12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Stres merupakan akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons individu. Stres seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif. Ini terjadi karena stres terjadi bila individu mengalami frustrasi yang berkepanjangan. Sehingga gejala atau akibat stres yang tampak pada individu seringkali adalah gejala atau akibat negatif yang mengganggu kehidupan individu tersebut. Tingkat stres yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada jalan keluar dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti: gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan, panas ulu hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain (Siswanto, 2007). Cox (dalam Siswanto, 2007) menyebutkan bahwa akibat stres dapat dikategorikan menjadi lima yaitu: a. Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil. b. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stress

Stres merupakan akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan

lingkungan dan respons individu. Stres seringkali dianggap sebagai sesuatu yang

berkonotasi negatif. Ini terjadi karena stres terjadi bila individu mengalami

frustrasi yang berkepanjangan. Sehingga gejala atau akibat stres yang tampak

pada individu seringkali adalah gejala atau akibat negatif yang mengganggu

kehidupan individu tersebut. Tingkat stres yang tinggi dan berlangsung dalam

waktu yang lama tanpa ada jalan keluar dapat mengakibatkan berbagai macam

penyakit seperti: gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi,

asma, radang sendi rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit

menelan, panas ulu hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin,

sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa,

terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain (Siswanto, 2007).

Cox (dalam Siswanto, 2007) menyebutkan bahwa akibat stres dapat

dikategorikan menjadi lima yaitu:

a. Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi meliputi

kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan,

kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil.

b. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk

perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

8

penyalahgunaan obat, peledakan emosi, berperilaku impulsif, tertawa

gelisah.

c. Akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir,

meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat

berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu

yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan

mental.

d. Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja,

meliputi absen, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman

sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas

terhadap organisasi.

Akibat stres yang berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik

maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan dan

gangguan. Namun, secara perlahan-lahan individu akan menggunakan bagai jenis

penyesuaian diri untuk mengatasi stres yang dialaminya. Individu dapat

menyesuaikan diri dengan cara yang positif maupun negatif. Penyesuaian diri

dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatanmental dikenal dengan istilah

coping.

B. Coping Stres

Coping adalah suatu usaha untuk mengubah kognisi atau tingkah laku

secara konstan sebagai usaha untuk mengendalikan tuntutan baik eksternal

maupun internal, khususnya yang diperkirakan akan menyita dan melampaui

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

9

kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman, 1985). Selanjutkan dijelaskan bahwa

bahwa coping stress berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh individu untuk

mengatasi situasi yang penuh dengan tekanan atau yang menuntut individu secara

emosional. Selanjutnya menambahkan jugabahwa cara yang dilakukan oleh

individu untuk mengatasi situasi atau problem yang dianggap sebagai tantangan,

ketidakadilan ataupun merugikan sebagai ancaman yang disebut dengan istilah

coping stress.

Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa coping stress merupakan

bentuk tindakan atau usaha yang dilakukan individu sebagai reaksi dari situasi

yang penuh tekanan baik dari luar maupun dari dalam. Akibat adanya

penyimpangan antara tuntutan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya

yang dirasakan sebagai sesuatu yang menyulitkan, merugikan atau bahkan

mengancam. Menurut Lavine (dalam Setianingsih 2003) coping stres merupakan

suatu proses yang aktif dalam usaha untuk beradaptasi dengan sungguh-sungguh

pada kondisi mengandung stres sebagai komponen utama. Coping stres

merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi yang

membuatnya tidak nyaman yang mempengaruhi diri individu (Natalina, 2007).

1. Jenis-Jenis Coping Stres

Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994) membedakan coping stres

menjadi dua jenis, yaitu emotion focused coping (coping yang berorientasi

pada emosi dan problem focused coping (coping yang berorientasi pada

masalah). Coping yang beorientasi pada masalah digunakan untuk mengatasi

stresor. Dengan mempelajari cara-cara dan keterampilan yang diperlukan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

10

Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan

dapat mengubah situasi. Metode ini sering digunakan oleh mereka yang sudah

matang secara psikologis.

1. Problem focused coping (coping yang berpusat pada masalah)

Sebagai usaha untuk mengurangi stresor, individu akan mengatasi

dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru dan individu

akan cenderung menggunakan strategi apabila dirinya yakin akan mampu

mengubah situasi yang dialami. Dengan kata lain dalam coping ini

individu melakukan suatu tindakan yang diarahkan pada pemecahan

masalah atau dengan cara mengubah situasi. Individu akan cenderung

melakukan perilaku tersebut apabila dirinya menilai kondisi, situasi atau

peristiwa yang dihadapi individu masih dapat dikendalikan. Selain itu

individu yakin akan mampu mengubah kondisi, situasi maupun peristiwa

tersebut. Individu secara efektif mencari penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres.

Strategi untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalah,

menciptakan pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif

berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya, dan

mengimplementasikan alternatif yang dipilih. Strategi terfokus masalah

juga dapat diarahkan ke dalam, yaitu : orang dapat mengubah sesuatu pada

dirinya sendiri dan bukan mengubah lingkungan. Orang yang cenderung

menggunakan strategi terfokus masalah situasi stres menunjukkan tingkat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

11

depresi yang lebih rendah baik selama dan setelah situasi stres (Billing &

Moos, 1984).

Problem focused coping terdiri dari 5 aspek coping yaitu: Pertama

active coping yaitu mengambil tindakan secara aktif untuk mengatasi stres.

Kedua, planning yaitu memikirkan tentang cara mengatasi penyebab

stres. Ketiga supression of competing activities yaitu dengan

mengesampingkan aktivitas-aktivitas lain untuk dapat mengatasi stresor.

Keempat, restraint coping yaitu menunggu saat yang tepat untuk

bertindak. Kelima, use of instrumental support yaitu mengatasi stres

dengan mencari bantuan, nasehat serta informasi.

2. Emotion focused coping

Coping yang beroientasi pada emosi digunakan untuk mengatur

respon emosional terhadap stres yaitu bagaimana meniadakan fakta yang

tidak menyenangkan melalui strategi kognitif bila individu tidak

mengubah kondisi stres, individu akan cenderung untuk mengatur

emosinya.

Emotion focused coping terdiri dari 7 aspek yaitu: pertama, use of

emotional support yaitu mengatasi stres dengan mencari dukungan moral,

simpati, emosional. Kedua, positive reframing yaitu mencoba menafsirkan

suatu kondisi dengan lebih positif. Ketiga, acceptance yaitu menerima

kenyataan dari situasi tersebut. Keempat denial, yaitu menolak kenyataan

dari situasi yang terjadi. Kelima, use of religion, yaitu sikap individu untuk

menyelesaikan masalah dengan keagamaan. Keenam, behavioural

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

12

disengagement yaitu berkurangnya usaha seseorang dalam menghadapi

stresor atau menyerah. Ketujuh, mental disengagement yaitu usaha

seseorang untuk mengalihkan perhatiannya dari stresor.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Coping Stres

Coping stres dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Usia

Salah satu faktor yang mempengarui terjadiya coping adalah usia.

Menurut Ebata dan Moss (dalam Pramana, 1998) menjelaskan bertambahnya

usia individu sering dihubungkan dengan problem focused coping. Sarafino

(1994) juga mengatakan bahwa coping yang lebih sering digunakan orang

dewasa adalah yang berpusat pada pemecahan masalah. Setiap tingkat usia

mempunyai tingkat berpikir dan kemampuan untuk beradaptasi yang berbeda-

beda dengan usia di atasnya atau di bawahnya. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan untuk memperhatikan tuntutan hidup yang semakin bertambah

sesuai dengan tingkat usia individu. Dapat dipastikan bahwa coping dari setiap

individu akan berbeda dari setiap tingkat usia.

2. Pendidikan

Managhan (dikutip Damayanti, 2000) mengungkapkan bahwa

pendidikan juga berpengaruh pada pemilihan strategi coping. Individu yang

mempunyai pendidikan tinggi akan tinggi pula perkembangan kognitifnya,

sehingga akan mempunyai penilaian yang lebih realistis dan coping setiap

individu lebih aktif.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

13

3. Status Sosial Ekonomi

Menurut Watson (1984), seseorang yang memiliki status sosial

ekonomi rendah cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi, terutama

dalam memecahkan masalah ekonmi daripada mereka yang mempunyai status

sosial ekonomi tinggi. Menurut Eron Peterson (dikutip Watson, 1984)

kemampuan seseorang untuk melakukan coping cenderung lebih rendah atau

kurang memadai dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai status

sosial ekonomi yang tinggi. Hal ini terjadi karena kontrol akan hidupnya tidak

begitu kuat, setiap individu biasanya kurang berpendidikan sehingga

setiapindividu kurang mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya

secara tepat.

4. Dukungan sosial

Terry, dkk (Pramana, 1998) menjelaskan coping yang efektif telah

dihubungkan dengan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan sosial,

seperti adanya dukungan sosial, dukungan dari keluarga, dukungan dari teman

kerja. Hal serupa juga diungkapkan oleh Garmezy dan Rutter (1983) bahwa

dukungan orang-orang sekitar individu yaitu orang tua, saudara, teman-teman

dekat dan masyarakat. Dukungan sosial yang positif berhubungan dengan

berkurangnya kecemasan dan depresi. Semakin tinggi dukungan sosial yang

dirasakan maka coping yang berpusat pada pemecahan masalah akan semakin

tinggi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

14

5. Jenis kelamin

Menurut Tanck dan Robbin (dikutip Fagot, 1988) secara teoritis pria

dan wanita mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah.

Wanita lebih memperlihatkan reaksi emosional dibandingkan dengan pria.

6. Karakteristik kepribadian

Suatu ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menandai suatu tipe

kepribadian. Suatu karakteristik tertentu dalam menghadapi suatu masalah,

menurut Parkes (dalam Damayanti, 2000) suatu model karakteristik berbeda

akan mempunyai coping yang berbeda. Menurut Carver, dkk (1993) salah satu

dimensi kepribadian yaitu optimismen. Optimisme memiliki peran yang

penting pada dampak yang luas dari perilaku dan kondisi psikologi seseorang

ketika seseorang menghadapi kemalangan.

7. Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah terjadi dan dialami oleh individu

sebelumnya, pengalaman ini mempengaruhi tindakan-tindakan individu

selanjutnya atau akan datang. Pengalaman merupakan abhan acuan atau

perbandingan individu dalam menghadapi suatu kejadian yang hampir sama.

Seseorang melakukan coping tergantung bagaimana individu tersebut

melakukan coping pada masalah-masalah yang lalu.

8. Komunikasi

Komunikasi yang baik akan mempengaruhi seseorang di dalam coping

yang baru yang konstruktif.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

15

Komunikasi yang kurang baik atau komunikasi yang sama sekali tidak

memadai dapat dikaitkan dengan stres yang muncul, hal ini terjadi dalam

hubungan-hubungan antar pribadi (Scale, 2003). Karena itulah komunikasi

yang baik akan mempengaruhi seseorang di dalam coping yang baru yang

lebih konstruktif (Sinaga, 2005).

C. Skripsi

1. Hakekat Skripsi bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling

Salah satu kegiatan pendidikan mahasiswa di perguruan tinggi adalah

melakukan penelitian.Hasil penelitian ini disusun dalam suatu karya ilmiah untuk

dipertanggungjawabkan pada akhir program pendidikannya. Karya ilmiah ini

disebut skripsi. Dengan demikian skripsi merupakan karya ilmiah yang disusun

berdasarkan hasil penelitian di perpustakaan, di lapangan atau di laboratorium.

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang diarahkan untuk

mengembangkan pengetahuan dengan menggunakan berbagai informasi dan

metodologi dalam bidang ilmu yang melingkupinya. Dalam kegiatan tersebut

mahasiswa dituntut mengerahkan kemahiran berpikir, bersikap dan bertindak

dalam usaha menggali dan mengembangkan pengetahuan yang baru untuk

disumbangkan dalam bidang keahliannya. Selain itu dituntut untuk menerapkan

kaidah dan etika ilmiah yang berlaku di lingkungan masyarakat ilmiah.

Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah dalam dunia pendidikan.

Keharusan melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitian dalam bentuk

skripsi pada puncak studi merupakan salah satu proses pembelajaran yang amat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

16

penting, karena memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa. Kesempatan untuk

melakukan penelitian memberikan pengalaman dalam memecahkan masalah

secara mandiri, terencana dan teratur, dengan menggunakan kaidah-kaidah

keilmuan. Selain itu, skripsi sebagai suatu karya ilmiah harus memenuhi kriteria-

kriteria akademis yang dapat dipertanggungjawabkan, menarik untuk dibaca dan

mudah dipahami oleh pembaca.

2. Kedudukan Skripsi dalam Studi Mahasiswa

Skripsi adalah karya ilmiah resmi mahasiswa dalam menyelesaikan Program

Sarjana (S1) guna memperoleh gelar sarjana pada program studi yang

ditekuninya.Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam

penelitian yang berhubungan dengan bidang kehaliannya. Penyusunan skripsi

didasarkan pada kajian ilmiah yang didahului oleh penelitian pustaka atau

penelitian lapangan, serta hasil akhirnya dipertanggungjawabkan secara resmi dan

terbuka kepada komunitas ilmiah dalam forum ujian.

Skripsi berfungsi sebagai media publikasi hasil penelitian ilmiah masyarakat

dan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.Dalam

jangkauan yang lebih luas, skripsi dapat menjadi media komunikasi dalam

masyarakat ilmiah pada umumnya, apabila memenuhi syarat untuk dipublikasikan

secara luas. Tugas pembuatan skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa

untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam salah satu bidang sesuai dengan

jurusan dan program studi yang ditentukannya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

17

Penyusunan skripsi mencakup proses perumusan permasalahan dan judul,

proses penelitian dan proses penulisan. Garis besar penyusunan skripsi meliputi :

Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian ini dikemukakan alasan

pemilihan judul dan fenomena-fenomena yang mendasari perumusan masalah.

Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi teori-teori dan konsep yang akan

digunakan sebagai kerangka analisa pada bagian selanjutnya.

Bab III adalah metode penelitian yang berisi rancangan penelitian dan

instrumen yang akan digunakan. Pada bab ini juga dijelaskan tentang populasi dan

sampel yang diambil serta metode pengumpulan data.

Bab IV adalah Hasil Analisis dan Pembahasan yang berisi hasil pengolahan

data dan interpretasi dari data tersebut. Pada bab ini digunakan kerangka teori

yang telah dirumuskan pada bab II sebagai pisau analisis.

Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

3. Coping Stress Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi

Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang coping stres dengan hasil

yang beragam. Salah satu penelitian dilakukan Sulistyorini (2010) pada siswa

kelas X SMA N 1 Suruh. Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa siswa-siswa

kelas X SMA N 1 Suruh cenderung menggunakan problem focused coping untuk

mengatasi kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Sebagian siswa

merasa tertekan karena harus berjuang mendapatkan nilai yang bagus. Ini

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress · 2013. 4. 3. · sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia dan lain-lain

18

disebabkan karena pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

wajib yang masuk dalam ujian negara. Oleh karena itu siswa diharapkan

mendapatkan nilai yang baik untuk pelajaran tersebut. Sulistyorini (2010)

menjelaskan bahwa para siswa memberikan respon positif pada stres dalam

menghadapi pelajaran matematika yang ditunjukkan melalui usaha para siswa

untuk mengerjakan latihan soal lebih banyak dan mengulang pelajaran di rumah.

Penelitian lain dilakukan oleh Sinaga (2005) tentang coping stres pada

mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang menyusun skripsi. Pada penelitiannya

diketahui bahwa mahasiswa yang mengalami stres akibat kesulitan dalam

penyusunan skripsi sebanyak 84,3% melakukan problem focused coping dengan

mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru, yang diyakini

dapat mengubah situasi stres dan 15,65% melakukan emotional focused coping

yaitu perilaku yang cenderung mengatur emosi atau mengatasi tekanan

emosionalnya, berkaitan dengan situasi yang terjadi.

Dari dua penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa coping stress yang

dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa berbeda-beda tergantung pada individu

masing-masing. Selain itu, penyebab stres juga ikut menentukan usaha apa yang

dilakukan oleh individu untuk mengatasi stres tersebut. Dengan dasar inilah,

penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui jenis coping stress yang

dilakukan oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling di FKIP UKSW.