61
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa Menurut Dhieni, et. al, (2005: 1.8) bahwa bahasa mencakup cara untuk berkomunikasi , dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Menurut Badudu (dalam Dhieni, et. al, (2005: 1.8) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka) digunakan masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu tentang adat dan sopan santun. Menurut Bromley (dalam Dhieni, et. al, (2005: 1.8) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol simbol visual maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat memanipulasi simbol simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Menurut Dhieni, et. al, (2005: 4.1) Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam kegiatan berkomunikasi khususnya. Banyak ungkapan ungkapan yang di kemukan untuk oleh Laird bahwa tiada kemanusiaan tanpa bahasa dan tidak ada peradapan tanpa bahasa lisan (1957). Manusia tidak berfikir hanya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Bahasa

Menurut Dhieni, et. al, (2005: 1.8) bahwa bahasa mencakup cara

untuk berkomunikasi , dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan

dalam bentuk untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu

dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti lisan, tulisan,

isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk

mengungkapkan sesuatu.

Menurut Badudu (dalam Dhieni, et. al, (2005: 1.8) menyatakan

bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota

masyarakat yang terdiri dari individu –individu yang menyatakan pikiran,

perasaan, dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi

yang bersifat arbitrer (manasuka) digunakan masyarakat dalam rangka

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Berbahasa

berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu tentang

adat dan sopan santun.

Menurut Bromley (dalam Dhieni, et. al, (2005: 1.8) mendefinisikan

bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide

maupun informasi yang terdiri dari simbol –simbol visual maupun verbal.

Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dibaca, sedangkan

simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat

memanipulasi simbol –simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan

kemampuan berpikirnya.

Menurut Dhieni, et. al, (2005: 4.1) Bahasa memegang peranan

penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam kegiatan

berkomunikasi khususnya. Banyak ungkapan –ungkapan yang di kemukan

untuk oleh Laird bahwa tiada kemanusiaan tanpa bahasa dan tidak ada

peradapan tanpa bahasa lisan (1957). Manusia tidak berfikir hanya dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

9

otaknya, tetapi juga memerlukan bahasa sebagai mediumnya. Orang lain

tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidak di ungkapkan

dengan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan.

Demikian pula halnya peran bahasa bagi anak. bahasa memberikan

sumbangan yang pesat dalam perkembangan anak menjadi manusia

dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis

menjadi pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berfikir, berperasaan,

bersikap, berbuat secara memandang dunia dan kehidupan di sekitarnya.

Menurut Halliday (dalam Dhieni, et. al, (2005: 4.1) sehubung dengan

peran penting bahasa dalam kehidupan mengemukan beberapa fungsi

bahasa bagi anak yaitu:

a. Fungsi instumental, bahasa digunakan sebagai alat perpanjang tangan

“Tolong ambilkan pensil”.

b. Fungsi regulatif, bahasa yang digunakkan untuk mengatur orang lain

“jangan ambil bukuku”.

c. Fungsi intraksional, bahasa yang digunakan bersosialisasi “apa

kabar”.

d. Fungsi persoanal, bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan

perasaan, pendapat, dan sebagainya. “Saya senang sekali”.

e. Fungsi heuristic/mencari informasi, bahasa yang di gunakan utuk

bertanya. "Apa itu?”.

f. Fungsi imajinatif, bahasa digunakan untuk memperoleh kesenagan,

misalnya, bermain –main dengan bunyi, irama.

g. Fungsi representatif, bahasa digunakan untuk memberikan informasi/

menyampaikan fakta. “Sekarang hujan”.

Jadi, bahasa merupakan medium yang paling penting dalam

komunikasi manusia. Bahasa bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi

manusia. Dalam kenyataan kehidupan sehari –hari kita amati pula bahwa

hanya manusialah yang mampu menggunkan komunikasi verbal dan kita

amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

10

Menurut dhieni, et. al, (2005: 1.11) Penggunakan bahasa dalam

dalam kurikulum tidak terpisah dengan beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Adanya hubungan anatar empat macam bentuk bahasa yaitu

menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

b. Literatur adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan bahasa yang

memberikan konstribusi besar pada empat macam bentuk bahasa.

c. Menggunakan dan mempelajari bahasa secara alamiah dapat

dilakukan seiring dengan mempelajari bidang lain seperti ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan matematika.

d. Guru membelajarkan bahasa pada anak disesuaikan dengan potensi

dan kebutuhan anak, karena anak belajar dengan cara dan kecepatan

yang berbeda.

Menurut dhieni, et. al, (2005: 1.14 ) Bahasa memiliki karakteristik

yang menjadikan sebagai bentuk khas komunikasi. Ada beberapa

karakteristik bahasa sebagai berikut :

a. Sistematis, artinya bahasa merupakan suatu cara menggabungkan

bunyi-bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur, standar, dan

kosisten. Setiap bahasa memiliki tipe konsisten yang bersifat khas.

b. Arbitrari yaitu bahasa terdiri dari hubungan –hubungan antara

berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan.

Menurut dhieni, et. al, (2005: 1.17) Bahasa digunakan untuk

mengekspresikan keunikan individu. Bromley menyebutkan 5 macam

fungsi bahasa sebagai berikut :

a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan induvidu. Anak usia

dini belajar kata –kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginan untuk mereka.

b. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku Bahasa membantu

perkembangan kognitif.

c. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.

d. Bahasa mengekperesikan keunikan individu.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

11

2. Pemerolehan Bahasa Anak

Menurut Suhartono (2005: 69) Anak usia dini memiliki kapasitas

Kemampuan Berbahasa yang berberbeda-beda. Ia dapat menggunakan

bahasa atas dasar pemerolehan bahasa di keluarga dan di lingkungannya.

Kemampuan menggunakan bahasa anak itu datangnya ada yang disengaja

dalam ilmu linguistic disebut belajar bahasa. Sebaliknya, kemampuan

menggunakan bahasa yang asalnya tidak disengaja dan tidak direncanakan

disebut Pemerolehan bahasa.

a. Pengertian Pemerolehan Bahasa

Menurut Suhartono (2005: 70) Membedakan istilah

pembelajaran bahasa dan pemerolehan bahasa. Pembelajaran bahasa

(language Learning) merupakan suatu aktivitas proses mempelajari

bahasa sehingga dapat menguasai dan mempergunakan bahasa yang

dipelajari itu.

Menurut Krashe (dalam Suhartono 2005: 70) Menyatakan

bahwa pembelajaran bahasa suatu proses yang secara dilakukan oleh

pembelajar di dalam menguasai bahasa. Proses yang dilakukan oleh

pembelajar secara sadar ini menjadi sentral dalam belajar bahasa.

Belajar bahasa ini biasanya diperoleh anak melalui bahasa.

Menurut Hamied (dalam Suhartono 2005: 70) mengungkapakan

bahwa pembelajaran lebih mengacu pada proses penguasaan bahasa

seacara sadar dan yang pada umumnya dilakukan di dalam pengajaran

formal. Penguasaan bahasa melalui pembelajaran dilakukan secara

intensif tentang system kaidah dalam suatu bahasa yang

dipelajarainya.

Menurut Maksan (dalam Suhartono 2005: 70) Pemerolehan

bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa adalah suatu proses

penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar,

implisit, dan formal.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

12

Menurut Lyons (dalam Suhartono 2005:70) menyatakan suatu

bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang

menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut

pemerolehan bahasa. Artinya, seorang penuturan bahasa dapat

menguasai bahasa yang dipakai tanpa berlebih dahulu mempelajari

bahasa tersebut.

Strok dan Widdowson (dalam Suhartono 2005: 70-71)

Mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa

adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa

ibunya. Kelancaran bahasa anak dapat diketahui dari perkembangan

bahasanya. Oleh karena itu, dalam akuisisi bahasa perkembangan dan

penguasaan bahasa anak diperoleh dari lingkungannya dan bukan

karena sengaja mempelajarinya. Bahasa anak berkembang karena

lingkungannya.

Menurut Huda (dalam Suhartono 2005: 71) menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang

menguasai bahasa. pemerolehan bahasa biasanya didapatkan dari

kontak verbal dengan penutur asli lingkungan itu. Dengan demikian,

istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan bahasa secara

tidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa tentang

sistem kaidah dalam bahasa yang dipelajari.

Menurut Suhartono (2005: 71) Pembelajaran bahasa adalah

suatu proses secara sadar yang dilakukan oleh anak (pembelajaran)

untuk menguasai bahasa yang dipelajarinya. Penguasaan bahasa

tersebut biasanya dilakukan melalui pengajaran yang formal dan

dilakukan secara intensif. Selanjutnya, yang dimaksudkan dengan

pemerolehan bahasa adalah suatu proses penguasaan bahasa anak

yang dilakukan secara alami yang diperoleh dari lingkungannya dan

bukan karena sengaja mempelajarinya. Pemerolehan bahasa biasannya

didapatkan dari hasil kontak verbal dengan penutur asli di lingkungan

bahasa itu.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

13

b. Pandangan Teori Pemerolehan Bahasa

Menurut Suhartono (2005: 71-81) Terdapat tiga pandangan yang

berkaitan dengan teori pemerolehan bahasa. Ketiga pandangan itu

ialah teori behavioristik, teori mentalistik, dan teori kognitiftik. Untuk

lebih jelasnya ketiga teori tersebut dapat diuraikan satu per satu

berikut ini:

1) Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik

Menurut Brown (dalam Suhartono 2005: 72) Menyatkan

“the extreme behavioristic position would be that the child comes

into the world with a tabularasa, a clean slate bearing no

preconceived notions about the world or about language, and this

child is then shaped by his environment slowly conditioned

through various cheule of reinforcement”. Anak lahir ke dunia ini

seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang

akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisi oleh

lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya.

Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui

pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dan proses belajar

yang akan membentuk akuisisi bahasanya. Dengan demikian

bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui

pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang belajar

mengendarai sepeda.

Menurut Skinner (dalam Suhartono 2005: 73) Dari hasil

percobaan tersebut memanipulasikan pengalamannya ke dalam

teori belajar bahasa. menurutnya, tingkah laku bahasa dapat

dilakukan dengan cara penguatan. Penguatan itu terjadi melalui

dua proses yaitu stimulasi dan respons. Dengan demikian, yang

paling penting di sini adalah adanya kegiatan mengulang-ngulang

stimulasi dalam bentuk respon. Oleh karena itu, teori stimulasi

dan respon ini juga dinamakan teori behaviorisme.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

14

Menurut Silangen dkk (dalam Suhartono 2005: 73) Ada

beberapa prinsip pokok yang membedakan padangan kaum

berhavioris dengan pandangan lain, misalnya padangan dalam

psikologi unsur, piskologi pikir, piskologi gestalt. Prinsip-prinsip

pokok itu terletak pada objek psikologi bagi kaum behavioris

adalah kelakuan atau tingkah laku. Pengalaman rohaniah dapat

diabaikan dan perhatian tertuju pada gerak-gerik dan perubahan

jasmani yang dapat diamati, segala bentuk tingkah laku adalah

susuanan refleks, manusia dipandang sebagai satuan kompleks

refleks, satu mesin reaksi, dan penghargaan diberikan kepada

pengaruh pendidikan.

Menurut Pateda (dalam Suhartono 2005:74) Bagi kaum

behavioris, bahasa adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang

mendasar yang berkembang sejak anak lahir. Pendekatan kaum

behavioris dipustakan pada pola tingkah laku berbahasa manusia

yang diwujudkan melalui hubungan antara stimulus dengan

respons yang berlangsung di sekeliling manusia bahasa

merupakan seperangkat kebiasaan yang diperoleh melalui proses

belajar, sedangkan faktor bawaan hanyalah merupakan potensi

herediter.

2) Teori Pemerolehan Bahasa Mentalistik

Menurut Comsky (dalam Suhartono 2005: 75) Bahasa

manusia itu lebih rumit dan komplek. Bahwa manusia itu

mempunyai kerumitan tersendiri. Dengan kerumitan itulah sangat

mustahil pemberian stimulus eksternal dan respons mampu

menentukan tingkah laku bahasa, yang mampu memikul tanggung

jawab bahasa hanyalah kemampuan bawaan.

Menurut Suhartono (2005: 75-76) pandangan kaum

mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasa bukan

karna hasil proses belajar, tetapi karena sejak anak lahir ia telah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

15

memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan

berkembang sesuai dengan proses kematangan intektualnya.

Menurut Brown (dalam Suhartono 2005: 76-77) Kaum

metalis seperti telah dikatakan berpendapat bahwa setiap anak

yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa.

potensi bahasa ini akan berkembang apabila saatnya tiba.

Pandangan ini biasa pula disebut pandangan nativis.

Menurut Pateda (dalam Suhartono 2005: 76) Kaum metalis

beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki apa

yang mereka sebut LAD (Language Acquisition Device).

Menurut McNeill (dalam suhartono 2005: 77) menyatakan

bahwa LAD itu terdiri dari:

a) Kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-

bunyi yang lain

b) Kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam

sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian

c) Pengetahuan tentang sistem bahasa yang mungkin, dan

kecakapan menggunakan sistem yang didasarkan pada

penilaian perkembangan sistem linguistik, dengan demikian

dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin diluar data

linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang

dirasakan mungkin di luar data linguistik yang ditemukan.

3) Teori Akuisisi Bahasa Kognitiftik

Menurut Suhartono (2005: 78) Mengatakan Kaum mentalis

mengusulkan pendekatan baru yang mereka namakan dengan

pendekatan kognitif (cognitive approach. Pendekatan kognitif ini

yang melahirkan teori kognitif. Dalam psikolinguistik, teori

kognitif ini memandang bahasa lebih dalam lagi. Para penganut

teori ini, berpendapat bahwa kaidah generatif yang dikemukakan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

16

oleh kaum mentalis sangat abstrak, formal, dan eksplisit serta

sangat logis.

Menurut Suhartono (2005: 79) Penganut teori kognitif

beranggapan bahwa struktur serta proses linguistik yang abstrak

mendasari produksi dan komprehensi ujaran. Hanya dengan

pertolongan proses kognitif yang terjadi diotak, setiap orang dapat

mengatur dan mengerti peristiwa-peristiwa nyata dalam

lingkungannya. Persepsi dan komprehensi para pemakai bahasa

terhadap ujaran dianggap sebagai hasil interaksi yang rumit antara

pengaruh intern dan ekstern.

Menurut Suhartono (2005: 79-80) mengatakan titik awal

kognitf adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam

menemukan struktur di dalam bahasa yang ia dengar di

sekelilingnya. Baik pemahaman maupun produksi serta

komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses

kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.

Jadi, stimulus merupakan masukkan bagi anak yang kemudian

berperoses dalam otak. Pada otak ini terjadi mekanisme internal

yang diatur oleh pengaturan kognitif yang kemudian keluar

sebagai hasil pengelolahan kognitif tadi.

Menurut Suhartono (2005: 80) bependapat bahwa akuisisi

bahasa anak harus dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi. Mengingat bahasa berfungsi sebagai alat

komunikasi, maka yang perlu diketahi adalah:

a) Apakah yang ingin diketahui anak dari orang lain

b) Apakah hubungan antara kata-kata yang mebentuk kalimat

yang diucapkan

c) Interaksi anak dengan pendengar

d) Percakapan determinasi lingustik (linguistic determinism) dan

determinasi kognitif (cognitif determinism).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

17

Menurut Suhartono (2005: 81) Determinasi linguistik

mengacu pada perkembangan bahasa anak yang ditentukan oleh

sistem bahasa dan bahwa aspek-aspek bahasa yang bersifat

universal telah dibawa sejak lahir turut menentukan akuisisi

bahasa anak. Determinasi kognitif dipengaruhi oleh lingkungan

anak, baik yang bersifat linguistik maupun yang non linguistik.

Menurut Pateda (dalam Suhartono 2005: 81) Penganut teori

kognitif beranggapan bahwa ada prinsip yang mendasari

organisasi linguistik yang digunakkan oleh anak untuk

menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan lingustiknya.

Semua ini adalah hasil perkerjaan mental yang meskipun tidak

dapat diamati, tetapi jelas mempunyai dasar fisik. Proses mental

secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat diamati,

dan karena berbeda dengan pandangan behavioris.

c. Pemerolehan Bahasa Pertama (B1)

Menurut Suhartono (2005: 81) Bahasa pertama (B1) ialah

bahasa pertama yang diperoleh dan dipahami anak dalam dalam

kehidupan dan berkomunikasi di lingkungannya.

Menurut Suhartono (2005: 82) Dijelasakan pola-pola atau

tingkat-tingkat perkembangan bahasa anak itu, yang biasa disebut

dengan tingkat pemerolehan bahasa.

Menurut Brown (dalam Lilis 2016: 51) Mengemukan bahwa

posisi eksternal behavioristik anak lahir ke dunia seperti kertas putih,

bersih. Pernyataan ini memberikan penjelasan nyata bahwa

lingkungan dalam hal ini keluarga terutama orang tua dalam

pemberian bahasa yang kurang baik khusunya tuturan lisan kepada

anak menjadi bahan negatif yang akan disambut anak sebagai

pemerolehan bahasa pertama (B1) yang menjadi modal awal bagi

seorang anak untuk menyonsong kehadiran pemereolehan bahasa

kedua.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

18

Menurut Simanjuntak dan Soenjono Dardjowidjojo (dalam

Suhartono 2005: 82- 85) Pemerolehan ini merupakan gabungan dari

pendapat simanjuntak dan soenjono, mengatakan seperti berikut ini:

1) Tingkat Membabel (0-1 Tahun)

Istilah untuk tingkat membabel ini berasal dari bahasa

inggris babbling. Ada yang menerjemahkan dengan menggagah,

dan ada pula dengan berleter. Pada prinsipnya masa membabel

di bagi dua, yakini (a) cooing atau mendekut dan kedua,

babbling atau membabel. Masa mendekut yang berlangsung dari

umur 0 sampai dengan umur 6 bulan anak membunyikan bunyi-

bunyi bahasa sedunia. Bunyi bahasa apapun di seluruh dunia

dibunyikan oleh bayi yang berkurang dari enam bulan. Tetapi

pada akhirnya, karena anak tidak mendengar bunyi-bunyi

bahasa selain dari bahasa ibunya sendiri, maka ia pun hanya

akan membunyikan bahasa ibunya saja.

Masa kedua yang disebut masa membabel itu ialah pada

usia 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Pada masa ini anak sudah

mulai mengarah untuk mengucapakan pola suku kata yang

berbentuk Konsonan Vokal (VK). Suatu hal yang menarik dari

masa membabel (coocing dan babbling) ini ialah bahwa anak

yang pekak pun ternayata ikut membunyikan bunyi-bunyi

bahasa seluruh dunia, dan ikut juga mengucapakan pola suku

kata KV tertentu. Namun, setelah masuk pada tahap berikutnya

pada usia 1 tahun maka anak pekak itu secara berangsur-angsur

akan berhenti bersuara.

2) Masa Holofrasa (1-2 tahun)

Masa holofrasa yang berlangsung umur 1 tahun sampai

dengan 2 tahun ini ialah masa anak-anak mengucapakan satu

kata dengan maksud sebenarnya menyampaikan sebuah kalimat:

“saya ingin minum susu” dan sebagainya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

19

3) Masa Ucapan Dua Kata (2-2,6 Tahun)

Pada masa ucapan dua kata ini anak berumur 2- 2,6 tahun.

Anak biasanya sudah mampu mengucapakan dua kata. Pada

awalnya ucapan dengan dua buah kata ini mungkin saja

gabungan dari dua buah holofrasa seperti [ma] dan [susu] yang

berarti: mama sedang membuatkan susu buat saya. Akhirnya

barulah mengucapakan dua buah kata yang sebenarnya seperti

“mama susu” yang artinya “mama saya minta susu” atau “mama

buatkan susu untuk saya”.

4) Masa Permulaan Tatas Bahasa (2,6 -3 Tahun)

Pada masa permulaan tata bahasa yaitu sekitar anak

berumur 2,6 – 3 tahun. Anak tersebut mulai menggunakan

bentuk-bentuk bahasa yang lebih rumit, seperti penggunakan

afiksasi. Kalimat- kalimat yang diucapkan pada umumnya

adalah kalimat-kalimat yang hanya berisi kata inti saja dan tidak

terdapat kata tugas. Kalimat yang diucapkan anak mirip dengan

kalimat telegram. Oleh karena itu, pada masa ini kalimat yang

diucapkan anak dinamakan telegraphic sentence (kalimat

telegram).

5) Masa Menjelang Tata Bahasa Dewasa (3-4 Tahun)

Pada masa menjelang tata bahasa aitu sekitar anak

berumur 3-4 tahun. Umumnya pada masa ini anak sudah mampu

mengahasilkan kalimat-kalimat yang rumit. Dalam pengertian

anak telah menggunakan imbuhan (afiks) secara lengkap dan

juga mempunyai subjek, predikat, objek bahkan keterangan,

6) Masa Kecakapan Penuh (4-5 Tahun)

Pada masa kecakapan penuh yaitu anak berumur 4- 5

tahun anak yang normal telah mempunyai kemampuan bicara

sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya. Ia

telah mempunyai kemampuan untuk memahami dan melahirkan

(ekspresif) apa-apa yang disampaikan orang lain kepadanya,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

20

atau apa-apa yang ingin disampaikannya kepada orang lain

dengan baik.

d. Pemerolehan Bahasa Kedua/Asing (B2)

Menurut Suhartono (2005: 85) Mengatakan Bahasa

Kedua/Bahasa Asing (B2) adalah bahasa anak peroleh setelah bahasa

pertama. B2 anak di indonesia pada umumnya bahasa indonseia dan

bahasa asing. Pemerolehan bahasa indonesia diperoleh anak dalam

lingkungannya kehidupannya dan di sekolah. Pemerolehan bahasa

asing pada umumnya melalui pendidikan informal maupun formal.

Menurut Krashen dan Terrell (dalam Suhartono 2005: 86)

Menyatakan bahwa, pada umumnya pemerolehan bahasa dari B1

(bahasa pertama) yang disebutnya dalam bahasa inggris acguisition,

dan “pembelajaran” dari B2 (bahasa kedua/asing) yang dinamakan

learning.

Menurut Otto ( 2015: 108) Mengatakan terdapat tiga faktor

utama yang memiliki pengaruh signifikan dalam prolehan bahasa

kedua: Karakteristik pembelajaran, situasi, kondisi sosial, dan input -

lingustik. Faktor-faktor ini saling berkaitan.

Menurut Suhartono (2005: 86-89) Diuraikan dua jenis

pemerolehan B2 yaitu pemerolehan secara terpimpin dan pemerolehan

secara alamiah.

1) Pemerolehan B2 Secara Terpimpin

Menurut Subyakto (dalam Suhartono 2005: 86)

Pemerolehan bahasa secara terpimpin ialah pemerolehan B2

yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang

sudah “dicernakan”, yakni tanpa latihan yang terlalu ketat dan

dengan penuh kesalahan dari pihak si pelajar.

Menurut Suhartono (2005: 86) Pemerolehan bahasa secara

terpimpin adalah pemerolehan bahasa dari pembelajaran, baik

formal maupun informal

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

21

Menurut Suhartono (2005: 86) Memiliki ciri –ciri dari

pemerolehan B2 ini ialag:

a) Bahwa materi ( seleksi dan urutan) tergantung pada kreteria

yang ditentukan oleh guru (umpamanya, apa yang disebut

“tingkat kesukaran” bagi pelajar)

b) Strategi-strategi yang dipakai oleh guru itu juga sesuai

dengan apa yang dianggap guru itu yang paling cocok

dengan guru itu

Menurut Suhartono (2005: 86-87) keberhasilan

pemerolehan B2 secara terpimpin bergantung pada tujuan,

materi, guru, sarana dan prasarana, serta si pelajar itu sendiri.

Penyajian materi dan metode yang digunakan itu dapat juga

berhasil, asal kondisi-kondisi belajar demikian menguntungkan

pelajar sehingga tidak menghambat kemajuan pemerolehan B2.

Menurut Klein (dalam Suhartono 2005: 87) Mengatakan

bahwa “tidak ada atau kurang ada tekanan dari luar untuk

memanfaatkan potensi bahasa seluruhnya dari pelajar”.

2) Pemerolehan B2 Secara Alamiah

Menurut Subyakto (dalam Suhartono 2005: 87).

Pemerolehan B2 secara alamiah atau spontan adalah

pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi

sehari-hari, secara bebas dari pengajaran atau pimpinan guru.

Pemerolehan B2 secara alamiah ini menunjukan bahwa individu

satu dengan individu lainnya tidak ada keseragaman dalam cara

memperolehnya. Setiap individu memperoleh B2 dengan

caranya sendiri-sendiri.

Menurut Suhartono (2005: 87-88) Diuraikan dua ciri yang

penting dalam pemerolehan B2 secara alamiah dengan

berinteraksi spontan, yakni yang terjadi dalam komunikasi

sehari-hari dan yang bebas dari pimpinan sistematis yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

22

sengaja. Dalam komunkasi sehari-hari, biasanya pelajar B2 akan

berusaha sekuat tenaga untuk belajar menggunakan B2 agar ia

dapat berkomunikasi dengan lingkungannya secara baik. Jika

makin tinggi motivasinya, ia akan makin cepat mencapai

tujuannya. Dalam Pemerolehan B2 secara terpimpin para

pelajar tidak merasa ada tekanan dari luar untuk memanfaatkan

segala potensi bahasanya, dan merasa terpanggil untuk

mencapai tingkat kemahiran yang memuaskan.

Menurut Suhartono (2005: 89) Dinyatakan bahwa

pemerolehan B2 adalah suatu proses yang sangat rumit, karena

terdapat banyak faktor yang merupakan kendala-kendala atau

yang mempengaruhinya.

3. Kemampuan Bahasa

a. Pengertian Kemampuan Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) arti kemampuan

adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Sedangkan arti bahasa

adalah percakapan (perakatan) yang baik. Jadi kemampuan bahasa

menurut KBBI adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa

yang memadai dilihat dari sistem bahasa. Diakses Senin, 24 Desember

2018.(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kemampuan%20bahasa).

Menurut Magta (2015) Kemampuan Bahasa merupakan salah

satu bagian terpenting dalam kehidupan seorang, tanpa bahasa

manusia tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan

ide, gagasan pikiran, dan perasaan kepada manusia lainnya baik dalam

situasi formal maupun situasi non formal. Diakses Senin, 24

Desember 2018. Tersedia di

(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/viewFile/

5881/423).

Menurut Stanford-Binet (dalam Bawono (2017: 118)

menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang dimiliki seorang anak

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

23

dapat dilihat dari penalaran verbalnya. Penalaran verbal itu meliputi

vocabulary (perbendaharaan kata) absurdities (kemampuan melihat

suatu konsep dalam konteks tertentu), verbal relations (kemampuan

mencari hubungan antar objek atau peristiwa) serta comprehension

(pemahaman makna kata). Diakses Senin, 24 Desember 2018 tersedia

di(http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/view/2181/

1644).

Menurut Caroll (dalam Bawono 2017: 118) salah satu toko yang

berperan pada konsep kemampuan bahasa adalah yang menyebutkan

ada empat pendekatan keterampilan pada konsep kemampuan bahasa

berdasarkan asumsi bahwa empat keterampilan tersebut yaitu

mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Diakses Senin, 24

Desember 2018. tersedia di

(http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/view/2181/164

4).

Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, (2005) perkembangan berfikir

anak-anak usia Taman Kanak-Kanak atau prasekolah sangat pesat.

Perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurun

usia nol sampai usia prasekolah. Masa usia taman kanak –kanak itu

dapat disebut sebagai masa peka belajar. Dalam masa-masa ini segala

potensi anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan

batuan orang tua dan guru Taman Kanak –kanak. Salah satunya

kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia Taman Kanak –

Kanak adalah kemampuan Bahasa.

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 4.4) mengatakan kemampuan

bahasa dibagi empat kemampuan berbahasa anak yaitu :

Keterampilan

berbahasa

Lisan dan langsung Tulisan dan tidak

langssung

Aktif Reseptif

(menerima

Menyimak Membaca

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

24

pesan )

Aktif Produktif

(menyampaikan

pesan)

Berbicara Menulis

Kemampuan bahasa di bagi empat kemampuan berbahasa anak yaitu:

1) Menyimak

Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, (2005: 3.15) kemampuan

menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang

harus di kembangakan, memerlukan bahasa reseptif dan

pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif

memperoses dan memahami apa yang di dengar.

Menurut Tarigan (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, (2005: 4.4-

4.5) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh

informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang telah di sampaikan oleh pembicara melalui

ujaran atau bahasa lisan.Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, (2005:

4.5) menyimak adalah kegiatan mendengar secara aktif dan

kreaktif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan

serta memahami makna komunikasi yang di sampaikan secara

lisan.

a) Fungsi Menyimak

Menurut Sabarti (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, (2005:

4.5) fungsi menyimak berperan sebagi berkut:

1) Dasar belajar bahasa

2) Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan

menulis

3) Penunjang komunikasi lisan

4) Penambahan informasi atau pengetahuan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

25

Menurut Hunt (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, (2005:

4.5) fungsi menyimak adalah :

1) Memperoleh informasi

2) Membuat hubungan antara pribadi lebih efektif

3) Agar memberi respon yang positif

4) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan

yang masuk akal

b) Tujuan Menyimak

Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, (2005: 4.7) tujuan

menyimak bagi anak yaitu:

1) Untuk belajar

Bagi anak TK tujuan mereka menyimak pada

umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk

membedakan bunyi-bunyi yang di perdengarkan guru,

mendengar cerita, permainan bahasa. Jadi, anak TK

melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan

karena keinginan anak itu sendiri tetapi karena

ditugaskan sehubungan dengan kegiatan dalam

pembelajaran

2) Untuk mengapreasiasi

Artinya menyimak tujuan untuk dapat memahami,

menghayati, dan menilai bahan yang disimak. Bahan

yang simak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya

sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi

3) Untuk menghibur diri

Menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri

artinya dengan menyimak anak merasa senang dan

gembira

4) Untuk memecahkan masalah yang dihadapi

Orang yang sedang punya permasalahan bisa

mencari pemecahan masalah melalui kegiatan menyimak

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

26

c) Jenis- jenis Menyimak yang Dikembangkan Di Taman

Kanak-kanak

Menurut Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, 2005:

4.11- 4.13) Adapun jenis-jenis menyimak yang dapat

dikembangkan untuk anak Taman Kanak- kanak sebagai

berikut :

1) Menyimak Informatif

Menyimak atau mendengarkan informasi untuk

mengindentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan

hubungan-hubungan. Ada beberapa kegiatan yang dapat

di rencanakan atau ditugaskan kepada anak untuk

mengembangkan kemampuan menyimak informatif.

a. Membiarkan/ menyuruh anak menutup mata lalu

menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian

suruh mereka membedakan bunyi (meraut pensil,

mendorong buku, membuka pintu, mendorong kursi)

lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak suara

apa yang mucul.

b. Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana

menerima pesan telepon secara singkat.

c. Mengajak anak berjalan-jalan

d. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu

pegetahuan atau ilmu sosial. Kemudian ajukan

pertanyaan- pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa,

dan kapan. Jawabannya

e. Harus berupa pilihan dan anak harus menerangkan

faktanya untuk menjawab.

f. Membaca sajak atau cerita. Kadang-kadang

hilangkan sebuah kata atau kalimat pada akhir cerita,

kemudian suruh anak melengkapai atau mengisi kata

atau kalimat yang hilang tersebut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

27

g. Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya

tentang apa yang mereka dengar dari cerita yang

anda bacakan. Diskusikan tentang bagaimana

mereka menyusun gambar visualnya.

2) Menyimak Kritis

Mendengarkan kritis lebih dari sekedar

mengindetifikasi dan mengingat fakta, ide, dan

hubungan-hubungan, Kemampuan ini membutuhkan

kemampuan untuk menganalisis apa yang di dengar dan

membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan

membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar.

Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan

kemampuan menyimak kritis pada anak adalah sebagai

berikut.

a. Membacakan cerita pendek lalu ajak anak untuk

mengungkapkan ide utama dari cerita yang mereka

dengar. Untuk membantu anak usia dini Taman

Kanak-kanak mengungkapkan ide cerita bisa

dipandu dengan pertanyaan dari guru. Perlu anda

ketahui bahwa maafaat membacakan cerita pada

anak-anak, di samping dapat mengembangkan

kemampuan menyimak mereka juga dapat memberi

keuntungan yang lain, yaitu:

1) Merangsang anak untuk ingin membaca

2) Mempertinggi kebebasan kemampuan membaca

3) Memperluas pengalaman dan ketertarikan anak

4) Memperjelas kepada anak tentang buku yang

tidak dibaca

b. Membacakan teka-teki dan mengajak anak

menembak berbagai jawaban

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

28

c. Mengajak anak-anak membuat teka-teki sendiri lalu

membacakan pada teman-temannya

d. Mengajak anak menonton cerita pada telivisi atau

VCD, lalu mintalah kesan anak tentang cerita

tersebut. Atau ajukan pertanyaan yang dapat

mengembangkan kemampuan berfikir kritis anak.

3) Menyimak Apresiatif

Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk

menikmati dan merasakan apa yang didengar. Penyimak

dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang

disimaknya. Anak akan terpaku dan terpukau dalam-

dalam menikmati dramatisir atau puisi, secara imajinatif,

penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan,

melakukan krakter dari perilaku cerita yang dilisankan

ada tiga media yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan menyimak ini, yaitu:

a. Musik, merupakan media yang paling nyata untuk

membantu anak menghargai dan menikmati apa

yang didengar.

b. Bahasa yang berirama, meliputi semua sajak Taman

Kanak-Kanak. Membacakannya dengan lantang di

depan anak membantu mereka memahami dan

merasakan irama dan ritme bahasanya.

c. Patung visual, berhubungan dengan musik yang

menciptakn atmosfir khusus atau irama yang

membuat pesan yang disampaikan diperkirakan

dapat lebih menambah ketertarikan anak dalam

mendengarkan.

Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan

untuk meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif

pada anak adalah sebagai berikut.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

29

a. Membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita

binatang atau cerita lain sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada

pengulangan kata dan nyayian yang berulang.

b. Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak,

menggiring perhatian mereka pada menggunakan

onomatope (kata-kata yang suaranya seperti artinya).

Membicarakan tentang perasaan, susunan hati, atau

gambaran yang mucul pada cerita

c. Membacakan semua tipe puisi pada anak dan

membantu mereka merespon isi puisi dengan

visualisai dan perasaan. Dorongan anak untuk

bergabung dan membacakannya sehingga mereka

merasakan persaan puisi tersebut dari

pengucapannya sendiri

d. Berbagi buku puisi bergambar atau buku bergambar

e. Mengundang seorang pencerita untuk mengujungi

kelas, sehingga anak dapat belajar untuk kesenian

kusus

d) Strategi Pengembangan Kemampuan Menyimak

Menurur Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, 2005 :

4.13) berbagai strategi yang dapat digunakkan untuk

meningkatkan kemampuan menyimak. Bromley

mengemukan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan

oleh orang dewasa sebagai contoh pada anak agar menjadi

pendengar aktif. Cara-cara tersebut di antaranya adalah:

1. Guru sebagai penyimak yang baik

2. Mempertahankan kontak mata

3. Menggunakan bahasa nonverbal

4. Menangkap pengertian

5. Membagi kesan mental

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

30

6. Mendorong bicara

7. Melakukan partisipasi kelompok

e) Faktor kemampuan menyimak

Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan

berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai

berikut:

1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima

oleh telingga

2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan yang

membedakan persamaan dan perbedaan suara atau

bunyi.

3. Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi

antara arti dengan pesan yang diungkapkan.

2) Membaca

Menurut Raines dan Canad (dalam Nurbiana Dhieni, et. al,

2005: 3.15) berpendapat bahwa proses membaca bukanlah

kegiatan menterjemahkan kata demi kata untuk memahami arti

yang terdapat dalam membaca. Guru yang memahami konsep

whole language akan memandang bahwa kegiatan membaca

merupakan sesuatu

a) Tahap-tahap Perkembangan Membaca Anak

Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa

tahapan sebagai berikut:

1) Tahan Fatansi (Magical Stage).

Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan

buku, melihat dan membalik buku atau membawa buku

kesukaannya.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

31

2) Tahap Pembentukan konsep diri (self Concept Stage)

Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai

“membaca” dimana terlihat keterlibatan anak dalam

kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku,

memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang

diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa buku

yang tidak sesuai dengan tulisan

3) Tahap membaca gambar (bridging reading stage)

Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran

tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah

ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata

yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya.

4) Tahap pengenalan membaca (Take off Reader Stage)

Anak mulai menggunakan tiga sistem sarap

(graphoponik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai

tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam

konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada

lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti papan

iklan, kotak susu, pasta gigi dan lainnya.

5) Tahap membaca lancar (independent Reader Stage)

Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis

buku.

b) Kemampuan-kemampuan kesiapan membaca

Menurut Miller (Nurbiana Dhieni, et. al, (2005: 5.10-

5.12) sebelum mengajarkan membaca kepada anak, dasar-

dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil

dalam membaca maupun menulis. Seperti dikemukan oleh

miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu

diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. hal ini

bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap

diajarkan membaca. Di samping itu juga bertujuan agar dapat

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

32

diketahui kemampuan kesiapan membaca khusus apa yang

sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak. Adapun

kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan

dikembangkan itu adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan membedakan auditorial

Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-

suara umum lingkungan mereka dan membedakan di

antara suara-suara tersebut. Mereka harus memahami

konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian,

tekananan, tempo, pengulangan, dan kontras (suara)

membedakan suara-suara huruf dalam alfabet di taman

kanak-kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh

konsonan awak kata anak.

2) Kemampuan diskriminasi visual

Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan

pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto,

lukisan, dan pantonim. Mereka harus belajar untuk

melakukan identifikasi warna-warna dasar dan bentuk-

bentuk geometri dan mampu menggabungkan objek-

objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran.

3) Kemampuan (membuat) hubungan suara-simbol

Anak pada harus mampu mengaitkan huruf besar

dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara

yang mereka representasikan. Ia harus tau bahwa d

disebut de dan menetapakan suara pada awal kata “

daging”. Sebagai besar anak akan membuat kemajuan

awal yang bagus pada kemampuan-kemampuan ini

selama masa Taman Kanak-kanak. Sedikit di antaranya

akan menguasai semua kemampuan (menghubungkan)

suara simbol hingga masa selanjutnya di kelas (sekolah

dasar).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

33

4) Kemampuan perseptual motoris

Anak-anak harus cukup dewasa untuk mampu

menggunakan otot halus tangan dan jari mereka dan

untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang

mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini

sehingga mereka mampu menyuzun puzzle sederhana,

gambar lukisan-tangan, membentuk tanah liat, merangkai

manik-manik, menuangkan benda cair, dan

menggunakan gunting. Mereka harus belajar memegang

krayon, spidol ajaib dan pensil, untuk mewarnai gambar-

gambar sederhana dalam garis-garis, untuk menjiplak

garis dan bentuk udara dan kertas, untuk menyalin garis

dan bentuk tanpa menjiplak. Akhirnya, mereka harus

mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka,

menulis huruf yang memadukan suara.

5) Kemampuan bahasa lisan

Anak-anak Taman Kanak-kanak dengan

kemampuan substansial untuk berbicara dan

mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa Taman

Kanak-kanak, kemampuan-kemampuan ini harus lebih

dikemabangkan dan diperbaiki. Anak-anak harus belajar

mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat

detail, dan memahami ide-ide utama. Mereka harus

menggunakan dan memperluas kata bahasa lisan mereka

untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek

dan peristiwa, untuk mendeskripsikan perasaan mereka

sendiri atau orang imajiner mereka.

6) Membuat sebuah latar belakang pengalaman

Hal ini dapat di lakukan bermacam-macam kegiatan

misalnya :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

34

1) Ceritakanlah sebuah kisah yang menarik di kelas

paling kurang satu kali sehari, hal ini dapat

menimbulkan minat membaca anak.

2) Buat pusat minat kelas

3) Ajaklah anak menonton film dan mendengarkan

rekaman untuk membangun latar belakang

pengalaman mereka

7) Interprestasi gambar

Tunjukan sebuah gambar kepada anak dari buku

atau file anda, ajaklah anak menginterprestasikan gambar

secara kreatif.

8) Progresi kiri ke kanan

1) Buatlah kalender kelas betumpuk

2) Tunjukkan kepada anak bahwa membaca dimulai dari

sisi tangan kiri ketika membaca keras

9) Kemampuan merangkai

1) Buatlah anak merangkai gambar seri dengan benar

2) Buatlah anak mengulang cerita yang baru saja

didengar atau dibaca dengan benar.

10) Penggunaan bahasa mulut

Buatlah sekelompok anak-anak ikut serta dalam

kegiatan seperti membagi waktu, percakapan, bermain

drama dan bermain peran.

11) Pengenalan melihat mata

Ajarkan kata-kata yang umum pakai. Anjurkan tiap

anak untuk memperhatikan bentuk yang unik atau

krakter khusus tiap melihat kata.

12) Lateralisasi

Banyak jenis kegiatan berbeda yang bisa menolong

anak-anak belajar untuk membedakan antara tangan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

35

kanan dan tangan kiri serta antara kaki kiri dan kaki

kanan.

13) Koordinasi gerak

Kebanyakkan kegiatan dan games yang dimasukkan

dalam program pendidikan fisik di sekolah akan

membantu meningkatkan koordinasi gerak anak.

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

1) Motivasi

Menurut Anderson (dalam Nurbiana Dhieni, et. al,

2005: 5.14-5.15) faktor motivasi anak menjadi

pendorong semangat anak untuk membaca. Motivasi

merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya

terhadap kemampuan membaca dalam situasi untuk

membaca dapat dibedakan berasarkan sumbernya. Dalam

hal ini ada motivasi instrintik, yaitu yang bersumber pada

diri pembaca itu sendiri dan motivasi ekstrinsik, yang

sumbernya terletak luar membaca itu.

Seorang yang memiliki motivasi tinggi atau kuat,

tanpa didorong atau disuruh membaca, giat belajar

membaca, sedangkan yang tidak termotivasi atau

motivasinya rendah tentunya enggan membaca. Motivasi

adalah sebuah ketertarikan untuk membaca hal ini

penting karena jika tidak ada motivasi akan

menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan belajar

yang baik. Cara agar siswa termotivasi dan tertarik

adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang

berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan

kehidupan mereka.

2) Lingkungan Keluarga

Menurut Leonhardt (dalam Nurbiana Dhieni, et. al,

2005: 5.14-5.15)mengatakan bahwa anak sangat

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

36

memerlukan keteladanan dalam membaca. Keteladanan

itu harus sesering mungkin ditunjukan kepada anak oleh

orang tua. Kemudian seperti yang dialaminya dengan

menunjukkan perilaku membaca sesering mungkin pada

anak, membuat anak gemar membaca. Seperti kita

ketahui bahwa anak memiliki potensi untuk meniru

secara naluriah.

Menurut Leichter (dalam Nurbiana Dhieni, et. al,

2005: 5.15) perkembangan kemampuan membaca dan

menulis di pengaruhi oleh keluarga dalam hal:

a. Interaksi interpersonal

Interaksi interpersonal terdiri dari pengalaman-

pengalaman baca-tulis bersama orang tua, saudara,

dan anggota keluarga lain di rumah

b. Interaksi fisik

Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan di rumah

c. Suasana yang penuh perasaan (emosional) dan

memberikan dorongan (motivasional) yang cukup

hubungan antarindividu di rumah, terutama yang

tercermin pada sikap membaca.

3) Bahan Bacaan

Minat baca serta kemampuan membaca seseorang

juga dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan yang terlalu

sulit untuk seseorang dapat mematikan selera untuk

mambaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini ada

beberapa faktor yang perlu yang perlu diperhatikan yaitu

topik, isi bacaan dan keterbacaan bahan.

Menurut Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, et. al,

2005: 5.15) menyatakan bahwa bacaan anak –anak

adalah bahan keritis dan media dalam mengajar

komunikatif secara efektif.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

37

3) Berbicara

Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, ( 2005: 3.5) mengatakan

berbicara sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan

suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan

atau mengomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan.

Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak.

Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah

atau tatap muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan

bicara berkaitan dengan posa kata yang diperoleh anak dari

kegiatan menyimak dan membaca.

a) Tipe perkembangan berbicara

1. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berumur 2-3 tahun,

dimana anak berbiacara kepada dirinya sendiri (monolog).

Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat

berperan dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya.

2. Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan

temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk

mengambangkan kemampuan adaptasi sosial anak.

berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk

socialized speech yaitu:

a. Saling tukar informasi untuk tujuan bersama

b. Penilaian terhadap ucapan ataupun tingkah laku orang

lain

c. Perintah, permintaan, ancaman

d. Pertanyaan

e. Dan jawaban

b) Tujuan bicara

Tujuan biacara adalah untuk memberitahukan,

melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan orang.

c) Faktor dijadikan ukuran kemampuan bicara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

38

Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran

kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek

kebahasaan dan non kebahasaan.

Aspek kebahasaan meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

1. Ketepatan ucapan

2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

3. Pilihan kata

4. Ketepatan sasaran berbicara

Aspek non kebahasaan meliputi:

1. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang

tepat

2. Kesediaan menghargai pembicara maupun gagasan orang

lain

3. Keyaringan suara dan kelancaran berbicara

4. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik

tertentu.

Menurut Hurlock (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, 2005:

3.5) mengatakan mengemukan dua kriteria untuk mengukur

tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara

benar atau hanya sekedar “embeo” sebagai berikut:

1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu

menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya.

2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami

orang lain dengan mudah.

3. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karna telah

sering menengar atau menduga-duga.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

39

4) Menulis

Menurut Nurbiana Dhieni, et. al, (2005: 3.8) mengatakan

menulis salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak

dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya

melalui untaian kata-kata yang bermakna.

Menurut Poerwadarminta (dalam Nurbiana Dhieni, at. al,

2005: 3.8) mengatakan menulis memiliki batasan sebagai

berikut:

1. Membuat huruf, angka, dan lainya dengan pena, kapur dan

sebagainya

2. Mengespresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang,

membuat surat dan lainnya dengan menggunakan tulisan

Menurut Badudu (dalam Nurbiana Dhieni, at. al, 2005: 3.8)

mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena,

potlot, ball point di atas kertas, kain ataupun papan yang

menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan demikian

menulis bukan sekedar membuat huruf-huruf ataupun angka

pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternatif

media, melainkan merupakan upaya untuk mengeksprsikan

perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu.

Menurut Webster New World Dictionary (dalam Nurbiana

Dhieni, at. al, 2005: 3.8) mengatakan bahwa menulis diartikan

sebagai sesuatu kegiatan membuat pola atau menulis kata-kata,

huruf-huruf, ataupun simbol-simbol pada suatu permukaan

dengan memotong, mengukir, atau menanai dengan pena

ataupun pensil.

Menurut Marrow (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, 2005: 3.9)

mengatakan membagi kemampuan menulis anak menjadi enam

tahapan sebagai berikut:

1. Writing via Drawing, yaitu meulis dengan cara meggambar

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

40

2. Writing via Scribbling, yaitu menulis dengan cara

menggores. Anak seringkali mencoret dari arah kiri ke arah

kanan seakan mencontoh tulisan orang dewasa

3. Writing via Making Letter- like Froms, yaitu menulis

dengan cara membuat bentuk seperti huruf, anak tidak

hanya membuat goresan, tetapi sudah melibatkan unsur

kreasinya

4. Writing via Reproducing Well-learned Unit or Letter Stings,

yaitu menulis dengan cara menghasilkan huruf-huruf atau

unit yang sudah baik. Anak menulis huruf-huruf dengan

contoh misalnya dengan menulis namanya.

5. Writing via invented Spelling, yaitu menulis dengan

mengeja satu persatu. Dalam tahap ini anak mencoba

mengeja dengan cara coba-salah (trial and error)

6. Writing via Conventional Spelling, yaitu menulis dengan

cara mengeja langsung. Dalam tahap ini anak telah dapat

mengeja secara baik dari segi susunan maupun ejaannya.

Menurut Feldman (dalam Nurbiana Dhieni, et. al, 2005:

3.9) membrikan batasan tentang tahap kemampuan menulis pada

anak sebagai berikut:

1. Scribble on the page, yaitu membuat goresan pada kertas.

Dalam tahapan ini anak membuat gambaran ataupun huruf-

huruf terpisah

2. Copy Word, yaitu mencontoh huruf, anak mulai tertarik

untuk mencontoh huruf-huruf seperti dalam kata mama,

papa, dan sebagainya

3. Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini

anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf

sesuai dengan bunyinya.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

41

Kemampuan menggunakan bahasa secara efektif sangat

berperan sangat berperan penting terhadap kemampuan belajar anak.

Kemampuan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis semua itu melibatakan proses kognitif (berfikir) dan kosa

kata yang sama. Namun demikian ada perbedaan keempat bentuk

bahasa tersebut sebagai berikut:

1. Anak menerima dan mengekspersikan bahasa dengan cara yang

unik dan bersifat individual. Perbedaan tersebut meliputi kosa

kata dan intonasi suara yang digunakan anak.

2. Penerimaan dan pengekspresian bahasa terjadi dengan kecepatan

yang berbeda. Menulis memakan waktu relatif lebih lama

dibandingkan menyimak, berbicara, dan membaca.

3. Bentuk bahasa berbeda sesuai dengan daya tahan relatifnya.

Membaca dan menulis melibatkan tinta yang dapat di baca

kembali, diperbakai, dan direfleksikan dalam jangka waktu yang

lebih lama dibandingkan dengan berbicara. Menyimak dan

berbicara bersifat sementara, kecuali di rekam atau difilmkan

untuk dapat dipergunakan lagi. Dengan demikian pemahaman

terhadap bahasa ekspresif melalui menyimak berbeda dengan

pemahaman bahasa tertulis melalui membaca.

4. Bentuk bahasa berbeda dalam kandungan dan fungsinya. Bahasa

yang digunakan dalam diskusi secara verbal sering kali berbeda

dengan bahasa yang digunakan dalam tulisan. Pilihan kata yang

dipakai dalam berbicara akan berbeda dengan yang di pakai

dalam menulis. Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara

dalam

5. Berbicara dapat mengubah arti bahasa yang akan disampaikan.

Bahasa tertulis bersifat lebih permanen dibandingkan bahasa

lisan, sehingga bersifat lebih form al. Sintaks dalam tulisan juga

dapat bersifat lebih akurat daripada sintaks dalam bahasa lisan.

Dalam berbicara sering kali muncul gagasan baru di tengah

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

42

kalimat yang belum terselesaikan sehingga bahasa yang

diucapakan merupakan kalimat yang begitu panjang.

b. Teori-Teori Kemampuan Bahasa

Teori-teori kemampuan bahasa yaitu teori nativis, teori

behavioristik, teori kognitif, teori pragmatik, teori interaksionis.

a) Teori Nativis

Nurbiaini dhieni (2005: 2.3) nativis menyakini bahwa

kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan,

merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi

oleh kematangan otak. Chomsky (dalam Nurbiana dhieni, 2005:

2.3) mengatakan individu dilahirkan dengan alat penguasaan

bahasa (Language Acquisition Device) dan menemukan sendiri

cara kerja bahasa tersebut. Dalam belajar bahasa, individu

memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk mendekteksi

kategori bahasa tertentu seperti fonologi, sintaksis dan semantik.

Lenneberg (dalam Nurbiana dhieni, 2005: 2.4) bahasa adalah

berdasarkan pengetahuan awal yang di peroleh secara biologis.

Para ahli nativis menjelaskan bahwa anak dilahirkan dengan

mekanisme atau kapasitas internal sehingga dapat mengorganisasi

lingkungannya dan mampu mempelajari bahasa. Para ahli tersebut

juga menyakini bahwa anak –anak menginternalisasi aturan bahasa

sehingga dapat mengorganisasi lingkungannya dan mampu

mempelajari bahasa.

b) Teori Behavioristik

Nurbiaini dhieni (2005: 2.8) behavioristik yang berpendapat

bahwa bahasa merupakan masalah respon dan sebuah imitasi.

Skinner (dalam Nurbiana Dhieni, 2005: 2.8) menyatakan bahwa

bahasa di pelajari melalui pembiasaan dari lingkungan dan

merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Skinner

menghindari penggunaan hukuman. Mereka anak akan

memberikan reward pada siswa yang memberikan respon yang

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

43

benar, dan mengacuhkan respon siswa yang tidak sesuai. Masalah

belajar yang terjadi di sekolah termasuk masalah masalah belajar

bahasa merupakan hasil dari kurangnya perencanaan pendidikan

seperti pemberian reward yang tidak tepat, pemberian materi yang

terlalu padat dan sulit untuk di pahami pengharapan terhadap

prestasi siswa yang berlebih, serta penerapan peraturan yang sulit

dipahami siswa.

c) Teori Kognitif

Menurut Piaget (dalam Nurbiana dhieni, 2005: 2.13) berpikir

sebagai prasyarat berbahasa bersifat progresif dan kejadian yang

mereka alami dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa dan

membau.

Menurut Vygotsky (dalam Nurbiana dhieni, 2005: 2.13)

mengemukkan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak

berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak di

besarkan. Vygotsky menggunkan istilah Zona perkembangan

Proximal (ZPD) untuk tugas-tugas tersebut. ZPD memiliki dua

batas yaitu batas yang lebih rendah dan batas yang lebih tinggi.

Batas yang lebih rendah merupakan tingkat masalah yang dapat

dipecahkan anak dengan menggunakan keterampilan sendiri tanpa

bantuan orang lain. Batas yang lebih tinggi merupakan tingkat

tanggung jawab ekstra yang dapat diterima anak dengan bantuan

orang dewasa.

d) Teori Pragmatik

Nurbiaini dhieni (2005: 2.18) teori pragmatik berpadang

bahwa anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan

mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai keinginannya. Teori

ini berasumsi bahwa anak selain belajar bentuk dan arti bahasa,

juga termotivasi oleh fungsi bahasa yang bermanfaat bagi mereka.

Teori pragmatik mempelajari tentag bernagai kegiatan berbahasa

yang mencakup konteks kalimat dan kecendrungan berbicara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

44

namun tidak memberikan penjelasan tentang cara anak belajar

sintaksis.

a) Teori interaksionis

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 2.22) teori

interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa

merupakan perpaduan faktor genetik dan lingkungan.

Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara

bersama. Seorang anak dilahirkan dengan kemampuan untuk

mempelajari dan mengemukan bahasa, kemampuan berinteraksi

dengan lingkungannya yang mencakup imitasi, reinforcement,

reward, dan peran sosial.

Interaksionis menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti :

1) Sosial

2) Linguistik

3) Kematangan

4) Biologis

5) Kognitif

6) Saling mempengaruhi

7) Berinteraksi

8) Dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh

terhadap perkembangan bahasa individu.

c. Aspek- Aspek Kemampuan Bahasa Anak

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 9.2-9.5) perkembangan

bahasa anak usia 1-2 tahun merupakan tahun kritis bagi anak, di

mana setelah melewati masa prelinguistik, anak akan memasuki masa

linguistik. Pada masa inilah anak mulai mengucapakan kata-kata

yang pertama. Anak sangat senang meniru bunyi dan kata –kata yang

didengarnya. Akan tetapi kata –kata yang dapat ditiru oleh anak

terbatas pada kalimat satu kata. Selain itu, pelafatan kata yang

diucapkan masih salah. Oleh karena itu, orang dewasa di sekitar anak

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

45

diharapkan dapat memberikan contoh pengucapakan/pelafatan

kata/kalimat yang benar.

Perkembangan bahasa 3-5 tahun adalah di mana anak sudah

dapat berbicara dengan baik. Anak mampu menyebutkan nama

panggilan orang lain, mengerti perbandingan dan hal, memahami

konsep timbal balik dan menyayikan lagu sederhana, juga anak dapat

menyusun kalimat sederhana. Pada masa ini anak mulai senang

mendengarkan cerita sederhana dan mulai banyak bercakap-cakap,

banyak bertanya seperti apa, mengapa, bagaimana, juga dapat

mengenal tulisan sederhana.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di pahami bahwa

terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa, yaitu bahasa yang bersifat

pengertian/reseptif (understanding) dan pertanyaan/ekspresif

(producing). Anak usia TK berada dalam fase perkembangan bahasa

secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat menggunaan

keinginannya, penolakan maupun pendapatnya dengan menggunkan

bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat

komunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan

bahasa lisan anak tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kosa kata

Sering dengan perkembangan anak dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang

dengan pesat.

2) Sintak (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa akan tetapi

melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak

di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan

dengan susuan kalimat yang baik.

3) Sematik

Semantik adalah penggunaan kata yang sesuai dengan

tujuannya. Anak TK sudah dapat mengekspresikan keinginan,

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

46

penolakkan dan pendapat dengan menggunkan kata –kata dan

kalimat yang tepat.

4) Fonem (bunyi kata)

Anak taman kanak –kanak sudah memiliki kemampuan

untuk merangkaikan bunyi yang di dengarnya menjadi satu kata

yang mengandung arti.

Kemampuan bahasa tulisan anak usia TK, mencakup

kemampuan membaca dan menulis. Sebelum mengembangkan

kemampuan membaca kepada anak, guru dan orang tua perlu

menekankan dasar-dasar kemampuan kesiapan membaca. Dasar –

dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam

membaca dan menulis, artinya sebelum anak diajarkan membaca

perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini

bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap

diajarkan membaca. Tanda –tanda kesiapan anak utuk belajar

membaca adalah :

1) Anak sudah memahami bahasa lisan

2) Anak sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas

3) Anak sudah mengingat kata –kata

4) Anak sudah dapat mengucapkan bunyi huruf

5) Anak sudah menunjukkan minat membaca

6) Anak sudah membedakan suara/bunyi dan objek –objek dengan

baik

Perkembangan kemampuan menulis anak usia dini TK diawali

pada saat pertama kali anak mampu memegang krayon atau pensil.

Selanjutnya anak akan melalui beberapa tahap perkembangan

kemampuan menulis yaitu :

1) Tahap mencoret atau membuat goresan

2) Tahap corat –coret yang teratur

3) Tahap pengulangan secara linear

4) Tahap menulis secara random

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

47

5) Tahap menulis berlatih menggunkan huruf

6) Tahap menyalin kata-kata yang ada di lingkungan

7) Tahap menemukan ejaan

8) Tahap mengenal ejaan yang benar

Menurut Vigosky ( dalam Nurbiana Dhieni, 2005: 9.3-9.4)

tentang prisip-prinsip ZPD (zone proximal development) yaitu zona

yang berkaitan dengan perubahan dari potensi yang dimiliki anak

yang menjadi kemampuan aktual (Seefeldt dan Barbour, 1994: 39)

maka prinsip –prinsip yang harus di perhatikan dalam

mengembangkan kemampuan bahasa anak TK adalah :

a) Interaksi

Interaksi anak dengan lingkungan di sekitarnya akan

membantu anak memperluas kosa katanya dan memperoleh

contoh –contoh dalam menggunakan kosa kata tersebut secara

tepat.

b) Ekspresi

Mengekpresikan kemampuan bahasa anak dapat dilakukan

pemberian kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaannya secara bebas.

d. Krakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Taman Kanak –

Kanak

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 9.4) Secara umum krakteristik

kemampuan bahasa anak usia TK adalah sebagai berikut :

1) Usia 4-5 tahun

a) Terjadinya perkembangan yanng cepat dalam kemampuan

bahasa anak. Ia dapat menggunakan kalimat yang baik dan

benar

b) Telah menguasai 90% dari fonem dan sintak bahasa yang

digunakannya

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

48

c) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah

dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi

pembicaraan tersebut.

2) Usia 5-6 tahun

a) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata

b) Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut

: warna, ukuran, bentuk dan warna, rasa, bau, kecantikan,

kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan

(kasar-halus)

c) Sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik

d) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah

dapat ,mendengarkan orang lain bicara dan menanggapi

pembicaraan tersebut.

e) Percakapan yang dilakukan anak usia 5-6 tahun telah

menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang

dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang

dilihatnya. Anak seperti ini sudah dapat melakukan ekspresi

diri, menulis, membaca dan bahkan berpuisi.

e. Indikator Kemampuan Bahasa

Kemampuan bahasa pada anak bertujuan agar anak dapat

mampu melakukan ekplorasi dunia sekitarnya melalui kemampuan

bahasa yaitu melalui lisan atau langsung dan tulisan atau tidak

langsung. Kemampuan bahasa secara lisan terbagi menjadi dua yaitu

menyimak sebagai akitf reseptif (menerima pesan), dan berbicara

sebagai aktif produktif (menyampaikan pesan), sedangkan

kemampuan bahasa secara tulisan terbagi menjadi dua yaitu

membaca sebagai akitf reseptif (menerima pesan), dan menulis

sebagai aktif produktif (menyampaikan pesan). Seorang anak

dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari dan mengemukan

bahasa, kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya yang

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

49

mencakup imitasi, reinforcement, reward, dan peran sosial dan anak

dapat mengatasi dan memecahkan masalahnya yang di hadapi. Dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No. 137 Tahun 2014 dijelaskan bahwa kemampuan bahasa anak di

bagi beberapa lingkup perkembangan. beberapa lingkup kemampuan

bahasa dalam Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (2014:

26-28). Adapun tingkat pencapaian sebagai berikut:

1) Mentukan ruang lingkup kemampuan bahasa melalui perkembangan

bahasa anak yang dapat di peroleh dari Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun

2014.

Tabel 2.1

Tingkat pencapaian kemampuan bahasa anak usia dini 5-6

tahun.

No Ruang Lingkup

1. Memahami bahasa

2. Mengungkapkan bahasa

3. Keaksaraan

2) Menjabarkan ruang lingkup menjadi indikator kemampuan bahasa

Table 2.2

Menjabarkan Ruang Lingkup menjadi Indikator kemampuan bahasa

Lingkup perkembangan Tingkat pencapaian perkembangan

A. Memahami bahasa 1. Mengerti beberapa perintah secara

bersamaan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

50

2. Mengulang kalimat yang lebih

kompleks

3. Memahami aturan dalam suatu

permainan

4. Senang dan hargai bacaan

B. Mengungkapkan

bahasa

1. Menjawab pertanyaan yang lebih

kompleks

2. Menyebutkan kelompok gambar

yang memiliki bunyi yang sama

3. Berkomunikasi secara lisan,

memiliki perbendaharaan kata, serta

mengenal simbol-simbol untuk

persiapan membaca, menulis dan

berhitung

4. Menyusun kalimat sederhana dalam

struktur lengkap (pokok kalimat-

predikat- keterangan)

5. Memiliki lebih banyak kata-kata

untuk mengekpresikan ide pada

orang lain

6. Melanjutkan sebagaian cerita /

dongeng yang telah di perdengarkan

7. Menunjukan pemahaman konsep-

konsep dalam buku cerita

C. Keaksaraan 1. Menyebut simbol-simbol huruf yang

di kenal

2. Mengenal suara huruf awal dari

nama benda-benda yang ada di

sekitarnya

3. Menyebutkan kelompok gambar

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

51

yang memiliki bunyi / huruf awal

yang sama.

4. Memahami hubungan antara bunyi

dan bentuk huruf

5. Membaca nama sendiri

6. Menulis nama sendiri

7. Memahami arti kata dalam cerita

3) Ruang lingkup, Indikator, dan butir amatan Kemampuan bahasa

anak yang digunakan penelitian pada Kelompok B Permata 2 di TK

Intan Permata Asiyiyah Makamhaji Tahun Ajaran 2018/2019.

Tabel 2.3

Ruang Lingkup, Indikator, Butir Amatan kemampuan bahasa

Ruang Lingkup Indikator Butir Amatan

1. Memahami bahasa 1. Mengerti

beberapa perintah

secara bersamaan

1. Anak mampu

memahimi perintah

melalui dua arah

antara guru dan murid

melalui permainan

beberan

2. Anak menjalankan

perintah yang

diberikan kepada guru

oleh anak disaat

melakukan permainan

beberan

3. Anak melakukan 2-5

perintah secara

berurutan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

52

4. Anak meniru kembali

4-5 urutan kata

2. Mengulangi

kalimat yang

kompleks

5. Anak dapat

menirukan kalimat

sederhana

6. Mengulang kalimat

yang telah di

dengarkan

3. Memahami

atauran dalam

suatu permainan

7. Anak memahami

aturan permainan

beberan

8. Anak menaati atauran

permainan beberan

2. Mengungkapkan bahasa 1. Menjawab

pertanyaan yang

lebih komplek

9. Menjawab

pertanyaan tentang

keterangan /

informasi

10. Anak dapat

menjawab

pertanyaan apa,

mengapa, dimana,

berapa, bagaimana

dsb

2. Berkomunikasi

secara lisan,

memiliki

perbendaharaan

kata, serta

mengenal simbol

–simbol untuk

11. Menghubungkan dan

menyebutkan tulisan

sederhana dan

simbol yang

melambangkannya

12. Menghitung dan

menghubungkan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

53

persiapan

membaca,

menulis dan

berhitung

simbol

3. Keaksaraan 1. Menyebut simbol

–simbol huruf

yang di kenal

13. Anak menyebutkan

simbol-simbol huruf

vokal dan konsonan

yang di kenal di

lingkungan sekitar

melalui tematik yang

telah di tetepkan

oleh guru saat

pembelajaran

4. Bermain

a. Pengertian Bermain

Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia

bermain. Dengan main anak belajar, artinya anak yang belajar adalah

anak yang bermain, dan anak yang bermain adalah anak yang belajar.

Bermain dilakukan anak-anak dalam berbagai bentuk saat sedang

melakukan aktivitas, mereka main sambil berjalan, berlari, mandi,

menggali tanah, memanjat, melompat, bernyanyi, menyususn balok,

menggambar, dan sebagainnya (latif et al. 2013: 77) .

Sedangkan menurut Brooks, J.B. dan D.M. Elliot seperti yang di

kutip Latif et al. ( 2013: 77) menyatakan bahwa “Bermain” (play)

merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya

mungkin hilang. Arti yang tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan

untuk kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa mempertimbangkan

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

54

hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan

atau tekanan dari luar atau kewajiban. Anak bermain dengan

menggunakan mainan yang konkret (nyata). Dengan maianan tersebut

anak akan belajar banyak hal seperti warna, ukuran, besar kecil, berat

ringan, kasar halus, selain itu anak juga akan belajar mengelompokan

benda, ciri-ciri benda dan sifat-sifat benda. Kemampuan anak untuk

belajar tersebut akan terus terbangun baik saat anak-anak bermain

maupun saat mereka beres-beres setelah bermain.

Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang

langsung atau sepontan, di mana seorang anak berinteraksi dengan

orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan dengan senang

(gembira), atas inisiatif sendiri, menggunakan daya kahayal (imajinasi),

menggunakan panca indra, dan seluruh anggota tubuhnya (latif et al.

2013: 77).

Anak bermain untuk memperoleh sesuatu dengan cara

bereksplorasi dan bereksperimen tentang dunia di sekitarnya dalam

rangka membangun pengetahuan diri (self knowledge) melalui fiscal

knowledge, logico-math knowledge,dan sosial knowledge (latif et al.

2013: 78).

Menurut Fauziddin ( 2014: 6) bermain dan anak merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Bermain merupakan kebutuhan

anak yang harus ia penuhi. Aktivitas bermain dilakukan anak, dan

aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. bermain sangat

erat kaitannya, oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran

pendidikan Anak Usia Dini adalah belajar melalui bermain.

b. Ciri –ciri Bermain

Menurut Rubin, at al ( dalam Fauziddin 2014: 6) ada lima ciri

utama bermain yang dapat mengindetifikasikan kegiatan bermain dan

bukan bermain. penjelasan dan pernyataan di atas sebagai berikut:

1) Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

55

Anak akan melakukannya apabila hal itu memang betul-betul

memuaskan dirinya. Bukan untuk mendapatkan hadiah atau karena

di perintahkan oleh orang lain.

2) Bermain di pilih bebas oleh anak

Jika seorang anak dipaksa untuk bermain , sekalipun mungkin

dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitas itu bukan lagi

merupakan kegiatan bermain. kegiatan bermain di tugaskan oleh

pengajar kepada murid-muridnya, cenderung akan dilakukan oleh

anak sebagai suatu pekerjaan, bukan sebagai bermain. kegiatan

tersebut bermain jika anak di beri kebebasan sendiri untuk memilih

aktivitasnya.

3) bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan

Anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas

bermain tersebut, tidak menjadi tegang dan stres. Biasnya di tandai

dengan tertawa dan komunikasi yang hidup

4) bermain tidak selalu menggamabarkan hal yang sebenarnya

Kususnya pada anak usia dini sering di kaitkan dengan fantasi

atau imajinasi mereka. Anak mampu membangun suatu dunia yang

terbuka bagi berbagai kemungkinan yang ada, sesuai dengan

mimpi- mimpi indah serta kreativitas mereka yang kaya.

5) bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik,

psikologis, maupun keduanya sekaligus

Ketika anak bermain, seluruh organ tubuhnya ikut aktif dan

daya pikirnya ikut berkerja untuk menikmati permainan yang di

lakukannya. Oleh kerena itu, makain banyak permainan yang

mereka lakukan, fisik dan psikologinya akan semakn berkembang.

c. Tahapan Bermain

Menurut Fauziddin ( 2014: 8)Pada umumnya para ahli hanya

membedakan atau mengategorikan kegiatan bermain berdasarkan usia

anak. Para ahli juga mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

56

bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan

jenis kegiatan bermain lainnya. Berikut ini paparan tentang tahapan

bermain yang dikemukakan oleh para ahli.

1) Menurut Jean Piaget (dalam Fauziddin 2014: 8) tahapan kegiatan

bermain menurut piage adalah sebagai berikut:

a) Permainan sensorik motorik (± ¾ bulan – ½ tahun)

Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif

sensori motor, yakni sebelum 3-4 bulan yang belum

dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya

merupakan lanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti

kegiatan makan atau mengamati sesuatu, atau merupakan

pengulangan dari hal-hal sebelumnya, yang disebut dengan

reproductive assimilation.

b) Permainan simbolik (± 2-7 tahun)

Merupakan ciri periode praoperasional yang ditemukan

pada usia 2-7 tahun, yang ditandai dengan bermain khayal dan

bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih bertanya dan

menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal yang berkaitan

dengan konsep angka, ruang, kuantitas, dan sebagainya.

Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu

memperdulikan jawaban yang diberikan, dan walaupun sudah

dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan

berbagai simbol atau representasi benda lain. Misal sapu

sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-

lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan

dan mengonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap

yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam

kegiatan bermainnya.

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

57

c) Permainan sosial yang memiliki aturan (± 8-11 tahun)

Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam

kegiatan games with rules di mana kegiatan anak lebih banyak

dikendalikan oleh peraturan permainan.

d) Permainan yang memiliki aturan dan olahraga ( 11 tahun ke

atas).

e) Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olaharaga.

Kegiatan bermain ini cukup menyenangkan dan dinikmati

anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan

secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games

seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukannya secara

berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.

2) Menurut Hurlock (dalam Fauziddin 2014: 9-10) tahap

perkembangan bermain pada anak terdiri dari tahapan penjelajah

(exploratoty stage), tahapan mainan (toy stage), tahap bermain

(play stage) dan tahapan melamun (daydream stage).

a) Tahapan Penjelajah (Exploratoty stage)

Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba

menjangkau atau meraih benda di sekelilingnya lalu

mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah

dapat merangkak dan berjalan, sehingga anak akan mengamati

setiap benda yang diraihnya.

b) Tahapan Mainan (Toy stage)

Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun.

Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat

permainannya. Biasanya terjadi pada pra sekolah, anak-anak di

Taman Kanak-kanak, yang biasnya bermain dengan boneka

dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya

teman bermainnya.

c) Tahap bermain (Play stage)

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

58

Biasanya terjadi bersama dengan mulai masuk ke Sekolah

Dasar. Pada masa ini, jenis permainan semakin bertambah

banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama

kelamaan berkembang menjadi games, olahraga, dan bentuk

permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.

d) Tahapan Melamun (Daydream stage)

Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas,

dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain

yang tadinya mereka sukai, dan mulai menghabiskan waktu

untuk melamun dan berkahayal. Biasannya khayalannya

mengenai perilaku yang kurang adil dari orang lain atau

merasa kurang dipahami oleh orang lain.

d. Fungsi Bermain

Menurut Santrock ( dalam Husni Wardi Tanjung 2005: 53-54)

menjelaskan beberapa fungsi bermain, yaitu pada saat sekarang ini anak

terus menerus menerima pengalaman yang sangat menekan dalam

hidupnya. Bermain menjadi semakain penting dengan kondisi tersebut.

Bermain mampu meningkatkan afiliasi anak dengan sebayanya,

meredakan ketegangan, meningkatkan kemampuan kognitif

meningkatkan eksplorasi anak akan prilaku tertentu. Kesemuanya ini

akan sangat berguna untuk kehidupannya pada usia selanjutnya.

Menurut Husni Wardi Tanjung (2005: 54) beberapa nilai yang

terkandung dalam bermain yang berfungsi bagi perkembangan anak,

yaitu :

1) Nilai fisik dan kesehatan. Melalui bermain anak dapat melatih

mengembangkan otot-ototnya dan bagian tubuh lainnya yang pada

gilirannya akan menyehatkan dirinya.

2) Nilai pendidikan. Berbagai konsep (bentuk, warna, ukuran, jumlah)

serta “problem solving” dapat diperoleh anak melalui bermain.

3) Nilai kreatif. Anak dapat mencobakan berbagai kemampuannya.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

59

4) Nilai sosial. Sikap kerja sama, menghargai, sportivitas, disiplin

dapat dipupuk melalui bermain.

5) Nilai moral. Bermain merupakan latihan mengembangkan moral,

karena ia belajar untuk jujur, menerima kekalahan, menjadi

pemimpin yang baik.

6) Nilai pengenalan diri. Anak berkesempatan mengenali kekuatan

dan kelemahan dirinya melalui kegiatan bermain.

e. Manfaat Bermain

1) Menurut Nakita ( dalam Husni Wardi Tanjung 2005: 55) merinci

beberapa manfaat bermain bagi anak meliputi tiga ranah, yaitu:

a) Fisik –motorik. Anak akan terlatih motorik kasar dan halusnya.

Dengan bergerak, ia akan memiliki otot-otot tubuh yang

terbentuk secara baik dan lebih sehat secara fisik.

b) Sosial –emosional. Anak merasa senang karena ada teman

bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orang tua

merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini

membuatnya merasa disayang dan ada kelekatan dengan orang

tua, selain itu anak juga belajar komunikasi dua arah

c) Kognisi. Anak belajar mengenal atau mempunyai pengalaman

kasar halus, rasa asam, manis, dan asin. Ia pun belajar

perbendaharaan kata, bahasa, dan berkomunikasi timbal balik

2) Menurut Tedjasaputra ( dalam Husni Wardi Tanjung 2005: 55)

menjelaskan beberapa manfaat bermain seperti di bawah ini:

a) Manfaat bermain untuk perkembangan fisik

Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan

yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan

membuat tubuh anak menjadi sehat. Otot-otot tubuh akan

tumbuh dan menjadi kuat. Selain itu aggota tubuh mendapat

kesempatan untuk digerakkan.

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

60

b) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar

dan motorik halus usia sekitar 4 atau 5 tahun mulai belajar

menggambar bentuk-bentuk tertentu yang biasanya merupakan

gabungan dari bentuk-bentuk geometrik misal gambar rumah,

orang dan lain-lain aspek motorik kasar juga dapat

dikembangkan melalui kegiatan bermain.

c) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial dengan

teman sepermainan yang sebaya usianya, anak akan belajar

berbagai hak milik, menggunakan mainan secara bergilir,

melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang

sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang

dihadapai dengan teman mainnya.

d) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosional atau

kepribadian

Bagi anak bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada

dengan sendirinya, dan sudah terberi secara alamiah. Dapat

dikatakan tidak ada anak yang suka bermain. Melalui bermain,

seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya

karena banyaknya larangan yang dialami dalam kehidupan

sehari-harinya. Sekaligus ia dapat memenuhi kebutuhan –

kebutuhan dan dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak

terpuaskan dalam kehidupan nyata.

e) Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi

Aspek kognisi diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya

nalar, kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa serat

daya ingat. Banyak konsep dasar yang dipelajari atau diperoleh

anak pra sekolah melalui bermain. Bahwa pada usia pra

sekolah anak diharapkan mengenali berbagai konsep seperti

warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, sebagai landasan belajar

menulis, bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan lain.

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

61

f) Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan

Pengindraan menyakut penglihatan, pendengaran, penciuman,

pengecapan, dan perabaan. Ke lima aspek pengindraan ini

perlu untuk diasah agar anak lebih menjadi lebih tanggap atau

peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingkungan

sekitarnya.

g) Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan,

olahraga dan menari manfaat bermain untuk perkembangan

fisik dalam artian kekuatan otot-otot serta kesehatan tubuh dan

juga untuk keterampilan motorik kasar maupun halus. Kedua

aspek perkembangan tersebut penting sebagai dasar untuk

mengembangkan keterampilan dalam bidang olahraga serta

menari.

5. Permainan Beberan

a. Pengertian Permainan Beberan

Menurut Kamus Besar Indonesia (2016) arti “Permainan” adalah

sesuatu yang digunakkan untuk bermain atau sesuatu yang

dipermainkan. Sedangkan arti “Beberan” diartikan sesuatu yang di

bentang. “Dari penjelasan diatas permainan beberan merupakan sesuatu

yang digunakkan untuk bermain atau dipermainkan dengan cara

dibentangkan.”(http://kbbi.kemdikbud.go.id/enteri/permainan%20beber

an, 03 juni 2019).

Menurut Fauziddin (2014: 39-40) Permaian beberan adalah

permainan yang membentuk kelompok, mengenal berbagai materi

sesuai dengan materi yang di sampaikan, melatih tanggung jawab dan

anak harus memecahkan masalah materi yang diberikan melalui

permainan beberan tersebut. Dari uraian di atas Permainan beberan ini

dapat berupa materi menggunkan gambar, angka, huruf, berupa bacaan

dan gerakan, menyusun kalimat, menceritakan gambar, melafatkan

bacaan atau menyambungkan kalimat yang sering didengar dan

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

62

diucapkan. Masing-masing gambar sudah di beri angka 1 sampai 6 di

atas kotak dan di sediakan dadu untuk nomor yang akan ditunjuk untuk

dipraktekan oleh anak.

b. Tujuan Permainan Beberan

Menurut Fauziddin (2014: 39) tujuan permainan beberan yaitu:

1) Untuk melatih anak bertanggung jawab dan mengenalkan berbagai

materi bermain yang disediakan (Fauziddin, 2014: 39). Dari

penjelasan diatas dengan melatih tanggung jawab anak dapat

melakukan tugas –tugas di dalam permainan beberan

2) berkerja sama sesama kelompok dengan mengenal berbagai materi

bermain anak dan dapat melakukan materi-materi yang telah

disediakan melalui bermain sambil belajar,

3) anak dapat memecahkan masalah bersama (probelm solving)

dengan permainan beberan

4) mandiri, dijelaskan permainan beberan ini melatih tanggung jawab

anak untuk mandiri dan anak-anak diajarkan banyak hal.

5) Kedisiplinan adalah sikap atau perilaku tertib, taat atau patuh

perturan yang berlaku pada permainan beberan dan ini termasuk

melatih tanggung jawab anak.

c. Peranan Permainan Beberan terhadap Kemampuan Bahasa

Permainan Beberan terhadap kemampuan bahasa adalah sebagai

media dan alat permainan. Menuru Halliday ( dalam Suhartoni 2005: 9)

Terdapat beberapa fungsi bahasa yaitu 1) Fungsi Instrumental yaitu

terdapat dalam ungkapan bahasa, termasuk bahasa bayi, untuk meminta

susuatu (makanan, barang, dan sebagainya) 2) Fungsi Menyuruh

(regulatory) ialah ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu

3) Fungsi Interaksi terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu

iklim untuk hubungan antarpribadi 4) Fungsi Kepribadian (personal)

ialah yang terdapat dalam ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

63

partisipasi. 5) Fungsi Pemecahan Masalah (heuristic) terdapat dalam

ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab kepada sesuatu

masalah atau persoalan 6) Fungsi Khayalan (imaginative) ialah

ungkapan yang mengajak pendengaran untuk berpura- pura atau

simulasi suatu keadaan seperti yang dilakukan anak-anak kalau bermain

rumah-rumahan atau sekolah-sekolahan 7) Fungsi Informasi yang

memberitahukan suatu hal (informasi) kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, Permainan Beberan juga dapat

berfungsi sebagai berikut:

1) Melatih konsentrai, ketelitian dan kesabaran pada anak

2) Melatih anak untuk berinteraksi sosial dengan teman sebayanya

3) Melatih tanggung jawab anak

4) Mengenalkan anak pada sistem, konsep bilangan dan konsep huruf

5) Melatih anak untuk berimajinasi melaui gambar/simbol-simbol

untuk mengekseperesikan ide/gagasan kepada orang lain

6) Melatih anak untuk berkerjasama dengan teman sebayanya

7) Melatih anak untuk percaya diri dan mandiri

8) Melatih anak memahami peraturan dalam sebuah permainan

Dari fungsi diatas, maka Permainan Beberan memiliki dampak

positif terhadap Kemampuan Bahasa anak yaitu 1) melatih konsentrasi

2) anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya di kelas 3) anak

bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugasnya dan merapikan

kembali mainannya setelah kegiatan Permainan Beberan 4) anak

mampu mengenak sistem, konsep bilangan dan kosep huruh dalam

Permainan Beberan 5) anak dapat berimajinasi dan mengeluarakan

ide/gagasan yang di miliki anak 6) anak dapat berkerjasama dengan

teman sebayanya untuk melatik kekompakan pada kelompok telah

dibagi 7) anak dapat percaya diri karena dilatih kemampuan bahasanya

dengan mandiri dilatih melalui materi permainan beberan 8) anak

bermain dengan memahami peraturan-peraturan yang diberikan oleh

guru agar ketika bermaian anak dapat tertib dan kondusif di kelas.

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

64

d. Tata Cara Permainan Beberan

Menurut Fauziddin (2014: 39-40) Tata cara permainan beberan sebagai

beriku:

1) Anak membentuk kelompok

2) Satu kelompok terdiri dari 4-6 anak

3) Kelompok diatur berpasangan dan berhadapan

4) Materi permainan dapat berupa gambar, huruf, angka, melafatkan

bacaan atau gambar lain (sesuai dengan materi yang di sampaikan)

5) masing-masing gambar sudah disiapkan dalam kotak diberi angka 1

sampai 6 di atas kotak

6) Disediakan dadu untuk menentukan kotak nomor 1- 6 yang akan

menunjuk materi untuk diperaktekkan oleh anak

7) Jika persiapan telah selesai, permainan dapat di mulai dan guru

menunjuk salah satu kelompok untuk mendapat giliran melempar

dadu

8) Kemudian angka yang di tunjuk oleh dadu menjadi angka penentu

gambar yang di peragakan oleh semua kelompok tersebut

9) Kemudian guru memberi petunjuk materi gambar sesuai dengan

angka yang di dapat kelompok tersebut

10) Selanjutnya seluruh anggota kelompok memperagakkan gerakkan,

menyususun huruf, bercerita, melafatkan bacaan yang terdapat

pada gambar dan materi lainnya, sedangkan kelompok lainnya

memperhatikan dan meneliti kebenarannya kemudian bergantian

dengan kelompok lain.

11) Setiap kelompok akan dikenakkan materi yang sama yang di

keluarkan angka dadu dan dilakukan secara bergantian.

12) Apabila ada kelompok yang belum bisa memperagakan gerakan

dan bacaan sesuai gambar, maka tugas guru adalah memberikan

contoh dan menuntunnya secara bersama-sama (Fauziddin, 2014:

39- 40).

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

65

e. Alat Permainan Beberan

Alat permainan yang digunakan dan dibutuhkan yaitu:

1) Satu beberan dengan ukuran 1 meter

2) Satu anak kubus/ dadu dengan ukuran disesuaikan

3) Enam kotak warna dan sekaligus angka 1-6 yang ditempel pada

kotak sesuai nilai angka dadu

4) Materi yang berhubungan Kemampuan Bahasa dapat berupa

gambar, konsep bilangan, konsep huruf, menempel, atau berupa

bacaan.

B. Penelitian Terdahulu

Kajian teradahulu yang relevan atau sama dimaksud untuk

mendukung kajian teori yang sudah dikemukakan sebelumnya sehingga dapat

di gunakan sebagai landasan pada penyusunan kerangka berfikir dan

kemungkinan adanya unsur-unsur yang dapat mendukung peneliti yang

sedang di lakukan, dan peneliti mengemukan persamaan dan perbedaan

bidang kajian yang diteliti antara peneliti dengan dengan peneliti-peneliti

sebelumnya, adapun peneliti terdahulu:

1. Khadijah Nasution, “ Mengembangkan Kemampuan Bahasa anak

Melalui Metode Cerita Bergambar di Kelompok B PAUD Lestari Pekan

Labuhan Tahun Ajaran 2012-201”. Dan simpulkan dari hasil penelitian

bahwa penerepan metode bercerita bergambar untuk meningkatkan

perkembangan kemampuan bahasa pada anak usia dini kelompok B

PAUD Lestari Pekan Lembuhan dapat di Katakan Berhasil.

2. Rosmiyanti, IAIN Raden Lampung, “Upaya Mengembangkan

Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia Dini (3-4 Tahun) Melalui Metode

Bercerita Di PAUD Khadijah Sukareme Bandar Lampung. Dari hasil

penelitian dinyatakan berhasil melakuka Upaya Mengembangkan

Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini (3-4 tahun) melalui metode

bercerita.

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

66

3. Skripsi di tulis oleh Yulianti Gustina, program studi S1 Pendidikan Guru

Anak Usia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Magelang 2013, yang berjudul “Efektivitas Bercerita

Menggunakan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Kemampuan

Bahasa Verbal Anak Usia Dini”. Bahwa penelitian ini memiliki

persamaan menggunakan kemampuan bahas.

C. Kerangka Berfikir

Perkembangan bahasa anak berjalan secara linier dan progresif sampai

setiap tahap melandasi tahap berikunya. Pentingnya bagi anda bagi anda

untuk menyediakan kesempatan berbahasa yang kaya bagi bayi dan batita

sehingga setiap anak dapat bergerak maju ke setiap tingkatan dan merah

kompetensi berbahasa yang mereka butuhkan untuk memaksimal kemampuan

mereka seutuhnya.

Menurut dhieni, et. al, (2005: 1.8) bahwa bahasa mencakup cara untuk

berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam

bentuk untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu

dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat,

bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk mengungkapkan

sesuatu.

Menurut Bromley (1992) (dalam Dhieni, et. al, (2005: 1.8)

mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer

berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol –simbol visual

maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dibaca,

sedangkan simbol-simbol dapat verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak

dapat memanipulasi simbol –simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai

dengan kemampuan berpikirnya.

Menurut Dhieni, et. al, (2005) perkembangan berfikir anak-anak usia

Taman Kanak-Kanak atau prasekolah sangat pesat. Perkembangan intelektual

anak yang sangat pesat terjadi pada kurun usia nol sampai usia prasekolah.

Masa usia taman kanak –kanak itu dapat disebut sebagai masa peka belajar.

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

67

Dalam masa-masa ini segala potensi anak dapat dikembangkan secara

optimal, tentunya dengan batuan orang tua dan guru Taman Kanak –kanak.

Salah satunya kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia Taman

Kanak –Kanak adalah kemampuan Bahasa. Kemampuan menggunkan bahasa

secara efektif sangat berperan sangat berperan penting terhadap kemampuan

belajar anak. Kemampuan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis semua itu melibatakan proses kognitif (berfikir) dan kosa kata yang

sama

Beberapa ciri-ciri kecerdasan bahasa antara lain kemampuan untuk

berfikir dalam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan

berbagai makna yang majemuk, peka terhadap arti kata, susunan kata, macam

kata, bunyi, irama, dan nada suara, mampu merefleksikan penggunaan bahasa

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang sangat mempengaruhi

adalah stimulus yang di berikan kepada anak masih kurang, pembelajaran dan

permainan yang selalu menonton, sehingga membuat kecerdasan bahasa

pada anak kurang optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya memperhatikan

pentingnya kecerdasan bahasa bagi anak usia dini.

Hal yang dapat mempengaruhi kemampuan bahasa dengan

memberikan stimulus berupa permainan yang lebih menarik untuk kegiatan

pembelajaran dan bermaian yaitu permainan beberan

(Fauziddin, 2014: 39- 40). Permaian beberan adalah permainan yang

membentuk kelompok, mengenal berbagai materi sesuai dengan materi yang

di sampaikan. Permainan beberan ini menggunkan gambar yang masing-

masing gambar sudah di beri angka 1sampai 6 dan di sediakan dadu untuk

nomor yang akan ditunjuk untuk dipraktekan oleh anak. permainan ini bisa

dilakukan secara bervariasi dan menarik sehingga akan mempengaruhi

kecerdasan bahasa anak. anak akan lebih aktif, berkerja sama dengan

temanna, bertanggung jawab dan akan terasah dan terarah dengan materi

yang akan di sampaikan kepada guru.

Penjelasan diatas dapat disusun suatu kerangka berfikir untuk

menjelaskan arah, maksud dan tujuan penelitian. Dalam peneliti ini, peneliti

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa

68

ingin mengetahui apakah ada pengaruh permainan beberan terhadap

kemampuan bahasa, yang diberi perlakuakan adalah kelas eksperimen.

Gambar c.1 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotensis

Menurut Sugiyono (2014: 64) mengatakan Hipotensis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Dikatakan sebuah sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum di dasarkan fakta-fakta empiris yang di

peroleh melalui pengumpulan data.

Menurut sugiyono (2014: 65) terdapat dua macam Hipotensis

penelitian yaitu: Hipotensis Kerja (Ha) adanya hubungan antara variable X

dan Y dan Hipotensis Nol (Ho) tidak ada hubungan antara variable X dan Y

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas diajukan

hipotensis penelitian yaitu “Ada Pengaruh permainan beberan terhadap

kemampuan bahasa pada kelompok B di tk intan permata aisyiyah makamhaji

tahun ajaran 2018/2019”.

Permaianan

beberan

Kemampuan

Bahasa