38
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari penyakit demam berdarah yang lain. Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain lagi sehingga dengan mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat lebih cepat dipindahkan ke orang lain, yang paling dekat tentuah orang yang tinggal di dalam satu rumah. (Hastuti, Oktri, 2008) B. Penularan 1. Fase suseptibel (Rentan) Fase suseptibel adalah tahap awal perjalanan penyakit dimulai dari terpaparnya individu yang rentan (suseptibel). Fase suseptibel dari Demam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat

berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong

“susah dibedakan” dari penyakit demam berdarah yang lain.

Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang

dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang

tergolong arbovirus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti betina.

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia secara

langsung, tetapi dapat ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti

betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan

virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Sekali menggigit, nyamuk ini akan

berulang menggigit orang lain lagi sehingga dengan mudah darah seseorang

yang mengandung virus dengue dapat lebih cepat dipindahkan ke orang lain,

yang paling dekat tentuah orang yang tinggal di dalam satu rumah. (Hastuti,

Oktri, 2008)

B. Penularan

1. Fase suseptibel (Rentan)

Fase suseptibel adalah tahap awal perjalanan penyakit dimulai dari

terpaparnya individu yang rentan (suseptibel). Fase suseptibel dari Demam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

8

Berdarah Dengue adalah pada saat nyamuk Aedes aegypti yang tidak

infektif kemudian menjadi infektif setelah menggigit manusia yang sakit

atau dalam keadaan viremia (masa virus bereplikasi cepat dalam tubuh

manusia). Nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue

menjadi penular sepanjang hidupnya. Ketika menggigit manusia nyamuk

mensekresikan kelenjar saliva melalui proboscis terlebih dahulu agar darah

yang akan dihisap tidak membeku. Bersama sekresi saliva inilah virus

dengue dipindahkan dari nyamuk antar manusia. (Purnama, Gede S, 2016)

2. Fase Subklinis (Asismtomatis)

Fase subklinis adalah waktu yang diperlukan dari mulai paparan agen

kausal hingga timbulnya manifestasi klinis disebut dengan masa inkubasi

(penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit

belum menampakkan tanda dan gejala klinis, atau disebut dengan fase

subklinis (asimtomatis). Masa inkubasi ini dapat berlangsung dalam

hitungan detik pada reaksi toksik atau hipersensitivitas. (Purnama, Gede S,

2016)

Menurut Lestari (2007) dalam buku Purnama, Gede S (2016), Fase

subklinis dari demam berdarah dengue adalah setelah virus dengue masuk

bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh, virus tersebut kemudian

memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah

bening untuk kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Virus ini

berada di dalam darah hanya selama 3 hari sejak ditularkan oleh nyamuk.

Pada fase subklinis ini, jumlah trombosit masih normal selama 3 hari

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

9

pertama. Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya

akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi

sebagai anti gennya. Kompleks antigen-antibodi ini akan melepaskan zat-

zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses

autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat

yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh

darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah,

antara lain trombosit dan eritrosit. Jika hal ini terjadi, maka penyakit DBD

akan memasuki fase klinis dimana sudah mulai ditemukan gejala dan tanda

secara klinis adanya suatu penyakit.

3. Fase klinis (proses ekspresi)

Tahap selanjutnya adalah fase klinis yang merupakan tahap ekspresi

dari penyakit tersebut. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign) dan gejala

(symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami manifestasi

klinis.

Menurut Lestari (2007) dalam buku Purnama, Gede S (2016), Fase

klinis dari demam berdarah dengue ditandai dengan badan yang mengalami

gejala demam dengan suhu tinggi antara 39-40ºC. Akibat pertempuran

antara antibodi dan virus dengue terjadi penurunan kadar trombosit dan

bocornya pembuluh darah sehingga membuat plasma darah mengalir ke

luar. Penurunan trombosit ini mulai bisa dideteksi pada hari ketiga. Masa

kritis penderita demam berdarah berlangusng sesudahnya, yakni pada hari

keempat dan kelima. Pada fase ini suhu badan turun dan biasanya diikuti

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

10

oleh sindrom shock dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka

penderita pun menjadi memerah atau facial flush. Biasanya penderita juga

mengalami sakit kepala, tubuh bagian balakang, otot, tulang dan perut

(antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang

berlanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.

Menurut Arif dkk (2000) dalam buku Purnama, Gede S (2016),

Tersangka DBD akan mengalami demam tinggi yang mendadak terus

menerus selama kurang dari seminggu, tidak disertai infeksi saluran

pernapasan bagian atas, dan badan lemah dan lesu. Jika ada kedaruratan

maka akan muncul tanda-tandasyok, muntah terus menerus, kejang, muntah

darah, dan batuk darah sehingga penderita harus segera menjalani rawat

inap. Sedangkan jika tidak terjadi kedaruratan, maka perlu dilakukan uji

torniket positif dan uji torniket negatif yang berguna untuk melihat

permeabillitas pembuluh darah sebagai cara untuk menentukan langkah

penanganan selanjutnya.

Dalam buku Purnama, Gede S (2016), Manifestasi klinis DBD sangat

bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat,yaitu:

a. Derajat I: Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan

manifestasi perdarahan spontan satu satunya adalah uji tourniquet

positif.

b. Derajat II: Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan

kulit spontanatau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

c. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lemah, tekanannadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

11

disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.

d. Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan

tekanan darah tidak terukur.

4. Fase penyembuhan, kecacatan, atau kematian

Menurut Satari (2004) dalam buku Purnama, Gede S (2016), Setelah

terinfeksi virus dengue maka penderita akan kebal menyeluruh (seumur

hidup) terhadap virus dengue yang menyerangya saat itu (misalnya, serotipe

1). Namun hanya mempunyai kekebalan sebagian (selama 6 bulan) terhadap

virus dengue lain (serotipe 2, 3, dan 4). Demikian seterusnya sampai

akhirnya penderita akan mengalami kekebalan terhadap seluruh serotipe

tersebut.

Menurut Lestari (2007) dalam buku Purnama, Gede S (2016), Tahap

pemulihan bergantung pada penderita dalam melewati fase kritisnya.Tahap

pemulihan dapat dilakukan dengan pemberian infus atau transfer trombosit.

Bila penderita dapat melewati masa kritisnya maka pada hari keenam dan

ketujuh penderita akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari

ketujuh dan kedelapan, namun apabila penderita tidak dapat melewati masa

kritisnya maka akan menimbulkan kematian.

C. Faktor Resiko Lingkungan yang berpengaruh

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga

epidemiologi. Faktor tersebut adalah agent (agen), host (manusia),

Environment (lingkungan). Timbulnya penyakit DBD bisa disebabkan oleh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

12

ketidakseimbangan antara faktor host (manusia) dengan segala sifatnya

(biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis), adanya agent sebagai penyebab

dan environment (lingkungan) yang mendukung. (Purnama, Gede S, 2016)

1. Pembawa Penyakit (Agent)

Agent adalah sesuatu yang bila ada atau tidak ada akan

menimbulkan penyakit. Agent yang menyebabkan demam berdarah

dengue tentunya adalah nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina

yang dapat menggigit dan menularkan virus dengue. Nyamuk ini

umumnya menggigit di siang hari (09.00-10.00) dan sore hari (16.00-

17.00). Nyamuk ini membutuhkan darah karena darah merupakan sarana

untuk mematangkan telurnya 1,5 Virus Dengue yang ditularkan oleh

nyamuk ini sendiri bersifat labil terhadap panas (termolabil) ada 4 tipe

virus yang menyebabkan DBD, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-

4. Masing-masing virus dapat dibedakan melalui isolasi virus di

laboratorium. Infeksi oleh salah satu tipe virus dengue akan memberikan

imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang

akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial

pada infeksi tipe virus lainnya. Bahkan beberapa penelitian mengatakan

jika seseorang pernah terinfeksi oleh salah satu virus, kemudian terinfeksi

lagi oleh tipe virus lainnya, gejala klinis yang timbul akan jauh lebih berat

dan seringkali fatal. Kondisi ini yang menyulitkan pembuatan vaksin

terhadap DBD. (Purnama, Gede S, 2016)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

13

Ekologi Dan Bionomika Nyamuk

a. Telur

Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang basah tepat

diatas batas permukaan air. Sebagian besar nyamuk Ae. Aegypti

betina meletakkan telurnya di beberapa sarang selama satu kali

siklus gonotropik. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48

jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu embrionasi

selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama (lebih dari

satu tahun). Telur akan menetas pada saat penampungan air penuh ,

tapi tida semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas

telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu

mempertahankan kelangsungan spesies ini selama kondisi iklim

buruk.

b. Larva dan pupa

Larva akan menjalani empat tahapan perkembangan. Lamanya

perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan

makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum,

waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan

nyamuk dewasa akan berlangsung paling sedikit selama 7 hari,

termasuk dua hari untuk masa menjadi pupa, akan tetapi pada suhu

rendah, mungkin akan dibutuhkan beberapa minggu untuk

kemunculan nyamuk dewasa.

c. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

14

akan menghisap darah dalam 24-36 jam. Darah merupakan sumber

protein yang esensial untuk mematangkan telur.

Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti

a. Perilaku makan

Aedes Aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan

hewan berdarah panas lainnya, sebagai hewan diurnal, nyamuk

betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi

hari beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama

beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang

sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. Jika masa

makannya terganggu, Aedes Aegypti dapat menggigit lebih dari satu

orang. Perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran

epidemic. Dengan demikian, bukan hal yang luar biasa jika

beberapa angota keluarga yang sama mengalami awitan penyakit

yang terjadi dalam 24 jam, memerlihatkan bahwa mereka terinfeksi

nyamuk infeksi yang sama. Aedes Aegypti biasanya tidak menggigit

di malam hari tetapi menggigit saat malam di kamar yang terang

b. Perilaku istirahat

Aedes Aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan

tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kamar tidur,

kamar mandi, kamar kecil, maupun dapur. Nyamuk ini jarang

ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau tempat terlindung

lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

15

adalah di bawah funitur, benda yang tergantung seperti baju, korden

serta di dinding.

c. Jarak terbang

Penyebaran Nyamuk Aedes Aegypti, betina dewasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah,

tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi

kemunculan. Akan tetapi, penelitian terbaru Puerto Rico

menunjukan bahwa nyamuk dapat menyebar lebih dari 400 meter

terutama untuk mencari tempat bertelur. Transportasi pasif dapat

berlangsung melalui telur dan larva yang ada dalam penampungan.

d. Lama Hidup

Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya

delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih

panjang, resiko penyebaran virus semakin besar. Dengan demikian,

diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami

Aedes Aegypti dalam berbagai kondisi lingkungan. (WHO, 2001)

2. Pejamu (host)

Pejamu (host) artinya adalah kelompok yang dapat terserang

penyakit ini. Dalam kasus penyakit yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk ini, tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi pejamu (host) ini

mudah terserang penyakit DBD ini, diantaranya.

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang menyebabkan tindak lanjut yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

16

terkadang salah dan lambat. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan

khusus mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini. Ada

kriteria klinis yang perlu diketahui oleh masyarakat terlebih di daerah

endemik. Sehingga diharapakan masyarakat dapat menindak lanjuti

kasus DBD ini lebih dini dan prevalensi penderita dapat ditekan.

b. Sikap dan Perilaku

Perilaku manusia yang menyebabkan terjangkitnya dan

menyebarnya DBD khususnya diantaranya adalah mobilitas dan

kebiasaan masyarakat itu sendiri. Mobilitas, saat ini dengan semakin

tingginya kegiatan manusia membuat masyarakat untuk melakukan

mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Dan hal ini yang

mempercepat penularan DBD. Kebiasaan, kebiasaan yang dimaksud

adalah sebagaimana masyarakat di Indonesia cenderung memiliki

kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti

menampung air hujan, menampung air dibak mandi dan keperluan

lainnya, yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti. Kebiasaan lainnya adalah mengumpulkan barang-barang

bekas dan kurang melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS.

(Purnama, Gede S, 2016)

3. Lingkungan (Environment)

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang memudahkan

terjadinya kontak dengan agent.

1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, jenis

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

17

kontainer, ketinggian tempat dan iklim.

a. Jarak antara rumah

Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah

ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah

nyamuk menyebar kerumah sebelah menyebelah. Bahan-bahan

pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan

barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut

disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk.

b. Macam kontainer

Termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer,

letak kontainer, bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air

mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur.

c. Ketinggian tempat

Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat

ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia

nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus dapat hidup pada

daerah dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut

d. Iklim

Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang

terdiri dari : suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan

kecepatan angin

e. Suhu udara

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi

metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

18

sampai dibawah suhu kritis. Rata-rata suhu optimum untuk

pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC - 27ºC. Pertumbuhan nyamuk

akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 10ºC atau lebih dari

40ºC.

f. Kelembaban udara

Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan

keadaan rumah menjadi basah dan lembab yang memungkinkan

berkembangbiaknya kuman atau bakteri penyebab penyakit.

g. Curah hujan

Hujan berpengaruh terhadap kelembaban udara dan tempat

perindukan nyamuk juga bertambah banyak.

h. Kecepatan angin

Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada

kelembaban dan suhu udara, disamping itu angin berpengaruh

terhadap arah penerbangan nyamuk.

i. Lingkungan Sosial

Kebiasaan masyarakat yang merugikan kesehatan dan kurang

memperhatikan kebersihan lingkungan seperti kebiasaan

menggantung baju, kebiasaan tidur siang, kebiasaan

membersihkan TPA, kebiasaan membersihkan halaman rumah,

dan juga partisipasi masyarakat khususnya dalam rangka

pembersihan sarang nyamuk, maka akan menimbulkan resiko

terjadinya transmisi penularan penyakit DBD di dalam

masyarakat. (Purnama, Gede S, 2016)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

19

D. Pola Epidemiologis

1. Interaksi Virus-Pejamu

Untuk memahami berbagai situasi epidemiologis yang muncul, penting

untuk mengenali beberapa aspek dasar interaksi virus-pejamu. Aspek-

aspek tersebut meliputi :

Infeksi dengue tidak jarang menimbulkan kasus ringan pada anak

Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala,

yang infeksi tersebut : pada beberapa epidemic rasio kesakitan

yang tampak hampir mencapai 1. Akan tetapi, beberapa strain virus

mengakibatkan kasus yang sangat ringan pada anak maupun orang

dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus dengue dan

menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat.

Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa

mungkin menimbulkan pendarahan gastrointestinal yang parah

begitu juga kasus peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Contoh, tahun 1988 di Taiwan, banyak orang dewasa yang

mengalami pendarahan yang berat yang dihubungkan dengan

DEN-1 juga mengalami penyakit ulkus peptikum.

Siklus Penularan

Vektor : Aedes aegypti, spesies Aedes (Stegomyla) lain

Masa Inkubasi ekstrinsik berlangsung 8-10 hari

Infeksi virus dengue pada manusia disebabkan oleh gigitan nyamuk

Masa inkubasi intrinsik skitar 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

20

Viraemia tampak sebelum awitan gejala dan berlangsung selama

rata-rata lima hari setelah awitan

Penularan vertikal dapat terjadi, yang mungkin penting bagi

kelangsungan hidup virus, tetapi tidak dalam siklus epidemic

2. Faktor-Faktor Risiko pada DHF

Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DHF, termasuk

juga antibodi-pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan faktor risiko

untuk terkena DHF, tidak semua tipe liar virus berpotensi menimbulkan

epidemic atau menakibatkan yang parah. Terakhir usia pasien dan

genetic pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DHF. Walaupun

DHF dapat dan memang menyerang orang dewasa, kebayakan kasusnya

ditemukan pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun, dan bukti tidak

langsung memperlihatkan bahwa kelompok di masyarakat justru lebih

rentan terhadap sindrom pecahnya pembuluh darah daripada kelompok

lainnya. (WHO, 2001)

E. Upaya Pencegahan

Tahapan pencegahan yang dapat diterapkan untuk menghindari

terjadinya fase suseptibel dan fase subklinis atau yang sering disebut dengan

fase prepatogenesis ada dua, yaitu:

1. Health Promotion

a. Pendidikan dan Penyuluhan tentang kesehatan padamasyarakat.

b. Memberdayakan kearifan lokal yang ada (gotong royong).

c. Perbaikan suplai dan penyimpanan air.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

21

d. Menekan angka pertumbuhan penduduk.

e. Perbaikan sanitasi lingkungan, tata ruang kota dan kebijakan

pemerintah.

2. Specific protection

a. Abatisasi

Menurut Ndesul dalam buku Penyakit Berbasis Lingkungan,

Program ini secara massal memberikan bubuk abate secara cuma-

cuma kepada seluruh rumah, terutama diwilayah yang endemis DBD

semasa musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas,

jentik nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk

dewasa yang akan menambah besar populasinya. (Purnama, Gede S,

2016)

b. Fogging focus (FF).

Menurut Widoyono dalam buku Penyakit Berbasis Lingkungan,

Fogging focus adalah kegiatan menyemprot dengan insektisida

(malation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1

RW per 400 rumah per 1 dukuh. (Purnama, Gede S, 2016)

c. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)

Pemeriksaan Jentik Berkala adalah kegiatan reguler tiga bulan sekali,

dengan cara mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random atau

metodespiral (dengan rumah ditengah sebagai pusatnya) atau metode

zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik

atau House Index (HI). (Purnama, Gede S, 2016)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

22

d. Penggerakan PSN

Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi

atau WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti

gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan barang-

barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas

bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya

untuk melakukan PSN DBD. (Purnama, Gede S, 2016)

e. Pencegahan gigitan nyamuk

Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan pemakaian kawat

kasa, menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk (bakar,

oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan

menggantung baju. (Purnama, Gede S, 2016)

Pencegahan yang dilakukan pada fase klinis dan fase penyembuhan

atau yang sering disebut dengan tahap patogenesis ada tiga,yaitu:

a. Early Diagnosis dan Prompt Treatment

Dalam Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Konsep ini

mengutamakan deteksi dini yakni deteksi virus (antigen) secara dini

dengan metode antigencapture (NS1 atau non-structural protein)

untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Deteksi virus bisa

dilakukan sehari sebelum penderita menderita demam, hingga virus

hilang pada hari ke sembilan. Setelah diketahui ada nya virus,

penderita diberi antiviral yang efektif membunuh virus DBD.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

23

Menurut Widoyono dalam buku Penyakit Berbasis Lingkungan,

Beberapa metode lain untuk melakukan pencegahan pada tahap

Early Diagnosis dan Prompt Treatment antara lain sebagai berikut:

1) Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologis) yaitu kegiatan

mendatangi rumah-rumah dari kasus yang dilaporkan (indeks

kasus) untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka jentik

dalam radius ± 100 m dari rumah indeks.

2) Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari

penderita lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus

segera dilakukan penanganan kasus termasuk merujuk ke Unit

Pelayanan Kesehatan (UPK) terdekat.

3) Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui jumlah leukosit.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya

leukopenia.

b) Pemeriksaan limfosit atipikal (sel darah putih yang muncul

pada infeksi virus). Jika terjadi peningatan, mengindikasikan

dalam waktu kurang lebih 24 jam penderita akan bebas demam

dan memasuki fasekritis.

c) Menurut Satari dalam buku Penyakit Berbasis Lingkungan,

Pemeriksaan trombositopenia dan trombosit. Jika terjadi

penurunan jumlah keduanya, mengindikasikan penderita DBD

memasuki fase kritis dan memerlukan perawatan ketat di

rumah sakit.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

24

b. Disability Limitation

Pembatasan kecacatan yang dilakukan adalah untuk

menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan

suatu penyakit. Dampak dari penyakit DBD yang tidak segera

diatasi, antara lain:

1) Paru-paru basah. Hal ini bisa terjadi karena cairan plasma

merembes keluar dari pembuluh, ruang-ruang tubuh, seperti di

antara selaput paru (pleura) juga terjadi penumpukan. Pada anak-

anak sering terjadi bendungan cairan pada selubung paru-

parunya (pleural effusion).

2) Menurut Nadesul dalam buku Penyakit Berbasis Lingkungan,

Komplikasi pada mata, otak, dan buah zakar. Pada mata dapat

terjadi kelumpuhan saraf bola mata, sehingga mungkin nantinya

akan terjadi kejulingan atau bisa juga terjadi peradangan pada

tirai mata (iris) kalau bukan pada kornea yang berakhir dengan

gangguan penglihatan. Peradangan pada otak bisa menyisakan

kelumpuhan atau gangguan saraf lainnya.

Pembatasan kecacatan dapat dilakukan dengan pengobatan dan

perawatan. Obat- obatan yang diberikan kepada pasien DBD hanya

bersifat meringankan keluhan dan gejalanya semata. Obat demam,

obat mual, dan vitamin tak begitu besar peranannya untuk

meredakan penyakitnya. Jauh lebih penting upaya pemberian

cairan atau tranfusi darah, tranfusi sel trombosit, atau pemberian

cairan plasma. (Purnama, Gede S, 2016)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

25

c. Rehabilitation

Setelah sembuh dari penyakit demam berdarah dengue,kadang-

kadang orang menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut

kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya

pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan

melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang

yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk

kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau

menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh

sebab itu, pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang

yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada

masyarakat. Rehabilitasi pada penderita DBD yang mengalami

kelumpuhan saraf mata yang menyebabkan kejulingan terdiri atas:

1 Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penderita memperoleh

perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya dengan

donor mata agar saraf mata dapat berfungsi dengan normal

kembali.

2 Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat

menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara

memuaskan. Seringkali bersamaandengan terjadinya cacat

badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.

Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan

kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.

3 Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

26

menempati suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat

dengan kapasitas kerja yang semaksimal- maksimalnya sesuai

dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

4 Rehabilitasi aesthesis, perlu dilakukan untuk mengembalikan

rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat

tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya dengan

menggunakan mata palsu. (Purnama, Gede S, 2016)

F. Dominan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar oranisme (orang), namun dalam memberikan respons

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,

namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respons

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan ini

dapat dibedalan menjadi dua, yakni

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku

seseorang.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

27

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau

resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan

perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga dominan sesuai

dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutnya ranah atau psikomotor. Dalam

perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan yakni :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan dominan yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

Tingkat pengetahuan di dalam dominan kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai

enam tingkatan.

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkayan ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

28

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebeb itu,

tahu ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyertakan, dan

sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan

kalori dan protein pada balita.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek dan materi harus dapatmenjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa

harus makan-makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situaai yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus

statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

29

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-kompoenen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, menggelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan utuk

menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan. Dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatau tempat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

30

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus objek. Beberapa batasan lain tetang

sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut

“An individual’s social attitude is a syndrome of response

consistency with regard to social object” (Campbell, 1950)

“Attitude entails an existing predisposition to reponse to social

obecs which in interaction with situational and other dispositional

variables, guides and direct the overt behavior of the individual”

(Cardno, 1955)

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

31

Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok.

1. Kepercayaaan (keyakinan), ide, dan konesp terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini.

Pengetahuan, pikiran, keyakinan, emosi memegang peranan penting.

b. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan

1. Menerima (receiving)

Stimulus

Rangsangan

Proses

Stimulus

Reaksi

Tingkah Laku

(Terbuka)

Sikap

(Tertutup)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

32

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian

orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu

pertanyaan atau mengerjakan tugasyang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya

seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang

gizi, adalah suatu bukti bahwasi ibu tersebut telah mempunyai

sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Misalya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapatkan tantagan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

33

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau

pertanyaan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana

pendapat anda tentang pelayanan dokter di rumah sakit cipto? Secara

langsung dapat dinyatakan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya apabila rumah

ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu? Atau, saya

akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju,

tidak setuju, sangat tidak setuju).

3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwuju dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi

harus mendapatkan konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi

yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya,

disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support)

dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan

lainnya. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

1. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.

Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

34

cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup

pancinya, dan sebagainya.

2. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang

mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih

dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan

yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku

tersebut. Misalnya perilaku hygiene perorangan (personal hygiene) dapat

diukur dari kebersihan kulit, kuku, rambut dan sebagainya. (Notoatmojo,

2012)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

35

G. Perubahan Perilaku dan Pendidikan Kesehatan

Intervensi terhadap faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi

terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya

yang saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui :

1. Paksaan (Coertion)

Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku

kesehatan dengan tekanan, paksaan dan koersi (coertion). Upaya ini bisa

secara tidak langsung dalam undang-undang atau peraturan-peraturan (low

enforcement), intruksi-intruksi, dan secara langsung melalui tekanan-

tekanan (fisik dan nonfisik), sanksi-sanksi, dan sebagainya. Pendekatan

atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap

perubahan perilaku. Tetapi pada umumnya perubahan atau perilaku baru ini

tidak langgeng (sustainable), karena perubahan perilaku yang dihasilkan

dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi

terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.

2. Pendidikan (Education)

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku

kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan

informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya, melalui kegiatan yang

disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Memang dampak yang

ditimbulkan dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat, akan

memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersi. Namun demikian,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

36

bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng,

bahkan selama hidup dilakukan.

Dalam rangka pembinaandan peningkatan perilaku kesehatan

masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) klebih

tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa

pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau

upaya yang ditunjukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif

untuk kesehatan. Dengan perkataan lain, promosi kesehatan mengupayakan

agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh

positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar intervensi

atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu

dilakukan diagnosa atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

Lawrence Green (1980). Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh tiga

faktor utama, yaitu :

a) Faktor Predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaiatan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,

tingkat pendidikan, tingkat sosial, ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan,

misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan

pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa

kehamilan baik untuk kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

37

Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai

masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa

kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa

kehamilan termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena

suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang

positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor

pemudah.

b) Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan

yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan

sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana

dan prasarana pendukung. Misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan.

Ibu hamil yang masuk periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu

dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut dengan

mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,

misalnya puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit.

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor

pendukung atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi pun juga

merupakan faktor pendukung untuk berperilaku sehat.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

38

c) Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(Toma), tokoh agama (Toga), sikap dan perlaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-

peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait

dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas

saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas

kesehatan. Disamping itu undang-undang juga dilakukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa

kehamilan, dan kemudahan memperoleh fasilitas periksa kehamilan.

Juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang

mengharuskan ibu hamil melakukan periksa kehamilan. (Notoatmodjo,

2012)

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

39

H. Kerangka Teori

Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan Notoatmodjo (2012), berdasarkan uraian tinjauan pustaka maka

dapat dilihat kerangka teoritis sebagai berikut :

I.

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Keturunan

Pelayanan

Kesehatan

Perilaku

Status Kesehatan Lingkungan

Predisposing Factors

(pengetahuan, sikap,

kepercayaan,

pendidikan, tradisi,

nilai, dsb)

Enabling Factors

(ketersediaan sumber-

sumber/fasilitas)

Reinforcing Factors

(sikap dan perilaku

petugas, peraturan

UU dll)

Komunikasi

(Penyuluhan)

Edukasi

Pemberdayaan

Masyarakat

(Pemberdayaan

Sosial)

Training

Advokasi, dll

Promosi Kesehatan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

40

K. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Kejadian

DBD

Predisposing

Factors :

1. Jenis Kelamin

2. Umur

3. Pendidikan

4. Pengetahuan

5. Sikap

Perilaku

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

41

L. Definisi Operasional

Tabel 2.1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Keterangan

1. Jenis Kelamin Jenis kelamin

Penderita/ mantan

penderita saat

menderita penyakit

DBD

Wawancara Kuesioner 1. Laki-Laki

2. Perempuan

Ordinal

2. Umur Satuan waktu

responden dari lahir

sampai dengan ulang

tahun terakhir.

Wawancara Kuisoner 1. < 1 tahun

2. 1-5 tahun

3. 6-7 tahun

4. 8-15 tahun

5. 16-23 tahun

6. 23-40 tahun

7. 41-55 tahun

8. > 55 tahun

Oridinal Bila

responden

berumur

dibawah ≤ 17

Tahun maka

dilakukan

wawancara

terhadap

orang tua

responden

3. Pendidikan Pendidikan yang

sedang dijalani

ataupun pernah

diikuti oleh

responden

Wawancara Kuesioner 0. Tidak tamat SD

1. Tamat SD

2. Tamat SMP

3. Tamat SMA

4. Tamat PT

5. Lainya

Ordinal

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

42

4. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden

mengenai DBD

Wawancara Kuesioner 1. Baik

2. Sedang

3. Kurang

Ordinal

5. Sikap Tanggapan atau

reaksi responden

mengenai DBD

Wawancara Kuesioner 1. Baik

2. Sedang

3. Kurang

Ordinal

6. Perilaku Kebiasaan sehari-

hari responden

sehubung dengan

DBD

Observasi Cheklis 1. Baik

2. Sedang

3. Kurang

Ordinal

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

43

L. Cara Ukur

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 11 pertanyaan dengan pengkategorinya

menggunakan prosedur yang dijelaskan Prof. Azwar dalam buknya Azwar

(2012), responden yang menjawab benar maka akan diberi nilai 1

sedangkan jika salah maka akan diberi nilai 0. Sehingga skor tertingginya

adalah 11.

Selanjutanya dikategorikan baik, sedang, dan kurang sebagai berikut

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya

tentang DBD. (x > Mean + Std. Deviation) sehingga skore jawabannya

( x > 10)

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD. (Mean

- Std. Deviation ≤ x ≤ Mean + Std. Deviation) sehingga skore

jawabannya (8 ≤ x ≤ 10 )

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD. (x

< Mean - Std. Deviation) sehingga skore jawabannya ( x < 8 )

2. Sikap

Sikap diukur melalui 12 pertanyaan dengan pengkategorinya

menggunakan prosedur yang dijelaskan Prof. Azwar dalam buknya Azwar

(2012), responden yang menjawab benar maka akan diberi nilai 1

sedangkan jika salah maka akan diberi nilai 0. Sehingga skor tertingginya

adalah 12.

Selanjutanya dikategorikan baik, sedang, dan kurang sebagai berikut

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam Berdarah Dengue

44

a. Baik, apabila responden mempunyai skore jawaban (x > Mean + Std.

Deviation) sehingga skore jawabannya ( x > 11)

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD. (Mean

- Std. Deviation ≤ x ≤ Mean + Std. Deviation) sehingga skore

jawabannya (9 ≤ x ≤ 10 )

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD. (x

< Mean - Std. Deviation) sehingga skore jawabannya ( x < 9 )

3. Perilaku

Perilaku diukur melalui 13 pertanyaan dengan pengkategorinya

menggunakan prosedur yang dijelaskan Prof. Azwar dalam buknya Azwar

(2012), responden yang menjawab benar maka akan diberi nilai 1

sedangkan jika salah maka akan diberi nilai 0. Sehingga skor tertingginya

adalah 13.

Selanjutanya dikategorikan baik, sedang, dan kurang sebagai berikut

d. Baik, apabila responden mempunyai skore jawaban (x > Mean + Std.

Deviation) sehingga skore jawabannya ( x > 12)

e. Sedang, apabila responden responden mempunyai skore jawaban

(Mean - Std. Deviation ≤ x ≤ Mean + Std. Deviation) sehingga skore

jawabannya (8 ≤ x ≤ 12 )

f. Kurang, apabila responden mempunyai skore jawaban. (x < Mean -

Std. Deviation) sehingga skore jawabannya ( x < 8 )