Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan
seorang wanita pada umumnya. Kehamilan juga dapat di artikan saat terjadi
gangguan dan perubahan identitas serta peran baru bagi setiap anggota keluarga.
Pada awalnya ketika wanita hamil untuk pertama kalinya terdapat periode syok,
menyangkal, kebingungan, serta tidak terima apa yang terjadi. Oleh karena itu
berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dibutuhkan bagi seorang ibu untuk
mendukung selama kehamilannya (Saifuddin dkk, 2010).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Dewi, 2011). Kehamilan
merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia.
Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang
ditandai dengan terjadinya menstruasi (Mufdilah,2010).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi (Iranti dkk, 2014). Kehamilan
menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan
zat gizi juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
bertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme
ibu (Fairus,2010).
8
B. Emesis Gravidarum
1. Pengertian
Emesis gravidarum atau nama lainnya nausea gravidarum (NVP), atau
lebih dikenal dengan istilah morning sickness adalah gejala mual biasanya disertai
muntahyang umumnya terjadi pada awal kehamilan, biasanya pada trisemester
pertama. Kondisi ini umumnya dialami oleh lebih dari separuh wanita hamil yang
disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Dalam beberapa kasus,
gejala yang sama pula dialami oleh para wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal, atau menjalani bentuk-bentuk terapi hormonal tertentu. Gejala ini
biasanya timbul di pagi hari dengan frekuensi yang akan menurun setiap harinya
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Mual (nausea) dan muntah (morning sickness) adalah gejala yang wajar
dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala ini kurang lebih
terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu (Saifuddin dkk, 2010).
2. Mekanismes Emesis Gravidarum
Muntah merupakan serangkaian gerakan yang kompleks untuk
mengeluarkan isi usus dari saluran usus ketika salah satu bagiannya mengalami
iritasi atau distensi. Komponen sensorik dan motorik reflek muntah diatur oleh
system saraf otonom, sehingga menimbulkan rasa ingin muntah. Banyak stimulus
yang bekerja langsung pada pusat muntah atau zona pemicu kemoreseptor
(CTZ;chemoreceptor trigger zone) terletak di sebelah sawar darah/otak dalam
medula yang berbeda dengan pusat muntah tetapi letaknya berdekatan. Pusat
9
muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada
sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ), organ vestibularis pada telingan
dalam dan seluruh tubuh lewat system syaraf otonom (Sue Jordan, 2002).
Tingginya kadar hCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang dihasilkan
oleh plasenta yang telah berkembang. hCG merupakan penyebab kejadian emesis
gravidarum dengan bekerja pada Chemoreseptor Triger Zonepusat muntah
melalui rangsangan terhadap otot dari poros lambung, akibatnya tubuh ibu
semakin lemah, pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis sehingga
cairan tubuh berkurang dan darah menjadi kental (hemokonsentrasi) sehingga
melambatkan peredaran darah yaitu oksigen dan jaringan sehingga dapat
menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
perkembangan janin yang dikandungnya dan dapat melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (Hidayati, 2009).
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak
tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Selaput lendir esophagus dan lambung
dapat robek (sindrom Mallory-weiss), sehingga terjadi pendarahan
gastrointestinal. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak liver, terjadi perdarahan
pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat dan
menimbulkan kematian (Mitayani, 2009). Dampak ini tidak hanya terjadi pada
wanita hamil saja, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin
seperti janin mengalami kekurangan gizi tertentu, pembentukan organ yang
sempurna bisa mengalami mengalami kegagalan, selain itu janin beresiko lahir
dengan berat badan lahir rendah (Triyana, 2013).
10
3. Faktor-Faktor Terjadinya Emesis gravidarum
a. Penyebab mual muntah di pagi hari
Pada bulan-bulan pertama kehamilan disebabkan meningkatnya
produksi hormon estrogen yang memancing peningkatankeasaman
lambung. Jika frekuensi mual muntah lebih sering di pagi hari, itu
karena jarak antara waktu makan malam dengan makan pagi cukup
panjang, sehingga perut kosong mengeluarkan asam lambung yang
membuat ibu merasa lebih mual.
Sel-sel plasenta (villi konalis) yang menempel pada dinding
rahim awalnya ditolak oleh tubuh karena dianggap sebagai benda
asing. Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya reaksi mual
muntah (Wiknjosastro, 2005).
b. Faktor psikologis ibu hamil
Ibu hamil yang mengalami stres akibat kehamilan tidak
diinginkan bisa mengalami mual dan muntah, dalam tubuhnya terjadi
penolakan yang kemudian menimbulkan rasa mual (Wiknjosastro,
2005).
c. Umur Ibu
Hamil pada usia muda merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya Hyperemesis Gravidarum. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
di bawah 20 tahun adalah 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
11
kembali setelah usia 30-35 tahun. Hal ini disebabkan menurunnya
fungsi organ reproduksi wanita pada usia tersebut (Wiknjosastro,
2005).
d. Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilakunya terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi untuk
sikap berperan serta dalam perubahan kesehatan. Makin tinggi
pendidikan makin mudah menerima informasi, sehingga banyak pola
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya makin rendah atau kurang
pendidikan seseorang akan menghambat perkembangan sikap terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Wiknjosastro, 2005).
e. Pekerjaan
Kaum wanita yang meninggalkan pekerjaan karena komitmen
terhadap keluarga, mereka membiasakan diri kembali dengan biaya-
biaya yang mereka keluarkan dan menerima gaji kecil. Penyesuaian
diri cukup emosional juga mengikuti datangnya seorang anak ke dalam
hubungan suami istri. Menjadi seorang ibu merupakan hal yang amat
didambakan oleh banyak wanita dalam kehidupan mereka, akan tetapi
menjadi ibu tentu merupakan suatu aktifitas yang penuh stres.
Sebaiknya dengan bijaksana para pasangan untuk pada awalnya
membicarakan apa yang mereka harapkan satu sama lain dalam rangka
dukungan emosional dan praktis. Menurut Winkjosastro dalam buku
Ilmu Kebidanan (2005) Membahas penyebab utama terjadi
Hyperemesis Gravidarum yaitu: cemas dengan kehamilan dan
12
persalinan, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan sehingga
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian terhadap kesukaran hidup.
f. Usia Kehamilan
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terdapat
pada kehamilan trimester I (0-16 minggu). Mual biasanya terjadi pada
pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-
gejala ini kurang lebih terjadi pada usia kehamilan 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu (Winkjosastro, 2005). Sekitar 50-70% ibu hamil mengalami
mual dan muntah. Keluhan mual dan muntah ini dikatakan wajar jika
dialami pada usia kehamilan 8-12 minggu dan semakin berkurang
secara bertahap hingga akhirnya berhenti di usia kehamilan 16 minggu.
4. Tanda dan Gejala
Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari,
disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan (Manuaba,2010).Tanda-tanda
emesis gravidarum berupa:
a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi dipagi hari tetapi
dapat pula terjadi setiap saat.
b. Nafsu makan berkurang
c. Mudah lelahemosi yang cenderung tidak stabil
13
5. Tingkatan Mual Muntah Emesis Gravidarum
Mual muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala dan tanda yang
disertai gangguan gastrointestinal. Mual muntah (emesis gravidarum) dapat
dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium yaitu:
a. Stadium pertama (mual)
Keadaan ini ditandai dengan keinginan untuk muntah yang dirasakan di
tenggorokan atau perut, seringkali disertai dengan gejala hipersalivasi, pucat,
berkeringat, takikardia dan anoreksia.
b. Stadium kedua (Retching)
Retching merupakan suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali
menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan pernafasan
spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan diagfragma.
c. Stadium ketiga
Pada stadium ketiga pusat muntah menerima masukan dari korteks
serebral, organvestibular, daerah pemicu kemoreseptor (Chemoreseptor Trigger
Zone) (Price & Wilson 2005).
6. Waktu dan Durasi Emesis gravidarum
Emesis gravidarum dapat terjadi sepanjang hari atau tidak terjadi sama
sekali pada pagi hari, berdasarkan studi prospektif pada 160 wanita oleh Lacroix
at, all (2000) dalam Price & Wilson bahwa 74% melaporkan kejadian mual
muntah terjadi pada pagi hari hanya sebesar 1,8%, sedangkan kejadian mual
muntah yang terjadi sepanjang hari sebanyak 80%. Menurut Vellacott at all
sebanyak 76% wanita terbukti mengalami mual muntah (Tiran 2008). Dalam
survey ditemukan bahwa kejadian mual muntah saat kehamilan biasanya mereda
14
atau meningkat pada trimester pertama, hilangnya gejala terjadi sebanyak 27%,
hingga pada minggu ke 12, meskipun ibu hamil mengalami mual muntahnya akan
berkurang pada minggu ke 22 kehamilan. lacroix at, all (2000) menemukan durasi
mual muntah berlangsung sekitar 34 hari.
7. Pengaruh Emesis Gravidarum Pada Ibu dan Janin
Pengaruh emesis gravidum pada ibu dan janin sangat besar.Emesis dalam
keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan
janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah
menjadi hiperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
gangguan pada kehamilan. Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum
yang berlebih berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput
lender esofagus dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan
gastrointestinal (Manuaba, 2010). Bayi-bayi dari wanita yang menderita
hiperemesis gravidarum sepanjang kehamilan lebih cenderung memiliki kelainan
dan pertumbuhan yang terganggu, seperti bayi lahir cacat, autis dan mengalami
keterbelakangan mental lainnya.
8. Penatalaksanaan
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang ibu hamil muda
yang selalu dapat disertai emesis gravidarum akan berangsur-angsur
berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
b. Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stress dan
mengganggu istirahat tidur
15
c. Meminum air jahe dan air seduhan daun peppermint dapat mengurangi
gejala mual dan muntah secara signifikan karena dapat dapat
meningkatkan mortilitas saluran cerna
d. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur,
sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat
e. Nasehat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering.
Makanan yang merangsang timbulnya mual dan muntah dihindari
f. Melakukan akupresur dapat mengurangi mual muntah secara
signifikan.
g. Menghindari konsumsi kafein/kopi, tembakau dan alkohol, karena
selain dapat menimbulkan mual dan muntah juga apat memiliki efek
yang merugikan untuk embrio serta menghambat sintesis protein.
h. Berikan domperidon 10 mg, domperidon merupakan derifat dari
benzimidazol dan merupakan antiemetik yang potensial
i. Berikan ondansentron 10 mg, untuk mengatasi mual muntah
C. Minuman Jahe
1. Sejarah Jahe
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu
yang berasal dari keluarga Zingiberaceae yang memiliki spesies tidak kurang dari
100 jenis spesies (Ferry, 2009). Jahe memiliki berbagai nama daerah jahe di
Indonesia, ini menunjukkan penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa
dilakukan di daerah katulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika.
16
Tanaman ini adalah salah satu tanaman hijau yang memiliki kandungan
obat yang sangat besar, tumbuhan berbatang semu ini memiliki tinggi 30cm
sampai 1m, bila dipotong bewarna kuning atau jingga. Daunnya sempit dengan
panjang 15-23mm dan lebar 8-15mm. Tumbuhan ini juga biaa banyak dugunakan
sebagai obat-obatan tradisional, kosmetik, pengharum ruangan serta biasa dipakai
sebagai bumbu dapur. Dalam perdagangan, jahe biasa dijual dalam bentuk segar,
kering, dan bubuk.
2. Cara Membuat Wedang Jahe
Dalam pembuatan wedang jahe jenis jahe yang dapat digunakan yaitu jahe
putih/kuning kecil/jahe emprit sebanyak 2,5 gram di iris dan diseduh air panas
250 ml ditambah gula 1 sendok makan (10 gram) diminum 2x1 sehari selama 4
(Almaniyah, 2014).
3. Kandungan Senyawa Jahe
Senyawa kimia pada rimpang jahe menentukan aroma dan tingkat
kepedasan pada jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia
rimpang jahe antara lain jenis jahe, kondisi tanah saat penanaman jahe, umur jahe
saat dipanen serta cara pengolahannya. Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak
atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri,
sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas.Minyak atsiri dapat diperoleh
atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe
berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi
tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas.
17
Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1–3 persen.Komponen
utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan
zingiberol. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas
yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan
zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang
utama adalah zingerol (Koswara S, 2006). Menurut Farmakope Belanda, Zingiber
Rhizoma (Rhizoma Zingiberis-akar jahe) yang berupa akar jahe mengandung 6%
bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai
obat resmi di 23 Negara (Suyono & Suswanto, 2013).
Tabel 1
Komponen zat gizi jahe (Zingiber officinale) per 100 gram
Komponen Jumlah
Jahe Segar Jahe Kering
Energy (KJ)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Phospat (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Thiamin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin C (mg)
Serat kasar (g)
Total abu (g)
Magnesium (mg)
Natrium (mg)
Kalium (mg)
Seng (mg)
184,0
1,5
1,0
10,1
21
39
4,3
30
0,02
0,8
4
7,53
3,70
-
6,0
57,0
-
1424,0
9,1
6,0
70,8
116
148
12
147
-
5
-
5,9
4,8
184
32
1342
5
Sumber : Koswara (1995)
18
4. Efek Samping Jahe Terhadap Kehamilan
Secara umum belum ada penelitian yang dapat membuktikan efek samping
terhadap penggunaan jahe dalam kehamilan, jika diberikan dalam dosis 1 gram
per hari. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi atau tidak enak
di mulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan jahe
bubuk. Jahe segar yang tidak terkunyah dengan baik dapat juga membuat
obstruksi usus. Jahe harus digunakan dengan hati-hati pada orang yang memiliki
ulkus pada gaster, inflammatory bowel disease dan batu empedu, minuman ini
baiknya diminum sesudah makan, karena apabila dikonsumsi pada saat perut
kosong akan merangsang produksi enzim pada empedu sehingga dapat
menstimulasi lambung yang dapat membuat tekanan yang dapat membuatkan
perut terasa perih (Wiraharja, 2011).
5. Manfaat Minuman Jahe
Manfaat jahe menurut Ferry (2009) secara singkat antara lain:
a. Sebagai anti-emesis: membantu meredam mual dan muntah pada ibu
hamil dan mabuk laut
b. Anti-spasmodic: mengurangi kejang otot
c. Carminative: mengatasi masalah gangguan pencernaan dan gas dalam
usus
d. Antiseptic:mengontrol atau mencegah infeksi bakteri
e. Circulatory stimulant: melancarkan peredaran darah
f. Diaphoretic: melancarkan keluarnya keringat
g. Expectorant: meredakan batuk
19
h. Peripheral vasodilatator: memperbesar pembuluh darah pada bagian
kaki dan tangan sehingga peredaran darah menjadilancar.
6. Patofisiologi Jahe Terhadap Antiemetic
Jahe bekerja sebagai anti mual dan muntah melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya
diturunkan oleh hormon progesteron, dan menstimulasi disekresikannya saliva,
empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kedua, jahe dapat menghambat
aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5-HT3 dan
ondansetron yang menyebabkan perut berkontraksi sehingga timbul perasaan
mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran
pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat, jahe
menghambat efek karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung.
Kelima, jahe memiliki efek seperti dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan
antagonis histamin (H1) dan juga dapat menghambat stimulasi vestibular yang
bekerja pada sistem otolit dan pada dosis besar pada kanal semi sirkular. Keenam,
jahe dapat menurunkan efek cisplatin melaui hambatan saraf pusat atau perifer
dengan meningkatkan 5-hydroxytryptamin, dopamin dan substansi P. Cisplatin
merupakan obat yang menginduksi terjadinya mual dan muntah pada kemoterapi.
Selain sebagai anti mual dan muntah, jahe juga memiliki khasiat sebagai
antioksidan, antiinflamasi, anti-tumor, dan anti-mikroba. Meskipun proses anti-
emetik dari jahe belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun kandungan jahe yang
diduga berperan dalam mekanisme tersebut adalah gingerols, shogaols,
galanolactone dan terpenoid (Syukur, 2006).
20
7. Jenis-Jenis Jahe
Menurut Syukur (2006), terdapat tiga jenis jahe yang dikenal masyarakat,
yaitu:
a. Jahe Gajah (Zingiber officinale var. Officinale)
Sesuai dengan namanya, jahe ini memiliki penampilan ukuran rimpang
yang lebih besar dibanding jenis jahe yang lainnya, bobotnya berkisar antara 1– 2
kg per rumpun.Struktur rimpangnya besar dan berbuku–buku. Bagian dalam
rimpang apabila diiris akan terlihat berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpang
dapat mencapai 6–12 cm dengan panjang 15–35 cm, dan diameter berkisar 8,47–
8,50 cm. Akar yang keluar dari rimpang berbentuk bulat dengan panjang
mencapai 30 cm dan diameternya berkisar 4–6 cm. Jika dalam satu rumpun
akarnya dikumpulkan dan ditimbang, beratnya dapat mencapai 30 g. Jahe besar
tingginya dapat mencapai 85 cm dari permukaan tanah dengan batangnya yang
berbentuk bulat besar, berwarna hijau muda.Letak daunnya berselang seling
tersusun secara teratur pada batang yang tegak, berjumlah sekitar 20–30 helai
daun.Daun tersebut berwarna hijau muda, 6 berbentuk lanset dengan ujung
meruncing. Panjang daun sekitar 15–25 cm dan lebarnya sekitar 20–35 mm. Dari
rimpang jahe besar ini terkandung minyak atsiri 0,82%-1,66%, kadar pati 55,10%,
kadar serat 6,89%, dan kadar abu 6,6%-7,5%. Jahe ini umumnya tidak terlalu
pedas.
b. Jahe Emprit atau Jahe Putih Kecil (Zingiber officinale var. Rubrum)
Jahe putih kecil atau umumnya dikenal dengan nama jahe emprit memiiki
rimpang dengan bobot berkisar 0,5–0,7 kg per rumpun. Struktur rimpang jahe
emprit kecil–kecil dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan.
21
Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang 6–30 cm, dan diameter
3,27–4,05 cm. Akar yang keluar dari rimpangnya bebentuk bulat. Panjang dapat
mencapai 26 cm dan diameternya berkisar antara 3,91–5,90 cm. Akar yang
dikumpulkan dari satu rumpun dapat mencapai 70 g lebih banyak dari akar jahe
besar. Tinggi tanaman sekitar 40–60 cm sedikit lebih pendek dari jahe gajah.
Kandungan minyak atsiri rimpang jahe emprit antara lain minyak atsiri 1,5–3,5%,
kadar pati 54,70%, kadar serat 6,59% dan kadar abu 7,39-8,90%.
c. Jahe Merah (Zingiber officinale var. Amarum)
Jahe merah atau jahe sunti memiliki rimpang dengan bobot 0,5-0,7 kg per
rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis–lapis dan daging rimpangnya
bewarna jingga muda sampai merah. Diameter rimpang mencapai 4 cm dan tinggi
antara 5,26–10,40 cm. Kandungan dalam jahe merah antara lain minyak atsiri
2,58–3,09%, kadar pati 44,99%, dan kadar abu 7,46%. Jahe merah umumnya
memiliki rasa paling pedas dan kandungan minyak atsiri paling tinggi diantar jahe
lainnya, sehingga jahe ini banyak digunakan sebagai bahan dasar farmasi dan
jamu.
(a) jahe gajah (b) jahe emprit (c) jahe merah
Gambar 1
Perbedaan Rimpang Pada Masing-MasingJenisJahe
22
8. Pengaruh Wedang Jahe Terhadap Penurunan Mual Muntah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kundarti (2015) diperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan penurunan mual muntah pada ibu hamil usia
kehamilan 0-16 minggu yang diberi dan tidak diberi jahe. Diuji dengan
menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test yaitu diperoleh P value 0,33< 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Meltzer (2000) yang mengutip hasil penelitian
Fischer etal, pada Tahun1990 menjelaskan bahwa terjadi penurunan keparahan
mual muntah pada ibu hamil yang diberi jahe dibandingkan ibu hamil yang tidak
diberi jahe. Vutyavanich (2001) menambahkan dalam penelitiannya yang berjudul
"Gingerfor Nauseaand Vomiting In Pregnancy: Randomized, Double-masked,
placebo-controlled trial". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
intervensi pada kelompok yang diberikan tablet jahe pada umumnya mengalami
penurunan mual muntah.
Khasiat lain adalah sebagai antiemetic (anti muntah) dan sangat berguna
pada ibu hamil untuk mengurangi mual muntah. Suatu penelitian melaporkan
bahwa jahe sangat efektif menurunkan metoklopamid senyawa penginduksi
nausea (mual) dan muntah.Menurut komisi E (German Federal Health Agency)
jahe efektif untuk mengobati gangguan pencernaandan pencegahan motion
sickness. Berdasarkan hasil penelitian lain dari Alyamaniyah (2014), didapatkan
hasil bahwa, minuman minuman jahe memiliki pengaruh sangat besar terhadap
emesis gravidarum dengan menggunakan paired t test didapatkan hasil p value
yakni 0,000 <α 0,05 ini menunjukan bahwa ada pengaruh minuman jahe terhadap
frekuensi mual muntah.
23
D. Seduhan Peppermint
1. Sejarah Peppermint
Peppermint atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan daun mint
(Mentha piperita L.) merupakan salah satu tanaman herbal aromatik penghasil
minyak atsiri yang disebut minyak permen (peppermint oil) (Ardisela, 2012).
Menurut Sastrohamidjojo (2004), bila minyak permen (peppermint oil) diproses
lebih lanjut akan diperoleh kandungan menthol. Tanaman mint berasal lebih dari
30 varietas, apple mint, spearmint dan peppermint adalah varietas yang paling
populer dari mint yang dibudidayakan di seluruh dunia, tumbuhan ini akan
vitamin A, C dan B2. Hal ini juga mengandung mineral berharga seperti kalsium,
tembaga dan magnesium.
Mentha piperita L., secara umum dikenal sebagai peppermint.Mint atau
yang dikenal dengan nama “Pudina” untuk beberapa daerah, digunakan sebagai
ekstrak dan pengobatan tradisional rumah tangga yang popular untuk meredakan
batuk dan pilek. Jenis tanaman mint ini terdiri dari 40 spesies dari tumbuh-
tumbuhan herbal hijau yang sebagian besar terdistribusi di belahan bumi utara
seperti Eropa, Amerika, Jepang, China, Brazil dan Formosa. Kata “Mentha”
pertama kali berasal dari bahasa Latin Minthe.Beberapa botaniawan menyebut
sebagai “Mentha”. Namun demikian, nama tersebut kemungkinan juga berasal
dari bahasa Hindu kuno manth atau mante yang berarti “to rub” atau menggosok
yang diguanakan untuk menyatakan tanaman atau herba sebagai obat gosok
(Sastrohamidjojo, 2004).
24
2. Klasifikasi Daun Mint
Menurut Plantamor (2012), secara ilmiah daun mint atau dengan nama lain
(Mentha piperita L.) termasuk suku Lamiaceace, dengan klasifikasi Mentha
piperita L. sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita Linn.
Gambar 2
Daun Mint
3. Kandungan Daun Mint
Kandungan utama dari minyak daun mint (Mentha piperita L.) adalah
menthol, menthone dan metil asetat, dengan kandungan menthol tertinggi (73,7-
85,8%) (Hadipoentyanti, 2012).Selain itu, kandungan monoterpene, menthofuran,
25
sesquiterpene, triterpene, flavonoid, karotenoid, tannin dan beberapa mineral lain
juga ditemukan dari minyak daun mint (Mentha piperita L.).
Menthol berkhasiat sebagai obat karminatif (penenang), antispasmodic
(antibatuk) dan diaforetik (menghangatkan dan menginduksi keringat). Minyak
Mentha piperita L bmempunyai sifat mudah menguap, tidak berwarna, berbau
tajam dan menimbulkan rasa hangat diikuti rasa dingin menyegarkan. Minyak ini
diperoleh dengan cara menyuling ternanya (batang dan daun), sehingga minyak
yang sudah diisolasi mentholnya disebut dementholized oil (DMO)
(Hadipoentyanti, 2012)
4. Manfaat Daun Mint
a. Minyak menthol dalam mint dapat menenangkan seseorang yang
mualatau mabuk laut atau darat.
b. Aroma mint dapat mengaktifkan kelenjar ludah dimulutsehingga
memfasilitasi pencernaan untuk mencerna makanan.
c. Mint sering ditambahkan di balsem atau minyak lain untuk
mengurangi sakit kepala karena memiliki kandungan minyak menthol.
d. Aroma kuat mint sangat efektif membersihkan hidung yang tersumbat
sebab mint bersifat mendinginkan & menenangkan.
e. Dibandingi inhaler yang memakai aerosol, masyarakat cenderung
menggunakan mint karena lebih efektif dan ramah lingkungan.
f. Sejumlah spesies seperti peppermint dan spearmint banyak digunakan
sebagai perasa makanan, minuman keras, dan pasta gigi.
g. Minyak mint juga merupakan antiseptik dan anti-gatal yang baik. Jus
daun mint dapa digunakan untuk membersihkan kulit.
26
h. Minyak mint dapat meringankan beberapa gejala timbulnya jerawat,
dapat pula mengobati gigitan serangga.
i. Mint juga sudah dipercaya dalam fungsinya meningkatkan kesehatan
mulut karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
j. Mint juga dapat menyegarkan nafas.
5. Cara Membuat Seduhan Peppermint
Membuat seduhan peppermint dapat dengan mudah dibuat yaitu dengan
cara merebus 200ml air yang digunakan untuk menyeduh daun mint yang telah
dikeringkan dan dikemas seperti teh celup dan bisa ditambahkan dengan gula
sebagai penambah rasa.
6. Efektifitas Peppermint Dalam Mengurangi Mual Muntah
Peppermint mengandung menthol yang berkhasiat sebagai obat karminatif
(penenang) dapat membantu memperbaiki masalah pencernaan, terutama irritable
bowel syndrome (IBS). IBS adalah gangguan usus yang menyebabkan perut
kembung, kram perut, dan BAB tak teratur.Studi terbaru yang dimuat di jurnal
Digestive Diseases and Sciences menunjukkan bahwa suplemen herbal yang
mengandung minyak peppermint dapat meredakan gejala IBS yang
kambuh. Peppermint mengaktifkan saluran antinyeri di usus besar, yang dapat
mengurangi rasa nyeri yang disebabkan peradangan usus. Manfaat peppermint
lainnya untuk pencernaan adalah meredakan mual, termasuk gejala morning
sickness saat hamil. Menurut University of Maryland Medical Center (UMM),
peppermint dapat menenangkan otot perut dan memperbaiki aliran empedu, yang
digunakan tubuh untuk mencerna lemak.
27
E. Kerangka Teori
Kerangka teori atau kerangka berfikir merupakan tinjauan teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti agar peneliti memilik pengetahuan
yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengindentifikasi variabel-
variabel yang akan di teliti (Notoatmodjo,2018). Kerangka teori dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3
Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,2018).
Sedangkan, variabel didefinisikan sebagai karakteristik subjek penelitian yang
berubah dari satu subjek ke subjek lain. Kerangka konsep penelitian ini
Penatalaksanaan Emesis
Gravidarum
Tindakan konvensional
1. Antiemetik
2. Antihistamin
3. Hospitalisasi
Tindakan komplementer
1. Akupresur
2. Terapi manipulative
3. Terapi psikologi
4. Herbal jahe
5. Herbal Peppermint
6. Relaksasi
7. Pola makan
8. Asuhan konservatif
9. Pemberian air minum sesuai
kebutuhan
Emesis Gravidarum pada ibu
hamil TM I
28
menjelaskan penatalaksanaan yang dipilih dalam menangani mual muntah yaitu
meminum wedang jahedan seduhan peppermint hingga dapat menyebabkan mual
muntah dapat berkurang. Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4
Kerangka Konsep Penelitian
G. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuanpenelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur,jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya.
(Notoadmodjo,2018). Berikut adalah pengelompokan variabel dalam penelitian
ini:
1. Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen, variabel dependen penelitian ini adalah pengurangan mual muntah.
2. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang memberi pengaruh pada
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu
meminum wedang jahe danseduhan peppermint.
Wedang Jahe
Emesis Gravidarum
Seduhan Peppermint
29
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang berperan mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti atau diamati (Notoadmodjo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Wedang jahe lebih efektif menurunkan mual muntah pada ibu emesis
gravidarum dibandingkan dengan seduhan peppermint.
2. Ada perbedaan rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah
pemberian wedang jahe pada ibu hamil dengan emesis gravidarum.
3. Ada perbedaan rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah
pemberian seduhan peppermint pada ibu hamil dengan emesis gravidarum.
I. Definisi Operasional
Menurut Notoadmodjo (2018) definisi operasional adalah uraian tentang
batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan.
30
Tabel 2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1 Mual dan
muntah
Keadaan mual yang
disertai muntah
yang dirasakan ibu
hamil dalam 24 jam
berupa pusing,
perut kembung dan
badan terasa lemas
disertai keluarnya
isi dalam perut
melalui mulut yang
diukur sebelum dan
sesudah diberikan
intervensi wedang
jahe dan seduhan
peppermint selama
4 hari
Kuesioner Wawancara Frekuensi
mual
muntah
Rasio
2 Intervensi
penurunan
mual
muntah
Tindakan untuk
mengurangi mual
muntah
Cheklist Observasi Wedang
jahe dan
seduhan
peppermint
Nominal