Upload
ngohanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur terbuka
1. Definisi
Beberapa definisi yang dikemukakan untuk patah tulang terbuka
mengandung pengertian sama. Salah satu pengertian patah tulang terbuka
(compound fracture) yang digunakan sampai sekarang adalah sebagai
berikut, patah tulang terbuka merupakan suatu penggolongan patah tulang
berdasarkan hubungannya dengan lingkungan eksternal dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga dapat terjadi
kontaminasi bakteri yang menimbulkan infeksi. Luka pada kulit dapat
berupa tusukan tulang yang keluar menembus kulit (from within) atau oleh
karena tertembus objek dari luar (from without) (Rachanan, 2003).
Semua fraktur terbuka harus dianggap terkontaminasi sehingga
mempunyai potensi untuk terjadi infeksi. Penting untuk diketahui bahwa
diagnosis, klasifikasi dan pengelolaannya dapat berbeda dari fraktur
tertutup. Faktor trauma kecepatan rendah atau trauma kecepatan tinggi
sangat penting dalam menentukan klasifikasi fraktur terbuka karena akan
berdampak pada kerusakan jaringan itu sendiri. Riwayat trauma
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat ketinggian, luka tembak dengan
kecepatan tinggi atau pukulan langsung oleh benda berat akan
mengakibatkan prognosis jelek dibanding trauma sederhana atau trauma
olah raga. Penting adanya deskripsi yang jelas mengenai keluhan
penderita, biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri. Umur dan
kondisi penderita sebelum kejadian seperti hipertensi, diabetes militus dan
sebagainya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan juga (Anonim,
2009).
Keterlambatan penanganan infeksi menimbulkan angka morbiditas
dan mortalitas pasien yang tinggi, sehingga pada penanganan kasus fraktur
terbuka pencegahan terjadinya infeksi harus menjadi fokus utama. Salah
3
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
4
satu cara pencegahan kejadian infeksi dengan pemberian obat-obatan
antibiotik baik secara empiris dan definitif (Rasjad, 1998).
2. Kalsifikasi Fraktur Terbuka
Klasifikasi fraktur tebuka menurut Gustilo dan Anderson (2008)
a. Tipe I : Berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan
fragmen fraktur dan bersih. Kerusakan jaringan lunak
sedikit dan tidak kominutif. Biasanya luka tersebut
akibat fragmen fraktur atau in – out.
b. Tipe II : Terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak
kerusakan jaringan lunak dan fraktur tidak kominutif.
c. Tipe III : Dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup
luas pada kulit, jaringan lunak dan putus atau hancurnya
struktur neurovaskular dengan kontaminasi, juga
termasuk fraktur segmental terbuka atau amputasi
traumatik. Klaifikasi ini juga termasuk trauma luka
tembak dengan kecepatan tinggi atau high velocity,
trauma didaerah pertanian, fraktur terbuka yang
memerlukan repair vaskuler dan fraktur terbuka yang
lebih dari 8 jam setelah kejadian (Rasjad, 1998).
3. Diagnosis
Faktor trauma kecepatan rendah atau trauma kecepatan tinggi
sangat penting dalam menentukan klasifikasi fraktur terbuka karena akan
berdampak pada kerusakan jaringan itu sendiri. Riwayat trauma
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat ketinggian, luka tembak dengan
kecepatan tinggi atau pukulan langsung oleh benda berat akan
mengakibatkan prognosis jelek dibanding trauma sederhana atau trauma
olah raga. Penting adanya deskripsi yang jelas mengenai keluhan
penderita, biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri. Umur dan
kondisi penderita sebelum kejadian seperti penyakit hipertensi, diabetes
militus dan sebagainya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan
juga.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
5
4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Radiologis bertujuan untuk menentukan keparahan
kerusakan tulang dan jaringan lunak yang berhubungan dengan derajat
energi dari trauma itu sendiri. Bayangan udara di jaringan lunak
merupakan petunjuk dalam melakukan pembersihan luka atau irigasi
dalam melakukan debridemen. Bila bayangan udara tersebut tidak
berhubungan dengan daerah fraktur maka dapat ditentukan bahwa fraktur
tersebut adalah fraktur tertutup. Radiografi dapat terlihat bayangan benda
asing disekitar lesi sehingga dapat diketahui derajat keparahan
kontaminasi disamping melihat kondisi fraktur atau tipe fraktur iptu
sendiri Diagnosis fraktur dengan tanda-tanda klasik dapat ditegakkan
secara klinis, namun pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk
konfirmasi dalam melengkapi deskripsi fraktur, kritik medikolegal,
rencana terapi dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk
fraktur-fraktur yang tidak memberikan gejala klasik dalam menentukan
diagnosis harus dibantu pemeriksaan radiologis sebagai gold
standard.(Anonim, 2009 )
5. Penanganan Fraktur Terbuka
Pada kasus fraktur terbuka diperlukan ketepatan dan kecepatan
diagnosis pada penanganan agar terhindar dari kematian atau kecacatan.
Penatalaksanaan fraktur terbuka derajat II meliputi tindakan life saving
dan life limb dengan resusitasi sesuai indikasi, pembersihan luka dengan
irigasi, eksisi jaringan mati dan tersangka mati dengan debridemen,
pemberian antibiotik pada sebelum, selama dan sesudah operasi,
pemberian anti tetanus, penutup luka, stabilasi fraktur dan fisioterapi.
(Anonim, 2009).
6. Komplikasi Fraktur terbuka
a. Komplikasi Umum
Syok, koagulopati difus atau gangguan fungsi pernafasan yang dapat
terjadi dalam 24 jam pertama setelah trauma dan setelah beberapa hari
kemudian akan terjadi gangguan metabolisme berupa peningkatan
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
6
katabolisme. Komplikasi umum yang lain dapat berupa sindrom
peremukan (crushing syndrome), emboli lemak, trombosis vena dalam,
infeksi tetanus atau gas gangren.
b. Komplikasi Lokal Dini
Komplikasi 1 minggu pertama pasca trauma disebut sebagai
komplikasi lokal dini dan lebih 1 minggu setelah trauma disebut
sebagai komplikasi lokal lanjut. Macam komplikasi lokal dini dapat
mengenai tulang, otot, jaringan lunak, sendi, pembuluh darah, saraf,
organ viscelar maupun timbulnya sindrom kompartemen tau nekrosis
vaskuler.
c. Komplikasi Lokal Lanjut
Komplikasi pada tulang, osteomilitis kronis, kekakuan sendi ( Joint
Stiffness ), degenerasi sendi, batu saluran kemih maupun neurosis
pasca trauma. Dalam penyembuhan fraktur dapat juga terjadi
komplikasi karena teknik, perlengkapan ataupun keadaan yang kurang
baik, sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi, nonunion, delayed
union, malunion, kekakuan sendi (Rasjad, 1998).
7. Terapi Antibiotik dan Anti Tetanus Serum ( ATS )
Pemberian antibiotik sebaiknya diberikan segera mungkin setelah
terjadinya trauma. Antibiotik adalah yang berspektrum luas yaitu
sefalosporin generasi I (cefazolin 1-2 gram) dan dikombinasikan dengan
aminoglikosid (gentamisin 1-2 mg/kg BB tiap 8 jam) selama 5 hari.
Selanjutnya perawatan luka dilakukan setiap hari dengan memperhatikan
sterilitas, dan pemberian antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur dan
sensitifitas terbaru. Bila dalam perawatan ditemukan gejala dan tanda
infeksi, maka dilakukan pemeriksaan kultur dan sensifitas ulang untuk
penyesuaian ulang pemberian antibiotik yang digunakan (Anonim, 2009).
Pemberian anti tetanus diindikasikan pada fraktur kruris terbuka
derajat III berhubungan dengan kondisi luka yang dalam, luka yang
terkontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan yang luas serta luka
dengan kecurigaan sepsis. Pada penderita yang belum pernah mendapat
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
7
imunisasi anti tetanus dapat diberikan gamaglobulin anti tetanus manusia
dengan dosis 250 unit pada penderita diatas usia 10 tahun dan dewasa ,
125 unit pada usia 5-10 tahun dan 75 unit pada anak dibawah 5 tahun.
Dapat pula diberikan serum anti tetanus dari binatang dengan dosis 1500
unit dengan tes subkutan 0,1 selama 30 menit. Jika telah mendapat
imunisasi toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster 0,5 ml
secara intramuskuler (Rasjad, 1998).
B. Luka Operasi
1. Klasifikasi Luka Operasi
Terdapat empat jenis luka operasi berdasarkan derajat kontaminasi
luka operasinya yang hingga sekarang diterima sebagai klasifikasi baku
luka operasi, yaitu:
a. Luka operasi bersih (clean)
Luka bersih yaitu luka bedah terinfeksi yang mana tidak terjadi
peradangan atau inflamasi dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya
menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup, kemungkinan terjadi infeksi luka 1% - 5%.
b. Luka operasi bersih terkontaminasi (clean contaminated)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital, atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak
selalu terjadi, kemungkinan terjadi infeksi luka 3% - 11%.
c. Luka operasi terkontaminasi (contaminated)
Termasuk luka terbuka (fresh), luka akibat kecelakaan dan operasi
dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna. Pada kondisi ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen, kemungkinan terjadi luka 10% - 17%.
d. Luka operasi kotor (dirty)
Yaitu terdapat mikroorganisme pada luka (Admin, 2008).
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
8
C. Lokasi Fraktur
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi
jika tulang dikena stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
(Brunner & Suddart, 2001).
1. Fraktur Antebrahi
Fraktur anthrbrahi adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang radius dan ulna.
Fraktur terjadi jika tulang dikena stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Brunner & Suddart, 2001).
2. Fraktur Femur
Fraktur Femur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang paha. Fraktur
terjadi jika tulang dikena stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Brunner & Suddart, 2001).
3. Fraktur Humeri
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang lengan atas disebabkan
oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (Anonim,
2010).
4. Fraktur Metatarsal
Metatarsal adalah lima tulang panjang yang terletak di punggung
kaki. Lima bagian tulang itu saling berkaitan dalam satu unit. Fungsinya
untuk membagi beban pada tubuh dan mengadaptasikan tubuh pada tanah
yang tidak rata. Fraktur Metatarsal adalah patah tulang yang terjadi
didaerah punggung kaki (Brunner & Suddart, 2001).
5. Fraktur Metacarpal
Metakarpal adalah lima tulang panjang yang terletak di punggung
tangan. Lima bagian tulang itu saling berkaitan dalam satu unit. Fraktur
Metktapsal adalah patah tulang yang terjadi di daerah punggung tangan
(Anonim, 2010).
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
9
D. Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroorganisme jenis
lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh. Namun dalam praktek sehari-hari antibiotik sintetik yang tidak
diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga
sering digolongkan sebagai antibiotika (Ganiswara, 1995).
Berdasarkan pembuatannya, antibiotik digolongkan menjadi (Tan dan
Rahardja, 2007):
a. Antibiotik semisintetis.
Yaitu apabila pada proses persemaian (cultura substrate) dibubuhi zat-
zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkoporasi kedalam antibiotikum
dasarnya. Hasilnya disebut semisintetis, misalnya penisilin-V.
b. Antibiotiksintetis.
Tidak dibuat lagi dengan jalan biosíntesis tersebut, melainkan dengan
sintesa kimiawi, misalnya kloramfenikol.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi dalam lima
kelompok (Ganiswara, 2007):
a. Antibiotik yang menghambat metabolisme selmikroba.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamid,
trimetropim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dengan
mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik.
b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin,
basitrasin, vankomisin dan sikloserin.
c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.
Obat yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin, golongan polien serta
berbagai antibiotik kemoterapeutik, umpamanya surface active agents.
d. Abtibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminoglikosid,
makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
10
e. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan quinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena
sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai antikanker,
tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan
sebagai antivirus.
Penggunaan antibiotik secara tidak rasional itu dapat menimbulkan
beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
a. Timbulnya resistensi pada kuman-kuman yang sebelumnya peka
terhadap antibiotika tertentu.
b. Perubahan ekologi kuman seperti bertambahnya kuman staphylococcus
yang membentuk seperti penicilinase dan kuman gram negatif yang
resisten, terutama di rumah sakit.
c. Terjadi super infeksi karena penggunaan antibiotik yang berspektrum
luas.
d. Terjadi berbagai reaksi yang tidak diinginkan mulai dari yang ringan
sampai urtikaria ,nausea, eritema, sampai yang berat seperti pensitopenia
karena kloramfenikol dan syok anafilaktit karena penisilin.
e. Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi,tetapi di duga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya,atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak
buruk bagi pasien.
E. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI,
NO.44 2009: 2). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
164/B/Menkes/PER/II/1998, fungsi rumah sakit :
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
11
1. Fungsi Profesional
a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayan medis, pelayanan
penunjang medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rehabilitasi
kesehatan, pencegahan serta peningkatan kesehatan.
b. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan
paramedis.
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan.
2. Fungsi Sosial
Rumah sakit pemerintah dan non pemerintah (swasta) harus memberikan
fasilitas perawatan pada penderita yang tidak mampu.
3. Fungsi Rujukan
Fungsi rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik atas
masalah yang timbul, baik vertikal maupun horisontal. Ada 2 sistem
rujukan yang digunakan :
a. Rujukan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
dengan bantuan sarana, teknologi, ketrampilan, kegiatan langsung
melalui survei epidemiologi.
b. Rujukan media untuk penyembuhan dan pemilihan penyakit,
misalnya dengan menyuruh penderita dari puskesmas ke rumah
sakit, mengirim tenaga ahli, sampel darah, atau informasi (Anonim,
2007).
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria
sebagai berikut:
a. Kepemilikan
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit
pemerintah. Di negara kita ini, rumah sakit pemerintah terdiri atas
vertikal langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah, Rumah Sakit Militer, dan Rumah Sakit
BUMN. Rumah sakit lain berdasarkan kepemilikan ialah rumah sakit
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
12
yang dikelola oleh masyarakat atau sering disebut rumah
sakitsukarela. Rumah sakit sukarela ini terdiri atas rumah sakit hak
milik dan rumah sakit nirlaba.
b. Jenis Pelayanan
Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum
memberikan pelayanan kepada penderita dengan berbagai jenis
keadaan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai
kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik,
ibu hamil, dsb. Rumah sakit khusus memberi pelayan diagnosis dan
terapi pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik
bedah maupun non bedah, misalnya rumah sakit kanker, rumah sakit
jantung, rumah sakit mata, dan rumah sakit bersalin.
c. Lama Tinggal di rumah sakit
Klasifikasi berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah
sakit perawatan jangka panjang dan jangka pendek. Rumah sakit
perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita
selama rata-rata kurang dari 30 hari atau lebih.
d. Kapasitas tempat tidur :
1) Di bawah 50 tempat tidur
2) 50-99 tempat tidur
3) 100-199 tempat tidur
4) 200-299 tempat tidur
5) 300-399 tempat tidur
6) 400-499 tempat tidur
7) 500 tempat tidur dan lebih
e. Afiliasi Pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afinitas pendidikan terdiri atas dua jenis,
yaitu rumah sakit pendidikan dan non pendidikan. Rumah sakit
pendidikan adalah ruamah sakit yang melaksanakan program
pelatihan residensi dalam mendidik, badan mediatorik dan bidang
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
13
spesialis lain. Rumah sakit yang tidak dimiliki program pelatihan
residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut
rumah sakit non pendidikan.
f. Status Akreditasi
Rumah sakit berdasarkan akreditasi terdiri atas rumah sakit yang
telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakrediatasi. Rumah
sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara
formal untuk suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan melakukan
kegiatan tersebut (Siregar, 2003).
F. Rekam Medis
Terdapat 2 jenis rekam medis yaitu:
1. Rekam medis untuk pasien rawat jalan
2. Rekam medis untuk pasien rawat inap
Untuk rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat rekam medis
mempunyai informasi pasien antara lain:
1. Identitas dan formular perizinan (lembar hak kuasa)
2. Riwayat penyakit (anamnesis) tentang keluhan utama, riwayat keluarga,
tentang penyakit yang merugikan diturunkan.
3. Laboran pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto
rontgen, scaning, MRI dan lain-lain.
4. Diagnosa atau diagnosa Banding
5. Intruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan
yang berwewenang.
Untuk rawat inap memuat informasi yang sama dengan yang terdapat
dalam rawat jalan, dengan tambahan yaitu :
1. Persetujuan tindakan medis
2. Catatan konsultasi
3. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
4. Catatan observasiklinik dan hasil pengobatan
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013
14
5. Resume akhir dan evaluasipengobatan
Kegunaanrekammedis :
Kegunaanrekammedisdapatdilihatdaribeberápaaspek, antara lain :
a. AspekAdministrasi
b. AspekMedis
c. AspekHukum
d. AspekKeuangan
e. Aspek Penelitian
f. Aspek Pendidikan
g. Aspek Dokumentasi
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis
mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak menyangkut antara
pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis
secara umum adalah:
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya
yang ikut ambil bagian didalam proses pemberian pelayanan,
pengobatan, dan perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala tindakan
pelayanan, pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
medis yang diterima oleh pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan(Anonim, 2006).
Evaluasi Penggunaan Antibiotik..., Mudhorifin, Fakultas Farmasi, UMP, 2013