25
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI PERGELANGAN KAKI 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian yaitu articulatio subtalaris, articulatio talocruralis, dan articulatio tibiofibularis distal. ketiganya berkerjasama untuk mengatur pergerakan kaki bagian belakang sehingga dapat menghasilkan gerakan inversio-eversio, endorotasi eksorotasi, dan plantarfleksi-dorsofleksi. Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya membentuk gerakan pronasi dan supinasi. 7 a. Articulatio subtalaris Articulatio subtalaris terbentuk dari talus dan calcaneus, sendi ini berfungsi untuk melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi dengan tungkai bawah yang memiliki aksis longitudinal, gerakan tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan oleh kaki yang memiliki aksis tranversal sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan pronasi pada kaki. terdapat dua articulatio pada articulatio subtalaris yaitu articulatio subtalaris anterior dan articulatio subtalaris posterior pemisahnya adalah ligamentum talocalcaneare interosseum. Ligamentum talocalcaneare interosseum berfungsi menahan pergeseran talus kearah medial. Saat supinasi bagian depan ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum akan menjadi kendor. 6,7 b. Articulatio talocrulalis Articulatio talocrulalis terbentuk dari ujung distal tibia dan fibula serta bagian atas dari talus, terdapat dua ligamentum pada articulatio talocruralis, yaitu: 1) Ligementum mediale atau deltoideum Ligamentum dengan puncak yang melekat pada ujung malleolus medialis, ligementum mediale atau deltoideum merupakan ligamentum yang kuat. Serabut bagian dalam ligementum mediale atau deltoideum melekat pada permukaan medial corpus tali serta serabut superficial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/159/jtptunimus-gdl-eriksetyaw... · M. fibularis tertius ... Ada 3 pengertian dalam hal lompatan,

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PERGELANGAN KAKI

1. Persendian pada Pergelangan Kaki

Pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian yaitu articulatio subtalaris,

articulatio talocruralis, dan articulatio tibiofibularis distal. ketiganya

berkerjasama untuk mengatur pergerakan kaki bagian belakang sehingga dapat

menghasilkan gerakan inversio-eversio, endorotasi eksorotasi, dan

plantarfleksi-dorsofleksi. Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya

membentuk gerakan pronasi dan supinasi.7

a. Articulatio subtalaris

Articulatio subtalaris terbentuk dari talus dan calcaneus, sendi ini

berfungsi untuk melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi dengan

tungkai bawah yang memiliki aksis longitudinal, gerakan tungkai bawah ini

selanjutnya diteruskan oleh kaki yang memiliki aksis tranversal sehingga

memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan pronasi pada kaki. terdapat

dua articulatio pada articulatio subtalaris yaitu articulatio subtalaris

anterior dan articulatio subtalaris posterior pemisahnya adalah ligamentum

talocalcaneare interosseum. Ligamentum talocalcaneare interosseum

berfungsi menahan pergeseran talus kearah medial. Saat supinasi bagian

depan ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum akan menjadi

kendor.6,7

b. Articulatio talocrulalis

Articulatio talocrulalis terbentuk dari ujung distal tibia dan fibula serta

bagian atas dari talus, terdapat dua ligamentum pada articulatio

talocruralis, yaitu:

1) Ligementum mediale atau deltoideum

Ligamentum dengan puncak yang melekat pada ujung malleolus

medialis, ligementum mediale atau deltoideum merupakan ligamentum

yang kuat. Serabut bagian dalam ligementum mediale atau deltoideum

melekat pada permukaan medial corpus tali serta serabut superficial

6

yang melekat pada bagian medial talus, susutentaculum tali, ligamentum

calcaneonaviculare plantare, dan tuberositas ossis naviculare. 7

2) Ligamentum lateral

Ligamentum lateral terdiri dari 3 pita penyususun yang memiliki

kekuatan lebih lemah daripada ligamentum mediale. Ligamentum lateral

terdiri dari ligamentum talofibulare anterior yang berjalan dari malleolus

lateralis ke permukaan lateral talus, ligamentum calcaneofibulare

berjalan dari ujung malleolus lateralis kearah bawah dan belakang

menuju permukaan lateral calcaneus, ligamnetum talofibulare posterior,

berjalan dari malleolus lateralis ke tuberculum posterior ossis tali.7

c. Articulatio tibiofibularis distal

Articulatio tibiofibularis distal merupakan sendi yang terbentuk dari

pertemuan tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga

pergerakanya terbatas. Sendi ini posisinya distabilkan oleh membrane

interoseum yang tebal serta ligamentum tibiofibularis anterior et posterior.

Syndesmosis articulatio tibiofibularis distal ini diperlukan untuk kestabilan

bagian atap dari articulatio talocruralis.7

2. Otot tungkai bawah dan gerakan sendi pergelangan kaki

Gerakan sendi pergelangan kaki didukung oleh beberapa otot, berikut

adalah penjabaran otot yang fungsinya berkaitan dengan pergerakan sendi

pergelangan kaki:

a. M. tibialis anterior

Otot ini terletak sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus lateralis

hingga bagian medial dari bagian tarsometatarsal. Setelah sampai

duapertiganya otot ini merupakan tendo. Origonya berada pada tibia dan

membrana interossea, sedangkan insersionya berada pada os. metatarsal I,

Otot ini dipersarafi oleh N. fibularis profundus dan berfungsi melakukan

dorsofleksi dan supinasi kaki.8,22

b. M. extensor digitorum longus

Otot ini terletak disebelah lateral pada M. tibialis anterior di bagian

proximal dan M. extensor hallucis longus di bagian distal. Otot ini berorigo

pada tibia dan membrana interossea, berinsersio pada phalanx medial dan

7

distal digitorum II-V, dipersarafi oleh N. fibularis profundus. Fungsinya

untuk dorsofleksi dan abduksi.8,22

c. M. extensor hallucis longus

Otot ini bagian proximal terletak dibawah M. tibialis anterior dan M.

extensor digitorum longus. Berorigo pada fibula dan membrana interossea,

berinsersio pada phalanx distalis digiti I. Dipersarafi oleh N. fibularis

posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi. 8,22

d. M. fibularis tertius

Otot ini merupakan otot kecil yang terletak di lateral M. extensor digitorum

longus. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada os.

metatarsal V. Dipersarafi oleh N. fibularis posterior dan berfungsi untuk

dorsofleksi dan pronasi.8,22

e. M. fibularis longus

Otot ini terletak dibagian lateral tungkai bawah, berorigo pada fibula dan

berinsersio pada os. metatarsal I. Dipersarafi oleh N. fibularis superficialis

dan berfungsi untuk plantarfleksi, eversio dan abduksi.8,22

f. M. fibularis brevis

Otot ini terletak dibagian posterior dari M. fibularis longus. Berorigo pada

fibula dan berinsersio pada tuberositas ossis metatarsal V. Dipersarafi N.

fibularis superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, abduksi dan

eversio.8,22

g. M. gastrocnemius

Otot ini merupakan otot paling luar di bagian posterior tungkai bawah.

Berbentuk seperti tanduk dan bersama dengan M. soleus membentuk

triceps surae. Berorigo pada condylus femoralis dan berinsersio pada tuber

calcanei melalui tendo Achilles. M. gastrocnemius adalah otot yang kuat

dan fungsinya sebagai fleksi tungkai bawah serta plantarfleksi.8,22

i. M. soleus

Otot ini Berada di bagian dalam dari M. gastrocnemius. Otot ini memiliki

fungsi menghambat gerakan dorsofleksi sehingga gerakan yang dapat

dilakukan adalah plantarfleksi. Origonya pada linea musculi solei tibia et

fibula, insersionya pada tuber calcanei serta dipersarafi oleh N. tibialis.8,22

8

j. M. tibialis posterior

Otot ini merupakan otot yang terletak paling dalam pada bagian posterior

tungkai bawah. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio

pada tuberositas ossis naviculare. Dipersarafi oleh N. tibialis dan berfungsi

untuk plantarfleksi, supinasi dan mempertahankan arcus longitudinal.8,2

k. M. flexor digitorum longus

Otot ini berorigo pada facies posterior tibia, fascia cruris lembar dalam dan

berinsersio pada phalanx distal digitorum II-V. Persarafannya berasal dari

N. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan adduksi.6,8

l. M. flexor hallucis longus

Otot ini berorigo pada facies posterior fibula, fascia cruris lembar dalam

dan membrana interossea cruris, insersionya pada phalanx distal digiti I.

Dipersarafi oleh N. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan

adduksi.6,8

3. Analisis Gerakan Berjalan, Berlari, Melompat

Manusia mempunyai kekhususan dapat berdiri tegak dan berjalan bipedal

yang berarti organisme yang bergerak di permukaan tanah dengan dua tungkai.

Gerakan yang terjadi pada manusia yang melibatkan sistem lokomosi antara

lain :6

a. Berjalan

Berjalan adalah hasil dari hilangnya keseimbangan pada sikap berdiri

dari kedua kaki secara berturut-turut. Setiap keseimbangan dari suatu kaki

hilang, diganti atau diikuti oleh tumpuan baru pada kaki yang lain, sehingga

terjadi keseimbangan kembali. Laju ke depan pada peristiwa berjalan,

disebabkan kombinasi dari tiga kekuatan yang berkerja yaitu:6

1) Kekuatan otot yang menyebabkan tekanan pada kaki permukaan tupuan,

2) Gaya berat yang berusaha menarik tubuh kedepan dan ke bawah bila

tidak keseimbangan, dan

3) Kekuatan momentum yang bermaksut mempertahankan kekuatan yang

tetap.

9

Kekuatan-kekuatan lain yang membantu adalah pemindahan momentum

ayunan lengan, yang semula dimaksudkan untuk membantu

keseimbangan.6

Terdapat fase-fase dalam gerakan berjalan. fase menyokong (stance

phase) terdiri atas fase menghambat (double support) dan fase

mendorong/propulasi (propulasion phase) atau fase disaat hanya satu kaki

yang menyangga (single support), fase mendorong merupakan permulaan

fase mengayun.

Berjalan dimulai dari sikap berdiri dimana garis tumpuan berada pada

kedua kaki, jika kaki kiri akan dilangkahkan tumpuan berpindah pada kaki

kanan. Tungkai kiri selanjutnya didorong ke depan dan terjadi antefleksi

tungkai kiri yang dilakukkan oleh M. ilopsoas, M. rectus femoralis sampai

kaki kiri tidak menapak tanah (fase propulsi). Apabila panggul bagian kiri

cenderung menurun maka akan dilawan oleh kontraksinya M. gluteus

medius dan M. gluteus minimus sebelah kanan. M. gluteus medius dan M.

gluteus minimus secara bersamaan memutar panggul kiri kedepan serta

membantu mengayunkan tungkai kiri maju dan memperbesar langkah,

selanjutnya titik berat bergerak ke depan dan badan hendak jatuh ke depan,

bersamaan dengan proses ini terjadi plantarfleksi kaki kanan oleh

kontransinya M. triceps surae dan calcaneus kanan terangkat dari tanah.

Titik berat yang tadinya turun sekarang naik kembali, selanjutnya tumit kiri

mengenai tanah sebagai pusat putaran kaki yang dimulai berturut-turut dari

lateral telapak kaki kiri menuju ke distal sampai ossis metatarsalis.

Kaki kanan melepas diri dari tanah bersamaan dengan dorsofleksi pada

articulatio metatarso phalangeales meski jari-jari kaki masih kokoh

berpijak. Akhir gerakan berjalan garis berat melalui caput ossis

metatarsalis I kanan berpindah. Oleh karena itu, tubuh jatuh kedepan dan

saat itu calcaneus kanan meninggalkan tanah. Akibatnya terus menurunya

titik berat dapat dihindari, calcaneus kiri mengenai tanah dan kaki kiri

mulai menampung berat badan.6

Tungkai kanan difleksi pada articulatio genus, tetapi masih mengenai

tanah lewat jari-jari kaki (fase prolasi). Kaki kiri selanjutnya menapak

10

seluruhnya dan menjadi kaki penyokong. Kaki kanan meningglakan tanah

dan tungkai kanan dilakukan antefleksi dalam articulatio coxae (fase

mengayun). Gerakan ini tungkai bawah terlempar kedepan sampai M.

semitendinosus, M. semimembranosus, dan M. biceps femoralis tertarik,

sehingga gerakan tungkai ini telambat.6

Setelah terjadi ekstensi pada articulatio genus kanan, gerakan melempar

(fase mengayun) dapat dianggap selesai dan tuber calcanei mengenai tanah

karena titik berat badan berpindah kedepan selanjutnya seluruh kaki

menapak ke tanah. Menapaknya kaki tidak disebabkan flexio plantar

articulatio talocrularis, melainkan oleh gerakan majunya badan. Timbulnya

fleksi pada articulatio genus yang dilawan oleh kontraksi M. quadricep

femoris dan ketika kaki menapak di tanah, pada tungkai terjadi anteflexi

articulatio genus serta anteflexi articulatio coxae, selanjutnya terjadi

ekstensi di articulatio genus dan retroflexi di articulatio coxae sehingga

kaki kanan menjadi kaki penyokong dan titik berat naik lagi.6

Fase pendorong (propulsi) merupakan waktu antara kaki ada di titik

bawah bertumpu sampai meninggalkan tanah. Fase penghambat yaitu

waktu antara kaki mengenai tanah sampai tumpuan kaki ada di bawah titik

berat). Ketika calcaneus kaki meninggalkan tanah, tungkai kaki diretroflexi

lebih banyak dari pada yang dilakukan di dalam articulatio coxae, dengan

demikian inklinasi pelvis harus ditambah karena badan harus tetap tegak.

penambahan inklinasi hanyak dimungkinkan bila terjadi retroflexi di

columna vertebralis daerah lumbalis sehingga lordosis lumbalis harus di

tambah.6

Articulatio coxae kanan juga bergerak ke depan ketika tungkai kanan

dilempar ke depan, ini hanya dapat terjadi bila ada rotasi dalam columna

vertebralis yang hanya mungkin terjadi di daerah thoracalis dan endorotasi

tungkai pada articulatio coxae kiri. Pada fase mendorong timbulnya

kekuatan yang dapat dianalisis dalam kekuatan vertikal dan kekuatan

horizontal, kekuatan vertikal lebih besar dari pada horizontal. Pada

permulaan fase mendorong ada percepatan pada gerakan maju. Pada fase

ini, berjalan dengan ibu jari kaki menuju ke depan ada saatnya tumit

11

terangkat. Karena itu terjadi hyperextensi dalam articulation metatarso

phalangealis sehingga flexor jari kaki tertarik. Tekanan otot tersebut

menimbulkan reflex tarikan sehingga otot-otot berkontraksi.6

b. Berlari

Gerakan lari pada dasar sama dengan gerakan jalan. Gerakan lari tidak

dijumpai fase menapak ganda (double support) dan dijumpai fase

melayang, sehingga ada waktu tidak dijumpainya pijakan. Pada gerakan

lari, fase menyokong merupakan bagian yang sangat kecil dalam siklus

dibandingkan dengan gerakan jalan. Fase propulsi umumnya terjadi lebih

cepat (segera) setelah kaki menapak tanah, sebab titik berat bergerak ke

depan secara lebih cepat. Karena badan bergerak cepat, maka otot-otot

ekstensor dari articulatio coxae, articulatio genus, dan articulatio

talocruralis dan flexor digiti pedis melakukan kontraksi secara cepat

dengan kekuatan yang besar pula. Secara umum pada gerakan lari, badan

mempunya inklinasi ke depan yang lebih besar daripada gerakan jalan,

gerakan rotasi pada pelvis dan columna vertebralis sangat meningkat, dan

gerakan pada lengan menjadi lebih tinggi dan kuat.6

c. Melompat

Pada dasarnya melompat merupakan peningkatan gerak dari berlari,

dalam pengertian waktu yang digunakan pada fase melayang atau fase

terbang atau fase terbang lebih lama dan langkah yang dihasilkan lebih jauh

(lebih panjang) daripada langkah berjalan atau lari. Melompat merupakan

gerak melempar tubuh kearah vertikal dengan kekuatan sendiri layaknya

gerak sebuah proyektil.6

Ada 3 pengertian dalam hal lompatan, yaitu:

1) Bila pada waktu mendarat dilakukan oleh kedua kaki secara bersama, di

sebut lompat (jump)

2) Bila pada waktu mendarat dilakukan oleh satu kai yang sama dengan

kaki yang digunakan pada awal propulasi, disebut jangkit (hop)

3) Bila pada waktu mendarat dilakukan oleh satu kaki yang berlainan

dengan kaki yang digukan kaki yang digunakan pada awal propulsi,

disebut loncat (leap)

12

Pada awal lemparan (propulsi) umumnya dipakai kekuatan explosive,

yang diperoleh dari kekuatan otot-otot yang bekerja pada sendi loncat dan

kelentinga arcus pedis.6

4. Inervasi Pergelangan Kaki

Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus

sacralis. Persarafan otot yang berfungsi untuk mengatur pergerakan

pergelangan kaki berasal dari N. tibialis, N. tibialis profundus, dan tibialis

superficiallis. sedangkan saraf sensoriknya berasal dari N. suralis dan

saphenous.7

Otot-otot penggerak sendi pergelangan kaki yaitu : M. tibialis anterior, M.

extensor digitorum longus, M. peroneus tertius, M. extensor halluces longus

diinervasi oleh N. peroneus profundus. M. gastrocnemius, M. soleus, M.

planataris, M. popliteus, M. flexor digitorum longus, M. flexor hallucis longus,

M. tibialis posterior diinervasi oleh N.tibialis, dan M. peroneus longus, M.

peroneus brevis diinervasi oleh N. peroneus superfisialis.6

5. Gangguan Klinis Sendi pergelangan Kaki

Pergelangan kaki sering mengalami gangguan berupa cedera pada saat

aktivitas olahraga, berikut adalah gangguan klinis yang terjadi pada saat

aktivitas olahraga :

a. Strain

Strain adalah cedera otot, termasuk cedera otot dan jaringan ikat yang

berhubungan dengan otot yang melekat dengan tulang. gerakan yang dapat

mengakibatkan strain salah satunya adalah gerakan melompat. saat

melompat sendi kaki akan melakukan gerakan plantar fleksi karena

kontraksi M. gastrocnemius. Ketika mendarat pada gerakan melompat

tendo dan otot pergelangan kaki akan berisiko terjadi strain. Tendo pada M.

tibialis anterior dan tibialis posterior juga merupakan bagian yang dapat

terjadi strain.8

b. Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering

terjadi pada berbagai cabang olahraga. Sprain terjadi akibat dari tarikan

secara tiba-tiba pada pergelangan kaki biasa disebut dengan keseleo, cedera

13

ini terjadi karena inversio maupun eversio kaki berlebih pada kaki sehingga

ligamentum lateral mengulur atau robek, bahkan dapat tejadi lepasnya

ligamentum pada perlekatan tulang, cedera pada pergelangan kaki dapat

mengenai ligamentum calcaneofibularis, ligamentum talofibularis anterior

dan ligamentum talofibularis posterior, bahkan dapat mengenai ligamentum

talocalcaneare interoseum.8

c. Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya, patah tulang pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh

tarikan seperti sprain, namun fraktur penyebabanya adalah eversio yang

berlebihan sehingga sering menyebabkan fraktur pada malleolus lateralis.

Fraktur malleolus lateralis yang dapat mengakibatkan pemisahan antara

tibia dan fibula sehingga sendi mengalami pelebaran. Pengobatan secara

adekuat dan secepat mungkin penting untuk mencegah kelainan permanen

pada sendi pergelangan kaki.8

6. Analisis Anatomi Sendi Pergelangan Kaki

Sendi pergelangan kaki terbentuk dari gabungan articulatio subtalaris,

articulatio talocrularis, dan articulatio tibiofibularis distal yang

memungkinkan terjadinya gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, inversio, eversio,

abduksi, adduksi, supinasi dan pronasi. Articulatio subtalaris terbentuk dari

talus dan calcaneus, sendi ini berfungsi untuk melakukan gerakan endorotasi

dan eksorotasi dengan tungkai bawah yang memiliki aksis longitudinal,

gerakan tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan pada kaki yang memiliki

aksis tranversal sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan

pronasi pada kaki.6,7

Pada articulatio talocruralis dapat terjadi gerakan dorsofleksi, yaitu

gerakan dimana jari-jari menunjuk ke arah atas. Gerakan dorsofleksi dilakukan

oleh M. tibialis anterior, M. extensor hallucis longus, M. extensor digitorum

longus, M. fibularis tertius dan dihambat tendo Achilles yang menegang,

serabut posterior ligamentum mediale serta ligamentum calcaneofibulare.

Selama dorsofleksi articulatio talocruralis, bagian anterior trochlea tali

dipaksakan berada di antara malleolus medialis et lateralis sehingga

14

menyebabkan sedikit terpisah dan tegangnya ligamentum tibiofibularis distal.

Selain letaknya yang berada diantara malleolus, trochlear tali bagian depannya

lebih lebar daripada bagian belakang, hal ini membuat tochlear tali terlihat

banguan berbentuk seperti baji. Bentuk dan posisi seperti ini membuat

kestabilan sendi akan menjadi maksimal ketika dilakukan gerakan dorsofleksi

dan akan menjadi minimal ketika dilakukan gerakan plantarfleksi.6,23

Gerakan plantarfleksi dilakukan oleh M. gastrocnemius, M. soleus, M.

plantaris, M. fibularis longus, M. fibularis brevis, M. tibialis posterior, M.

flexor digitorum longus dan M. flexor hallucis longus dan dihambat oleh

tegangnya otot-otot yang berlawanan, serabut anterior ligamentum mediale

serta ligamentum talofibularis anterior. Pada keadaan plantarfleksi maksimal

ligamentum articulatio tibiofibularis distal kurang tegang sehingga

memungkinkan gerakan rotasi, abduksi dan adduksi. Gerakan lain yang juga

mampu dilakukan adalah inversio dan eversio, namun pergerakan ini dibatasi

oleh ligamentum laterale dan ligamentum mediale.23

Pada sendi tarsal dapat terjadi gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, supinasi

dan pronasi. Otot yang membantu dorsofleksi sendi tarsal merupakan otot yang

juga melakukan gerakan dorsofleksi pada articulation talocruralis. Sedangkan

pada gerakan plantarfleksi, otot yang berperan adalah M. tibialis posterior,

M. flexor digitorum longus, M. flexor hallucis longus, m fibularis brevis dan

M. fibularis longus. Gerakan lainnya yaitu supinasi merupakan gabungan

inversio dan adduksi, otot yang berperan yaitu M. tibialis anterior (saat

dorsofleksi), M. tibialis posterior (saat plantarfleksi), M. flexor digitorum

longus dan M. flexor hallucis longus. Pada saat pronasi (eversio dan abduksi)

otot yang berkerja adalah M. fibularis longus, M. fibularis brevis, M. fibularis

tertius dan M. extensor digitorum longus.23

7. Analisis Mekanik Sendi Pergelangan kaki

Mekanisme gerak pada sendi pergelangan kaki terdapat pada sendi loncat

bagian atas atau articulatio talocruralis dibentuk oleh facies articularis inferior

tibiae, facies articularis malleoli medialis tibiae dan articularis malleoli

lateralis fibulae di satu pihak, dan trochlea talii seperti dijepit. Trochlea tali

terjepit diantara kedua malleoli, tetapi sendi ini merupakan sendi yang

15

fleksibel. Menurut bentuk facies articularis sendi ini merupakan articulatio

trochlearis. Axis gerak adalah axis transversal yang melewati kedua malleoli.

Gerakan yang terjadi adalah fleksi (dorsofleksi) dan ekstensi (plantarfleksi).

Trochlea tali pada bagian distal (anterior) lebih lebar, sehingga pada waktu

ekstensi malleolus lateralis agak terpisah dari tibia, dan ligamentum antara

kedua tulang menjadi tegang. Capsula articularis pada sendi ini di sebelah

depan dan belakang longgar sehingga memungkinkan fleksi dan ekstensi.

Capsula articularis diperkuat oleh ligamentum yang berfungsi sebagai

ligamentum collaterale. Saat berjalan gaya berat menarik tungkai bawah ke

depan, untuk mencegahnya articulatio talocruralis mempunyai susunan

khusus.6,17

Penampang lintang trochlea tali lebih besar pada bagian depan daripada

di bagian belakang , kedua malleoli tidak terletak tepat disamping trochlea

tetapi sedikit dibelakang. Sehingga trochlea tali yang merupakan ossa

sesamoidea ini tidak bergeser ke belakang. Gerakan lain yaitu bergesernya kaki

terhadap tungkai bawah dihalangi oleh oleh susunan ligamentum dari tibia

atau fibula yang berjalan ke arah belakang melekat pada talus atau

calcaneus. Susunan lain yang juga menjaga gerakan sendi ini adalah ujung

distal tibia yang mempunyai perluasan ke bawah pada bagian posteriornya

serta ligamentum tibiofibularis posterior yang dapat merupakan perluasan

lekuk sendi di sebelah belakang tochlear tali sehingga ligamentum ini

menghalangi bergesernya tungkai bawah ke depan.6

B. CEDERA PADA OLAHRAGA

1. Pengertian dan Penyebab Cedera Olahraga

Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka

yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera dalam dunia olahraga yaitu

rusaknya jaringan (lunak atau keras) baik otot, tulang, atau persendian yang

disebabkan oleh kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas yang melebihi batas

beban latihan (overtraining) yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri dan

atau akibat dari kelebihan latihan dalam memberikan pembebanan yang terlalu

berat (overload) sehingga otot, tulang, atau persendian tidak lagi dalam

keadaan atau posisi anatomis (dislokasi) 11,17,18

. Cedera dalam olahraga adalah

16

segala macam cedera yang timbul pada waktu latihan ataupun pada waktu

pertandingan olahraga.19

2. Patofisiologi dan Diagnosis Cedera Olahraga

Terdapat dua macam cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma

akut dan Over use Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut

adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti robekan

ligamentum, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah tulang. Cedera akut

pada umumnya memerlukan pertolongan profesional. Sindrom pemakaian

berlebihan sering dialami oleh atlet, berawal dari adanya suatu kekuatan yang

sedikit berlebihan, namun berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu

lama. Sindrom ini kadang memberi respon yang baik dengan pengobatan

sendiri.11,13

Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang

terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan

functiolaesa (penurunan fungsi). Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar

(vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen

dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini yang

mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih rubor. Cairan darah yang banyak

dikirim di lokasi cedera akan keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan

menyebabkan tumor. Dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di

lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Kondisi

ini yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih kalor dibanding dengan lokasi

lain.11,13

Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung

saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga

ditimbulkan oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di

lokasi cedera. Rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi

organ atau sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functiolaesa.11,13

3. Jenis Cedera Olahraga

Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera

memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit,

dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera

17

olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan,

ligamentum, dan fasia.11

a. Memar (Contusio)

Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah

kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.

Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,

sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar

ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.

Timbulnya pendarahan di daerah yang terbatas disebut hematoma dan bisa

timbul nyeri. Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan

pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Lokasi memar yang

mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan

kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan

memungkinkan luka sayat.11

b. Cedera pada Otot dan Ligamentum

Cedera pada otot dikenal dengan istilah strain sedangkan cedera pada

ligamentum dikenal sebagai sprain.

1) Strain

Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena

penggunaan yang berlebihan atau stres yang berlebihan. Strain menjadi

dibagi 3 tingkatan11

, yaitu:

a) Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum

sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.

b) Strain Tingkat II

Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon.

Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi

penurunan kekuatan otot.

c) Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo

tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan,

kalau diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang

18

mungkin terjadi dalam cabang olahraga sepak bola yaitu punggung,

dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan

pergelangan kaki.

2) Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering

terjadi pada berbagai cabang olahraga. Hal ini terjadi karena stres

berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-

ulang dari sendi.

Berdasarkan berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga

tingkatan11

, yaitu :

a) Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan

hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri

tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

b) Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,

tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera

menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan

yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian

tersebut.

c) Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya

terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat

darah dalam persendian, pembengkakan, tidak dapat bergerak seperti

biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

c. Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu,

ankle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan

resiko dislokasi adalah ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami

cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena energi eksternal yang

19

berupa tekanan dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam

tubuh.11

d. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya, patah tulang pada pergelangan kaki biasanya disebabkan

oleh tarikan seperti sprain. Fraktur dibagi berdasarkan kontinuitas patahan,

patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.

2) Patah tulang stres, dimana tulang retak tetapi tidak terpisah.

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh,

membagi patah tulang manjadi:

1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit di

atasnya dan tulang keluar.

2) Patah tulang tertutup dimana fragmen tulang tidak menembus

permukaan kulit.

e. Kram Otot

Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau

sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. Penyebab kram adalah otot

yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan. Adanya

gangguan sirkulasi darah yang menuju otot sehingga menimbulkan kejang

pada otot. Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram.11

antara lain

adalah:

1) Kelelahan otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa

metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang

otot/ saraf hingga terjadi kram.

2) Kurang memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh

kurang memiliki kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap

latihan.

f. Perdarahan

Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari

trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat

20

menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan syok (gangguan

kesadaran).11

g. Kehilangan Kesadaran (Pingsan)

Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan

singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa.

Hal merupakan akibat dari:

1) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen

sementara.

2) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan

hebat.

3) Karena jatuh dan benturan.

h. Luka

Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan

jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian

dapat mengalami infeksi. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar

untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak

langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang

dipakai.11

4. Lokasi Cedera Olahraga

Lokasi cedera olahraga terjadi di beberapa bagian tubuh, antara lain :

a. Bahu

Pada bahu biasanya terjadi Fracture clavicula yang diakibatkan karena

jatuh dengan lengan yang diulurkan. dislokasi sendi glenohumeral, karena

jatuh dengan posisi bahu abduksi dan eksternal rotasi. tendinitis karena

penggunaan berulang-ulang pada perenang. strain pada tenis shoulder.13

b. Siku

Cedera pada siku biasanya Kontusio dan fracture pada pemain voli jatuh

dengan siku terulur. Sprain-strain dijumapai pada lempar lembing,jatuh

dengan siku hiperekstensi. Dislokasi jatuh posisi siku menekuk, balap

sepeda, sepakbola jockey. Tendinitis radang extensor carpi radialis/ tennis

elbow, golfers.13

21

c. Pergelangan tangan

Pada pergelangan tangan biasa terjadi Colles fracture, jatuh dengan tangan

ekstensi, sepakbola, balap sepeda, berkuda. Sprain-strain pada pemain

tenes balap sepeda, bulutangkis.13

d. Tulang belakang

Tulang belakang sering terjadi Strain terjadi pada olahraga lompat indah,

renang, balap sepeda, voli, senam. Spondylolisthesis, terjadi pergeseran

vertebra pada pesenam, lompat tinggi.13

e. Panggul

Pada panggul sering terjadi Subtrochanteric fracture pada pelari dengan

intensitas latihan ditingkatkan dan permukaan tidak rata. Strain pada pelari

gawang strain hamstring, loncat gawang. 13

f. Lutut

Pada lutut sering terjadi kerusakan ligamentum dan meniscus, karena

benturan dari sisi luar/dalam atau lutut ekstensi disertai badan memutar

pada pemain sepak bola. Strain tendo patella pada pelompat, balap sepeda,

bulutangkis, bola basket, angkat berat. Strain fracture illiotibial band,

pelari jarak jauh dengan kaki pronasi, balap sepeda.13

g. Pergelangan Kaki

Pada pergelangan kaki sering terjadi Sprain, hampir semua cabang

olahraga, Footballers ankle pada pemain sepakbola dengan hyperdorso

flexi atau hyperplantar flexi pada waktu menendang. Tendinosis Achilles,

pada pelari terjadi Strain tibialis posterior, pemain ski, ice skating. dan

terjadi Fasciitis plantaris pada pelari jarak jauh.13

h. Kepala

Pada cidera kepala dapat terjadi hilang kesadaran karena pukulan yang

terjadi pada petinju di kepala bagian belakang. serta memar pada wajah,

bibir akibat pukulan.13

22

C. OLAHRAGA SEPAK BOLA DAN CEDERA SEPAK BOLA

1. Pengertian Olahraga Sepak bola

Olahraga merupakan suatu permainan kegiatan fisik yang bersifat

kompetitif, yang berupa perjuangan tim maupun diri sendiri. Salah satu

olahraga yang berbentuk kompetitif tersebut adalah sepak bola. Sepak bola

adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-

masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan.20

Permainan sepak bola merupakan permainan yang melibatkan sistem

lokomosi pada manusia diantaranya adalah lengan atas, lengan bawah, tungkai

atas, tungkai bawah, maupun kaki. Terdapat gerakan berjalan, berlari, meloncat

yang berfungsi untuk merebut bola dari lawan sehingga dalam prosesnya

pemain sepak bola sering mengalami cedera dengan berbagai faktor penyebab.

2. Cedera Pada Olahraga Sepak bola

Cedera pada olahraga sepak bola terbagi menjadi dua. yaitu: 3,13

a. Faktor Dari Dalam

1) Riwayat sprain sebelumnya

Pada cedera berupa sprain, ligamentum akan mengalami peregangan

sehingga kekuatannya untuk menstabilkan sendi akan melemah. Risiko

kejadian cedera berulang diketahui meningkat pada 6 hingga 12 bulan

setelah cedera akut.3

2) Adanya kekuatan otot

Kekuatan otot akan berkurang apabila pemain sepak bola

menggunakan tenaganya berlebih sehingga sehingga terjadinya

kelemahan otot paha, betis, dan kurangnya kuatnya menahan beban

tubuh. kelelahan disebabkan karena penurunan glikogen otot dan glukosa

darah.15

3) Tingkat kebugaran

Kondisi kebugaran yang kurang akan mengakibatkan pemain mudah

lelah bila tedapat benturan antar pemain akan mengakibatkan

keseimbangan teganggu dan menyebabkan timbulnya cedera.11,13

Tingkat kebugaran juga berhubungan dengan aktivitas berjalan,

berlari, dan meloncat pada saat pemain sepak bola bertanding, pemain

23

yang tingkat kebugarannya kurang dari rata-rata dan jelek biasanya

berlari dengan frekuensi waktu yang lebih singkat dari pada pemain yang

tingkat kebugaranya rata-rata, baik, dan baik sekali. Kondisi lelah setelah

berlari biasanya pemain menghentikan gerakan berlari dan diteruskan

dengan gerakan berjalan kemudian berhenti. Tingkat kebugaran juga

berpengaruh pada singkronisasi gerakan seluruh tubuh saat berlari,

termasuk tubuh, tungkai atas, tungkai bawah, kaki, lengan atas, lengan

bawah, dan tangan yang digunakan untuk body contact dengan lawan

yang memerlukan kekuatan fisik yang lebih besar.

Tingkat kebugaran dapat dinilai dari tingkat kebugaran menggunakan

Harvard step test yang bertujuan untuk mengukur fungsi kardiovaskuler

dengan naik-turun bangku Harvard setinggi 19-20 inci untuk laki-laki.21

Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama

lima menit.

4) Bentuk anatomi kaki

Gambar 2.1 kelainan bentuk anatomi kaki13

Bentuk anatomi berpengaruh pada terjadinya cedera, panjang tungkai

yang tidak sama, arcus kaki rata, kaki jinjit, sehingga pada saat lari dapat

mengganggu gerakan. kelainan anatomi meliputi kelainan kaki : talipes

cavus, talipes equinus, talipes calcaneus, talipes valgus, talipes

equinovalgu, talipes calcaneovalgus, yang semuanya bisa menyebabkan

terjadinya ketidak seimbangan saat melakukan pergerakan, sehingga

menyebabkan cedera.13

24

b. Faktor Dari Luar

1) Penggunaan brace

Gambar 2.2 Ankle Brace

Brace diperkirakan memberikan dukungan mekanis pada articulatio

talocruralis. Sedangkan latihan dengan menggunakan ankle-disk dapat

membantu menurunkan instabilitas pada sendi pergelangan kaki.3

2) Penggunaan tape

Gambar 2.3 Taping/tape Pergelangan kaki

Tape adalah sejenis brace manual yang di balut, alat ini juga

berperan untuk mengurangi cedera pada pemain sepak bola, khususnya

pada cedera pergelangan kaki. Tape diketahui menurunkan risiko cedera

berulang pada pemain dengan riwayat cedera ligamentum sebelumnya.3

3) Kondisi lapangan

Kondisi lapangan licin tidak rata, becek menjadi salah satu

penyebab terjadinya cedera pada pemain.13

25

4) Kurangnya pemanasan sebelum bermain Sepak bola

Pemanasan membantu tubuh supaya lebih leluasa melakukan

aktivitas gerak yang cukup keras, untuk mengurangi kemungkinan

mendapatkan cedera. Kurang pemanasan mengakibatkan otot belum

teratur sehingga belum siap menerima pembebanan, yang berakibat

pada fungsi otot kurang maksimal sehingga kekuatannya berkurang,

sehingga terjadi cedera.16

5) Posisi pemain

Posisi pemain sayap sering terjadi cedera pergelangan karena

mayoritas sprain terjadi karena inversio dan eversio.

6) Alat olahraga

Alat olahraga yang dimaksud adalah para memain menggunakan

alat seperti sepatu sepak bola, dekker, kaos kaki yang alat tersebut

sesuai dengan standart nasional atau tidak.

7) Body contact

Body contact sport (benturan dengan lawan), Permainan sepak bola

merupakan permainan body contact yang memiliki kekompleksivitasan

yang tinggi dalam mempergunakan berbagai jenis gerakan sehingga

akan sangat rentan terhadap terjadinya cedera baik pada saat latihan

maupun pada saat pertandingan. Body contact yang terjadi seperti ;

sliding tackle dan benturan lawan.13,1

D. HUBUNGAN CEDERA PADA SPRAIN PERGELANGAN KAKI DENGAN

FAKTOR PENYEBAB CEDERA OLAHRAGA SEPAK BOLA

Saat olahraga sepak bola memiliki risiko sangat tinggi terhadap terjadinya

cedera. Cedera tersebut dapat terjadi pada bagian bahu, siku, Pergelangan tangan,

tulang belakang, panggul, lutut, pergelangan kaki, dan bagian kepala. Cedera yang

dialami oleh seorang pemain sepak bola dapat menyebabkan mundurnya prestasi

seorang atlet. Cedera yang dialami seorang pemain sepak bola berupa memar,

cedera pada otot maupun ligament, dislokasi, patah tulang, kram otot, kehilangan

kesadaran, dan luka. Cedera yang sangat serius dapat menyebabkan cacat

permanen bahkan sampai berakibat pada kematian.1,12,13

26

Cedera yang terjadi pada olahraga sepak bola antara lain disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu : riwayat sprain sebelumnya, adanya kekuatan otot, tingkat

kebugaran, bentuk anatomi kaki, keseimbangan yang buruk, penggunaan brace,

penggunaan tape, kondisi lapangan, kurangnya pemanasan, posisi pemain, alat

olahraga, body contact.13

Cedera yang terjadi dalam cabang olahraga sepak bola

ini dapat terjadi pada beberapa bagian, antara lain: (1) cedera pada bagian kepala,

misalnya: gegar otak ringan/ berat, mimisan pada hidung, perdarahan pada rongga

mulut, (2) cedera pada bagian badan, misalnya: pada leher, pada punggung, pada

dada atau bahu, (3) cedera pada bagian lengan tangan, misalnya: pergelangan

tangan, jari-jari tangan siku, dan (4) cedera pada bagian tungkai-kaki, misalnya:

tungkai atas, lutut, ankle, jari-jari kaki, dan telapak kaki.1,13

Permainan sepak bola merupakan permainan body contact yang tinggi sehingga

akan sangat rentan terhadap terjadinya cedera baik pada saat latihan maupun pada

saat pertandingan. Permainan sepak bola, cedera strain dan sprain antara lain

dapat terjadi pada:13

1. Cedera Lutut (Knee Injuries)

Cedera ini dapat terjadi karena terkilir pada saat menggiring bola atau berlari

zig-zag yang melebihi kemampuan sendi lutut, body contact/sliding-tackle,

benturan antar kaki, ketidakmampuan sendi lutut atau ligamentum dalam

melakukan gerakan atau menahan beban berat badan, lapangan yang tidak rata,

kesalahan melakukan gerakan teknik dasar atau penggunaan jenis sepatu yang

tidak sesuai. Biasanya cedera lutut yang terjadi:1,12

a. Kerusakan ligamentum dan meniscus, karena benturan dari sisi luar/dalam

atau lutut extensi disertai badan memutar pada pemain sepak bola. 13

b. Strain tendo patella dan lain – lain.

2. Jari-Jari Kaki

Cedera ini dapat terjadi karena adanya body contact (terinjak), lapangan tidak

rata, kesalahan pada saat melakukan gerakan teknik dasar, penggunaan jenis

sepatu yang tidak sesuai atau gesekan antara kulit dan sepatu (melepuh).

3. Pergelangan Kaki (ankle)

Cedera ini dapat terjadi misalnya karena terkilir pada saat menggiring bola atau

berlari zig-zag, body contact/ sliding-tackle, lapangan yang tidak rata,

27

kesalahan pada saat melakukan gerakan teknik dasar, atau penggunaan jenis

sepatu yang tidak sesuai. Biasanya terjadi footballers ankle pada pemain

sepakbola dengan hyperdorsoflexi ankle atau hyperplantarflexi pada waktu

menendang.1,13

28

E. KERANGKA TEORI

Faktor dari dalam :

1.Kesehatan (riwayat sprain

sebelumnya)

2. Tingkat kebugaran

Berlari

3 Adanya kekuatan otot

4. Bentuk anatomi kaki

Faktor dari luar :

1.Penggunaan brace

2. Penggunaan tape

3. Kondisi lapangan

4.Kurangnya pemanasan

sebelum bermain Sepak bola

5.Body contact

6. Posisi pemain

7. Alat olahraga

Lokasi cedera

1.Pergelangan kaki

Cedera olahraga:

1.Sprain

Cedera

olahraga

keterangan:

variabel yang diteliti

variabel yang tidak diteliti

2. Strain

3. Fraktur

4. Perdarahan

2. Bahu

3. Siku

4. Pergelangan tangan

5. Tulang belakang

6. Panggul

7. Lutut

8. Kepala

29

F. KERANGKA KONSEP

G. HIPOTESIS

Faktor penyebab yang memepengaruhi terjadinya sprain pergelangan kaki

pada pemain sepak bola adalah riwayat sprain sebelumnya, tingkat kebugaran,

penggunanaan brace, penggunaan tape, kondisi lapangan, dan kurangnya

pemanasan.

Cedera Sprain

pergelangan kaki

Faktor resiko penyebab

1. Riwayat sprain

sebelumnya

2. Tingkat kebugaran

berlari

3. Penggunaan brace

4. Penggunaan tape

5. Kondisi lapangan

6. Kurangnya pemanasan

7. Body contact