Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Keberadaan pasar modal dalam sistem hukum Indonesia, salah satunya
diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Pengertian pasar modal menurut pasal 1 angka 13 Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.1
Pasar modal dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha
perdagangan surat surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi
atau efek-efek pada umumnya. Pengertian pasar modal sebagaimana pada
umunya, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.2 Pendapat lain
menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka
panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka
panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.3
1 Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lemabaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3608) 2 Ana Rokhmatussa’dyah, dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Cetakan 3,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 166. 3 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Cetakan 2, Citra Ditya Bakti,
Bandung, 2001, h.10.
17
Hugh T Patrick dan U Tun Wai sebagaimana dikutip oleh Najib A.
Gysimar membedakan pasar modal dalam 3 pengertian, yaitu pasar modal
dalam arti sempit, menegah dan luas:4
“Dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang
terorganisir, termasuk bank bank komersial dan semua perantara
dibidang keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer dan
yang tidak langsung. Kedua, pengertian pasar modal dalam arti
menengah bahwa pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi
dan lembaga lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit
(biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi,
pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan deposito jangka panjang.
Ketiga adalah pengertian pasar modal dalam arti sempit yaitu tempat
pasar uang terorganisasi yang memperdagangkan saham dan obligasi
dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.”
Dari pengertian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada intinya pasar modal merupakan pasar dimana didalamnya
diselenggarakan kegiatan jual beli berbagai instrumen keuangan yang
berjangka waktu, baik dalam bentuk modal maupun bentuk utang.
2. Struktur Lembaga Di Pasar Modal.
Struktur pasar modal yang sekarang telah berubah, sejak berlakunya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan.Keterlibatan Bapepam-LK dalam kegiatan pengawasan di
pasar modal telah digantikan oleh lembaga baru yakni Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), hal itu dapat diketahui dari ketentuan yang tertuang
padapasal 6 huruf b Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
4 Hugh T. Patrick dan U Tun Wai dalam Nadjib A Gisymar, Insider Trading Dalam
Transaksi Efek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, h.10
18
Penjamin
Emisi Efek
Perantara
Perdagang
Efek
Manajer
Investasi
BEA
Penjami
emisi efek
Kustodian
Pemeringkat
efek
Wali amanat
Akuntan pubik
Kosultan
hukum
Noatris
penilai
Perusahaan
Institusi
Pemerintah
reksadana
Investor
domestik
Investor asing
Jasa Keuangan yang berisi “OJK melaksanakan tugas pengaturan kegiatan
jasa keuangan disektor pasar modal.” dan juga tertuang pada pasal 55 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
yakni: “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.Berikut adalah bagan struktur
kelembagaan di pasar modal:5
5http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/AboutUs/IndonesiaCapitalMarketStructure/S
trukturPasarModalIndonesiaInd_big.jpg diakses pada tanggal 6 januari 2018 Pukul 23.41 WIB
Otoritas Jasa Keuangan
Bursa Efek
(Bursa Efek Indonesia –
BEI)
Lembaga Kliring Dan
Penjaminan (Kliring
Penjamin Efek Indonesia-
KPEI)
Lembaga Penyimpanan
dan
Penyelesaian.
(Kustodian Sentral Efek Indonesia- KSEI)
Perusahaan
Efek
Lembaga
penunjang
Profesi
penunjang Emiten Investor
19
Dari bagan sruktur tersebutdapat dilihat pihak-pihak mana saja yang terlibat
dalam kegiatan di pasar modal:
1. Otoritas Jasa Keuangan, merupakan lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di pasar modal.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
didalam sektor jasa keuangan yang dalam hal ini kegiatan di pasar modal
terselenggara secara teratur, transparan, dan akuntabel dan juga dapat
melindungi kepentingan konsumen dan mayarakat pelaku pasar modal.
2. Bursa efek, merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memeperdagangkan efek diantara mereka.6
Bursa efek adalah tempat dan pengelola untuk menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. Bursa efek diberikan
kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap anggoa bursa efek,
mengingat kegiatan perdagangan efek selalu berkaitan dengan kepentingan
dan dana orang banyak. Bursa efek termasuk kategori Self Regulatory
Organization (SRO)
3. Lembaga Kliring dan Penjaminan, lembaga ini dalam kegiatan di pasar
modal Indonesia berfungsi sebagai yang menjalankan kegiatan kliring dan
fungsi penjaminan penyelesaian transaksi efek di bursa. Kegiatan kliring
dimaksud melalui proses penentuan hak dan kewajiban atas transaksi
6 Pasal 1 angka 4 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lemabaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3608)
20
bursa, dari setiap Anggota Kliring yang wajib diselesaikan pada tanggal
penyelesaian. Didalam pasar modal indoneisa yang menjadi Lembaga
Kliring dan Penjaminan adalah PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI).
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, di pasar modal indonsia
lembaga ini berbentuk perseroan, yaitu PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI). KSEI melaksanakan fungsi sebagai kustodian sentral
yang aman dalam rangka penitipan efek.7KSEI juga memberikan layanan
jasa yang meliputi: administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi
efek, distribusi hasil corporate action dan jasa-jasa lainnya. KSEI bersama
KPEI dan Bursa efek merupakan Self Regulatory Organization (SRO)
yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk membuat dan
menetapkan peraturan untuk anggota bursa efek
5. Emiten, Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu
penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-
undang yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang perseorangan,
perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
Emiten dapat menawarkan efek yang berupa surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif
7 M. Irsan Nasrudin Dan Indra Surya, Op,Cit., h.25
21
dari Efek. Pada umumnya, Emiten melakukan penawaran Efek melalui
Pasar Modal untuk saham, obligasi. 8
6. Perusahaan Efek, yaitu perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai
Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau
gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.
a. Penjamin Emisi Efek, yaitu salah satu aktifitas pada perusahaan efek
yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan
penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa
efek yang tidak terjual.
b. Perantara Pedagang Efek, yaitu salah satu aktifitas pada perusahaan
efek yang melakukan kegiatan usaha jual-beli efek untuk
kepentingan sendiri atau pihak lain.
c. Manajer Investasi, yaitu pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portfolio efek untuk para nasabah atau mengelola portfolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi,
dana pension dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.9
7. Lembaga Penunjang Pasar Modal
a. Biro Administrasi Efek (BAE), yaitu pihak yang berdasarkan
kontrak dengan emiten melakukan pencatatan pemilikan efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
b. Penjamin emisi, adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
8 http://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Emiten-dan-Perusahaan-Publik.aspx.
diakses pada 6 januari 2018 pukul 23.44 WIB 9 Rusdin, Pasar Modal, Cetakan.1, Alfabet, Bandung, 2006, h. 18.
22
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Jadi intinya penjamin emisi melakukan kegiatan pemasaran efek
yang diterbitkanoleh emiten agar masyarakat investor dapat
memperoleh informasi secara baik.
c. Kustodian, yaitu pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima
dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
d. Pemeringkat Efek (Rating Company) menentukan peringkat suatu
efek dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan
gambaran mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang berkaitan
dengan risiko gagal bayar.
e. Wali amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang
efek bersifat utang.10
8. Profesi penunjang pasar modal, yaitu:11
a. Akuntan, yaitu akuntan yang telah memperoleh ijn dari menteri dan
terdaftar di Bapepam yang sekarang digantikan OJK.
b. Konsultan Hukum, yaitu ahli hukum yang memberikan pendapat
hukum kepada pihak lain dan terdaftar di Bapepam yang sekarang
digantikan OJK.
c. Penilai, yaitu pihak yang memberikan penilaian atas asset
perusahaan dan terdaftar di Bapepam yang sekarang digantikan OJK.
10Ibid., h. 20. 11 Penjelasan Pasal 64 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lemabaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3608)
23
d. Notaris, yaitu pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
dan terdaftar di Bapepam yang sekarang digantikan OJK.
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
B. Tinjauan Tentang Penyelesian Sengketa
Sengketa, dalam mempelajari ilmu hukum tentu tak bisa luput dari yang
namanya sengketa. Bentuk dari sengketa bermacam-macam banyak dan
keanekaragamanya menentukan inti permasalahan, setiap inti permasalahan
memiliki sekian banya liku-liku yang dihadapi, entah itu berasal dari faktor
jalur penyelesaiannya ataupun dari faktor lain yang berkaitan. Perselisihan
atau sengketa bisa saja berhubungan dengan sejumlah uang, hak-hak, status,
gaya hidup, reputasi dan aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau tingkah
laku pribadi. Sengketa mungkin juga berhubungan dengan masalah yang
sederhana atau kompleks dan melibatkan berbagai jenis persoalan, Priyatna
Abdurrasyid. mencontohkan misalnya:12
a. Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu
sendiri, atau dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk
penjelasan-penjelasan tentang kenyataan-kenyataan data tersebut.
b. Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau
tafsiran menyesatkan yang diberikan oleh para ahli hukum yang
terkait.
c. Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli
teknik dan profesionalisme dari para pihak.
12 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu
Pengantar, Cetakan Kedua, Fikahati Aneska, Jakarta, 2011, h. 4.
24
d. Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya
dalam penggunaan kata-kata yang membingungkan atau adanya
perbedaan asumsi.
e. Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan
moralitas, budaya, nilai-nilai dan sikap
Setiap orang memiliki macam cara untuk menyelesaikan sengketa.
Entah itu melalui jalur litigasi dan nonlitigasi.
1. Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan (Litigasi).
Litigasi berasal dari kata Litigation (bahasa Inggris) artinya
pengadilan. Jadi nonlitigasi adalah diluar pengadilan. Litigation
(pengadilan), sebagian besar tugasnya adalah menyelesaikan sengketa
dengan menjatuhkan putusan (constitutive) misalnya menjatuhkan
putusan atas sengketa waris, perbuatan melawan hukum dan sebagian
kecil tugasnya adalah penangkalan sengketa dengan menjatuhkan
penetapan pengadilan, misalnya penetapan wali, penetapan anak angkat
dan lain-lain.13
Penyelesaian sengketa secara litigasi ini mempunyai
keterkaitan yang erat dengan masalah perdata, sehingga seringkali di
indentikan tata bercaranya seperi tata beracara hukum acara perdata.
2. Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan (Non Litigasi)
Nonlitigasi sebagai kebalikan dari litigasi (argumentum
analogium) adalah untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan
melalui perdamaian dan penangkalan sengketa dengan
13 I Wayan Wiryawan & I Ktut Artadi, Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan,
Udayana University Press, Denpasar, 2010, h.3.
25
perancanganperancangan kontrak yang baik. Penyelesaian sengketa secara
nonlitigasi meliputi bidang yang sangat luas bahkan mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diselesaikan secara hukum.14
Penyelesaian
sengketa di pasar modal juga dapat ditempuh melalui mekanisme non
litigasi. Jalur yang ditempuh dapat melalui:
a. Mediasi
Pengertian mediasi terdapat dalam Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2016tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Pengertian
mediasi yaitu:Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator. Priyatna abdurrasyid mendefinisikan mediasi merupakan
suatu proses perdamaian, berlangsung dan diselenggarakan antara para
pihak yang bersengketa dan dibantu penyelesaiannya oleh seorang
mediator (seseorang yang mengatur pertemuan antara dua piha atau lebih
yang bersengketa) demi tercapainya hasil akhir yang adil, tanpa
membuang biaya yang besar, akan tetapi tetap efektif dan diterima
sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa secara sukarela.15
1) Prinsip yang harus ada dalam mediasi adalah:16
a) Bersifat sukarela atau tunduk pada kesepakatan para pihak
b) Pada bidang perdata
c) Sederhana
d) Tertutup dan rahasia.
e) Serta bersifat menengahi atau bersifat sebagai fasilitator
14Ibid 15 Priyatna Abdurrasyid, Op.Cit., h. 35. 16 Frans hendra, Op.Cit., h.16.
26
2) Perkara yang dikecualikan untuk mediasi berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016:
a) Sengketa yang pemeriksaannya dipersidangan ditentukan
tenggang waktu penyelesaiannya meliputi antara lain:
(1) Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Niaga.
(2) Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Hubungan Industrial
(3) Keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha.
(4) Keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen.
(5) Permohonan pembatalan putusan arbitrase.
(6) Keberatan atas putusan Komisi Informasi.
(7) Penyelesaian perselisihan partai politik.
(8) Sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan
sederhana.
b) Sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan
tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c) Sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya
penggugat atau tergugat yang telah dipanggil secara patut.
27
d) Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam
suatu perkara (intervensi).
e) Sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan
pengesahan perkawinan.
f) Sengketa yang diajukan ke pengadilan setelah diupayakan
penyelesaian diluar pengadilan melalui mediasi dengan
bantuan mediator bersertifikat yang terdaftar di pengadilan
setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan
pernyataan yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator
bersertifikat
b. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan lanjutan dari mediasi. Mediator berubah
fungsi menjadi konsiliator. Dalam hal ini konsiliator menjalankan fungsi
yang lebih aktif dalam mencari bentuk-bentuk penyelesaian sengketa dan
menawarkannya kepada para pihak. Jika para pihak dapat menyetujui,
solusi yang dibuat konsiliator akan menjadi resolution. Kesepakatan yang
terjadi bersifat final dan mengikat para pihak. Apabila pihak yang
bersengketa tidak mampu merumuskan suatu kesepakatan dan pihak ketiga
mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa, proses ini disebut
konsiliasi.17
Tidak jauh beda dengan proses penyelesaian sengketa melalui
mediasi. Proses penyelesaian sengketa perselisihan melalui konsiliator
dilakukan dengan musyawarah.
17 Amriani, Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di
Pengadilan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, h.34.
28
c. Pendapat Ahli / Penilaian ahli
Penilaian ahli merupakan cara penyelesaian sengketa oleh para
pihak dengan meminta pendapat atau penilaian ahli terhadap perselisihan
yang sedang terjadi. 18
d. Negosiasi
Menurut Suyud Margono negosiasi adalah basic of means untuk
mendapatkan apa yang diinginkan dari orang lain. Negosisasi merupakan
komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama maupun yang
berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami
sengketa untuk mendiskusikan penyelesainya tanpa keterlibatan pihak
ketiga penegah , yang tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi),
maupun pihak ketiga pengambil keputusan (arbitrase).19
e. Arbitrase
1) Dasar Hukum Arbitrase.
a) Pasal 615 s/d Pasal 651 RV (Reglement Op De Bergerlijke
Rechtsvordering). Pasal-pasal pada RV yang mengatur tentang
arbitrase adalah meliputi lima bagian sebagai berikut :20
(1) Bagian I, Pasal 615 sampai dengan Pasal 623 mengatur
tentang Persetujuan Arbitrase dan Pengangkatan Arbiter.
18Takdir Rahmadi, Mediasi: Penyelesaian Sengketa melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011, h. 19. 19 Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolutions
(ADR), Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, h. 45. 20
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2003., h. 27-28.
29
(2) Bagian II, Pasal 624 sampai dengan Pasal 630 tentang
Pemeriksaan Perkara didepan Arbitrase.
(3) Bagian III, Pasal 631 sampai dengan Pasal 640 tentang
Putusan Arbitrase.
(4) Bagian IV, Pasal 641 sampai dengan Pasal 647 tentang
Upaya-upaya Hukum terhadap Putusan Arbitrase.
(5) Bagian V, Pasal 648 sampai dengan Pasal 651 tentang
Berakhirnya Perkara Arbitrase
b) Pasal 377 HIR (Herzien Inlandsch Reglement) dan Pasal 705
RBG (Reglement Buiten Govesten).
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata yang berlaku
bagi golongan bumiputra, adalah HIR (untuk Jawa dan Madura)
dan RBG (untuk Luar Jawa dan Madura). Arbitrase sebenarnya
tidak diatur secara langsung didalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata untuk golongan bumiputera, baik didalam
HIR maupun RBG.21 Hanya saja lewat Pasal 377 HIR dan Pasal
705 RBG, yang menyatakan sebagai berikut bilamana orang
Bumiputera dan Timur Asing menghendaki perselisihan tersebut
diputuskan oleh arbitrase, maka mereka wajib menuruti peraturan
pengadilan untuk perkara yang berlaku bagi orang Eropa. Dengan
adanya pasal tersebut, maka sebenarnya telah terdapat landasan
hukum bagi golongan bumiputra untuk dapat menggunakan
sistem pemeriksaan perkara lewat arbitrase secara prosedural.22
21 Ibid. 22Ibid., h. 29.
30
c) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
2) Pengertian Arbitrase
Kata arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin), arbitrage
(belanda), arbitration (inggris), schiedspruch (jerman), dan arbitrage
(prancis), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesutu menurut
kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit.23
Pengertian arbitrase adalah cara-cara penyelesaian hakim partikulir
yang tidak terkait dengan dengan berbagai formalitas, cepat dan
memberikan keputusan, karena dalam instansi terakhir serta mengikat,
yang mudah untuk melaksanakan karena akan di taati para pihak.24
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitarse Dan Alternatif Penyelesaian Senketa Pasal 1 Angka 1,
menyatakan arbitarse adalah: “cara penyelesaian suatu sengketa perdata
diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitraseyang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.”25
.
Pendapat lain menurut Prof Priyatna Abdurrasyid selaku mantan
ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) mengatakan:26
Arbitrase adalah salah satu mekanisme alternatif
penyelesaian sengketa yang merupakan bentuk tindakan
hukum yang diakui oleh undang-undang dimana satu pihak
atau lebih menyerahkan sengketannya,
23 R. Subekti, Kumpulan Karangan Hukum PerakitanArbitrase dan Peradilan, Alumni,
Bandung: 1980, h. 1. 24 Sudargo Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung, 1976, h. 5.
26 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Fikahati
Aneksa, Jakarta 2011, h..49.
31
ketidaksepahamannya, ketidakkesepakatannya dengan salah
satu pihak lain atau lebih kepada satu orang (Arbiter) atau
lebih (Majelis arbiter) ahli yang profesional, yang akan
bertindak sebagai hakim atau peradilan swasta yang akan
menerapkantata cara hukum perdamaian yang telah
disepakati bersama oleh para pihak tersebut untuk sampai
pada putusan yang final dan mengikat.
Pendapat lain H.M.N Poewosutjipto menyatakan bahwa perwasitan
(arbitrase) adalah:“suatau peradilan perdamaian, dimana para pihak
bersepakat agarperselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka
kuasai sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak
memihak,yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya mengikat
kedua belah pihak.”27
Pengertian lain juga disampaikan oleh Frank Elkoury dan Edna
Elkaury yang menyatakan arbitrase adalah:“suatu proses yang mudah dan
simpel yang dipilih oleh para pihak secara suka rela yang ingin perkaranya
diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka dimana
keputusan berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut secara final dan
mengikat.” Pengertian lain Menurut R. Subekti arbitrase adalah:28
“Penyelesaiain suatu perselisihan (perkara) oleh seseorang
atau beberapa orang wasit ( arbiter) yang bersama sama di
tunjuk oleh para pihak yang berperkara dengan tidak di
selesaiakn lewat pengadilan. Berdasarkan pendapat ke dua
ahli tersebut, dapat di simpulkan pengertian arbitrase, yaitu:
27 Zaini Asyhadie, Hukum Bisni Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Raja
Grafindo Presada, Edisi Revisi, Jakarta, 2012, h. 326. 28 Subekti, Op.Cit, h. 5.
32
proses penyelesaian diantara para pihak yang mengadakan
perjanjian untuk menunjukan seseorang atua lebih sebagai
arbiter dalam memutus perkara yang sifat putusannya
adalah final dan mengikat.”
Dari keseluruhan pengertian mengenai arbitrase diatas pada intinya
sepakat bahwa arbitrase adalah suatu prosedur yang oleh para pihak yang
berselisih secara sukarela setuju untuk terikat pada putusan pihak ketiga
yang netral diluar proses peradilan.
Oleh karena kesederhanaan dari penyelesaian sengketa melalui
jalur arbitrase mendapat tanggapan positif dari para pelaku di pasar modal
bahwa proses tersebut sangat cocok sekali untuk diterapkan dalam
sengketa di pasar modal dengan dibuktikan mereka (para pelaku pasar
modal) mendirikan BAPMI.
3) Sejarah Arbitrase
Peran arbitrase sebagai upaya penyelesaiaan sengketa dagang yang
bersekala internasional, dimulai pada penghujung abad ke-18, yang di
tandai dengan lahirnya Jay Treaty pada tanggal 19 November 1794.
Perjanjian ini terjadi antara Amerika dan Inggris. Dengan adanya
perjanjian ini, terjadi tata cara perubahan mendasar mengenai penyelsaian
sengketa dagang internasional. Jika sebelum ada perjanjian ini, apabila
terjadi sengketa dagang penyelesaiannya di lakukan melalui jalur
diplomatik, setelah adanya Jay Treaty cara menyelesaiakannya berubah
menjadi arbitrase internasional yang di dasarkan pada tata cara yang di
atas prinsip hukum. Cara penyelesaian lama dipandang usang dan sering
33
mengecewakan. Penyelesaaain cendrung mempengaruhi kepentingan
politik.29
Dengan Jay Treaty, dicapai kesepakatan untuk membentuk suatu
institusi (Mixed Commission) yang berfungsi untuk menyelesaikan
sengketa dagang secara hukum. Institusi ini berkembang dan menjadi
cikal bakal arbitrase nasional dan internasional.
Pada zaman Hindia Belanda, arbitrase di sepakati oleh para
pedagang baik oleh eksportir maupun importir serta pengusaha lainnya.
Ada tiga badan arbitrase tetap yang di bentuk oleh Pemerintah belanda
yakni:30
a) Badan arbitrase bagi ekspor hasil bumi Indonesia.
b) Badan arbitrase tentang kebakaran.
c) Badan arbitrase bagi asuransi kecelakaan
Sampai kini telah berkembang beberapa lembaga arbitrase
internasional yang di bentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian
internasional atau konvensi, beberapa di antaranya sebagai berikut ini:31
a) Court Of The Internasional Chember Of Commerce ( ICC) yang
didirikan sesudah perang dunia 1 pada tahun 1919, berkedudukan di
Paris.
b) Convention on The Recognition and Enforcement Of Foreight
Arbitral Award atau The 1958 New York Konvention (Konvensi New
York) yang di tanda tangani pada tanggal 10 juni 1958.
29 M. Yahya Harahap, Beberpa Tinjauan Mengenai Sistem Perdilan dan Penyelesaian
Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, h. 226. 30Gunwam Wijaja dan Akhmad Yani, Seri Hukum bisnis Hukum Arbitrase, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000, h. 13. 31Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase Nasional, Grasindo, Jakarta, 2002, h. 6.
34
c) The International Centre Of Setllement of Investment Dispute (
ICSID) yang didirikan pada tanggal 16 Februari 1968.
d) Arbitration United Nation Commission on International Trade law,
yang didirikan berdasarkan resolusi sidang umum PBB nomor 31/98
pada tanggal 15 Desember 1976.
Sedangkan di Indonesia arbitrase juga mempunyai sejarah panjang,
sebab arbitrase sudah di kenal dalam peraturan perundang undangan sejak
berlakunya hukum acara perdata Belanda, yaitu sejak mulai berlakunya
Rv yang di atur dalam pasal 615 sampai pasal 651.
Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase
mulai meningkat sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun
1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum.
Perkembangan ini sejalan dengan arah globalisasi, di mana penyelesaian
sengketa diluar pengadilan telah menjadi pilihan pelaku bisnis untuk
menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Selain karakteristiknya yang
cepat, efisien dan tuntas, arbitrase menganut prinsip win-win solution, dan
tidak bertele-tele karena tidak ada lembaga banding dan kasasi. Biaya
arbitrase juga lebih terukur, karena prosesnya lebih cepat. Keunggulan
lain arbitrase adalah putusannya yang serta merta bersifat final dan
mengikat (binding), sifatnya yang rahasia (confidential) di mana proses
persidangan dan putusan arbitrase tidak dipublikasikan. Selain itu juga
putusan- putusan arbitrase asing yang melibatkan perusahaan asing dapat
dilaksanakan di Indonesia. Hal itu pula berlaku juga di Indonesia
35
yakniputusan arbitrase Indonesia yang melibatkan perusahaan asing akan
dapat dilaksanakan diluar negeri.
4) Objek arbitrase
Objek arbitrase menurut pasal 5 ayat (1), Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Arbitarse dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
adalah; “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh para pihak
yang bersengketa.”
Adapun kegitan dalam dunia perdagangan itu antara dapat berupa
perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak
milik intelektual.
Sementara itu pada Pasal 5 Ayat (2), Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaiain Sengketa,
menjelaskan bahwa sengketa-sengketa yang tidak dapat diselesaikan
melalui arbitarse adalah sengketa yang menurut perundang-undangan
tidak dapat diadakan perdamaian. Yakni sebagaimana yang tercantum
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Bab ke 18 Pasal
1851 sampai dengan 1854.
5) Beberapa asas-asas arbitrase
a) Asas kesepakatan adalah kesepakatan para pihak untuk
menyelesaikan perselisihanya melalui pihak ke tiga atua diluar
pengadilan.
36
b) Asas musyawarah adalah setiap perselisihan diupayakan dahuludi
selesaikan secara musyawarah melalui seorang arbiter.
c) Asas final mengikat adalah putusan arbitrase bersifat final dan
tidak dapat dilakukan lagi upaya hukum lagi.32
6) Syarat arbitrase
Seperti yang dicantumkan dalam pengertian arbitrase dalam
Undang-Undang No.30 Tahun 1999 penyelesian sengketa meelalui
arbitrase harus didasarkan pada adanya perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Adanya
klausula perjanjian arbitrase menjadi syarat mutlak untuk dapat
menyelesaikan sengketa melalui lembaga arbitrase dan meniadakan
yurisdiksi pengadilan negri untuk mengadili sengketa para pihak yang
terikat perjanjian arbitrase.
Penggunaan istilah klausula arbitrase dalam suatu perjnajian
mengandung konotasi bahwa dalam perjanjian pokok yang
bersangkutan di ikuti dengan adanya persetujuan arbitrase.33
Pasal 1
angka 3 UU No. 30 Tahun 1999 menyebutkan, bahwa perjanjian
arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
32 H. Sudarto dan Zacni Asyhadie, Mengenal Arbitrase Salah Satu Alternatif
Penyelesaian
Sengketa Bisnis, Cetakan ke 2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 , h. 32.
33 Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya,
Prenada Media, Jakarta, 2016, h.6.
37
sebelum terjadi sengketa, atau perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat para pihak setelah terjadi sengketa.34
Bentuk klausula arbitrase sendiri ada 2:
a) Pactum de Compromittendo ( Perjanjian Arbitrase Yang Dibuat
Sebelum Terjadi Sengketa.
Bentuk klausula ini diatur pada pasal 7 UU No.30 tahun 1999.
Dalam klausula arbitrase yang berbentuk pactum de
compromittendo,ketika para pihak mengikatkan diri dan
menyetujui perjanjian arbitrase tersebut, kondisi para pihak belum
bersengketa atau belum terjadi perselisihan. Seolah olah klausul
arbitrase dipersiapkan untuk mengantisipasi perselisihan yang bisa
timbul di kemudian hari. Menurut yahya harahap ada 2 cara
pembuatan klausula pactum de compromittendo dalam praktek
yang sering di jumpai. Pertama, mencantumkan klausula arbitrase
yang bersangkutan dalam perjanjian pokok. Kedua, klausula
perjanjian arbitrasedi buat dalam akta tersendiri, yang berarti ada 2
dokumen yakni perjanjian pokok dan akta perjanjian arbitrase.35
b) Acte compromis (Perjanjian Arbitrase Dibuat Setelah Terjadi
Sengketa
Acte compromis diatur dalam pasal 9 UU No. 30 tahun 1999: Ayat
1, Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui
arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal
tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang
34Ibid 35 M.Yahya Harahap, Arbitrase, Pustaka Kartini, Jakarta, 1991, h.100.
38
ditandatangani oleh para pihak.Ayat 2, Dalam hal para pihak tidak
dapat menandatangani perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), perjanjian tertulis tersebut harus dibuat dalam
bentuk akta notaris.
Jadi intinya akta kompromis sebagai perjanjian arbitrase
dibuat kemudian setelah timbul perselisihan diantara para pihak
dalam perjanjian pokok dan sebelumnya baik dalam perjanjian
pokok maupun dalam perjanjian lain tersediri tidak diadakan
persetujuan arbitrase.36
7) Jenis arbitrase
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun
arbitrase melalui badan permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc
dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk
tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion
Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan
perjanjian yang menyebutkan penunjukan majelis arbitrase serta
prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak. Penggunaan
arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.37
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola
oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka
tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang
dikeluarkan oleh badanbadan arbitrase seperti Badan Arbitrase Pasar
36 Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., h.109. 37 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2006., h 27.
39
Modal Indonesia(BAPMI), Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI), atau yang internasional seperti The Rules of Arbitration dari
The International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The
Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of
Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-badan tersebut
mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri.38
8) Kelebihan dan kekurangan proses arbitrase
a) Kelebihan Arbitrase.39
(1) Para pihak dapat memilih para arbiternya sendiri dan untuk ini
tentunya akan dipilih mereka yang dipercaya memiliki
integritas, kejujuran, keahlian, dan profesionalisme di bidang
yang disengketakan ( dan sama sekali tidak mewakili pihak
yang memilihnya).
(2) Pelaksanaan majelis arbitrase konfidensial, dan oleh sebab itu
dapat menjamin rahasia dan publisitas yang tidak dikehendaki.
(3) Putusan arbitrase, sesuai dengan kehendak dan niat para pihak
merupakan putusan final dan mengikat para pihak terhadap
seketanya, tidak seperti putusan pengadilan yang terbuka bagi
upaya hukm banding, kasasi dan peninjauan kembali yang
memakan waktu lama.
(4) Karena putusannya final dan mengikat, tata caranya bisa cepat,
tidak mahal serta jauh lebih rendah dari biaya-biaya yang
harus dikeluarkan dalam proses pengadilan.
38Ibid 39 Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., h.95-96.
40
(5) Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk
menyelesaikan masalahnya, serta proses atau tempat arbitrase
diselenggarakan.
(6) Tata cara arbitrase lebih informal dari tata cara pengadilan dan
oleh karena itu terbuka untuk memperoleh dan tersedianya tata
cara penyelesaian kekeluargaan dan damai.
(7) Arbiter juga tidak diwaibkan unuk mengikuti keputusan arbiter
sebelumnya, tetapi dapat memberikan pertimbanganya
tersendiri.
(8) Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan di
eksekusi oleh pengadilan dengan sedikit atau tanpa review
sama sekali.
b) Kekurangan arbitrase.40
(1) Kesulitan untuk menyatukan para pihak dalam memilih
peraturan arbitrase yang akan digunakan panel yang
beranggotakan beberapa arbiter.
(2) Seringkali untuk dapat mencapai kesepakatan atas forum
arbitrase mana yang akan dipilih, juga tidak mudah.
(3) Telah dimaklumi dalam arbitrase tidak selalu ada keterikatan
pada putusan-putusan arbitrase sebelumnya. Jadi, keputusan
setiap sengketa yang telah diambil sepertinya dibuang begitu
saja, meskipun di dalam putusan tersebut mengandung
argumentasi para ahli hukum ternama atau terkemuka. Karena
40Ibid., h.97-98.
41
tidak berlakunya preseden ini, maka logis kemungkinan
timbulnya keputusan yang saling berlawanan. Artinya,
fleksibilitas di dalam mengeluarkan keputusan sulit dicapai.
(4) Arbitrase ternyata tidak mampu memberikan jawaban yang
definitif terhadapa semua sengketa hukum. Hal tersebut
berkaitan erat dengan adanya konsep dan sistem hukum yang
berbeda dengan yang ada d setiap negara.
(5) Bagaimanapun juga keputusan arbitrase selalu tergantung
kepada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan
keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan
para pihak.
(6) Memang untuk eksekusi putusan arbitrase kadang-kadang
perlu bantuan pengadilan, akan tetapi hanya pada taraf
eksekusi. Dalam praktiknya, keadaan ini kadang-kadang
merupakan kelemahan arbitrase. Akan tetapi selama para
pihak berlaku sportif dan jujur, tidak masalah.
(7) Ada kalanya terjadi bahwa yang merasa dikalahkan melakukan
upaya hukum di pengadilan untuk menganulir atau
membatalkan atau mengadili kembali putusan yang sudah
diputuskan oleh majelis arbitrase.
(8) Kadang-kadang ada juga yang menuntut para arbiter anggota
majelis, meskipun salah satu arbiter merupakan pilihannya
sendiri. Oleh karena itu, dikatakan bahwa arbitrase itu baik
hanya untuk para pengusaha yang bonafide dan beritikad baik
42
dan bukan mereka yang sering kali menggunakan pengadilan
sebagai usaha untuk mengelak kewajiban, atau mengulur
waktu pemenuhan kewajiban, tentunya dengan bantuan
pengacara yang tidak bertanggung jawab.
C. Kelembagaan Di Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia
1. Sejarah Pendirian
Pendirian BAPMI tidak terlepas dari keinginan pelaku Pasar Modal
Indonesia untuk memiliki sendiri lembaga penyelesaian sengketa diluar
pengadilan khusus di bidang Pasar Modal yang ditangani oleh orang-
orang yang memahami Pasar Modal, dengan proses yang cepat dan
murah, hasil yang final dan mengikat serta memenuhi rasa keadilan.41
Di bawah dukungan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), maka
selanjutnya pada tahun 2002 Self Regulatory Organizations (SROs) di
lingkungan Pasar Modal yaitu PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa
Efek Surabaya (BES) [kini PT Bursa Efek Indonesia (BEI)], PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) bersama-sama dengan 17 asosiasi di lingkungan Pasar
Modal Indonesia menandatangani MOU (Akta No. 14, dibuat oleh
Notaris Fathiah Helmy SH) untuk mendirikan sebuah lembaga Arbitrase
yang kemudian diberi nama Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia,
disingkat "BAPMI".42
41 Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_establishment.php., dikunjungi pada
tanggal 7 januari 2018 pukul 19.00 42Ibid.,
43
Akta Pendirian BAPMI (Akta No. 15, dibuat oleh Notaris Fathiah
Helmy SH) ditandatangani di Jakarta oleh PT BEJ dan PT BES kini PT
BEI, PT KPEI dan PT KSEI pada tanggal 9 Agustus 2002. Selanjutnya
BAPMI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum melalui
Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No: C-2620 HT.01.03.TH 2002, tanggal 29 Agustus 2002.
Pengesahan itu telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia tanggal 18 Oktober 2002, Nomor 84/2002, dan Tambahan
Berita Negara Nomor 5/PN/2002.43
2. Lingkup layanan
BAPMI memberikan jasa penyelesaian sengketa apabila diminta oleh
pihak-pihak yang bersengketa melalui mekanisme penyelesaian diluar
pengadilan (out-of-court dispute settlement). Namun tidak semua
persengketaan dapat diselesaikan melalui BAPMI. Adapun
persengketaan yang bisa diselesaikan oleh BAPMI harus memenuhi
syarat sebagai berikut:44
a. Hanyalah persengketaan perdata yang timbul di antara para pihak di
bidang atau terkait dengan Pasar Modal.
b. Terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa
persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI
c. Terdapat permohonan tertulis (pendaftaran perkara) dari pihak-pihak
yang bersengketa kepada BAPMI.
43Ibid., dikunjungi pada tanggal 7 januari 2018 pukul 18.49 44
Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_scopeofservices.php.,dikunjungi pada
tanggal 7 januari 2018 pukul 19.00
44
d. Persengketaan tersebut bukan merupakan perkara dalam ruang
lingkup hukum pidana dan atau hukum administratif.
BAPMI menyediakan 4 jenis layanan penyelesaian sengketa diluar
pengadilan yang dapat dipilih oleh para pihak yang bersengketa, yaitu:
a. Pendapat Mengikat
b. Mediasi
c. Adjudikasi
d. Arbitrase
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga alternatif
penyelesaian sengketa, BAPMI menjamin kemandirian dan
imparsialitasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak seorangpun
diperkenankan oleh BAPMI untuk bertindak sebagai Mediator/
Adjudikator/ Arbiter atas suatu persengketaan apabila yang bersangkutan
mempunyai benturan kepentingan dengan kasus yang ditangani atau
dengan salah satu pihak yang bersengketa atau kuasa hukumnya. Jika
keadaan benturan kepentingan baru diketahui kemudian, maka Mediator/
Adjudikator/ Arbiter itu harus diganti dengan yang lain yang tidak
memiliki benturan kepentingan.45
45Ibid.,
45
3. Struktur Organisasi Kelembagaan BAPMI
Bagan Struktur Organisasi BAPMI:46
Sebagai sebuah organisasi atau badan, BAPMI memiliki struktur,
struktur tersebut dapat dilihat dari bagan Rapat Umum Anggota BAPMI
diatas. Dari bagan tersebut dapat dilihat beberapa :
a. Pengurus
Pada saat skripsi ini ditulis, struktur pengurus BAPMI periode 2012-2017
terdiri dari:47
1) Bacelius Ruru sebagai ketua.
46Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_struktur.php., dikunjugi pada tanggal 7
januari 2018 pukul 20.45. 47 Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_management.php.,dikunjugi pada
tanggal 7 januari 2018 pukul 20.47.
46
2) I Nyoman Tjager sebagai wakil ketua bidang pengembangan &
standarisasi layanan ADR.
3) Daniek E. Tribuana, wakil ketua bidang kerjasama kelembagaan.
4) Lydia Trivelly Azhar, wakil ketua bidang sosialisasi dan edukasi.
5) Felix Oentoeng Soebagjo, sekretaris jenderal.
6) Indra Safitri, wakil sekretaris jenderal.
7) Hari Purwantono, bendahara.
Pengurus BAPMI mempunyai kewenangan antara lain:48
1) Mewakili dan bertindak untuk dan atas nama BAPMI.
2) Menetapkan peraturan beracara BAPMI.
3) Mengusulkan calon Dewan Kehormatan kepada Rapat Umum
Anggota.
4) Mengangkat dan memberhentikan Mediator/ Adjudikator/ Arbiter
Tetap BAPMI.
5) Memberikan Pendapat Mengikat atas permintaan para pihak yang
bersengketa.
6) Menunjuk Mediator/ Adjudikator/ Arbiter untuk suatu perkara
menurut ketentuan peraturan dan acara BAPMI.
7) Mengangkat Direktur Eksekutif dan karyawan BAPMI.
b. Dewan Pengawas
Dalam bagan sebelumnya juga disebut tentang Dewan Pengawas. Dewan
Pengawas di BAPMI memiliki tugas dan kewenangan berupa:49
48Ibid.
47
1) Melakukan pengawasan atas kebijakan kepengurusan dan jalannya
operasional BAPMI untuk memastikan kesesuaian fungsi BAPMI
dengan peraturan perundang-undangan.
2) Memberikan nasihat kepada pengurus.
3) Memberikan pendapat sehubungan dengan penafsiran Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga BAPMI.
4) Melakukan pemeriksaan terhadap catatan dan pembukuan BAPMI,
jika dipandang perlu.
5) Memperoleh penjelasan dari pengurus mengenai kegiatan BAPMI.
6) Menjalankan fungsi kepengurusan untuk sementara waktu jika seluruh
anggota Pengurus diberhentikan, sampai terpilihnya Pengurus yang
baru oleh Rapat Umum Anggota.
Dewan Pengawas secara ex-officio dijabat oleh Direktur Utama PT BEI
(Tito Sulistio), Direktur Utama PT KPEI (Hasan Fawzi) dan Direktur
Utama PT KSEI (Margaret M. Tang)
c. Dewan Kehormatan
Dewan Kehormatan BAPMI diangkat oleh Rapat Umum Anggota untuk
masa jabatan 3 tahun.50
Tugas dan kewenangan Dewan Kehormatan meliputi:51
1) Menerima dan memeriksa pengaduan tertulis baik dari Pengurus
maupun pihak lain mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik
oleh Arbiter/ Mediator/ Adjudikator/ Arbiter BAPMI.
49Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_pengawas.php., dikunjugi pada tanggal
7 januari 2018 pukul 21.03. 50 Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_honorarycouncil.php., dikunjugi pada
tanggal 7 januari 2018 pukul 21.14. 51Ibid.
48
2) Membentuk sidang etik yang anggota-anggotanya berasal dari Dewan
Kehormatan sendiri untuk memeriksa dan menyidangkan pengaduan
tersebut di atas.
3) Memberikan putusan, melalui sidang etik, berdasarkan pemeriksaan
dan persidangan yang telah diadakan.
4) Memberikan rekomendasi kepada Pengurus berdasarkan putusan yang
telah dijatuhkan oleh sidang etik.
5) Memberikan pendapat sehubungan dengan penafsiran peraturan dan
acara BAPMI.
6) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada Pengurus mengenai
perubahan atau penyempurnaan peraturan dan acara BAPMI.
7) Menyusun kode etik Mediator/ Adjudikator/ Arbiter dan prosedur
sidang etik, dan selanjutnya mengusulkannya kepada Pengurus untuk
disahkan.
Anggota Dewan Kehormatan BAPMI periode 2013-2016 adalah:52
1) Luhut M.P. Pangaribuan (Ketua)
2) Achmad Zen Umar Purba
3) Erry Firmansyah
4) Soemarjono Soemarsono
5) Hikmahanto Juwana
d. Anggota.
Anggota BAPMI adalah Self Regulatory Organizations (SROs) yang ikut
menandatangani Akta Pendirian BAPMI (Akta No. 15, dibuat oleh Notaris
52 Ibid., dikunjugi pada tanggal 7 januari 2018 pukul 21.22.
49
Fathiah Helmy SH) dan 17 asosiasi yang ikut menandatangani MOU
pendirian BAPMI (Akta No. 14, dibuat oleh Notaris Fathiah Helmy SH).53
Mekanisme penerimaan anggota BAPMI yakni dengan pengajuan
dan pengesahan dalam Rapat Umum Anggota, kecuali untuk Lembaga
Jasa Keuangan di Pasar Modal (yang asosiasinya telah menjadi Anggota
BAPMI) cukup diajukan dan disahkan dalam Rapat Pengurus, dan
kemudian dilaporkan dalam Rapat Umum Anggota Tahunan.54
Dalam perjalanan waktu, ada beberapa Anggota yang merger dan
ada juga asosiasi/ institusi lain yang ikut bergabung menjadi Anggota. Saat
ini BAPMI juga membuka kesempatan kepada Lembaga Jasa Keuangan di
bidang Pasar Modal untuk ikut serta menjadi Anggota BAPMI. Para
Anggota, melalui Rapat Umum Anggota, merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam struktur organisasi BAPMI.55
Berdasarkan apa yang tercantum dalam website resmi BAPMI
anggota-anggota tersebut antara lain:
1) PT Bursa Efek Indonesia, dahulu (PT Bursa Efek Jakarta dan
PT Bursa Efek Surabaya).
2) PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia.
3) PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
4) PT Penilai Harga Efek Indonesia.
5) Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara.
6) Asosiasi Emiten Indonesia.
53 Situs Resmi Bapmi, http://bapmi.org/in/about_members.php, dikunjugi pada tanggal
7 januari 2018 pukul 21.55. 54 Ibid., dikunjugi pada tanggal 7 januari 2018 pukul 22.04. 55 Ibid., dikunjugi pada tanggal 7 januari 2018 pukul 22.11.
50
7) Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia
8) Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia.
9) Asosiasi Wali Amanat Indonesia.
10) Asosiasi Bank Kustodian Indonesia.
11) Asosiasi Biro Administrasi Efek Indonesia
12) Asosiasi Dana Pensiun Indonesia.
13) Gabungan Asosiasi Perusahaan Penilai Indonesia.
14) Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia.
15) Asosiasi Wakil Manajer Investasi Indonesia.
16) Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia, dahulu adalah.
17) Asosiasi Wakil Penjamin Emisi Efek Indonesia.
18) Ikatan Pialang Efek Indonesia.
19) Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia.
20) Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal.
21) Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
22) Indonesia Corporate Secretary Association.
23) Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
Hak Anggota BAPMI:
Sudah sepatutnya menjadi anggota suatu organisasi mempunyai
hak dan kewajiban. begitu juga dengan apa yang ada dalam anggota
lembaga BAPMI. Hak tersebut antara lain:
1) Mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Anggota BAPMI, kecuali
Lembaga Jasa Keuangan diwakili oleh asosiasinya yang telah
menjadi Anggota BAPMI.
51
2) Dalam Rapat Umum Anggota BAPMI, Anggota BAPMI berhak
untuk.
3) Mengangkat dan memberhentikan Pengurus, Dewan Pengawas dan
atau Dewan Kehormatan BAPMI.
4) Memutuskan besarnya iuran Anggota BAPMI.
5) Memutuskan perubahan Anggaran Dasar BAPMI.
6) Memutuskan pembubaran BAPMI dan menetapkan status kekayaan
BAPMI.
Kewajiban Anggota BAPMI:
1) Tunduk dan mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Kode Etik dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh BAPMI serta
setiap keputusan Rapat Umum Anggota BAPMI.
2) Membayar iuran Anggota, kecuali bagi Lembaga Jasa Keuangan yang
asosiasinya telah menjadi Anggota BAPMI.
3) Mematuhi keputusan Rapat Umum Anggota BAPMI.
4) Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik BAPMI.
5) Mengakui BAPMI sebagai satu-satunya wadah dan lembaga dalam
penyelesaian sengketa perdata dalam bidang Pasar Modal.
6) Mendukung secara aktif untuk melaksanakan program BAPMI dalam
rangka memajukan industri Pasar Modal.
7) Menghadiri pertemuan serta kegiatan untuk Anggota yang
diselenggarakan oleh BAPMI.