29
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013). Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. System imun tubuh mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan di bentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibody akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya ( Atikah, 2010 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi

merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang

sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Imunisasi

adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan

(Kemenkes RI, 2013).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan

antigen lemah agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten

terhadap penyakit tertentu. System imun tubuh mempunyai suatu system

memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan di

bentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan

menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua

atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibody akan

tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya ( Atikah,

2010 ).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

13

Bayi yang mendapatkan imunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap

suatu penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Imunisasi merupakan bentuk

intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian

bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Tuberkulosis,

Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio dan Campak (Lia Dewi, 2010). Imunisasi

adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan

(Depkes RI, 2014).

Pemberian imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit

tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada

sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia

seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh et.al,

2011). Program imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada

bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati dan Andhini,

2010).

Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan angka

kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:

a) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

14

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh

desa/kelurahan pada tahun 2014. b) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus

Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam

satu tahun) pada tahun 2013. c) Global eradikasi polio pada tahun 2018. d)

Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian penyakit

rubella 2020. e) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta

pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste disposal

management) (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Proverawati dan Andhini (2010), manfaat imunisasi tidak hanya

dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian

akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan

oleh: a) Bagi anak, Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan kecactan atau kematian. b) Bagi keluarga, Menghilangkan

kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong

pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani

masa kanak-kanak yang nyaman. c) Bagi negara, Memperbaiki tingkat

kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan

pembangunan keluarga.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

15

1. Jenis-jenis Imunisasi

Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-masing

imunitas tubuh (acquired immunity) dapat diperoleh secara aktif maupun

secara pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang

sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat

sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan

sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan

menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,

sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat

merespon (Maryunani, 2010).

Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut.

Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti

terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif,

kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu

menjadi imun terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi aktif antara lain

vaksin BCG, vaksin DPT (difteri-pertusis-tetanus), vaksin poliomielitis,

vaksin campak, vaksin typs (typus abdominalis), toxoid tetanus dan lain-lain

(Maryunani, 2010). Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio,

Hepatitis B, Campak) yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang

dikenal sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) atau extended

program on immunization (EPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

16

merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi untuk mencapai

komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (Ranuh et.al,

2011).

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan

untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi

sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang ditujukan

untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk

infeksi bakteri maupun virus. Mekanisme kerja antibodi terhadap infeksi

bakteri melalui netralisasi toksin, opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja

antibodi terhadap infeksi virus melalui netralisasi virus, pencegahan

masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel natural-killer untuk melawan

virus. Dengan demikian pemberian antibodi akan menimbulkan efek

proteksi segera. Tetapi karena tidak melibatkan sel memori dalam sistem

imunitas tubuh, proteksinya bersifat sementara selama antibodi masih aktif

di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya singkat karena tubuh tidak

membentuk memori terhadap patogen/ antigen spesifiknya (Ranuh et.al,

2011).

Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau

serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan

tubuhnya (Ranuh et.al, 2011). Imunisasi pasif dimana zat antinya didapat

dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung

zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

17

pendek , yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan

kembali dari tubuh anak (Maryunani, 2010).

2. Epidemiologi Campak Dan Rubella

Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan

penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus.

Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat

terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan. Pada tahun 1980, sebelum

imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia

terkena campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besa

adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari

satu miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui

program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat campak telah

mengalami penurunan sebesar 78% secara global.

Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan

virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia,

bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta

sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau

congenital rubella syndrome (CRS). Penyakit rubella ditularkan melalui

saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Virus dapat berkembang biak di

nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4 –

7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada

7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi rubella berkisar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

18

antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella ditandai dengan demam ringan

(37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran

kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital

3. Imunisasi Campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan

vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan. Sebenarnya, bayi sudah

mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya

usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi

tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit campak mudah

menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali

terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya

campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi sekali terkena campak,

setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi (Maryunani, 2010).

Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali (Maryunani, 2010).

Pemberian Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan

dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu

sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang

anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan

imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi

MMR (Measles Mumps Rubella) (Maryunani, 2010). Cara pemberian

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

19

imunisasi campak yaitu Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu

dilarutkan dengan pelarut, kemudian disuntikan lengan kiri atas secara

subkutan (Depkes RI,2005). Adapun efek samping dari imunisasi, Biasanya

tidak terdapat reaksi akibat imunisasi tetapi bisa juga terjadi demam ringan

dan terdapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi di bawah telinga pada

hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat

pembengkakan pada tempat penyuntikan (Maryunani, 2010). Kontra

indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak dengan penyakit infeksi

akut yang disertai demam, anak engan penyakit gangguan kekebalan, anak

dengan penyakit TBC tanpa pengobatan, anak dengan kekurangan gizi

berat, anak dengan penyakit keganasan, dan anak dengan kerentanan tinggi

terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik) (Maryunani,

2010).

B. DUKUNGAN KELUARGA

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

melindungi seseorang dari efek setres yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2002).

Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganny, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

20

Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015).

1. Sumber Dukungan Keluarga

Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial keluarga yang

dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti dukungan

dari suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan

sosial keluarga secara eksternal seperti paman dan bibi (Friedman, 2013).

Menurut Caplan (1974) dalam Friedman (2010) terdapat tiga sumber

dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang

spontan: dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas

kesehatan professional, dan upaya terorganisasi oleh professional

kesehatan.

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak

digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

21

saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman,

1998).

2. Tujuan Dukungan keluarga

Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan

sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik

dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya,

karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek

serta meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara

langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam

masa stress bagi keluarga (Friedman, 2010). Dukungan sosial juga dapat

berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stress akibat

negatifnya (Roth, 1996). Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu

berorientasi tugas sering kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan

tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan dalam bentuk

bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang terus-menerus dan

intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan

tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis (Friedman,

2010).

3. Bentuk Dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

22

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari

dukungan keluarga yaitu: a) dukungan emosional, b) dukungan informasi,

c) dukungan instrumental, d) dukungan penghargaan. Dukungan

emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga

(Friedman, 2010). Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan

nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji,

dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan

perhatian (Sarafino, 2011).

Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998).

Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau

memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2011). Dukungan instrumental,

keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit

(Friedman, 1998). Dukungan instrumental merupakan dukungan yang

diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material

seperti memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

23

uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino,

2011).

Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai

sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai

pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota

(Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang

berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino, 2011).

4. Mamfaat Dukungan keluraga

Menurut Setiadi (2008), dukungan sosial keluarga memiliki efek terhadap

kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya

dukungan yang kuat berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.

Selain itu, dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif pada

pemyesuaian kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial keluarga berbeda-beda

dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian dalam

semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

24

akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 2013).

5. faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) dalam Rahayu (2008) faktor-faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga adalah: a) faktor internal, b) faktor

eksternal. Faktor internal berupa tahap perkembangan Artinya dukungan

dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan

perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia)

memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang

berbeda-beda.

Pendidikan atau tingkat pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap

adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk

menjaga kesehatan dirinya.

Faktor emosi Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami

respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

25

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin. 3). Spiritual Aspek spiritual dapat

terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup

nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau

teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Eksternal yaitu ;1) Praktik di keluarga Cara bagaimana keluarga

memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam

melaksanakan kesehatannya. Misalnya, klien juga kemungkinan besar

akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang

sama. 2) Faktor sosio-ekonomi Faktor sosial dan psikososial dapat

meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara

seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan

kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan

cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya

ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan

pada kesehatannya. 3) Latar belakang budaya Latar belakang budaya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

26

mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, dalam

memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMUNISASI

Menurut lawrance Green (1980, dalam Notoatmodjo 2010) ada tiga faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu : a) Faktor pemudah

(Predisposing Factor), b) Faktor pemungkin (enambling factor), c) Faktor

penguat (reinforcing factor). Faktor pemudah (Predisposing Factor)

merupakan salah satu faktor penyebab seseorang yang mau untuk

mengimunisasikan anaknya, karaena dihubungani oleh ; pengetahuan ibu,

tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapan, sikap, dan dukungan

keluarga.

Faktor pemungkin (enambling facto) merupakan faktor yang menyebabkan

seseorang selalu ikut program imunisasi anaknya dihubungani oleh ;

keterjangkauan ketempat imunisasi, ketersediaan tempat pelayanan imunisasi

(sarana dan prasarana), ketersediaan waktu. Sedangkan Faktor penguat

(reinforcing factor) seperti peran kader, peran petugas kesehatan, peran

pemerintah. Faktor predisposisi merupakan faktor internal pada seseorang

yang mempengaruhi perilaku kesehatannya. Ibu sangat berperan penting

dalam menentukan keberhasilan program imunisasi (Triana, 2016), sehingga

faktor predisposisi dari ibu seperti pengetahuan, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan keluarga, dukungan keluarga, dan faktor pemungkin seperti

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

27

keterangkauan ketempat pelayanan imunisasi sangat berhubungan terhadap

pemberian imunisasi MR pada balita.

1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjawab pernyataan ‘what’, misalnya apa air, apa manusia, apa alam,

dan sebagainya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan peraba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang

sekedar menjawab pertanyaan ”apa”. Apabila pengetahuan mempunyai

sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji

obyek tertentu sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara

sistematis dan diakui secara umum, maka terbentuklah disiplin ilmu

(Notoatmojo, 2007). Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh

besar terhadap pengetahuan, seseorang yang berpendidikan

pengetahuannya akan berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah

(Latipun,2004).

Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a) Tahu (Know), Tahu diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

28

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah karena tingkatan

ini hanya mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari selutruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Memahami

(Comprehension), Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi

(Aplication), Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan

atau menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi

riil (sebenarnya). d) Analisis (Analysis), Analisis diartikan suatu

kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen–komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (Synthesis),

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi – formulasi yang ada. f) Evaluasi (Evaluation), Evaluasi

diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau suatu obyek berdasarkan kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.

a. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Widianti (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain: a) Tingkat Pendidikan, Pendidikan dapat

membawa wawasan atau pengetahuan seseorang secara umum,

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

29

pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya rendah. b) Pengalaman, Pengalaman dapat diperoleh

dari pengalamannya sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang

sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. c)

Fasilitas, Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi,

majalah, koran dan buku. d) Penghasilan, Penghasilan tidak

berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila

seseorang berpenghasilan cukup besar maka ia akan mampu untuk

menyediakan atau membeli fasilitas sumber informasi. e) Sosial

budaya, Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. f)

Keyakinan, Biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun negatif.

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam tiga kategori,

yaitu : a) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% -

100% dari seluruh pernyataan. b) Cukup : Bila subyek mampu

menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pernyataan. c)

Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pernyataan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

30

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam memperoleh pengetahuan dibagi

dalam 2 kelompok yaitu : a) Cara Tradisional, b) cara modern. Cara

ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistemik

dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara

lain, meliputi : 1) Cara Coba–Salah (Trial and error), 2) cara

kekuasaan atau otoritas, 3) berdasarkan pengalaman pribadi, 4)

melalui jalan pikiran. Cara Coba–Salah (Trial and error) dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah,

dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Pengalaman yang diperoleh melalui

penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir

dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna

Cara Kekuasaan atau Otoritas, Pengetahuan diperoleh berdasarkan

pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemuka agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Para pemegang

otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama

didalam penemuan pengetahuan. Berdasarkan pengalaman pribadi

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

31

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

Melalui jalan pikiran, Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh

manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara

tidak langsung melalui pernyataan–pernyataan yang dikemukakan

dan dicari hubungannya sehingga dapat diambil kesimpulan.

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi

yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung

melalui pernyataan–pernyataan yang dikemukakan dan dicari

hubungannya sehingga dapat diambil kesimpulan.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini

lebih sistematis, logis dan murah.Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah atau lebih popular (research methodology). Setelah diadakan

penggabungan antara proses berpikir deduktif–induktif maka lahirlah

suatu penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.

2. Pendidikan

Merupakan seluruh usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

melalui lembaga formal maupun non-formal untuk mengembangkan

kualitas sumber daya agar memiliki kepribadian, kecerdasan,

keterampilan dan pengendalian diri yang dapat dimanfaatkan lingkungan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

32

untuk meningkatkan taraf kehidupan, sehingga menjadi sumber daya

yang efektif dan efesien (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik

pengetahuannya dan pemahamannya tentang kehidupan termasuk di

dalamnya pemahaman tentang kesehatan (Pratiwi, 2012), Sehingga

penting bagi seorang wanita yang berlaku sebagai ibu untuk dapat

berpendidikan tinggi karena seorang wanita akan menjadi pendidikan

pertama bagi anaknya termasuk menentukan pelayanan kesehatan yang

tepat bagi anaknya.

3. Pekerjaan

Merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi

seseorang. Ibu yang bekerja mungkin akan memiliki sedikit waktu luang,

sehingga kesempatan untuk dapat membawa anaknya ke pelayanan

imunisasi lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Selain itu,

kesibukan ibu pada pekerjaannya seringkali membuat ibu lupa jadwal

imunisasi anaknya sehingga anak tidak medapatkan imunisasi atau

pemberian imunisasinya tidak lengkap. Namun ibu yang bekerja memiliki

sumber informasi yang cukup sehingga mungkin akan lebih aktif

membawa anaknya untuk imunisasi (Mulyanti, 2013).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

33

4. Pendapatan

Adalah berupa jumlah uang yang diterima seseorang atau lebih dari

anggota keluarga dari jerih payah kerjanya. Secara umum pendapatan

didefinisikan sebagai masukan yang diperoleh dari keseluruhan aktifitas

termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun

(Randi, 2013). Upah Minimum Regional (UMR) adalah pendapatan

minimal yang dihasilkan oleh pekerja sesuai provinsi masing-masing.

Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) 2016 UMR di Provinsi Sulawesi

Tengah 1.963.230, sehingga apabila pendapatan berada di bawah UMR

maka pendapatan tersebut dikategorikan sebagai tingkat pendapatan

rendah dan sebaliknya.

Pemberian ekonomi seseorang berhubungan pada kemampuan seseorang

membiayai pelayanan kesehatan. Seseorang mungkin tahu akan

pentingnya kesehatan namun karena terkendala biaya orang tersebut

memutuskan untuk tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya. Pendapatan keluarga yang rendah akan menjadi

pertimbangan ibu untuk tidak mengimunisasikan anaknya. Dampak lain

adalah ibu lebih memilih bekerja untuk membantu pendapatan keluarga

sehingga waktu untuk membawa anak imunisasi berkurang (Mulyanti,

2013).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

34

5. Dukungan keluarga

Merupakan sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota

keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Keseluruhan elemen

tersebut terwujud dalam bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga

anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010).

Seorang ibu yang memiliki sikap positif terhadap imunisasi anaknya perlu

mendapat dukungan dari suami berupa konfirmasi atau izin dan fasilitas

yang mempermudah jangkauan imunisasi serta motivasi untuk rutin

imunisasi sesuai jadwal (Suzanne, 2011). Selain dari suami ibu juga

membutuhkan dukungan keluarga dari orangtua/mertua yang juga

memiliki sikap positif terhadap imunisasi (Pratiwi, 2012).

6. Peran tenaga kesehatan

Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang

dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap

yang diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya

diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang

umumnya terjadi (Sarwono, 2012). Peran merupakan suatu kegiatan yang

bermanfaat untuk mempelajari interaksi antara individu sebagai pelaku

(actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di dalam hidupnya,

seperti dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

35

mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang

sesuai dengan peranannya masing-masing (Muzaham, 2007)

Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia

Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis

tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya

kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Tenaga

kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling

berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis

lainnya (Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996).

Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga kesehatan

dibagi menjadi beberapa, yaitu : 1) Sebagai komunikator, 2) sebagai

motivator, 3) sebagai fasilitator, 4) sebagai konselor. Komunikator adalah

orang yang memberikan informasi kepada orang yang menerimanya.

Menurut Mundakir (2006) komunikator merupakan orang ataupun

kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

36

pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan)

tersebut memberikan respons terhadap pesan yang diberikan. Proses dari

interaksi antara komunikator ke komunikan disebut juga dengan

komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan

psikologis harus hadir secara utuh, karna tidak cukup hanya dengan

mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat

penting untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam

berkomunikasi.

Sebagai motivator, Motivator adalah orang yang memberikan motivasi

kepada orang lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk

bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan

tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan

(Notoatmodjo, 2007). Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah

kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran

tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran

lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi,

arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang

dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan

(Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai

motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan

pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

37

mengenali masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya

untuk memecahkan masalah tersebut (Novita, 2011).

Sebagai Fasilitator, fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan

kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang

membutuhkan. Tenaga kesehatan dilengkapi dengan buku pedoman

pemberian tablet zat besi dengan tujuan agar mampu melaksanakan

pemberian tablet zat besi tepat pada sasaran sebagai upaya dalam

menurunkan angka prevalensi anemia (Santoso, 2004). Tenaga kesehatan

juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sebagai konselor,

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain

dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-

perasaan klien (Depkes RI, 2006). Proses dari pemberian bantuan tersebut

disebut juga konseling.

Seorang konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau

mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau

mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan

interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dapat menyimpan rahasia,

mendorong pengambilan keputusan, memberi dukungan, membentuk

dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi, mengerti

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

38

perasaan dan kekhawatiran klien, sertamengerti keterbatasan yang

dimiliki oleh klien ( simatupang, 2008).

7. Sarana pelayanan kesehatan

Salah satu faktor yang memhubungani pencapaian derajat kesehatan,

termasuk pemberian kelengkapan imunisasi dasar adalah adanya

keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan oleh masyarakat.

Kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan ini antara lain

ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia sehingga dapat

memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi ibu untuk

datang ketempat pelayanan imunisasi (Agustina, 2012). Menurut

Lawrence W. Green (1980), Ketersediaan dan keterjangkauan sumber

daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau

merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan

masyarakat terhadap suatu tempat pelayanan kesehatan, maka akan

semakin sedikit pula waktu yang diperlukan sehingga tingkat

pemanfaatan pelayanan kesehatan meningkat (Notoatmodjo, 2010).

D. Konsep Teori keperawatan model Lawrance Green

Menurut teori lawrance Green ada 3 faktor mempengaruhi prilaku kesehatan

seseorang. Prilaku seseorang ibu dalam memberikan imunisasi pada anaknya

berdasarkan teori Lawrance green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain :

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

39

faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu: sikap, pengetahuan,

kepercayaan, nilai dan norma-norma. Sedangkan faktor pendukung (enabling

factors) yaitu adanya: sarana kesehatan, tercangkaunya sarana kesehatan,

peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor pendorong

(reinforcing factors) yaitu : keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh

masyarakat, dan pengambilan keputusan. Dan faktor predisposisi merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi ibu dalam pemberian

imunisasi MR pada balita. Banyak ibu yang tidak bersedia untuk

mengimunisasikan anaknya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu ibu-

ibu sibuk dengan urusan rumah tangga, dan ketakutan ibu akan efek samping

dari pemberian imunisasi MR yang disertai pengetahuan ibu yang rendah

tentang imunisasi (Ayubhi, D, 2009).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

40

E. GAMBAR KERANGKA TEORI

Tabel 2.2 kerangka Teori modifikasi Lawrence W. Green (1980) dalam Soekidjo

Notoatmodjo (2010), Istriyati (2011)

IMUNISASI

Pemberian

Imunisasi MR

pada Balita

Aktif Pasif

Faktor dasar/predisposisi

(Predisposing factor)

1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Sikap 4. Nilai dan norma

Faktor pendukung

(enabling factors)

1. Adanya sarana kesehatan

2. Terjangkaunya sarana kesehatan

3. Peraturan kesehatan

4. keterampilan

Faktor pendorong/penguat

(rainforcing factor)

1. Dukungan

keluarga

2. Dukungan tenaga

kesehatan

3. Pengambil

keputusan

Lingkungan

Kesehatan anak

Peningkatan kualitas

hidup anak