29
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Fatimah (2006) mengemukakan bahwa semua makhluk hidup secara alami telah dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara beradaptasi dengan keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut juga dengan istilah adjustment. Menurut Kartono (2000) adjustment adalah adaptasi atau penyesuaian diri, kemampuan untuk dapat mempertahankan eksistensinya, atau kemampuan untuk survive (bertahan hidup), dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, juga dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial. Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri (adjustment) sebagai suatu proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi kebutuhan dalam diri, ketegangan, frustasi, dan konflik, yang tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal dengan tuntutan didalam dirinya. Selaras dengan Schneiders, Semiun (2006) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Fatimah (2006) mengemukakan bahwa semua makhluk hidup secara alami

telah dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara

beradaptasi dengan keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah

psikologi, penyesuaian diri disebut juga dengan istilah adjustment. Menurut

Kartono (2000) adjustment adalah adaptasi atau penyesuaian diri, kemampuan

untuk dapat mempertahankan eksistensinya, atau kemampuan untuk survive

(bertahan hidup), dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, juga

dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial.

Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri (adjustment) sebagai

suatu proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi kebutuhan dalam

diri, ketegangan, frustasi, dan konflik, yang tujuannya adalah untuk mendapatkan

keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal

dengan tuntutan didalam dirinya.

Selaras dengan Schneiders, Semiun (2006) mendefinisikan penyesuaian

diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku

yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,

tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

14

menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang

dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Semiun (2006) menambahkan

bahwa penyesuaian diri berarti pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam

menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran atau jiwa, atau bahkan

pembentukan simtom-simtom. Individu belajar bagaimana bergaul dengan baik

dengan orang lain dan menghadapi tuntutan-tuntutan tugas.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

diri pada anggota Polri merupakan upaya mereka dalam menanggulangi stress,

frustasi, serta konflik-konflik internal lain yang dihadapi ketika anggota tidak

dapat menyesuaikan diri dengan tugas di bidang yang baru dan lingkungan kerja

yang baru. Penyesuaian tersebut dilakukan sebagai upaya anggota dalam

menyelaraskan dirinya pada tuntutan-tuntutan pekerjaan yang ada, agar mereka

mampu mendapatkan kesejahteraan psikis dan dapat melaksanakan pekerjaan

secara maksimal dan profesional meskipun situasi dan kondisi yang dihadapi tidak

mereka idealkan.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang

dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut :

a. Persepsi terhadap realitas.

Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan

menginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yang

realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

15

konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun adanya perilaku

yang sesuai.

b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan.

Individu yang memiliki kemampuan mengatasi stress dan

kecemasan berarti mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul

dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami.

c. Gambaran diri yang positif.

Aspek ini berkaitan dengan penilaian individu tentang dirinya

sendiri. Individu memiliki gambaran diri yang positif baik melalui

penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehingga

individu dapat merasakan kenyamanan psikologis.

d. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik.

Individu yang memiliki kemampuan tersebut maka individu dapat

mengekspresikan emosi dengan baik dan memiliki kontrol emosi

yang baik.

e. Hubungan interpersonal yang baik.

Hal ini berkaitan dengan hakikat individu sebagai makhluk sosial,

yang sejak lahir tergantung pada orang lain. Individu yang

memiliki penyesuaian diri yang baik mampu membentuk hubungan

dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa individu yang

mampu menyesuaikan diri adalah individu yang mampu mengubah persepsinya

terhadap permasalahan yang dihadapi kemudian menginterpretasikannya. Individu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

16

mampu mengatasi konflik-konflik internal yang timbul dengan upaya yang ia

miliki. Selain itu, gambaran diri yang positif juga mampu membuat individu

menilai dirinya secara lebih positif sehingga dapat membantu dirinya untuk

merasakan kenyamanan secara psikologis.

Schneiders (1964) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi

enam aspek, yaitu :

1) Tidak adanya emosionalitas yang berlebihan (Absence of Excessive

Emotionality)

Penyesuaian diri yang normal dapat ditandai dengan adanya

ketenangan emosi individu yang memungkinkannya unuk menghadapi

permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan berbagai

kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Hal ini

bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, namun lebih kepada kontrol

emosi ketika menghadapi situasi tertentu, dan tidak ada emosi yang

relatif berlebihan atau gangguan emosi yang merusak. Individu yang

mampu menanggapi situasi atau masalah yang dihadapinya dengan

cara yang normal tidak akan mengalami kepanikan sehingga dapat

menentukan penyelesaian masalah atau kondisi yang tidak diidealkan.

2) Kontrol terhadap mekanisme psikologis (Absence of Psychological

Mechanisms)

Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih

mengidentifikasikan respon yang normal pada penyelesaian masalah

melalui serangkaian mekanisme pertahanaan diri yang disertai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

17

tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikatakan

mengalami gangguan penyesuaian diri ketika dirinya mengalami

kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk

dicapai. Pada intinya, individu dapat menerima permasalahan yang

dihadapi dengan penuh keikhlasan dan tidak menyalahkan atau

mencari-cari sebab atas munculnya permasalahan tersebut.

3) Kontrol terhadap perasaan frustrasi (Absence of The Sense of Personal

Frustration)

Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan

tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk

mengorganisi kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah

laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

4) Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (Rational

Deliberation and Self Direction)

Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan

pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan

mengorganisir pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk memecahkan

masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang

normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik

apabila individu dikuasai oleh emosi berlebihan ketika menghadapi

situasi yang menimbulkan konflik.

5) Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman (Ability To

Learn and utilization of past expecience)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

18

Mampu untuk mempelajari pengetahuan yang mendukung apa

yang dihadapi sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat

dipergunakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Adanya

kemampuan individu untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman

merupakan hal yang penting bagi penyesuaian diri yang normal.

Dalam menghadapi masalah, individu dapat menggunakan pengalaman

diri sendiri atau pengalaman orang lain sehingga pengalaman yang

diperoleh dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor

apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.

6) Sikap yang realistis dan objektif (Realistic, Objective Attitude)

Karakteristik ini berhubungan erat dengan orientasi seseorang

terhadap realitas yang dihadapinya. Sikap realistik dan objektif

bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi,

masalah dan keterbatasan individu dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa

anggota yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah anggota

yang dapat mengontrol emosinya, mampu menerima dengan baik atas

adanya permasalahan yang dihadapi. Anggota mampu memotivasi

dirinya sendiri, dan memiliki upaya-upaya tertentu untuk melakukan

tindakan-tindakan untuk mengubah suatu kondisi yang membebaninya

menjadi lebih baik, dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Selain

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

19

itu penyesuaian diri yang baik adalah ketika anggota tersebut dapat

belajar dan memanfaatkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya

maupun pengalaman orang lain sebagai cara untuk mempermudah

dirinya mengatasi permasalahan yang sedang ia hadapi.

Hurlock (2011) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian diri,

antara lain :

a. Penampilan nyata

Over Performance yang diperlihatkan individu sesuai norma yang

berlaku di dalam kelompoknya, berarti individu dapat memenuhi

harapan kelompok dan dapat diterima menjadi anggota kelompok

tersebut.

b. Penyesuaian diri terhadap kelompok

Hal ini berarti bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri

secara baik dengan kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya

maupun orang dewasa

c. Sikap sosial

Individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap

orang lain, ikut berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya dengan

baik dalam kegiatan sosial.

d. Kepuasan pribadi

Hal ini ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan bahagia karena

dapat ikut ambil bagian dalam aktifitas kelompoknya dan mampu

menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

20

Aspek-aspek penyesuaian diri yang akan dijadikan sebagai acuan oleh

penulis adalah aspek yang dikemukakan oleh Schneiders karena aspek-aspek

tersebut lebih sesuai untuk mengukur penyesuaian diri partisipan dalam penelitian

ini.

3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Sunarto dan Hartono (2006) mengemukakan faktor- faktor yang

mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :

a. Kondisi fisik

Mencakup keturunan, konstitusi fisik, susunan syaraf, kelenjar dan

sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya. Kualitas penyesuaian

diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi

kesehatan fisik yang baik.

b. Perkembangan dan kematangan

Khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.

Penyesuaian diri pada setiap individu akan bervariasi sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai.

c. Penentu psikologis

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses penyesuaian diri

diantaranya adalah pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan,

determinasi diri, frustrasi dan konflik.

d. Kondisi lingkungan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

21

Lingkungan yang damai, tentram, penuh penerimaan, pengertian dan

mampu memberi perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan

lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri.

e. Penentu kultural

Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan

menentukan pola penyesuaian dirinya.

Menurut Schneiders (1964) setidaknya ada lima faktor yang dapat

mempengaruhi proses penyesuaian diri, yaitu :

a. Kondisi Fisik

1. Hereditas dan Konstitusi Fisik

Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian

diri, lebih digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang

lebih dekat dan tak terpisahkan dari mekanisme fisik.

2. Sistem Utama Tubuh

Sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian

diri adalah sistem syaraf, kelenjar, dan otot.

3. Kesehatan Fisik

Fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri,

harga diri dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat

menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.

b. Kepribadian

1. Kemampuan dan Kemauan untuk Berubah (Modifiability)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

22

Sebagai proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian diri

menuntut suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan.

Penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah

dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap dan karakteristik sejenis

lainnya.

2. Pengaturan Diri

Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan

malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan

diri dapat mengarahkan kepribadian normal mencapai

pengendalian diri dan realisasi diri.

3. Realisasi Diri

Kemampuan pengaturan diri mengimplikasi potensi dan

kemampuan kearah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan

pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitannya dengan

perkembangan kepribadian.

4. Intelegensi

Munculnya kemampuan pengaturan diri yang sesungguhnya

tergantung pada kualitas dasar lainnya yang berperan penting

dalam penyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensinya.

c. Edukasi/Pendidikan

1. Belajar

Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri

karena respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

23

bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri

individu melalui proses belajar.

2. Pengalaman

Ada dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap

proses penyesuaian diri, yang pertama adalah pengalaman yang

menyehatkan atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu

dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan atau

mengasyikkan. Yang kedua pengalam traumatik, yaitu peristiwa-

peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu

yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat

menyakitkan sehingga individu sangat tidak ingin peristiwa itu

terulang kembali.

3. Latihan

Penyesuaian sebagai suatu proses yang kompleks yang mencakup

proses psikologis dan sosiologis, maka memerlukan latihan yang

sungguh-sungguh agar memperoleh hasil penyesuaian diri yang

baik.

4. Determinasi Diri

Individu harus mampu menentukan dirinya sendiri untuk

melakukan proses penyesuaian diri.

d. Lingkungan

1. Lingkungan keluarga

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

24

Unsur-unsur yang ada dalam keluarga seperti konstelasi keluarga,

interaksi amtara orang tua dengan anak, interaksi antar anggota

keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota

keluarga, kekohesifan keluarga, dan gangguan dalam keluarga

akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah dipandang sebagai media yang sangat penting, berguna

untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual,

sosial, nilai-nilai, sikap, dan moral siswa.

3. Lingkungan Masyarakat

Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, agama, moral dan

perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada

dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap proses

perkembangan penyesuaian diri.

e. Agama dan Budaya

Agama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan

sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan

makna yang sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan

keseimbangan hidup individu.

4. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) mengemukakan empat macam bentuk penyesuaian diri

antara lain :

a. Penyesuaian diri personal

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

25

Penyesuaian diri personal adalah penyesuaian diri yang diarahkan

kepada diri sendiri. Penyesuaian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penyesuaian Diri Fisik dan Emosi

Dikatakan oleh Schneiders bahwa kesehatan fisik berhubungan erat

dengan kesehatan emosi. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan

dalam kesehatan emosi dan penyesuaian diri, yaitu ; adekuasi

emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi.

2. Penyesuaian Diri Seksual

Merupakan kapasitas yang bereaksi terhadap realitas seksual

(impuls-impuls, nafsu, pikiran, konflik-konflik, frustasi, perasaan

salah dan perbedaan seks). Kapasitas tersebut memerlukan

perasaan, sikap sehat yang berkenaan dengan seks, kemampuan

menunda ekspresi seksual, orientasi heteroseksual yang kuat,

kontrol yang ketat dari pikiran dan perilaku, identifikasi diri yang

sehat.

3. Penyesuaian Moral dan Religius

Kapasitas untuk memenuhi moral kehidupan secara efektif dan

bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi ke dalam kehidupan

individu.

b. Penyesuaian Diri Sosial

Dikatakan oleh Schneiders bahwa rumah, sekolah dan masyarakat

merupakan aspek khusus dari kelompok sosial. Hal ini berarti

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

26

melibatkan pola-pola hubungan diantara kelompok tersebut dan saling

berhubungan secara integral diantara ketiganya.

c. Penyesuaian Diri Marital atau Perkawinan

Penyesuaian diri marital pada dasarnya adalah seni kehidupan yang

efektif dan bermanfaat dalam kerangka tanggung jawab, hubungan dan

harapan yang terdapat pada keadaan suatu perkawinan.

d. Penyesuaian Diri Jabatan atau Vokasional

Berhubungan erat dengan penyesuaian diri akademis dimana

kesuksesan dalam penyesuaian diri akademik akan membawa

keberhasilan seseorang didalam penyesuaian diri karir atau jabatan.

Berdasarkan jenis permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dari

keempat macam bentuk penyesuaian diri diatas, penulis hanya akan memfokuskan

pada tiga macam bentuk yaitu penyesuaian diri personal, penyesuaian diri sosial,

dan penyesuaian diri jabatan atau vokasional.

Gunarsa (Sobur, 2003) mengklasifikasikan bentuk-bentuk penyesuaian diri

dalam dua kelompok, yaitu adaptive dan adjustive.

a. Adaptive

Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah

adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya,

perubahan-perubahan yang ada dalam proses badani untuk

menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Pengertian luas

mengenai proses penyesuaian itu terbentuk sesuai dengan hubungan

individu dengan lingkungan sosialnya yang dituntut dari individu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

27

Tidak hanya mengubah perilakunya dalam menghadapi kebutuhan-

kebutuhan dirinya, baik keadaan dari dalam ataupun dari luar, di

lingkungan dimana ia hidup. Tetapi ia juga dituntut untuk

menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan ragam kegiatan

mereka. Orang yang ingin menjadi anggota dari suatu kelompok, ia

berada dalam posisi dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kelompok

itu.

b. Adjustive

Bentuk penyesuaian yang lain, yang tersangkut kehidupan psikis

seseorang, biasanya disebut sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive.

Tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustive ini,

dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan tingkah laku.

Tingkah laku manusia sebagian besar dilatar belakangi oleh hal-hal

psikis, kecuali tingkah laku tertentu dalam bentuk gerakan-gerakan

yang sudah menjadi kebiasaan atau gerakan-gerakan refleks.

Penyesuaian ini merupakan penyesuaian diri tingkah laku terhadap

lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau

norma-norma. Singkatnya, penyesuaian terhadap norma-norma.

B. Minat dan Kompetensi

1. Minat

Menurut Affif (Afib, 2012) minat adalah kesadaran atau

ketertarikan seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

28

yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang

sebagai sesuatu kesadaran, karenanya minat merupakan aspek psikologis

seseorang yang menaruh perhatian tinggi terhadap kegiatan tertentu dan

mendorong yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Semakin tinggi minat seseorang terhadap sesuatu maka semakin tinggi

pula dedikasi seseorang terhadap suatu kegiatan yang menjadi minatnya.

Hurlock (1989) mengemukakan bahwa minat merupakan sumber

motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka

inginkan bila mereka bebas memilih. Menurut Winkel (1983) minat adalah

kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik

pada bidang atau hal yang tertentu dan merasa senang berkecimpung

dalam bidang itu.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa minat

adalah aspek psikologis seorang individu yang menjadi salah satu faktor

penentu terhadap kemajuan dan keberhasilan. Individu yang melakukan

pekerjaan dengan disertai minat maka akan memperoleh hasil yang lebih

baik.

2. Kompetensi

Kompetensi menurut Byars dan Rue (Riady, 2010) kompetensi

didefinisikan sebagai suatu sifat atau karakteristik yang dibutuhkan oleh

seorang pemegang jabatan agar dapat melaksanakan jabatan dengan baik,

atau juga dapat berarti karakteristik atau ciri-ciri seseorang yang mudah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

29

dilihat termasuk pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang memungkinkan

untuk berkinerja.

Spencer (Moeheriono, 2012) menyatakan bahwa kompetensi

merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan

efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar

individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan

kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di

tempat kerja atau pada situasi tertentu.

Menurut Boulter et al (1996) kompetensi adalah karakteristik dasar

dari seseorang yang memungkinkan pegawai mengeluarkan kinerja

superior dalam pekerjaannya. Berdasarkan uraian di atas makna

kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat

pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai

keadaan dan tugas pekerjaan.

C. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri yang Ditempatkan pada Bidang

yang Kurang Sesuai Minat dan Kompetensi

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri

adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman

dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam

negeri, sedangkan anggota Polri adalah pegawai negeri yang ada pada Polri

(Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

30

Adapun tugas Polri secara umum adalah menegakkan hukum dan keadilan,

memerangi kejahatan yang mengganggu dan merugikan masyarakat, mengayomi

dan melindungi masyarakat, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat

(Suyono, 2013). Dalam Polri terdapat beberapa macam bidang diantaranya

Satsabhara, Satlantas, Satreskrim, Satbinmas, Satresnarkoba, dan lain-lain dengan

tugas masing-masing dimana tugas-tugas tersebut lebih spesifik (Peraturan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010).

Berdasarkan perspektif manajemen SDM, sumber daya manusia atau

sering pula disebut dengan personil (anggota) atau human resource Polri

merupakan sumber daya utama organisasi Polri karena berperan mengawaki gerak

laju dan perjalanan organisasi. Sumber daya manusia menempati posisi strategis

dalam melaksanakan setiap program dan kegiatan organisasi Polri sehingga dapat

berhasil dengan baik. Sumber daya manusia merupakan motor penggerak yang

berperan penting dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi Polri (Subagyo,

2015). Adapun salah satu misi Polri yaitu mengelola secara profesional,

transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung

operasional tugas Polri (Divisi Humas Polri, 2015).

Begitu pentingnya peran SDM dalam organisasi Polri, maka diperlukan

pengelolaan SDM Polri yang sesuai dengan misi tersebut. Subagyo (2015)

mengatakan bahwa manajemen SDM Polri, yang terdiri dari penyediaan,

pendidikan dan pelatihan, penggunaan, perawatan, dan pengakhiran personil,

sangat strategis dirancang dengan baik sehingga akan mencapai kinerja personil.

Sistem pembinaan karier dalam organisasi Polri perlu didesain dengan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

31

menggunakan sistem yang baru sehingga akan terwujud proses rotasi, promosi,

mutasi, dan demosi yang transparan dan akuntabel. Subagyo juga menambahkan

bahwa Polres harus menciptakan sistem pembinaan karier yang mampu

mendorong terciptanya personil Polres yang memiliki kinerja, prestasi kerja, dan

kualitas kerja yang baik dan bermoral sehingga akan dapat berkontribusi pada

pelaksanaan tugas pokok Polri. Proses wanjak di Polres harus didasarkan pada

pertimbangan yang matang sehingga setiap penempatan personil akan terwujud

prinsip ”the right man in the right job in the right time”. Oleh karena itu, sistem

pembinaan karier di lingkungan Polres harus didasarkan pada kompetensi yang

dimiliki oleh personil. Pada penempatan personil di jabatan tertentu, misalnya

jabatan Kanit Lantas di Satlantas maka personil yang bersangkutan harus

memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan dalam jabatan tersebut. Hanya

personil yang memenuhi standar kompetensi jabatan itulah yang dapat

ditempatkan pada posisi atau jabatan tertentu.

Penempatan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam manajemen

sumber daya manusia dalam organisasi Polri. Menurut Mathis dan Jackson (2006)

penempatan adalah menempatkan posisi seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat,

seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaanya akan mempengaruhi

jumlah dan kualitas pekerjaan. Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo yang dikutip

oleh Suwatno (2003) penempatan adalah menempatkan pegawai sebagai unsur

pelakasana pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan

keahliaanya. Kemudian salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam

penempatan pegawai menurut Musanef (2005) adalah prinsip “The Right Man on

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

32

The Right Place” dimana penempatan setiap pegawai dalam organisasi perlu

didasarkan pada kemampuan, keahlian, pengalaman, serta pendidikan yang

dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan.

Penempatan yang dilakukan dalam institusi Kepolisian belum sesuai

dengan prinsip penempatan yang ideal, sehingga banyak anggota Polri yang

merasa tidak puas dengan penempatan atau mutasi tersebut. Banyak kasus yang

dijumpai dimana anggota Polri ditempatkan pada bidang yang tidak sesuai dengan

Dikjur (Pendidikan Kejuruan) yang telah diikuti. Sebagai contoh seorang anggota

Polri telah mengikuti Dikjur Binmas, tetapi dirinya justru ditempatkan pada

bidang lain yang tidak sesuai dengan Dikjur, maka tentunya akan tidak sesuai

dengan kompetensinya. Terlebih bidang setelah penempatan tersebut tidak disukai

atau tidak diminati oleh anggota yang bersangkutan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunarso (2004) yang berjudul

“Kebijakan Penempatan Bintara Polri dan Pelaksanaannya di Polwiltabes

Semarang”, disebutkan bahwa kebijakan penempatan anggota Polri tidak sesuai

dengan prinsip “The Right Man on The Right Place”. Penempatan tersebut tidak

berdasarkan minat, bakat dan kemampuan anggota.

Suwarni (2009) dalam tesisnya yang telah dialihbukukan, mengemukakan

bahwa proses mutasi yang dilaksanakan dalam institusi Kepolisian belum sesuai

dengan kompetensi anggota. Pelaksanannya pun tidak dilakukan secara prosedural

dan kurang transparan. Bahkan ada kesan otoriter dengan melakukan mutasi

kapan dan dimana saja. Atasan tidak pernah mengkomunikasikannya dengan

anggota, baik secara formal maupun informal. Ketidakjelasan mutasi tersebut

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

33

menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda pada bawahan, serta membuat

mereka bekerja dalam ketidakpastian karena sewaktu-waktu dapat dilakukan

mutasi. Fakta tersebut tidak dibantah oleh AKP Anggita selaku Kasubbag Pers

Bag Sumda Polres X.

Permasalahan ini memicu timbulnya dampak-dampak yang cukup besar

baik terhadap anggota yang bersangkutan, bagi organisasi, dan juga bagi

masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Stella (2008) pada pegawai Pemkab di

Kitgum (Uganda) mendapatkan hasil bahwa ada korelasi antara motivasi kerja

dengan kinerja pegawai. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja cukup

menentukan kinerja pegawai. Maka dapat disimpulkan bahwa turunnya motivasi

kerja anggota akibat permasalahan ini akan berpengaruh pada kinerja yang kurang

maksimal hingga berdampak pada mekanisme organisasi dan pelayanan terhadap

masyarakat, mengingat tugas utama Polri adalah melindungi, mengayomi dan

melayani masyarakat. Jika pelayanan anggota Polri kurang memuaskan,

masyarakat akan merasa dirugikan dan sedikit banyak hal tersebut akan

berpengaruh pada citra Polri.

Akibat permasalahan dalam penempatan atau mutasi anggota yang

diberlakukan, banyak anggota yang ingin mengajukan permohonan mutasi ke

bagian yang lebih diminati dan dirasa lebih sesuai dengan kompetensinya. Namun

proses permohonan pindah ke bidang lain pun tidak semudah itu dilakukan.

Anggota diperbolehkan untuk mengajukan permohonan mutasi namun tetap

berdasarkan ketentuan yang berlaku. AKP Anggita selaku Kasubbag Pers Bag

Sumda Polres X memaparkan bahwa anggota harus memiliki alasan yang jelas

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

34

dan kuat agar permohonan tersebut disetujui oleh atasan. Jadi institusi Kepolisian

tidak dapat memindahkan anggotanya semata-mata hanya karena anggota yang

bersangkutan tidak menyukai bidang tersebut.

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Mutasi Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia pasal 7 disebutkan bahwa mutasi yang dilakukan berdasarkan

permohonan anggota dapat dilaksanakan dengan tetap mengutamakan

kepentingan organisasi. Artinya, mutasi tersebut dapat dilakukan dengan alasan :

(a) mengalami sakit/cacat tetap/permanen atau sakit kritis yang dibuktikan dengan

hasil pemeriksaan medis lengkap; (b) mengikuti kepindahan suami/istri yang

bekerja pada instansi pemerintah (Polri, TNI, dan BUMN); dan (c) memiliki

alasan penting lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Anggota yang mengalami permasalahan dalam penempatan dan tidak

dapat mengajukan permohonan mutasi dengan alasan yang jelas, ditambah dengan

ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri maka dirinya akan merasa

terkungkung sehingga meningkatkan stress atau frustasi yang dirasakan. Frustasi

berhubungan dengan rintangan perilaku dalam mencapai suatu tujuan (Wijono,

2010). Hal ini secara jelas diakatakan oleh Morgan et al (1986) bahwa “The term

frustration refers to the blocking of behavior directed toward a goal”. Sejalan

dengan ini, dikatakan bahwa frustrasi adalah suatu hasil dari dorongan yang

terhambat sehingga mencegah individu untuk memperoleh tujuan yang

diinginkannya. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Newstrom dan Davis (1993)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

35

bahwa “...frustration is a result of a motivation (drive) being blocked to prevent

one from reaching a desired goal”.

Pada saat individu tidak dapat mencapai tujuan-tujuan yang penting, maka

dari individu tersebut akan muncul perasaan-perasaan stress, depresi, cemas, dan

bahkan rasa marah. Oleh karena itu frustrasi tersebut muncul ketika individu tidak

mampu memperoleh kehidupan yang menyenangkan dirinya. Selain itu, situasi-

situasi yang dapat menyebabkan munculnya stress dan frustrasi bagi individu

menurut Wijono (2010) adalah : (i) tidak tercapainya sejumlah kebutuhan yang

hendak dipenuhi oleh individu yang berhubungan dengan pekerjaan dan peran

yang dimainkannya; (ii) berbagai macam cara yang digunkaan individu seperti

dorongan dan peran yang dimainkannya berbeda, sehingga individu tidak dapat

mengekspresikannya secara tepat; (iii) bermacam-macam hambatan yang terjadi

dalam diri individu, sehingga dorongan atau tujuan yang hendak diinginkannya

menjadi tidak dapat terlaksana dengan baik; (iv) berbagai aspek yang diingankan

oleh individu untuk mencapai tujuannya juga tidak dapat dipenuhi. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi situasi tersebut individu

memerlukan proses penyesuaian diri.

Banyak anggota Polri yang tidak mampu menyesuaikan diri sehingga

memutuskan untuk mundur dari bidangnya dengan cara berusaha mengajukan

permohonan mutasi. Namun ternyata masih ada segelintir anggota yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik, dengan segala upaya yang dilakukannya akhirnya

anggota tersebut berhasil beradaptasi hingga pada akhirnya dapat bekerja dengan

maksimal, profesional, dan produktif. Anggota yang dapat menyesuaikan diri

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

36

dengan baik akan merasakan kenyamanan psikologis sehingga dapat bekerja

dengan baik tanpa beban yang mengganggu pikiran, psikis, perilaku dan

kinerjanya. Segala proses dan upaya anggota tersebut membuahkan keberhasilan

sehingga pada akhirnya dapat bekerja tanpa adanya beban yang mengganggu

kinerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa anggota tersebut memiliki strategi dan

keunikan tersendiri yang membuatnya berbeda dengan anggota-anggota lain yang

memiliki permasalahan serupa, karena dirinya dapat menyesuaikan diri dengan

baik dimana anggota-anggota lain tidak dapat melakukannya.

Oleh karena itu, kemampuan penyesuaian diri yang baik sangat penting

untuk dimiliki setiap anggota Polri khususnya anggota yang ditempatkan pada

bidang yang kurang sesuai minat dan kompetensinya. Adanya penyesuaian diri

yang baik, anggota dapat bekerja secara maksimal, sehingga dapat meningkatkan

integritas dari kinerjanya, serta dapat mereduksi tekanan dan frustrasi dalam

melaksanakan tugas. Runyon dan Haber (1984) menjelaskan bahwa penyesuaian

diri merupakan proses yang terus berlangsung dalam kehidupan individu. Situasi

dalam kehidupan selalu berubah. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya

seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Berdasarkan konsep

penyesuaian diri sebagai proses, penyesuaian diri yang efektif dapat diukur

dengan mengetahui bagaimana kemampuan individu menghadapi lingkungan

yang senantiasa berubah.

Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan

suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku individu

untuk mampu mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustrasi. Usaha

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

37

tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara

tuntutan dalam diri dan tuntutan lingkungan. Sejalan dengan Schneider, Kartono

(2002) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan upaya manusia dalam

mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa

permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan, emosi negatif dan

lain-lain yang muncul sebagai akibat dari respon yang tidak sesuai dan kurang

efisien dapat dikikis habis.

Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik

meliputi enam aspek sebagai berikut: (i) tidak adanya emosionalitas yang

berlebihan (Absence of Excessive Emotionality). Penyesuaian diri yang normal

dapat ditandai dengan adanya ketenangan emosi anggota yang memungkinkan

dirinya untuk menghadapi permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan

berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Hal ini

bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, namun lebih kepada kontrol emosi

anggota ketika menghadapi situasi tertentu, dan tidak ada emosi yang relatif

berlebihan atau gangguan emosi yang merusak. Anggota yang mampu

menanggapi situasi atau masalah yang dihadapinya dengan cara yang normal tidak

akan mengalami kepanikan sehingga dapat menentukan penyelesaian masalah

atau kondisi yang tidak diidealkan; (ii) kontrol terhadap mekanisme pertahanan

psikologis (Absence of Psychological Mechanisms). Aspek ini menjelaskan

pendekatan terhadap permasalahan lebih mengidentifikasikan respon yang normal

pada penyelesaian masalah melalui serangkaian mekanisme pertahanaan diri yang

disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Anggota dikatakan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

38

mengalami gangguan penyesuaian diri ketika dirinya mengalami kegagalan dan

menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai. Pada intinya,

anggota dapat menerima permasalahan yang dihadapi dengan penuh keikhlasan

dan tidak menyalahkan atau mencari-cari sebab atas munculnya permasalahan

tersebut.

Aspek berikutnya adalah (iii) kontrol terhadap perasaan frustrasi (Absence

of The Sense of Personal Frustration). Anggota yang mengalami frustrasi ditandai

dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi anggota

untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah laku

dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian. Paparan lebih lengkap

mengenai frustrasi telah dipaparkan sebelumnya; (iv) pertimbangan rasional dan

kemampuan mengarahkan diri (Rational Deliberation and Self Direction).

Anggota memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap

masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisir pikiran, tingkah laku dan

perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan

penyesuaian yang normal. Anggota tidak mampu melakukan penyesuaian diri

yang baik apabila anggota dikuasai oleh emosi berlebihan ketika menghadapi

situasi yang menimbulkan konflik; (v) kemampuan untuk belajar dan

memanfaatkan pengalaman (Ability To Learn and Utilization of Past Expecience).

Mampu untuk mempelajari pengetahuan yang mendukung apa yang dihadapi

sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Adanya kemampuan anggota untuk belajar dan

memanfaatkan pengalaman merupakan hal yang penting bagi penyesuaian diri

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

39

yang normal. Dalam menghadapi masalah, anggota dapat menggunakan

pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain sehingga pengalaman yang

diperoleh dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Anggota dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang

membantu dan mengganggu penyesuaiannya.

Aspek terakhir adalah (vi) sikap realistik dan objektif (Realistic, Objective

Attitude). Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran seorang

anggota yang rasional, kemampuan menilai situasi yang dihadapi, masalah dan

keterbatasan anggota tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Anggota

mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan menginterpretasikannya,

sehingga mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya

serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun ada

perilaku yang sesuai (Runyon & Haber, 1984)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2015) terhadap Program

Rotasi Kerja (rolling system) Pada Karyawan Bank X di Surabaya, menunjukkan

bahwa sejumlah karyawan yang mengalami rotasi kerja memiliki permasalahan

dengan kondisi kinerjanya setelah rotasi kerja diberlakukan. Beberapa karyawan

mengeluhkan kendala yang mereka hadapi selama dirotasi seperti kesulitan untuk

menyesuaikan diri dengan kondisi atau ritme pekerjaan di lingkungan kerja yang

baru, dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan karyawan yang lain.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2008) yang berjudul

Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja dengan Manajemen

Konflik di Kalangan Karyawan UD. Sido Muncul Blitar, dari paparan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

40

permasalahan yang telah dibahas didalamnya, disimpulkan bahwa karyawan yang

tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, maka dirinya menjadi

lebih mudah tersinggung (sensitive). Karyawan tersebut akan mengalami konflik-

konflik yang beragam di lingkungan kerjanya, baik dengan rekan kerja, atasan,

maupun dengan bawahan.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap pegawai diharapkan

untuk mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan dimana ia bekerja,

terutama pegawai pada perusahaan atau instansi yang menerapkan sistem mutasi

atau rolling.

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis pertanyaan

penelitian yaitu Central Question dan Sub Question. Menurut Creswell (Le,

2015), Central Question adalah pertanyaan luas yang memerlukan eksplorasi

lebih mendalam mengenai suatu fenomena. Sedangkan Sub Question adalah sub

pertanyaan atau pertanyaan pendukung untuk mempersempit fokus, dengan

mengajukan pertanyaan terbuka.

Tabel 1

Tabel Pertanyaan

Jenis Pertanyaan Pertanyaan

Central Question Bagaimana penyesuaian diri anggota Polri ketika

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2862/3/BAB II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri pada Anggota Polri 1. Pengertian

41

ditempatkan pada bidang yang kurang sesuai minat dan

kompetensi?

Sub Question

a. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kondisi

tersebut?

b. Apa saja faktor-faktor yang mendorong Anda dalam

penyesuaian diri pada bidang yang baru?