33
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang investasi, tenaga kerja, pendapatan perkapita terhadap kemiskinan yang di sejumlah peneliti dengan objek dan periode waktu yang berbeda-beda, antara lain: Azami (2009), dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan: Studi Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2007 dapat diketahui bahwa variabel Pertumbuhan ekonomi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Variabel pertumbuhan ekonomi, produktivitas pekerja dan pendidikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan di Jawa Timur tahun 2001-2007. Variabel Pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh negatif terhadap variabel kemiskinan. Variabel produktivitas pekerja secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat SLTP secara parsial memiliki pengaruh positif terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur tahun 2001-2007. Variabel jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat SMA sederajat dan Perguruan tinggi juga merupakan proxy pendidikan secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang investasi, tenaga kerja, pendapatan

perkapita terhadap kemiskinan yang di sejumlah peneliti dengan objek dan

periode waktu yang berbeda-beda, antara lain:

Azami (2009), dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi, Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan: Studi

Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2007 dapat diketahui bahwa

variabel Pertumbuhan ekonomi merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Variabel

pertumbuhan ekonomi, produktivitas pekerja dan pendidikan secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan di Jawa

Timur tahun 2001-2007. Variabel Pertumbuhan ekonomi secara parsial

berpengaruh negatif terhadap variabel kemiskinan. Variabel produktivitas

pekerja secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah penduduk

miskin. Variabel jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat SLTP

secara parsial memiliki pengaruh positif terhadap jumlah penduduk miskin

di Jawa Timur tahun 2001-2007. Variabel jumlah penduduk usia 15 tahun

ke atas yang tamat SMA sederajat dan Perguruan tinggi juga merupakan

proxy pendidikan secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah

penduduk miskin.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

9

Pratama, dkk (2016) dengan judul Analisis Pengaruh Investasi,

Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Sulawesi Utara. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Path. Hasil analisis

menunjukkan investasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi begitu juga dengan tenaga kerja yang memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Tingkat

Pendidikan juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan investasi memberikan pengaruh tidak

langsung yang signifikan terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Utara, akan tetapi tenaga kerja secara tidak langsung

belum bisa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan

melalui pertumbuhan ekonomi. Tingkat Pendidikan memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di Sulawesi Utara.

Pataeda, dkk (2016) dengan judul Pengaruh Investasi, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Di

Gorontalo. Data yang digunakan adalah data sekunder dimana

menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian, investasi

memiliki pengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Gorontalo, sementara

pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah tidak memiliki

pengaruh terhadap tingkat kemisikinan di Gorontalo.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

10

Wirawan, dkk (2014) dengan judul Analisis Pengaruh Pendidikan,

PDRB Perkapita, dan Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Bali. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pendidikan, PDRB

per kapita, dan tingkat pengangguran secara serempak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Pendidikan secara parsial

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin,

PDRB per kapita secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin, sedangkan tingkat pengangguran secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.

Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap jumlah penduduk

miskin yaitu variabel PDRB per kapita.

Ratih, dkk (2017) dengan judul Pengaruh Investasi, Pengeluaran

Pemerintah, dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto

dan Tingkat Kemiskinan Pada Wilayah Serbagita di Wilayah Provinsi Bali.

Berbagai kebijakan, strategi dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang

bersifat langsung maupun tidak langsung telah dilaksanakan, baik dalam

skala nasional maupun lokal. Penurunan tingkat kemiskinan bisa dilihat

melalui pencapain Produk Domestik Regional Bruto pada daerah tersebut.

Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto pada wilayah Sarbagaita

sangat tergantung kepada realisasi investasi, pengeluaran pemerintah dan

tenaga kerja yang terserap. Tingginya investasi dan pengeluaran pemerintah

pada wilayah serbagita akan meningkatkan Produk Domestik Regional

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

11

Bruto pada wilayah tersebut, dengan meningkatnya Produk Domestik

Regional Bruto maka kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dan

selanjutnya akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Olusegun (2014) dengan judul Dampak Investasi Asing Langsung

pada Pengurangan Kemiskinan di Nigeria, (1980-2009). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, sementara pengentasan kemiskinan berhubungan

positif dengan FDI, pengeluaran pemerintah, dan infrastruktur, ini

berhubungan negatif dengan inflasi, utang nasional, dan modal manusia.

Dari temuan-temuan ini, khusus bunga adalah hasil dari FDI dan

pengurangan kemiskinan, yang menunjukkan bahwa FDI memang memiliki

hubungan positif pada pengurangan kemiskinan. Dengan demikian, lebih

banyak FDI harus didorong ke Nigeria, terutama yang akan mendorong

peluang kerja bagi masyarakat.

Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan

Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumetera Utara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Perkapita berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara,

Investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di

Provinsi Sumatera Utara sedangkan Inflasi berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Secara simultan

pendapatan perkapita, investasi dan inflasi berpengaruh terhadap

kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

12

Amin, dkk (2004) dengan judul Kemiskinan dan Penentu Anak

Lainnya Buruh di Bangladesh. Dalam penelitian ini memperkirakan

kemungkinan bahwa seorang anak akan bekerja, menggunakan model

regresi logistik yang terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan yang lebih

muda dan lebih tua di daerah perkotaan dan pedesaan. Hasil ini mendukung

gagasan itu kemiskinan keluarga memengaruhi kemungkinan bahwa

seorang anak akan bekerja, menjauhkan anak-anak dari pekerjaan

kemewahan yang tidak mampu diberikan oleh keluarga-keluarga ini. Selain

itu, penting untuk memeriksa demografi terpisah kelompok untuk

memahami sepenuhnya faktor penentu pekerja anak di Bangladesh sejak

efek variabel anak dan keluarga pada kemungkinan bahwa seorang anak

akan bekerja berbeda di antara kelompok-kelompok ini.

B. Landasan Teori

1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara

ekonomi untukmemenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu

daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya

kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa

pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah

ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi

standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar

pendidikan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

13

Dudley Seers (1969) menyatakan bahwa makna pembangunan

ekonomi bukan semata peningkatan pendapatan per kapita, akan tetapi

penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan

pendapatan. Pengurangan pengangguran merupakan cara untuk

menghilangkan masalah utama kemiskinan dan ketimpangan pendapatan

penduduk (antar wilayah). Pembangunan yang dilakukan belum

sepenuhnya berjalan karena pertumbuhan ekonomi tidak mengurangi

pengangguran dan kemiskinan dalam persentase signifikan ditengah

investasi yang jauh dibawah target pembangunan jangka menengah.

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai “poverty is lack

of shelter. Poverty is beinh sick and not being able to see a doctor.

Poverty is not being able to go to school and not knowing how to read.

Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at time.

Poverty is losing a child to illness brought about by clean water. Poverty

is powerlessness. Lack of representation ang freedom”. Kemiskinan

berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk

berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis.

Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap

masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih. Kemiskinan

adalah ketidakberdayaan, kurangnya representasi dan kebebasan

(Maipita, 2014). Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat

tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga

tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

14

tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari

standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.

Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila

memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan

sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan

dirinya (Suryawati, 2004). Pengertian kemiskinan yang saat ini populer

dijadikan studi pembangunan adalah kemiskinan yang seringkali

dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-negara dunia ketiga.

Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya

sekedar bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas

pada bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati,

2004). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2002).

Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan

pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari

pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar

kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan

pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).

Studi pembangunan saat ini tidak hanya memfokuskan kajiannya pada

faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai

mengindintifikasikan segala aspek yang dapat menjadikan miskin.

a. Definisi Kemiskinan Secara Umum

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

15

Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan

identifikasi dan pengukuran terhadap sekelompok

masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut miskin (Nugroho,

1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki

sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan

miskin. Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat

relatif untuk setiap negara misalnya kondisi perekonomian, standar

kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan menurut

kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu

pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata,

status kependidikan, dan kondisi kesehatan. Secara umum,

kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan

dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk

menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004).

Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok

berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang

menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.

Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum

didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan

dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang

dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup. Berdasarkan

Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi

sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

16

terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas

berdasarkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-

faktor yang selanjutnya menyebabkan menjadi miskin. Definisi

kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers adalah definisi yang

saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan

kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga.

Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari

Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan

konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan (Proper)

Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan

semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk

mencukupi kebutuhan kebutuhan pokok. Konsep atau pandangan

ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki

pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang

telah memiliki pendapatan.

2) Ketidakberdayaan (Powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan

berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang

atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

17

ataupun persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.

3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)

Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin

tidak memiliki atau kemampuan untuk menghadapi situasi yang

tidak terduga di manasituasi ini membutuhkan alokasi

pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan

berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan

biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat

lainnya yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat

mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak

mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependency)

Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan

sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin

tadi menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain

adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau

kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah

terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru.

Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan-

persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan

sumber pendapatan.

5) Keterasingan (Isolation)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

18

Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh

Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau

sekelompok orang menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat

yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari pusat-

pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar

fasilitas kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar.

Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau

oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup

yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya

kemiskinan.

b. Ukuran Kemiskinan

Todaro & Smith (2011) menerangkan adanya sejumlah

kriteria yang disepakati secara luas oleh para ekonom dalam

menentukan tepat atau tidaknya suatu ukuran kemiskinan, yaitu

prinsip anonimitas, indepedensi penduduk, monotonitas, dan

sensitivitas distribusional. Prinsip anonimitas dan indepedensi

penduduk ukuran mengenai cakupan kemiskinan tidak

memersoalkan siapa orang miskin itu dan tidak bergantung pada

banyaknya jumlah penduduk pada suatu negara. Prinsip

monotonisitas berarti jika ada penambahan pendapatan kepada

seseorang yang berada di bawah garis kemiskinan, dengan semua

pendapatan orang lain tetap, maka kemiskinan tidak mungkin lebih

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

19

besar dari sebelumnya. Prinsip sensitivitas distribusional menyatakan

bahwa dengan semua hal lainnya sama, jika mentransfer pendapatan

kepada orang miskin kepada orang yang lebih kaya maka

perekonomian seharusnya dipandang menjadi lebih miskin.

Disamping itu terdapat ukuran kemiskinan menurut Foster-Greer-

Thorbecker (FGT) yang dihitung dengan rumus:

𝑃𝑎 =1

𝑁∑ (

𝑌𝑝 − 𝑌𝑖

𝑌𝑝)

𝑎𝐻

𝑖=1

Keterangan:

𝑎 : 0, 1, 2

𝑌𝑎 : Ukuran kelas kemiskinan

𝑌𝑝 : Garis Kemiskinan

𝑌𝑖 : Pendapatan orang miskin ke-i

𝐻 : Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan

𝑁 : Jumlah penduduk.

Dimana jika:

𝑎 = 0, maka diperoleh Headcount Index (𝑃0), yaitu presentase

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

𝑎 = 1, maka diperoleh Poverty Gap Index (𝑃1), yaitu indeks

kedalaman kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

20

makin jauh rata—rata pengeluaran penduduk di garis

kemiskinan.

𝑎 = 2, maka diperoleh Poverty Severty (𝑃2), yaitu indeks keparahan

kemiskinan, yang memberikan gambaran mengenai

penyebaran pengeluaran antara penduduk miskin. Semakin

tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran

di antara penduduk miskin.

Ukuran kemiskinan menurut Hidiyanto, dalam ekonomi

pembangunan (2014), secara sederhana dan umum digunakan dapat

dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

1) Kemiskinan absolut (absolute poverty) dimaksudkan sebagai

kemiskinan yang dilihat dengan menggunakan ukuran yang pasti

(absolut) yang berlaku di dunia dan di tahun yang berbeda.

Kekurangan abslout juga sering di katakan sebagai kemiskinan

yang sangat serius (extreme) dimana orang betul-betul kekurangan

sandang, pangan, papan.

2) Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang terjadi karena kita

membandingkan satu kelompok pendapatan dengan kelompok

lain. Dengan kata lain kita melihat kemiskinan dalam konteks

sosialnya.

c. Macam-macam Kemiskinan Kemiskinan yang dapat dilihat dari

penyebab terjadinya kemiskinan itu sendiri yaitu :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

21

1) Kemiskinan Individu Kemiskinan individu adalah yaitu

kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami seseorang;

misalnya cacat mental atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu

bekerja dan lain-lain.

2) Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiyah adalah kemiskinan

yang disebabkan oleh masalah alam; misalnya kondisi alam yang

tidak bersahabat dengan daerah para penduduk sehingga

menyebabkan masyarakat tidak bisa melakukan aktivitasnya

masing-masing.

3) Kemiskinan Kultural Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan

yang disebabkan rendahnya kualitas SDM akibat kultur masyarakat

tertentu; misalnya rasa malas, tidak produktif, terlalu bergantung

pada harta warisan, dan lain-lain.

4) Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah kemiskinan

yang disebabkan oleh kesalahan sistem pemerintahan suatu negara.

d. Penyebab Kemiskinan

Penyebab Kemiskinan Menurut Todaro & Smith (2006)

kemiskinan yang terjadi di Negara-negara berkembang akibat dari

interaksi antara 6 karakteristik berikut:

1) Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang

rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

22

2) Pendapatan perkapita negara-negara Dunia Ketiga juga masih

rendah dan pertumbuhannya amat sangat lambat, bahkan ada

beberapa yang mengalami stagnasi.

3) Distribusi pendapatan amat sangat timpang atau sangat tidak

merata.

4) Mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup

dibawah tekanan kemiskinan absolut.

5) Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas,

kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat

kematian bayi di negara-negara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih

tinggi dibanding dengan yang ada di negara maju.

6) Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang

maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun

kurang memadai.

Penyebab Kemiskinan Menurut Sharp, dkk (Sukmaraga, 2011)

mengidentifikasi penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi. Pertama, secara

mikro, kemiskinan muncul karena ketidaksmaan pola kepemilikan sumber

daya sehingga distribusi pendapatan timpang. Kedua, kemiskinan karena

perbedaan kualitas sumber daya manusia. Ketiga, kemiskinan akibat

perbedaan akses modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada

teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).

Penyebab Kemiskinan Menurut Ragnar Nurkse Ragnar Nurkse

(Kuncoro, 2006) mengungkapkan bahwa adanya keterbelakangan,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

23

ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menjadi penyebab

produktivitas rendah sehingga pendapatan yang diterima juga rendah.

Rendahnya pendapatan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan

investasi. Rendahnya tabungan dan investasi ini menyebabkan

keterbelakangan. Begitu seterusnya.

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse (Mudrajat

Kuncoro, 2006) Sumber: Mudrajad Kuncoro(2006)

Nurkse menjelaskan dua lingkaran perangkap kemiskinan dari segi

penawaran (supply) dan permintaan (demand). Segi penawaran

menjelaskan bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang rendah akibat

tingkat produktivitas rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk

menabung rendah.

Rendahnya kemampuan menabung masyarakat menyebabkan

tingkat pembentukan modal (investasi) yang rendah, sehingga terjadi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

24

kekurangan modal dan dengan demikian tingkat produktivitas juga akan

rendah. Begitu seterusnya. Sedangkan dari segi permintaan menjelaskan di

negara-negara yang miskin rangsangan untuk menanamkan modal sangat

rendah karena keterbatasan luas pasar untuk berbagai jenis barang. Hal ini

disebabkan pendapatan masyarakat yang sangat rendah karena tingkat

Produktivitas Rendah produktivitasnya yang juga rendah, sebagai akibat

dari tingkat pembentukan modal yang terbatas di masa lalu. Pembentukan

modal yang terbatas ini disebabkan kekurangan rangsangan untuk

menanamkan modal.

Begitu seterusnya. Penyebab Kemiskinan Menurut Eric Chetwynd

Eric Chetwynd, Frances Chetwynd, dan Bertram Spector (2003)

menjelaskan bahwa korupsi dapat memperburuk kemiskinan. Tingginya

korupsi di suatu daerah menyebabkan para investor enggan untuk

berinvestasi di daerah tersebut. Rendahnya investasi mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan terhambat serta dapat

meningkatkan ketimpangan pendapatan. Hal ini menyebabkan kondisi

kemiskinan daerah tersebut akan semakin buruk.

2. Investasi

Investasi merupakan atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Atau

dapat juga didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

25

digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu

dengan harapan dapat memberikan pendapatan atau keuntungan

(Hartono, 2000).

a. Jenis-jenis Investasi

Menurut Hartono (2000) terdapat dua tipe investasi yaitu :

1) Investasi Langsung

Investasi ini berupa pembelian langsung aktiva keuangan

suatu perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan pada :

a) Pasar uang (money market), berupa aktiva yang mempunyai

risiko gagal kecil, jatuh tempo pendek dengan tingkat cair yang

tinggi seperti Treasury bill (T-bill).

b) Pasar modal (capital market), berupa surat-surat berharga

pendapatan tetap (fixed-income securities) dan saham-saham

(equity income).

c) Pasar turunan (deverative market), berupa opsi (option) dan

futures contract.

2) Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung merupakan pembelian saham dari

perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva

keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah

perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

26

sahamnya kepada publik dan menggunakan dana yang diperoleh

untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.

b. Proses Investasi

Proses investasi terdiri dari lima tahap yaitu :

1) Penentuan tujuan investasi. Tujuan investor antara yang satu

dengan yang lain tidak sama, tergantung dari keputusan yang

dibuat.

2) Penentuan kebijakan investasi. Tahap ini merupakan tahap

penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah

ditetapkan.

3) Pemilihan strategi portofolio. Ada dua strategi yang dipilih, yaitu

strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi

portofolio aktif meliputi penggunaan informasi yang tersedia dan

teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi

portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi

aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja

indek pasar.

4) Pemilihan asset. Tahap ini merupakan proses pengevaluasian setiap

sekuritas yang ingin dimasukan dalam portofolio.

5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Tahap ini meliputi

kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut

dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

27

(Tendelilin, 2000). Portofolio yang efisien adalah portofolio yang

memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah

pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan

tingkat return ekspektasi yang sudah pasti. Portofolio yang efisien

ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan

kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat

risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return

ekpektasinya (Hartono, 2000)

3. Tenaga Kerja

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai

salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah

tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi,

sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar

domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih

dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat

benar benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari

pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh

positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada

kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan

secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut.

Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

28

modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan

manajerial dan administrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada

umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang

bersifat homogen. Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan

tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional

ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam

keadaan demikian penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang

tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor

tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan

demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu

fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (q) adalah q = f (K, L)

dimana k merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang

memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat

diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L

maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan

masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran

yang dapat diproduksi.

Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan

produk fisik marjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan

bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor

produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

29

menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat

tertentu akan memperlihatkan penurunan produktivitasnya serta setelah

mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja

akan mengurangi pengeluaran. Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa

tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,

sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain, seperti

bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Tenaga kerja memiliki beberapa definisi, menurut UU No 13

Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada

UU No. 25 tahun 1997 mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk

usia 15 tahun atau lebih, sedangkan pada undang-undang terbaru tentang

ketenagakerjaan yaitu UU No. 13 tahun 2013 tidak memberikan batasan

umur dalam definisi tenaga kerja, namun pada undang - undang tersebut

melarang mempekerjakan anak – anak. Anak-anak menurut UU No. 25

tahun 1997 tentang ketenagakerjaan adalah orang laki-laki atau wanita

yang berumur kurang dari 15 tahun. Tenaga kerja mencakup penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan

yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah

tangga (Simanjuntak, 1985).

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

30

kerja yang ingin dan yang benar-benar menghasilkan barang dan jasa.

Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang

menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja

terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah

tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan. Ketiga

golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu – waktu dapat

menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering

dinamakan potensial labor force (Simanjuntak, 1985). Besarnya

penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah

orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Di antara

mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan

barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau

employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang

berusaha mencari pekerjaan, mereka dinamakan pencari kerja atau

penganggur Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan

kerja atau labor force (Simanjuntak, 1985).

Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai

Angkatan Kerja (AK) dan bukan AK. Angkatan Kerja dikatakan bekerja

bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang

lalu. Sedangkan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari

pekerjaan disebut menganggur (Santosa, 2001) Jumlah angkatan kerja

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

31

yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang

tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka

akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu

daerah.

4. Pendapatan Perkapita

Pendapatan adalah suatu aliran penerimaan yang dapat

dikonsumsikan tanpa mengurangi jumlah atau nilai sumber yang

menciptakan aliran penerimaan tersebut. Pendapatan perkapita menurut

Sadono Sukirno adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu

negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian

pendapatan nasional suatu negara pada satu tahun tertentu dengan jumlah

penduduk negara pada tahun tersebut. Menurut Muana Nanga

Pendapatan perkapita adalah merupakan pendapatan agregat (yang

berasal dari bebagai sumber) yang secara aktual diterima oleh seseorang

atau rumah tangga. Untuk mengukur kondisi seseorang atau rumah

tangga, salah satu pokok paling sering digunakan yaitu melalui tingkat

pendapatnnya.

Pendapatan menunjukan seluruh uang diterima oleh seseorang

atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan

ekonomi. Dari beberapa pendapat diatas bahwa yang dimaksud dengan

pendapatan kapita adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh

seseorang atau rumah tangga dalam suatu periode tertentu, setelah

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

32

dikurangi dengan biaya-biaya. Telah diterangkan, tingkat pertumbuhan

ekonomi menggambarkan tentang kenaikan rill dari produksi barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu

pertumbuhan ekonomi yang berlaku belum tentu melahirkan

pembangunan ekonomi dan peningkatkan dalam kesejahteraan

(pendapatan) masyarakat, walaupun terjadi secara berlanjut dalam

jangka panjang, hal tersebut disebabkan karena bersamaan dengan

terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pada pertumbuhan

penduduk.

Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan tidak

melebihi tingkat jumlah penduduk, pendapatan rata-rata masyarakat

(pendapatan perkapita) akan mengalami penurunan. Apabila dalam

jangka panjang pertumbuhan ekonomi sama dengan pertumbuhan

penduduk , maka perekonomian negara tersebut tidak mengalami

perkembangan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mengalami

kemajuan. Fungsi lain pendapatan perkapita dalam analisis

pembangunan ekonomi adalah.12 Menggambarkan jurang tingkat

kemakmuran diberbagai negara. Dalam konteks ini diasumsikan tingkat

kemakmuran suatu negara direfleksikan oleh pendapatan rata-rata yang

diterima penduduknya. Semakin tinggi pendapatan tersebut semakin

tinggi daya beli penduduk, dan daya beli bertambah ini meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

a. Jenis-jenis Pendapatan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

33

Pada bagian sebelumnya kita dapat memahami pendapatan

perkapita, maka disini juga terdapat jenis-jenis dari pendapatan tersebut

adapun diantaranya sebagai berikut :

1) Pendapatan Pribadi

Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis

pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan

sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara.

Dari arti istilah pendapatan pribadi ini dapatkanlah disimpulkan

bahwa dalam pendapatan pribadi telah termasuk juga pembayaran

pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian

yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan

masyarakat dimana para penerimanya tidak perlu memberikan suatu

balas jasa atau usaha apapun sebagai imbalan.

2) Pendapatan Disposebel

Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus

dibayar oleh para penerima pendapatan, nilai yang tersisa

dinamakan pendapatan disposebel. Dengan demikian pada

hakikatnya pendapatan disposebel adalah pendapatan yang dapat

digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang

ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-

jasa yang mereka ingin.

3) Metode Penghitungan Pendapatan Perkapita

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

34

Pendapatan perkapita adalah jumlah pendapatan rat-rata

penduduk dalam sebuah negara pada suatu periode tertentu.

Biasanya, dihitung setiap periode satu tahun, untuk mendapatkan

jumlah pendapatan rata-rata penduduk, pendapatan nasional

dihitung dari jumlah seluruh pendapatan penduduk negara tersebut.

Oleh sebab itu, jumlah penduduk praktis akan mempengaruhi

jumlah pendapatan perkapita suatu negara. Pendapatan perkapita

dapat juga diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa rata-rata

yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode

tertentu (biasanya 1 tahun). Cara menghitung pendapatan perkapita

adalah menjumlahkan pendapatan seluruh penduduk suatu negara

pada tahun tertentu. Kemudian, dibagi dengan jumlah penduduk

negara yang bersangkutan pada periode tahun yang sama. Jika di

formulakan sebagai berikut :

Pendapatan Perkapita = PDRB (Produc Domestic Regional Bruto)

Jumlah Penduduk

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Perkapita Faktor-

faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita adalah sebagai

berikut :

1) Permintaan agrerat dan penawaran agregat

Permintaan agregat menunjukan hubungan antara

keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai

dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah seluruh barang dan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

35

jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada tingkat harga,

sedangkan penawaran agregat menunjukan hubungan antara

keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan

oleh perusahaanperusahaan dalam tingkat harga.

2) Konsumsi dan tabungan

Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh

barangbarang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam satu tahun.

Sedangkan tabungan bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan

untuk konsumsi. Tabungan, konsumsi, dan pendapatan sangat erat

hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapatan keynes

yangdikenal dengan psyclogical consumtion yang membahas

tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan

pendapatan. Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu

komponen penting pengeluaran agrerat.

c. Fungsi Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita dapat digunakan untuk

membandingkan kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari

tahun ke tahun. Dengan melakukan perbandingan seperti itu kita

dapat mengamati apakah kesejahteraan masyarakat suatu negara

secara rata-rata telah meningkat.Pendapatan perkapita

meningkatkan merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata

kesejahteraan penduduk telah meningkat. Pendapatan perkapita

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

36

telah menunjukan pula apakah pembangunan yang telah

dilaksanakan pemerintah telah berhasil, seberapa keberhasilan

tersebut, dan akibat yang telah ditimbulkan oleh peningkatan

tersebut

d. Manfaat Penghitungan Pendapatan Perkapita

Kemampuaan pendapatan perkapita dalam mengukur tingkat

kesejahteraan negara dan sebagai indikator kehidupan negara dapat

dijadikan sebagai salah satu analisis ekonomi bagi pemerintah

maupu organisasi ekonomi untuk mengambil kebijakan ekonomi.

Secara ringkas kita dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari

perhitungan pendapatan perkapita yaitu :

1) Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu Negara dari

waktu ke waktu.

2) Membandingkan tingkat kesejahteraan antar negara satu dengan

yang lainnya.

3) Sebagai pedoman bagi pemerintah dan membuat kebijakan

ekonomi.

4) Mengelompokan sebagai negara ke beberapa tingkat pendapatan.

C. Hubungan antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen

Hubungan antara variable independen dengan variable dependen

menjelaskan tentang adanya keterkaitan antara variable dependen dengan

variable independen.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

37

1. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan Kemiskinan

Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau perempuan yang

sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun

di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat (Soebagiyo, 2013). Salah satu faktor

penting yang menentukan kemakmuran masyarakat adalah tingkat

pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujud, sehingga apabila

tidak bekerja atau menganggur maka akan mengurangi pendapatan dan

hal ini akan mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai

sehingga dapat menimbulkan buruknya kesejahteraan masyarakat

(Sukirno, 2004).

2. Hubungan antara Investasi dengan Kemiskinan

Pada suatu negara atau daerah selalu salah satu orientasi

kebijakan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan investasi

manusia maupun investasi dalam sektor riil. Harrod Domar menjelaskan

investasi sebagai motor penggerak utama pembangunan ekonomi, karena

: (1) investasi dapat menciptakan tambahan pendapatan; dan (2) investasi

dapat pula memperbesar kapasitas produksi melalui meningkatnya

persediaan modal, yang disebut efek penawaran. Rendahnya pendapatan

akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya

investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu, setiap usaha

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

38

untuk mengurangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong

lingkaran dan perangkap kemiskinan ini ( Kuncoro, 2006).

Jadi ketika investasi meningkat di suatu daerah akan

mengakibatkan meningkat pula pertumbuhan ekonomi dan dapat

menekan angka kemiskinan di wilayah tersebut.

3. Hubungan Antara Pendapatan Perkapita Dengan Kemiskinan

PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa

diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas

produksi. PDRB per kapita sering dipakai untuk mengukur tingkat

kemakmuran penduduk suatu daerah. Jika pendapatan per kapita

meningkat, maka kemampuan rata-rata pendapatan masyarakat di suatu

daerah juga akan semakin meningkat. Ini berarti kemampuan pendapatan

dalam memenuhi kebutuhan pokok di daerah tersebut akan semakin

meningkat. Jika kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok

meningkat, maka jumlah penduduk miskin di daerah tersebut akan

berkurang. Sebaliknya, apabila pendapatan per kapita di daerah

berkurang/menurun, maka akan menurun pula kemampuan pendapatan

rata-rata masyarakat di daerah tersebut. Jika kemampuan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan pokok menurun, maka jumlah penduduk

miskin di daerah tersebut akan meningkat.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

39

D. Kerangka Pikir

Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan

pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan

ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan

pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar

daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006). Salah satu faktor

penting yang menentukan kemakmuran masyarakat adalah tingkat

pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujud, sehingga apabila tidak

bekerja atau menganggur maka akan mengurangi pendapatan dan hal ini

akan mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai sehingga dapat

menimbulkan buruknya kesejahteraan masyarakat (Sukirno, 2004).

Salah satu cara menurunkan kemiskinan dengan cara melakukan

investasi Harrod Domar menjelaskan investasi sebagai motor penggerak

utama pembangunan ekonomi, karena : (1) investasi dapat menciptakan

tambahan pendapatan; dan (2) investasi dapat pula memperbesar kapasitas

produksi melalui meningkatnya persediaan modal, yang disebut efek

penawaran. Jadi ketika investasi meningkat di suatu wilayah akan

mengakibatkan meningkat pula pertumbuhan ekonomi dan dapat menekan

angka kemiskinan di wilayah tersebut. Jika di suatu daerah mengalami

pertumbuhan ekonomi maka akan meningkat juga pendapatan perorangan

dan dapat memenuhi kebutuhan masing masing perorangan di daerah

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43927/3/BAB II.pdf · Febriaty, dkk (2017) Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi, dan Inflasi Terhadap

40

tersebut. Meningkatnya pendapatan perorangan atau pendapatan perkapita

akan menurunkan tingkat kemiskinan di daerah tersebut.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

E. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas,

maka dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

Diduga Investasi, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Perkapita ada

pengaruh terhadap Kemiskinan.

Investasi

(X1)

Tenaga Kerja

(X2)

Pendapatan Perkapita

(X3)

Kemiskinan

(Y)