23
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berikut hasil penelusuran penulis terhadap karya-karya terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan lancar dan benar. 1. TRADISI PERKAWINAN “TUMPLEK PUNJEN” (studi di desa Kali mukti Kec. Pembedilan Kab. Cirebon) karya Muhammad Soleh, Mahasiswa Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun 2008. 1 Penelitian ini merupakan penelitian sosiologis yang mengamati langsung apa yang terjadi dalam masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 1 Muhammad sholeh Tradisi Perkawinan “Tumplek Punjen” (studi di desa Kali mukti Kec. Pembedilan Kab. Cirebon), skripsi (malang : Fakultas syari‟ah UIN,2008 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berikut hasil penelusuran penulis terhadap karya-karya terdahulu yang

dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, sehingga penelitian dapat

berjalan lancar dan benar.

1. TRADISI PERKAWINAN “TUMPLEK PUNJEN” (studi di desa Kali mukti

Kec. Pembedilan Kab. Cirebon) karya Muhammad Soleh, Mahasiswa Fakultas

Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun

2008.1

Penelitian ini merupakan penelitian sosiologis yang mengamati langsung

apa yang terjadi dalam masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

1Muhammad sholeh Tradisi Perkawinan “Tumplek Punjen” (studi di desa Kali mukti Kec.

Pembedilan Kab. Cirebon), skripsi (malang : Fakultas syari‟ah UIN,2008 )

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

10

tradisi tumplek punjen tetap diteruskan oleh masyarakat sebagai warisan

budaya yang di turunkan dari nenek moyang.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Soleh

dengan penelitian ini ialah proses tradisi yang mana dalam penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Soleh membahas tentang Tradisi Tumplek Punjen

sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan membahas mengenai

tradisi Bubakan.

Persamaan yang ada pada penelitian ini ialah membahas tentang tradisi

yang masih dilakukan dalam perkawinan adat di masyarakat sampai saat

ini.Sehingga penelitian ini dapat dijadikan penelitian terdahulu pada penelitian

yang akan dilakukan.

2. PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP TRADISI PERKAWINAN

(kasus di desa pesisir kilensari, kec. Panarukan, Kab. Situbondo) Karya

Mariatul Qibtiyah Zainy, Mahasiswi Fakultas Syari‟ah Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun 2008.2

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptis kualitatif yang

menggambarkan keadaan dengan kalimat. Hasil dari penelitian ini terdapat

dua golongan yang menolak serta menerima adanya tradisi perkawinan yang

dilakukan pada masyarakat pesisir dengan alasan-tertentu.

Adapun perbedaannya penelitian ini lebih membahas tentang tradisi

perkawinan yang ada pada masyarakat pesisir kilensari kec. Panarukan Kab.

2Mariatul Qibtiyah Zainy,Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Perkawinan (kasus di desa

pesisir kilensari, kec. Panarukan, Kab. Situbondo) skripsi (Malang: Fakultas syari‟ah UIN,2008)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

11

Situbondo, sedangkan penelitian yang saya lakukan lebih membahas tentang

tradisi .

Sedangkan persamaan dari penelitian ini sama-sama membahas tentang

pandangan Masyarakast tentang sesuatiu tradisi yang ada dalam perkawinan

adat.Sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu.

B. Kerangka Teori

1. Tradisi

Kata tradisi merupakan terjemahan dari kata turats yang berasal dari

bahasa Arab yang terdiri dari unsur huruf wa-ra-tsa.Kata ini berasal dari

bentuk masdar yang mempunyai arti segala yang diwarisi manusia dari kedua

orang tuanya baik berupaharta maupun panngkat dari keningratan.3

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah “tradisi” sering

dipergunakan.Ada tradisi Jawa, Tradisi kraton, tradisi petani, tradisi pesantren

dan lain-lain. Sudah tentu,masing-masing punya identitas arti dan kedalaman

makna tersendiri.Tetapi istilah“tradisi”, biasanya secara umum dimaksudkan

untuk menunjukkkan kepada suatu nilai, norma dan adat kebiasaan yang

berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kini masih diterima, diikuti

bahkan dipertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu.4

2. Al-Urf

a. Pengertian Al-Urf

3Ali Riyadi, Dekontruksi Tradisi (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007),h 119.

4Imam Bawani, Tradisionalisme dalam pendidikan Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1990) h 23.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

12

Arti „urf secara Bahasa adalah suatu keadaan, ucapan, perbuatan,

atau ketentuan yang telah dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk

melaksanakannya atau meninggalkannya. Dikalangan masyarakat „urf ini

sering disebut sebagai adat. Kata Urf secara Istilah berarti sesuatu yang

dipandang baik dan diterima oleh akal sehat”.Al-urf (adat istiadat) yaitu

sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau

perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan

diterima oleh akal mereka.5

Menurut A. Djazuli mendefinisikan, bahwa al-„adah atau al-„urf

adalah “Apa yang dianggap baik dan benar oleh manusia secara umum (al-

„adah al-„aammah) yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga

menjadi kebiasaan6

b. Macam – macam Al-Urf

Urf dapat dibagi atas beberapa bagian. Ditinjau dari segi sifatnya.

'urf terbagi kepada:

5 Rasyad Hasan Khalil, tarikh tasryi‟,(Jakarta, 2009), h. 167

6 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih “Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-

masalah yang Prakti”s,( Jakarta: Kencana, 2007), h. 80.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

13

1) Urf Qauli

Ialah urf yang berupa perkataan seperti perkataan walad, menurut

bahasa berarti anak, termasuk di dalamnya anak laki-laki dan anak

perempuan. Tetapi dalam percakapan sehari-hari biasa diartikan dengan

anak laki-laki saja. Lahmun, menurut bahasa berarti daging termasuk di

dalamnya segala macam daging, seperti daging binatang darat dan

ikan.Tetapi dalam percakapan sehari-hari hanya berarti binatang darat saja

tidak termasuk di dalamnya daging binatang air (ikan).

2) Urf Amali

Ialah 'urf yang berupa perbuatan. Seperti jual beli dalam

masyarakat tanpa mengucapkan shighat akad jual beli. Padahal menurut

syara', shighat jual beli itu merupakan salah satu rukun jual beli. Tetapi

karena telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat melakukan jua beli

tanpa shighat jual beli dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka

syara' membolehkannya.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya 'urf, terbagi atas:

1) Urf Shahih

Ialah 'urf yang baik dan dapat diterima karena tidak bertentangan

dengan syara'. Seperti mengadakan pertunangan sebelum melangsungkan

akad nikah, dipandang baik, telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat

dan tidak bertentangan dengan syara'.

2) Urf Fasid

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

14

Ialah 'urf yang tidak baik dan tidak dapat diterima, karena

bertentangan dengan syara'. Seperti kebiasaan mengadakan sesajian untuk

sebuah patung atau suatu tempat yang dipandang keramat. Hal ini tidak

dapat diterima, karena berlawanan dengan ajaran tauhid yang diajarkan

agama Islam.

Ditinjau dari ruang lingkup berlakunya, 'urf terbagi kepada:

1) Urf 'Amm

Ialah 'urf yang berlaku pada suatu tempat, masa dan keadaan,

seperti memberi hadiah (tip) kepada orang yang telah memberikan jasanya

kepada kita, mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah

membantu kita dan sebagainya.

2) Urf Khash

Ialah 'urf yang hanya berlaku pada tempat, masa atau keadaan

tertentu saja. Seperti mengadakan halal bi halal yang biasa dilakukan oleh

bangsa Indonesia yang beragama Islam pada setiap selesai menunaikan

ibadah puasa bulan Ramadhan, sedang pada negara-negara Islam lain tidak

dibiasakan.

c. Syarat Al-Urf

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

15

Sebagian besar ulama yang menggunakan Urf sebagai hujjah,

memberikan syarat-syarat tertentu dalam menggunakan al-Urf sebagai

sumber hokum, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tidak bertentangan dengan al-Quran atau As-Sunnah. jika

bertentangan, seperti kebiasaan orang minum khamer, riba,berjudi,

dan jual beli gharar (ada penipuan) dan yang lainnya maka tidak

boleh diterapkan.

2) Adat kebiasaan tersebut sudah menjadi tradisi dalam muamalat

mereka, atau pada sebagian besarnya. jika hanya dilakukan dalam

tempo tertentu atau hanya beberapa individu maka hal itu tidak dapat

dijadikan sumber hokum

3) Tidak ada kesepakatan sebelumnya tentang penentangan terhadap adat

tersebut. jika adat suatu negri mendahulukan sebagai mahar dan

menunda sebagainya, namun kedua calon suami istri sepakat untuk

membayarnya secara tunai lalu keduanya berselisih pendapat, maka

yang menjadi patokan adalah apa yang sudah disepakati oleh kedua

belah pihak, karena tidak ada arti bagi sebuah adat kebiasaan yang

sudah didahului oleh sebuah kesepakatan untuk menentangnya.

4) Adat istiadat tersebut masih dilakukan oleh orang ketika kejadian itu

berlangsung. adat lama yang sudah ditinggalkan orang sebelum

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

16

permasalahan muncul tidak dapat digunakan, sama seperti adat yang

baru lahir setelah permasalahannya muncul7

Abdul-Karim Zaidan Menyebutkan beberapa persyaratan bagi

Urf yang bisa dijadikan landasan hokum yaitu:

1) Urf itu harus termasuk „urf yang shahih dalam arti tidak bertentangan

dengan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.

2) Urf itu harus bersifat umum, dalam arti minimal telah menjadi

kebiasaan mayoritas penduduk negri itu.

3) „Urf itu harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang akan

dilandaskan kepada urf itu.

4) Tidak ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yang berlainan dengan

kehendak „Urf tersebut, sebab jika kedua belah pihak yang berakad

telah sepakat untuk tidak terikat dengan kebiasaan yang berlaku

umum, maka yang dipegang adalah ketegasan itu, bukan‟Urf.8

d. Kehujjahan Al-Urf

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama ushul fiqh tentang

kehujahan 'urf.

1) Golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa 'urf adalah hujjah

untuk menetapkan hukum. Mereka beralasan firman Allah:

7 Rasyad Hasan Khalil, tarikh tasryi‟, h. 170

8 Satria Efendi, M.Zein, Ushul Fiqh,(Jakarta, 2005), h.157

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

17

”jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,

serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

(رواه احمد به حنبلقال النبي : ما راه المسلمىن حسنا فهى عند هللا حسه )

“Apa yang di pandang orang-orang muslim baik, maka disisi Allah pun

baik”

2) Golongan Syafi‟iyyah dan Hanbaliyah, keduanya tidak menganggap urf

sebagai hujah atau dalil hukum syar‟i. Mereka beralasan, ketika ayat ayat

Alqur‟an turun, banyak sekali ayat yang mengukuhkan kebiasaan yang

terdapat di tengah-tengah masyarakat.9

3. Perkawinan Dalam Islam

a. Pengertian Nikah

Perkawinan atau Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah

keluarga baru yang didambakan akan membawa pasangan suami istri untuk

mengarungi kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Sebuah keluarga

merupakan komunitas masyarakat terkecil dan sebuah keluarga diharapkan

akan menjadi sumber mata air kebahagiaan, cinta dan kasih sayang seluruh

anggota keluarga. Salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah untuk

menciptakan sakinah (ketentraman hidup), mawaddah (rasa cinta), rahmah

(kasih sayang), memiliki keturunan, tolong-menolong dan mempererat

silaturahim. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an :

9 Muhammad Abu Zahrah, Prof. Terjemah Ushul Fiqih(Jakatra, Pustaka Jaya, 2009) h 128

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

18

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakanuntukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Rum: 21)10

Menurut Undang-Undang Perkawinan (UUP) pasal 1 :

"Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."

Lalu dalam rumusan pasal 2 dan 3 KHI (Kompilasi Hukum Islam)

dinyatakan: "Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah

Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah", dan perkawinan bertujuan

10

Q.S.ArRum (30):21

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

19

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

rahmah."11

Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan

bercampur.Menurut istilah syarak ialah ijab dan qabul („aqad) yang

menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan

oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan

oleh Islam.Perkataan zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud

pasangan dalam penggunaannya perkataan ini bermaksud perkawinan Allah

SWT.Menjadikan manusia itu berpasang-pasangan, menghalalkan

perkawinan dan mengharamkan zina.

Adapun nikah menurut syari‟at nikah juga berarti akad.Sedangkan

pengertian hubungan badan itu hanya metafora saja.Islam adalah agama

yang syumul (universal).Agama yang mencakup semua sisi kehidupan.Tidak

ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan.Dan

tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah

tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat

bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara

banyak. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah

pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak

melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, begitu

pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona.

11

Didik Komaidi, B-Love and D-Love: Cinta Luhur dan Cinta Nista, (Jogjakarta: Palem, 2004) h

107.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

20

Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan

mendapat pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa

tetapi dimakruhkan karna tidak mengikuti sunnah rosul.

Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insan dengan

jenis berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan

dengan perjanjian atau akad.

Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun

keluarga yang sakinah mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan

keturunan yang solihah.Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh

setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi

bagi orang tuanya.

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya

dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan

keturunannya, melainkan antara kedua keluarga.12

b. Hukum Nikah

Dalam hal menetapkan hukum asal suatu perkawinan terdapat

perbedaan pendapat di kalangan ulama‟. Jumhur ulama‟ berpendapat bahwa

hukum perkawinan itu adalah sunnah. Dasar hukum dari pendapat jumhur

ulama‟ ini adalah begitu banyaknya suruhan Allah alam Al-quran dan

suruhan Nabi dalam sunnahnya untuk melangsungkan perkawinan. Namun

12

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam: Hukum Fiqh Lengkap (Cet. 40, Bandung: Sinar Baru

Algensindo,2007), h 374

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

21

dalam suruhan dalam Al-quran dan sunnah tersebut tidak mengandung arti

wajib. Tidak wajibnya perkawinan itu karena tidak ditemukan dalam ayat

Al-quran atau sunnah Nabi yang secara tegas memberikan ancaman kepada

orang yang menolak perkawinan. Meskipun ada sabda Nabi yang

mengatakan: “Siapa yang tidak mengikutu sunnahku tidak termasuk dalam

kelompokku” namun yang demikian tidak kuat untuk menetapkan hukum

wajib.

Golongan ulama‟ yang berbeda pendapat dengan jumhur ulama‟ itu

adalah golongan Zhahiriyah yang mengatakan hukum perkawinan bagi

orang yang mampu melakukan hubungan kelamin dan biaya perkawinan

adalah wajib atau fardhu.Dasar dari pendapat ulama‟ Zhahiriyah ini adalah

perintah Allah dan Rasul yang begitu banyak untuk melangsungkan

perkawinan.Perintah atau al-amr itu adalah untuk wajib selama tidak

ditemukan dalil yang jelas yang memalingkannya dari hukum asal

itu.Bahkan adanya ancaman Nabi bagi orang yang tidak mau kawin dalam

beberapa hadits menguatkan pendapat golongan ini.

Hukum asal menurut dua golongan ulama tersebut di atas berlaku

secara umum dengan tidak memperhatikan keadaan tertentu dan orang

tertentu.Namun karena ada tujuan mulia yang hendak dicapai dari

perkawinan itu dan yang melakukan perkawinan berbeda pula kondisinya

serta situasinya yang melingkupi suasana perkawinan itu berbeda pula,

maka hukum perkawinan untuk orang dan keadaan tertentu itu berbeda pula

pandangan ulama‟. Oleh karenanya, perkawinan yang memiliki hukum asal

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

22

sunnah, dapat menjadi wajib, mubah, makruh ataupun haram sesuai dengan

kondisi berikut.13

1) Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah mempunyai kemauan

dan kemampuan untuk kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada

perbuatan zina seandainya tidak kawin. Hal ini didasarkan pada pemikiran

hukum bahwa setiap muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang

terlarang. Jika penjagaan diri itu harus denan melakukan perkawinan,

sedang menjaga diri itu wajib.

2) Perkawinan hukumnya sunnah bagi orang yang telah mempunyai

kemampuan dan keinginan kuat untuk melangsungkan perkawinan, tetapi

kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan akan berbuat zina.

3) Perkawinan hukumnya haram bagi orang yang belum berkeinginan serta

tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul

kewajiban-kewajiban.

4) Perkawinan hukumnya makruh bagi orang yang mampu melakukan

perkawinan, dan bisa menahan diri dari perbuatan zina. Hanya saja

dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap

istrinya.

5) Perkawinan hukumnya mubah bagi orang yang mampu melakukan

perkawinan, dan bisa menahan diri dari perbuatan zina, serta tidak

dikhawatirkan akan menyianyiakan kewajibannya terhadap istri.

c. Rukun dan Syarat Nikah

13

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Prenada Media, 2003), h 16-22

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

23

1) Rukun nikah

Suatu pernikahan adalah sah menurut hukum Islam, jika memenuhi

seluruh rukun dan syarat perkawinan. Tidak terpenuhinya ketentuan-

ketentuan mengenai rukun dan syarat tersebut akan membuat suatu

perkawinan menjadi tidak sah. Rukun perkawinan adalah unsur yang harus

ada dalam setiap perkawinan Rukun-rukun dalam pernikahan itu ada lima

yaitu: calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi dan ijab qabul.

Namun dari kelima rukun pernikahan tersebut yang paling penting

adalah ijab qabul antara yang mengakadkan dengan yang menerima akad

tersebut.Sedangkan syarat syarat pernikahan adalah syarat yang bertalian

dengan rukun-rukun pernikahan, yaitu syarat-syarat yang menyangkut bagi

calon mempelai, wali, saksi dan ijab qabul. Rukun dalam pernikahan itu

antara lain:

a) Calon suami

b) Calon istri

c) Wali

d) Dua orang saksi

e) Ijab qobul

Kompilasi hukum Islam pasal 14 menentukan bahwa rukun atau

unsur yang harus terpenuhi ketika perkawinan dilangsungkan adalah: calon

suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab qobu). Menurut

jumhur ulama‟ rukun nikah itu adalah sigah atau ijab dan kabul, calon istri,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

24

calon suami, dan wali.sedangkan saksi-saksi hanya dimasukkan sebagai

syarat, seperti juga mahar dan maskawin.

Rukun tersebut memerlukan sejumlah persyaratan agar suatu

perkawinan dapat dilaksanakan dengan sah.Tidak terpenuhinya syarat-syarat

tersebut dapat mengakibatkan batalnya suatu perkawinan, sehingga

perkawinan itu tidak mempunyai akibat hukum.

2) Syarat Pernikahan

a) Laki-laki dan perempuannya sah untuk dinikahi.

Artinya kedua calon pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi,

baik karena haram untuk sementara atau selamanya.

b) Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi.14

Artinya dalam pelaksanaan ijab qobul disaksikan oleh dua orang saksi.

Dari pengertian ini, bisa kita lihat bahwa penelitian ini berkaitan

dengan ritual yang bersifat sakral yaitu perkawinan bagi komunitas Islam di

Desa Bendosari, karena dalam implementasinya ada perpaduan antara

agama Islam dan budaya lokal, yakni tradisi perkawinan”Bubakan”.

d. Tujuan Menikah

Tujuan Menikah dapat ditinjau dari empat bentuk aspek yaitu

Tujuan Fisiologis, Tujuan Psikologis, Tujuan Sosiologis, dan Tujuan

Da‟wah

14

Slamet Abidin, dan Amirudin, Fiqih Munakahat 1 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999) h 63.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

25

1) Tujuan Fisiologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a) Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang

baik dan nyaman.

b) Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-

pakaian yang memadai.

c) Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.

2) Tujuan Psikologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a) Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar

danapa adanya.

b) Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan

nyaman.

c) Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi

perkembangan jiwanya.

d) Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota

keluarga

.

3) Tujuan Sosiologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a) Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.

b) Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu

anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih

besar.

4) Tujuan Da‟wah Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi

a) Menjadi obyek wajib da‟wah pertama bagi sang da‟i.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

26

b) Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona Islam)

bagi masyarakat muslim dan nonmuslim.

c) Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam

da‟wah.

d) Memberi imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan

kemaksiatan

4. Walimatur ‘Ursy

a. Pengertian Walimatur ‘Ursy

Walimah ( لوليمة١ ) artinya al-jam‟u yaitu kumpul, sebab suami dan

istri berkumpul. Walimah ( لوليمة١ ) berasal dari bahasa arab لوليم ١ artinya

makanan pengantin. Maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus

dalam acara pesta perkawinan.Bisa juga diartikan sebagai makanan untuk

tamu undangan atau lainnya.15

Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang

secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak

digunakan untuk penghelatan di luar perkawinan. Sedangkan definisi yang

terkenal di kalangan ulama, walimatul „ursy diartikan dengan perhelatan

dalam rangka mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad

perkawinan dengan menghidangkan makanan.16

b. Hukum dan Pelaksanaan Walimah

15

Slamet Abidin, Fiqih Munakahat.h 149. 16

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.155.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

27

Menurut Jumhur ulama, mengadakan walimah itu hukumnya

sunnat muakkad bukan wajib, karena walimah itu adalah pemberian

makanan lantaran mendapat kegembiraan , seperti mengadakan pesta – pesta

dan lain- lain.

Yang dimaksud dengan Walimatul Urusy ialah perayaan atau

kenduri dalam rangka pernikahan atau sesudahnya.Mengadakan upacara

walimah sangat dianjurkan dalam Islam, karena banyak manfaat yang dapat

di peroleh dari walimah itu.Diantara sebagai tanda syukur atas nikmat Allah

Swt, dan juga masyarakat mengetahui dan dapat menyasikan atas terjadinya

pernikahan.

Adapun hukum mengadakan walimah ialah wajib, sunnah, Fardhu

kifayah, diantara ketiga hukum walimah tersebut para jumhur ulama‟

berpendapat bahwa hukum walimah itu adalah sunnah.

Pelaksanaan walimah boleh dilakukan pada saat aqad (sesudah

berlangsungnya) dan boleh dilaksanaakan pada waktu yang lain, terganting

adat kebiasaan didaerah tersebut.17

c. Hukum Menghadiri Walimah

Berbeda dengan mengadakan walimah yang hukumnya sunnah

muakkad, menghadiri walimah hukumnya wajib atas orang yang di

undang.demikian pendapat sebagian besar ulama. Sebagian lainnya

17

Saifulloh,moh al aziz. Kajian hukum – hukum walimah (selamatan) ( Surabaya: terbit

terang,2009) h 83

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

28

berpendapat bahwa mendatangi walimah itu hukumnya fardhu kifayah.

Ulama lain erpendapat sunnah.

Orang yang mengadakan walimah hendaknya tidak membatasi

undangan pada orang kaya dan terhormat saja,tetapi juga mengundang orang

miskin.

Dan diwajibkan untuk menghadiri undangan walimatul urusy

apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Undangan itu bersifat umum

b. Pengundang datang sendiri atau wakilnya

c. Kedatangannya tidak ada perasaan khawatir akan berbuat zhalim

d. Ditempatkan dengan orang yang sejajar

e. Dalam walimah tidak ada perbuatan munkar,seperti minum-minuman

keras

f. Mengunjungi dihari pertama (adaikan walimah berlangsung selama

beberapa hari)

g. Yang mengundang harus orang Islam.18

5. Perkawinan Adat Jawa

Di kalangan orang Jawa yang kekeluargaanya bersifat parental

(bilateral) pada umumnya upacara perkawinan dilangsungkan secara

sederhana, dan tidak seperti pada orang-orang Melayu (Sumatera) yang

struktur kekerabatannya kuat, membicarakan status kedudukan suami isteri

18

Saifulloh,moh al aziz. Kajian hukum – hukum walimah (selamatan) ( Surabaya: terbit

terang,2009) hal 88

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

29

setelah kawin, uang jujur, barang bawaan dan lain sebagainya. Secara

berurut dapat digambarkan upacara perkawinan adat Jawa19

itu sebagai

berikut:

1. Melakukan penjajakan dan nontoni, maksudnya pihak pria menjajaki

kemungkinan apakah gadis bisa dilamar, jika mungkin maka kemudian

sang pria dibawa untuk diperkenalkan pada pihak gadis.

2. Ngalamar, sasrahan paningset, jika kedua pihak dan bujang gadis sepakat

maka pihak lelaki datang melamar, dengan membawa bahan pakaian,

perhiasan untuk si gadis sebagai paningset (tanda pengikat).

3. Nyantri, dalam masa pertunangan sebelum waktu perkawinan maka si

pemuda berada, kalau perlu berdiam di rumah calon mertua, untuk

membantu calon mertua bekerja.

4. Jodangan, ngebeleng, nyepi. Jodongan artinya usungan barang-barang

bahan makanan rempah-rempah untuk upacara perkawinan yang

diantarkan dari pihak mempelai pria. Kemudian si gadis gebleng

melakukan upacara selamatan mengakhiri masa remaja dan menyepikan

diri ke dalam kamar. Begitu juga orang tua berdo‟a memohom

perlindungan arwah (baureksa‟ rumah dan desa).

5. Dihias, mindodareni dan pengajian. Dekat pada waktu perkawinan si

gadis dimandikan para pinisepuh dengan air kembang setaman, lalu

dihiasi rambutnya dan lain-lain. Pada malamnya diadakan mindodareni

19

Perkawinan Adat Jawa merupakan perkawinan yang diberlangsungkan dengan tata cara atau

aturan yang berlaku pada masyarakat adat Jawa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

30

dengan acara pengajian, misalnya membaca surah yasin bersama-sama

hadirin.

6. Akad nikah, dilaksanakan upacara perkawinan menurut agama tanpa

dihadiri oleh orang tua pria.

7. Acara temon manten, setelah selesai upacara akad nikah, maka kedua

mempelai dibawa masuk ke dalam rumah melalui rintangan injak

telor‟(pasangan). Menuju tempat peraduan, sebelum duduk saling

bertukar kembang mayang. Biasanya acara temon manten atau panggih

temanten ini diikuti genta lagu gamelan “kebo giro”

8. Nyungkemi dan dahar kembul, setelah kedua mempelai mendekati

peraduan, dipersilahkan bapak si wanita untuk menimbang anaknya dan

menantunya, dengan didudukkan di atas pangkuannya. Kemudian kedua

mempelai nyungkemi (berlutut) kepada orang tuanya dan tua-tua kerabat

lainnya. Selanjutnya masuk ke peraduan atau cukup di tengah rumah

dipersilakan makan nasi dengan saling bertukar suap.

9. Kirab dan ngunduh mantu. Kirab artinya kunjungan kedua mempelai ke

rumahrumah kerabat dan tetangga sedesa, dan setelah itu diadakan acara

“ngunduh mantu” di mana kedua mempelai diantar ke rumah kediaman

orang tua mempelai pria yang disambut dengan acara selamatan.

Dalam pelaksanaan acara-acara tersebut di Jawa, maupun di

daerah-daerah lainnya dilaksanakan dengan iringan kesenian bunyi-bunyian

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahuluetheses.uin-malang.ac.id/309/6/10210087 Bab 2.pdf · dijadikan sebagai acuan dalam proses penelitian, ... Adapun perbedaan ... Perkawinan

31

baik dalam bentuk kesenian lama menurut adat setempat maupun dengan

kesenian modern dengan menggunakan musik dan sebagainya.20

20

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundanngan, Hukum Adat,

HukumAgama, (Bandung: Mandar Maju, 2007), 90-95