29
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 1. Pengertian PHT Saat ini dikenal ada dua istilah Bahasa Inggris yang sering digunakan secara bergantian untuk pengendalian hama terpadu yaitu Integrated Pest Control (IPC) yang kita terjemahkan sebagai Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Integrated Pest Management (IPM) yang kita terjemahkan sebagai Pengelolaan Hama Terpadu dengan singkatan yang sama PHT. Sebetulnya kedua istilah dapat kita gunakan untuk menjelaskan hal yang sama. Kalau dilihat dari sejarah perkembangan konsepsi pengendalian terpadu maka IPM merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari konsepsi IPC. Saat ini dunia pergaulan ilmiah internasional istilah IPC sudah ditinggalkan dan yang digunakan adalah istilah IPM (Untung, 1996: 7). Konsep PHT bukan sesuatu yang baru karena jauh sebelumnya tahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan dasar pertimbangan ekologi dan ekonomi. Konsep PHT muncul akibat kesadaran umat mabusia akan bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup ekosistem dan kehidupan manusia secara global, sedangkan kenyataan yang terjadi bahwa penggunaan pestisida oleh petani di dunia dari tahun ke tahun semaknin meningkat (Untung, 1996: 7-8).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

1. Pengertian PHT

Saat ini dikenal ada dua istilah Bahasa Inggris yang sering

digunakan secara bergantian untuk pengendalian hama terpadu yaitu

Integrated Pest Control (IPC) yang kita terjemahkan sebagai

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Integrated Pest

Management (IPM) yang kita terjemahkan sebagai Pengelolaan Hama

Terpadu dengan singkatan yang sama PHT. Sebetulnya kedua istilah

dapat kita gunakan untuk menjelaskan hal yang sama. Kalau dilihat dari

sejarah perkembangan konsepsi pengendalian terpadu maka IPM

merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari konsepsi IPC. Saat ini

dunia pergaulan ilmiah internasional istilah IPC sudah ditinggalkan dan

yang digunakan adalah istilah IPM (Untung, 1996: 7).

Konsep PHT bukan sesuatu yang baru karena jauh sebelumnya

tahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian

hama sudah di coba untuk menggunakan dasar pertimbangan ekologi dan

ekonomi. Konsep PHT muncul akibat kesadaran umat mabusia akan

bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup

ekosistem dan kehidupan manusia secara global, sedangkan kenyataan

yang terjadi bahwa penggunaan pestisida oleh petani di dunia dari tahun

ke tahun semaknin meningkat (Untung, 1996: 7-8).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

9

Semula yang menjadi perhatian para ahli adalah bagaimana agar

dalam usaha mengendalikan hama oleh para petani tidak hanya

menggunakan pengendalian kimiawi tetapi juga pengendalian hayati.

Mula-mula pada tahun 1956 Barlett menyodorkan konsepsi yang dia

sebut sebagai Integrated Control atau pengendalian Terpadu sebagai

penggabunan antara pengendalian kimiawi dan pengendalian hayati.

Konsep ini kemudian diperkuat dan dilengkapi oleh Stern dan teman-

temannya dari Universitas California pada tahun 1959 yang kemudian

terkenal dengan konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian

Hama Terpadu (PHT). Menurut mereka penggunaan pestisida hanya di

lakukan apabia populasi hama meningkat dan berada di atas suatu aras

(tingkat) populasi hama yang mereka namakan sebagai Ambang Ekonomi

(AE). Apabila populasi hama masih berada dibawah AE tidak perlu di

adakan pengendalian kimiawi karena pada saat itu pengendalian hama

mampu dilakukan secara alami oleh kompleks musuh alami hama yang

meliputi predator, parasitoid, dan patogen hama. Dengan cara ini maka

perpaduan antara pengendalian kimiawi dan hayati dapat dilaksanakan

(Untung, 1996: 8).

Konsepsi PHT yang semula hanya mengikutsertakan dua metode

atau teknik pengendalian kemudian dikembangkan dengan memadukan

semua metode pengendalian hama yang dikenal, termasuk didalamnya

pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik, pengendalian secara

bercocok tanam, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

10

pengendalian hama lainnya. Dengancara ini ketergantungan petani

terhadap pestisida yang biasa menjadi cara pengendalian hama utama

dapat dikurangi. Dilihat dari segi operasional pengendalian hama dengan

PHT dapat kita artikan sebagai penendalian hama yang memadukan

semua teknik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa sehingga

populasi hama dapat tetap berada di bawah Ambang Ekonomi. Dengan

keadaan Populasi hama yang rendah usaha budidaya tanaman lain untuk

meningkatkan produktivitas tanaman tidak akan terhambat oleh gangguan

hama tanaman (Untung, 1996: 8-9).

Secara prinsip dari sekian banyak definisi PHT tidak banyak

perbedaannya hanya masing-masing ahli memberikan memberikan

penekanan pada aspek-aspek tertentu dari PHT. Sebagai contoh Smith

(1978) menyatakan PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat

multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan

beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam suatau

kesatuan koordinasi pengelolaan. Bottrell (1979) menekankan bahwa

PHT adalah pemilihan, perpaduan dan penerapan pengendalian hama

yang didasarkan pada perhitungan dan penaksiran konsekuensi-

konsekuensi ekonomi, ekologi, dan sosiologi. Sedangkan Kenmore (1989)

memberikan definisi singkatan PHT sebagai perpaduan yang terbaik.

Yang dimaksud dengan perpaduan terbaik disini adalah perpaduan dengan

menggunakan berbagai metode pengendalian hama yang dapat

memperoleh hasil yang terbaik yaitu stabilitas produksi pertanian,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

11

kerugian seminimal mungkin bagu manusia dan lingkungan, serta petani

memperoleh penghasilan yang maksimal dari usaha taninya (Untung,

1996: 9).

Dari definisi-definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa PHT tidak

hanya mencakup pengertian tentang perpaduan beberapa teknik

pengendalian hama, tetapi dalam penerapannya PHT harus

memperhitungkan dampaknya baik yang bersifat ekologis, ekonomis, dan

sosiologis sehingga secara keseluruhan kita memperoleh hasil yang

terbaik. Oleh karena itu PHT dalam perencanaan, penerapan dan

evaluasinya harus mengikuti suatau sistem pengelolaan yang

terkoordinasi dengan baik (Untung, 1996: 9).

2. Mengapa Harus PHT ?

Ada banyak faktor yang mendorong untuk menerepkan PHT secara

nasional terutama dalam rangka program pembangunan nasonal

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Berikut akan disampaikan

bebrapa faktor yang mengharuskan untuk menerapkan PHT di Indonesia

untuk semua jenis komoditas pertanian.

a. Kegagalan pemberantasan hama konvensional

Samapai saat ini masih banyak pentani dan masyarakat pada

umumnya yang mengartikan pengendalian hama sama dengan

penggunaan pestisida. Apabila diketahui bahwa tanaman yang di

usahakan rusak karena terserang hama maka petani akan langsung

mencari pestisida untuk di semprotkan pada tanamannya. Demikian

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

12

juga yang mereka lakukan apabila diketahui bahwa pada tanaman nya

terdapat kerumunan serangga tanpa memperhitungkan apakah

serangga tersebut serangga yang merugikan atau serangga yang

bermanfaat. Kekhawatiran petani terhadap akan datangnya serangan

hama menyebabkan mereka melakukan tindakan pencegahan dengan

melakukan penyemprotan pestisida pada pertanamannya secara

terjadwal artinya pada waktu tertentu atau pada tingkatan tumbuhan

tertentu. Metode pengendalian semacam ini masih banyak i

rekomendasikan oleh para ahli dan para petugas Dinas yang belum

menyadari dan mengerti tentang PHT (Untung, 1996: 10).

b. Kesadaran akan kualitas lingkungan hidup

Pestisida sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemar yang

berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu

sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan maka residu

yang di tinggalkan di lingkungan yang menjadi masalah. Dari banyak

hasil monitoring residu yang dilaksanakan oleh laboratorium-

laboratorium universitas, lembaga-lembaga penelitian, dan dinas-

dinas pemerintah ditunjukkan bahwa saat in residu pestisida hampir di

temukan disetiap tempat di lingkungan sekitar kita. Residu pestisida

telah ada di dalam tanah, di air minum, air sungai, makanan sehari-har

yang kita konsumsi seperti sayuran dan buah-buahan. Meskipun kadar

residu pestisida yang ditemukan masih belum membahayakan bagi

kesehatan menurut ukuran WHO namun temuan-temuan tersebut

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

13

merupakan ndikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu

dikendalkan. Apabila tidak di kendalikan semakin lama akan terjadi

akumulasi kandungan pestisida d ilingkungan yang dapat mencapai

kadar yang mebahayakan.

Kesadaran akan perlunya kualitas lingkungan hidup yang tinggi

dari masyarakat, pemerintah dan masyarakat dunia ini yang

mendorong dan mengharuskkazn kita untuk segera menerapkan PHT

karena dengan PHT penggunaan pestisida dapat ditekan sekecil-

kecilnya (Untung, 1996: 14-15).

B. Pestisida Nabati

1. Pengertian Pestisida Nabati

Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu. Pada tahun 1690,

petani di Perancis telah menggunakan perasaan daun tembakau untuk

mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800, bubuk

tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan pestisida

nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih

murah apabila dibandingkan dengan pestisida sintetis (Sudarmo,2005).

Menurut Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan alami/nabati maka

jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali.

Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” yaitu apabila diaplikasikan akan

membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat

menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga tanaman

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

14

aman untuk dikonsumsi. Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati

dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja

yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.

Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

1. merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

2. menghambat pergantian kulit

3. menganggu komunikasi serangga

4. menyebabkan serangga menolak makan

5. menghambat reproduksi serangga betina

6. mengurangi nafsu makan

7. memblokir kemampuan makan serangga

8. mengusir serangga (Repellent)

9. menghambat perkembangan patogen penyakit

Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang

merupakan poduksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan

sebagai alat pertahanan dari serangan OPT. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan

yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida.

Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida

maka akan membantu masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang

ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada

disekitarnya (Kardinan, 2002).

2. Fungsi Pestisida Nabati :

1. Penghambat nafsu makan (antifeedant)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

15

2. Penolak (repellent)

3. Penarik (attractant)

4. Penghambat perkembangan

5. Pengaruh langsung sebagai racun

6. Pencegah peletakkan telur (Glio, 2015: 56).

Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk membuat pestisida nabati

diantaranya daun, biji, buah, dan akar. Bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi

berbagai macam bentuk. Untuk pestisida nabati biasanya berbentuk cairan

umumnya berupa ekstrak, minyak, dan pasta. Sementar itu, apabila bentuknya

padat dapat berupa tepung atau abu (Glio, 2015: 56).

Efektivitas bahan-bahan alami yang digunakan sebagai pestisida nabati

sangat tergantung pada jenis tumbuhan yang digunakan. Jika ada satu jenis

tumbuhan yang sama, tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan

efek yang berbeda. Pasalnya, sifat bioaktif atau sifat racun dari bahan sangat

tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman, dan varietas tumbuhan (Glio,

2015: 57).

3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pestisida Nabati

a. Kelebihan

1. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap

pestisida sintetis

2. Mampu mengurai cepat dengan bantuan sinar matahari

3. Memiliki efek yang cepat untuk menghentikan nafsu makan

serangga, tetapi tidak membunuhnya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

16

4. Toksisitas rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada

manusia

5. Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan

syaraf) dan bersifat selektif

6. Fitotoksisitas rendah sehingga tidak meracuni dan merusak

tanaman

7. Murah dan mudah dibuat oleh petani (Glio, 2015: 58).

b. Kekurangan :

1. Cepat terurai sehingga aplikasi pestisida nabati harus sering

dilakukan

2. Daya racunnya rendah sehingga tidak langsung mematikan

serangga

3. Memiliki efek lambat dibandingkan dengan pestisida sintetis

4. Kapasitas produksi pestisida nabati masih rendah dan belum dapat

diproduksi secara besar

5. Bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak

dibudidayakan secara intensif

6. Ketersediaan ditoko-toko pertanian masih terbatas

7. Kurang praktis dan tidak tahan disimpan dalam wantu yang lama

(Glio, 2015: 58).

C. Kriteria Tanaman yang Berpotensi sebagai Pestisida Nabati

Menurut Suryaningsih (2004) Kriteria pestisida nabati yang "baik" antara

lain adalah :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

17

1. Toksisitas terhadap jasad bukan sasaran nol atau rendah.

2. Biotoksin memiliki lebih dari satu cara kerj a, daya persistensi

tidak terlalu singkat.

3. Diekstrak dari tanaman sumber yang mudah diperbanyak, tahan

terhadap kondisi suboptimal, diut amakan tanaman tahunan, tidak

akan jadi gulma atau inang alternatif OPT.

4. Tanaman sumber sedapat mungkin tidak atau kurang berkompetisi

dengan tanaman yang diu sahakan.

5. Tanaman sumber tersebut dapat berfungsi multiguna.

6. Biotoksin sudah efektif di bawah konsentrasi 10 ppm, secara

praktikal sekitar 3 - 5% bobot kering bahan.

7. Sedapat mungkin solven/pelarutnya adalah air.

8. Bahan baku pestitani dapat digunakan baik dalam kondisi segar,

kering dan pengkondisian sederhana lainnya.

9. Teknologi pestitani tidak bertentangan, bahkan berakar pada

teknologi tradisional, mudah dimengerti dan sederhana.

10. Teknologi pestitani tidak menimbulkan masalah baru, terjangkau

biayanya, bahan baku mudah didapat, kontinyu pasokannya.

Apabila pestisida nabati seperti di atas ditemukan dan

penggunaannya praktis untuk petani, maka dampak negatif aplikasi

pestisida sintetik dapat dihindari serta ditambah dengan manfaat-

manfaat lainnya, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun ekologi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

18

D. Penggolongan Pestisida Nabati Berdasarkan Cara Kerjanya

Penjelasan mengenai cara kerja pestisida nabati tidak selalu mudah karena

cara kerja pestisida nabati dapat dilihat dari beberapa sudut yang berbeda. Namun,

beberapa aspek cara kerja pestisida nabati sangat penting untuk diketahui oleh

para pengguna (petani) supaya tidak salah dalam pemilihan dana penggunaan.

Menurut cara kerja atau gerakkan nya pada tanaman setelah diaplikasikan,

pestisida nabati secara kasar di bedakan menjadi tigga macam sebagai berikut.

1. Pestisida Nabati Sismetik

Pestisida nabati sismetik diserap oleh organ-organ tanaman,

Baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya, pestisida nabati sismetik

tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan

kebagian-bagian tanman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau kebawah

(basipetal) (Djojosumarto, 2000: 41)

2. Pestisida Nabati Nonsismetik

Pestisida nabati setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan pada

tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya

menempel dibagian luar tanaman. pestisida nabati nonsismetik sering

disebut pestisida nabati kontak. Namun istilah itu sebenarnya kurang

begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara kerja pestisida

nabati yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam tubuh serangga

(Djojosumarto, 2000: 42).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

19

3. Pestisida Nabati Sismetik Lokal

Pestisida nabati sismetik lokal adalah kelompok pestisida nabati

yang dapat diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak di

translokasikan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah

pestisida nabati berdaya kerja translaminar atau pestisida nabati yang

mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman (Djojosumarto,

2000: 42).

E. Cara Masuk Pestisida Nabati ke Dalam Tubuh Serangga Sasaran

Menurut cara masuknya pestisida nabati ke dalam tubuh serangga sasaran

di bedakan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut.

1. Racun Perut

Pestisida nabati memasuki tubuh serangga melalui saluran

pencernaan makanan (perut). Serangga terbunuh bila pestisida nabati

tersebut termakan oleh serangga (Untung, 1996: 198). Menurut

Djojosumarto (2008: 42) pestisida nabati yang benar-benar murni racun

perut tidak terlalu banyak. Kebanyakan pestisida nabati mempunyai efek

ganda, yakni sebagai racun perut dan racun kontak, hanya ada perbedaan

kekuatan antara keduanya. Ada yang pestisida nabati yang kontaknya

lebih kuat daripada racun perutnya, demikian sebaliknya.

2. Racun Kontak

Pestisida nabati memasuki tubuh serangga bila serangga

mengadakan kontak dengan pestisida nabati atau serangga berjalan di atas

permukaan tanaman yang telah mengandung pestisida nabati. Disini

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

20

pestisida nabati masuk kedalam tubuh serangga melalui dinding tubuh

(Untung, 1996: 199), menurut Djojosumarto (2008: 43) racun kontak juga

berperan sebagai racun perut.

3. Racun Pernapasan

Racun pernapasan adalah pestisida nabati yang bekerja lewat

saluran pernaapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup pestisida

nabati dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas,

atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau

menghasilkan gas dan diapalikasikan sebagai fumigansia. Ada pula

pestisida nabati, baik racun kontak atau racun perut, yang mempunyai

efek sebagai fumigansia (Djojosumarto, 2008: 43).

F. Hama Plutella xylostella

1. Klasifikasi

Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella) menurut Kalshoven (1981)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella L.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

21

2. Morfologi

Plutella xylostella adalah serangga kosmopolitan pada daerah tropis dan

daerah subtropis. Di Indonesia saat ini penyebaranya bukan hanya di daerah

pegunungan tetapi saat ini sudah menyebar sampai di dataran rendah. P. xylostella

memiliki kisaran inang yang luas. Banyak jenis kubis, sawi dan beberapa tanaman

silangan lainnya, termasuk Raphanaus sativius (lobak). Ulat kubis banyak

memakan daun muda dan daun tua. Jenis kerusakan oleh ulat kubis ini sangat

khas: daun menampilkan jendela putih tidak teratur, jarang lebih besar dari 0,5 cm

yang kemudian memecah ke lubang bentuk (Kalshoven, 1981). Menurut

Rukmana (1994) gejala serangan oleh hama Plutella xylostella adalah daun

berlubang-lubang kecil dan jika serangan berat tinggal tulang-tulang daunnya saja.

Bila ulat Plutella tersentuh, akan menggeliat lalu menjatuhkan diri dengan alat

bantu benang sutera yang dibentuknya. Serangan yang berat dan hebat biasanya

terjadi pada musim kemarau.

Stadium telur antara 3-6 hari. Larva instar pertama setelah keluar dari telur

segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari

daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan

larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat

mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-

12 mm. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari

(Hermintato, 2010).

Larva P. xylostella berukuran kecil, sekitar 0,33 inci ketika tumbuh penuh.

Tubuh larva melebar di bagian tengah dan meruncing ke arah anterior dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

22

posterior dengan dua proleg pada segmen terakhir (posterior) membentuk huruf-

V. Ketika terganggu, larva bergerak panik atau cepat menempel pada garis sutra

menuju daun. Larva sebagian besar makan daun luar atau daun tua baik pada

tanaman tua maupun titik-titik tumbuh tanaman muda. Larva juga akan memakan

tangkai bunga dan kuncup bunga (Kalshoven, 1981).

P. xylostella mengalami empat kali perubahan bentuk yaitu telur, ulat,

kepompong dan ngengat. Stadium telur 3-4 hari, ulat 12 hari, pupa 6-7 hari, dan

ngengat 20 hari. Telur P. xylostella berbentuk bulat memanjang, dengan ukuran

panjang 0,49 mm dan lebar 0,26 mm. Telur diletakkan pada permukaan bawah

daun atau pada permukaan atas daun (Pracaya, 2005).

Larva P. xylostella terdiri atas empat instar. Larva instar ke-1 berukuran

sangat kecil, panjangnya sekitar 1 mm. Larva tersebut berwarna putih kekuning-

kuningan dengan kepala berwarna kehitaman. Lama hidup instar ke-1 dan instar

ke-2 berkisar antara 1-2 hari. Larva instar ke-3 berwarna hijau, panjang tubuhnya

sekitar 3 mm. Lama hidup instar ke-3 berkisar antara 1-2 hari. Larva instar ke-4

berwarna hijau tua menyerupai warna daun yang dimakan. Pada akhir instar ke-4,

larva membuat kokon yang berwarna putih sebagai pelindung sehingga tampak

seperti jala dan berbentuk silinder pada permukaan bawah daun (Muchlis, 1993).

Menurut Hermintato (2010) serangga dewasa atau ngengat berbentuk

ramping, berwarna coklat-kelabu. Sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas

seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung

berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

23

tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Ngengat memakan sari bunga dan

merupakan penerbang yang lemah serta sering terlihat pada waktu senja.

Gambar 1. Siklus Hidup P.xylostella

Sumber: Haperidah Nunilahwati-WorldPress.com

G. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Hama Plutella xylostella

Plutella xylostella menyerang daun, tetapi tidak memakan urat daun.

Biasanya mereka memakan daging daun dan kulit arinya tidak dimakan sehingga

daun kelihatan ada bercak-bercak putih. Bila serangan hebat, maka daun-daun

yang diserang tersebut kelihatan putih (hama bodas). Larva akan memakan

permukaan daun yang mengakibatkan bagian epidermis (kulit ari) daun menjadi

kering. Sehingga daun akan terlihat berlubang. Apabila serangannya hebat, daun-

daun yang diserang hanya tinggal tulang daunnya saja (Praca, 2008: 89).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama-hama ini adalah dengan merusak daun

dan pucuk sehingga tanaman tidak dapat membentuk krop (Sembel, 2010: 212).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

24

Faktor-faktor yang menyebabkan tanaman terserang hama (Pracaya, 2008:

14-15)

1. Kesuburan tanah dan kesuburan tanaman. Bila tanahnya subur dan

cukup mengandung unsur hara, maka dengan sendirinya tanaman

menjadi subur dan sehat. Apabila terlalu banyak atau kekurangan

unsur hara, maka tanaman akan mudah terserang oleh hama.

2. Serangan hama dan penyakit: serangan hama dan penyakit akan

bertambah dengan bertambahnya zat-zat larut dalam air serta dalam

sel-sel tanaman. Sebab, umumnya hama dan penyakit memakan zat-zat

yang larut dalam air seperti zat-zat gula, asam-asam amino dan

lainnya.

H. Tanaman Jarak Cina

Gambar 2. Tanaman Jarak cina

Sumber: khasiat-manfaat-tanamanobat.blogspot.co.id

1. Klasifikasi Jarak Cina

Tanaman Jarak Cina menurut Cronquist (1981: 739) mempunyai

klasifikasi sebagai berikut :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

25

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha multifida Linn

2. Morfologi Jarak Cina

Tanaman Jarak cina merpakan tanaman menahun dan termasuk tumbuhan

semak atau pohon kecil yang mempunyai akar tunggang. Tinggi tanaman 6 m,

mempunyai batang yang bulat, berkayu dan berbulu. Batang tanaman ini sangat

besar dan memiliki cairan yang disebut getah di bagian pangkal batang hingga

keseluruhan tanaman. Batang ini berwarna kehijauan muda hingga hijau tua,

batang ini diperkiraan memiliki panjang mencapai 2 – 5 meter bahkan lebih.Daun

tanaman ini adalah daun tunggal dengan bentuk persegi memanjang berbentuk

hati dengan warna hijau muda. Daun ini biasanya terletak di bagian pangkal

batang dan juga batang lainnya. Daun ini juga memiliki panjang 15 -20 cm dan

dengan lebar 2,5 -4 cm yang terdapat pertulangan daun yang menjari dan juga

memiliki bagian tepi yang rata. Daun ini juga digunakan untuk fotosintesis pada

tanaman klorofil tersebut, yang akan membantu membuat cadangan makanan

sendiri agar tetap tumbuh dan berkembang, tangkai daun berukuran 10-25 cm.

Tanaman ini mempunyai bunga majemuk yang berbentuk malai. Bunga ini

memiliki tangkai dan muncul di bagian cabang tanaman. panjang tangkai bunga

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

26

sendiri sekitar 1,5 cm. Batang bunga jarak cina berwarna hijau dan berwarna

coklat jika sudah tua, sedangkan bunganya berwarna merah. Benang sari bunga

berjumlah delapan dan kepala sari berbentuk seperti tapak kuda yang disertai

putik bunga berjumlah tiga dan memiliki ukuran pendek. Tanaman jarak cina

mempunyai biji yang berbentuk bulat. Biji ini berwarna putih ketika muda dan

setelah tua, biji berubah warna menjadi coklat. Buah tanaman jarak cina berbentuk

bulat oval atau elips dengan diameter sekitar 2 sampai 4 cm (Susiarti S, 1999:

326-327).

3. Habitat

Jarak cina ditanamn sebagai tanaman hias di Australia utara dan Afrika

tenggara, terdapat pula di Filipina dan Srilanka terutama Pulau Jawa dan Sulawesi

(Sabandar). Jarak cina hidup pada iklim tropis dengan curah hujan tahunanekitar

944 dan 3121 mm. Tanaman ini mudah tumbuh liar di sekitar pekarangan rumah.

Tanaman ini dapat tumbuh di tempat yangkurang subur asalkan pH tanah nya 6-7

dan darinase nya baik, sebab akar jarak cina tidak tahan dengan genangan air.

Jarak cina merupakan tanaman perdu yang tumbuh pada ketinggian 0-800 m di

atas permukaa laut, tinggi tanaman mencapai 2-3 m (Haryanto 2009: 230).

4. Kandungan kimia

Bagian tumbuhan jarak cina yang dapat dimanfaatkan sebagai agen

pestisida nabati adalah bagian batang tumbuhan. Batang Jarak cina mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin (Suharmiati, 2005). Alkaloid pada

serangga bertindak sebagai racun perut. Alkaloid dapat mendegradasi

membransel untuk masuk ke dalam dan merusak sel. Selain itu, alkaloid juga

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

27

bekerja dengan mengganggu sistem kerja saraf larva dan menghambat kerja

enzim asetilkolinesterase (Cania, 2012). Menurut Endah dan Heri (2000) bahwa

fungsi dari senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, glikosida dan terpen dapat

menghambat daya makan larva (antifeedant) cara kerja senyawa-senyawa tersebut

adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh akrena

itu, apabila senyawa-senyawa tersebut masuk kedalam tubuh serangga, alat

pencernaan akan terganggu.

I. Tanaman Sawi Caisim

Gambar 3. Tanaman Sawi

Sumber: hewantumbuhan.com

1. Deskripsi dan klasifikasi Sawi Caisim

Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang

pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat panjang serta

berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim

ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola

pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu

menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang

yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Sunarjono, 2004).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

28

Adapun klasifikasi tanaman Sawi menurut Plantamor (2011)adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu : sawi putih atau sawi jabung,

sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih ( B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. &

Prain) memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai

daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri

batang pendek, daun berwarna hijau keputih -putihan, serta rasanya agak pahit,

sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun

panjang-sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan

bersayap (Rukmana, 1994).

Manfaat tanaman caisim/sawi adalah daunnya digunakan sebagai sayur

dan bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Tanaman

caisim/sawi banyak disukai karena rasanya serta kandungan beberapa vitaminnya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

29

Pada daun sawi 100 gr terkandung 6460 IU Vitamin A, 102 mg Vit B, 0,09 mg

Vit C, 220 mg kalsiu m dan kalium (Arief, 1990).

2. Morfologi Tanaman Sawi Caisim

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman sawi mempunyai bagian-bagian

seperti akar, batang, daun, buah dan biji.

a. Akar

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix

primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang

(silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30 - 50

cm. Akar- akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan

dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru

dan Yovita, 2003).

b. Batang

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas- ruas sehingga hampir

tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan

penopang daun (Rukmana, 2002).

c. Daun

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada

umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar

membentuk krop (Sunarjono, 2004).

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam

tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

30

kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun

mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah

putik yang berongga dua (Rukmana, 2002 ).

3. Kandungan gizi pada sawi serta manfaatnya

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat - zat gizi

yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk

mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat

dimakan pada sawi hijau adalah :

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi

No Komposisi Jumlah

1 Kaori 22,00 k

2 Protein 2,30 g

3 Lemak 0,30 g

4 Karbohidrat 4,00 g

5 Serat 1,20 g

6 Kalsium (Ca) 220,50 mg

7 Fosfor (P) 38,40 mg

8 Besi (Fe) 2,90 mg

9 Vitamin A 969,00 SI

10 Vitamin B1 0,09 mg

11 Vitamin B2 0,10 mg

12 Vitamin B3 0,70 mg

13 Vitamin C 102,00 mg

Sumber: Direktorat Gii, Departemen Kesehatan RI, 1979

4. Jenis-Jenis Tanaman Sawi

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus,

tidak berbulu, dan tidak berkrop (Haryanto, 2003: 9).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

31

a. Sawi Putih atau sawi jabung

Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang paing enak

diantara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat dibudidayakan

ditempat kering. Bila sudah dewasa jenis sawi ini memiliki daun yang

lebar dan berwarna hijau tua. Tangkainya panjang, tetapi lemas dan

halus. Batangnya pendek, tetapi tegap dan bersayap.

Beberapa varietas sawi putih di antaranya rugosa roxb dan prain.

Kedua varietas ini berasal dari luar negeri, tetapi cocok untuk

ditanam di Indonesia pada daerah dengan ketinggian 500-1000 m dpl

(Haryanto, 2003).

b. Sawi hijau atau sawi asin

Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi

sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Namun,

rasa pahit pada daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara

pengasinan. Masyarakat umumnya mengolah nya terlebih dahulu

menjadi sawi asin sebelum digunakan untuk campuran aneka

masakan. Sawi asin yang sudah jadi biasanya berwarna hijau

cokelat kebasahan.

Sawi hijau berukuran lebih kecil dibandingkan sawi jabung

atau sawi putih. Daun sawi jenis ini juga lebar seperti daun sawi

putih, tetapi warnanya lebih hijau tua. Batangnya sangat pendek,

tetapi tegap. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berkilau, tetapi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

32

kuat. Varietas sawi hijau banyak dibudidayakan dilahan yang

kering, tetapi cukup pengairannya (Haryanto, 2003).

c. Sawi huma

Disebut sawi huma karena jenis ini akan tumbuh baik jika

ditanam ditempat-tempat yang kering, seperti tegalan dan huma.

Tanaman ini biasanya ditanam setelah usai musim penghujan

karena sifatnya yang tidak tahan terhadap genangan air.Sawi

huma daunnya sempit, panjag, dan berwarna hijau keputih-

putihan. Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau, sawi huma

berbatang kecil, tetapi panjang. Tangkainya berukuran sedang

seperti bersayap (Haryanto, 2003).

d. Caisim atau sawi bakso

Caisim atau sawi bakso (ada juga yang menyebutnya sawi

cina) merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan

dikalangan konsumen. Tangkai daunnya panjang, langsing, dan

berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan

berwarna hijau. Rasanya yang renyah dan segar dengan sedikit

sekali rasa pahit, membuat sawi ini bayak diminati (Haryanto,

2003).

e. Sawi keriting

Sesuai namanya, ciri khas sawi ini adalah daunnya keriting.

Bagian daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai

daun. Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

33

keriting, jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa

(Haryanto, 2003).

f. Sawi monumen

Sawi monumen tumbuhnya tegak dan berdaun kompak.

Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai

daunnya berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun

yang juga berwarna putih. Daunnya berwarna hijau segar. Jenis

sawi ini tergolong terbesar dan terberat diantara sawi lainnya

(Haryanto, 2003).

5. Media Tanam Sawi

Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, juga sebagai

penyedia hara bagi tanaman Agoes (1994). Campuran beberapa bahan untuk

media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media

mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman. Sejalan dengan pendapat

Suteja dan Kartasapoetra (1992) bahwa media tanam dapat diperbaiki dengan

pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain.

Berbagai komposisi media tanam masing-masing memiliki kandungan

yang berbeda-beda. Jenis-jenis media tanam antara lain pasir, tanah, pupuk

kandang, sekam padi, serbuk gergaji, dan sabut kelapa. Bahan–bahan tersebut

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu dipahami agar

media tanam tersebut sesuai dengan jenis tanaman.Untuk mengatasi kelemahan

tanah sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan pasir dan pupuk

kandang atau pasir dan sekam padi dengan perbandingan 1:1

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

34

(Nurhalisyah,2007).Selanjutnya Supriyanto dkk (2006), mengemukakan media

tanam yang baik harus mempunyai sifat fisik yang baik, lembab, berpori, draenase

baik.

J. Kerangka Berpikir

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati

adalah Jarak cina (Jatropha multifida Linn). Bagian tumbuhan jarak cina yang

dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah bagian batang tumbuhan.

Batang Jarak cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Alkaloid

pada serangga bertindak sebagai racun perut. Selain itu, alkaloid juga bekerja

dengan mengganggu sistem kerja saraf . Fungsi dari senyawa alkaloid, saponin,

flavonoid, tanin dapat menghambat daya makan larva (antifeedant) cara kerja

senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning

atau racun perut. Oleh karena itu, apabila senyawa-senyawa tersebut masuk

kedalam tubuh serangga, alat pencernaan akan terganggu. Dengan demikian jarak

cina berpotensi sebagai pestisida nabati.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

35

Gambar 4. Kerangka Berpikir

Pestisida nabati dari batang Jarak

cina (Jatropha multifida L.)

Flavonoid Saponin Alkaloid

Racun Perut Racun Kontak

Tanaman Sawi Plutella xylostella

Tingkat

kerusakan

1. Mortalitas

2. Jumlah Pupa

Tanin

Gangguan

syaraf

Menghambat

indera perasa

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Hama …eprints.uny.ac.id/54022/3/3 BAB II.pdftahun 1959 baik di Amerika maupun di Indonesia praktek pengendalian hama sudah di coba untuk menggunakan

36

K. Hipotesis Penelitian

1. Semakin tinggi dosis ekstrak batang Jarak cina (Jatropha multifida Linn),

semakin tinggi persentase mortalitas hama Plutella xylostella

2. Semakin tinggi dosis ekstrak batang Jarak cina (Jatropha multifida Linn),

semakin rendah persentase jumlah pupa Plutella xylostella

3. Semakin tinggi dosis ekstrak batang Jarak cina (Jatropha multifida Linn),

semakin rendah kerusakan pada tanaman sawi

4. Dosis optimal ekstrak batang Jarak cina yang berpotensi sebagai bahan

aktif pestisida nabati yang mempengaruhi mortalitas dan jumlah pupa

hama Plutella xylostella dan tingkat kerusakan tanaman sawi yaitu mulai

dosis 12,5%