23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usia Lanjut 1. Pengertian Usia Lanjut Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Adapun menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat ada 4 tahapan mengenai batasan umur yaitu, usia pertengahan (middle age) usia antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Sehingga dapat di simpulkan bahwa di sebut lanjut usia adalah seseorang yang telah berumur 65 tahun keatas (Mubarak, 2006). Batasan umur lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun keatas, hal ini di pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahterahan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008). 2. Proses Menua Menurut Constantindes dalam Nugroho, (2008) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usia Lanjut

1. Pengertian Usia Lanjut

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di

mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Umur yang dijadikan

patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65

tahun. Adapun menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat ada 4

tahapan mengenai batasan umur yaitu, usia pertengahan (middle age) usia

antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) usia antara 75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) usia diatas

90 tahun. Sehingga dapat di simpulkan bahwa di sebut lanjut usia adalah

seseorang yang telah berumur 65 tahun keatas (Mubarak, 2006).

Batasan umur lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun keatas, hal ini di

pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahterahan

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).

2. Proses Menua

Menurut Constantindes dalam Nugroho, (2008) mengatakan bahwa proses

menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya

kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus

secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.

Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan

stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,

aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita

menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti strok,

infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Martono &

Darmojo, 2004).

Menurut Stanley dan Patricia (2002) beberapa teori tentang penuaan

dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:

a. Teori Biologis, yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik

penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang

usia dan kematian.perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan

molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan untuk

berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

1). Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi

oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode

etik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar di wariskan

yang berjalan dari waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan

kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan

sebelumnya.

2). Teori dipakai dan rusak

Teori ini terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-

sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga dapat terjadinya

peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak adanya

perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi (Maryam,

2008). Sedangkan menurut Leuckenotte (2000), menjelaskan bahwa teori

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

ini pada dasarnya mencerminkan keyakinan bahwa organ-organ dan

jaringan memiliki jumlah energi yang tersedia dan pada akhirnya energi

itu diberikan untuk di keluarkan.

3). Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya,

karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat

membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini

diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih

merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam

penuaan.

4). Teori Imunitas

Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang

berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bartamdah tua,pertahanan

mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan

infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan

dalam respon autoimun tubuh.

5). Teori Neuroendokrin

Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang

telah terjadi pad struktur dan sel.

b. Teori psikologis, teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan

prilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi

pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiolgis dikombinasikan dengan

perubahan psikologis.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

1). Teori Kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur

dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian

yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-

aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas

spesifik lansia.

2). Teori Tugas perkembangan

Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat

kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang di jalani dengan integritas.

Dengan kondisi tidak adanya pencapaian pada perasaan bahwa ia telah

menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk

disibukkan denagn rasa penyesalan atau putus asa.

3). Teori Disengagement (Teori Pembebasan)

Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari

peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Seperti kemiskinan yang

diderita oleh lansia dan menurunnya derajat kesehatan yang

mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari

pergaulan di sekitarnya.

4). Teori Aktifitas

Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas penuaan,

yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang sukses adalah

dengan cara tetap aktif.

5). Teori Kontinuitas

Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini menekankan

pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan

diri terhadap penuaan.

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Pemahaman persepsi

lansia tentang status kesehatan esensial untuk pengkajian yang akurat dan untuk

pengembangan intervensi yang relevan secara klinis. Konsep lansia tentang

kesehatan umumnya bergantung pada persepsi pribadi terhadap kemampuan

fungsional. Karna itu, lansia yang terlibat dalam aktifitas kehidupan sehari-hari

biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka yang aktifitasnya

terbatas karena kerusakan fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya

sakit (Potter, 2005).

Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia, perubahan fisiologis

umum yang diantisipasi pada lansia. Perubahan fisiologis ini bukan proses

patologi. Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang

berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan.

Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh

faktor kejiwaan sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat

dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput,

rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh,

pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang,

tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat pada

perubahan badan menjadi bungkuk, tulang menjadi keropos, masa dan

kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas

menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding

pembuluh darah menebal dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja

tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak

terlalu menurun.

Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut

usia adalah :

a. Perubahan fisik

1) Sel

Perubahan sel pada lanjut usia meliputi :

Terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi perubahan ukuran sel,

berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya cairan intra

seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati,

penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel,

serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2) Sistem Persyarafan

Perubahan persyarafan meliputi :

Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf

otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan

persyarapan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya

dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya

penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan

perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan ketahanan

terhadap sentuhan, serta kurang sensitive terhadap sentuan.

3) Sistem Pendengaran

Perubahan pada sistem pendengaran meliputi :

Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan

dalam pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara,

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis akibat

atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen dapat

mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan

penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa

atau stress.

4) Sistem Penglihatan

Perubahan pada sistem penglihatan meliputi :

Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih

berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan

katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada cahaya gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta

menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata

bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan

reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa

menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan

katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan

membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam,

dan marun tampak sama.

Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan

berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada

risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri

dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan

jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para

lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

5) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi :

Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa

darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat

mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari

duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah

perifer.

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi :

Pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui

antara lain temperature suhu tubuh menurun (hipotermia) secara

fisiologik kurang lebih 35oC, ini akan mengakibatkan metabolisme yang

menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem Respirasi

Perubahan sistem respirasi meliputi :

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia

menurun, paru kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus,

oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak berganti,

reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia

dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring

pertambahan usia.

8) Sistem Pencernaan

Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi :

Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi

setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas

saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar,

rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu

pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul

konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat

penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.

9). Sistem Perkemihan

Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan

alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah

masuk keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang

disebut nefron (tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan

nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%

sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan

mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun.

Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya

menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat.

Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan

retensi urine pada pria.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

10). Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:

Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic

rate), dan daya pertukaran zat menurun, Produksi aldosteron menurun,

Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan

testoteron menurun.

11). Sistem Integumen

Perubahan pada sistem integumen, meliputi :

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi, Timbul bercak

pigmentasi, Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,

Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,

Kuku jari menjadi keras dan rapuh, Jumlah dan fungsi kelenjar keringat

berkurang.

12). Sistem musculoskeletal

Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan

stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan,

tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut

otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi

tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.

Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam

gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak

dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah,

perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau terlambat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian

tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.

Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem neurologis lansia

menurut Darmojo, (2004) yaitu adanya perubahan dari sistem persarafan

dapat dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon

dan pertambahan usia. Perubahan pada lansia dapat diasumsikan terjadi

respon yang lambat yang dapat mengganggu dalam beraktivitas akan

menurun disebabkan antara lain oleh motivasi, kesehatan, dan pengaruh

dari lingkungan. Pada lansia yang mengalami kemunduran dalam

kemampuan mempertahankan posisi mereka dan menghindari

kemungkinan jatuh. Terdapat kemampuan untuk mempertahankan posisi

dipengaruhi oleh tiga fungsi yaitu: Keseimbangan (Balance), Postur

tubuh, Kemampuan berpindah. Adapun gangguan yang sering muncul

pada lansia diantaranya dizziness, sinkop, hipotermi dan hipertermi,

gangguan tidur, delirium, dan demensia, salah satu bentuk dari demensia

pada lansia adalah alzheimers disease yang penyebabnya belum di

ketahui.

Sedangkan menurut Kushariyadi (2010), perubahan yang terjadi pada

sistem neurologis lansia adalah perubahan pada lansia dari cara bicara

dan berkomunikasi, perubahan pada pola tidur lansia, perubahan status

mental, perubahan status memori, perubahan kepribadian dan

kehilangan keseimbangan (gangguan cara berjalan).

b. Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik

khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup

beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,

kenangan buruk). I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan

informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,

persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan

fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron

di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran

darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat.

Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap

perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami

lanjut usia adalah demensia, dan delirium.

B. Faktor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Lansia Jatuh

Jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada seseorang

dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density (BMD)) rendah. Jatuh

dapat menyebabkan patah tulang seperti yang terjadi pada punggung, pergelangan

tangan, pinggul, lengan bagian atas. Penyebab jatuh pada lansia dapat disebabkan

oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai

komponen agar terpenuhi. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam

seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan masa tulang

sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan resiko terjadinya jatuh. Banyak

cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko jatuh untuk meminimalisir

dampak dari jatuh yang terjadi (AGS et al.2001).

Untuk lebih dapat memahami faktor resiko jatuh maka harus dimengerti

bahwa stabilitas itu di tentukan atau di bentuk oleh :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

1. Sistem sensorik

Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan

pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan

gangguan penglihatan. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan

gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang

diduga karpena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses manua.

Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi

proprioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga

penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.

2. Sistem syaraf pusat (SSP)

Penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering

di derita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga

berespon tidak baik terhadap input sensorik (Tinetti, 1992).

3. Kognitif

Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya resiko

jatuh. Dengan adanya penurunan kemampuan kognitif,maka kewaspadaan,

status mental, dan emosional akan menurun, sehingga akan mempengaruhi

kesadaran, penilaian, gaya berjalan, keseimbangan, dan proses informasi yang

diperlukan untuk berpindah atau mobilisasi secara aman.

4. Muskuloskeletal (Reuben, 1996; Tinetti 1992).

Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia

(faktor milik usia lanjut) gangguan musculoskeletal menyababkan gangguan

gaya berjalan dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisioligis, antara

lain :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

a. Kekakuan jaringan penghubung

Kekakuan jaringan penghubung merupakan penyebab turunnya fleksibilitas

pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

kemampuan untuk meningkatkn kekuatan otot, kesulitan bergerak dari

duduk sampai berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi

dampak tersebut adalah dengan memberikan latihan untuk menjaga

mobilitas.

b. Berkurangnya massa otot

Berkurangnya massa otot mengakibatkan jumlah cairan tubuh yang

berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput

serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu pada lansia seringkali

terlihat kurus.

c. Perlambatan konduksi syaraf

d. Penurunan visus/lapang pandang

Perubahan yang terjadi antara lain timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa

menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya

gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang,

berkurang luas pandangannya, menurunnya daya membedakan warna biru

atau hijau.

Hal tersebut menyebabkan :

a. Penurunan range of motion (ROM) sendi

b. Penurunan kekuatan otot terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas

bawah

c. perpanjangan waktu reaksi

d. peningkatan postural sway (goyangan badan)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah

yang pendek, penurunan irama dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak

dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah.

Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau terlambat

mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian

tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.

Secara singkat faktor resiko jatuh pada lansia di bagi dalam dua

golongan besar menurut Kane dalam Nugroho, (2008) yaitu :

1). Faktor intrinsik (faktor dari dalam)

2). Faktor ekstrinsik (faktor dari luar)

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Kondisi fisik dan Obat-obat yang diminum

Neuropsikiatrik

FALLS

Penurunan virus dan (JATUH) Alat-alat bantu berjalan

Pendengaran

Perubahan neuro muskuler Lingkungan yang tidak

gaya berjalan dan reflek mendukung (berbahaya)

postural karena proses menua

Gambar 2.1 Faktor resiko yang menyebabkan jatuh

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

C. Penyebab-Penyebab Jatuh Pada Lansia

Faktor-faktor yang sulit di ketahui menurut Nugroho 2008, misalnya

pengaruh makanan yang kurang. Jatuh sering membawa akibat lanjutan,

misalnya timbul perubahan pada persendian alat gerak tubuh, terjadinya patah

tulang dan infeksi kulit. Penyebab jatuh pada lanjut usia biasanya merupakan

gabungan dari beberapa faktor atau multifaktor, antara lain karena :

1. Kecelakaan, merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh

lansia)

a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung

b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan

akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda

yang ada di dalam rumah tertabrak lalu jatuh.

2. Nyeri kepala dan atau vertigo

3. Hipotensi orthostatic

a. Hipovilemia/curah jantung rendah

b. Disfungsi otonom

c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung

d. Terlalu lama berbaring

e. Pengaruh obat-obatan hipotensi

f. Hipotensi sesudah makan

4. Obat-obatan

a. Diuretik/antihipertensi

b. Antidepresan trisiklik

c. Sedative

d. Antipsikotik

e. Obat-obatan hipoglikemi

f. Alkohol

5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seperti :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

a. Kardiovaskuler, seperti :

1). Aritmia

2). Stenosis aorta

3). Sinkop sinus karotis

b. Neurologi, seperti :

1). TIA

2). Serangan kejang

3). Parkinson

4). Kompresi syaraf spinal karena spondilosis

5). Penyakit serebelum

6. Idiopatik (tak jelas penyebabnya)

7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

a). Drop attack (serangan roboh)

b). Penurunan darah ke otak tiba-tiba

c). Terbakar matahari

D. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Sering di Hubungkan Dengan Jatuhnya

Lansia

Terdapat 3 faktor lingkungan yang dapat di hubungkan dengan terjadinya

jatuh pada lansia, seperti :

1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau

tergeletak di bawah

2. Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok

3. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah di pegang, misalnya

a. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun

b. Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal atau pinggirnya

tertekuk dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah bergeser

c. Lantai yang basah dan licin

d. Penerangan yang tidak baik (kurang terang atau terlalu menyilaukan)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

e. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara

penggunaanya (Nugroho, 2008).

E. Faktor-Faktor Situasional Yang Mungkin Mempresetasikan Jatuh, antara

lain (Reuben, 1996; Campbell 1987) :

1. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa

seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit

sekali (5%), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya

seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada

lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin di sebabkan oleh

kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi

pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba ingin berpindah

tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

2. Lingkungan

Sekitar 70% lansia yang jatuh terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga,

dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak di banding saat naik,

yang lainnya terjadi karena tersandung atau menabrak benda-benda

perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tidak rata, penerangan

ruang yang kurang.

3. Penyakit akut

Dizziness dan sinkope sering menyebabkan lansia jatuh. Eksaserbasi akut

dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan lansia

jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru obstruktif

menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik dan

sebagainya.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

F. Komplikasi

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti :

a. Perlukaan (injury)

1). Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa sobekan atau

tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena

2). Patah tulang (fraktur)

(a). Pelvis

(b). Femur (terutama kollum)

(c). Humerus

(d). Lengan bawah

(e). Tungkai bawah

(f). kista

3). Hematom subdural

b. Perawatan rumah sakit

1. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)

2. Resiko penyakit-penyakit iatrogenic

c. Disabilitas

1. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik

2. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan

pembatasan gerak

d. Resiko untuk di masukan dalam rumah perawatan (nursing home)

e. Kematian (Kane, 1994).

G. Pencegahan

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus di lakukan karena bila

sudah terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain :

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu di lakukan pemeriksaan untuk mencari adanya

faktor intrinsik resiko jatuh, perlu di lakukan assesmen keadaan

sensorik, neurologic, muskuloskeletal, dan penyakit sistemik yang

sering mendasari atau menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan

jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak

menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda

kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman

(lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini

sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya

diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC

sebaiknya diganti dengan menggunakan kloset duduk dan diberi

pegangan di dinding.

Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau

penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan

penjelasan yang komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang

risiko terjadinya jatuh akibat minum obat tertentu.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk

atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak

mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia.

Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya

berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan cermat apakah penderita

mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot

ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.

Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

3. Mengatur atau mengatasi faktor situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut atau eksaserbasi akut,

penyakit yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin

kesehatan lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan

dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti

tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat

dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan

pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita,

aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan

baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan

tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan

aktifitas fisik sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya

jatuh (Reuben, 1996; Kane, 1992; Van-der-cammen, 1991).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

H. Kerangka Teori

Gambar 2.2 kerangka teori

Sumber : Modifikasi (Kane, 1994 dikutip dari Darmojo, 2004)

Usia Lanjut

Penurunan fungsi sistem

tubuh

Faktor lingkungan penyebab

jatuh :

1. Kondisi lantai

2. Kondisi penerangan

3. Keberadaan tangga di

rumah

4. Penggunaan alat-alat

rumah tangga

Perubahan fisik Perubahan mental Perubahan sosial

Sistem musculoskeletal

Penurunan kekuatan otot

Resiko jatuh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Usia Lanjutdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/141/jtptunimus-gdl-lisaagusti-7035-3-babii.pdfTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan

I. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2.3 Kerangka konsep

J. Variable penelitian

1. Variable terikat merupakan variable yang di pengaruhi atau menjadi akibat

dari variable bebas. Variable terikat (dependent) pada penelitian ini adalah

resiko terjadinya jatuh pada lansia..

2. Variable bebas adalah variable yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variable terikat. Variable bebas (independent) pada penelitian ini

adalah faktor-faktor yang meliputi kondisi lantai, kondisi penerangan rumah,

keberadaan tangga di rumah, penggunaan alat-alat rumah tangga.

a. Kondisi lantai

b. Kondisi penerangan

c. Keberadaan tangga

d. Penggunaan alat-alat di

rumah

Resiko terjadinya jatuh

pada lansia