14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Studi Kelayakan Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang menganalisis layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru. Menurut Gittinger, J.P, (1986) Feasibility studies aim to objectively and rationally uncover the strengths and weaknesses of an existing business or proposed venture, opportunities and threats present in the environment, the resources required to carry through, and ultimately the prospects for success. Studi kelayakan bertujuan untuk secara obyektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan dari bisnis yang sudah ada atau usaha yang diusulkan, peluang dan ancaman yang ada di lingkungan, sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan, dan akhirnya prospek untuk sukses. Pengertian studi kelayakan menurut Simanjuntak (1992) adalah studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang diusulkan. 2.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan Tujuan atau manfaat studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan. Belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk melakukan studi kelayakan, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek seperti aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek keuangan, tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut. Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan meliputi : 1. Aspek Teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan input dan output dari barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu proyek. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Misalnya dalam proyek pertanian, keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian; ketersediaan air baik secara alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Studi …...kelayakan, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek seperti aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang menganalisis

layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka

pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana

peluncuran produk baru.

Menurut Gittinger, J.P, (1986) Feasibility studies aim to objectively and rationally

uncover the strengths and weaknesses of an existing business or proposed venture,

opportunities and threats present in the environment, the resources required to carry

through, and ultimately the prospects for success. Studi kelayakan bertujuan untuk secara

obyektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan dari bisnis yang sudah ada atau

usaha yang diusulkan, peluang dan ancaman yang ada di lingkungan, sumber daya yang

diperlukan untuk melaksanakan, dan akhirnya prospek untuk sukses.

Pengertian studi kelayakan menurut Simanjuntak (1992) adalah studi awal untuk

merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya,

manfaat dan kelayakan proyek yang diusulkan.

2.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan

Tujuan atau manfaat studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi

kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek

investasi yang akan dilakukan. Belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu

diteliti, aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk melakukan studi

kelayakan, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek seperti aspek

hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi,

aspek manajemen, aspek keuangan, tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam

dalam investasi tersebut.

Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan meliputi :

1. Aspek Teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan input dan output dari

barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu proyek. Analisis

secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu

proyek yang diusulkan. Misalnya dalam proyek pertanian, keadaan tanah di daerah

proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian; ketersediaan air baik secara alami

(hujan dan penyebaran hujan) maupun kemungkinan untuk pembangunan irigasi;

varietas benih tanaman dan ternak; pengadaan produksi; potensi dan keinginan

penggunaan mekanisasi. Analisis secara teknis juga akan menguji fasilitas-fasilitas

pemasaran dan penyimpanan (storage) yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan

proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan.

2. Aspek Institusional – Organisasi – Manajerial, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan

pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek tersebut dengan pola sosial budaya

masyarakat setempat. Apakah proyek mempertimbangkan gangguan yang akan dirasakan

oleh petani-petani yang terbiasa dengan pola lama? Jika ya, ketentuan apa yang telah

dibuat untuk membantu mereka berpindah ke pola baru? Sistem komunikasi apa yang

ada untuk memberikan informasi baru kepada petani dan mengajarkan dengan keahlian

baru? Selain itu, untuk dapat dilaksanakan suatu proyek harus disesuaikan secara tepat

dengan struktur kelembagaan yang ada di daerah tersebut. Susunan organisasi proyek

tersebut sesuai dengan prosedur organisasi setempat; dan didukung oleh keahlian staf

yang ada mempunyai kemampuan untuk menangani proyek.

3. Aspek Sosial, yaitu menyangkut dampak sosial dan lingkungan yang disebabkan adanya

input dan output yang akan dicapai dari suatu proyek seperti distribusi pendapatan dan

penciptaan lapangan kerja.

4. Aspek Komersial, yaitu berkenaan dengan rencana pemasaran output yang dihasilkan

proyek maupun rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan

pelaksanaan proyek. Berkaitan dengan pemasaran output, hal-hal yang harus

diperhatikan adalah ke mana produk akan dijual? Apakah pasar cukup luas untuk

menyerap output yang dihasilkan proyek? Berapa share pasar yang akan dikuasai produk

hasil proyek? Sementara berkaitan dengan penyediaan input adalah apakah saluran pasar

untuk input tersedia dengan kapasitas sesuai dengan yang diperlukan? Bagaimana

pembiayaan untuk penyedia input dan bagi petani sebagai pembeli input.

5. Aspek Finansial, yaitu berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial proyek terhadap

peserta yang tergabung/terlibat dalam proyek. Selain itu yang berkaitan dengan

administrasi proyek seperti berapa besar dana investasi yang dibutuhkan dan kapan

dibutuhkannya? Bagaimana dengan biaya operasional jika proyek mengalami hambatan?

Apakah biaya-biaya ini tergantung kepada alokasi anggaran atau apakah proyek dapat

memberikan hasil yang dapat menutupi biaya administrasi.

6. Aspek Ekonomi, yaitu berkenaan dengan kontribusi proyek terhadap pembangunan

perekonomian dan berapa besar kontribusinya dalam menentukan penggunaan sumber

daya yang diperlukan. Sudut pandang dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat

secara keseluruhan.

Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu

dilakukan studi kelayakan yaitu :

1. Menghindari risiko kerugian untuk mengatasi risiko kerugian dimasa yang akan datang,

karena dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidak pastian. Kondisi ini ada

yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa

diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko

yang tidak kita inginkan, baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat

dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di

masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan

dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana

yang akan diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek

akan dibangun, siapa-siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankan,

berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi

penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha,

mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan dengan adanya berbagai rencana yang sudah

disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan

bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Kemudian pengerjaan usaha

dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana

yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan

setiap tahap yang sudah direncanakan.

4. Memudahkan pengawasan dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai

dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk

melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar

pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan

dapat sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi,

sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.

5. Memudahkan pengendalian apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan

pengawasan maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan

dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah

untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tidak melenceng dari rel yang

sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis, tergantung pada

besarnya dana yang tersedia dalam investasi tersebut. Terkadang ada satu hal lagi yang

seharusnya dikemukakan secara eksplisit, yaitu aspek sistem alami dan kualitas lingkungan.

Pengalaman di berbagai negara sering kali menunjukkan bahwa sistem alami dan lingkungan

dirugikan oleh pelaksanaan suatu proyek. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas

lingkungan akan menunjang kelangsungan suatu usaha agrobisnis/proyek sebab tidak ada

proyek yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Kadariyah,

1986).

2.3 Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-

faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif,

efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan

usahataninya meningkat (Rahim dan Diah Hastuti, 2007).

Ilmu usahatani bisa diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan

dikatakan efidien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).

Ditinjau dari segi pembangunan, hal terpenting mengenai usaha tani adalah kondisi yang

hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk

memanfaatkan periode usaha tani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.

Usahatani pada dasarnya adalah alokasi sarana produksi yang efisien untuk mendapatkan

produksi pendapatan usahatani yang tinggi. Jadi usahatani dikatakan berhasil kalau diperoleh

produksi yang tinggi dan sekaligus juga pendapatan yang tinggi. Pengelolaan usahatani

merupakan pemilihan usaha antara berbagaialternatif penggunaan sumber daya yang terbatas

yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Dalam usahatani juga terjadi kegiatan

mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian atau suatu kegiatan yang

mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut

bidang pertanian.

Usahatani yang ada di negara berkembang khususnya Indonesia terdapat dua corak

dalam penggelolaannya yaitu usahatani yang bersifat subsisten adalah dengan merubah

melalui usahatani komersial. Usahatani komersial dicirikan adanya suatu usahatani untuk

mencari laba atau profit yang sebesar-besarnya. Tingkat kesenjangan petani sangat ditentukan

pada hasil panen yang diperoleh. Banyaknya hasil panen tercermin pada besarnya pendapatan

yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga

terpenuhi, dengan demikian tingkat kebutuhan konsumsi keluarga terpenuhi sangat

ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Berdasarkan teori ekonomi makro, usahatani

pada prinsipnya dapat digolongkan sama dengan bentuk perusahaan, dimana untuk

memproduksi secara umum diperukan modal, tenaga kerja, teknologi, dan kekayaan (Mosher,

1997).

2.4 Faktor Produksi Usahatani

Dalam usahatani, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh

resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang

diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksipun ikut sebagai penentu

pencapaian produksi. Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan ini yang dibutuhkan

dapat dipenuhi.

Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dalam usahatani yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Produksi Tanah/ Lahan

Tanah merupakan faktor produksi yang memiliki kedudukan penting dalam suatu

usahatani. Tanah merupakan syarat mutlak bagi petani untuk dapat memproduksi padi.

Dengan memiliki lahan yang cukup berarti petani sudah mempunyai modal utama yang

sangat berharga sebagai seorang petani karena pada lahan inilah petani akan melakukan

proses produksi sehingga menghasilkan padi. Whittow (1994) berpendapat, sebagaimana

dikutip oleh Widiyanto dan Suprapto dalam Maryam (2002), lahan merupakan sebidang

permukaan bumi yang meliputi parameter-parameter geologi, endapan permukaan, topografi,

hidrologi, tanah, flora dan fauna yang secara bersama-sama dengan hasil kegiatan manusia

baik di masa lampau maupun masa sekarang yang akan mempengaruhi terhadap penggunaan

saat ini maupun yang akan datang. Pada umumnya lahan sawah merupakan lahan pertanian

yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air.

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses

produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Semakin luas lahan (yang

digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

(Rahim, 2007). Dalam usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah

pasti kurang efisien dbanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin

tidak efisien usaha tani dilakukan, kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan

administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada

penerapan teknologi, karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung

berlebihan (hal ini berhubungan erat dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan

usaha tidak efisien.

Faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, tetapi juga

dilihat dari segi lain seperti produktivitas tanah yang bergantung pada (jenis tanah, macam

penggunaan lahan sepert sawah/tegalan, keadaan pengairan, sarana prasarana), topografi

(tanah dataran tinggi, dataran rendah atau daerah pantai), pemilikan tanah, nilai tanah serta

fragmantasi tanah. Jenis tanah mengarahkan petani kepada pilihan komoditas yang sesuai,

pilihan teknologi, serta pilihan metode pengolahan tanah. Selain itu juga mempengaruhi

petani dalam pemilihan tanaman, pilihan waktu bertanam dan cara bercocok tanam.

Pada umumnya lahan sawah merupakan lahan pertanian yang berpetakpetak dan dibatasi

oleh pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah

tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Sebaliknya, lahan bukan

sawah merupakan semua lahanselain sawah yang meliputi: (1) lahan pekarangan (2) kebun

(3) rumah (4) perkebunan.

Status tanah adalah pernyataan hubungan antara tanah usahatani dengan kepemilikan

atau pengusahaannya. Adapun status tanah dapat dibedakan menjadi tanah milik atau tanah

hak milik, tanah sewa, tanah sakap, tanah gadai dan tanah pinjaman. Berdasarkan sumber

kepemilikan dan pengusahaannya maka tanah yang dimiliki atau dikelola petani dapat

digolongkan atas beberapa jenis proses penguasaan dan status tanah, yaitu : dibeli, disewa,

disakap, pemberian oleh negara, warisan, wakaf, dan membuka lahan.

Tanah sebagai faktor produksi mempunyai nilai yang tergantung pada tingkat

kesuburannya atau kelas tanahnya, fasilitas irigasi, posisi lokasi terhadap jalan dan sarana

perhubungan, adanya rencana pengembangan, dan lain-lain. Atas dasar pengertian lahan dan

fungsi lahan diatas, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan faktor yang penting dalam

sektor pertanian ini. Lahan mempunyai nilai ekonomis yang bisa sangat tinggi, dengan begitu

akan menguntungkan pemiliknya. Dalam konteks pertanian, penilaian tanah subur

mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada tanah tidak subur.

b. Faktor Produksi Modal

Modal atau kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti

sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang, yaitu semua harta berupa

uang, tabungan, tanah, rumah, mobil, dan lain sebagainya yang dimiliki. Modal tersebut dapat

mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, tergantung pada usahanya dan penggunaan

modalnya. Dalam ilmu ekonomi juga banyak definisi tentang modal. Menurut Von Bohm

Bawerk, arti modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki

masyarakat, disebut kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-

barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.

Modal adalah faktor terpenting dalam pertanian khususnya terkait bahan produksi dan

biaya tenaga kerja. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau

macam teknologi yang diterapkan. Kekurangan modal bisa menyebabkan kurangnya

masukan yang diberikan pada proses pertanian sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau

rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2004).

Dalam usahatani modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Modal tetap, meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap dapat diartikan sebagai modal

yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis modal ini memerlukan pemeliharaan agar

dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Jenis modal ini mengalami penyusutan.

b. Modal bergerak, meliputi: alat-alat pertanian, uang tunai, piutang di bank, bahan-bahan

pertanian (pupuk, bibit, obat-obatan), tanaman, dan ternak. Berdasarkan sumbernya, modal

dapat dibedakan menjadi milik sendiri, pinjaman atau kredit, hadiah, waisan, dari usaha lain

dan kontrak.

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam memulai atau mengembangkan suatu

kegiatan usaha, terutama bagi golongan ekonomi lemahtermasuk para petani. Mereka sering

mengalami persoalan dalam hal permodalan. Para petani pada umumnya memiliki modal

sendiri yang relatif kecil, sehingga upaya mengatasi kekurangan modal petani umumnya

memanfaatkan modal pinjaman (kredit). Baik kredit itu berasal dari pemerintah, bank,

lembaga pegadaian, koperasi, tetangga, dan saudara.

Sebenarnya kredit mempunyai arti sebagai suatu transaksi antara dua pihak, pihak

pertama disebut sebagai kreditor (yang menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa uang,

barang atau jasa) dan pihak kedua disebut debitor (pengutang), dengan perjanjian bahwa

pihak pengutang akan membayar kembali utang tersebut pada waktu yang kadang-kadang

ditambahkan dengan persyaratan tertentu seperti denda keterlambatan, bunga dan lain

sebagainya.

Dalam usaha pertanian dikenal beberapa macam kredit yang pernah diluncurkan

pemerintah dengan tujuan membantu pengadaan modal petani supaya upaya peningkatan

produksi dapat dicapai. Disamping itu, diantara petani dengan petani, petani dengan

pedagang, dan petani dengan rentenir juga terjadi kredit yang sifatnya tidak resmi, seperti

kredit yang dikucurkan pemerintah.

Kredit yang pernah dikucurkan pemerintah bermula dari kredit Bimas (Bimbingan

Massal) yang mulai disalurkan tahun 1971 sampai dengan musim tanam 1975/1976. Kredit

ini ditujukan untuk membantu petani mencukupi modalnya dalam usaha tani padi sawah.

Pada awalnya, realisasi pengucuran kredit ini selalu meningkat, tetapi dalam

pengembaliannya sering terjadi keterlambatan dan kemacetan atau terjadi tunggakan.

Sehingga semakin lama jumlah kredit dan petani peserta Bimas menurun.

Selanjutnya karena peningkatan produksi tidak juga bisa dipercepat dan dipacu

peningkatannya, maka tahun 1984/1985, kredit kembali dikucurkan yang diberi nama KUT

(Kredit Usaha Tani). Kredit ini disalurkan melalui KUD terpilih dan Kupedes (Kredit Umum

Pedesaan) melalui BRI. KUD dibentuk pemerintah dan pengurusnya dipilih oleh para

anggota dengan campur tangan (dibantu pengelolaanya) petugas lapangan, namun akhirnya

juga mengalami kemacetan seperti kredit Bimnas.

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modal adalah barang atau uang

yang bersama-sama faktor produksi lainnya menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil

pertanian (Mubyarto, 1989). Dengan adanya modal ini diharapkan petani akan dapat

mengoptimalkan proses produksi sehingga akan memperoleh hasil yang meningkat.

c. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Tenaga kerja (man power) yaitu penduduk dalam usia kerja, yaitu yang berumur antara

15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang

atau jasa, dan disebut angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja dan mereka

yang tidak bekerja, tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari kerja.

Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat

dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Setiap usaha pertanian yang

akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa

ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya

curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala

usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula

menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana diperlukan (Soekartawi, 1993).

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga

kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi

pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang meskipun tenaganya

dicurahkan dihampir seluruh proses pertanian. Bila dari keluarga sendiri belum mencukupi

barulah petani menggunakan tenaga kerja dari luar dan biasanya sudah dibayar dengan sistem

upah sesuai dengan jam kerjanya. Jenis tenaga kerja dalam kegiatan usahatani meliputi :

1. Tenaga kerja manusia, dapat berupa tenaga kerja laki-laki, perempuan maupun anak-

anak. Tenaga kerja ini dapat pula berasal dari dalam keluarga atau berasal dari luar

keluarga. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat diperoleh melalui cara mengupah,

sambatan atau arisan tenaga kerja.

2. Tenaga kerja ternak, dapat berupa sapi atau kerbau yang dugunakan untuk membajak

tanah sawah atau mengolah tanah garapan dengan mengunakan tenaga hewan.

3. Tenaga kerja mekanik/mesin, merupakan salah satu cara untuk mengolah lahan dan

mengganti tenaga kerja manusia dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani.

Tenaga kerja dalam pertanian adalah pencurahan tenaga kerja dalam proses pertanian

yang ditujukan untuk menghasilkan produksi pertanian. Pencurahan tenaga kerja usahatani

dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan maka pada tiap tahapan kegiatan usahatani

diperlukan masukan tenaga kerja yang sepadan. Dengan adanaya masukan tenaga kerja yang

sepadan diharapkan proses produksi akan berjalan lebih optimal sehingga produksi pertanian

meningkat.

2.5 Hasil Produksi

Hasil yaitu keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi (sarana

produksi atau biasa disebut masukan) dari suatu usaha tani (Daniel, 2004). Hasil produksi

merupakan jumlah keluaran (output) yang dapat diperoleh dari proses produksi. Produksi

secara teknis adalah suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang tersedia dengan

harapan akan mendapatkan hasil yang lebih dari segala perose yang telah dilakukan.

Pada dasarnya hasil produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan

yang semakin bertambah perlu diimbangi dengan peningkatan atau perluasan produksi, baik

jumlah maupun mutunya. Usaha untuk meningkatkan jumlah dan mutu hasil produksi dapat

dilakukan melalui beberapa cara berikut ini

a. Ekstensifikasi

Yaitu menambah ataupun memperluas faktor-faktor produksi.

b. Intensifikasi

Artinya memperbesar kemampuan berproduksi tiap-tiap faktor produksi, tanpa

menambah jumlah faktor produksi.

c. Diversifikasi

Adalah cara memperluas usaha dengan menambah jenis produksi.

d. Spesialisasi

Spesialisasi atau pengadaan pembagian kerja yaitu masing-masing orang, golongan dan

daerah menghasilkan barang-barang yang sesuai dengan lapangan, bakat, keadaan daerah,

iklim dan kesuburan tanah. Dengan adanya pembagian kerja, hasil kerja dapat diperluas

sebagai barang-barang yang dihasilkan juga meningkat dan kualitas hasil kerja akan lebih

baik.

e. Menambah Prasarana Produksi

Membuat/menambah prasarana produksi seperti saluran atau bendungan untuk pengairan,

jalan dan jembatan untuk memperlancar pengangkutan bahan-bahan baku dan perdagangan

f. Memberi Proteksi

Memberikan proteksi yaitu melindungi industri dalam negeri, misalnya dengan

mengenakan pajak impor, pembatasan atau larangan terhadap masuknya barang-barang

tertentu yang industri dalam negeri sudah dapat menghasilkan sendiri dalam jumlah yang

mencukupi.

Didalam produksi pertanian, faktor produksi memang menentukan besar kecilnya

produksi yang akan diperoleh petani. Untuk menghasilkan produksi (output) yang optimal

maka penggunaan faktor produksi tersebut dapat digabungkan. Dalam praktek, selain

dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi diatas, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

produksi ini dibedakan atas dua kelompok (Soekartawi, 1991):

a. Faktor biologis

Seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk,

obat-obatan, gulma dan lain sebagainya.

b. Faktor sosial ekonomi

Seperti biaya produksi, harga tenaga kerja, tingkat Pendidikan, tingkat pendapatan, risiko

dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian produksi-produksi yang telah disebutkan diatas, disini peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud hasil produksi dalam penelitian ini adalah hasil panen

padi yang didapat selama jangka waktu tertentu (satu musim tanam) yang besarannya

dinyatakan dalam satuan kuintal (kw).

2.6 Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian menurut (Handoko(2003) merupakan salah satu cara untuk

mengolah lahan dan mengganti tenaga kerja manusia dalam rangka meningkatkan

produktivitas usahatani. Penggunaan alat atau mesin modern dapat mengefesienkan waktu

ataupun mengurangi jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan sistem pertanian tradisional

yang menggunakan banyak tenaga kerja dan menghabiskan waktu yang lama untuk

menyelesaikan pekerjaan pertanian.

Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan

teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini

teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen

(penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi

mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image

processing, bahkan sampai teknologi robotik. Digunakan baik untuk proses produksi,

pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Rahmato dan Nursinah, 2009).

Menurut (Mosher, 1968) peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di

Indonesia adalah:

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia

2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani

3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan

5. Keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming).

6. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.

2.7 Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi

lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan

pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam

bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain

(Arsyad, 2004).

Pendapatan dalam usahatani merupakan penerimaan yang diperoleh petani setelah selesai

proses produksi baik masih berwujud barang-barang hasil produksi maupun uang dari hasil

penjualan hasil produksi tersebut. Menurut (Firdaus, 2007) penerimaan usahatani adalah

perkalian antara produksi dengan harga jual produk. Biaya usahatani biasanya

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable

cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan

terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contohnya pajak,

sewa tanah, iuran pengairan, dan alat produksi. Biaya tidak tetap didefinisikan sebagai biaya

yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja,

bibit, pupuk, dan sebagainya.

Pada setiap akhir panen petani selalu menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya.

Semuanya kemudian dinilaikan dengan uang. Hasil itu tidaksemuanya untuk biaya usaha

taninya tersebut seperti pupuk, pestisida, pengolahan tanah, perawatan, pemupukan dan

pemetikan hasil atau pemanenan. Setelah biaya tersebut dikurangkan terhadap hasil yang

didapatkan barulah bisa dihitung berapa keuntungan yang diperoleh petani tersebut.

Mubyarto. (1989) menyatakan, antara nilai nyata pendapatan dapat dilihat dan

diperhitungkan dari dua segi, yaitu :

i. Pendapatan tunai, merupakan selisih penerimaan tunai dengan biaya tunai. Penerimaan

tunai merupakan penerimaan yang betul-betul diterima petani atas penjualan dari

sejumlah hasil produksinya. Sedangkan biaya tunai merupakan jumlah biaya yang betul-

betul dikeluarkan oleh petani dalam mengelola usahataninya seperti biaya pupuk, obat,

tenaga kerja, dan lainlain.

ii. Pendapatan total, merupakan selisih dari penerimaan dengan pendapatan biaya, baik

biaya tunai atau pun yang diperhitungkan. Dari kedua segi penilaian pendapatan ini,

dapat dilihat secara nyata jumlah pendapatan betul-betul yang diperoleh petani dan

sejumlah pendapatannya yang seharusnya diterima petani.

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menganalisa usahatani padi sawah sesudah mekanisasi menggunakan hand

traktor, rice transplanter, combine harvester, power thresher yang fungsinya untuk mengolah

tanah yang berdampak terhadap besarnya biaya yang merupakan semuan korbanan yang

dikeluarkan untuk menjalankan usahatani, penerimaan yang merupakan semua hasil

penjualan yang diterima petani dan keuntungan petani yang merupakan selisih antara

penerimaan dan menghitung penggunaan tenaga kerja setelah mekanisasi usahatani padi

sawah untuk mengetahui sejauh mana alat mesin pertanian mampu mengurangi biaya tenaga

kerja. Setelah itu mekanisasi di analisis kelayakannya, ekonomi, teknologi, sosial, yang

berdampak langsung terhadap masyarakat. Output dari usaha tani yang mengunakan alsintan

adalah kesejahteraan petani padi.

2.9 Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan antara lain:

Analisis uji kinerja mesin Penyisir Padi (stripper) di sawah irigasi di Pusakanegara, Jawa

Barat yang ditulis oleh Purwadaria et al. (1996), analisis uji performansi Mesin Panen

Kombinasi (Combine harvester) Model CA 85 ML pada Lahan Sawah Tradisional ditulis

oleh Monalisa (1995).

Analisis modernisasi dalam Sistem Pertanian (Studi Kasus Tentang Dampak

Modernisasi Pertanian Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa

Pagergunung Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang) ditulis oleh Widyaningrum

(2009), uji kinerja dan analisis penggunaan Head-feed Combine harvester ( YANMAR

CA 85M) pada sawah tradisional ditulis oleh Wardhana (1998).

SESUDAH MENGUNAKAN MEKANISASI

PENERIMAAN BIAYA PENDAPATAN

TENAGA KERJA

ADA PERBEDAAN

SEBELUM DAN

SESUDAH

MENGUNAKAN

MEKANISASI

PERTANIAN

(UPAH TENAGA

KERJA)

ANALISIS KELAYAKAN:

1. EKONOMI

2. TEKNIK

3. SOSIAL

USAHA TANI PADI SAWAH

MEKANISASI PERTANIAN PADI

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI YANG SUDAH

MENGGUNAKAN MEKANISASI

Analisis ekonomi Usaha Pelayanan Jasa Alsintan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau

ditulis oleh Nasution (2012), Teknologi dan Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian di

daerah penghasil Produksi Padi di Indonesia ditulis oleh RAT Yayasan Akatiga (2015).

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikit peneliti yang meneliti

mengenai kelayakan alat mesin pertanian hand tractor, rice transplanter, combine

harvester, power threser. Selain itu, jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan.

Secara mendasar, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu adanya

perbedaan antara analisis yang dilakukan, latar belakang, mesin, lokasi penelitian dan

tujuan penelitian.