Upload
dodien
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi
1. Dasar Hukum Asuransi
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun
2014 tentang Perasuransian, bahwa Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak,
yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang manjadi dasar bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada
hasil pengelolaan dana.5
Usaha perasuransian merupakan kegiatan usaha yang bergerak di bidang:
a. Jasa pertanggungan atau pengelolaan resiko
b. Pertanggungan ulang resiko
c. Pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah
5Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
14
d. Konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau
reasuransi syariah, atau
e. Penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.6
Tidak hanya Undang-undang nomor 40 tahun 2014, asuransi juga diatur dalam
5 peraturan di Indonesia yaitu;
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, bahwa undang-undang ini adalah
dasar hukum utama yang mengatur segala kegiatan asuransi di Indonesia.
Dasar-dasar dibentuknya undang-undang ini adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan amanat Pancasila dan
UUD 1945, meninjau bahwasanya asuransi adalah salah satu upaya dala
menanggulangi resiko tertentu yang dihadapi oleh masyarakat sekaligus
asuransi berperan dalam menghimpun dana masyarakat dan negara
membuka kesempatan bagi kegiatan usaha perasuransian dan mengatur
kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip usaha yang sehat
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1320 dan pasal 1774, bahwa
asuransi mengandung unsur perjanjian kedua belah pihak sehingga
dijelaskan dalam pasal 1320 KUHPerdata “untuk sahnya peranjian
diperlukan empat syarat yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan
dirinya, kecakapan dalam membuat suatu perikatan, suatu pokok persoalan
tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang”. Manfaat asuransi
memberikan jaminan yang bersifat menguntungkan. Karena sifat itulah
asuransi harus menyesuaikan dengan ketentuan pasal 1774 KUHPerdata
6 Otoriter Jasa Keuangan, Asuransi, http:/www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/
Asuransi.aspx diakses pada tanggal 20 April 2018
15
“suatu persetujuan untung-ungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya yaitu
menganai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara
pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti”
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Bab 9 (pasal 246), bahwa
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tertentu.” Dalam bab 9 KUHD secara menyeluruh menjelaskan
tentang ketentuan jenis pertanggungan yang berlaku, penyebab batalnya
proses pertanggungan, dan pertanggungan disusun secara tertulis dalam
suatu akta atau polis.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 merupakan ketentuan yang
mengatur tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 perubahan dari peraturan
pemerintah sebelumnya yaitu beberapa pasal dari undang-undang
sebelumnya yang telah disesuaikan dengan kondisi perkembangan
perekonomian negara, di antaranya tentang meningkatnya persyaratan
modal yang harus disetor untuk pendirian perusahaan asuransi baru,
adanya laporan yang harus disampaikan kepada menteri jika terjadi setiap
perubahan kepemilikan perusahaan asuransi, dan perubahan persyaratan
untuk mendapatkan izin usaha perusahaan asuransi. Hadirnya asuransi
16
pada dasarnya memberikan jaminan perlindungan kepada seseorang dari
berbagai kejadian buruk yang bisa menimpa di waktu tertentu diluar
prediksi dan harapan orang tersebut. Dilihat dari proses kegiatan asuransi
pastilah terdapat sebuah perjanjian yang bersifat mengikat, dimana
seseorang yang setuju dengan asuransi tersebut harus membayar sejumlah
premi tertentu dalam jangka waktu tertentu, dimana premi tersebut
merupakan pengganti dari perlindungan yang dijaminkan oleh perusahaan
asuransi.7
2. Tujuan Asuransi
a. Teori Pengalihan Resiko
Tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta
kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika bahaya tersebut menimpa
harta kekayaan miliknya atau jiwanya, dia akan menderita kerugian atau
korban jiwa atau cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian material, atau
korban jiwa atau cacat raga akan memperngaruhi perjalanan hidup
seseorang atau ahli warisnya. Terttanggung sebagai pihak yang terancam
bahaya merasa berat memikul beban resiko yang sewaktu-waktu dapat
terjadi. Pada asuransi jiwa, apabila sampai berakhirnya jangka waktu
asuransi tidak terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa
diri tertanggung, maka tertanggung akan memperoleh pengembalian
sejumlah uang dari penanggung sesuai dengan isi pejanjian asuransi.
7 Bayu, 5 Dasar Hukum Asuransi di Indonesia, https://dosenekonomi.com/
bisnis/asuransi/dasar-hukum-asuransi diakses pada 10 Juli 2018
17
Premi yang dibayar oleh tertanggung itu seolah-olah sebagai tabungan
pada penanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam hal terjadi ganti kerugian, bahaya yang mengancam itu sungguh
terjadi merupakan kesempatan bagi penanggung untuk pengumplkan
premi yang dibayar oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri
kepadanya.berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila
dalam jangka waktu asuransi telah terjadi peristiwa kematian atau
kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan
membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti
tercantum dalam polis.
c. Pembayaran Santunan
Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung (voluntary
insurance).Akan tetapi, undang-undang mengatur asuransi yang bersifat
wajib (compulsory insurance) artinya tertanggung terikat perintah undang-
undang bukan karena perjanjian.Asuransi jenis ini disebut asuransi sosial
yang bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan
yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh.Dengan membayar
sejumlah kontribusi (semacam premi), tertanggung berhak memperoleh
perlindungan dari ancaman bahaya.Tertanggung yang membayar
kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat pada suatu hubungan
hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang, misalnya hubungan kerja,
18
penumpang angkutan umum. Apabila mereka mendapat musibah
kecalakaan dalam pekerjaannya atau selama angkutan berlangsung,
mereka (atau ahli warisnya) akan memperoleh pembayaran santunan dari
penanggung (BUMN) yang jumlahya ditetapkan dalam undang-undang.
d. Kesejahteraan Anggota8
3. Macam-Macam Asuransi Menurut Bidang yang Ditangani
a. Asuransi Jiwapada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara
orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang
diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tapi tidak pasti kapan
terjadinya), resiko hari tua dan resiko kecelakaan.
b. Asuransi kecelakaan diri yaitu usaha untuk melindungi resiko finansial
akibat benda keras atau benda cair (kimiawi) atau gas atau api, yang
datangnya dari luar, terhadap jasmani seseorang, yang mengakibatkan
cacat atau kematian atau luka yang sifat dan tempatnya ditentukan oleh
dokter. Kecelakaan ini meliputi kecelakaan diri, kecelakaan tenaga kerja
dan kecelakaan dalam pengangkutan.
c. Asuransi sosialmerupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi
anggota masyarakat, baik secara local, regional ataupun nasional. Karena
menyangkut kepentingan masyarakat melalui perundang-undangan
pemerintah menetapkan asuransi sosial sebagai asuransi wajib, di mana
setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam asuransi ini memikul
kewajiban sosial (dengan membayar iuran/premi wajib) dan memperoleh
8Opcit. Hal 1
19
jaminan sosial pula. Selain itu, yang berhak menyelenggarakan asuransi
hanya lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.
d. Asuransi Tenaga Kerja yaitu perlindungan sosial bagi tenaga kerja, yang
dijalankan melalui pola mekanisme asuransi. Dana dikumpulkan dari
perusahaan-perusahaan yang ikut dalam program ini. Iuran wajib itu bisa
sepenuhnya ditanggung perusahaan atau dipikul bersama antara
perusahaan dan karyawan bisa juga ditanggung karyawan sepenuhnya.
e. Asuransi Kesehatan adalah asuransi yang memberikan santunan kesehatan
kepada seseorang tertanggung berupa sejumlah uang untuk biaya
pengobatan dan perawatan. Tertanggung membayar premi kepada
penanggung secara berkala seumur hidup atau jangka waktu tertentu.
Santunan asuransi kesehatan dapat dilakukan melalui sejumlah uang dan
dana sakit.
f. Asuransi kecelakaan penumpang, asuransi yang mengelola perlindungan
sosial dalam kecelakaan penumpang lalu lintas jalan. Penyelenggaranya
adalah PT. Jasa Raharja. Premi yang harus dibayar dalam asuransi ini
adalah dengan membayar iuran wajib untuk setiap kali perjalanan, sebagai
premi pertanggungan kecelakaan selama perjalanan. Pembayaran tersebut
dilakukan melalui pengusaha angkutan penumpang umum yang
bersangkutan dalam bentuk karcis penumpang.
g. Asuransi Kebakaran adalah pertanggungan yang menjamin kerugian atas
harta benda yang disebabkan oleh kebakaran. Resiko yang ditanggung
20
adalah karena ledakan. Resiko yang tidak ditanggung adalah kebakaran
karena gempa bumi, gunung berapi atau perbuatan jahat.
h. Asuransi Kreditadalah pertanggungan yang diberikan kepada pemberi
kredit terhadap resiko kredit, yaitu tidak diperolehnya kembali kredit yang
telah diberikan oleh tertanggung kepada para nasabahnya. Contohnya
seperti nasabah yang meninggal saat kredit masih berjalan dan belum
lunas. Artinya kredit dianggap lunas sesuai perjanjian di awal kredit.
i. Asuransi Rekayasa adalah pertanggungan yang diterapkan pada proyek
pembangunan yang memberikan perlindungan dalam pelaksanaan
pembangunan.
j. Asuransi Perusahaanyaitu pertanggungan yang meliputi:
a) Asuransi pengiriman uang, yang dijamin adalah hilangnya uang
logam/kertas dan surat berharga yang disebabkan peristiwa tertentu
dalam pengiriman atau pengangkutan uang dan surat berharga
tersebut.
b) Asuransi penyimpanan uang, yang dijamin adalah hilangnya uang
logam/kertas dan surat berharga.
c) Asuransi penggelapan uang, yang dijamin adalah kemungkinan
kerugian yang diduga oleh majikan yang disebabkan
ketidakjujuran karyawannya.
d) Asuransi pencurian uang, yang dijamin adalah pencurian uang
yang disimpan di kantor atau rumah, dengan ketentuan bahwa uang
itu disimpan dalam lemari besi atau dalam ruang penyimpanan.
21
e) Asuransi proses perusahaan, yang dijamin adalah kerugian
finansial yang diderita bila perusahan tidak berjalan atau untuk
sementara berjalan di bawah normal.
k. Asuransi Tanggung Gugat
l. Asuransi Transportasi9
4. Pengertian Usaha Asuransi Jiwa
Dalam pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 “Usaha
Asuransi Jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko
yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak
lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau
pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung,atau pihak lain yang berhak
pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.10
Menurut ketentuan pasal 302 KUHD “Jiwa seseorang dapat diansurasikan
untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian” selanjutnya pasal 303 KUHD
“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa
diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu”.Berdasarkan
kedua pasal tersebut, bahwa setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, bahkan
dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga.
9 Soeisno, Djojosoedarso. Prinsip-Prinsip & Manajemen Risiko
Asuransi.Jakarta.PT. Salemba Emban Patria. 10
Opcit hal. 1
22
5. Asuransi Jasa Raharja
a. Dasar Hukum Asuransi Jasa Raharja
Asuransi Jasa Raharja merupakan perusahaan perseroan (persero) yang
dimiliki oleh negara.Asuransi Jasa Raharja bergerak di bidang sosial,
khususnya menangani tentang masalah-masalah angkutan umum yang ada di
Indonesia.Ada tiga dasar hukum yang melandasi berdirinya asuransi Jasa
Raharja.Peraturan pertama adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965
yang mengatur tentang pendirian atau pembuatan asuransi Jasa Raharja. Dasar
hukum yang kedua adalah surat keputusan dari Menteri Keuangan Nomor
KEP-750/MK/IV/11/1970 pada tanggal 18 November 1970 mengenai asuransi
Jasa Raharja sebagai usaha yang dimiliki oleh negara. Dasar hukum yang
ketiga adalah Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1980 yang menjelaskan
mengenai pengalihan perusahaan asuransi Jasa raharja dari bentuk perusahaan
umum menjadi perusahaan perseroan (Persero).
Asuransi Jasa Raharja memiliki visi untuk menjadi perusahaan asuransi
yang mengutamakan berjalannya asuransi sosial serta asuransi wajib yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Sementara itu, asuransi Jasa Raharja
memiliki empat misi.Misi yang pertama adalah membaktikan perusahaan
kepada perlindungan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhannya.Misi yang
kedua adalah membaktikan perusahaan pada negara melalui asuransi sosial
serta asuransi wajib.Misi yang ketiga adalah membaktikan diri pada
perusahaan melalui kinerja yang baik untuk produktivitas yang baik pula. Dan
23
misi yang terakhir adalah membaktikan perusahaan pada lingkungan dengan
cara memperhatikan potensi lingkungan yang ada.
Ada dua program utama yang ada di asuransi Jasa Raharja.Dua program
tersebut adalah asuransi kecelakaan penumpang alat angkutan umum dan
asuransi tanggung jawab.Asuransi kecelakaan penumpang alat angkutan
umum diberikan kepada penumpang angkutan umum yang mengalami
kecelakaan akibat kesalahan penggunaan angkutan umum.Asuransi ini berlaku
jika penumpang berada di dalam angkutan saat kecelakaan terjadi. Asuransi
tanggung jawab merupakan santunan yang akan diberkan kepada korban
kecelakaan angkutan umum. Besarnya nominal yang akan diberikan
bergantung kepada keadaan korban kecelakaan.11
b. Ruang Lingkup Jasa Raharja
PT Jasa Raharja (Persero) memberikan perlindungan dasar kepada
masyarakat melalui 2 (dua) program asuransi sosial, yaitu Asuransi
Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Umum yang dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang serta Asuransi Tanggung
Jawab Menurut Hukum Terhadap Pihak Ketiga yang dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan.12
c. Tugas dan Fungsi Jasa Raharja
11
Mengenal Lebih Jauh Asuransi Jasa Raharja,
https://ayoasuransi.com/mengenal-lebih-jauh-asuransi-jasa-raharja.html 12
https://www.jasaraharja.co.id/layanan/lingkup-jaminan
24
Sejak di leburnya PNAK Eka Karya menjadi perusahaan baru dengan
nama PNAK Asuransi Kerugian Jasa Raharja sejak tanggal 1 Januari 1965,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1965 tentang Pendirian
Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja, sejak awal PNAK Jasa
Raharja didirikan dengan tugas dan fungsi khusus memberikan pertanggungan
dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan
penumpang termasuk reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi
tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang. Namun
sejak tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan Nomor B.A.P.N. 1-
3-3 yang menunjuk PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan
penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai Undang- Undang Nomor 33 Tahun
1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964. Pada tahun 1994,
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai penjabaran Undang- Undang
Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Pemerintah
tersebut mengatur antara lain ketentuan yang melarang Perusahaan Asuransi
yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan
asuransi lain selain program asuransi sosial. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 hingga saat ini PT. Jasa
Raharja (Persero) menjalankan program asuransi sosial yaitu
menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
25
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan.
Jasa Raharja dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965
tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja
disebutkan: Perusahaan berusaha di dalam negeri khusus dalam lapangan
asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang,
dalam mata uang rupiah yaitu:
1. mengadakan dan menutup perjanjian asuransi termasuk reasuransi dalam
bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan
penumpang.
2. Member perantaraan dalam penutupan asuransi tanggung jawab kendaraan
bermotor dan kecelakaan penumpang.
Selain itu dalam Pasal 7 Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965
tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja
disebutkan, tujuan didirikannya Perusahaan Jasa Raharja yaitu untuk turut
membangun ekonomi nasional dalam lapangan perasuransian kerugian sesuai
dengan ekonomi terpimpin dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan
ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat
yang adil dan makmur.13
Monopoli alamiah Asuransi Jasa Raharja diberikan oleh UU No. 33 Tahun
1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan UU No.
13
Ade Sanjaya, Sejarah PT. Jasa Raharja (persero) Tugas dan Fungsi,
http://www.landasanteori.com/ 2015/10/sejarah-pt-jasa-raharja-persero-tugas.html
26
34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-lintas Jalan.Berdasarkan aturan
ini sejatinya penumpang ojek pun bisa ditanggung resiko kecelakaannya.
Penumpang ojek hanya ditanggung jika bukan ojeknya yang menyebabkan
kecelakaan, cetus Zoelkarnain Oeyoeb, Staf Ahli Menhub Bidang Regulasi
dan Keselamatan Perhubungan. Biaya yang digunakan untuk menanggung
subjek dari UU No. 34 Tahun 1964 diambil dari 'sumbangan wajib' yang
dipungut setiap tahun bersamaan dengan pembayaran pajak kendaraan
bermotor.
Tapi praktek tidak seindah teori.Prof Oetarjo Diran mengenang
pengalamannya ketika bertemu seorang korban kecelakaan yang harus
menunggu keluarganya di Surabaya untuk membayar obat.Seharusnya, yang
seperti ini sudah dapat di-cover oleh JR, kritik mantan Guru Besar Institut
Teknologi Bandung ini.
Tidak hanya itu, Prof Oetarjo juga menjelaskan rendahnya penggunaan
asuransi di Indonesia disebabkan oleh budaya pasrah pada nasib.Setiap kali
kecelakaan yang disalahkan nasib, katanya.Karena itu, penegakan ketertiban
yang tegas harus dilakukan. Mengambil contoh kebiasaan menumpang di atap
kereta api, Prof Oetarjo setuju aparat harus lebih tegas lagi.14
d. Pembayaran Premi Kepada PT. Jasa Raharja
Perusahaan asuransi swasta telah menetapkan premi yang harus dibayar
tertanggung kepada penanggung dalam polis yang sudah disetujui
14
Asuransi Kecelakaan Transportasi Belum Mendorong Budaya Safety,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17028/asuransi-kecelakaan-
transportasi-belum-men dorong-budaya-isafetyidiakses pada 16 Juli 2018
27
bersama.Namun, timbul pertanyaan bagaimana masyarakat dapat membayar
premi kepada perusahaan asuransi milik negara ini? Masyarakat diwajibkan
membayar Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan yang
disingkat SWDKLLJ diatur ketentuannya dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 16/PMK.010/2017 tentang Besar Santunan Dan
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.Sumbangan tersebut
dijelaskan dalam pasal 2 bahwa “SWDKLLJ merupakan sumbangan yang
wajib dibayarkan oleh para pengusaha/pemilik alat angkutan jalan kepada
perusahaan yang menyelenggarakan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan”.
Lanjutan dari pasal 2 adalah pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 16/PMK.10/2017 sebagai berikut:
(1) SWDKLLJ dipungut dari para pengusaha/pemilik alat angkutan lalu lintas
jalan.
(2) Besar SWDKLLJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai
berikut:
a. Sepeda motor di bawah 50 cc, mobil ambulans,
mobil jenazah, dan mobil pemadam kebakaran
dibebaskan dari kewajiban membayar SWDKLLJ.
b. Mobil derek dan sejenisnya sebesar Rp20.000,00
( dua puluh ribu rupiah).
c. Sepeda motor, sepeda kumbang dan scooter di atas
50 cc sampai 250 cc, dan kendaraan bermotor roda
tiga sebesar Rp32. 000,00 (tiga puluh dua ribu
28
rupiah).
d. Sepeda motor di atas 250 cc sebesar Rp80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah).
e. Pick-up/mobil barang sampai dengan 2400 cc,
sedan, jeep, dan mobil penumpang bukan
Angkutan umum sebesar Rp140. 000,00 (seratus
empat puluh ribu rupiah).
f. Mobil penumpang Angkutan umum sampai dengan
1600 cc sebesar Rp70.000,00 (tujuh puluh ribu
rupiah).
g. Bus dan mikro bus bukan Angkutan umum
sebesar Rp150. 000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah).
h. Bus dan mikro bus Angkutan umum, serta mobil
penumpang Angkutan umum lainnya diatas 1600
cc sebesar Rp87.000,00 (delapan puluh tujuh ribu
rupiah).
i. Truk, mobil tangki, mobil gandengan, mobil barang
di atas 2400 cc, truk container, dan sejenisnya
sebesar Rp160.000,00 (seratus enam puluh ribu
rupiah).15
15
Peraturan Menteru Keuangan Nomor 16/PMK.10/2017 Tentang Besar Santunan
Dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
29
Dalam hal ini perusahaan asuransi Jasa Raharja bekerja sama dengan
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap atau disingkat SAMSAT yang
merupakan pelayanan terpadu masyarakat untuk menerbitkan STNK,
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJJ).
B. Tinjauan Umum Tentang Perlalulintasan
1. Pengertian Lalu Lintas
Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “Lalu lintas adalah gerak kendaraan
dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan”.16
Artinya, dalam berlalu lintas tidak
hanya ada kendaraan melainkan juga ada orang yang berperan menjalankan
perlalulintasan tersebut.
Ada 3 komponen berlalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna,
kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam penggerakan kendaraan
yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti
aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang
menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi.17
Lalu lintas adalah peristiwa atau keadaan yang sangat dekat dan hampir
sulit dipisahkan dengan kehisupan manusia.Saat ini, hampir seluruh manusia
di dunia melakukan kegiatan berlalu lintas.Oleh karenanya, melakukan
16
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan 17
Pengertian Lalu Lintas, https:/id.m.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintas diakses 20
April 2018
30
kegiatan ini tetap menggunakan aturan yang ada demi menjaga kepentingan
bersama. Berikut 9 aturan berlalu lintas:
1. SIM, Surat Izin Mengemudi harus dimiliki setiap orang atau warga
negara yang membawa kendaraan. Mengutip isi pasal 86 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai fungsi daripada Surat Izin
Mengemudi itu sendiri bahwa:
(1) Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai bukti kompetensi
mengemudi
(2) Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai registrasi Pengemudi
Kendaraan Bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap
Pengemudi
(3) Data pada registrasi Pengemudi dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan penyelidikan dan identifikasi forensic polisi.
2. Menggunakan jalan raya sebagai fasilitas kendaraan, dalam pasal 131
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 telah dijelaskan hak pejalan
kaki di trotoar, oleh karena itu pengendara kendaraan bermotor
dilarang menggunakan bahu jalan sebagai sarananya.
3. Hormati pengguna sepeda
4. Larangan menggunakan ponsel saat berkendara
5. Menghormati hak pejalan kaki
6. Alat keselamatan
7. Lampu isyarat saat berkendara
8. Nomor Polisi kendaraan bermotor
31
9. Sabuk pengaman untuk pengendara roda empat18
2. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor
tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Selain kerusakan,
kecelakaan dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau
binatang. Faktor yang menyebabkan kecelakaan ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor manusia, merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Karena hampir semua kecelakaan didahului dengan
pelanggaran terhadap rambu lalu lintas yang ada.
2. Faktor kendaraan adalah kelalaian perawatan yang dilakukan terhadap
kendaraan, seperti rem blong.
3. Faktor jalan adalah keadaan rusaknya jalan yang mempengaruhi
pengguna jalan tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
4. Faktor cuaca, seperti hujan yang membasahi jalan sehingga licin.19
Menurut World Health Organization (WHO), angka kecelakaan lalu
lintas di Indonesia tertinggi se-Asia. Terbukti pada tahun 2016 WHO merilis
The Global Report on Road Safety yang menampilkan angka kecelakaan lalu
lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara. Faktanya Indonesia menjadi
18
Aditia, 9 Aturan Berlalu Lintas yang perlu Kamu Ketahui, https://kumparan.
com diakses pada 10 Juli 2018 19
Pengertian Kecelakaan dalam https:/id.m.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan
diakses pada 5 Juli 2018
32
neara ketiga di Asia di bawah Tiongkok dan India dengan total 38.279 total
kematian akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2015.20
3. Pengertian Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut hemat penulis, korban kecelakaan adalah orang atau binatang
yang mengalami hal tidak terduga berupa kecelakaan atau peristiwa yang
sangat merugikan baik materil maupun immaterial.Korban kecelakaan lalu
lintas biasanya terjadi di jalan raya. Sehingga banyak mengakibatkan korban
jiwa mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.
Korban kecelakaan lalu lintas jalan atau lebih spesifik lagi adalah korban
kecelakaan tabrak lari yang sering sekali dialami masyarakat. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) korban adalah “pemberian untukmenyatakan
kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa
sekalipun kami berikan sebagai --; orang, binatang, dansebagainya yang
menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan
jahat, dan sebagainya”.21
Munculnya kecenderungan perhatian terhadap studi tentang korban
terdapat beberapa alasan, yaitu sebagaimana yang pernah ditulis oleh
Mardjono Reksodiputro dalam bukunya yang berjudul Beberapa Catatan
Umum tentang Masalah Korban, bahwa ada dua arus yang perlu diketahui
sehubungan dengan perhatian para ilmuwan terhadap viktimologi yaitu:
20
Ria Situmorang, Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Tertinggi se-Asia,
http://entertainment. analisadaily.com/read/who-angka-kecelakaan-lalu-lintas-di-
indonesia-tertinggi-se-asia/240063/2016/ 05/29 21
Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun terbit 2008
33
a. Adanya pikiran bahwa Negara turut bersalah dalam terjadinya korban,
karena itu sewajarnyalah Negara memberikan kompensasi kepada
korban
b. Adanya aliran pemikiran baru dalam kriminologi yang meninggalkan
pendekatan positivis, dan lebih memperhatikan proses-proses yang
terjadi dalam sistem peradilan pidana dan struktur masyarakatnya
(critical criminology), pandangan kriminologi kritis ini banyak
mempengaruhi pemikiran dalam viktimologi.
Dengan mengacu pada pengertian-pengertian korban di atas, dapat
dilihat bahwa korban pada dasarnya tidak hanya orang perorangan atau
kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan-perbuatan
yang menimbulkan kerugian/penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan
lebih luas lagi termasuk di dalamnya keluarga dekat atau tanggungan
langsung dari korban dan orang-orang yang mengalami kerugian ketika
membantu korban mengatasi penderitaan atau untuk mencegahviktimisasi.
Mengenai kerugian korban, menurut Zp Separovic yang dikutip oleh Didik
M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom dalam bukunya Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan, Antara Norma dan Realitamengatakan bahwa kerugian
korban yang harus diperhitungkan tidak harus selalu berasal dari kerugian
karena menjadi korban kejahatan, tetapi kerugian atas terjadinya
pelanggaran atau kerugian yang ditimbulkan karena tidak dilakukannya
suatu pekerjaan. Walaupun yang disebut terakhir lebih banyak merupakan
persoalan perdata, pihak yang dirugikan tetap saja termasuk dalam
34
kategori korban karena ia mangalami kerugian baik secara meteriil
maupun secara mental.22
4. Pengertian Tabrak Lari
Tabrak lari menurut penulis adalah peristiwa di mana korban kecelakaan
ditinggal begitu saja oleh pelaku kecelakaan tanpa adanya tanggung
jawab.Sehingga dikatakan atau disebut tabrak lari karena pelaku tidak
bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Dalam hal perasuransian, tabrak lari
sering disorot public terkait dana santunan yang diberikan oleh pihak yang
berwenang. Pihak yang berwenang di sini adalah PT. Jasa Raharja.
Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 diciptakan guna
menghormati dan melindungi kepentingan umum yang harus dilindungi
adalah setiap kepentingan yang dapat mempertahankan kepentingan dari
masyarakat tanpa gangguan, sedangkan kepentingan hukum dapat diperinci
dalam 3 (tiga) jenis, yaitu : kepentingan hukum perseorangan, kepentingan
hukum masyarakat dan kepentingan hukum negara.Suatu kepentingan hukum
itu baru dapat dilindungi sebagai kepentingan hukum perseorangan apabila
kepentingan hukum tersebut juga merupakan kepentingan hukum
masyarakat.Atas dasar kepentingan tersebut, maka Buku II KUHP mengenal
beberapa tindak pidana yang diatur di dalam pasal-pasalnya. Salah satu tindak
pidana yang diatur dalam Buku II KUHP adalah tindak pidana yang
disebabkan karena menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan
sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
22
Mansur, Didik M. Arief. 2005. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,
Antara Norma dan Realita, Bandung.
35
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan
kepada orang itu sebagaimana diatur dalam Pasal 304 KUHP. Perbuatan yang
diatur dalam Pasal 304 KUHP dikualifikasi sebagai tindak pidana dan
diancam dengan sanksi pidana dengan sistem perumusan sanksi yang bersifat
alternatif berupa pidana pokok, yaitu pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
8 (delapan) bulan.Oleh karena itu, sebagai konsekuensi yuridisnya pelaku
tindak pidana Pasal 304 KUHP harus dikenakan sanksi pidana pokok, yaitu
pidana penjara.23
Contoh penulis ambil data di DKI Jakarta tahun 2013
sebanyak lebih dari 300 kejadian tabrak lari dan memakan korban hampir 200
orang di ibukota yang mengakibatkan puluhan juta kerugian materil.24
C. Klaim Asuransi
1. Pengertian Klaim
Klaim Asuransi adalah permintaan resmi kepada perusahaan asuransi,
untuk meminta pembayaran berdasarkan ketentuan perjanjian. Klaim Asuransi
yang diajukan akan ditinjau oleh perusahaan untuk validitasnya dan kemudian
dibayarkan kepada pihak tertanggung setelah disetujui.25
Pengertian di atas dapat disimpukkan bahwa klaim merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi penanggung kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian
23
Agus Setiawan. 2017. Tindak Pidana Lalu Lintas Atas Tabrak Lari
Dihubungkan Dengan Pasal 312 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Angkutan Jalan. http://ejournal.unsub.ac.id/ index.php/FH/article/
download/130/119/ . Vol 8 No 1. Fakultas Hukum Universitas Subang. Hal 2 24
Data.jakarta.go.id 25
Arena Putri, MENGENAL ISTILAH ASURANSI (PREMI, POLIS, CLAIM,
PENANGGUNG &TERTANGGUNG), https://id.linkedin.com/pulse/mengenal-
istilah-asuransi-premi-polis-claim-penanggung-arena-putri diakses pada 10 Juli
2018
36
yang telah disepakati dalam polis asuransi. Polis sendiri adalah sejumlah dana
yang akan dibayarkan pada perusahaan asuransi setiap bulannya (premi).
Dalam menjalankan asuransi pasti timbul resiko yang dihadapi tertanggung di
masa yang akan datang.
Secara umum, klaim merupakan tuntutan atas hak sebagai akibat dari
pemenuhan ketentuan yang ditetapkan sebelumnya dalam perjanjian
asuransi.Secara khusus, klaim asuransi jiwa merupakan tuntutan pemegang
polis kepada penanggung atas pembayaran jumlah uang pertanggungan (UP)
atau saldo tunai sebagai akibat dari pemenuhan ketentuan dalam peranjian
asuransi.26
Substansi polis tunduk pada ketentuan-ketentuan tentang pertanggungan
(asuransi) yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
dalam hal ini Pasal 302 sampai dengan Pasal 308 KUHD.Dengan terbitnya
polis itu berarti serta merta konsumen tunduk pada ketentuan/syarat umum
polis yang dibuat secara sepihak oleh perusahaan asuransi.
Dalam hal pembayaran premi menunggak, maka perlindungan tak lagi
dijamin.Bila tak diminta atas desakan konsumen peserta asuransi, sebagian
perusahaan asuransi kurang memberikan informasi yang detail dan sejelas-
jelasnya tentang sistem perhitungan besarnya premi yang harus dibayarkan
sebelum jangka waktu berakhir dan asuransi gugur.
26
Akhmad, Pengertian Klaim Menurut Para Ahli,
https://www.akhmadshare.com/2017/11/ pengertian-klaim-asuransi.html diakses
pada 12 Juli 2018
37
Tidak setiap kerugian akibatnya dari peristiwa mendapat ganti
kerugian.Harus dilihat terlebih dahulu apakah peristiwa yang terjadi adalah
peristiwa yang ditanggung oleh penanggung dan disebutkan dalam
polis.Tuntutan ganti kerugian ini disebut klaim. Contohnya pada asuransi
sosial Jasa Raharja yang menjamin kecelakaan lalu lintas kemudian korban
kecelakaan meminta klaim lain atas barangnya yang hilang pada saat
kecelakaan, padahal barang yang hilang tidak termasuk resiko yang harus
dijamin oleh perusahaan asuransi Jasa Raharja.
Dalam proses perasuransian biasanya terdapat fenomena mempersulit
pengajuan klaim. Bila ini sering terjadi, maka masyarakat akan menjauh dari
perasuransian. Namun, yang akan dibahas oleh penulis di sini adalah
mengenai asuransi sosial jasa raharja yang wajib diikuti tanpa ada kemauan
mengikuti atau tidak.27
2. Prosedur Klaim Asuransi Jasa Raharja
1. Korban yang mengalami kecelakaan melaporkan kejadian ke kantor
kepolisian terdekat.
2. Kepolisian mengeluarkan Laporan Kecelakaan (Laka)
3. Staf PT. Jasa Raharja (Persero) yang bertanggungjawab d Samsat
menerima Laka dan data korban, selanjutnya melakukan survey serta
membantu korban/ahli waris dalam melengkapi berkas-berkas pengajuan
klaim.
27
Andriani, Vvien. 2008. “Pelaksanaan Penyelesaian Klaim Asuransi Jiwa Di
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Semarang”. Tesis. Semarang.
38
4. Staf PT. Jasa Raharja (Persero) bidang pelayanan menerima berkas
pengajuan klaim dari staf yang bertanggungjawab di Samsat
5. Bidang pelayanan selanjutnya melakukukan pemeriksaan ulang apakah
berkas yang diajukan sudah lengkap dan sesuai dengan kebenaran maka
pengajuan klaim diterima.
6. Untuk pengajuan klaim yang lengkap, berkasnya diserahkan kepada
Kepala Perwakilan untuk diverifikasi ulang. Pengajuan klaim yang ditolak
diserahkan kembali ke bidang pelayanan untuk dikembalikan kepada pihak
korban/ahli waris.
7. Pengajuan klaim kecelakaan yang sudah diterima dan diotorisasi
selanjutnya diserahkan ke kasir, dan kepala perwakilan memerintahkan
kasir untuk memproses pembayaran klaim korban/ahli waris yang
pengajuan klaimnya diterima maka diharapkan datang ke kantor
perwakilan.
8. Selanjutnya, kasir akan melakukan pengecekan ulang kelengkapan serta
kebenaran data pada berkas pengajuan klaim dengan melakukan
wawancara dengan pihak korban/ahli waris. Kasir akan menjelaskan
bahwa pembayaran santunan dilakukan melalui transfer ke rekening bank
korban/ahli waris tersebut.
9. Setelah kasir menerima kebenaran dan kesesuaian data dari pihak
korban/ahli waris, kasir membuat kwitansi pembayaran dan SPT.
39
10. Sebagai bukti bahwa pembayaran klaim telah dilakukan oleh pihak Jasa
Raharja, kasir memberikan kwitansi pembayaran dan SPT kepada
korban/ahli waris tersebut.
11. Kasir menjelaskan pula kepada korban/ahli waris untuk mengecek
rekeningnya dalam kurang dari 24 jam. Apabila pembayaran atau uang
santunan belum masuk ke rekeing korban/ahli waris, maka korban/ahli
waris diharapkan menghubungi pihak asa Raharja.
12. Kasir membuat bilyet giro dan SPB untuk perintah pembayaran atas SPT
pada hari tersebut.
13. Sebagai bentuk perintah transfer kepada Bank BRI, kasir mengirimkan
SPT dan SPB yang telah diotorisasi kepala perwakilan serta bilyet giro
yang telah dibuat oleh kasir.
14. Setelah transfer dilakukan di Bank BRI, maka bilyet giro yang telah
divalidasi bank diserahkan kembali ke kasir.
15. Kasir mencatat pengeluaran kas daftar harian.
16. Daftar Harian Kas (DHK) dan Laporan Pemakaian Bilyet Giro (LPBG)
diserahkan ke staf bidang keuangan untuk diverifikasi ulang.
17. DHK dan LPBG yang sudah diverfikasi, diserahkan kepada kepala
perwakilan untuk diotorisasi
18. DHK dan LPBG yang telah diotorisasi kepala perwakilan, diserahkan
kembali ke staf bidang pelayanan untuk diinput dalam data online Jasa
Raharja yaitu DASI.
40
19. Setelah dari bidang pelayanan diserahkan kembali ke staf bidang keuangan
untuk selajutnya DHK dan LPBG dikirimkan ke Kantor Cabang
Surabaya.28
Dari nomor-nomor di atas dapat kita ketahui bahwa klaim asuransi
kecelakaan Jasa Raharja tidak sulit dan tidak mudah.Tidak sulit karena tidak
menyita banyak waktu lama dan mudah karena Jasa Raharja merupakan
asuransi sosial.Prosedur yang dijelaskan oleh penulis tersebut merupakan
urutan administrasi yang harus ditempuh oleh pihak korban/ahli waris dan
pihak penanggung PT. Jasa Raharja.
D. Asas Diskresi
Asas diskresi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “discretion” atau
“discretion power”, di Indonesia lebih populer dikenal dengan istilah diskresi
yang diterjemahkan “kebebasan bertindak” atau keputusan yang diambil atas
dasar penilaian sendiri. Menurut kamus hukum, Diskresi berarti kebebasan
mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya
sendiri.Diskresi adalah wewenang untuk bertindak atau tidak bertindak atas dasar
penilaiannya sendiri dalam menjalankan kewajiban hukum.
Istilah diskresi dalam perbandingan pada beberapa negara dikenal dengan
istilah “discretionary power” (Inggris), “ermessen” (Jerman), dan “vrij
bevoegdheid” (Belanda).Secara etimologi, istilah freies ermerssen berasal dari
28
Reika Happy Sugiastuti. 2014. Analisissystem dan Prosedur Pembayaran Klaim
Kecelakaan Dalam Upaya Meningkatkan Pengendalian Intern. Malang. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 13 No. 1.Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
41
bahasa Jerman.Freies artinya orang yang bebas, tidak terikat, dan
merdeka.Sedangkan Ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga,
memperkirakan.Freies ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk
menilai, menduga, dan mempertimbangkan sesuatu.Konsep diskresi dalam
pendekatan discretionary power merupakan kewenangan yang dimiliki baik oleh
hakim, pejabat publik, dan pihak swasta.Dalam hal ini, diskresi berada dalam
ranah hukum publik maupun hukum perdata.
Istilah diskresi dapat juga kita temukan dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Berdasarkan Pasal 1 Angka 9
UU 30 Tahun 2014, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap
atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.Adapun yang dimaksud
dengan stagnasi pemerintahan adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas
pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Menurut UU Nomor 30 Tahun 2014 Pasal 6 Ayat (1) jo Ayat (2) Huruf e,
dinyatakan bahwa menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya merupakan
salah satu hak yang dimiliki oleh pejabat pemerintahan dalam mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang antara lain meliputi:
1. Melaksanakan kewenangan yang dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan AUPB;
42
2. Menyelenggarakan aktivitas pemerintahan berdasarkan kewenangan yang
dimiliki;
3. Menetapkan keputusan berbentuk tertulis atau elektronis dan/atau
menetapkan tindakan;
4. Menerbitkan atau tidak menerbitkan, mengubah, mengganti, mencabut,
menunda, dan/atau membatalkan keputusan dan/atau tindakan;
5. Menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya;
6. Mendelegasikan dan memberikan mandat kepada pejabat pemerintah
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas untuk melaksanakan
tugas untuk melaksanakan tugas apabila pejabat definitif berhalangan;
8. Menerbitkan izin, dispensasi, dan/atau konsesi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
9. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam
menjalankan tugasnya;
10. Memperoleh bantuan hukum dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan
tugasnya;
11. Menyelesaikan sengketa kewenangan di lingkungan atau wilayah
kewenangannya;
12. Menyelesaikan upaya administratif yang diajukan masyarakat atas
keputusan dan/atau tindakan yang dibuatnya; dan
43
13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada bawahan yang melakukan
pelanggaran sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.29
29Didik Hery Santosa, Penggunaan Asas Diskresi Dalam Pengambilan
Keputusan, dalam http://www.bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/418-
artikel-soft-competency/23181-penggunaan-asas-diskresi-dalam-pengambilan-
keputusan diakses pada 22 Juli 2018