Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir
Acuan sebagai bahan untuk menyusun tugas akhir diambil dari berbagai sumber
yang sudah pernah diteliti mengenai sistem penyaluran transmisi di Subsistem Bali
atau yang berkaitan dengan penyaluran transmisi 150 kV. Berikut ini beberapa contoh
penelitian yang sebelumnya sudah pernah ada, berdasarkan tinjauan mutakhir ini
penulis mendapatkan bahan referensi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Penelitian yang berjudul “Studi Rugi Daya Sistem Kelistrikan Bali Akibat
Perubahan Kapasitas Pembangkitan di Pesanggaran” (I Putu Agus Edi Pramana,
2015). Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan maupun
pengurangan kapasitas pembangkit pada sistem kelistrikan Bali akan menimbulkan
perubahan-perubahan yang signifikan terhadap aliran daya, rugi daya dan rugi energi
pada saluran transmisi sistem kelistrikan Bali.
Jurnal yang berjudul “Analisa Aliran Daya Optimal Pada Sistem Kelistrikan
Bali” (E D Meilandari 2012). Dalam penelitian ini membahas tentang optimasi yang
digunakan adalah metode optimasi aliran daya dengan menggunakan Interior Point
Optimal Power Flow (IP OPF) A Primal Dual Algorithms with Barrier Function.
Optimasi dilakukan dengan tujuan meminimumkan fungsi biaya pembangkitan (Fuel
Cost) dengan tetap memenuhi keseimbangan beban dan tidak melanggar kendala
yang ditentukan diantaranya batas atas dan bawah daya aktif, daya reaktif serta
tegangan.
Ditinjau dari State of The Art diatas, sama – sama meneliti tentang analisis
aliran daya pada saluran transmisi. Sedangkan perbedaan penelitian yang saya
lakukan adalah Pertama membahas kajian yang terjadi pada saat SUTT 150 KV
Celukan Bawang – Kapal saat re-route. Kedua mengunakan tools PSSE 33 (Power
System Simulation Engineering) sebagai alat simulasi. Dan ketiga mengevaluasi dan
5
melakukan rekonfigurasi sigle line diagram pada PSS/E untuk menjadikan
penghantar yang kritikal menjadi aman
2.2 Representasi Sistem Tenaga Listrik
2.2.1 Gambaran Umum Kondisi Sistem Tenaga Listrik 150 kV Subsistem Bali
Subsistem Bali merupakan bagian dari sistem Jawa Timur. Kondisi kelistrikan
sistem Bali saat ini sudah mencapai beban puncak sebesar 860.2 MW (Sumber: PT.
PLN (Persero) Area Pengatur Beban Bali). Ada pertumbuhan beban sebesar 6.11%
dari beban puncak Subsistem Bali tahun 2015 sebesar 807.6 MW. Bila di bandingkan
dengan beban puncak Subsistem Bali 2016 sesuai Rencana Operasi Tahunan (ROT)
2016 akan ada kemungkinan pertumbuhan beban sebesar 5.7% lagi dari 912 MW
beban yang sudah diperkirakan.
Gambar 2.1 Sistem Ketenagalistrikan Pulau Bali
Sumber: PT PLN (Persero) APB Bali
6
Berikut ini murupakan kondisi pertumbuhan beban puncak di sistem Bali
sepanjang tahun 2010 – 2016.
Gambar 2.2 Grafik Beban Puncak Subsistem Bali Periode 2010 – 2016
Sumber: PT PLN (Persero) APB Bali
2.3 Sistem Tenaga Listrik
Untuk kepeluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan, diperlukan
berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan ini dihubungkan satu sama lain
mempunyai inter relasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga
listrik.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2010 504.7 486.4 533.9 530.4 533.4 522.4 514.8 520.3 541.4 548.5 547.2 542
2011 530.7 547.5 543.3 557.3 554.9 530 540.7 540.4 546.1 591.6 597.2 596.7
2012 590.4 596.4 583.1 596.7 603.9 586.4 560.5 556.8 602.7 650.3 662.1 658.1
2013 636 663 664 674 679 684 671 645 656 701 722 711
2014 683 684 708 735 730 729 680 700 720 759 781 770
2015 743.7 748.9 769.6 777.2 761.2 741.1 682.2 714.1 736.4 780 807.6 806.3
2016 822.7 803.4 821 816.5 834.4 807.6 781.8 818.7 825.7 860.2 855.1 843.8
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
Beb
an (
MW
)
Beban Puncak Sub SIstem Bali
7
Yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik
dan gardu Induk (pusat beban) yang satu sama lain dihubugkan oleh jaringan
transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi (Marsudi, 2006).
Adapun susunan pada sistem tenaga listrik biasanya terdiri dan 3 (tiga) bagian
utama, yaitu :
a. Sistem Pembangkit
b. Sistem Transmisi
c. Beban
Pada umumnya daya listrik yang dihasilkan oleh pusat-pusat pembangkit
(electric power stations) letaknya tidak selalu dekat dengan pusat-pusat beban (load
center) yang akan dilayani. Daya listrik yang dihasilkan tersebut akan disalurkan ke
pusat-pusat beban melalui jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Biasanya
masing-masing bagian sistem diatas dibentuk oleh beberapa komponen atau peralatan
yang saling berhubungan. Contohnya suatu sistem pembangkit terdiri dari generator
serempak, penguat (exiter), sistem pengatur tegangan (voltage regulator), dan
komponen-komponen lainnya. Pada sistem transmisi terdiri dari saluran transmisi,
transformator, peralatan rele pengaman dan pemutus rangkaian, kapasitor, reaktor,
dan lain sebagainya. Sedangkan pada sistem beban biasanya terdiri dari beban yang
berupa motor-motor induksi, motor-motor sinkron, penerangan, pemanas, dan
bebanbeban yang lain.
2.4 Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik
Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu
– Pembangkitan tenaga listrik,
– Penyaluran tenaga listrik dan
– Distribusi tenaga listrik.
8
Sistem tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga, bahkan
kadangkala cukup disebut dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga biasanya
menggunakan daerah cakupan yang dilistriki, misalnya Sistem Jawa Bali berarti
sistem tenaga listrik yang mencakup Pulau Jawa, Madura dan Bali. Bab ini akan
memperkenalkan elemen-elemen dasar sistem tenaga yang membentuk ketiga bagian
tersebut. Elemen-elemen dasar sistem tenaga adalah:
– pembangkit tenaga listrik
– saluran transmisi
– gardu induk transmisi
– gardu induk distribusi
– jaringan distribusi.
Gambar berikut ini menampilkan ilustrasi hubungan antara elemen – elemen
dasar sistem tenaga.
Gambar 2.3 Elemen-elemen sistem tenaga listrik
Gambar di atas merupakan bagian – bagian dari sistem tenaga listrik yang sudah
disederhanakan.. Pada sistem tenaga yang sesungguhnya dapat terdiri dari banyak
pusat listrik, gardu induk, saluran transmisi, gardu distribusi dan penyulang-
penyulang distribusi yang terhubung secara kompleks.
9
Tujuan operasi sistem tenaga listrik yaitu ekonomi, keandalan dan kualitas
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Tujuan Pengendalian Operasi Sistem Tenaga Listrik
Ekonomi berarti listrik harus dioperasikan seekonomis mungkin, tetapi dengan
tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya.
Keandalan tenaga listrik adalah kekuatan sistem tenaga listrik dalam
menghadapai gangguan. Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun
transmisi dapat diatasi tanpa mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen.
Sedang mutu tenaga listrik adalah kualitas tegangan dan frekuensi sesuai
dengan range yang diijinkan. Mutu tegangan adalah +5% hingga –5% untuk sistem
500 kV dan +5% hingga –10% untuk sistem tegangan lainnya (150kV, 70kV, 20kV).
Efisiensi produksi tenaga listrik diukur dari tingkat biaya yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Hal yang paling mudah dalam optimasi biaya produksi
tenaga listrik adalah dengan sistem merit order. Merit order adalah suatu metoda
dimana pembangkit dengan biaya yang paling murah akan diprioritaskan untuk
beroperasi dibandingkan dengan yang lebih mahal, sampai beban tenaga listrik
tercukupi.
Dalam operasi sistem tenaga listrik harus memenuhi kriteria tujuan operasi
mutu, ekonomis, sekuriti namun kondisi ini sulit untuk dipenuhi sehingga
prioritas/urutan bisa berubah tergantung kondisi sistem. Sebagai contoh, dalam
kondisi siaga tujuan ekonomi bisa menjadi prioritas terakhir dan yang diutamakan
TUJUAN OPERASITUJUAN OPERASI
EKONOMI
MUTUSEKURITI
10
adalah keandalan. Contoh lain dalam kondisi kualitas dan keandalan terpenuhi maka
ekonomi menjadi prioritas utama.
2.5 Peran Pembangkit Dalam Operasi Sistem
Berdasarkan peran untuk memenuhi pasokan bagi sistem tenaga listrik, unit
pembangkit biasanya dapat dikategorikan sebagai salah satu dari tiga jenis
pembangkit yaitu pembangkit pemikul beban-dasar (baseload power plant),
pembangkit pemikul beban menengah (intermediate plant) atau pembangkit pemikul
beban puncak (peaking unit).
Pemikul Beban Dasar
Pembangkit dengan 5000 jam operasi rata-rata per tahun (capacity factor > 57
%) disebut pembangkit pemik ul beban-dasar. Pembangkit dalam kategori ini
memiliki daya keluaran besar, biaya kapital tinggi dan biaya operasi rendah.
Pembangkit tenaga nuklir dan pembangkit tenaga uap berbahan-bakar batubara
biasanya igunakan sebagai pemikul beban dasar.
Pemikul Beban Menengah
Pembangkit dengan jam operasi lebih besar dari 2000 jam per tahun dan lebih
kecil dari 5000 jam rata-rata pertahun (23%> capacity factor > 57 %) disebut
pembangkit pemikul beban menengah. Pembangkit combined cycled, pembangkit
berbahan-bakar minyak dan pembangkit tua yang kurang efisien digunakan untuk
pemikul beban menengah.
Pemikul Beban Puncak
Pembangkit pemikul beban puncak dioperasikan untuk memenuhi beban pada
waktu beban maksimum (beban puncak). Periode bebanpuncak tidak selalu sama.
Jam operasi pembangkit ini kurang dari 2000 jam rata-rata per tahun (capacity factor
< 23 %), sehingga pembangkityang dipilih biasanya yang berbiaya kapital rendah.
Biaya operasi jenispembangkit ini biasanya tinggi, menyebabkan biaya keseluruhan
11
pembangkitan menjadi tinggi. Pembangkit tenaga (turbin) gas, air, pumped-storage
dan mesin Diesel digunakan sebagai pemikulbeban puncak.
2.6 Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Saluran transmisi merupakan koridor yang harus dilalui dalam penyaluran
energi listrik. Saluran transmisi biasanya dinyatakan menggunakan rangkaian
ekivalen (Sudirham, 2012). Walaupun rangkaian ekivalen saluran transmisi cukup
sederhana, ada empat hal yang perlu kita perhatikan yaitu:
• Resistansi konduktor,
• Imbas tegangan di satu konduktor oleh arus yang mengalir di konduktor yang
lain,
• Arus kapasitif karena adanya medan listrik antar konduktor,
• Arus bocor pada isolator (Sudirham, 2012).
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluaran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik
(substation distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna
listrik.
Peningkatan tegangan pada saluran transmisi mempunyai nilai ekonomis yang
sangat penting, mengingat keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Untuk penyaluran daya yang sama, arus yang dialirkan menjadi berkurang. Ini
berarti penggunaan bahan tembaga pada kawat penghantar akan berkurang
dengan bertambah tingginya tegangan transmisi.
b. Luas penampang konduktor yang digunakan berkurang, karena itu struktur
penyangga konduktor menjadi lebih kecil.
c. Oleh karena arus yang mengalir di saluran transmisi menjadi lebih kecil, maka
jatuh tegangan juga semakin kecil.
Pembangunan pusat Pembangkit dengan kapasitas produksi energi listrik yang
besar memerlukan banyak persyaratan, terutama masalah lokasi yang tidak selalu bisa
12
dekat dengan pusat beban seperti kota, kawasan industri dan lainnya. Akibatnya
tenaga listrik tersebut harus disalurkan melalui sistem transmisi yaitu :
Saluran Transmisi
Gardu Induk
Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan
berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi,
Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola
dengan baik.
2.6.1 Saluran Udara
SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran Transmisi Tenaga Listrik yang banyak
digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena harganya yang lebih murah dibanding
jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah.
Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman
bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional, diantaranya:
- Ketinggian kawat penghantar
- Penampang kawat penghantar
- Daya isolasi
- Medan listrik dan Medan magnet
- Desis corona
Macam – macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan antara
lain :
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV
13
Gambar 2.5 SUTT 150 kV
2.6.2 Saluran Kabel
Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan masalah
estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang tinggi,
serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel. Jenis – jenis saluran kabel
diantaranya adalah:
a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV
b.Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV
c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLT) 150 kV
Mengingat bahwa Saluran kabel biaya pembangunannya mahal dan
pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan.
Gambar 2.6 Kabel Tanah Isolasi Minyak Kertas (Oil Filled Cable Paper Insulation) 150 kV
Sukolilo – Ngagel – Simpang (Surabaya)
14
Gambar 2.7 Kabel Laut 150 kV Jawa – Bali
2.6.3 Saluran Gas
Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi
dengan gas, misalnya: gas SF6. Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat
tinggi maka saluran ini jarang digunakan.
Gambar 2.8 Saluran Isolasi Gas
2.6.4 Interkoneksi Transmisi
Dengan semakin berkembangnya pusat-pusat pembangkit dan lokasinya yang
tersebar maka sistem penyaluran tenaga listrik dibuat saling berhubungan antara satu
Subsistem dengan Subsistem lainnya (interkoneksi). Sistem interkoneksi
15
memungkinkan untuk saling memenuhi kebutuhan energi listrik antara satu
Subsistem dengan Subsistem lainnya, sehingga defisit energi pada satu Subsistem
dapat dihindari selain itu akan memperbaiki stabilitas sistem secara keseluruhan.
Berikut ini adalah contoh dua subsistem A dan B yang terinterkoneksi oleh
suatu jaringan transmisi.
Gambar 2.9 Aliran Daya Antara Dua Subsistem
Arah aliran daya tersebut dapat diubah arahnya dengan melakukan pengaturan
tegangan di kedua subsistem tersebut atau dengan cara memaksanya dengan
mengubah sudut fase diantara kedua subsistem menggunakan phase sift
autotransformer apa salah satu ujung saluran transmisi.
2.6.5 Batas Operasi Transmisi
Dalam menyalurkan arus listrik, saluran transmisi dibatasi oleh kemampuan
hantar arus konduktornya. Kapasitas Hantar Arus Konduktor (KHA) adalah
kemampuan konduktor untuk menghantarkan arus. Secara teoretis arus yang dapat
mengalir dalam konduktor akan bertambah sampai konduktor mencapai batas
temperatur leburnya.
Beberapa faktor yang menentukan KHA konduktor antara lain:
a) Ukuran konduktor, makin besar ukuran penampang konduktor maka makin
besar kapasitas arusnya
X
Ea Eb P
16
b) Insulation, panas yang ditimbulkan seharusnya tidak melampaui kemampuan
maksimum temperatur insulation
c) Temperatur ambient, makin tinggi temperatur ambient maka lebih sedikit panas
yang diperlukan untuk mencapai temperatur maksimum insulation
d) Jumlah konduktor, panas yang didisipasi oleh single konduktor lebih kecil
dibanding bundled konduktor
e) Kondisi instalasi, untuk konduktor dalam conduit, duct, trays KHA-nya lebih
rendah, hal tersebut dapat diatasi dengan sistem pendinginan yang baik.
2.6.6 Gardu Induk
a Gardu Induk Transmisi
Gardu induk transmisi merupakan fasilitas dimana saluran transmisi berakhir
atau terhubung dengan saluran transmisi lain. Gardu induk transmisi memiliki
peralatan untuk memisahkan sistem tenaga dan untuk melepaskan peralatan yang
terganggu atau peralatan yang akan dipelihara dari sistem tenaga.
Tegangan perlu diturunkan sebelum sampai di konsumen. Oleh sebab itu
hampir semua gardu induk transmisi memiliki transformator tenaga untuk
menurunkan tegangan transmisi ke tegangan yang lebih rendah.
b Gardu Induk Switching
Gardu induk yang tidak memiliki transformator tenaga disebut gardu induk
switching, hanya memiliki peralatan yang diperlukan untuk memisahkan saluran
transmisi untuk pemeliharaan peralatan atau untuk mengisolir daerah yang terganggu.
2.6.7 Beban
Dalam menganalisa suatu sistem tenaga listrik, beban tidak diberikansecara
lengkap. Untuk merepresentasikan suatu beban dari suatu sistem tenaga listrik, sangat
penting untuk mengetahui variasi daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) terhadap variasi
tegangannya.
17
Di dalam menganalisa suatu sistem tenaga listrik, terdapat 3 cara untuk
merepresentasikan suatu beban, antara lain:
a. Representasi beban dengan daya tetap. Dalam hal ini daya aktif P (MW),
maupun daya reaktif Q (MVAR) dianggap konstan. Representasi beban ini
digunakan untuk merepresentasikan beban untuk studi aliran daya.
b. Representasi beban dengan arus tetap. Dalam hal ini arus dihitung sebagai;
𝐼 =𝑠−𝑗𝑄
𝑣∗= 𝐼∠(θ − φ), ................................................................................(2.1)
Dimana: V = V∠ θ, dan φ = tan-1 𝑄
𝑃 = sudut daya (power factor angle).
c. Representasi beban dengan impedansi tetap. Untuk merepresentasikan suatu
beban dengan impedansi tetap, daya yang diserap oleh beban dikonversikan ke
dalam bentuk impedansi seri atau parallel. Representasi beban dengan
impedansi tetap ini biasanya digunakan pada studi stabilitas suatu sistem tenaga
listrik
2.7 Diagram Segaris (Single Line Diagram)
Langkah pertama dalam analisis adalah memindahkan rangkaian sistem tenaga
ke atas kertas dalam bentuk diagram rangkaian. Diagram rangkaian untuk sistem
tenaga berupa diagram satu garis (single line diagram). Diagram ini sederhana namun
menunjukkan secara lengkap interkoneksi berbagai piranti. Walaupun hanya satu
garis, ia menggambarkan sistem multifasa (Sudirham, 2012)
Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang,
penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa
dengan sebuah jalur netral sebagai jalan balik. Seringkali dengan diagram semacam
itu disederhanakan dengan mengabaikan jalur netralnya dan menunjukkan bagian-
bagian komponen dengan lambang standar sebagai ganti rangkaian ekuivalennya.
Diagram sistem tenaga listrik secara sederhana ini disebut diagram satu garis (one
line diagram). Pembuatan diagram segaris ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang ringkas dari suatu sistem tenaga listrik. Lambang peralatan-peralatan
18
yang biasa digunakan untuk membuat diagram segaris dapat dilihat pada standar yang
berlaku.
Keterangan mengenai beberapa sifat yang penting dari suatu sistem akan
berbeda-beda, hal ini tergantung pada masalah yang akan ditinjau sesuai dengan
maksud diagram tersebut dibuat. Misalnya lokasi dari pemutus rangkaian dan rele
tidak penting apabila diagram tersebut digunakan untuk studi aliran daya, keterangan
tentang pemutus rangkaian dan rele akan menjadi sangat penting untuk studi tentang
kestabilan suatu sistem tenaga listrik dalam keadaan peralihan karena adanya
gangguan. Untuk menghitung besarnya arus yang mengalir pada saat terjadi
gangguan yang menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem tiga fasa, harus
diketahui letak dari titik dimana sistem tersebut dihubungkan dengan tanah.
Pada umumnya titik netral transformator pada sistem transmisi selalu
ditanahkan secara langsung (solidly grounded). Netral generator biasanya ditanahkan
melalui resistansi yang cukup tinggi atau melalui reaktansi induktif yang ditala
(tuned) terhadap resonansi paralel dengan kapasitansi terhadap tanah yang tersebar
dalam generator, kumparan transformator tegangan rendah dan dalam saluran antara
generator dengan transformator. Kumparan semacam ini disebut penetral gangguan
tanah (ground fault neutralizer), kumparan ini juga dapat digunakan pada
transformator.
Gambar 2.10 menunjukkan contoh diagram segaris suatu sistem tenaga listrik
yang sederhana.
Gambar 2.10 Diagram Segaris Suatu Sistem Tenaga Listrik
19
2.8 Besaran Per-Unit
Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau normalisasi.
Besaran-besaran sistem dalam satuan masing-masing, tegangan dalam volt – arus
dalam ampere – impedansi dalam ohm, ditransformasikan ke dalam besaran tak
berdimensi yaitu per-unit (disingkat pu) (Sudirham, 2012).
Pada mulanya transformasi ke dalam per-unit dimaksudkan untuk
mempermudah perhitungan, namun dengan perkembangan penggunaan computer
maksud penyederhanaan itu sudah kurang berarti lagi.
Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran tersebut dengan
suatu besaran basis. Besaran basis ini berdimensi sama dengan dimensi besaran
aslinya sehingga nilai per-unit besaran itu menjadi tidak berdimensi
Nilai Per Satuan = Nilai Sesungguhnya
Nilai Basis ......................................................................... (2.2)
Nilai sesungguhnya mungkin berupa bilangan kompleks, namun nilai basis
yang ditetapkan adalah bilangan nyata. Oleh karena itu sudut fasa nilai dalam per-unit
sama dengan sudut fasa sesungguhnya.
2.8.1 Besaran Per-Unit Untuk Sistem Satu Fasa
Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan nilai dasar dan berbagai
besaran khususnya untuk sistem satu fasa adalah sebagai berikut:
Arus dasar, 𝐴 = 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐴1ɸ
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐿𝑁 ...................................................... (2.3)
Impedansi dasar = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑉𝐿𝑁
𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝐴 ..................................................... (2.4)
20
Impedansi dasar =(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑉𝐿𝑁)2×1000
𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐴1ɸ ....................................... (2.5)
Impedansi dasar =(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑉𝐿𝑁)2
𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐴1ɸ ................................................ (2.6)
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟, 𝑘𝑊1ɸ = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟, 𝑘𝑉𝐴1ɸ ............................................ (2.7)
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟, 𝑀𝑊1ɸ = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟, 𝑀𝑉𝐴1ɸ .......................................... (2.8)
Impedansi per − unit = 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎,Ὠ
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,Ὠ ..................................... (2.9)
2.8.2 Besaran Per-Unit Untuk Sistem Tiga Fasa
Untuk memperoleh nilai dasar untuk sistem tiga fasa pada prinsipnya sama
dengan sistem satu fasa. Tegangan dasar untuk sistem tiga fasa adalah √3 tegangan
satu fasa (tegangan dasar antar saluran) sedangkan daya dasarnya adalah daya dasar
untuk total tiga fasa.
Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai dasar dari
berbagai besaran untuk sistem tiga fasa adalah sebagai berikut:
Arus dasar, 𝐴 = 𝑘𝑉𝐴3ɸ𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
√3×𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐿𝐿 ................................................... (2.10)
Impedansi dasar = (𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿𝐿/√3)2×1000
𝑘𝑉𝐴3ɸ
3 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
................................. (2.11)
Impedansi dasar =(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿𝐿)2×1000
𝑘𝑉𝐴3ɸ𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 ........................................ (2.12)
21
Impedansi dasar =(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿𝐿)2
𝑀𝑉𝐴3ɸ𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 ................................................ (2.13)
2.8.3 Mengubah Dasar Besaran Per-Unit
Impedansi per-unit untuk suatu komponen dari suatu sistem biasanya
dinyatakan dengan dasar yang berbeda dari yang telah dipilih sebagai dasar untuk
bagian dari suatu sistem dimana komponen tersebut dihubungkan. Seluruh impedansi
dari suatu sistem dinyatakan dengan dasar impedansi yang sama. Diperlukan suatu
cara untuk mengubah impedansi per-unit (pu) dari suatu nilai dasar ke nilai dasar
yang baru dengan persamaan berikut:
𝑍𝑏𝑎𝑟𝑢 (𝑝𝑢) = 𝑍𝑙𝑎𝑚𝑎(𝑝𝑢) [𝑘𝑉𝑙𝑎𝑚𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑘𝑉𝑏𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟]
2
× [𝑘𝑉𝑏𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑘𝑉𝑙𝑎𝑚𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟] ......................... (2.14)
2.8.4 Keuntungan Perhitungan Per-Unit
Menganalisa atau membuat perhitungan sistem tenaga listrik dalam nilai per-
unit akan sangat menyederhanakan pekerjaan. Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh dari perhitungan per-unit antara lain:
a. Pabrik biasanya memberikan harga impedansi peralatan dalam persen atau per-
unit dengan rating yang tercantum pada name plate sebagai dasar.
b. Impedansi per-unit mesin yang sejenis tetapi dengan rating yang jauh berbeda
biasanya terletak dalam batas-batas nilai yang sempit, meskipun nilainya dalam
ohm berbeda besar untuk mesin-mesin dengan rating yang berbeda. Oleh karena
itu, apabila impedansi mesin tidak diketahui dengan pasti, pada umumnya
masih mungkin untuk memilih sebuah impedansi per-unit dari daftar nilai rata-
rata yang tersedia, dan hasilnya tidak jauh menyimpang dari kebenaran.
Pengalaman kerja dengan nilai perunit akan membiasakan kita bekerja dengan
nilai impedansi per-unit yang tepat untuk berbagai macam peralatan.
22
c. Apabila diberikan nilai impedansi dalam ohm pada rangkaian ekivalen, setiap
impedansi harus didasarkan pada rangkaian yang sama dengan mengalikan nilai
itu dengan kuadrat perbandingan tegangan rating pada kedua sisi transformator
yang menghubungkan rangkaian pedoman dengan rangkaian yang mengandung
impedansi tersebut. Jika impedansi per-unit sudah dinyatakan dalam dasar yang
benar, maka adalah sama menurut sisi yang manapun dari transformator.
d. Cara menghubungkan transformator dalam rangkaian tiga fasa tidak
mempengaruhi impedansi per-unit rangkaian ekivalennya, meskipun hubungan
transformator memang menentukan hubungan antara dasar tegangan pada kedua
sisi transformator tersebut.
2.9 Studi Aliran Daya
Studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang penting. Studi
aliran daya mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan
tertentu tatkala sistem bekerja saat tunak (steady state). Studi aliran daya juga
memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi di sistem, tegangan di
setiap lokasi untuk evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga dan bertujuan untuk
menentukan besarnya daya nyata (real power), daya reaktif (reactive power) di
berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan
untuk operasi normal.
Studi aliran daya merupakan studi yang penting dalam perencanaan dan desain
perluasan sistem tenaga listrik dan menentukan operasi terbaik pada jaringan yang
sudah ada. Studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta
pengembangan sistem di masa-masa yang akan datang. Karena seiring dengan
bertambahnya konsumen akan kebutuhan tenaga listrik, maka akan selalu terjadi
perubahan beban, perubahan unit-unit pembangkit, dan perubahan saluran transmisi.
Secara umum, simulasi aliran daya pada sebuah jaringan sistem tenaga listrik
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Masukan daya/beban yang diperlukan/dikonsumsi pada semua bus
23
2. Masukan daya keluaran/output dari semua pembangkit
3. Amati dan analisa daya yang mengalir pada masing-masing transmisi dan trafo,
perhatikan pula tegangan di masing-masing bus pada sistem tersebut.
Simulasi aliran daya harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa
persyaratan sebagai berikut :
1. Sistem tenaga listrik yang disimulasikan harus beroperasi tanpa pembebanan
berlebih (overload) pada peralatan-peralatan transmisi, trafo dan generator.
2. Tegangan pada masing-masing bus berada pada batas/kriteria keandalan sistem
(untuk sistem 150 kV : 90% < Vn < 105% dan untuk sistem 500 kV : 95% < Vn
< 105%)
3. Menjaga keluaran daya aktif dan reaktif pada tiap-tiap generator pada batas-
batas yang sesuai dengan curva capabilities masing-masing generator.
2.9.1 Input dan Output dari Perhitungan Aliran Daya
Pada simulasi aliran daya menggunakan PSS/E 31 ini gardu induk
direpresentasikan dengan nama bus, berikut ini adalah tipe-tipe bus pada simulasi
aliran daya :
a. Slack Bus/Swing Bus merupakan bus pembangkit yang keluaran daya aktifnya
dapat bebas berubah untuk menjaga kesetimbangan antara beban dan
pembangkitan.
b. PV Bus (Voltage controled Bus) merupakan bus yang terhubung ke generator.
Untuk pengaturan tegangan dengan mengatur nilai daya reaktif Generator.
c. PQ Bus (Load Bus) merupakan bus yang terhubung ke Beban
d. Inactive Bus, merupakan bus yang dimatikan (switched off)
Pada masing-masing tipe bus diatas memiliki input dan output yang berbeda-
beda, selain itu, pada PSS/E kita harus menentukan tiap-tiap tipe bus ini dengan
menggunakan Code berupa nomor, dimana apabila kita salah dalam penentuan nomor
kode suatu bus, maka bus tersebut tidak dapat berfungsi dan disimulasikan dengan
benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
24
Tabel 2.1 Tipe – tipe bus dalam simulasi aliran daya
(Sumber: buku panduan PSS/E simulator)
TIPE BUS KODE PADA
PSS/E
NILAI YANG DITENTUKAN
(INPUT)
NILAI HASIL
PERHITUNGAN
(OUTPUT)
Slack Bus 3 Tegangan bus Generator
Sudut tegangan sebagai referensi
dari sudut bus yang lain
Daya aktif dari
generator
Daya reaktif dari
generator
PV Bus 2 Tegangan bus generator
Daya aktif generator
Daya reaktif dari
generator
Sudut tegangan
bus
PQ Bus 1 Daya aktif trafo beban
Daya reaktif trafo beban
Tegangan bus
Sudut tegangan
bus
Inactive Bus 4 - -
Selain input dan output dari tipe-tipe bus pada simulasi aliran daya, beberapa
input lain yang harus dilakukan saat melakukan simulasi aliran daya antara lain :
- Impedansi and admitansi charging dari Transmisi.
- Impedansi dan tap ratio dari Transformer.
- Admitansi dari peralatan yang terhubung shunt seperti static capacitors and
reactors.
- Daya yang dibutuhkan oleh masing-masing bus dari sistem.
- Daya keluaran dari masing-masing generator.
- Daya reaktif dan besar tegangan bus dari masing-masing generator.
- Maximum and minimum kemampuan daya reaktif dari masing-masing
generator.
25
2.9.2 Penyelesaian Aliran Daya
Penyelesaian persolaan aliran daya adalah nonlinear dan memerlukan
perhitungan persamaan aliran daya dan pemrosesan error secara berulang (iterasi).
Cara Simpel tetapi Efektif secara skema iterasi adalah sebagai berikut:
- Buat estimasi awal dari tegangan untuk masing-masing bus.
- Hitung estimasi vektor arus yang mengalir titik pada masing-masing bus dari
kondisi batasan seperti berikut:
𝑷𝒌 + 𝑸𝒌 = 𝒗𝒌. 𝒊𝒌
- Perhitungan diatas menghasilkan Estimasi vektor tegangan baru untuk masing-
masing bus.
- Kembali ke tahap 2 dan ulangi tahapan sampai hal tersebut konvergen (Estimasi
tegangan yang tidak berubah dari tegangan sebelumnya).
User PSS/E dapat memilih dari ke lima skema iterasi perhitungan aliran daya,
yaitu:
- Iterasi Gauss-Seidel.
- Iterasi Modified Gauss-Seidel cocok untuk series Capacitors.
- Iterasi Fully coupled Newton-Raphson.
- Iterasi Decoupled Newton-Raphson.
- Iterasi Fixed slope Decoupled Newton-Raphson.
Tabel dibawah ini adalah menunjukan kelebihan serta kekurangan dari masing –
masing skema iterasi perhitungan aliran daya yang dikutip dari buku PSS®E-33
Advanced Power Flow (Siemens Industry, Inc : 2014)
26
Tabel 2.2 Perbandingan Antar Algoritma
(Sumber: PSS®E-33 Advanced Power Flow)
2.10 Panduan Simulasi Aliran Daya Menggunakan PSS/E 33.5
PSS/E yang merupakan singkatan dari Power System Simulator for Engineering
adalah sebuah sistem dari program-program dan struktur data-data yang didesain
untuk melakukan pekerjaan simulasi power sistem , seperti:
- Analisa Aliran Daya (Power Flow).
Operasi sistem
Perencanaan jangka panjang
- Analisa Hubung Singkat (Fault Analysis).
- Simulasi Stability (Transien dan dinamik)
- Data handling, updating, and manipulation
27
Langkah-langkah dalam simulasi PSS/E secara umum antara lain :
1. Pastikan parameter data fisik peralatan (Transmisi, generator, Load,
transformer, atau shunt) yang merupakan parameter yang tepat untuk
merepresentasikan peralatan tersebut.
2. Transfer parameter pemodelan data fisik dari peralatan sistem tenaga kedalam
format entri data PSS/E.
3. Pergunakan program PSS/E untuk memprocess the data, melakukan
perhitungan Studi aliran daya, Hubung Singkat atau simulasi Stability.
4. Pelajari dan Analisa hasil simulasi tersebut dan buat report untuk simulasi
tersebut
Gambar 2.11 Struktur dari PSS/E
28
Gambar 2.12 Tampilan muka awal PSS/E
Gambar 2.13 Tampilan aliran daya pada PSS/E