27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang (Veen, 1990). B. Pembebanan Jembatan 1. Beban Mati Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya (RSNI T-02-2005). Dalam menentukan besarnya beban mati tersebut, harus digunakan nilai berat isi untuk bahan bahan bangunan tersebut pada Tabel 2.1 dibawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

melalui suatu rintangan yang lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain

berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

saluran irigasi dan pembuang (Veen, 1990).

B. Pembebanan Jembatan

1. Beban Mati

Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri

jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur

tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya

(RSNI T-02-2005). Dalam menentukan besarnya beban mati tersebut,

harus digunakan nilai berat isi untuk bahan – bahan bangunan tersebut

pada Tabel 2.1 dibawah ini:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

6

Tabel 2.1. Berat isi bahan – bahan bangunan

No. Bahan Berat/Satuan Isi Kerapatan Massa

(kN/m3) (kg/m

3)

1 Campuran Aluminium 26,7 2720

2 Lapisan permukaan beraspal 22 2240

3 Besi Tuang 71 7200

4 Timbunan tanah dipadatkan 17,2 1760

5 Kerikil dipadatkan 18,8 - 22,7 1920 – 2320

6 Aspal beton 22 2240

7 Beton ringan 12,25 - 19,6 1250 – 2000

8 Beton 22 - 25 2240 – 2560

9 Beton prategang 25 - 26 2560 – 2640

10 Beton bertulang 23,5 - 25,5 2400 – 2600

11 Timbal 111 11400

12 Lempung lepas 12,5 1280

13 Batu pasangan 23,5 2400

14 Neoprin 11,3 1150

15 Pasir kering 15,7 - 17,2 1600 – 1760

16 Pasir basah 18 - 18,8 1840 – 1920

17 Pasir Lunak 17,2 1760

18 Baja 77 7850

19 Kayu (ringan) 7,8 800

20 Kayu (keras) 11 1120

21 Air murni 9,8 1000

22 Air garam 10 1025

23 Besi tempa 75,5 7680

2. Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas merupakan seluruh beban hidup, arah vertikal dan

horisontal, akibat aksi kendaraan pada jembatan termasuk hubungannya

dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk akibat tumbukan.Beban

lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan

beban truk "T"(RSNI T-02-2005).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

7

Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan

menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu

iring– iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D"

yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

Beban “D” didasarkan pada karakteristik jembatan yang memiliki lajur

lalu lintas rencana dimana jumlah maksimum lajur lalu lintas untuk

berbagai lebar lalu lintas ditentukan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah jalur lalu lintas

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

8

Intensitas beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang

digabung dengan beban garis (BGT) seperti pada Gambar 2.

Gambar 2.1. Intensitas beban lajur “D”

Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya

q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut:

a) Bila L ≤ 30 m; q = 9 kPa

b) Bila L > 30 m; q = 9 (0,5 + (15/L)) kPa

dengan pengertian:

q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang

jembatan; L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).

Panjang yang dibebani L adalah panjang total BTR yang bekerja pada

jembatan. BTR harus dipecah menjadi panjang-panjang tertentu untuk

mendapatkan pengaruh maksimum pada jembatan menerus atau

bangunan khusus. Beban garis (BGT) dengan intensitas P kN/m harus

ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan.

Besarnya intensitas P adalah 49,0 kN/m.Untuk mendapatkan momen

lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

9

identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan

pada bentang lainnya.

Penyebaran beban "D" harus disusun pada arah melintang sedemikian

rupa sehingga menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-

komponen BTR dan BGT dari beban "D" pada arah melintang harus

sama. Penempatan beban ini dilakukan dengan ketentuan adalah sebagai

berikut :

a. Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m,

maka beban "D" harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan

intensitas 100 % .

b. Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban "D" harus

ditempatkan pada jumlah lajur lalu lintas rencana (nl) yang

berdekatan, dengan intensitas 100 %. Hasilnya adalah beban garis

ekuivalen sebesar nl x 2,75 q kN/m dan beban terpusat ekuivalen

sebesar nl x 2,75 p kN, kedua – duanya bekerja berupa strip pada

jalur selebar nl x 2,75 m;

c. Lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan

dimana saja pada jalur jembatan. Beban "D" tambahan harus

ditempatkan pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas

sebesar 50 %.

Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang

ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as

terdiri dari dua bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

10

simulasi pengaruh roda kendaraan berat. Ketentuan satu truk "T"

diterapkan per lajur lalu lintas rencana seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.2.

Berat dari masing – masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama

besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan

lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai

9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang

jembatan.

Gambar 2.2. Ketentuan beban “T” pada jembatan jalan raya

3. Gaya Rem

Pengaruh gaya – gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem,

harus ditinjau. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh

gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut yang

memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

11

Gaya rem tersebut dianggap berkerja horizontal dalam arah sumbu

jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 meter di atas permukaan

lantai kendaraan (Supriyadi, dkk., 2007).

4. Beban Angin

Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas.

Apabila suatu kendaraan sedang ada diatas jembatan, beban garis merata

tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti

diberikan dengan rumus :

Tew = 0,0012 x Cw x Vw2 (kN/m)………………………………... (2.1)

dengan :

Tew = beban garis akibat beban angin (kN/m)

Cw = koefisien seret

Vw = kecepatan rencana angin (m/s)

Untuk koefisien seret dan kecepatan rencana angin dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 2.3. Koefisien seret

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

12

Tabel 2.4. Kecepatan rencana angin

5. Beban Akibat Gempa Bumi

Pengaruh-pengaruh gempa bumi pada jembatan dihitung senilai dengan

pengaruh suatu gaya horizontal pada konstruksi yang ditinjau dan perlu

ditinjau pula gaya – gaya lain yang berpengaruh seperti gaya gesek pada

perletakan, tekanan hidro – dinamik akibat gempa, tekanan tanah akibat

gempa dan gaya angkat apabila pondasi yang direncanakan merupakan

pondasi terapung/pondasi langsung (Supriyadi, dkk., 2007).

6. Beban terfaktor

Beban kerja yang merupakan yang telah dikalikan dengan factor beban

yang sesuai. (Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan)

C. Stressing (Pemberian Gaya Prategang)

Secara bahasa stressing berarti tekanan. Secara istilah stressing merupakan

proses yang dilakukan untuk menyambungkan girder yang terdiri dari

beberapa bagian/ segmen, menjadi satu kesatuan. Selain itu juga, inti dari

proses stressing adalah memberikan gaya prategang pada balok, sehingga

balok sudah memiliki tegangan sebelum mendapatkan beban. Pada literatur

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

13

lain juga dikatakan, stressing merupakan proses penarikan kabel tendon yang

ada di dalam girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang.

D. Beton Bertulang

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan

yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa

prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material

bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847-

2002).

Beton memiliki sifat utama yaitu kuat terhadap beban tekan, maka untuk

mengetahui mutu beton, pada umumnya ditinjau terhadap kuat beton tersebut.

E. Girder

Girder merupakan balok yang terpasang pada jembatan. Balok yang

digunakan pada pembangunan jembatan dibangun sesuai kebutuhan jembatan

itu sendiri. Untuk jembatan yang memiliki panjang bentang maksimal 25 m,

biasanya hanya menggunakan balok bertulang biasa. Namun apabila panjang

bentang sudah melebihi dari 25 m, jembatan tersebut harus menggunakan

balok prategang atau balok prestress. Pada girder atau balok prestress itu ada

beberapa bahan yang terpasang di dalam dan di luar dari girder itu sendiri,

bahan-bahan itu adalah sebagai berikut :

1. Strand

Strand merupakan kabel yang akan ditarik oleh hiydraulic jack pada proses

stressing. Pada proses stressing, yang lazim dipakai adalah strand dengan 7

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

14

kawat. Strand yang dipakai biasanya memiliki nominal diameter sebesar

12,7 mm dan luas penampang efektif sebesar 100 mm2. Kuat tarik ultimate

dari strands jenis ini sebesar 1840 MPa dan tegangan putus sebesar 184 kN.

2. Anchor Head (Angker Hidup)

Bagian dari angker yang berfungsi untuk mengikat atau mengunci baja

strands setelah dilakukan stressing. Ukuran angker hidup ini bervariasi

sesuai dengan gaya yang ditahan, ukuran dan mutu baja strands yang

digunakan. Kombinasi lubang angker yaitu 7 dan 12 dengan ukuran 0.5’’

dan 0.6’’. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

3. Wedges

Terdiri dari sepasang baji yang bentuknya hampir menyerupai seperti

bentuk kerucut dan bagian dalamnya bergerigi. Berfungsi sebagai penjepit

kabel strand yang sudah terlebih dahulu terpasang pada wedges plate, agar

kabel strand tidak mengalami pergerakan saat dilaksanakan stressing.

(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

4. Casting

Bagian dari angker yang tertanam dalam beton. Permukaan luar casting

berfungsi untuk meneruskan gaya prategang kedalam beton. Sama halnya

dengan angker hidup, ukuran casting ini sesuai dengan besar gaya yang

ditahan. Pasangan anchor head dan casting biasa dikenal dengan sebutan

angker hidup. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

15

5. Bursting Steel

Berupa rangkaian tulangan besi dipasang dan tertanam di belakang

casting. Berfungsi sebagai perkuatan untuk menahan penyebaran gaya

arah radial yang terjadi akibat gaya prategang yang bekerja pada casting.

(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

6. Duct/ Sheat (Kelongsong)

Berbentuk seperti pipa, berfungsi sebagai tempat kedudukan baja prestress

sehingga posisi sesuai dengan yang direncanakan setelah beton dicor, juga

untuk menjaga baja prestress agar bebas dari ikatan dengan beton.

Diameter duct yang biasa digunakan 51, 66, 84, dan 105 mm. (Standar

Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

7. Grout Vent

Pipa untuk lubang memasukkan bahan grout atau dapat juga sebagai

lubang ventilasi pada saat pekerjaan grouting dilakukan. Biasanya

dipasang pada posisi tertinggi dan terendah. (Standar Bangunan Atas

Jembatan, Dirjen Bina Marga

8. Dead End (Angkur Mati)

Berbeda dengan pasangan anchor head dan casting, bagian ini hanya

berfungsi untuk menahan gaya stressing dan bukan sebagai pengunci. Ada

beberapa jenis angker mati dan pemakaiannya disesuaikan dengan

keadaan dan posisi struktur yang ada. (Standar Bangunan Atas Jembatan,

Dirjen Bina Marga)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

16

9. Diafragma

Diafragma adalah balok yang berada diantara dua girder yang berfungsi

sebagai pengikat antar girder dan penyebaran beban hidup. Tebal

diafragma untuk semua bentang adalah 200 mm. Pada diafragma ini dapat

dipilih dengan menggunakan kabel atau tulangan saja yang detailnya bias

dilihat dalam gambar kerja. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen

Bina Marga)

F. Kuat tekan beton

Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji

berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam

perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan mpa. Bila nilai f’c di

dalam tanda akar, maka hanya nilai numerik dalam tanda akar saja yang

dipakai, dan hasilnya tetap mempunyai satuan MPa (SNI-03-2847-2002).

Nilai f’c bisa didapat dengan rumus sebagai berikut :

f'c = 0,83 x K/10 …………………………………………………………. (2.2)

dengan:

f’c = Kuat tekan beton sampel silinder (MPa)

K = Mutu beton sampel kubus (kg/cm2)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

17

G. Modulus Elastik Beton (Ec)

Rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat

tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas

proporsional material (SNI-03-2847-2002).

Nilai modulus elastisitas bisa didapat dengan rumus sebagai berikut :

Ec = 4700 x √ …………...……………………………………………. (2.3)

dengan:

Ec = Modulus elastik beton (MPa)

f’c = Kuat tekan beton sampel silinder (MPa)

H. Nilai perbandingan modulus elastik plat dan balok

n = Ec pelat / Ec balok prategang ………………………………………... (2.4)

dengan:

Ec pelat = modulus elastik pelat (MPa)

Ec balok prategang = modulus elastik balok prategang (MPa)

I. Tegangan izin

1. Kuat Tekan Beton pada keadaan awal (saat transfer) (fci’) :

fci’ = 0.80 x f’c ……………………………………………………….. (2.5)

2. Tegangan ijin beton saat penarikan :

Tegangan ijin tekan = 0,6 x fci’ ………………………………………. (2.6)

Tegangan ijin tarik = 0,5 x √ ……………………………………… (2.7)

3. Tegangan ijin beton pada keadaan akhir :

Tegangan ijin tekan = 0,45 x f’c …………………………………….... (2.8)

Tegangan ijin tarik = 0,5 x √ ……………………………………..... (2.9)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

18

dengan :

f’c = kuat tekan beton (MPa)

fci’= kuat tekan beton saat transfer (MPa)

(Sumber : SNI-03-2847-2002)

J. Penentuan lebar efektif pelat (be)

Nilai lebar efektif didapat dari rumus- rumus berikut ini :

be =

………………………………………………………...…. (2.10)

be = S ………………………………………………………….... (2.11)

be = 12 x ho ……………………………………………………... (2.12)

Setelah didapat nilai dari masing- masing persamaan, nilai lebar efektif

diambil dari nilai yang terkecil.

dengan :

be = lebar efektif pelat (m)

L = panjang bentang balok (m)

S = jarak antar girder (m)

ho = tebal pelat (m)

K. Modulus elastik balok beton prategang (Ec balok prategang)

Nilai modulus elastic untuk balok beton prategang bias didapat dari rumus

sebagai berikut :

Ec = 0.043 x wc1.5

x √ ……………………………………………... (2.13)

dengan :

Ec = modulus elastik beton prategang (MPa)

wc = berat volume bahan beton prategang (kN/m3)

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

(Sumber : SNI-03-2847-2002)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

19

L. Modulus Geser

G =

……………………………………………………….. (2.14)

dengan :

G = modulus geser (MPa)

Ec = modulus elastik beton (MPa)

υ = angka poisson

M. Section properties

1. Letak titik berat :

yb = ∑A x y / ∑A ................................................................ (2.15)

ya = h – yb ……………………………………………………... (2.16)

2. Momen inersia terhadap alas balok (Ib) :

Ib = ∑A x y2 + ∑ Ixo …………………………………………... (2.17)

3. Momen inersia terhadap titik berat balok (Ix) :

Ix = Ib – A x yb2 ……………………………………………….. (2.18)

4. Tahanan momen (W)

Tahanan momen sisi atas (Wa) :

Wa = Ix / ya ……………………………………………………. (2.19)

Tahanan momen sisi bawah (Wb) :

Wb = Ix / yb ……………………………………………………. (2.20)

dengan:

ya = jarak dari titik berat balok ke serat teratas balok (m)

yb = jarak dari titik berat balok ke serat terbawah balok (m)

h = tinggi balok (m)

Ib = momen inersia terhadap alas balok (m4)

Ixo = momen inersia penampang (m4)

Ix = momen inersia terhadap titik berat balok (m4)

Wa,Wb = tahanan momen (m3)

A = luas penampang balok (m2)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

20

N. Perhitungan pembebanan

Berat balok (Q):

W = A x L x wc ………………………………………………...……. (2.21)

Q = W / L …………………………………………………………...… (2.22)

dengan :

W = berat balok (kN)

A = luas peampang balok (m2)

L = panjang balok (m)

wc = berat volume beton (kN/m3)

Q = berat balok permeter panjang (kN/m)

O. Eksentrisitas tendon (es)

Nilai eksentrisitas bisa didapat dari rumus sebagai berikut :

es = yb – zo …………………………………………………………….. (2.23)

dengan :

es = eksentrisitas tendon (m)

yb = jarak titik berat ke sisi bawah balok (m)

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang 0,1375 (m)

P. Gaya Momen dan Gaya Geser

M = 1/8 x Q x L ………………………………………………………. (2.24)

V = ½ x Q x L ………………………………………………………… (2.25)

dengan :

M = Gaya momen (kNm)

V = Gaya geser (kN)

Q = berat benda permeter panjang (kN/m)

L = panjang balok (m)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

21

Q. Gaya prategang

1. Gaya prategang awal (Pt)

Pt = Mbalok / (es - Wa/A) ….....……………………………….. (2.26)

Pt = (0.6 x fci' x Wb + Mbalok) / (Wb / A + es) ……………….. (2.27)

Dari dua persamaan diatas diambil nilai yang terkecil untuk

menentukan nilai gaya prategang awal yang dipakai.

dengan :

Pt = Gaya prategang awal (kN)

Mbalok = Momen maksimum akibat beban balok (kNm)

es = eksentrisitas tendon (m)

Wa,Wb = tahanan momen (m3)

A = luas penampang balok (m2)

2. Gaya prategang saat jacking (Pj)

Untuk gaya prategang saat jacking, secara umum nilainya bisa kita

dapatkan dari urutan rumus-rumus berikut ini :

Pj = Pt / 0,85 ……………………………………………………. (2.28)

Pj = 0,8 x Pb1 x nt ……………….…………………………….. (2.29)

Kemudian dari persamaan kedua rumus diatas didapat jumlah tendon

dan jumlah strand:

nt = Pt / (0,85 x 0,8 x Pb1) …………………………………….. (2.30)

ns = Pt / (0,85 x 0,8 x Pbs) …………………………………….. (2.31)

Persentase tegangan leleh:

po = Pt / ( 0,85 x ns x Pbs) x 100% …………………………… (2.32)

Gaya prategang yang terjadi akibat jacking:

Pj = po x ns x Pbs ………………………………………………. (2.33)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

22

dengan :

Pt = gaya prategang awal (kN)

Pj = gaya prategang saat jacking (kN)

po = persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (%)

nt = jumlah tendon

ns = jumlah strand

Pbs = beban putus minimal satu strand (kN)

Pb1 = beban putus satu tendon (kN)

R. Penulangan Balok

As = π/4 x D2 …………………………………………………………... (2.34)

As total = 0,5 % x A …………………………………………………..... (2.35)

Jumlah tulangan =

……………………………………………. (2.36)

dengan :

As = luas penampang satu tulangan (m2)

As total = luas tulangan total yang dibutuhkan (m2)

S. Perhitungan posisi tendon

1. Posisi tendon di tengah bentang

Jarak 22ertical antara as ke as tendon:

Yd= ns total x (zo – a) / ns ….............................................................. (2.37)

dengan :

yd = jarak vertikal antara as ke as tendon (m)

ns total = jumlah strand seluruh

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang (m)

a = jarak dari alas balok ke as baris tendon ke 1 pada bagian tengah

bentang balok (m)

2. Posisi tendon di tumpuan

ye / yd’ = (Σni x yd') / ns ………………………………………..…… (2.38)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

23

ye = yb - a' ………………………………………………………...… (2.39)

yd’ = ye / (ye / yd') …………………………………………………... (2.40)

zo = a' + ye = yb ............................................................................... (2.41)

dengan :

ye = letak titik berat girder terhadap pusat tendon terbawah (m)

yb = jarak dari titik berat balok ke serat atas terbawah balok (m)

yd’= jarak as ke as tendon pada bagian tumpuan (m)

ns = jumlah kawat untaian strand yang diperlukan (m)

a’ = jarak dari alas balok ke baris tendon ke 4 pada bagian tumpuan (m)

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang (m)

3. Eksentrisitas masing-masing tendon

zi = a’ + yd’ ………………………………………………………… (2.42)

dengan :

zi = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada

bagian tengah bentang (m)

a’ = jarak dari alas balok ke baris tendon ke 4 pada bagian tumpuan (m)

yd’ = jarak as ke as tendon pada bagian tumpuan (m)

Perhitungan nilai xi :

xi = zi’ – zi ……………………………………………………...….. (2.43)

dengan :

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap

barisnya pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

zi’ = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tumpuan (m)

zi = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada

bagian tengah bentang (m)

4. Lintasan inti tendon

Y = 4 x es x X / L2 x (L - X) ………………………………………… (2.44)

dengan :

Y = lintasan inti tendon (m)

es = eksentrisitas tendon (m)

X = jarak dari tumpuan menuju ketengah bentang (m)

L = panjang balok (m)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

24

Sudut lintasan inti tendon :

L/2 + xo ………………………………………………………………. (2.45)

es + eo ……………………………………………………………….... (2.46)

θ =

……………………………………………………… (2.47)

dengan :

L = panjang balok (m)

es = eksentrisitas tendon (m)

eo = jarak antara pusat angkur ke pusat titik berat balok (m)

xo = jarak horizontal dari posisi angkur ke titik pertemuan antara titik berat

balok dan lintasan inti tendon (m)

θ = sudut lintasan tendon dari ujung ke tengah

5. Sudut angkur masing-masing tendon

dY/dX = 4 x xi /L …………………………………………………...... (2.48)

θ = ATAN (dY/dX) …………………………………………………... (2.49)

dengan:

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya

pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

L = panjang balok (m)

θ = sudut masing-masing angkur

6. Posisi masing masing tendon

zi = zi' - 4 x xi x X / L^2 x (L - X) ………………………………….. (2.50)

dengan :

zi = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tengah bentang (m)

zi’ = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tumpuan (m)

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap

barisnya pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

X = jarak dari tumpuan menuju ketengah bentang (m)

L = panjang balok (m)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

25

T. Loss of prestress (kehilangan gaya prategang)

Secara umum kehilangan gaya prategang pada balok terbagi menjadi dua,

yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

1. Loss of prestress jangka pendek

a. Akibat gesekan angkur (Anchorage Friction)

Dalam penelitian ini, kehilangan gaya akibat gesekan angkur

diperhitungkan sebesar 3 % dari gaya prategang akibat jacking.

Po = 97 % x Pj ……………………………………………… (2.51)

dengan :

Po = Gaya prategang akibat gesekan angkur (kN)

Pj = Gaya prategang saat jacking (kN)

b. Akibat gesekan kabel saat jacking (Jack Friction)

Loss of prestress akibat gesekan kabel saat jacking bisa didapat

dari rumus berikut ini :

Px = Po x e(-μ x (θ+β x Lx))

……………………………………... (2.52)

dengan :

Px = Gaya prategang akibat gesekan saat jacking (kN)

Po = Gaya prategang akibat gesekan angkur (kN)

e = bilangan natural (2,7183)

μ = koefisien gesek (NAASRA Bridge Design Spesification)

θ = sudut lintasan tendon (rad)

β = koefisien wobble (NAASRA Bridge Design Spesification)

Lx = Panjang bentang balok (m)

c. Akibat Pemendekan Elastis (Elastic Shortening)

Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik dengan

memperhitungkan pengaruh berat sendiri :

Δpe = Δζ pe x At ………………………………………….. (2.53)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

26

dengan :

Δpe = kehilangan tegangan akibat pemendekan elastic (kN)

Δζ pe = Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik

tanpa pengaruh berat sendiri (kPa)

At = luas tampang tendon baja prategang (m2)

d. Akibat pengangkuran (Anchoring)

Nilai akhir gaya prategang akibat pengangkuran bisa didapat dari

rumus berikut ini :

P max = P' max – Δpe ………………………………………. (2.54)

dengan :

P max = gaya prategang akibat pengangkuran (kN)

P’ max = nilai hitungan sebelumnya (kN)

Δpe = kehilangan tegangan akibat pemendekan elastic (kN)

2. Loss of prestress jangka panjang

a. Pengaruh susut (Shrinkage)

Loss of prestress akibat pengaruh susut bisa didapat dengan rumus

sebagai berikut :

ζ sh = Δε su x Es ………………………………………....... (2.55)

dengan :

ζ sh = tegangan akibat susut (kPa)

Δε su = εb x kb x ke x kp (koefisien pengali)

Es = Modulus elastis baja prategang (kPa)

b. Pengaruh rangkak (creep)

Loss of prestress akibat pengaruh rangkak bisa didapat dengan

rumus sebagai berikut :

ζ pi = Pi /At ………………………………………………… (2.56)

dengan :

ζ pi = tegangan akibat rangkak (kPa)

Pi = P initial saat transfer (kN)

At = luas tampang tendon baja prategang (m2)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

27

U. Tegangan yang terjadi pada balok

1. Tegangan Yang Terjadi Pada Penampang Balok

a. Keadaan Awal (Saat Transfer)

Tegangan yang terjadi pada keadaan awal saat transfer bisa

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

fc = - Pt / A + Pt x es / W - Mbalok / W ……………………… (2.57)

dengan :

fc = tegangan pada kondisi awal saat transfer (kPa)

Pt = prategang awal saat transfer (kN)

A = luas penampang balok (m2)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m3)

Mbalok = momen maksimum akibat beban balok (kNm)

b. Keadaan Setelah Loss Of Prestress

Tegangan yang terjadi setelah loss of prestress dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

f = - Peff / A + Peff x es / W + Mbalok / W …………………. (2.58)

dengan :

f = tegangan setelah loss of prestress (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

A = luas penampang balok (m2)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m3)

Mbalok = momen maksimum akibat beban balok (kNm)

c. Keadaan Setelah Plat Lantai Selesai Dicor

Tegangan yang terjadi setelah plat lantai selesai dicor dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

f = - Peff / A + Peff x es / W + Mbalok+pelat / W ………… (2.59)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

28

dengan :

f = tegangan setelah pelat lantai selesai dicor (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

A = luas penampang balok (m2)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m3)

Mbalok+pelat = momen maksimum akibat beban balok dan beba pelat

(kNm)

d. Keadaan Setelah Plat Dan Balok Menjadi Komposit

Tegangan yang terjadi setelah plat dan balok menjadi komposit

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

f = - Peff / Ac + Peff x es / Wc + Mbalok+pelat / Wc …........... (2.60)

dengan :

f = tegangan setelah pelat lantai selesai dicor (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

Ac = luas penampang balok komposit (m2)

es = eksentrisitas tendon (m)

Wc = tahanan momen komposit (m3)

Mbalok+pelat = momen maksimum akibat beban balok dan beba pelat

(kNm)

2. Tegangan Yang Terjadi Pada Balok Komposit

Tegangan akibat pembebanan pada balok secara umum dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

f = ± M / Wc ……………………………………………………. (2.61)

dengan :

f = tegangan akibat pembebanan (kPa)

M = Momen akibat beban (kNm)

Wc = Tahanan momen pada penampang komposit (m3)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

29

3. Tegangan akibat susut dan rangkak beton

a. Tegangan Akibat Susut Beton (Shrinkage)

Tegangan akibat susut beton dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

fc = Ps / Ac - Ps x e' / Wc …………………………………... (2.62)

dengan :

fc = tegangan akibat susut beton (kPa)

Ps = gaya internal yang timbul akibat susut (kN)

e’ = eksentrisitas tendon (m)

Ac = luas penampang komposit (m2)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m3)

b. Tegangan Akibat Rangkak Beton (Creep)

Tegangan sebelum loss of prestress :

fa = - Pi / Ac + Pi x e's / Wc + Mbalok+pelat / Wc ……………. (2.63)

Tegangan sebelum loss of prestress :

fa = - Peff / Ac + Peff x e's / Wc + Mbalok+pelat / Wc ……….. (2.64)

dengan :

fa = tegangan akibat rangkak (kPa)

Pi = prategang initial (kN)

Peff = prategang efektif (kN)

e’s = eksentrisitas (m)

Ac = luas penampang komposit (m2)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m3)

4. Tegangan Akibat Prategang (PR)

Nilai tegangan akibat prategang dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

fc = -Peff / Ac + Peff x e's / Wc ……………………………….. (2.65)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

30

dengan :

fc = tegangan akibat prategang (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

e’s = eksentrisitas (m)

Ac = luas penampang komposit (m2)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m3)

V. Lendutan

Nilai lendutan bisa didapatkan dengan rumus sebagai berikut :

δ = 5/384 x Q x (L4 / (Ebalok x Ixc)) ……………………………………. (2.66)

dengan :

δ = lendutan balok (m)

Q = beban merata per meter pada balok (kN/m)

L = panjang balok (m)

Ebalok = Modulus elastisitas balok (kPa)

Ixc = inersia penampang komposit (m4)

W. Gaya Jacking

Gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya

tarik pada tendon di dalam beto prategang. (Perencanaan Struktur Beton

Pratekan Untuk Jembatan)

X. Prategang Efektif

Tegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan

terjadi, diluar pengaruh beban mati dan beban tambahan. (Perencanaan

Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/2118/8/BAB II.pdf · 18 Baja 77 7850 19 Kayu (ringan) 7,8 800 ... stressing merupakan proses penarikan kabel tendon

31

Y. Transfer

Proses penyaluran tegangan dalam tendon prategang dari jack atau perangkat

angkur pasca tarik kepada komponen struktur beton. (Perencanaan Struktur

Beton Pratekan Untuk Jembatan)