15
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reviu penelitian terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini, terutama dalam pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Governance terhadap Tax Avoidance telah banyak dilakukan. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lain, baik dari segi variable yang digunakan, maupun hasil dari penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut tabel ringkasan yang menunjukkan penelitian terhadap Tax Avoidance dari peneliti sebelumnya. Cahyono et al. (2016) meneliti tentang Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewa Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas apakah memiliki pengaruh terhadap tindakan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Peneletian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dan uji hipotesis regresi linear berganda. Hasil penelitian tersebut adalah adanya pengaruh yang signifikan antara Komite Audit dan Kepemilikan Institusional terhadap tax avoidance. Sedangkan pada varible bebas lainnya, dewan komisaris, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas menyatakan hal yang sebaliknya bahwa varible tersebut tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Saputra et al. (2016) juga meneliti tentang penghindaran pajak. Penelitian tersebut menggunakan uji Regresi Linear Berganda dengan software SPSS. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas (ROA), dan Karakter Eksekutif berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reviu penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38736/3/BAB II.pdf · Berikut tabel ringkasan yang menunjukkan ... juga meneliti tentang penghindaran pajak

  • Upload
    lethu

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reviu penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini, terutama dalam

pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Governance terhadap Tax Avoidance

telah banyak dilakukan. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu

dengan penelitian lain, baik dari segi variable yang digunakan, maupun hasil dari

penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara

peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut tabel ringkasan yang menunjukkan

penelitian terhadap Tax Avoidance dari peneliti sebelumnya.

Cahyono et al. (2016) meneliti tentang Komite Audit, Kepemilikan

Institusional, Dewa Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas

apakah memiliki pengaruh terhadap tindakan Penghindaran Pajak (Tax

Avoidance). Peneletian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dan uji

hipotesis regresi linear berganda. Hasil penelitian tersebut adalah adanya

pengaruh yang signifikan antara Komite Audit dan Kepemilikan Institusional

terhadap tax avoidance. Sedangkan pada varible bebas lainnya, dewan komisaris,

ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas menyatakan hal yang sebaliknya

bahwa varible tersebut tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Saputra et al. (2016) juga meneliti tentang penghindaran pajak. Penelitian

tersebut menggunakan uji Regresi Linear Berganda dengan software SPSS. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas (ROA), dan Karakter Eksekutif

berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan Corporate Governance tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

8

Kurniasih dan Sari (2013) meniliti Pengaruh ROA, Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax

Avoidance. Penelitian tersebut menggunakan uji Regresi Linear Berganda dengan

software SPSS. Hasil penelitian Kurniasih dan Sari (2013) menunjukan bahwa

Secara Simultan Return on Assets (ROA), Leverage, Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance.

Ngadiman dan Puspitasari (2014) meneliti apakah Leverage, Kepemilikan

Institusional, dan Ukuran Perusahaan mempengaruhi Penghindaran Pajak (Tax

Avoidance). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Kepemilikan

Institusional, dan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifikan, sedangkan

Leverage tidak memiliki pengaruh Signifikan.

Sari (2014) meneliti tentang Pengaruh Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal, dan Struktur Kepemilikan Pada Tax

Avoidance. Hasil penelitian Sari (2014) menunjukan bahwa Komisaris

Independen dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance,

sedangkan Komite Audit, Kompensasi Rugi Fiskal, dan Struktur kepemilikan

tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti

Judul Metode Analisis Variabel Hasil

Deddy Dyas

Cahyono,

Rita Andini

dan Kharis

Raharjo

(2016)

Pengaruh

Komite Audit,

Kepemilikan

Institusional,

Dewa

Komisaris,

Ukuran

Perusahaan,

Leverage, dan

Uji Normalitas,

Multikolinearita,

Heteroskedastisitas,

dan Autokorelasi

Uji Regresi Linear

Berganda

Variabel

tidak bebas

adalah tax

avoidance

Variabel

bebas adalah

Komite

Audit,

Kepemilikan

Institusional,

berpengaruh

terhadap tax

avoidance

Sedangkan

dewan

9

Profitabilitas

terhadap

tindakan

Penghindaran

Pajak (Tax

Avoidance)

Komite

Audit,

Kepemilikan

Institusional,

Dewa

Komisaris,

ukuran

perusahaan,

Leverage,

dan

profitabilitas

komisaris,

ukuran

perusahaan,

leverage, dan

profitabilitas

berpengaruh

tidak

berpengaruh

pada tax

avoidance

Muhammad

Fajri

Saputra,

Dandes Rifa,

Dan Novia

Rahmawati,

(2016)

Pengaruh

corporate

governance,

profitabilitas

dan karakter

eksekutif

terhadap tax

avoidance pada

perusahaan

yang terdaftar

di BEI

Analisis Regeresi

Linear Berganda

dan Uji Asumsi

Klasik

Corporate

Governance,

ROA, dan

karakter

eksekutif

ROA,dan

Karakter

Eksekutif

berpengaruh

terhadap tax

avoidance,

sedangkan

Corporate

Governance

tidak

berpengaruh

terhadap tax

avoidance

Tommy

Kurniasih

dan Maria

M. Ratna

Sari (2013)

Pengaruh ROA,

Leverage,

Corporate

Governance,

Ukuran

Perusahaan ,

dan

Kompensasi

Rugi Fiskal

Pada Tax

Avoidance

Analisis Regeresi

Linear Berganda

dan Uji Asumsi

Klasik

Objek: 72

Perusahaan di BEI

selama 4 tahun

Variable

tidak bebas

adalah Tax

Avoidance

Variable

Bebas adalah

ROA,

Leverage,

Corporate

Governance,

Ukuran

Perusahaan ,

dan

Kompensasi

Rugi Fiskal

Secara

Simultan

Return on

Assets

(ROA),

Leverage,

Corporate

Governance,

Ukuran

Perusahaan

dan

Kompensasi

Rugi Fiskal

berpengaruh

signifikan

terhadap tax

avoidance.

Ngadiman

dan

Christiany

Pengaruh

Leverage,

Kepemilikan

Analisis Regeresi

Linear Berganda

dan Uji Asumsi

Variable

tidak bebas

adalah Tax

Kepemilikan

Institusional,

dan Ukuran

10

Puspitasari

(2014)

Institusional,

dan Ukuran

Perusahaan

Terhadap

Penghindaran

Pajak (Tax

Avoidance)

Pada

Perusahaan

Sektor

Manufaktur

Yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia

2010-2012

Klasik

Avoidance

Variable

Bebas adalah

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

dan Ukuran

Perusahaan

Perusahaan

memiliki

pengaruh

signifikan,

sedangkan

Leverage

tidak

memiliki

pengaruh

Signifikan

Gusti Maya

Sari (2014)

Pengaruh

Corporate

Governance,

Ukuran

Perusahaan,

Kompensasi

Rugi Fiskal,

dan Struktur

Kepemilikan

Pada Tax

Avoidance

Analisis Deskriptif

dan Analisis

Induktif

Variable

Dependen

adalah Tax

Avoidance

Variable

Independen

adalah

Komisaris

Independen,

Komite

Audit,

Ukuran

Persahaan,

Kompensasi

Rugi Fiskal,

dan Struktur

kepemilikan

Komisaris

Independen

dan Ukuran

Perusahaan

berpengaruh

terhadap Tax

Avoidance,

sedangkan

Komite

Audit,

Kompensasi

Rugi Fiskal,

dan Struktur

kepemilikan

tidak

berpengaruh

terhadap Tax

Avoidance.

Penelitian terdahulu pada tabel di atas menjadi acuan dalam penelitian ini.

Penelitian yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu dikembangkan untuk

menjawab dengan pasti variabel-variabel yang diteliti. Peneliti mengambil

variabel-variabel yang sudah diteliti pada penelitian terhdahulu kemudian

mengambangkannya dengan variabel dan metode analisis berbeda yang belum

diteliti sebelumnya. Penelitian ini meneliti apakah kinerja keuangan dan corporate

11

governance berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Kinerja keuangan diukur

dengan ROA, DAR, dan DPR. Sedangkan Corporate Governance diproksikan

melalui lima indikator yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit,

komisaris independen, dan kepemilikan manajerial. Dengan penilitian ini

diharapkan dapat menambah manfaat teoritis maupun praktis.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih

untuk yang telah terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan

antara pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga sebagai

agent) dengan pemilik perusahaan (atau pemegang saham, disebut juga

sebagai principal). Di samping itu, utuk perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT), tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada

modal yang disetorkan. Artinya, apabila perusahaan mengalami

kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh

para pemilk perusahaan mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan

pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk menutup kerugian

tersebut. Dengan demikian memungkinkan munculnya masalah-

masalah keagenan (agency problem).

Masalah keagenan (agency problem) muncul dalam dua bentuk,

yaitu antara pemilik perusahaan (principals) dengan pihak manajemen

(agent), dan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Tujuan

normatif pengambilan keputusan keuangan yang menyatakan bahwa

keputusan diambil untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik

12

perusahaan, hanya benar apabila pengambil keputusan keuangan (agent)

memang mengambil keputusan dengan maksud untuk kepentingan para

pemilik perusahaan.

Masalah keagenan (agency problem) antara pemegang saham

(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen

tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tertentu

menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa

saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang

saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Terjadilah

conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-

sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus

mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain:

pengeluaran untuk memonitor kegiatan-kegiatan manajer, pengeluaran

untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-

tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta oportunity cost yang

timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil

keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Atmaja, 2008).

2.2.2 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

(Pohan, 2013) menyatakan bahwa Penghindaran pajak adalah

upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi

wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan,

dimana metode dan tehnik yang digunakan cenderung memanfaatkan

kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang

13

dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak

yang terutang. Penghindaran pajak merupakan salah satu upaya

meminimalisasi beban pajak yang sering dilakukan oleh perusahaan,

karena masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan yang berlaku.

Meski penghindaran pajak bersifat legal, dari pihak pemerintah tetap

tidak menginginkan hal tersebut. Fenomena penghindaran pajak di

Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio) negara Indonesia.

Rasio pajak menunjukkan kemampuan pemerintah dalam

mengumpulkan pendapatan pajak atau menyerap kembali PDB dari

masyarakat dalam bentuk pajak. Semakin tinggi rasio pajak suatu

negara, maka semakin baik kinerja pemungutan pajak negara tersebut

(Putri dan Putra, 2017).

Effective Tax Rate. Effective Tax Rate (ETR) pada dasarnya adalah

sebuah presentasi besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.

Effective Tax Rate (ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan pada

informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective

Tax Rate (ETR) merupakan bentuk realisasi pembayaran pajak pada

perusahaan. Tarif pajak efektif kas adalah perbandingan antara pajak riil

yang kita bayar dengan laba komersial sebelum pajak. Tarif pajak

efektif kas digunakan untuk mengukur dampak perubahan kebijakan

perpajakan atas beban pajak perusahaan

2.2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan

perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas

14

perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. IAI

(2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan

perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses

pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,

menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan

pada suatu periode tertentu. Salah satu untuk menganalisis kinerja

keuangan dapat dilakukan dengan melakukan analisis rasion keuangan.

Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk

mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun

laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

Beberapa Rasio Keuangan menurut (Kasmir, 2008) antara lain

dengan rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar.

Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran

dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana

perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.

Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.

Salah satu pengukuran profitabilitas adalah return on assets ratio. Rasio

tersebut membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total

aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan

kinerja keuangan perusahaan sangat baik. Solvabilitas atau Leverage

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

15

jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek

tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka

panjang. Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang

menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham.

Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor

atas kinerja keuangan perusahaan di masa lalu serta prospek di masa

yang akan datang. Salah satu pengukuran dalam rasio ini adalah Rasio

Pembayaran Dividen atau Dividend Payout Ratio. Rasio ini melihat

bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.

2.2.4 Corporate Governance

Corporate Governance merupakan sebuah studi yang mempelajari

hubungan direktur, manajer, karyawan, pemegang saham, pelanggan,

kreditur dan pemasok terhadap perusahaan dan hubungan antar

sesamanya (Irawan, 2012).

Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan

struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan

akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang saham (shareholders)

dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan semua

pihak yang terkait stakeholders (Basri, 2009).

Menurut Tunggal (2013), unsur-unsur corporate governance terdiri

atas; Pemegang Saham, Komisaris, Direksi, Komite Audit, Sekretaris

Perusahaan, Manajer dan Karyawan, Auditor Eksternal, Auditor

Internal, dan Stakeholder. Dari sembilan unsur tersebut diambil lima

16

unsur untuk dijadikan indikator corporate governance pada penelitian

ini.

Dewan Komisaris merupakan faktor sentral dalam corporate

governance. Hukum perseroan menempakan tanggung jawab legal atas

urusan suatu perusahaan kepada dewan komisaris. Dewan komisaris

juga bertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan dan

melaksanakan kebijakan tersebut. Dewan komisaris menjadi kaki

tangan pemegang saham dalam pengawasan kinerja perusahaan.

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan. keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena

didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan

kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik

(pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya.

Dewan Direksi merupakan adalah jajaran direktur yang ditunjuk

oleh pemilik perusahaan untuk menjalanan dan memimpin perusahaan.

Tata kelola perusahaan baik tidak lepas dari tanggung jawab direksi.

Direksi menjadi kunci utama dalam suatu keberlangsungan usaha

karena direksi bertugas untuk memimpin, memilih, menyetujui, dan

menyampaikan laporan atas kinerja perusahaan kepada pemegang

saham. Komite Audit adalah pembantas antara auditor internal dan

17

auditor eksternal. Keanggotaan komite audit minimal terdiri dari tiga

orang yang bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang

independen terhadap dewan komisaris dan membantu dewan direksi

untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit

laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit.

Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham

perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai

pemegang saham perusahaan

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Tax Avoidance

Return on assets (ROA) memperhitungkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan..

Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif dengan tarif

pajak efektif karena semakin efisien perusahaan, maka perusahaan akan

membayar pajak yang lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif

perusahaan tersebut menjadi lebih rendah (Ngadiman dan Puspitasari,

2014).

Menurut Kurniasih dan Sari (2013) leverage adalah rasio yang

mengukur kemampuan hutang baik jangka panjang maupun jangka

pendek untuk membiayai aktiva perusahaan. leverage diukur dengan

rasio debt to assest ratio yaitu membagi total kewajiban jangka panjang

dengan total asset perusahaan. Hasil rasio tersebut menujukan

komposisi sumber dana sumber pendanaan perusahaan dari hutang.

Hutang yang dimaksud adalah hutang jangka panjang. Semakin besar

18

rasio menunjukan sumber pendanaan dari hutang semakin besar

sehingga memunculkan beban bunga atau beban keuangan yang harus

dibayarkan oleh perusahaan. Pada laporan laba rugi, posisi beban

keuangan terletak sebelum laba sebelum pajak. Sehingga, semakin

besar beban keuangan juga akan menurunkan laba sebelum pajak. Laba

sebelum pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang menentukan

besar kecilnya beban pajak yaitu 25%. Sehingga perusahaan

memanfaatkan kondisi tersebut untuk menurunkan dasar pengenaan

pajaknya sehingga beban pajak yang dibarkan lebih kecil dari

seharusnya.

Rasio pasar diukur menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR),

merupakan indikator dari Kinerja Keuangan Perusahaan. Dividend

payout ratio menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar

dividen. Laba perusahaan menjadi pertimbangan penentuan dividen per

lembar sehingga laba perusahaan menjadi tolak ukur dalam kinerja

keuangan suatu perusahaan (Utomo et al., 2016). Laba yang optimal

menggambarkan kinerja perusahaan yang baik. Oleh karena itu,

perusahaan berusaha agar laba selalu optimal. Pembayaran dividen

yang rendah berindikasi bahwa kinerja keuangan perusahaan tidak

optimal sehingga perusahaan perusahaan akan mencari cara agar kinerja

keuangan perusahaan menjadi optimal dan meningkatkan pembayaran

dividennya yang kemudian akan menarik investor untuk berinvestasi

pada perusahaan. Tetapi, di sisi lain perusahaan yang pembayaran

dividennya terlalu tinggi menjadi sinyal negatif bahwa perusahaan

19

tersebut tidak berprospek di masa depan (Novianti, 2015). Dengan

tujuan menarik investor tersebut perusahaan meningkatkan kinerja

keuangannya sehingga investor dapat menganilisis bahwa perusahaan

akan memberikan dividen yang sesuai keinginan investor. Oleh karena

itu, perusahaan akan menigkatkan kinerja keuangannya, salah satu cara

meningkatkan kinerja keuangan adalah dengan menekan beban pajak

yaitu melakukan penghindaran pajak

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya ROA,

Leverage, dan DPR berpengharuh pada tingkat penghindaran pajak.

H1: Kinerja Keuangan Perusahaan berpengaruh terhadap Tax

Avoidance

2.3.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avidance

Menurut Fadhilah (2014), Penerapan corporate governance

dalam menentukan kebijakan perpajakan yang akan digunakan oleh

perusahaan berkaitan dengan pembayaran pajak penghasilan perusahaan.

Pembayaran pajak penghasilan didasarkan pada besarnya laba yang

diperoleh perusahaan. Perusahaan tentunya selalu menginginkan laba

yang besar, namun laba besar akan dikenakan beban pajak yang besar.

Beban pajak yang besar menyebabkan perusahaan akan berusaha untuk

melakukan penghindaran pajak dengan risiko yang kecil. Dalam

penelitian ini corporate governance diukur dengan menggunakan lima

proksi yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, komisaris

independen dan kepemilikan manajerial.

20

Dewan direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan

bertanggungjawab penuh atas pengurusan operasional perusahaan

sesuai dengan tujuan perusahaan (Hadi dan Mangoting, 2015). Dewan

direksi menuntut untuk membuat kinerja perusahaan menjadi semakin

baik. Sehingga, tidak menutup kemungkinan dengan adanya dewan

komisaris penghindaran pajak dapat dilakukan.

Dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan (Sari et

al., 2016). Dalam struktur dewan komisaris terdapat komisaris

independen dan komisaris non-independen. Komisaris independen

didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal

dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi

dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai

direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik

menurut peraturan yang dikelurkan oleh BEI. Komisaris independen

memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal.

Sehingga dengan rendahnya jumlah komisaris independen pada jajaran

dewan komisaris, akan mengakibatkan perusahaan cenderung untuk

melakukan penghindaran pajak.

Berjalannya komite audit dalam suatu perusahaan dapat

meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan

oleh pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki komite audit

memungkinkan adanya pengendalian laporan keuangan yang efektif

dan dapat mendukung adanya corporate governance dalam suatu

perusahaan. Maka dalam penelitian ini dapat diasumsikan perusahaan

21

yang melakukan corporate governance memiliki kemungkinan yang

sangat kecil dalam melakukan penghindaran pajak karena memiliki

pengawasan dan pengontrolan yang baik dalam perusahaan tersebut

(Saputra, 2017). Pada penelitian Saputra et al. (2016), ditemukan bahwa

komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki

saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus

sebagai pemegang saham perusahaan (Kalbuana et al., 2017). Sehingga

peningkatan kepemilikan manajerial diharapkan dapat menurunkan

level tax avoidance.

Sehingga corporate governance yang diproksikan dengan lima

indikator tersebut dapat mengakibatkan dilakukannya penghindaran

pajak

H2: Corporate Governance berperngaruh terhadap tax avoidance

2.4 Kerangka pemikiran teoritis

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kinerja

Keuangan

Corporate

Governance

Tax

Avoidance

H1

H2

X1

X2

Y