek yang biasa dibedakan antara
satu dengan yang lainnya.
b. Hubungan antar kegiatan
Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya yang telah diuraikan pada tahap
inventarisasi kegiatan. Hubungan yang menentukan dalah
hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika
menuntut ketergantungan tersebut.
c. Menyusun network diagram
Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat
dirangkaikan berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga
keseluruhan kegiatan menyusun jaringan kerja yang
mencerminkan proyek secara keseluruhan.
d. Data kegiatan
Setelah network diagram tersusun yang terdiri atas kegiatan-
kegiatan, maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan,
biaya, dan sumber daya yang digunakan.
e. Analisis waktu dan sumber daya
Tujuan analisa waktu untuk mengetahui saat mulai dan saat
selesai kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan dapat
diketahui bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan
tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisa sumber daya
adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya
sehingga persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap
pakai dan bisa dilaksanakan setepat-tepatnya.
14
f. Batasan
Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak
dapat dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi
penggunaan sumber daya.
g. Levelling
Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul
akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang
berlaku.
2. Pemakaian
Bila pembuatan telah selesai, maka model telah jadi tersebut dipakai
pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-
kegiatan yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa
alternatif cara pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan
pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau prosentase, dan
berdasarkan jangka waktunya secara komulatif atau periodik.
3. Perbaikan
Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada
saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan
proses perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan,
perbedaannya hanya terdapat pada ruang lingkup masing-masing.
Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak
seluruhnya kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan
yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi
oleh perubahan tersebut.
Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang
sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup
realistis. Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang
analitis, maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian
yang lebih jelas dan mendalam tentang persoalan-persoalan mengelola proyek
yang akan dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan
yang realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan
15
gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi
yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.
Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by
exeption, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaan.
Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan proyek, dan
dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas
perhatian (Soeharto, 1997).
Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja
(Sumber : Soeharto, 1997)
Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadikomponen-komponen kegiatan
Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masingpekerjaan
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutanlogika ketergantungan menjadi jaringan kerja
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktupenyelesaian proyek
Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaiansumber daya
16
2.2.3 Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram
Metode diagram preseden/ Precenden Diagram Method (PDM) merupakan
penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu
jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat
dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram
adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node).
Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node
yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa
yaitu awal dan akhir.
Kotak-kotak segi empat dalam metode preseden diagram dibagi menjadi
ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan
peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor
dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progres pelaksanaan kegiatan yang
dapat mempermudah dalam memonitor.
Nomor Urut
ID Durasi
Tanggal Mulai Tanggal Selesai
Nomor Urut
ID Durasi
Tanggal Mulai Tanggal Selesai
Progres Penyelesaian %
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM
(Sumber : Soeharto, 1997)
Keterangan :
Nama Kegiatan : Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi
kegiatan
17
ID : Nomor identitas kegiatan kerja
Durasi : Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan
Earliest Start (ES) : Waktu mulai paling cepat
Latest Start (LS) : Waktu mulai paling lambat
Earliest Finish (EF) : Waktu selesai paling cepat
Latest Start (LS) : Waktu selesai paling lambat
Total Float : Tenggang waktu total
Progres Penyelesaian : Prosentase kemajuan proyek
2.2.4 Konstrain pada Metode Preseden Diagram
Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain
hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung
yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam
konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan
akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu
mendahului (lead) atau terlambat/ tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului
kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari.
a. Konstrain selesai ke mulai (FS)
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai
SF (i-j) = a, yang berarti kegiatan (j) mulai “a” hari, setelah kegiatan
yang mendahuluinya (i) selesai.
Gambar 2.3 Konstrain FS
(Sumber : Soeharto, 1997)
b. Konstrain mulai ke mulai (SS)
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya
suatu kegiatan terdahulu atau SS (i-j) = b, yang berarti suatu
Kegiatan (i) Kegiatan (j)
FS (i-j) = a
18
kegiatan (j) setelah kegiatan terdahulu (i) mulai. Besarnya angka b
tidak boleh melebihi kurun waktukegiatan terdahulu, karena per
definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan yang
terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih.
Gambar 2.4 Konstrain SS
(Sumber : Soeharto, 1997)
c. Konstrain selesai ke selesai (FF)
Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan
terdahulu, atau FF (i-j)= c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai
setelah c hari kegiatan yang terdahulu (i) selesai. Besarnya angka c
tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang
bersangkutan (j).
Gambar 2.5 Konstrain FF
(Sumber : Soeharto, 1997)
d. Konstrain mulai ke selesai (SF)
Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya kegiatan
dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j)=
d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah “d” hari kegiatan
(i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan
terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang
dimaksud boleh diselesaikan.
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
SS (i-j) = b
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)FF (i-j) = c
19
Gambar 2.6 Konstrain SF
(Sumber : Soeharto, 1997)
Catatan :
b dan d disebut lead time (waktu mendahului)
a dan c disebut lag time (waktu tertunda)
2.2.5 Perhitungan Metode Preseden Diagram
Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram dan akan
dijelaskan sebagai berikut :
a. TE = E
Waktu paling awal peristiwa (node/ event) dapat terjadi (earliest time
of occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang
berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar
jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan
terdahulu telah selesai.
b. TL = L
Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest allowable event
occurance time), yang berarti waktu paling lambat yang masih
diperbolehkan bagi suatu kegiatan.
c. ES
Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time). Bila
waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu
ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
d. EF
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time). Bila
hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu
merupakan ES kegiatan berikutnya.
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
SF (i-j) = d
20
e. LS
Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable start time)
yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat
proyek secara keseluruhan.
f. LF
Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish time)
tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
g. D
Durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan
waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang
didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini
mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang
paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada
penyusunan network planning dengan metode preseden diagram adalah sebagai
berikut :
a. Hitungan maju
Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut :
1. Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
2. Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung.
3. Notasi (i) bagi kegiatan yang terdahulu (predecessor) dan (j)
kegiatan yang sedang ditinjau.
4. Waktu awal dianggap nol.
Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut :
1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j),
adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang
terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.
2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau WF
(j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan
tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan
D (j).
21
b. Hitungan mundur
Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut :
1. Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float
2. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS
terkecil
3. Notasi (j) bagi kegiatan yang sedang ditinjau (j) adalah
kegiatan berikutnya
Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut :
1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang
sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah
kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan.
2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i),
adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut
LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.
c. Jalur dan kegiatan kritis
Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut:
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS)
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF)
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu
selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES =
D)
d. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan
tersebut secara utuh dianggap kritis.
2.3 Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu
proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai
uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan
penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997).
Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu
proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
22
1) Biaya Langsung (Direct Cost)
2) Biaya Tak Langsung (Indirect Cost).
2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh
dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit
cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan tersebut terdiri atas harga bahan,
upah buruh, dan biaya peralatan.
Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah :
a. Biaya bahan/ material
Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya
transportasi, biaya penyimpanan material, dan kerugian terhadap
kehilangan atau kerusakan material.
b. Biaya pekerja atau upah (labor man power)
Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji
para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini dibedakan
atas:
1) Upah harian
Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara untuk menentukan
besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi
pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lain-lain.
2) Upah borongan
Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan
bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas
satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini tergantung dari
besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan.
3) Upah berdasarkan produktifitas
Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. Upaya
mengejar banyaknya pekerjaan ini tentunya harus tetap memenuhi
kualitas pekerjaan yang diisyaratkan.
23
c. Biaya peralatan
Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila
menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya
mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.
2.3.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak
dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Dipohusodo, 1996). Biaya-biaya yang
termasuk dalam biaya tak langsung adalah:
a. Biaya overhead
Biaya yang termasuk dalam overhead adalah komponen biaya yang
meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek
(menyewa kantor, rekening listrik, air, telephone, biaya pemasaran,
gaji karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, uang jaminan,
dan ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting).
b. Biaya tak terduga (Contigencies)
Kontigenci adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau
anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan,
yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu
diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data
dan informasi, sehingga masalah yang belum menentu pun akan
banyak, demikian halnya kotigenci. Pada umumnya biaya ini
diperlukan antara 0,5%-5% dari total proyek. Biaya tak terduga antara
lain:
1. Kesalahan
a. Kurangnya absensi kehadiran pemborong dalam pelaksanaan
proyek
b. Gambar yang kurang lengkap
2. Ketidakpastian yang subjektif
a. Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang
subjektif terhadap bestek.
24
b. Ketidakpastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi haraga
material dan upah buruh yang tidak tepat perkiraan.
3. Ketidakpastian yang objektif
Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu
tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana
ketidakpastian itu ditentukan objek di luar kemampuan manusia.
4. Varian efisiensi
Varian efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya,
yaitu: efisiensi dari buruh, peralatan dan material.
c. Keuntungan/ profit
Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang
telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.
2.4 Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek
Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaikan
proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan
diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang
akan diadakan crash program. Dengan pengurangan durasi pada lingkup
pekerjaan yang sama akan membutuhkan penambahan waktu kerja per hari atau
penambahan sumber daya yang diperlukan. Dengan penambahan tersebut akan
menimbulkan tambahan biaya yang menyebabkan bertambahnya biaya total
proyek. Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam program mempercepat waktu proyek
ini adalah memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan
tambahan biaya seminimal mungkin. Untuk itu perlu adanya identifikasi aktivitas
yang memiliki biaya paling minimum untuk dipercepat dan berapa besar biaya
yang timbul akibat pengurangan waktu. Informasi yang harus dimiliki untuk
mendapatkan akselerasi meliputi:
1. Estimasi biaya aktivitas dibawah durasi normal atau durasi dari
aktivitas yang diharapkan
2. Estimasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan crashing
maksimum yaitu aktivitas yang paling pendek.
3. Estimasi biaya aktivitas dengan biaya akselerasi maksimum.
25
Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk
menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi
sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan
maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor
yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas
yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur,
penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan.
2.4.1 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)
Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam
kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah
produktifitas kerja sehingga dapat mempercepat wktu pelaksanaan suatu kegiatan.
Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah
pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:
a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), sedangkan lembur
dilakukan setelah waktu kerja normal.
b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11 diperhitungkan
sebagai berikut :
- Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar
1, 5 (satu setengah) kali upah satu jam.
- Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur
sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.
Biaya 2 jam lembur pekerja
= (jam kerja lembur pertama1,5normal cost tiap jam) + (jam kerja
lembur berikutnya 2 normal cost tiap jam)……….…(persm. 2.1)
2.4.2 Produktifitas Kerja Lembur
Tepat waktu atau tidaknya suatu proyek dapat diselesaikan dan sangat
dipengaruhi oleh produktifitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara rata-rata dapat
diperkirakan berapa jumlah tenaga kerja tersebut dapat langsung dipekerjakan. Ini
disebabkan terdapatnya kegiatan-kegiatan yang baru bisa dikerjakan jika
26
pekerjaan pendahulunya telah selesai dilaksanakan. Demikian juga fluktuasi
tenaga kerja yang besar membuat pengaturan tenaga kerja yang tidak efisien,
terutama untuk masalah mobilitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
produktifitas tenaga kerja lapangan dan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu
b. Supervisi, perencanaan, dan koordinasi
c. Komposisi kelompok kerja
d. Kerja lembur
e. Ukuran besar proyek
f. Kurva Pengalaman/ Learning Curve
g. Pekerjaan langsung versus subkontraktor
h. Kepadatan tenaga kerja
Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan
input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang
telah dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi
untuk plesteran. Sedangkan inputnya merupakan jumlah sumber daya yang
dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan
material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan
salah satu faktor penentu produktivitas.
Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak
dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini
menurunkan efisiensi kerja. Grafik di bawah ini menunjukkan indikasi penurunan
produktivitas, bila jumlah jam per hari dan hari per minggu bertambah.
27
Gambar 2.7 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur
(Sumber : Soeharto, 1997)
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut :
a. Produktifitas harian =
normalDurasi
Volume ……………………………………...........................(2.2)
b.Produktifitas tiap jam
=jam
hariansoduktifita
8
Pr ……………………………………………….. (2.3)
c. Produktifitas harian akibat kerja lembur
= (a x b x prod.tiap jam)………………………………………………(2.4)
Dimana : a= jumlah jam kerja lembur
b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur
Contoh percepatan aktivitas :
Brick wall
Volume : 193,031 m2
Durasi : 25 hari
28
Contoh Daftar Analisa
Uraian Harga Satuan
(Rp)
Harga (Rp) Jumlah Harga
(Rp)Upah Bahan
1 m2 Brick wall
1 m2 Upah 18000 18000 18000
18000
a. Produktivitas harian =tionNormaldura
Volume
Produktivitas harian =25
193,031= 7,721 m 2 /hari
b. Produktivitas tiap jam =jam
hariansoduktivita
8
Pr
Produktivitas tiap jam =8
721,7= 0,965 m 2 /jam
c. Produktivitas harian akibat kerja lembur :
Jam kerja lembur selama 2 jam per hari
- Nilai produktivitas
Selisih indeks produktivitas per jam = 1,2 – 1,1 = 0,1 (nilai indeks
penurunan produktivitas dari Gambar 2.7).
Prestasi kerja = 0,1 2 jam = 0,2/ jam
Jadi, koefisien penurunan produktivitas akibat kerja lembur :
= 1 – 0,2 = 0,8
Produktivitas harian akibat kerja lembur :
= (2 x 0,8 x 0,965)
= 1,544 m 2 /hari
2.4.3 Crashing
Salah satu cara mempercepat durasi proyek adalah istilah asingnya adalah
crashing. Terminologi proses crashing adalah mereduksi suatu pekerjaan yang
akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah suatu
proses disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari
29
semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada
pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel
cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling
ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Ervianto,
2004).
Untuk menganalisa lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu
kegiatan, dipakai definisi sebagai berikut:
a. Kurun waktu normal/ Normal Duration (ND) yaitu jangka waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat
produktivitas kerja yang normal, di luar pertimbangan kerja, di luar
pertimbangan kerja lembur dan usaha lainnya seperti: menyewa peralatan
yang lebih canggih.
b. Kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD) yaitu waktu tersingkat
untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin, seperti
dilakukan upaya penambahan sumber daya dengan penambahan jam kerja
(lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga kerja dan
penambahan peralatan atau merubah metode kerja.
c. Biaya normal/ Normal Cost (NC) yaitu biaya langsung yang diperlukan
untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal.
d. Biaya untuk waktu dipersingkat/ Crash Cost (CC) yaitu jumlah langsung
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.
30
Gambar 2.8 Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk
satu kegiatan
(Sumber : Soeharto, 1997)
Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu
aktivitas persatuan waktu disebut cost slope.
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut :
a.Produktifitas harian sesudah crash
= (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam)………………… (2.5)
Dimana : a= jumlah jam kerja lembur
b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur
b.Crash duration =crashsesudahharianod
Volume
.Pr………………….(2.6)
c. Normal cost tiap jam = harga per satuan pek. x prod. tiap jam……… (2.7)
d.Normal cost per hari = 8 jam x Normal cost tiap jam………………... (2.8)
e. Normal cost = normal duration x normal cost per hari……..(2.9)
f. Biaya lembur per hari
= (jam kerja lembur pertama x 1,5normal cost tiap jam) + (jam kerja
lembur berikutnya 2normal cost tiap jam)……………………...(2.1)
g.Crash cost per hari = Normal cost + biaya lembur………………….(2.10)
h.Crash cost = crash duration x crash cost per hari………….(2.11)
i. Cost Slope =DurationCrashDurationNormal
CostNormalCostCrash
……………………(2.12)
Biaya
Kurun Waktu
BiayaDipersingkat
A
Titik DipersingkatB
Titik NormalBiaya Normal
WaktuDipersingkat
WaktuNormal
31
Perhitungan untuk contoh sebelumnya :
a. Produktivitas harian sesudah crash
= (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam)
= (8 x 1,544) + (2 x 0,8 x 0,965)
= 13,898 m 2 /hari
b.Crash duration =crashsesudahharianod
Volume
.Pr
=898,13
031,193= 13,88 hari
Jadi, akan dilaksanakan kerja lembur selama 14 hari dengan 2 jam kerja
lembur setiap harinya.
c. Normal cost tiap jam = harga per satuan pekerjaan x prod. tiap jam
Normal cost tiap jam = Rp 18000 x 0,965
= Rp 17372,79
d. Normal cost per hari = 8 jam x normal cost tiap jam
Normal cost per hari = 8 x Rp 17372,79
= Rp 138982,32
e. Normal cost = normal duration x normal cost per hari
Normal cost = 25 hari x Rp 138982,32
= Rp 3474558
f. Biaya lembur per hari= (jam kerja lembur pertama1,5normal cost tiap
jam) + (jam kerja lembur berikutnya 2normal
cost tiap jam)
g. Biaya lembur per hari =(1 x 1,5 x Rp 17372,79) + (2 x 2 x Rp 17372,79)
= Rp 95550,345
h. Crash cost per hari = Normal cost + biaya lembur
= Rp 3474558 + Rp 95550,345
= Rp 3570108,345
i. Crash cost = crash duration x crash cost per hari
= 14 hari x Rp 3570108,345
= Rp 49981516,83
32
j. Cost Slope =DurationCrashDurationNormal
CostNormalCostCrash
=1425
3474558349981516,8
RpRp
= Rp 4227905,348
2.5 Hubungan Biaya Terhadap Waktu
Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak
langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat
tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesai proyek.kedua-duanya berubah
sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan
dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan makin
tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997). Seperti
yang terlihat dalam grafik yang menunjukan hubungan biaya langsung, biaya tak
langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat biaya optimum didapat
dengan mencari total biaya proyek terkecil.
Gambar 2.9 Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, dan biaya
tak langsung
(Sumber : Soeharto, 1997)
33
2.6 Pertukaran Biaya Dan Waktu (Time Cost Trade Off)
Penyelesaian suatu aktivitas dalam suatu proyek memerlukan penggunaan
sejumlah sumber daya tertentu dan waktu. Dengan penggunaan sumber daya yang
minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, aktivitas akan dapat
diselesaikan dengan biaya normal dan durasi normal. Jika suatu saat diperlukan
penyelesaian yang lebih cepat, penambahan sumber daya memungkinkan
pengurangan durasi proyek dari suatu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan
akan lebih besar lagi.
Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan
kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi
biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya
langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan
pengurangan durasi. Kompresi ini dilakuakan pada aktivitas-aktivitas yang berada
pada lintas kritis.
Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada pada
lintas kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tetap .
kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost
slope terendah pada lintasan kritis.
1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menulis cost slope dari masing-
masing aktivitas.
2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan
mempunyai cost slope terendah.
3. Menyusun kembali jaringan kerja.
4. Mengulangi langkah kedua
Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis dan
bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakuakn
secara serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope
dijumlahkan.
5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis
dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seleruhnya (tidak mungkin
dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum (Soeharto,
1997).
34
Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian sebagai
berikut:
1. Menghitung waktu penyelesaian proyek.
2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.
3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.
4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.
5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang
mempunyai cost slope terendah.
6. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,
maka mempercepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi
slope biaya terendah.
7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik proyek
dipersingkat (TPD)
8. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungan
titik normal (biaya dan waktu normal), titik yang terbentuk tiap kali
mempersingkat kegiatan, sampai dengan titik TPD.
9. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di atas.
10. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya
total sebelum kurun waktu yang diinginkan.
11. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu
kurun waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto,
1997).