30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang ataupun setiap perusahaan menggunakan berbagai jenis barang dan jasa seperti komunikasi untuk kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barang dan jasa tersebut diproduksi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup manusia dan perusahaan. Untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa tersebut produsen menggunakan faktor- faktor produksi yang ada seperti material (bahan-bahan), mesin, manusia, metode kerja dan dana terbatas. Dengan adanya keterbatasan pada faktor-faktor produksi itulah maka dibutuhkan suatu cara pengelolaan dan faktor-faktor produksi yaitu dengan menggunakan sistem manajemen, agar diperoleh hasil produksi yang maksimal. Sebelum penulis menjelaskan mengenai manajemen produksi/operasi, terlebih dahulu penulis akan menerangkan pengertian dari manajemen dan pengertian dari produksi/operasi secara terpisah. 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola atau mengurus. Pengertian manajemen dapat lebih luas dan jelas dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasional · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang ataupun setiap

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang ataupun setiap perusahaan

menggunakan berbagai jenis barang dan jasa seperti komunikasi untuk kebutuhan

hidupnya, dan tentu saja barang dan jasa tersebut diproduksi untuk dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup manusia dan perusahaan. Untuk

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa tersebut produsen menggunakan faktor-

faktor produksi yang ada seperti material (bahan-bahan), mesin, manusia, metode

kerja dan dana terbatas.

Dengan adanya keterbatasan pada faktor-faktor produksi itulah maka

dibutuhkan suatu cara pengelolaan dan faktor-faktor produksi yaitu dengan

menggunakan sistem manajemen, agar diperoleh hasil produksi yang maksimal.

Sebelum penulis menjelaskan mengenai manajemen produksi/operasi,

terlebih dahulu penulis akan menerangkan pengertian dari manajemen dan

pengertian dari produksi/operasi secara terpisah.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau

mengelola atau mengurus. Pengertian manajemen dapat lebih luas dan jelas dari

beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Menurut Sofyan Assauri dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Produksi dan Operasi” (2004;11) adalah sebagai berikut:

“Manajemen adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk

mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan orang lain”.

Pengertian manajemen Menurut Sudjana (2004: 16-17), yaitu:

“Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk

melakukan kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain

dalam mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan, pengertian manajemen menurut Pamela S. Lewis, Stephen H.

Goodman dan Patricia M. Fondt ( 2004:5) dalam bukunya “Management:

Challenges For Tomorrow’s Leaders”, yaitu:

“Management is the process of administering and coordinating

resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of

organization”.

Artinya: Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya-sumber daya yang dimilikinya

agar dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan

tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen

merupakan suatu ilmu, seni kegiatan atau usaha dalam kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan melalui kegiatan orang

lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Produksi

Produksi adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan suatu perusahaan

yang berhubungan untuk menciptakan atau menghasilkan barang atau jasa.

Pengertian produksi atau operasi dapat lebih luas dan jelas dari beberapa definisi

yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Menurut Sofyan Assauri dalam bukunya “Manajemen Produksi dan

Operasi” (2004:10) mengemukakan bahwa:

“Pengertian produksi dan operasi dalam arti luas sebagai suatu

kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

keluaran (output) tercakup semua kegiatan yang menghasilkan

barang dan jasa serta kegiatan lain yang mendukung atau menunjang

usaha untuk menghasilkan produk tersebut”.

Pengertian produksi menurut Drs. Suyadi Prawirosentono, M.B.A dalam

bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” (2001:1) mengatakan bahwa:

“Produksi adalah proses kegiatan yang mengubah bahan baku

menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi”.

Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render dalam bukunya

“Operations and Productivity” (2001:4) mengatakan bahwa:

“Productions is the creation of goods and services”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dijelaskan bahwa pengertian

produksi atau operasi adalah suatu kegiatan mentransformasikan input menjadi

output termasuk segala kegiatan menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan

lainnya yang mendukung dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki.

2.1.3 Pengertian Manajemen Produksi

Dalam melakukan kegiatan produksi membutuhkan cara untuk

merencanakan, mengatur, dan mengelola faktor-faktor produksi seperti mesin,

uang, manusia, metode, manajerial, dan manajemen sebagai kegiatan

perencanaan, pengaturan, dan pengelolaan faktor-faktor produksi tersebut.

Menurut Manahan P. Tampubolon dalam bukunya “Manajemen

Operasional” (2004:13) mengatakan bahwa:

“Manajemen operasional atau manajemen produksi adalah sebagai

manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti: tanah,

tenaga kerja, modal, dan manajemen masukan (input) yang diubah

menjadi keluaran yang diinginkan, berupa barang atau jasa atau

layanan”.

Pengertian manajemen operasi atau manajemen produksi menurut Jay

Haizer dan Barry Render (2001:2), yaitu:

“Serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui

perubahan dari masukan menjadi keluaran”.

Sedangkan menurut Drs. Pangestu Subagyo, M.B.A dalam bukunya yang

berjudul “Manajemen Operasi” (2000:2) menyatakan bahwa:

“Manajemen operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk

mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakukan

secara efisien”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen produksi adalah suatu kegiatan dalam menciptakan dan menambah

kegunaan suatu barang atau jasa, melalui perencanaan, pelaksanaan dan

mengkoordinasikan faktor-faktor produksi tersebut untuk mencapai tujuan dan

sasaran perusahaan.

2.2 Pemeliharaan (maintenance)

2.2.1 Pengertian Pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharaan merupakan suatu fungsi utama yang penting dalam suatu

perusahaan. Suatu perencanaan produksi dapat gagal apabila ada perangkat atau

komponen-komponen yang rusak atau tidak dapat beroperasi. Setiap perusahaan

menginginkan agar dapat memberikan pelayanan dan produktivitas tinggi

terhadap pelanggan. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan (maintenance),

perusahaan dapat mengurangi kerusakan sehingga mendapatkan hasil yang

optimal, karena dapat meningkatkan keloyalan terhadap pelanggan.

Menurut Manahan P. Tampubolon (2004:247), menyatakan bahwa:

“Pemeliharaan merupakan semua aktivitas termasuk menjaga

peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan”.

Sedangkan menurut Sofyan Assauri (2004:95), menyatakan bahwa:

“Pemeliharaan adalah kegiatan memelihara atau menjaga

fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan atau pergantian yang

diperlukan agar supaya terdapat suatu produksi yang memuaskan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa maintenance adalah

suatu kegiatan yang meliputi tindakan perbaikan atas suatu kerusakan sehingga

fasilitas/perangkat produksi bisa berfungsi kembali dalam kondisi tertentu.

2.3 Peranan Maintenance dalam Manajemen Produksi

Di industri, maintenance termasuk dalam perencanaan dan pengendalian

produksi untuk kerja perangkat-perangkat tertentu agar sesuai dengan jalur

produksi yang telah ditentukan.

Dalam memenuhi keluaran yang diinginkan, pada umumnya selalu

diusahakan agar fasilitas dapat dipergunakan secara optimal, sehingga kegiatan

produksi dapat berjalan dengan lancar. Untuk menjaga kelancaran tersebut

dibutuhkan kegiatan pemeliharaan. Apabila terjadi penyimpangan dalam proses

produksi, maka manajemen akan mengadakan penilaian terhadap penyimpangan

yang terjadi, maka dari itu, tindak lanjut yang dilakukan adalah melakukan

tindakan pemeliharaan ataupun melakukan tindakan perbaikan-perbaikan terhadap

perangkat yang mengalami kerusakan. Dengan cara mengurangi kemacetan-

kemacetan sekecil mungkin, sehingga sistem dapat bekerja secara efisien dan

dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

2.4 Fungsi Pemeliharaan

Menurut Agus Ahyari (2002:351), menyatakan bahwa:

“Fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur

ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta

mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu

dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses

produksi”.

Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan adanya

pemeliharaan yang baik terhadap mesin atau perangkat, adalah sebagai berikut:

1) Mesin atau perangkat dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan

yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,

2) Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan

berjalan dengan lancar,

3) Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin

terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin atau

perangkat dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,

4) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka

proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik

pula,

5) Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan

produksi yang digunakan,

6) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka

penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,

7) Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin atau perangkat peralatan

produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin atau perangkat dan

peralatan produksi yang ada semakin baik.

2.5 Tujuan Pemeliharaan

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya “Manajemen Pemeliharaan

Mesin”.

Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Untuk memperpanjang kegunaan asset,

2) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,

3) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang

diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,

4) Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan menurut Patrick (2001,407), tujuan pemeliharaan antara lain:

7) Mempertahankan kemampuan alat atau fasilitas produksi guna memenuhi

kebutuhan yang sesuai dengan target serta rencana produksi,

8) Mengurangi pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan menjaga

modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu yang

ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan,

9) Menjaga agar kualitas produk berada pada tingkat yang diharapkan guna

memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan menjaga agar

kegiatan produksi tidak mengalami gangguan,

10) Memperhatikan dan menghindari kegiatan-kegiatan operasi mesin atau

perangkat serta peralatan yang dapat membahayakan kegiatan kerja,

11) Mencapai tingkat biaya serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan

maintenance secara efektif dan efisien untuk keseluruhannya,

12) Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama

lainnya dari suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama

perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin dan total biaya

yang serendah mungkin.

2.6 Jenis-jenis Maintenance

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan

dikategorikan dalam dua cara (Corder, Antony, K. Hadi, 1992):

1. Pemeliharaan Terencana (planned maintenance)

2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

Menurut Sudradjat, Ating (2011: 17) dalam bukunya Pedoman praktis

Manajemen Perawatan Mesin Industri, menyatakan bentuk kebijakan perawatan :

Gambar 2.1 Bentuk Kebijakan Perawatan

Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara

terencana untuk mengantisipasi kerusan peralatan di waktu yang akan datang.

Maintenance

Unplanned

Maintenance

Planned

Maintennace

Preventive

Maintenance

Emergency

Maintenance

Scheduled

Maintennace

Predictive

Maintenance

Corrective

Maintenance

Breakdown

Maintenance

Pemeliharaan terencana terbagi menjadi dua jenis, yaitu: preventive

maintenance dan corrective maintenance.

2.6.1 Preventive Maintenance

Menurut Manahan P. Tampubolon dalam bukunya berjudul

“Manajemen Operasional” (2004:250), menyatakan bahwa:

“Pemeliharaan Preventif merupakan kegiatan pemeliharaan atau

perawatan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang tidak terduga,

yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada

waktu digunakan proses produksi”.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa preventive maintenance

dilakukan untuk mencegah kerusakan mesin-mesin atau perangkat-perangkat.

Sofyan Assauri dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi”

(2004:95) membedakan preventive maintenance dengan routine/scheduled

maintenance dan Periodic maintenance.

a. Routine/scheduled Maintenance

Routine/Schedule maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan

perawatan yang dilakukan secara rutin misalnya setiap hari, setiap bulan,

dan sebagainya. Sebagai contoh dari kegiatan ini adalah pembersihan

fasilitas atau peralatan, pelumasan atau pengecekan oli, serta pengecekan

bahan bakar dan mungkin termasuk pemanasan dari mesin-mesin selama

beberapa menit sebelum dipakai untuk produksi.

b. Periodic maintenance

Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu, misal setiap

satu minggu sekali. Periodic maintenance dapat juga dilakukan dengan

memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi sebagai jadwal

kegiatan, misalnya setiap seratus jam pemakaian mesin sekali.

Beberapa manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya preventive

maintenance menurut Patton (1995:12), yaitu:

Memperkecil Overhaul (turun mesin)

Mengurangi kemungkinan reparasi berskala besar

Mengurangi biaya kerusakan atau penggantian mesin

Memperkecil kemungkinan produk-produk yang rusak

Meminimalkan persediaan suku cadang

Memperkecil munculnya gaji tambahan yang diakibatkan adanya

kerusakan

Menurunkan biaya satuan dari produk pabrik.

Preventive maintenance merupakan tindakan perawatan pencegahan dalam

rangkaian aktivitas pemeliharaan dengan tujuan dikutip dari buku “Manajemen

Operasi (2001:305) oleh Suyadi Prawirosentono, yaitu:

Keamanan mesin dan operator atau tenaga maintenance

Untuk setiap mesin atau perangkat sudah ada ketentuan mengenai

karakteristik mesin atau perangkat tersebut. Misalnya temperature, air, dan

angin tidak boleh melebihi standar yang sudah ditentukan.

Kelancaran mesin atau perangkat

Pemberian minyak pelumas secara teratur dan pemeriksaan mesin serta

peralatannya secara berkala bertujuan agar dapat menjaga kelancaran

mesin, sehingga proses produksi dapat berjalan lancar.

Mutu Produk

Menjaga mutu produk bertujuan untuk selalu dapat memenuhi standar

mutu utama dengan menekan tingkat kerusakan produk serendah mungkin.

Hal ini dilakukan dengan cara mempertahankan tingkat produktivitas kerja

dan memenuhi spesifikasi kerja yang telah ditentukan serta ketelitian dan

kecermatan yang didukung oleh tekad dan kemauan kerja yang tinggi.

Sedangkan prosedur pelaksanaan preventive maintenance yaitu FITCAL yang

terdiri dari atas:

1. Feel

Biasanya yang lebih berpengalaman dan jelas merasakan adanya kelainan

mesin yang sedang berjalan adalah operator maintenance. Apabila gejala

kerusakan timbul, maka maintenance mempunyai kewajiban untuk

mengambil tindakan pencegahan. Selain dengan jalan merasakan, gejala-

gejala kerusakan dapat juga diketahui dengan jalan melihat,

mendengarkan, meraba, dan mencium.

2. Inspection

Inspeksi dilakukan untuk mengetahui apakah semua bagian pekerjaan

dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Tindakan itu dapat dilakukan

secara visual atau menggunakan alat-alat ukur. Keberhasilan preventive

maintenance juga tergantung pada inspeksi ini, karena kelengahan sedikit

saja dalam pelaksanaan inspeksi. Kemungkinan bisa berakibat fatal

sehingga mengakibatkan terhentinya proses produksi. Misalnya suatu

gejala yang masuk taraf kerusakan ringan, apabila dibiarkan dapat

berpengaruh pada keseluruhan unit mesin sehingga akan terjadi kerusakan

besar.

Jadi seluruh kegiatan inspeksi perlu disusun dalam suatu program, lengkap

dengan penjadwalan kerjanya, sebagai alat untuk melaksanakan diadakan

pencatatan yang dilakukan melalui kartu pemeriksanaan, yaitu kartu yang

berisi alat atau bagian-bagian yang harus diperiksa sesuai dengan waktu

pemeriksaan yang ditentukan. Pemeriksaan harus memberikan penilaian,

misalnya baik, sedang, besar dan beberapa keterangan lain yang dianggap

perlu.

3. Tight

Pengencangan dilakukan terhadap bagian yang longgar, sebagai akibat

adanya getaran, gesekan pada waktu mesin berjalan. Kelonggaran-

kelonggaran tersebut dapat memperlambat gerakan-gerakan roda yang

lebih berat lagi dan juga dapat memacetkan mesin disamping dapat

menimbulkan kecelakan bagi operator.

4. Clean

Pekerjaan membersihkan tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam

pelaksanaan maintenance karena pekerjaan membersihkan mesin yang

berputar dari pengotoran dapat menghindarkan timbulnya kemacetan.

Aktivitas lain juga tergolong dalam pekerjaan membersihkan adalah

pengecetan pada bagian tertentu dari suatu mesin dapat mencegah

timbulnya karat.

5. Adjustment

Penyetelan dilakukan terhadap bagian-bagian yang cara kerjanya dapat

berubah-ubah. Biasanya hal ini terjadi setelah dilakukan pemasangan salah

satu bagian yang baru diperbaiki, bagian ini harus dihubungkan dengan

bagian lain yang sesuai konstruksi mesin. Apabila mesin dijalankan, kedua

bagian tersebut harus distel atau disesuaikan cara kerjanya, selain itu

adanya getaran-getaran yang terus menerus dan proses berlangsungnya

waktu, dapat pula mengakibatkan labilnya hubungan antara bagian yang

bekerja secara sinkron.

6. Lubrication

Pelumasan diadakan untuk mencegah terjadinya laju keausan dan laju

kerusakan yang terlalu cepat serta kerugian daya dan tenaga yang terlalu

besar. Umumnya yang dilumasi adalah bagian-bagian yang saling

bergesekan satu sama lain. Pelumasan berfungsi sebagai pendingin.

Pendingin memang sangat diperlukan untuk bagian-bagian yang saling

bergesekan, karena bagian-bagian tersebut cepat sekali menjadi panas,

kenyataannya menunjukkan bahwa daya kekuatan material akan menurun

dengan naiknya temperatur.

Kemacetan bisa terjadi, jika material tersebut kehabisan daya, selain itu

naiknya temperatur dalam banyak hal merupakan sumber kecelakaan dan

kebakaran. Oleh karena itu, maka pelumas harus dilaksanakan dengan teratur dan

teliti melalui perencanaan dan pengontrolan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan pelumasan yaitu:

a. Kadar dan jenis bahan pelumas yang dipakai

b. Jumlah atau takaran minyak pelumas yang dibutuhkan

c. Bagian-bagian yang harus dilumasi

d. Sistem pelumasan yang biasanya berdasarkan normal

Dengan demikian FITCAL yang dilakukan pada preventive maintenance

merupakan salah satu usaha mempertahankan efisiensi dan efektivitas

pendayagunaan mesin.

2.6.2 Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance)

Menurut Patrick (2001:401) dan Assauri (1999:104), menyatakan bahwa:

“Corrective maintenance merupakan kegiatan perawatan yang

dilakukan setelah mesin atau fasilitas produksi mengalami kerusakan

atau gangguan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik”.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa Corrective

maintenance dilakukan setelah fasilitas atau peralatan telah mengalami kerusakan

sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

Perbaikan yang dilakukan disebabkan karena adanya kerusakan yang

terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance, ataupun melakukan

preventive maintenance tetapi sampai pada waktu tertentu fasilitas atau peralatan

tersebut tetap rusak.

Jadi dalam corrective maintenance sifatnya hanya menunggu sampai

fasilitas atau peralatan mengalami kerusakan terlebih dahulu, kemudian baru

diperbaiki agar dapat beroperasi kembali.

2.7 Kegiatan-kegiatan Maintenance

Peranan maintenance tidak hanya untuk menjaga agar perusahaan atau

pabrik dapat tetap bekerja dengan produksi cepat dan diserahkan kepada

langganan tepat pada waktunya, akan tetapi juga untuk menjaga agar perusahaan

dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau mengurangi kemacetan-

kemacetan menjadi sekecil mungkin.

Dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan tidak terlepas dengan langkah-

langkah untuk melakukan kegiatan tersebut. Adapun tugas dan kegiatan daripada

maintenance menurut Sofyan Assauri “Manjemen Produksi dan Operasi

(2004:98) dapat digolongkan menjadi:

1. Inspeksi (inspection)

Kegiatan pemeriksaan secara rutin pada peralatan atau fasilitas pabrik

kemudian dibuat laporan dari hasil pemeriksaan tersebut. Maksud dari

kegiatan itu adalah demi tercapainya kelancaran proses produksi. Laporan

hasil inspeksi oleh bagian maintenance ini sangatlah penting bagi

pemimpin perusahaan untuk mgengambil keputusan peralatan tersebut

perlu diganti atau diperbaiki.

2. Kegiatan teknik (Engineering)

Kegiatan percobaan atas peralatan pabrik yang baru dibeli, pengembangan

peralatan yang perlu diganti dan penilitian terhadap kemungkinan

pengembangan tersebut. Dalam melakukan kegiatan teknik ini termasuk

menyelidiki sebab-sebab terjadinya kerusakan pada peralatan tertentu dan

usaha mengatasinya. Oleh karena itu kegiatan teknik sangat diperlukan,

terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak

diperoleh/didapatkan komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

3. Kegiatan Produksi (Production)

Kegiatan maintenance yang sebenarnya yaitu memperbaiki kerusakan

pada peralatan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kegiatan peralatan dapat

berjalan sesuai dengan rencana dan untuk diperlukan usaha perbaikan

segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4. Pekerjaan Administrasi (Clerical Work)

Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan biaya-biaya yang terjadi

dalam melakukan pekerjaan maintenance dan biaya-biaya yang

berhubungan dengan maintenance, komponen yang dibutuhkan tentang

apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi, dan perbaikan

serta lamanya perbaikan tersebut. Kegiatan pencatatan ini termasuk

penyusunan rencana dari jadwal untuk pemeliharaan peralatan atau

kejadian-kejadian yang penting dari bagian maintenance.

5. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)

Kegiatan untuk menjaga agar gedung tetap terpelihara dan pemeliharaan

peralatan lain yang tidak termasuk kegiatan teknik dan produksi dari

bagian maintenance.

2.8 Hubungan antara Preventive Maintenance dan Corrective

Maintenance

Menurut Joseph G Moks (1987:632) hubungan antara pemeliharaan

pencegahan dan pemeliharaan korektif adalah:

“Maintenance activities are of two general types. Preventive

maintenance is the routine inspection and services activities designed.

To potential failure conditions and make minor adjustments or repairs

that will help prevent major operating problems. Corrective maintenance

is the repair, often of an emergency nature and at cost premium, or

facilities and equipment that have been used until they fail to operate.

For personel, preventive maintenance may be anything from a proper

diet to regular exercise. Corrective maintenance is likely to be a sick

leave”.

Dikatakan bahwa kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi dua.

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah kegiatan

inspeksi dan servis secara rutin yang didesain untuk mengenali kondisi

kerusakan yang sering terjadi dan membuat penyesuaian atau memperbaiki

yang akan membantu dalam pemecahan sebagian besar permasalahan

operasi. Pemeliharaan korektif (Corrective maintenance) adalah kegiatan

pemeliharaan dengan cara perbaikan, sering digunakan dalam keadaan

darurat dan membutuhkan biaya tambahan, atau fasilitas tersebut tidak

dapat dipergunakan kembali. Untuk karyawan, pemeliharaan pencegahan

(Preventive maintenance) merupakan segala kegiatan mulai dari

kecocokan makanan sampai gerak badan yang teratur. Pemeliharaan

korektif adalah penyakit yang sudah hilang. Artinya kegiatan pemeliharaan

pencegahan (Preventive maintenance) dilakukan oleh para karyawan

seperti mereka mengatur pola makan mereka sehingga para karyawan pun

akan sehat, namun bila pola makan mereka tidak teratur atau pun terdapat

faktor-faktor yang tidak dapat diduga maka karyawan pun akan sakit.

Begitu pula dengan kegiatan pemeliharaan mesin atau perangkat, jika pola

pemeliharaan tersebut akan teratur (dilakukannya pemeliharaan

pencegahan) maka mesin atau perangkat-perangkat tersebut akan tetap

berjalan dengan lancar. Namun jika pola pemeliharaan mesin atau

perangkat-perangkat kurang baik atau pun sudah baik namun ada faktor

yang tidak terduga maka perlu dilakukan pemeliharaan korektif

(Correcitve maintenance). Jadi pemeliharaan pencegahan (Preventive

maintenance) berhubungan dengan pemeliharaan korektif (Corrective

maintenance).

2.9 Hubungan Kegiatan Maintenance dengan Biaya

Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sember

daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia, baik berupa bahan baku, tenaga

kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan efektif. Untuk

menunjang kelancaran proses produksi, diperlukan suatu kegiatan pemeliharaan

mesin atau perangkat-perangkat. Tidak sedikit biaya maintenance yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga kelancaran proses produksi.

Dalam hal ini makin intensif kegiatan maintenance dilakukan berarti

biayanya makin besar. Demikian pula makin besar skala/volume produksi makin

banyak tenaga perawat mesin atau perangkat, karena banyak pula tahap kegiatan

produksi yang perlu dimonitor. Jadi, biaya maintenance berbanding lurus dengan

frukuensi maintenance dan skala usaha.

Masalah yang sering dihadapi oleh manajer produksi sehubungan dengan

maintenance adalah bagaimana meminimalkan total cost organisasi produksi.jadi,

seorang manajer produksi harus mengetahui bagaimana hubungan kebijakan

maintenance dengan biaya yang ditimbulkan.

Manajer produksi perlu mempertimbangkan keseimbangan antara kedua

biaya tersebut. Dalam pelaksanaan preventive maintenance dapat mengalokasikan

biaya yang rendah namun pelaksanaan preventive maintenance tersebut dalam

jangka waktu pendek, sedangkan dalam pelaksanaan corrective maintenance

dapat mengalokasikan biaya yang besar namun pelaksanaan corrective tersebut

dalam jangka waktu yang panjang. Total biaya akan meningkatkan kegiatan

maintenance seharusnya dilakukan pada titik optimal dimana kebijakan

maintenance berada pada tingkat total biaya yang rendah.

Oleh karena itu, perusahaan mempertimbangkan faktor-faktor yang

merupakan faktor penting dalam kegiatan pelaksanaan maintenance agar tidak

menimbulkan pembengkakan biaya.

Syarat-syarat pekerjaan maintenance dapat efisien menurut Sofyan

Assauri dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi” (2004:98):

a. Harus ada data

Yaitu mengenai keadaan mesin atau perangkat dan peralatan produksi

yang ada di perusahaan dan data tersebut biasanya diperoleh dari brosur

yang diberikan oleh pabrik pembuat mesin atau peralatan tersebut, cara-

cara pemakaian mesin atau peralatan umur teknis dari mesin atau

perangkat tersebut.

b. Harus ada planning dan scheduling

Adanya perencanaan kegiatan maintenance seperti rencana pendidikan

pelatihan untuk personalia maintenance, berapa tenaga kerja maintenance

yang diperlukan, menentukan apa yang harus dikerjakan, kapan pekerjaan

itu dilakukan.

c. Harus ada persediaan spare parts

Diperlukan adanya persediaan spare parts yang memadai.

d. Harus ada surat perintah yang tertulis

Yang berisi:

Apa yang harus kita kerjakan

Siapa yang mengerjakaan dan yang bertanggung jawab

Dimana dikerjakan di dalam atau di luar perusahaan

Berapa tenaga kerja yang diperlukan

Waktu yang diperlukan

e. Harus ada catatan

Berisi kegiatan maintenance yang dilakukan dan aoa yang perlu untuk

kegiatan maintenance tersebut. Missal karakter mesin atau perangkat,

catatan tentang berapa lama dalam melakukan inspeksi

f. Harus ada laporan pengawasan dan analisis

Berisi laporan mengenai kemajuan-kemajuan setelah diadakan kegiatan

maintenance dan menganalisis kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi

sebelum diadakan kegiatan maintenance.

2.10 Hubungan Maintenance dengan Kelancaran Proses Produksi

Terdapat suatu hubungan antara maintenance dengan kelancaran proses

produksi. Karena maintenance merupakan suatu jaminan kelancaran proses

produksi. Dapat diperkirakan jika maintenance kurang baik maka kemungkinan

perangkat-perangkat akan menjadi tidak baik. Hal ini akan membawa dampak

megatif bagi perusahaan, seperti terganggunya kelancaran jaringan pada telepon

rumah ataupun pada internet yang dapat mengakibatkan kepercayaan pelanggan

munurun yang mengakibatkan produktivitas perusahaan juga menurun.

Sebaliknya jika maintenance berjalan dengan baik, maka jalannya proses

produksi akan lancar maka perusahaan mempunyai kemampuan menghasilkan

produk yang berkualitas dan produktivitas akan naik. Para pelanggan cukup puas

dengan hasil pelayanan PT. Telkom Indonesia.

Menurut Sofjan Assauri dalam bukunya “ManajemenProduksi dan

Operasi” (2004:102) untuk menjaga kegiatan maintenance yang dikerjakan,

maka perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menambah jumlah peralatan-peralatan dan perbaikan para pekerja bagian

maintenance, sehingga diharapkan rata-rata waktu kerusakan dari mesin

akan dapat dikurangi,

2. Menggunakan preventive maintenance, karena dengan cara ini dapat

mengganti alat-alat atau parts yang sudah dalam keadaan kritis sebelum

rusak,

3. Mengadakan cadangan di dalam sistem produksi yang merupakan kritical

unit,

4. Mengadakan suatu desain khusus yang dapat memperbaharui dan

memperpanjang waktu hidup dari mesin atau perangkat yang digunakan,

5. Mengadakan persediaan cadangan pada tiap tingkatan produksi sehingga

terdapat keadaan yang tidak tergantung antara tiap tingkatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan kegiatan maintenance

sangat mendukung kelancaran proses produksi. Maka diharapkan sistem

produksi yang sesuai dengan perusahaan dapat menekan biaya pengeluaran

dan memperoleh laba dari hasil proses produksi.

2.11 Economic of Maintenance

Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan maintenance dihadapkan

pada persoalan teknis dan ekonomis.

Persoalan teknis yaitu persoalan yang menyangkut usaha-usaha

menghilangkan timbulnya kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas

atau perlatan produksi yang tidak baik. Yang perlu diperhatikan dalam persoalan

teknis:

1. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara peralatan yang ada

dan untuk memperbaiki mesin-mesin atau peralatan

2. Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan dan harus disediakan agar

tindakan-tindakan pada bagian pertama di atas dapat dilakukan.

Persoalan ekonomis adalah bagaimana usaha yang harus dilakukan agar

kegiatan maintenance secara teknis dapat dilakukan seefisien mungkin, dengan

memperhatikan besar biaya yang terjadi. Di dalam persoalan ekonomis perlu

diadakan analisa perbandingan biaya masing-masing alternatif tindakan yang

diambil dan yang dipilih untuk dilaksanakan adalah yang dapat menguntungkan.

Perbandingan dari biaya yang perlu dilakukan adalah:

1. Membandingkan antara penggunaan biaya pada preventive maintenance

dan corrective maintenance.

2. Menggunakan jasa tenaga kerja maintenance dari dalam atau luar

perusahaan

3. Menentukan apakah peralatan yang rusak dapat diganti atau diperbaiki

Disini kita harus melihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang akan

dikeluarkan menurut T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul : Dasar-

dasar Manajemen Produksi dan Operasi” (1999:161)

Untuk menentukan kebijaksanaan mana yang digunakan, kita harus

mengetahui biaya pemeliharaan preventif ( ), biaya reparasi kerusakan ( ), dan

probabilitas terjadinya kerusakan setelah penyetelan atau reparasi (mesin atau

perangkat yang rusak setiap periodenya dibagi jumlah seluruh mesin atau

perangkat) sebagai fungsi waktu sejak reparasi.

1. Kebijakan Breakdown

Biaya bulanan total kebijaksanaan ini dapat ditentukan secara sederhana

melalui pembagian biaya reparasi semua mesin atau perangkat dengan

jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan-kerusakan, atau dapat

dirumuskan sebagai berikut:

T =

Di mana:

T = Biaya Bulanan total kebijaksanaan korektif

= Biaya perbaikan semua mesin atau perangkat

∑ = Jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan-

kerusakan

Sedangkan rumus menghitung rata-rata umur mesin atau perangkat

sebelum rusak atau rata-rata kehidupan mesin atau perangkat dengan cara

jumlah bulan total seluruh mesin atau perangkat beroperasi dibagi jumlah

mesin.

2. Kebijakan Preventive Maintenance

Kebijakan ini harus dipandang sebagai terdiri dari sub-sub kebijaksanaan,

di mana setiap sub kebijaksanaan berhubungan dengan jumlah bulan

tertentu antar operasi-operasi pemeliharaan ini. Ini berarti, kita harus

menentukan biaya program preventive maintenance yang meliputi

pemeliharaan setiap satu bulan, dua bulan, setiap tiga bulan dan

seterusnya. Untuk melakukannya, kita pertama kali harus menghitung

jumlah kerusakan total setiap alternatif.

Persamaan untuk perhitungan jumlah kerusakan yang diperkirakan , di

mana n adalah kebijaksanaan untuk jumlah periode yang akan berlaku

antar penyetelan-penyetelan preventive atau

= N∑ + + + + ……..+

Di mana:

= Jumlah kerusakan yang diperkirakan (bulanan)

N = Jumlah mesin atau perangkat dalam kelompok

= Probabilitas mesin atau perangkat rusak dalam periode n

Jumlah kerusakan yang diperkirakan, bila preventive maintenance

dilakukan setiap satu bulan:

= N

Bila kebijaksanaan adalah memelihara setiap dua bulan:

= N ( + ) +

Bila kebijaksanaan adalah memelihara setiap tiga bulan:

= N ( + ) + +

Dan seterusnya hingga n yang ditetapkan.

Setelah angka-angka tersebut didapat. Kita dapat memperoleh biaya pemeliharaan

total bulanan untuk setiap sub kebijaksanaan. Untuk memudahkan perhitungan

maka dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan biaya-biaya maintenance

(a)

Preventive

maintenance

setiap n

bulan

(b)

Jumlah

kerusakan

yang

diperkirakan

dalam n

bulan

(c)

Jumlah

rata-

rata

kerusak

-an per

bulan

(d)

Biaya

kerusakan

yang

diperkira-

kan per

bulan

(e)

Biaya

Preventive

maintenance

yang

diperkirakan

per bulan

(f)

Biaya sub

kebijakan

maintenance

bulanan total

yang

diperlukan

N ( b / a ) ( c X ) (1/n X ( d + e )

Sumber: T. Hani Handoko (1999:164)

Setelah dilakukan perhitungan pada tabel di atas dapat disimpulkan dengan

melihat kolom (f) pada baris titi biaya yang paling rendah yaitu dapat dipilih sub

kebijakan pelaksanaan pemeliharaan yang baik setiap n bulan.

Dari rumus-rumus di atas, barulah kita dapat mengetahui perbandingan-

perbandingan biaya preventive maintenance dengan corrective maintenance,

sehingga dapat ditentukan mana yang lebih ekonomis untuk perusahaan tersebut.

Bila membandingkan antara preventive maintenance dengan corrective

maintenance, dapat terlihat bahwa dalam preventive maintenance pelaksanaannya

tidak terlalu berfluktuai dan penggunaan jam kerja dapat lebih efisien. Hal ini

disebabkan jika dalam suatu periode preventive maintenance dilakukan secara

intensif, maka kerusakan mesin dapat dicegah dan dihindari.

Sebaliknya dalam pemeliharaan corrective maintenance penggunaan jam

kerja sangat berfluktuasi. Di sini terjadi kerusakan mesin atau perangkat yang

memerlukan perawatan khusus dan membutuhkan waktu untuk memperbaikinya.

Setelah perbaikan selesai dikerjakan, penggunaan jam kerja akan menurun dan

menjadi kecil. Tetapi karena minimnya preventive maintenance yang dilakukan

maka akan terjadi kerusakan lagi dalam waktu singkat yang memerlukan

perbaikan mesin atau perangkat dengan menggunakan jam kerja yang besar. Jadi

penggunaan jam kerja akan naik kembali. begitu seterusnya, sehingga turun

naiknya penggunaan jam kerja akan sangat berfluktuasi.