41
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual A.1 Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual Kekayaan yang berupa benda merupakan obyek hukum. Menurut Subekti, pengertian yang paling luas dari perkataan “benda” adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Benda dalam arti kekayaan atau hak milik meliputi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Salah satu bagian hak atas benda tidak berwujud adalah hak atas kekayaan intelektual. Hak Atas kekayaan Intelektual (HAKI) atau padanan kata Intellectual Property Rights adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia yang berupa penemuan-penemuan di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dansastra. HAKI dahulu dikenal sebagai Hak Milik Intelektual. Istilah Hak Milik Intelektual merupakan terjemahan langsung dari “Intellectual Property”. Selain istilah “Intellectual Property” jugadikenal dengan istilah “intangible Property”, “Creative Property”, dan “Incorporeal Property”. Di perancis orang mengatakannya sebagai “Property Intellectuele”, dan “Propriete Industrielle”. 1 5 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, 1993, hal: 60 Irwansyah Ockap Halomoan : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Terkenal Asing Dari Pelanggaran Merek Di Indonesia, 2008.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual

A.1 Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual

Kekayaan yang berupa benda merupakan obyek hukum. Menurut

Subekti, pengertian yang paling luas dari perkataan “benda” adalah

segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Benda dalam arti

kekayaan atau hak milik meliputi benda berwujud dan benda tidak

berwujud. Salah satu bagian hak atas benda tidak berwujud adalah hak

atas kekayaan intelektual. Hak Atas kekayaan Intelektual (HAKI) atau

padanan kata Intellectual Property Rights adalah hak yang berkenaan

dengan kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual

manusia yang berupa penemuan-penemuan di bidang teknologi, ilmu

pengetahuan, seni, dansastra.

HAKI dahulu dikenal sebagai Hak Milik Intelektual. Istilah Hak

Milik Intelektual merupakan terjemahan langsung dari “Intellectual

Property”. Selain istilah “Intellectual Property” jugadikenal dengan

istilah “intangible Property”, “Creative Property”, dan “Incorporeal

Property”. Di perancis orang mengatakannya sebagai “Property

Intellectuele”, dan “Propriete Industrielle”.1

5Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, 1993, hal: 60 Irwansyah Ockap Halomoan : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Terkenal Asing Dari Pelanggaran Merek Di Indonesia, 2008.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

11

Di Belanda biasa disebut “Milik Intelektual” dan “Milik

Perindustrian”. World Intellectual Property Organization atau WIPO

sebagai organisasi internasional yang mengurus bidang hak milik

intelektual memakai istilah Intellectual Property yang mempunyai

pengertian luas dan mencakup antara lain karya kesusastraan, artis,

kaset, dan penyiaran audio visual, penemuan dalam segala bidang

usaha manusia, penemuan ilmiah, desain industri, merek dagang, nama

usaha, dan penentuan komersial (commercial names and disignation),

dan perlindungan terhadap permainan curang.

Pemilikan HAKI bukan terhadap barangnya melainkan terhadap

hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir atau intelektual

manusia yang bisa dilihat, didengar, dibaca, maupun digunakan secara

praktis, memiliki manfaat dan berguna dalam menunjang kehidupan

manusia serta bernilai ekonomis.2

HAKI sangat penting artinya sebagai suatu sistem yang berfungsi

sebagai sarana pemberian hak terhadap kekayaan berupa aset yang

tidak kasat mata (Intangible) kepada pihak-pihak yang telah

memenuhi persyaratan dan memberikan perlindungan kepada

pemegang hak, karena sifatnya tersebut maka HAKI sebagai aset harus

disempurnakan dokumentasi hukumnya yaitu, : dengan pendaftaran ke

instansi yang ditunjuk untuk itu, di Indonesia adalah Direktorat

Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan

6Hak Milik Intelektual, Muhamad Djumhan dan R. Djubaedillah, hal 20

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

12

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Konsideran huruf (b), yang dimuat dalam Undang-Undang No. 7

Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing The World

Trade Organization merupakan “payung” bagi perlindungan hak atas

kekayaan intelektual dan memberikan harapan agar meningkatnya

daya saing Indonesia di bidang ekonomi terutama dalam perdagangan

internasional. Konsideran huruf (b) selengkapnya adalah sebagai

berikut:

“Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi, diperlukan upaya-upaya untuk antara lain terus meningkatkan, memperluas, memantapkan dan mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun jasa, termasuk aspek investasi dan hak atas kekayaan intelektual yang berkaitan dengan perdagangan, serta meningkatkan kemampuan daya saing terutama dalam perdagangan internasional”.3

A.2 Sifat-sifat Hak Atas Kekayaan Intelektual

HAKI sebagai bagian dari hukum harta benda (hukum

kekayaan), maka pemiliknya dapat dengan leluasa menikmati

kegunaan suatu kebendaan dengan berbuat bebas melakukan apa saja

terhadap harta benda/ kekayaannya. Kebebasanitu ada batasnya, yaitu,

tidak bertentangan dengan kesusilaan, tidak merugikan kepentingan

umum, dan peraturan perundang-undangan.

Pengaturan hak milik intelektual dalam perkembangannya

menempatkan undang-undang tidak semata-mata bersifat tambahan

7Konsideran, Undang-undang No. 7 Tahun 1994

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

13

melainkan juga bersifat memaksa. Perubahan pengaturan tersebut

masih tetap memperhatikan sifat asli hak milik

intelektual,diantaranya:

a. Mempunyai jangka waktuterbatas;

Dalam arti setelah habis masa perlindungannya, ciptaan atau

penemuan tersebut akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang

setelah habis masa perlindungannya bisa diperpanjang terus,

misalnya hak merek, tetapi ada juga yang perlindungannya hanya

bisa diperpanjang satu kali dan jangka waktunya tidak sama

lamanya dengan jangka waktu perlindungan pertama, contohnya

hak paten. Jangka waktu perlindungan hak milik intelektual ini

ditentukan secara jelas dan pasti dalam undang- undangnya,

misalnya merek dilindungi selama 10 tahun dan berlaku surut sejak

tanggal penerimaan permintaan pendaftaran merek.

b. Bersifat eksklusif dan mutlak;

Maksud bersifat eksklusif dan mutlak yaitu bahwa si

pemilik/pemegang hak tersebut dapat mempertahankannya dan

melakukan penuntutan kepada seseorang (siapapun) atas

pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain tersebut. Si

pemilik/pemegang hak milik intelektual mempunyai suatu hak

monopoli, yaitu bahwa dia dapat mempergunakan haknya dengan

melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat ciptaannya atau

penemuan ataupun menggunakannya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

14

c. Bersifat hak mutlak yang bukankebendaan.

Pemilikan HAKI bukan terhadap barangnya melainkan terhadap

hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir atau intelektual

manusia yang dapat dilihat, didengar, dibaca maupun digunakan

secara praktis, memiliki manfaat dan berguna dalam menunjang

kehidupan manusia serta bernilai ekonomis.4

A.3 Prinsip-Prinsip Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hubungan yang tercipta antara hukum dengan kepemilikan adalah

hukum menjamin bagi sertiap manusia penguasaan dan kenikmatan

eksklusif atas benda atau ciptaannya tersebut dengan keikutsertaan

negara. Hukum dengan bantuan negara memberikan perlindungan

untuk kepentingan si pemilik baik secara pribadi maupun secara

kelompok. Hukum juga memberikan jaminan agar ketertiban didalam

masyarakat tetap terpelihara dan kepentingan masyarakat tidak

terganggu oleh kelompok pribadi. Untuk menyeimbangkan

kepentingan- kepentingan tersebut, maka sistem hak milik intelektual

harus berdasarkan kepada prinsip:

a. Pinsip keadilan (the principle of naturaljustice)

Penciptaan sebuah karya, atau orang lain yang bekerja

membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar

memperoleh imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa materi atau

bukan materi seperti adanya rasa aman karena dilindungi dan diakui

8Alyoga, Hak atas kekayaan intelektual, https://alyoga562.wordpress.com/2015/12/05 di akses tanggal 9 Mei 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

15

atas hasil kerjanya. Hukum memberikan perlindungan tersebut demi

kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak

dalam rangka kepentingannya tersebut, yang kita sebut hak. Setiap

hak mwnurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa

tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya.

Menyangkut hak milik intelektual maka peristiwa yang menjadi

alasan melekatnya itu adalah penciptaan yang mendasarkan atas

kemampuan intelektualnya. Perlindungan ini pula tidak terbatas di

dalam negeri penemu itu sendiri, melainkan juga dapat meliputi

perlindungan diluar batas negaranya. Hal itu karena hak yang ada

pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan

(commission) atau tidak melakukan (omission) suatuperbuatan.

b. Prinsip ekonomi (the economicargument)

Hak milik intwelektual ini merupakan hak yang berasal dari

hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang

diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang

memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan

manusia, maksudnya adalah bahwa kepemilikan itu wajar karena

sifat ekonomi manusia yang menjadikan hal itu suatu keharusan

untuk menunjang kehidupan dalam masyarakat. Dengan demikian

hak milik intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi

pemiliknya. Dari kepemilikannya seseorang akan mendapatkan

keuntungan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalty, dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

16

technical fee.

c. Prinsip kebudayaan (the culturalargument)

Kita mengkonsepsikan bahwa kerja manusia itu pada

hakekatnya bertujuan unutk memungkinkannya hidup, selanjutnya

dari karya itu pula akan timbul pula suatu gerak hidup yang harus

menghasilkan lebih banyak karya lagi. Dengan konsepsi demikian

maka pertumbuhan, dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan

sastra sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan,

peradaban dan martabat manusia. Selain itu juga akan memberikan

kemashlahatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pengakuan atas

kreasi, karsa, karya cipta manusia yang dibakukan dalam sistem hak

milik intelektual adalah suatu yang tidak dapat dilepaskan sebagai

perwujudan suasana yang diharapkan mampu membangkitkan

semangat dan melahirkan ciptaan baru.

d. Prinsip sosial (the socialargument)

Hukum tidak mengatur kehidupan manusia sebagai

perseorangan yang berdiri sendiri, terlepas dari manusia lain, tetapi

hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat.

Jadi manusia didalam hubungannya dengan manusia lain yang

sama-sama terikat dalam suatu ikatan kemasyarakatan. Dengan

demikian hak apapun yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada

perseorangan atau suatu persekutuan atau kesatuan lain, tidak boleh

diberikan semata-mata untuk memenuhi kepentingan perseorangan,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

17

persekutuan atau kesatuan lain itu saja, akan tetapi pemberian hak

kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan itu diberikan dan

diakui oleh hukum, oleh karena dengan diberikannya hak tersebut

kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan hukum itu,

kepentingan seluruh masyarakat akan terpenuhi.

A.4 Jenis Jenis Hak Kekayaan Intelektual

Terdapat 4 jenis utama dari HAKI (hak atas kekayaa intelektual), yaitu :

1. Hak Cipta (Copyright)

Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap

ciptaannya dan salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak

penuh terhadap ciptaannya tersebut serta salinan dari ciptaannya

tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk membuat

salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif,

dan hak-hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak

cipta berlaku seketika setelah ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta tidak

perlu didaftarkan terlebih dahulu.

Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan

yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup

gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin

terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak

cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak

yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau

menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

18

Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain

mengenai tokoh tikus secara umum.

Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak

Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun

2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah “hak

eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak

mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku” (pasal 1 butir 1).

2. Paten (Patent)

Berbeda dengan hak cipta yang melindungi sebuah karya, paten

melindungi sebuah ide, bukan ekspresi dari ide tersebut. Pada hak cipta,

seseorang lain berhak membuat karya lain yang fungsinya sama asalkan

tidak dibuat berdasarkan karya orang lain yang memiliki hak cipta.

Sedangkan pada paten, seseorang tidak berhak untuk membuat sebuah

karya yang cara bekerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan.

Contoh : sampul dokumen paten Amerika Serikat

3. Merk Dagang (Trademark)

Merk dagang digunakan oleh pebisnis untuk mengidentifikasikan

sebuah produk atau layanan. Merk dagang meliputi nama produk atau

layanan, beserta logo, simbol, gambar yang menyertai produk atau

layanan tersebut.

Contoh : Merek Toko Buku, Merek Makanan, Merek Produk dll

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

19

Jenis –jenis merek antara lain :

Merek Dagang: merek digunakan pada barang yang diperdagangkan

oleh seseorang/beberapa orang/badan hukum untuk membedakan

dengan barang sejenis.

· Merek Jasa: merek digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh

seseorang/beberapa orang/badan hukun untuk membedakan dengan jasa

sejenis.

· Merek Kolektif: merek digunakan pada barang/jasa dengan karakteristik

yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang/badan hukum

secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa

sejenis.

Menurut Imam Sjahputra, fungsi merek adalah sebagai berikut:

a. Sebagai tanda pembeda (pengenal);

b. Melindungi masyarakat konsumen ;

c. Menjaga dan mengamankan kepentingan produsen;

d. Memberi gengsi karena reputasi;

e. Jaminan kualitas.

Hal-Hal yang Menyebabkan Suatu Merek Tidak Dapat di Daftarkan

a. Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.

b. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum.

c. Tidak memiliki daya pembeda

d. Telah menjadi milik umum

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

20

e. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

4. Rahasia Dagang (Trade Secret)

Berbeda dari jenis HAKI lainnya, rahasia dagang tidak

dipublikasikan ke publik. Sesuai namanya, rahasia dagang bersifat

rahasia. Rahasia dagang dilindungi selama informasi tersebut tidak

‘dibocorkan’ oleh pemilik rahasia dagang.

Dasar Hukum: Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-

undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan

mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.

Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:

Bersifat rahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum

oleh masyarakat.

Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk

menjalankan kegiatan atau usaha yg bersifat komersial atau dapat

meningkatkan keuntungan ekonomi.

Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang

menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang

dimaksud dengan lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain

melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan

pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

21

dagang yang diberikan perlindungan pada jangka waktu tertentu dan

syarat tertentu.5

B. Tinjauan Umum Mengenai Merek

B.1 Pengertian Merek

Pengertian Merek menurut Purwo Sutjipto adalah suatu tanda

untuk mempribadikan suatu benda tertentu, sehingga dapat dibedakan

dengan benda lain yang sejenisnya. Menurut Prof R

Soekardono, Pengertian Merek adalah suatu tanda yang mempribadikan

sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang

atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-

barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau

badan-badan perusahaan lain.

Prof Vollmar mengemukakan pengertian merek, suatu merek pabrik

atau merek perniagaan ialah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang

atau di atas bungkusannya, yang berguna untuk membedakan barang itu

dengan barang-barang yang sejenis lainnya.

Pengertian Merek menurut Essel R Dillavou, Merek adalah suatu

lambang, simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di dalam

bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha

atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya dan tidak

ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya, desain

9Jenis - jenis hak atas kekayaan http://putrimayangrahayu.blogspot.co.id/2015/06 diakses

tanggal 21 Oktober 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

22

atau trade mark menunjukkan keaslian tetapi sekarang itu dipakai

sebagai suatu mekanisme periklanan.

Menurut Harsono Adisumarto, Pengertian Merek adalah tanda

pengenal yang membedakan milik seseorang dengan orang lain, seperti

pada pemilikan ternak dengan memberi cap pada punggung sapi yang

kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap

tersebut itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan

bahwa hewan yang bersangkutan tersebut telah ada pemiliknya.

Biasanya dalam membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari

mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.6

Pengertian merek secara yuridis adalah pengertian yang diberikan

oleh undang-undang. Pasal 1 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001

menyebutkan sebagai berikut:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.7

Unsur-Unsur Merek mempunyai unsur-unsur, Memiliki daya pembeda,

Bukan milik umum, Tidak bertentangan dengan peraturan perundang

undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban

B.2 Sejarah Hak Merek

Pada awalnya merek digunakan oleh manusia untuk dibubuhkan

10Pengertian merek menurut pakar,www.pengertianpakar.com/2015/04, diakses tanggal 9

Mei 2016 11Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

23

secara fisik kepada benda dengan maksud untuk menunjukkan asal-

usul atau pada kepemilikannya. Perkembangan merek yang pertama

kali adalah dipisahkannya merek menurut fungsinya yang spesifik.

Fungsi merek sebagai tanda untuk menghubngkan produk tertentu

dengan sumbernya sekaligus dipakai karena bisa membedakan dari

penghasil barang lainnya.

Kebutuhan akan perlindungan hukum atas merek semakin

berkembang dengan pesatnya orang-orang yang melakukan peniruan,

terlebih pula setelah dunia perdagangan lsemakin maju, serta alat

transportasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi

maka wilayah pemasaran barang-barang menjadi semakin luas.

Keadaan seperti itu menambah pentingnya merek sebagai alat untuk

membedakan asal-usul barang, kualitasnya, dan untuk menghindarkan

peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan

penyesuaian dalam sistem perlindungan hokum terhadap merek yang

digunakan pada produk yang diperdagangkan.

Berkembangnya perdagangan barang antar negara akibat dari

perluasan pasar menyebabkan pemasaran dari suatu produk melewati

batas-batas negara. Keadaan ini mengakibatkan adanya kebutuhan

untuk perlindungan merek secara internasional. Tahun 1883 di Paris

dibentuk suatu konvensi mengenai hak milik perindustrian yang

kemudian menjadi tonggak sejarah dimulainya perkembangan

perlindungan merek secara internasional. Pengaturan hukum merek di

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

24

indonesia pertama kali pada saat dikeluarkannya Undang-undang Hak

Milik Perindustrian pada masa sebelum kemerdekaan yaitu dalam

“Reglement Industrieele Eigendom Kolonien”, Stb. 545 Tahun 1912.

sistem yang dianut Reglement Industrieele Eigendom Kolonien adalah

deklaratif. Sistem deklaratif tidak menerbitkan hak, tetapi hanya

memberikan sangkaan hukum (rechtsvermoeden) atau presemption

iuris yaitu bahwa pihak yang mereknya terdaftar adalah pihak yang

berhak atas merek dan sebagai pemakai pertama dari merek yang

didaftarkan. Pendaftaran merek hanya digunakan untuk memudahkan

pembuktian bahwa pihak pendaftar diduga sebagai pemakai pertama

dari merek yang didaftarkan.

Sistem deklaratif masih digunakan dalam UU No. 21 Tahun 1961

tentang merek sebagai pengganti Reglement tersebut. Secara

keseluruhan UUM No. 21 Tahun 1961 dianggap tidak dapat

memberikan perlindungan hukum yang memadai kepada pemilik atau

pemegang merek yang sah dan perlindungan hukum terhadap

konsumen. Hal itu dimulai pada awal tahun 70-an ketika kasus yang

terkenal tentang merek TANCHO yang terjadi antara pengusaha lokal

Cina dengan pengusaha asing Jepang (Putusan perkara merek

TANCHO Reg. No. 677/K/SIP/1972 tanggal 13 Desember 1972).

Walaupun untuk menutupi kekurangan undang-undang merek itu telah

ditetapkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Yurisprudensi

Mahkamah Agung RepublikIndonesia. Pada tahun 1992 UUM No. 21

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

25

Tahun 1961 diganti dengan UUM No. 19 Tahun 1992 tentang merek

yang mulai berlaku efektif tanggal 1 April 1993. UUM No. 19 Tahun

1992 tidak lagi menggunakan sistem deklaratif tetapi sistem

konstitutif. Sistem ini mendasarkan pada sistem pendaftaran

yaitu bahwa pendaftaran atas merek merupakan bukti adanya hak atas

merek tersebut.

Siapa yang pertama mendaftarkan dialah yang berhak atas merek

dan secara eksklusif dapat menggunakan merek tersebut Walaupun

UUM No. 19 tahun 1992 dianggap telah cukup memberikan kepastian

hukum bagi perlindungan produsen dan konsumen, tetapi oleh

pemerintah Indonesia direvisi lagi dengan ditetapkannya UUM No. 14

Tahun 1997 tentang perubahan UUM No. 19 Tahun 1992 tentang

merek, yang kemudian diganti lagi dengan UUM No. 15 Tahun 2001

tentangmerek8

B.3 Fungsi merk

Pemakaian merek berfungsi sebagai :

1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan

seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum dengan produksi orang lain.

2. Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya

cukup dengan menyebut mereknya.

12 Muhamad Djumhan dan R, Djubaedillah, Op Cit, hal: 149

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

26

3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya.

4. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.

B.3.1 Fungsi Pendaftaran Merek

1. Sebagai alat bukti pemilik yang berhak atas merek yang

didaftarkan;

2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan

atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh

orang lain untuk barang/jasa sejenisnya;

3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang

sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran

untuk barang/jasa sejenisnya9

B.4 Prosedur Pendaftaran Merek

Prosedur untuk pendaftaran merek tersebut terbagi menjadi dua,

yakni pengajuan merek oleh pemohon dan proses verifikasi oleh Ditjen

HKI.

Sebagai langkah pertama, pemohon yang dalam hal ini dapat

diwakilkan melalui Kuasa kepada konsultan HKI harus mengirimkan

atau menyerahkan formulir pendaftaran merek.

Formulir tersebut harus dilengkapi oleh semua dokumen yang

diperlukan, seperti surat keterangan UMKM, etiket merek yang akan

didaftarkan, surat kuasa khusus, bukti pembayaran pendaftaran merek,

dan bukti penerimaan perintaan pendaftaran merek.

13Paten Indonesia,Apa yang dimaksud merek,www.patenindonesia.co.id, diakses tanggal 9 Mei 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

27

Selanjutnya, setelah dokumen pendaftaran diterima oleh Ditjen HKI,

maka akan dilakukan beberapa langkah pemeriksaan hingga terbitnya

sertifikat merek.

1. Pemeriksaan Substantif

Dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran merek, Ditjen HKI akan melakukan

pemeriksaan substantif terhadap permohonan merek.

Pemeriksaan ini melingkupi apakah permohonan tersebut termasuk ke

dalam kategori yang dimohonkan atau tidak, apakah sudah ada merek

yang sama terdaftar di kelas produk yang sama atau tidak.

Untuk proses ini, Ditjen HKI memberikan waktu pemeriksaan paling

lama sembilan bulan.

2. Pengumuman Permohonan

Dalam waktu paling lama 10 hari terhitung sejak tanggal disetujuinya

permohonan merek pada proses pemeriksaan substantif, Ditjen HKI

mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek.

Pengumuman ini berlangsung selama tiga bulan.

3. Keberatan dan Sanggahan

Selama jangka waktu pengumuman Berita Resmi Merek, setiap pihak

dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Ditjen HKI atas

permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

28

4. Pemeriksaan Kembali

Apabila pada tahapan pengumuman terdapat keberatan atau sanggahan,

Ditjen HKI akan menggunakan keberatan tersebut sebagai bahan

pertimbangan dalam pemeriksaan kembali terhadap permohonan yang

telah selesai diumumkan tersebut.10

C. Tinjauan Umum Mengenai Itikad Tidak Baik dan Itikad Baik

C.1 Itikad Tidak Baik Dalam Pendaftaran Merek

Itikad tidak baik adalah suatu sikap bathin yang dengan sengaja

melakukan peniruan terhadap merek pihak lain dengan cara

melanggar ketentuan dalam undang- undang merek yang seharusnya

menjunjung tinggi prinsip itikad baik vide Pasal 4, yang

menyebutkan bahwa: “Merek tidak dapat didaftarkan atas dasar

permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak

baik”. Itikad tidak baik lawan dari itikad baik dimana itikad tidak

baik pada intinya adalah “pemilik merek memiliki merek yang tidak

mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya

dengan merek orang lain”.

Ketentuan Pasal 4 tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam UU

Merek, meskipun menganut sistem konstitutif, tetapi tetap asasnya

melindungi pemilik merek yang beritikad baik. Hanya permintaan

yang diajukan oleh pemilik merek yang beritikad baik saja yang

14Ini prosedur pendaftaran merek di ditjen haki http://entrepreneur.bisnis.com diakses tgl 18

oktober 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

29

dapat diterima untuk didaftarkan. Dengan demikian aspek

perlindungan hukum tetap diberikan kepada mereka yang beritikad

baik dan terhadap pihak lain yang beritikad tidak baik yang sengaja

meniru atau tidak jujur mendaftarkan mereknya, dapat dibatalkan

oleh Direktorat Merek HKI.11

Sebab tindakan pihak lain yang beritikad tidak baik dalam

pendaftaran merek bertentangan dengan syarat-syarat yang

ditetapkan Pasal 6 ayat (1) UU Merek yaitu:

1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu

untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang

dan/atau sejenisnya;dan

3. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan indikasi- geografis yang sudah dikenal.

Perbuatan beritikad tidak baik yang merupakan pelanggaran

Pasal 6 UU Merek, sebenarnya merupakan tindakan curang untuk

membonceng merek yang sudah terkenal atau sesuatu yang sudah

banyak dikenal masyarakat luas, sehingga dengan menggunakan

merek yang demikian, suatu produk ikut menjadi dikenal di

masyarakat. Sudah tentu perbuatan ini tidak sesuai dengan etika

15Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,hal. 357.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

30

intelektual yang telah diatur dengan Undang-Undang. Suatu hasil

karya orang lain tidak dapat ditiru begitu saja, tetapi terlebih dahulu

harus dengan izinpemiliknya.12

C.2 Itikad Baik Dalam PendaftaranMerek

Pemilik merek dapat berupa orang/manusia dan badan hukum.

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (3) UU Merek

ditentukan adanya kemungkinan pemilik merek dapat terdiri dari

satu orang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum.

Pemilik merek yang terdiri dari beberapa orang secara bersama-

sama maupun badan hukum dapat terjadi, karena merek sengaja

dibuat bukan untuk dimiliki sendiri, melainkan untuk kepentingan

bersama beberapa orang atau badan hukum, hal ini tentu disertai

dengan perjanjian dari si pembuat merek. Perseroan Terbatas dan

Koperasi dikatakan berbadan hukum, karena mempunyai harta

kekayaan sendiri dan pengurusnya mempunyai tanggung jawab

yang terbatas. Berbeda dengan Pesekutuan Komanditer (CV)

maupun Firma, keduanya bukan badan hukum karena pengurusnya

mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas, yaitu sampai pada

harta kekayaan pribadi, sehingga dalam Persekutuan

Komanditermaupun Firma, yang dapat menjadi pemilik adalah

16Ibid, hal 356

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

31

pengurusnya, bukan perusahaannya.13

Pengertian beritikad baik tidak boleh bertentangan dengan

syarat-syarat yang ditetapkan Pasal 6 UU Merek yang berbunyi

sebagai berikut:

Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek

tersebut: Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk

barang dan/atau jasa yangsejenis, Mempunyai persamaan pada pokoknya

atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain

untuk barang dan/atau sejenisnya, Mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah

dikenal ,Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat

pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis

sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah, Permohonan juga harus ditolak oleh

Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:

a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau

nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas

persetujuan tertulis dari yang berhak;

b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan

nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara

atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas

17Gatot Supramono, Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1992, hal. 26

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

32

persetujuan tertulis dari pihak yangberwenang;

c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau

stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga

Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak

yangberwenang.

Perbuatan beritikad tidak baik yang merupakan pelanggaran

Pasal 6 UU Merek, merupakan tindakan curang untuk membonceng

merek yang sudah terkenal atau sesuatu yang sudah banyak dikenal

masyarakat luas, sehingga dengan menggunakan merek yang

demikian, suatu produk ikut menjadi dikenal di masyarakat.

Perbuatan demikian, tidak sesuai dengan etika intelektual yang telah

diatur dengan undang-undang, karena suatu hasil karya orang lain

tidak boleh ditirubegitu saja, melainkan harus melalui izin

pemiliknya.14

Persyaratan itikad baik berarti bahwa untuk dapat didaftarkan,

sebuah merek harus digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan

dalam perdagangan barang dan/atau jasa sebagaimana diatur dalam

Pasal 61 ayat (2) huruf a UU Merek yang berbunyi “Merek tidak

digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan

barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian

terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh

Direktorat Jenderal”. Oleh sebab itu, merek tidak dapat didaftar dan

18RR. Putri Ayu Priamsari, Penerapan Itikad Baik Sebagai Alasan Pembatalan Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Di Tingkat Peninjauan Kembali) hal. 115

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

33

harus ditolak sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 UU Merek

yang berbunyi “Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan

yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik”.

Sebuah merek diajukan di Indonesia oleh seseorang yang tidak

bermaksud memakai merek tersebut dan bertujuan untuk

menghalangi pihak lain masuk ke pasar lokal, atau menghambat

pesaing memperluas jaringan bisnisnya, menurut Tim Lindsey,

merek tersebut tidakdapat didaftarkan di Indonesia.

Pendaftaran merek harus dilakukan dengan itikad baik untuk

menggunakannya pun harus dengan itikad baik. Masalah itikad baik

tersebut juga akan timbul jika seseorang telah memakai suatu merek

dalam periode sebelumnya, jika seseorang itu dapat membuktikan

bahwa dirinya sudah menggunakan mereknya walaupun belum

didaftarkannya, maka usaha pendaftaran merek tersebut oleh orang

lain dapat dicegah berdasarkan prinsip “itikad tidakbaik”. 15

D. Tinjauan Umum Mengenai Persamaan Pada Keseluruhan Dan

Persamaan Pada Pokoknya

D.1 Persamaan Pada Keseluruhan

Persamaan keseluruhan elemen adalah standar untuk menentukan

adanya persamaan yang sesuai. Dalam hal ini merek yang diminta

untuk didaftarkan merupakan copy atau reproduksi merek orang lain.

Agar suatu dapat disebut copy atau reproduksi dari merek orang lain

19Ashibly, Passing off dalam undang-undang-nomor , http://ashibly.blogspot.co.id,

diakses tanggal 18 Mei 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

34

sehingga dapat dikualifikasi mengandung persamaan secara

keseluruhan, paling tidak harus memenuhi syarat-syarat :

a. Terdapat persamaan elemen merek secara keseluruhan ;

b. Persamaan jenis atau produksi dan kelas barang atau jasa ;

c. Persamaan wilayah dan segmen perusahaan ;

d. Persamaan cara dan prilaku pemakaian ;

e. Persamaan cara pemeliharaan ;

f. Persamaan jalur pemasaran .

Syarat –syarat tersebut diatas bersifat kumulatif, sehingga untuk

menentukan adanya persamaan harus semuanya terpenuhi. Namun

demikian standar penentuan berdasarkan ajaran ini dianggap terlalu

kaku dan tidak dapat melindungi kepentingan pemilik merek khususnya

untuk merek terkenal.16

D.2 Persamaan Pada Pokoknya.

Merek merupakan salah satu hak kekayaan intelektual yang

memainkan peran penting dalam industri. Merek memiliki unsur utama

yaitu memiliki daya pembeda. Unsur ‘memiliki daya pembeda’ ini

menyebabkan permohonan pendaftaran merek wajib ditolak apabila

memiliki persamaan pada pokoknya. Namun demikian, dalam

praktiknya, masalah persamaan pada pokoknya ini memiliki hambatan

20Pencinta Ilmu, Penegak Hukum Dibidang Merek, http://oasis-

pecintailmu.blogspot.co.id, diakses tanggal 26 Mei 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

35

karena sifatnya yang sangat subjektif dan bergantung pada penilaian

pribadi pemeriksa.

Arti “Sama Pada Pokoknya” pada UU MerekPasal 91 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (“UU Merek”):

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “persamaan pada pokoknya”adalah

kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol

antara merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat menimbulkan

kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara

penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi

ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.

Apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar

lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; maka

permohonan pendaftaran merek itu harus ditolak oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Ada juga teori yang mengatakan bahwa untuk menentukan

persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya haruslah

memperhatikan kriteria:

1. Adanya persamaan rupa atau penampilan (similarity of appearance)

2. Adanya persamaan bunyi (sound similarity)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

36

3. Adanya persamaan pengertian atau konotasi (conotation similarity)

4. Adanya persamaan kesan dalam perdagangan (similarity in

commercial impression)

5. Adanya persamaan jalur perdagangan (trades channel similarity).17

E. Tinjauan Umum Tentang Teori Pembuktian Dalam Hukum

Perdata

E.1 Pengertian Pembuktian

Hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki

tempat yang sangat penting. Kita ketahui bahwa hukum acara atau

hukum formal bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan

hukum material. Jadi secara formal hukum pembuktian itu mengatur

cara bagaimana mengadakan pembuktian seperti terdapat di dalam RBg

dan HIR. Sedangkan secara materil, hukum pembuktian itu mengatur

dapat tidaknya diterima pembuktian dengan alat-alat bukti tertentu di

persidangan serta kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti tersebut.

Dalam jawab menjawab di muka sidang pengadilan, pihak-pihak

yang berperkara dapat mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dapat

dijadikan dasar untuk meneguhkan hak perdatanya ataupun untuk

membantah hak perdata pihak lain. Peristiwa-peristiwa tersebut sudah

tentu tidak cukup dikemukakan begitu saja, baik secara tertulis maupun

lisan. Akan tetapi, harus diiringi atau disertai bukti-bukti yang sah

menurut hukum agar dapat dipastikan kebenarannya. Dengan kata lain,

21Hukum Online, Arti Persamaan Pada Pokok Dalam Undang-Undang Merek,

www.hukumonline.com, diakses tanggal 26 Mei 2016

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

37

peristiwa-peristiwa itu harus disertai pembuktian secarayuridis.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pembuktian adalah penyajian

alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa

suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaranperistiwa yang

dikemukakan.18

Pembuktian diperlukan dalam suatu perkara yang mengadili

suatu sengketa di muka pengadilan ( juridicto contentiosa ) maupun

dalam perkara- perkara permohonan yang menghasilkan suatu

penetapan ( juridicto voluntair ). Dalam suatu proses perdata, salah satu

tugas hakim adalah untuk menyelidiki apakah suatu hubungan hukum

yang menjadi dasar gugatan benar-benar ada atau tidak. Adanya

hubungan hukum inilah yang harus terbukti apabila penggugat

menginginkan kemenangan dalam suatu perkara. Apabila penggugat

tidak berhasil untuk membuktikan dalil-dalil yang menjadi dasar

gugatannya, maka gugatannya tersebut akan ditolak, namun apabila

sebaliknya maka gugatannya tersebut akan dikabulkan.19

Pasal 283 RBg/163 HIR menyatakan :

“Barangsiapa mengatakan mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan adanya perbuatan itu.”

Tidak semua dalil yang menjadi dasar gugatan harus dibuktikan

22H. Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2004, hlm.83.

23Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, 1983, hlm.53

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

38

kebenarannya, sebab dalil-dalil yang tidak disangkal, apalagi diakui

sepenuhnya oleh pihak lawan tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam hal

pembuktian tidak selalu pihak penggugat saja yang harus membuktikan

dalilnya. Hakim yang memeriksa perkara tersebut yang akan

menentukan siapa diantara pihak-pihak yang berperkara yang

diwajibkan memberikan bukti, apakah pihak penggugat atau pihak

tergugat. Dengan perkataan lain hakim sendiri yang menentukan

pihakyangmana akan memikul beban pembuktian. Hakim berwenang

membebankan kepada para pihak untuk mengajukan suatu pembuktian

dengan cara yang seadil- adilnya.

Dalam melakukan pembuktian seperti yang telah disebutkan di

atas, para pihak yang berperkara dan hakim yang memimpin

pemeriksaan perkara di persidangan harus mengindahkan ketentuan-

ketentuan dalam hukum pembuktian yang mengatur tentang cara

pembuktian, beban pembuktian, macam-macam alat bukti serta

kekuatan alat-alat bukti tersebut, dan sebagainya. Hukum pembuktian

ini termuat dalam HIR ( Herziene Indonesische Reglement ) yang

berlaku di wilayah Jawa dan Madura, Pasal 162 sampai dengan Pasal

177; RBg ( Rechtsreglement voor de Buitengewesten ) berlaku diluar

wilayah Jawa dan Madura, Pasal 282 sampai dengan Pasal 314; Stb.

1867 No. 29 tentang kekuatan pembuktian akta di bawah tangan; dan

BW ( Burgerlijk Wetboek ) atau KUHPerdata Buku IV Pasal 1865

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

39

sampai dengan Pasal 1945.20

E.2 Teori Teori Pembuktian Dalam Hukum Perdata

Ada beberapa teori tentang beban pembuktian yang menjadi

pedoman bagi hakim :

1. Teori hukum subyektif ( teori hak)

Teori ini menetapkan bahwa barangsiapa yang mengaku atau

mengemukakan suatu hak maka yang bersangkutan harus

membuktikannya.

2. Teori hukum objektif

Teori ini mengajarkan bahwa seorang hakim harus melaksanakan

peraturan 39okum atas fakta-fakta untuk menemukan kebenaran

peristiwa yang diajukan kepadanya.

3, Teori 39okum acara dan Teori kelayakan

Kedua teori ini bermuara pada hasil yang sama yakni hakim

seyogianya berdasarkan kepatutan membagi beban pembuktian. Asas

audi et alteram partem atau juga asas kedudukan prosesuil yang sama

dari para pihak dimuka hakim merupakan asas pembagian beban

pembuktian menurut teori ini. Hakim harus membagi beban pembuktian

berdasarkan kesamaan kedudukan para pihak, dengan demikian hakim

harus memberi beban kepada kedua belah pihak secara seimbang dan

adil sehingga kemungkinan menang antara para pihak adalah sama.

“Sepanjang undang-undang tidak mengatur sebaliknya, hakim bebas untuk menilai pembuktian. Jadi yang

24Ibid. Hal. 53

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

40

berwenang menilai pembuktian yang tidak lain merupakan penilaian suatu kenyataan adalah hakim, dan hanya judex facti.”

Terdapat 3 ( tiga ) buah teori bagi hakim di dalam menilai alat bukti

yang diajukan oleh para pihak :

1. Teori pembuktian bebas

Teori ini menghendaki kebebasan yang seluas-luasnya bagi

hakim, di dalam menilai alat bukti. Hakim tidak terikat oleh suatu

ketentuan hukum, atau setidak-tidaknya ikatan-ikatan oleh ketentuan

hukum harus dibatasi seminimum mungkin. Menghendaki kebebasan

yang luas berarti menaruh kepercayaan atas hakim untuk bersikap penuh

rasa tanggung jawab, jujur, tidak memihak, bertindak dengan keahlian

dan tidak terpengaruh oleh apapun dan oleh siapapun.

2. Teori pembuktian negatif

Teori ini menginginkan adanya ketentuan-ketentuan yang

mengikat, yang bersifat negatif. Ketentuan tersebut membatasi hakim

dengan larangan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan

pembuktian. Jadi hakim dilarang dengan pengecualian. ( Pasal 306

RBg/169 HIR, Pasal 1905 KUHPerdata )

Pasal 306 RBg/169 HIR :

“ Keterangan seorang saksi saja, dengan tidak ada suatu alat bukti lain, tidak dapat dipercayai di dalam hukum. “

Pasal 1905 KUHPerdata :

“ Keterangan seorang saksi saja, tanpa suatu alat bukti lain, di muka pengadilan tidak boleh dipercaya. “

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

41

3. Teori pembuktian positif

Disamping adanya larangan, teori ini menghendaki adanya perintah

kepada hakim. Disini hakim diwajibkan, tetapi dengan syarat. ( Pasal 285

RBg/165 HIR, Pasal 1870 KUHPerdata)

Pasal 285 RBg/165 HIR :

“ Akta otentik, yaitu suatu surat yang dibuat menurut ketentuan undang- undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk membuat surat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak daripadanya, tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu, dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja ; tetapi yang tersebut kemudian itu hanya sekedar diberitahukan itu langsung berhubung dengan pokok yang disebutkan dalam akta tersebut.“

Pasal 1870 KUH Perdata :

“ Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli waris- ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.“

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

hukum pembuktian terdiri dari:

1. Pembuktian formil, mengatur cara bagaimana mengadakan

pembuktian seperti terdapat dalam RBg/HIR.

2. Pembuktian materiil, mengatur dapat tidaknya diterima pembuktian

dengan alat-alat bukti tertentu di persidangan serta kekuatan

pembuktian dari bukti21

F. Klasifikasi Barang Dan Jenis Barang

25Teori dan Alat Alat Bukti Dalam Hukum Perdata Pidana PTUN

http://fauzanjauhari.blogspot.co.id/2013/11 diakses tanggal 2 Oktober 2016

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

42

Klasifikasi Barang Dan Jenis Barang adalah suatu pengelompokan

jenis barang dan jasa ke dalam satu kelompok atau kelas tertentu yang

didasarkan pada fungsi, kegunaan, tujuan pemakaian, bahan pembuatan

atau jenis kegiatan. Sumber Klasifikasi Kelas Barang dan Jasa

adalahInternational Classification of Goods and Services, For the

Purposes of the Registration of Marks” atau lebih di kenal dengan

sebutan “Nice Classification”

F.1 Kategori Barang

Kelas 1. Bahan kimia yang dipakai dalam industri, ilmu pengetahuan dan

fotografi, maupun dalam pertanian, perkebunan, dan kehutanan; damar tiruan

yang tidak diolah, plastik yang tidak diolah; pupuk; komposisi bahan

pemadam api, sediaan pelunak dan pematri; zat-zat kimia untuk

mengawetkan makanan; zat-zat penyamak perekat yang dipakai dalam

industri.

Kelas 2. Cat-cat, pernis-pernis; lak-Iak; bahan pencegah karat dan

kelapukan kayu; bahan pewarna; pembetsa/pengering; bahan mentah, damar

alam; logam dalam bentuk lembaran dan bubuk untuk para pelukis, penata

dekor, pencetak dan seniman.

Kelas 3. Sediaan pemutih dan za t-zat lainnya untuk mencuci; sediaan untuk

membersihkan, mengkilapkan, membuang lemak dan menggosok; sabun;

wangi-wangian, minyak atsiri; kosmetik, losion rambut; bahan-bahan

pemelihara gigi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

43

Kelas 4. Minyak-minyak dan lemak-Iemak untuk industri; bahan pelumas;

komposisi zat untuk menyerap, membasahi dan mengikat debu; bahan bakar

(termasuk larutan hasil penyulingan untuk motor) dan bahan-bahan

penerangan; lilin-lilin, sumbu-sumbu.

Kelas 5. Sediaan hasil farmasi, ilmu kehewanan dan saniter; bahan-bahan

untuk berpantang makan/diet yang disesuaikan untuk pemakaian medis,

makanan bayi; plester-plester, bahan-bahan pembalut; bahan-bahan untuk

menambal gigi, bahan pembuat gigi palsu; pembasmi kuman; sediaan untuk

membasmi binatang perusak, jamur, tumbuh-tumbuhan.

Kelas 6. Logam-Iogam biasa dan campurannya; bahan bangunan dari

logam; bangunan-bangunan dari logam yang dapat diangkut; bahan-bahan

dari logam untuk jalan kereta api; kabel dan kawat-kawat dari logam biasa

bukan untuk listrik; barang-barang besi, benda-benda kecil dari logam besi;

pipa-pipa dan tabung-tabung dari logam; lemari-lemari besi barang-barang

dari besi biasa yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain; semacam bijih-

bijihan.

Kelas 7. Mesin-mesin dan mesin-mesin perkakas; motor-motor dan mesin-

mesin (kecuali untuk kendaraan darat); kopeling mesin dan komponen

transmisi (kecuali untuk kendaraan darat); perkakas pertanian; mesin tetas

untuk telur.

Kelas 8. Alat-alat dan perkakas tangan (dijalankan dengan tangan) ; alat-alat

pemotong; pedang; pisau silet

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

44

Kelas 9. Aparat dan instrumen ilmu pengetahuan, pelayaran, geodesi, listrik,

fotografi, sinematografi, optik, timbang, ukur, sinyal, pemeriksaan

(pengawasan) , penyelamatan dan pendidikan; aparat untuk merekam,

mengirim atau mereproduksi suara atau gambar; pembawa data magnetik,

disk perekam; mesin-mesin otomat dan mekanisme untuk aparat yang bekerja

dengan memasukkan kepingan logam ke dalamnya; mesin kas, mesin hitung,

peralatan pengolah data dan komputer; aparat pemadam kebakaran.

Kelas 10. Aparat dan instrumen pembedahan, pengobatan, kedokteran,

kedokteran gigi dan kedokteran hewan, anggota badan, mata dan gigi palsu;

bendabenda ortopedik; bahan-bahan untuk penjahitan luka bedah.

Kelas 11. Aparat/alat untuk keperluan penerangan, pemanasan, penghasil

uap, pemasak, pendinginan, pengeringan, penyegaran udara, penyediaan air

dan kebersihan.

Kelas 12. Kendaraan-kendaraan; udara atau air, aparat/alat untuk bergerak

di darat.

Kelas 13. Senjata-senjata api; amunisi-amunisi dan proyektil-proyektil;

bahan peledak; kembang api; petasan.

Kelas 14. Logam-Iogam mulia serta campuran-campurannya dan benda-

benda yang dibuat dari logam mulia atau yang dibalut dengan bahan itu, yang

tidak termasuk dalam kelas-kelas lainnya; perhiasan, batu-batu mulia; jam-

jam dan instrumen pengukur waktu.

Kelas 15. Alat-alat musik.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

45

Kelas 16. Kertas, karton dan barang-barang yang terbuat dari bahan-bahan

ini, yang tidak termasuk kelas-kelas lain; barang-barang cetakan; bahan-

bahan untuk menjilid buku; potret-potret; alat tulis-menulis perekat untuk

keperluan alat tulis-menulis atau rumah tangga alat-alat kesenian kwas untuk

cat mesin tik dan keperluan kantor (kecuali perabot kantor); bahan pendidikan

dan pengajaran (kecuali aparat-aparat); bahan-bahan plastik untuk

pembungkus (yang tidak termasuk kelas-kelas lain), kartu-kartu main; huruf-

huruf cetak; klise-klise.

Kelas 17. Karet, getah-perca, getah, asbes, mika dan barang-barang terbuat

dari bahan-bahan tersebut dan tidak termasuk kelas-kelas lain; plastik-plastik

yang sudah berbentuk untuk digunakan da la m pembuatan barang; bahan-

bahan untuk membungkus, merapatkan dan menyekat; pipa-pipa lentur,

bukan dari logam.

Kelas 18. Kulit dan kulit imitasi, dan barang-barang terbuat dari bahan-

bahan ini dan tidak termasuk dalam kelas-kelas lain; kulit-kulit halus

binatang, kulit mentah; koper-koper dan tas-tas untuk tamasya; payung hujan,

payung matahari dan tongkat-tongkat; cambuk-cambuk, pelana dan peralatan

kuda dari kulit.

Kelas 19. Bahan-bahan bangunan (bukan logam); pipa-pipa kaku bukan dari

logam untuk bangunan; aspal, pek, bitumen; bangunan yang dapat dipindah

pindah bukan dari logam; monumen-monumen, bukan dari logam.

Kelas 20. Perabot-perabot rumah, cermin-cermin, bingkai gambar; benda-

benda (yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain) dari kayu, gabus, rumput,

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

46

buluh, rotan, tanduk, tulang, gading, balein, kulit kerang, amber, kulit

mutiara, tanah liat magnesium dan bahan-bahan penggantinya, atau dari

plastik.

Kelas 21. Perkakas dan wadah-wadah untuk rumah tangga atau dapur

(bukan dari logam mulia atau yang dilapisi logam mulia) sisir-sisir dan

bunga-bunga karang; sikat-sikat (kecuali kwas-kwas); bahan pembuat sikat;

benda-benda untuk membersihkan; wol; baja; kaca yang belum atau setengah

dikerjakan (kecuali kaca yang dipakai dalam bangunan); gelas-gelas, porselin

dan pecah belah dari tembikar yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain.

Kelas 22. Tambang, tali, jala-jala, tenda-tenda, tirai, kain terpal, layar-Iayar,

sak-sak dan kantong-kantong (yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain);

bahan-bahan pelapis dan pengisi bantal (kecuali dari karet atau plastik); serat-

serat kasar untuk pertenunan.

Kelas 23. Benang-benang untuk tekstil.

Kelas 24. Tekstil dan barang-barang tekstil, yang tidak termasuk dalam

kelas-kelas lain; kasur tempat tidur dan meja.

Kelas 25. Pakaian, alas kaki, tutup kepala.

Kelas 26. Renda-renda dan sulaman-sulaman, pita-pita dan jalinan-jalinan

dari pita; kancing-kancing kail dan mata kait, jarum-jarum pentul dan jarum-

jarum; bunga-bunga buatan.

Kelas 27. Karpet-karpet, permadani, keset berbahan anyaman, linoleum dan

bahan-bahan lain untuk penutup ubin; hiasan-hiasan gantung dinding (bukan

dari tekstil).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

47

Kelas 28. Mainan-mainan; alat-alat senam dan olah-raga yang tidak

termasuk kelas-kelas lain; hiasan pohon natal.

Kelas 29. Daging, ikan, unggas dan binatang buruan, saripati daging, buah-

buahan dan sayuran yang diawetkan, dikeringkan dan dimasak, agar-agar;

selai-selai; saus dari buah-buahan; telur, susu dan hasil-hasil produksi susu;

minyak dan lemak-Iemak yang dapat dimakan.

Kelas 30. Kopi, teh, kakao, gula, beras, tapioka, sagu, kopi olahan; tepung

dan bahan baku terbuat dari gandum; roti, kue-kue dan kembang gula,

minuman es; madu, air gula; ragi bubuk pengembang roti/kue; garam, moster;

cuka, saus-saus (bumbu-bumbu) rempah-rempah, es, kecap, tauco, trasi, petis,

krupuk, emping.

Kelas 31. Hasil-hasil produksi pertanian, perkebunan, kehutanan dan jenis-

jenis gandum yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain; binatang-binatang

hidup; buah-buahan dan sayuran segar; benih-benih; tanaman dan bunga-

bunga alami; makanan hewan.

Kelas 32. Bir dan berbagai jenis-jenis bir; air mineral dan air soda dan

minuman bukan alkohol lainnya; minuman-minuman dari buah dan perasan

buah; sirop-sirop dan sediaan-sediaan lain untuk membuat minuman.

Kelas 33. Minum-minuman keras (kecuali bir).

Kelas 34. Tembakau, barang-barang keperluan merokok; korek api.

F.2 Kategori Jasa

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

48

Kelas 35. Periklanan; manajemen usaha; administrasi usaha; fungsi-fungsi

kantor.

Kelas 36. Asuransi; urusan keuangan; urusan moneter; urusan tanah dan

bangunan.

Kelas 37. Pembangunan gedung; perbaikan/renovasi; jasa-jasa

pemasangan/instalatur.

Kelas 38. Telekomunikasi.

Kelas 39. Angkutan; pengemasan dan penyimpanan barang-barang;

pengaturan perjalanan.

Kelas 40. Perawatan bahan-bahan.

Kelas 41. Pendidikan; pemberian pelatihan; hiburan; kegiatan olah-raga dan

kebudayaan.

Kelas 42. Jasa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan penelitian dan

desain yang berkaitan; jasa untuk analisa dan penelitian di bidang ilmiah dan

industri; desain dan pengembangan perangkat keras dan lunak komputer.

Kelas 43. Penyediaan makanan dan minuman, akomodasi sementara.

Kelas 44. Perawatan medis, jasa-jasa pelayanan kedokteran hewan dan

pertanian, jasa perawatan untuk manusia dan hewan, pertanian, hortikultural,

jasa kehutanan.

Kelas 45. Jasa-jasa pelayanan hukum, jasa pengamanan untuk perlindungan

benda/barang dan individu, jasa perorangan dan sosial untuk

memenuhi kebutuhan individu.22

26Kelas barang untuk merek http://startuphki.com di akses tanggal 23 september 2016

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

49

G. Tinjauan Tentang Merek Terkenal

Berdasarkan Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b UU Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek, telah dijelaskan bahwa penentuan keterkenalan suatu

Merek, harus dilakukan dengan mempertimbangkan pengetahuan umum

masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha bersangkutan, dan

memperhatikan pula reputasinya sebagai Merek terkenal yang diperoleh

karena promosi besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang

dilakukan pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di

beberapa negara di dunia. Apabila hal-hal diatas belum dianggap cukup,

Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk

melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau

tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.

Kriteria Merek terkenal lainnya adalah mengacu pada Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI Nomor 1486 K/pdt/1991 yang menyatakan bahwa :

“Pengertian Merek terkenal yaitu, apabila suatu Merek telah beredar keluar

dari batas-batas regional sampai batas-batas internasional, dimana telah

beredar keluar negeri asalnya dan dibuktikan dengan adanya pendaftaran

Merek yang bersangkutan di berbagai negara”23

27Perlindungan Merek Terkenal Di Indonesia http://ambadar.co.id/news/ diakses tanggal

23 September 2016

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak …

14