45
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sedangkan menurut UURI No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Menurut Damanhuri (2010), semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun sudah dianggap tidak berguna dan tidak dikehendaki lagi, namun bahan tersebut kadang-kadang masih dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut : 1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat 2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003) Definisi lain dikemukakan (Radyastuti, 1996) sampah adalah sumber yang tidak siap dipakai. UU No.18 Tahun 2008 sampah adalah kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolan sampah sangat membutuhkan peranan seluruh masyarakat. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan masalah-masalah antara lain : 1. Pencemaran udara yang akan menimbulkian aroma yang tidak sedap 2. Timbul nya berbagai penyakit seperti penyakit kulit, kolera, demam berdarah dll 3. Dapat menjadi penyebab banjir karena membuang sampah sembarangan di sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sedangkan menurut UURI No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat. Menurut Damanhuri (2010), semua buangan yang dihasilkan

oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair

maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi.

Walaupun sudah dianggap tidak berguna dan tidak dikehendaki lagi, namun

bahan tersebut kadang-kadang masih dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan

bahan baku. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

Definisi lain dikemukakan (Radyastuti, 1996) sampah adalah sumber yang tidak

siap dipakai. UU No.18 Tahun 2008 sampah adalah kegiatan sehari-hari manusia

atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolan sampah sangat membutuhkan

peranan seluruh masyarakat. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah

sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan masalah-masalah

antara lain :

1. Pencemaran udara yang akan menimbulkian aroma yang tidak sedap

2. Timbul nya berbagai penyakit seperti penyakit kulit, kolera, demam

berdarah dll

3. Dapat menjadi penyebab banjir karena membuang sampah sembarangan di

sungai

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

5

Pengertian sampah organik lebih bersifat untuk mempermudah pengertian

umum, untuk menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat

membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang membusuk (

garbage ) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas

mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik

dalam pengumpulan, pemerosesan, maupun pengangkutannya. Pembusukan

sampah ini dapat menghasilkan yang berbau tidak enak, seperti ammoniak dan

asam-as m volatil lainnya. Selain itu, dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi,

seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila tidak

ditangani secara baik. Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu dihindari.

Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga dikenal

sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses dengan

bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi, atau cara-

cara lain seperti sebagai pakan ternak.

2.2 Permasalahan sampah di Indonesia

Sebagian besar penduduk Indonesia semakin bertambah, pemerintah

menyadari akan timbul nya permasalahan sampah yang kian meningkat. Hampir

semua kota mengalami peningkatan dalam menghadapi masalah sampah,

meningkat nya pembangunan kota, pertambahan penduduk, meningkatnya aktifitas

dan tingkat sosial ekonomi masyarakat membuat dampak terhadap meningkatnya

volume timbulan sampah yang dihasilkan masyrakat dari hari kehari.kondisi ini di

perparah dengan kurang nya sarana dan prasarana pengolahan sampah yang terbatas

sehingga permasalahan sampah semakin hari semakin kompleks dan diperlukan

nya dana yang tidak sedikit dalam pengolahan sampah tersebut.Tabel 2.1

menunjukan proporsi pelayanan sampah yang ada di Indonesia

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

6

Tabel 2.1 : Proporsi pelayanan sampah di Indonesia

Pulau Penduduk

(juta- jiwa)

Penduduk

dilayani

(juta-jiwa)

% penduduk

dilayani

Sumatra 49,3 23,5 48

Jawa 137,2 80,8 59

Bali dan Nusa Tenggara 12,6 6,0 47

Kalimantan 12,9 6,0 46

Sulawesi, Maluku, dan Papua 20,8 14,2 68

Total 232,7 130,3 56

Sumber : Damanhuri, 2010

Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah juga meliputi

masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas

untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi membuat

kebanyakan hanya bisa mengumpulkan dan membuang, sebagian besar ditangani

dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari lingkungan.

2.3 Jenis Sampah dan Sumber Sampah

Undang-Undang No 18 Tahun 2008 sumber sampah adalah asal timbulan

sampah. Menurut Damanhuri (2010), sumber sampah yang berasal dari rumah

tinggal merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau lingkungan rumah

tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Menurut Direktur

Pengembangan PLP (2011), sumber sampah dapat diklasifikasikan sebagai sumber

sampah yang berasal dari daerah perumahan, komersial, umum, dan sosial. Sumber

sampah yang berasal dari perumahan dibagi atas perumahan masyarakat

berpenghasilan tinggi, perumahan masyarakat berpenghasilan menengah, dan

perumahan masyarakat berpenghasilan rendah. Sumber sampah dari daerah

komersial adalah sumber sampah yang berasal dari kawasan perniagaan, dan

hiburan dan lain-lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasra, pertokoan,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

7

hotel, restauran, bioskop dan lain-lain. Sumber sampah dari fasilitas umum adalah

sarana/prasarana perkotaan yang dipergunakan untuk kepentingan umum. Yang

termasuk dalam kategori fasilitas umum adalah perkantoran, sekolahan, rumah

sakit, gedung olah raga, museum, taman, jalan dan lain sebagainya. Sumber sampah

dari fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untuk

kepentingan sosial atau bersifat sosial seperti panti-panti sosial rumah jompo, panti

asuhan, dan tempat tempat ibadah seperti masjid, gereja, puradan lainnya. Sumber

sampah lain dapat dikembangkan lagi jenis sumber-sumber sampah yang lain sesuai

dengan kondisi kotanya atau peruntuka tatguna lahannya. Sebagai contoh samppah

dari tempat pemotongan hewan atau limbah pertanian ataupun bunagn dari linstansi

pengolahan air limbah.

Sumber : Direktur Pengembangan PLP (2011),

Pada saat ini di kota Blitar jumlah sampah yang dihasilkan adalah sebesar

78,.41 ton/hari, sampah tersebut berasal dari pasar tradisional sebesar 10.2 ton/hari,

dari pusar perniagaan dan perkantoransebesar 6.91 ton/hari, sampah dari fasilitas

publik dan dari sektor atau kawasan lain sebesar 3.1 ton/hari.

Ditinjau dari tempat dihasilkannya (sumbernya), sampah dibedakan menjadi :

1. Sampah Domestik Merupakan sampah daerah permukiman yang

sampahnya berupa sampah-sampah hasil kegiatan rumah tangga seperti

samaph dapur, kertas, tekstil, kulit, logam, kaca, kayu dan sebagainya.

2. Sampah Daerah Komersil Daerah komersil meliputi pertokoan, pasar,

supermarket, perkantoran, perhotelan, rumah makan, dan lain

sebagainya. Jenis sampah yang dihasilkan kertas, kardus, plastik, kayu,

sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan

sebagainya.

3. Sampah Institusi Yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat

pemerintahan, dan lan-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama

dengan jenis sampah pada daerah komersial.

4. Sampah Konstruksi atau Pembongkaran Bangunan meliputi pembuatan

konstruksi baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang

ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

8

5. Sampah Daerah Fasilitas Umum seperti penyapuan jalan, taman, pantai,

tempat rekreasi, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara

lain : rubbish, sampah taman, ranting, daun, dan sebagainya

6. Sampah Pengolah Limbah Domestik Pengolah limbah domestik seperti

Instalasi pengolahan air minum, Instalasi pengolahan air buangan, dan

insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain lumpur hasil

pengolahan, debu, dan sebagainya.

7. Sampah Kawasan Industri jenis sampah yang dihasilkan oleh daerah

kawasan industri antara lain sisa proses produksi, buangan non industri,

dan sebagainya.

8. Sampah Pertanian Jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa

makanan busuk, sisa pertanian.

Berdasarkan cara penanganan dan pengolahannya, jenis sampah secara

umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis (Damanhuri, 2010) yaitu :

a. Sampah basah (garbage), adalah sampah yang susunannya terdiri atas

bahan organik yang mempiliki sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam

keadaan basah. Contohnya adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan,

dedaunan, dsb.

b. Sampah kering (rubbish), adalah sampah yang terdiri dari bahan anorganik

yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini

dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Sampah kering logam, contohnya : kaleng, pipa besi tua, seng dan

segala jenis logam yang sudah usang.

2. Sampah kering non logam, contohnya :

i. Sampah kering yang mudah terbakar (combustible rubbish),

Misalnya : kertas, karton, plastik, kayu, kain bekas, dsb.

ii. Sampah kering sulit terbakar (non combustible rubbish),

contohnya : pecahan gelas, botol, kaca, dll.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

9

c. Sampah lembut, adalah sampah yang terdiri atas partikel-partikel kecil,

ringan dan mempunyai sifat mudah beterbangan serta membahayakan atau

menggangu pernapasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas :

1. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis,

Misalnya serbuk dari penggergajian kayu, debu dari aktifitas pabrik,

dll.

2. Abu yaitu partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran,

Misalnya abu kayu, abu gunung berapi , abu dari hasil pembakaran

sampah (incinerator), dll.

2.4 Dampak pencemaran akibat sampah

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman (2011) banyak permasalahan yang dapat

ditemui dalam pengelolaan kebersihan seperti tidak tersedianya sarana dan

prasarana, sumber daya manusia, peraturan dan anggaran dana yang memadai,

sehingga membuat tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan

ketentuan teknis akibatnya pencemaran lingkungan menjadi meningkat. Berbagai

potensi yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran akibat sampah meliputi :

1. Perkembangan vektor penyakit

Tempat sampah yang didalamnya masih terdapat sisa makanan merupakan

sumber tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit seperti

lalat dan tikus. Perkembangan vektor penyakit pada TPA disebabkan oleh

frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan.

Gangguan akibat lalat umumya dapat ditemukan hingga radius 1-2 km dari

lokasi TPA.

2. Pencemaran udara

Sampah yang menumpuk serta tidak tertutup dan tidak segera terangkut

merupakan sumber bau yang tidak sedap. Selain itu proses dekomposisi

sampah di TPA secara kontinu akan menghasilkan gas seperti CO, CO2,

CH4, H2S dan lain-lain yang secara langsung akan mencemari udara serta

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

10

mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca yang memiliki kontribusi

terhadap pemanasan global.

3. Pencemaran air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial

menghasilkan leachate terutama pada saat turun hujan. Aliran leachate yang

mengalir kesaluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya

pencemaran air dan air tanah.

4. Pencemaran tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik akan membuat

lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah

organik dan mungkin juga mengandung bahan buangan berbahaya (B3)

yang membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terdegradasi.

5. Gangguan estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan

pandangan yang sangat buruk dan tidak enak sehingga mempengaruhi

estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan

yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak

baik.

6. Kemacetan lalu lintas

Lokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah yang berdekatan

dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan dan lain-lain berpotensi

menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas akibat kegiatan bongkar

muat sampah yang dilakukan.

7. Gangguan kebisingan

Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan operasi

kendaraan alat berat dalam TPA (baik angkutan pengangkut sampah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

11

maupun kendaraan yang digunakan meratakan dan atau memadatkan

sampah).

8. Dampak sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya

pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya.

Keresahan warga setempat diakibatkan oleh gangguan-gangguan yang telah

disebutkan diatas.

2.5 Pengolahan sampah

Pengolahan Sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan

menurut UU No. 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk

sampah dengan mengubah karakteristik, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah

merupakan kegiatan yang dimnaksud untuk mengurangi jumlah sampah, disamping

memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur

ulang, produk lain dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa

pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.

Pengolahan sampah secara umum merupakan proses transformasi sampah baik

secara fisik, kimia, maupun biologi. Masing- masing definisi dari proses

transformasi tersebut adalah

1. Transformasi fisik

Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa cara yaitu :

− Pemisahan komponen sampah dilakukan secara manual atau mekanis,

sampah yang bersifatheterogen dipisahkan menjadi komponen –

komponennya, sehingga bersifat lebih homogen. Langkah ini dilakukan

untuk keperluan daur ulang.demikian pula sampah yang bersifat berbahaya

dan beracun (misalnya sampah laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia)

sedapat mungkin dipisahkan dari jenis sampah lainnya, untuk kemudian

diangkut ketempat pembuangan khusus.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

12

− Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi dilakukan

dengan tekanan / kompaksi bertujuan unuk menekan kebutuhan ruang

sehingga mempermudah penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan,

Reduksi volume juga bermkanfaat untyuk mengurangi biaya pengangkutan

dan pembuangan. Jenis sampah yang perlu reduksi volume antara lain :

kiertas, karton, plastic, kaleng

− Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan bertujuan

hamper sama dengan proses kompaksi dan bertujuan memperluas

permukaan kontak dari komponen sampah.

2. Transformasi kimia

− Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip

proses pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat

didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah padat menjadi fase gas,

cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan pelepasan energi panas

proses pembakaaran ini sangat dipengaruhi oleh karekteristik dan komposisi

sampah yaitu

1. Nilai kalor dari sampah, dimana semakin tnggi nilai kalor sampah maka

akan semakin mudah proses pembakaran berlangsung

2. Kadar air sampah, semakin kecil kadar air maka akan semakin mudah

prosespembakaran berlangsung.

3. Ukuran partikel, semakin luas permukan kontak dari partikel sampah maka

semakin mudah sampah terbakar.

Jenis pembakaran dapat dibedakan atas :

• Pembakaran Stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan

suplai udara / oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembakaran

sempurna.

• Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang dilakukan

dengan suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk berlangsungnya

pembakaran sempurna.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

13

• Gasifikasi, yaitu proses pembakaran dengan cara parsial pada kondisi

substoikhiometrik, dimana produknya adalah gas-gas CO, H2, dan

hidrokarbon.

3. Transformasi Biologi

Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktifitas

mikroorganisme untuk mendekomposisikan sampah menjadi bahan stabil

yaitu kompos. Teknik biotransformasi yang umum dikenal adalah :

• Komposting secara aerobic ( produk berupa kompos )

• Penguraian secara anaerobic ( produk berupa gas metana, CO₂, dan gas-gas

lain, humus atau lumpur).

2.6 Timbulan Sampah

Timbulan sampah menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 adalah

setiap orang dan atau akibat proses alam yang menghasilkan sampah sehingga

menghasilkan timbulan sampah. Menurut Damanhuri (2010), timbulan sampah

adalah banyaknya sampah dalam satuan berat: kilogram per orang per hari

(Kg/Orang/Hari) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari (Kg/m2/h) atau

kilogram per tempat tidur per hari (Kg/bed/hari), dalam satuan volume:

liter/orang/hari (L/Orang/hari), liter per meter-persegi bangunan per hari

(L/m2/hari), liter per tempat tidur perhari (L/bed/hari). Menurut Direktur

Pengembangan PLP (2011), timbulan sampah merupakan jumlah volume sampah

yang dihasilkan perkapita. Banyaknya sampah yang dihasilkan dalam satuan berat

(kilogram per orang per hari, atau kilogram per tempat tidur per hari) dan dalam

satuan volume (liter/orang/hari, liter/m2/hari.

Timbulan sampah baik untuk sekarang mupun dimasa mendatang merupakan

dasar dari perncanaan,perancangan,dan pengkajian sistem pengelolaan

persampahan. Apabila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk

menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai

berikut (Damanhuri,2010):

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

14

1. Satuan timbulan sampah kota besar = 2-2,5 l/orang/hari, atau 0,4-0,5

kg/orang/hari.

2. Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 -2 l/orang/hari, atau 0,3-0,4

kg/orang/hari.

Berdasarkan kriteria pada SNI 19-3964-1994, Ukuran kota di klasifikasikan

atas ukuran kecil, sedang dan besar. Kota kecil adalah kota dengan penduduk

kurang dari 100.000 jiwa, kota sedang dengan dengan penduduk lebih besar dari

100.000 jiwa dan kurang dari 500.000 jiwa dan kota besar adalah kota dengan

penduduk lebih dari 500.000 jiwa. Dengan acuan kriteria ini maka Kota Blitar

masuk dalam kriteria Kota sedang/kecil. Untuk itu sebagai acuan dalam

memperkirakan volume sampah dapat digunakan sebesar 0,3-0,4 kg/orang/hari.

Volume timbulan sampah rata-rata perkapita perhari menurut Direktur

Pengembangan PLP (2011), dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

• Timbulan sampah perkapita

V = 𝑽𝒔

𝒑

Dengan :

• V = Volume timbulan sampah per orang (m³/orang/hari)

• Vs = Total Volume sampah yang terkumpul (m³ /hari)

• P = Jumlah Penduduk (orang)

Adapun untuk memproyeksikan volume sampah harian digunakan

pendekatan sebagai berikut :

• Volume sampah = jumlah penduduk x timbulan sampah perkapita

(kg)

• Volume sampah pasar dll = 10% x jumlah sampah penduduk asli

• Volume sampah total = volume sampah + volume sampah pasar dll

Qn = Pn x V

Dimana:

Qn = Timbulan Sampah per hari pada tahun ke n.

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

15

V = Volume timbulan sampah rata-rata per orang per hari.

Tabel 2.2 : Timbulan Sampah di Beberapa Negara

Kota Timbulan (Kg/orang/hari)

Paris 1,100

Damaskus 0,635

Fes 0,625

Rabat 0,550

Konakry 0,440

Karachi 0,550

Singapura 0,870

Manila 0,550

Jakarta 0,650

Sumber : Diktat Kuliah TL- 3104 FTSL ITB

Tabel 2.3 : Timbulan Sampah di Beberapa Kota di Indonesia

Kota Liter/o/hari Kg/o/hari

Jakarta 2,60 0,65

Surabaya 2,40 0,60

Semarang 1,80 0,45

Bandung 3,30 0,83

Surakarta 3,20 0,60

U.Pandang 2,40 0,60

Sumber : Diktat Kuliah TL – 3104 FTSL ITB

Data timbulan sampah sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh

untuk menentukan fasilitas pengelolaan sampah beserta kapasitasnya contoh

fasilitas peralatan, kendaraan pengankut, rute angkutan, fasilitas daur ulang, luas

dan jenis TPA.

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) sumber timbulan sampah dapat

dibagi sebagai berikut.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

16

1. Sampah yang berasal dari pemukiman

Sam pah ini terdiri dari ;limbah kegiatan rumah tangga baik keluarga besar

ataupun keluarga kecil. Sampah ini terdiri dari sampah makanan, plastik,

kertas, kayu,kaleng, kaca,alumunium, sampah elektronik, dan ban

2. Sampah pusat perdagangan

Sampah ini terdiri dari sampah-sampah hasil aktifitas di pusat kota seperti

toko, pasar, restoran, kantor, hotel dan sebagainya yang dihasilkan sampah

seperti kertas, plastik, kayu logam, limbah pemukiman dan sampah sisa

makanan

3. Sampah institusional

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktifitas institusi seperti

sekolah, rumah sakit, puskesmas, penjara, pusat pemerintahan, dan

sebagainya yang umum nya menghasilokan sampah sama dengan pada

sampah yang ada di pemukiman. Khusus untuk sampah rumah sakit dan

puskesmas biasa nya di tangani khusus dan diproses secara terpisah dengan

sampah lain.

4. Sampah konstruksi

Sampah iui terdiri dari limbah hasil aktifitas konstruksi seprti sampah dari

pembangunan konstruksi, perbaikan jalan, perbaikan bangunan, dan

sebagainya sampah yang dihasilkan adalah sampah kayu, beton dan puing-

puing sisa perbaikan.

5. Sampah pelayanan umum

Sampah ini berasal dari limbah hasil akttifitas pelayanan umum seperti

tempat ibadah, tempat rekreasi, tempat olahraga, dan sebagainya yang

umum nya menghasilkan sampah organik.

6. Sampah instalasi pengolahan

Sampah ini berasal dari limbah hasil aktifitas instalasi pengolahan contoh

instalasi pengolahan air bersih, air kotor, dan limbah industri yang biasa nya

berupa lumpur ataupun limbah buangan yang telah diolah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

17

7. Sampah industri

Sampah ini berasal dari limbah hasil aktifitas pabrik, konstruksi, industri,

berat dan ringan, instalasi kimia, pusat pembangkit listrik dan lain lain

8. Sampah perkebunan.

Sampah ini berasal dari perkebunan pertanian dan peternakan contoh

jerami, sisa sayuran, dan kotoran hewan yang biasa nya bisa diolah menjadi

pupuk.

2.7 Pertumbuhan Penduduk

Metode ini dilakukan dengan cara mengukur langsung satuan timbulan

sampah dari sejumlah sampel (rumah tangga dan non rumah tangga) yang

ditentukan secara random-proporsional selama 8 hari berturut-turut. Metode ini

sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang pengambilan dan pengukuran contoh

timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Untuk penentuan jumlah pemukiman

atau jumlah rumah yang akan dibuat sampling selama 8 hari sebagai berikut :

1. Perhitungan jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK) yang dihitung

berdasarkan rumus persamaan 2.1 dan persamaan 2.2.

S = Cd . √𝑷𝒔 ……….……….……….……….……….……….……….

Keterangan :

S = Jumlah contoh (jiwa)

Cd = Koefisien perumahan

1.0 = Kota Besar

0.5 = Kota kecil / Kota sedang

Ps = Populasi (jiwa)

Kemudian hasil S dimasukkan dalam persamaan berikut:

K = 𝑺

𝑵 ……….……….……….……….……….……….……………….

Keterangan :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

18

K = Jumlah contoh (KK)

N = Jumlah jiwa per keluarga (5)

2. Jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan.

(1) contoh dari perumahan permanen = (S1 × K) keluarga

(2) contoh dari perumahan semi permanen = (S2 × K) keluarga

(3) contoh dari perumahan non permanen = (S3 × K ) keluarga

dimana: S1 = Proporsi jumlah KK perumahan permanen dalam (25%)

S2 = Proporsi jumlah KK perumahan semi permanen dalam (30%)

S3 = Proporsi jumlah KK perumahan non permanen dalam (45%)

S = Jumlah contoh jiwa

N = Jumlah jiwa per keluarga

K = Jumlah KK

Alat yang dipergunakan dalam pengambilan sampel timbulan sampah

dilakukan dengan menggunakan kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm dengan

diangkat setinggi ± 30 cm dan dijatuhkan sebanyak tiga kali. Kemudian beberapa

hal yang akan didata meliputi berat alat, berat sampel sampah, tinggi sampah dalam

alat dan tinggi sampah setelah dilakukan kompaksi.

Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah

penduduk dan laju produksi sampah per orang per harinya. Sehingga untuk

memperkirakan volume timbulan sampah sampai akhir periode desain perlu

memperkirakan jumlah penduduk yang dilayani hingga akhir tahun periode desain

tersebut yaitu selama 10 tahun kedepan.

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman (2011) proyeksi jumlah penduduk dapat

dihitung dengan tiga metode, yaitu :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

19

a. Metode Aritmatika

Metode ini cocok digunakan untuk daerah yang perkembangan penduduk

nya relatif konstan. Perhitungan perkembangan penduduk pada tahun-tahun

berikutnya dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.3.

Pn = Po + r.n ……….……….……….……….……….……….……….

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n,

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar,

r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun,

n = periode waktu proyeksi,

b. Metode Geometri

Metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk akan segera

otomatis berlipat ganda dengan sendirinya. Metode ini tidak memperhatikan adanya

penurunan tingkat perkembangan penduduk. Perhitungan perkembangan penduduk

pada tahun-tahun berikutnya dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.4.

Pn = Po (1+r)n ……….……….……….……….……….……….……….

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n,

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar,

r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun,

n = periode waktu proyeksi,

c. Metode Least Square

Metode ini menganggap dengan menggunakan asumsi bahwa y adalah

jumlah penduduk tahun ke-n, dan x adalah nomor data tahun ke-n. Metode ini

menganggap garis regresi yang dibuat akan memberikan penyimpangan nilai data

atas penduduk masa lalu dan juga karakteristik perkembangan penduduk di masa

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

20

lalu maupun masa mendatang. Perhitungan perkembangan penduduk pada tahun-

tahun berikutnya dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.5 – 2.7.

Pn = a + b.x ……….……….……….……….……….……….…………

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n,

x = beda yang dihitung pada tahun dasar,

a/b = dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

a = ∑p . ∑x2 - ∑x . ∑x.p …..…………………………...……….

n . ∑x2 – (∑x)2

b = n . ∑x.p - ∑x . ∑p …………………………………….…….

n . ∑x2 – (∑x)2

Nantinya proyeksi pertumbuhan penduduk dipilih berdasarkan nilai Sd

(standar deviasi / sample standard deviation) yang nilainya paling kecil dari ketiga

metode yang digunakan. Rumus standar deviasi (Sd) adalah :

(Sd) = √Σ ( 𝑌𝑖−𝑌𝑚𝑒𝑎𝑛)2

𝑛−1…………………………………………….

Timbulan sampah menurut SNI 19-3964-1994 di klasifikasikan menjadi 3

jenis yaitu ukuran kecil, sedang dan besar. Kota kecil yang berpenduduk kurang

dari 100.000 jiwa kota sedang berada lebih besar dari 100.000 jiwa dan kurang

dari 500.000 dan kota besar adalah kota dengan penduduk lebih dari 500.000

jiwa. Dengan begitu desa sitirejo yang berpenduduk 8045 jiwa termasuk dalam

golongan kota kecil yang dimana

1. Satuan timbulan sampah kota besar = 2- 2,5 l/orang/hari atau 0,4 - 0,5

kg/org/hari

2. Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 l/orang/hari atau 0,3 –

0,4 kg/orang hari

Dalam menghitung timbulan sampah yang perlu kita ketahui terlebih

dahulu adalah

1. Laju generasi sampah (Ltr/orang/hari atau kg/orang/hari)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

21

2. Laju generasi sampah setiap sumber (Ltr/unit/hari)

Volume timbulan sampah rata rata per hari digunakan pendekatan sebagai

berikut

V = 𝑽𝒔

𝒑

dimana

V = volume timbulan sampah per orang (m3/orang/hari)

Vs = Total Volume sampah yang terkumpul (m3/hari)

P = jumlah penduduk

Adapun untuk memproyeksikan volume sampah harian digunakan

pendekatan sebagai berikut

Qn = Pn x V

Dimana

Qn = timbulan sampah per hari pada tahun ke n

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n

V = Volume timbulan sampah rata – rata per orang per hari

2.8 Komposisi

Pengelompokan berikutnya yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan

komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau %

volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,

dan lain-lain. Komposisi dan sifat -sifat sampah menggambarkan keanekaragaman

aktivitas manusia.Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dapat

digolongkan sebagai berikut:

• Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun,

sampah kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain

• Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,

logam, kaca, dan sebagainya

• Sampah yang berupa debu dan abu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

22

Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau zat fisis yang berbahaya. Disamping

berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula dihasilkan

dari kegiatan kota termasuk dari rumah tangga.

Dalam damanhuri dan padmi (2010) menggambarkan tipikal komposisi sampah

pemukiman atau sampah domestik dikota negara maju,dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 : Komposisi Sampah Domestik

Sumber : Diktat Kuliah TL- 3104 FTSL ITB

Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas

bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Refuse sebaiknya

didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya,

seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan

lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,

khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai

sampah kering, atau sering pula disebut sebagai sampah anorganik.

Di negara beriklim dingin, sampah berupa debu dan abu banyak dihasilkan sebagai

produk hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar untuk pemanas ruangan,

maupun abu hasil pembakaran sampah dari insinerator. Abu debu di negara tropis

seperti Indonesia, banyak berasal dari penyapuan jalan-jalan umum. Selama tidak

mengandung zat beracun, abu tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan

Kategori Sampah % Berat % Volume

Kertas dan bahan- bahan kertas 32,98 62,61

Kayu / produksi kayu 0,38 0,15

Plastik, kulit, dan produk karet 6,84 9,06

Kain dan produksi tekstil 6,36 5,1

Gelas 16,06 5,31

Logam 10,74 9,12

Bahan batu, pasir 0,26 0,07

Sampah Organik 26,38 8,58

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

23

masyarakat. Namun, abu yang berukuran <10 µm dapat memasuki saluran

pernafasan dan menyebabkan penyakit pneumoconiosis.

Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi

manusia, flora, dan fauna. Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat kimia organik

maupun anorganik serta logam – log a m berat, yang kebanyakan merupakan

buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu badan yang

berwenang dan dikeluarkan ke lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sampah jenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota biasa.

Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:

• Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga

akan cukup tinggi

• Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka

semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan

berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas

dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi

• Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang

sedang berlangsung

• Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya

menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dsb

• Pendapatan per kapita: Masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan

menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen

• Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan

mempengaruhi. Negara maju seperti Amer ika tambah banyak yang

menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang

seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang

tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.

Tambah sederhana pola hidup masyarakatnya, tambah banyak komponen sampah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

24

organik (sisa makanan, dsb). Suatu penelitian (1989) yang dilakukan di beberapa

kota di Jawa Barat menggambarkan hal tersebut dalam skala kota. Tambah besar

dan beraneka ragam aktivitas sebuah kota, maka tambah kecil proporsi sampah

yang berasal dari kegiatan rumah tangga, yang umumnya didominasi sampah

organik. Pemukiman merupakan sumber sampah terbesar dengan komposisi

sampah basah atau sampah organik sebesar 73-78%. Dengan kondisi seperti itu

disertai kelembaban sampah yang tinggi, maka sampah akan sangat cepat

membusuk.

Pengelompokan sampah yang sering dilakukan adalah menurut komposisinya

contoh, dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, karet, kulit

plastik, logam, kaca, kain makanan, dan lain-lain. Cara pengolahan yang tepat dan

yang yang paling efisien dapat ditentukan apabila diketahui komposisi sampahnya,

sehingga dapat didapatkan proses yang tepat. Tipikal komposisi sampah menurut

tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 : Tipikal komposisi sampah domestik (%berat basah)

Sumber : damanhuri dan padmi, 2010

komposisi

Pemukiman

(low income)

Pemukiman

(Midle income)

Pemukiman

(High income)

Kertas 1-10 15-40 15-40

Kaca, keramik 1-10 1-10 4-10

Logam 1-5 1-5 3-13

Plastik 1-5 2-6 2-10

Kulit, karet 1-5 - -

Kayu 1-5 - -

Tekstil 1-5 2-10 2-10

Sisa makanan 40-85 20-65 20-50

Lain-lain 1-40 1-30 1-20

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

25

2.9 Karakteristik sampah

Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam

penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut

sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan

sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda

memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang

sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-

negara maju (damanhuri dan padmi, 2010). Menurut Sulistyoweni (2002)

karakteristik sampah perlu diketahui untuk mengevaluasi kebutuhan alat, sistem

manajemen dan rencana, terutama penerapan pembuangan dan perlindungan

sumber daya dan energi. Sampah di klasifikasikan menurut karakteristiknya sebagai

berikut:

1. Karakteristik Fisik

Dinyatakan sebagai berat per unit (Kg/m³).dalam pengukuran berat jenis

sampah harus disebut dimana dan dalam keadaan bagaimana sampah diambil

sebagai sampling untuk menghitung berat spesifik sampah. Berat spesifik juga

dipengaruhi oleh geografis, lokasi, musim, dan lama waktu penyimpanan. Hal ini

juga sangat penting untuk mengetahui volume sampah yang diolah.

2.10 Penanganan Sampah Tingkat Kota

Menurut damanhuri (2010), Penanganan sampah kota merupakan

penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola kebersihan kota, baik

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, atau dilaksanakan oleh institusi lain yang

ditunjuk untuk itu. Beberapa ciri penanganan sampah ditingkat ini:

1. Pengelolaan sampah diposisikan sebagai bagian dari insfrastruktur perkotaan

2. Bila dikelola langsung oleh pemerintah daerah, maka bentuk pengelolaan dapat

berupa perusahaan Daerah, Dinas, UPTD, atau sebagai seksi dari sebuah dinas.

3. Terdapat kemungkinan bahwa pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh pihak

luar atau swasta.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

26

4. Ciri khas dari level ini adalah bagaimana memperlihatkan agar kota itu terlihat

bersih, sehingga area yang merupakan wajah sebuah kota akan lebih

diprioritaskan pelayanannya. (damanhuri 2010).

2.11 Daerah pelayanan

Daerah pelayanan merupakan daerah yang berada dalam tanggung jawab

pengelola sebuah kota, yang dilayani pengelolaan sampahnya, paling tidak sampah

didaerah tersebut diangkut menuju pengolahan atau pemrosesan akhir. Damanhuri

(2010).

Daerah pelayanan merupakan daerah yang berada dalam tanggung jawab

pengelola sebuah kota, yang dilayani pengelolaan sampahnya, paling tidak sampah

di daerah tersebut diangkut menuju pengolahan atau pemrosesan akhir. Daerah

yang tidak dilayani diharapkan menangani sampahnya secara mandiri baik secara

individu, maupun secara komunanl. (Damanhuri 2010).

Beberapa pertimbangan yang biasa digunakan di Indonesia adalah sebagai

berikut :

a. Daerah dengan kepadatan rendah dianggap masih memiliki daya dulung

lingkungan yang tinggi sehingga dapat menerapkan pola penanganan sampah

setempat yang mandiri.

b. Daerah dengan tingkat kepadatan diatas 50 jiwa/ha perlu mendapatkan

pelayanan persampahan karena penerapan pola penangnanan sampah setempat

akan berpotensi menimbulkan gangguan lingkunagn.

c. Prioritas daerah pelayanan dimulai dari daerah pusat kota, daerah komersial,

pemukiman dengan kepadatan tinggi, daerah pemukiman baru, kawasan

strategis atau kawasan andalan.

d. Pengembangan daerah pelayanan diarahkan dengan menerapkan model “rumah

tumbuh” yaitu pengembangan ke wilayah yang berdekatan atau berbatasan

langsung dengan wilayah yang telah mendapat pelayanan. (Damanhuri 2010).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

27

Tabel 2.6 : Proporsi pelayanan sampah di Indonesia menurut Damanhuri 2010

Pulau Penduduk

(juta-

jiwa)

Penduduk

dilayani

(juta-jiwa)

% Penduduk

Dilayani

Sumatera 49,3 23,5 48

Jawa 137,2 80,8 59

Bali dan Nusa Tenggara 12,6 6,0 47

Kalimantan 12,9 6,0 46

Sulawesi, Maluku, dan Papua 20,8 14,2 68

Total 232,7 130,3 56

Sumber : Damanhuri 2010

2.11.1 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan meliputi frekuensi pengumpulan dan pengangkutan,

dukungan dan kondisi prasarana/sarana, serta estetika hasil pelayanan. Frekuensi

pengumpulan dan pengangkutan akan terkait dengan sistem pelayanan yang ada

serta jenis sampah yang akan dikelola. Sampah basah sangat dianjurkan untuk

diangkut minimal 2 hari sekali, sedangkan sampah kering dapat dilakukan 1-2 kali

seminggu. (Damanhuri 2010).

2.11.2 Jenis pelayanan

Berdasarkan penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi

pelayanan dapat dibagi dalam berbagai kondis:

a. Kondisi 1 : wilayah dengan pelayanan intensif, adalah daerah dijalan protokol,

pusat kota, kawasan pemukiman tidak teratur, dan daerah komersial.

b. Kondisi 2 : wilayah dengan penanganan menengah adalah kawasan pemukiman

teratur.

c. Kondisi 3 : wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggir kota.

d. Kondisi 4 : wilayah tanpa pelayanan, misalnya karena lokasinya terlalu jauh,

dan belum terjangkau oleh trukpengangkut sampah.

Sumber : Damanhuri (2010).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

28

2.12 Teknik Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

2.12.1 Sistem Pengumpulan Sampah

Sistem pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah yang

dihasilkan oleh kegiatan dari setiap beberapa sumber sampah yang kemudian

diangkut menuju tempat pembuangan sementara atau langsung menuju ke tempat

pemrosesan akhir tanpa mengalami perpindahan. Operasional persampahan

ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1

Skema Teknik Operasional Persampahan (Damanhuri, 2010)

Menurut Damanhuri (2010), pola pengumpulan dapat dibagi menjadi 5 pola,

yaitu:

1. Pola individual

Pengumpulan sampah dilakukan dari rumah ke rumah dengan alat

angkut jarak pendek seperti gerobak atau yang lainnya untuk diangkut ke

penampungan sementara. Pola ini dapat dilakukan juga dengan cara door-to-

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

29

door menggunakan truk sampah untuk langsung diangkut ke

pengolahan/pemrosesan sampah.

2. Pola Komunal

Pada pola ini pengumpulan sampah dari beberapa rumah dilakukan pada

satu titik pengumpulan, yang dilakukan langsung oleh penghasil sampah untuk

kemudian diangkut ke TPA.

Aspek penyimpanan dan pengumpulan membutuhkan pengetahuan

dasar tentang karakteristik masing-masing sampah agar tidak menimbulkan

permasalahan, baik dari sudut biaya operasi maupun keselamatan kerja dan

lingkungan. Subsistem pemindahan menerima sampah yang berasal dari

sumber, untuk kemudian diangkut ke TPA. Dikenal dua pola yaitu sistem yang

permanen dan yang dapat diangkut (dipindahkan). Subsistem pemindahan

mempunyai sasaran-sasaran sebagai berikut:

a. Sebagai peredam tingkat ketergantungan fase pengumpulan dengan fase

pengangkutan

b. Pos pengendalian tingkat kebersihan wilayah yang bersangkutan.

Subsistem pengangkutan terdiri atas tiga jenis, yaitu:

a. Pengangkutan dari satu lokasi pemindahan ke TPA

b. Pengangkutan dari kelompok pemindahan menuju ke TPA

c. Pengangkutan dengan pola door-to-door.

Aspek pengangkutan sampah kadang dilupakan dan dianggap dapat berjalan

dengan sendirinya sehingga menjadi permasalahan besar apabila sampah harus

diangkut ke luar dari sumber asalnya guna diproses lebih jauh. Hal ini terutama

menyangkut pengamanan selama perjalanannya. (Sumber Damanhuri 2010).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

30

2.12.2 Sistem Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa

sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju

tempat pemrosesan akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu

komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasran

mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya

bila terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar, lokasi titik

tujuan sampah relatif jauh, sarana pemindahan merupakan titik pertemuan

masuknya sampah dari berbagai area, ritasi perlu diperhitungkan secara teliti,

masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah. Damanhuri(2010).

Menurut Damanhuri (2010), metode pengangkutan sampah dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Hauled container system (HCS)

Adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat

dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS ini

merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersial. Hauled container

system dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Konvensional

Wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut ke tempat

pembongkaran, kemudian setelah dikosongkan wadah sampah tersebut

dikembalikan ke tempatnya semula.

b. Stationary container system (SCS)

Wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut dan tempatnya

akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa.

2. Stationary container system (SCS)

Adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya

tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa

wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan

sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah pemukiman.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

31

2.12.3 Pola Pengangkutan Sampah

Pola pengangkutan sampah menurut Damanhuri (2010) adalah :

1. Pola individual langsung (door to door)

Dapat dilakukan dengan cara truk pengangkut sampah berangkat dari

pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah,

selanjutnya truk tersebut mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah

berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya. Sampah diangkut ke

lokasi pemrosesan atau ke TPA, setelah pengosongan sampah di lokasi tersebut,

truk menuju kembali ke lokasi sumber sampah berikutnya sampai terpenuhi

ritasi yang telah ditetapkan (Gambar 2.2)

Gambar 2.2

Pengangkutan Sampah Pola Individual Langsung (door to door)

(Damanhuri, 2010)

2. Pola Pengangkutan dengan system pengosongan kontainer

a. Cara 1

Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk

mengangkut sampah ke pemrosesanatau ke TPA. Kontainer kosong

dikembalikan ke tempat semula. Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk

diangkut ke pemrosesan atau ke TPA. Kontainer kosong dikembalikan ke

tempat semula. Demikian seterusnya sampai rit terakhir (ditunjukkan

Gambar 2.3)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

32

Gambar 2.3

Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara-1

Keterangan gambar: angka 1,2,3,…,10 adalah rute alat angkut.

(Damanhuri, 2010)

b. Cara 2

Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk

mengangkut sampah ke pemrosesan dari sana kendaraan tersebut dengan

kontainer kosong menuju ke lokasi kedua untuk menurunkan kontainer

kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke pemrosesan.

Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir. Pada rit terakhir dengan

kontainer kosong dari pemrosesan atau TPA menuju ke lokasi container

pertama. Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu, misal pengambilan

pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas (ditunjukkan

Gambar 2.4)

Gambar 2.4

Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara-2.

(Sumber: Damanhuri 2010)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

33

c. Cara 3

Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke

lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil dan langsung

membawanya ke Pemrosesan atau ke TPA. Kendaraan dengan membawa

kontainer kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya. Demikian

seterusnya sampai dengan rit terakhir (ditunjukkan Gambar 2.5).

Gambar 2.5

Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara-3

(Sumber: Damanhuri 2010)

d. Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap

Kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut

berupa truk compactor. Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama,

sampah dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali

kontainer yang kosong. Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya

sehingga truk penuh, untuk kemudian langsung ke pemrosesan atau ke TPA.

Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir. Pengangkutan sampah

hasil pemilahan yang bernilai ekonomi dilakukan sesuai dengan jadwal

yang telah disepakati (ditunjukkan pada Gambar 2.6)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

34

Gambar 2.6

Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Tetap

(Sumber: Damanhuri 2010)

2.13 Pengolahan Sampah dan Penanganan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah

adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah usaha untuk

mengatur atau mengelola sampah dari proses pengumpulan, pemisahan,

pemindahan, pengangkutan, sampai pengolahan dan pembuangan akhir.

Penanganan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil

atau menghilangkan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan lingkungan, yang

dapat berbentuk membuang sampah saja atau mengembalikan (recycling) sampah

menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Berdasarkan cara pengolahan dan

pemanfaatannya, jenis sampah secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis

(Damanhuri, 2010) yaitu :

1. Sampah basah (garbage), yaitu sampah ysng susunannya terdiri atas bahan

organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan

basah. Yang termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran, buah-

buahan, dedaunan, dsb.

2. Sampah kering (Rubbish), yaitu sampah yang terdiri atas bahan anorganik yang

sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini dapat dibagi

menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Sampah kering logam, misalnya : kaleng, pipa besi tua, seng dan segala jenis

logam yang sudah using.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

35

b. Sampah kering non logam, yang terdiri atas :

1) Sampah kering yang mudah terbakar (Combustible Rubbish), Misalnya

: kertas, karton, kayu, kain bekas,dsb.

2) Sampah kering sulit terbakar (Non Combustible Rubbish), Misalnya :

pecahan gelas, botol, kaca, dll.

3. Sampah lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-partikel

kecil yang memiliki sifat mudah beterbangan serta membahayakan atau

mengganggu pernapasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas :

a. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis,

misalnya serbuk dari penggergajian kayu, debu dari pabrik semen, dll.

b. Abu yaitu partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran misalnya

abu kayu, abu dari hasil pembakaran sampah (incinerator), dll.

Selain jenis-jenis tersebut, pembagian golongan sampah secara khusus

diantaranya :

1. Sampah berbahaya, terdiri atas :

a. Sampah Patogen : Sampah dari rumah sakit dan poliklinik.

b. Sampah beracun : pembusukan pestisida, insektidsida, racun dll.

c. Sampah ledakan: : petasan, mesin, sampah perang, botol parfum dll.

d. Sampah radioaktif : sampah nuklir.

2. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda- benda berharga seperti surat-surat

rahasia negara dan dokumen penting lainnya.

3. Sampah kandang dan pemotongan hewan, yaitu sisa makanan ternak, kulit, sisa-

sisa daging, tulang, dll (Damanhuri, 2010).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

36

2.14 Peran Serta Masyarakat

Menurut UU No.18 Tahun 2008 masyarakat dapat berperan dalam

pengelolaan sampah dengan cara pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada

pemerintah dan atau pemerintah daerah. Masyarakat dapat melakukan perumusan

kebijakan pengelolaan sampah dan atau pemberian saran dan dapat dalam

penyelesaian sengketa persampahan.

Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program

pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada

tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program tersebut, yang menyangkut:

1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang

tertib, lancar, dan merata.

2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat.

3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah

(kebersihan) yang direncanakan akan sia-sia.

2.15 Kebutuhan Lahan

2.15.1 Prediksi Kebutuhan Lahan

Kebutuhan lahan merupakan hal yang harus direncanakan dengan baik.

Volume sampah yang terus meningkat membutuhkan lahan yang cukup juga untuk

menampung sampah tersebut. Kebutuhan lahan menurut Direktur Pengembangan

PLP (2011), dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan Lahan (m2/tahun) = volume sampah x 365 hari/tahun

kedalaman sampah terkompaksi

Dimana :

Volume sampah (m3/hari) = sampah yang dihasilkan ton/hari x 1000 kg/ton

massa jenis sampah terkompaksi

Sampah yang dihasilkan (ton/hari) =

populasi penduduk x sampah yang dihasilkan Kg/perkapita hari

1000 Kg/ton

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

37

2.15.2 Nilai Guna Usia Lahan

Nilai guna usia lahan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut

1. Usia lahan dengan ketinggian rencana 13 meter (lahan kosong).

Usia guna lahan = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

2. Usia lahan dengan ketinggian rencana 4 meter (lahan aktif).

a. Volume yang dihasilkan = volume sampah yang masuk

massa jenis sampah terkompaksi

Massa jenis sampah terkompaksi = 1.000 Kg/m3 (Damanhuri 2010)

b. Kebutuhan lahan (m3/tahun) = luas lahan yang dibutuhkan perharix 365 hari

tinggi rencana tumpukan sampah

c. Usia guna lahan tahun =𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

2.16 Alat Berat

Alat berat digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan

pembangunan suatu struktur bangunan (Rostiyanti 2014). Fungsi alat berat yang

digunakan di TPA sampah terdiri dari 3 fungsi utama yaitu :

1. Pembuangan, penumpukan, penyebaran, perataan, pemadatan, dan pengurukan

sampah dengan tanah urukan adalah pekerjaan utama dari Traktor Roda Rantai,

Loader Roda Rantai, Kompaktor pemadatan sampah.

2. Peralatan berat yang menangani tanah urukan sampah akan melakukan

pengurukan sampah dengan tanah setiap hari. Bila pengurukan tanah menjadi

pekerjaan utama alat berat, maka pemilihannya dapat dilakukan dengan

memilih alat-alat berat khusus yang dilengkapi dengan peralatan pengurukan

tanah.

3. Alat-alat pendukung termasuk didalamnya Motor Grader, Back Hoe Loader,

Hydraulic Excavator, Mobil tangki air, Air compressor, Mobil service, Pompa

Air, Generating Set dan lain lainnya, perlu diadakan sebagai alat bantu TPA.

Alat berat yang biasa digunakan dalam pengurukan sampah adalah

excavator, bulldozer dan vibra compactor. Sumber : (menurut Direktur

Pengembangan PLP 2011).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

38

Produktivitas alat berat adalah perbandingan antara hasil yang dicapai

dengan seluruh sumber daya yang digunakan. Faktor yang mempengaruhi

produktivitas alat berat adalah kapasitas dan waktu siklus alat menurut Rostiyanti

(2014). Secara umum produktivitas alat dapat dihitung dengan menggunakan cara

sebagai berikut

Produktivitas alat = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

𝐶𝑇

Produktivitas alat = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 60

𝐶𝑇 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Mengenai produktivitas masing – masing alat berat adalah sebagai berikut :

2.16.1 Excavator

Excavator adalah alat serba guna yang digunakan untuk menggali tanah,

memuat material ke dump truck, mengangkat material, mengikis tebing, dan

meratakan (Buntarto, 2016). Produktivitas dari backhoe dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut:

Produktivitas (m3/jam) = 𝑉 𝑥 60

𝐶𝑇 𝑥 𝑆𝑥 𝐵𝐹𝐹 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Dimana CT = waktu siklus

S = faktor koreksi untuk kedalaman dan sudut putar

Tabel mengenai waktu siklus (Tabel 2.2), faktor koreksi (Tabel 2.3), dan BFF (Tabel

2.4) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7 : Waktu Siklus Backhoe

Jenis Material Ukuran Alat

£ 0,76 m3 0,94 – 1,72 m3 1,72 m3

Kerikil, pasir, tanah organik 0,24 0,30 0,40

Tanah, Lempung lunak 0,30 0,375 0,50

Batuan, lempung keras 0,375s 0,462 0,60

Sumber: Rostiyanti (2014)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

39

Tabel 2.8 : Faktor Koreksi (S) untuk Kedalaman dan Sudut Putar

Kedalaman

penggalian (%

dari maks.)

Sudut Putar (o)

45 60 75 90 120 180

30 1,33 1,26 1,21 1,15 1,08 0,95

50 1,28 1,21 1,16 1,10 1,03 0,91

70 1,16 1,10 1,05 1,00 0,94 0,83

90 1,04 1,00 0,95 0,90 0,85 0,75

Sumber: Rostiyanti (2014)

Kapasitas bucket front shovel tergantung dari jenis material. Oleh sebab

itu ada faktor koreksi di dalam menentukan kapasitas bucket. Faktor koreksi

tersebut dukalikan dengan kapasitas bucket. Sumber : Rostiyanti (2014).

Tabel 2.9 : Faktor Koreksi BFF untuk Alat Gali

Material BFF (%)

Tanah dan tanah organic 80 – 110

Pasir dan kerikil 90 – 100

Lempung keras 65 – 95

Lempung basah 50 – 90

Batuan dengan peledakan buruk 40 – 70

Batuan dengan peledakan baik 70 – 90

Sumber: Rostiyanti (2014)

2.16.2 Bulldozer

Bulldozer adalah alat yang berfungsi sebagai pembersih lapangan, dan

menggunakan alat traktor sebagai penggerak utama. Sumber : (Rohmanhadi 1994).

Produktivitas dari bulldozer dapat dihitung dengan cara sebgai berikut:

Produktivitas = VI x 60

𝐶𝑇 x efisiensi

Dimana :

V1 : Kapasitas alat

CT : Waktu siklus

E : efisiensi

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

40

Sumber : Rostiyanti (2014).

Dimana :

• Kapasitas alat :

V1 = (𝑊 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢)𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢

2

• Perhitungan Waktu Siklus

HT + RT = 50 𝑥60

1000 𝑥 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛 +

50 𝑥60

1000 𝑥 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖

CT = (HT+RT) + Waktu tetap alat

Sumber: Rostiyanti (2014)

Tabel 2.10 : Pisau Bulldozer

Ukuran mesin (hp) 60 – 70 100 -150 200 300 400

Berat mesin (ton) 5 - 8 10 -12 16 25 35

Panjang pisau (m) 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Tinggi pisau (m) 0,8 1,0 1,2 1,5 1,8

Sumber: Rostiyanti (2014)

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

41

Tabel 2.11 : Perkiraan Kapasitas Pisau

Perkiraan ukuran

(m x m)

Kapasitas ( lcm ) Model

Dozer A-

blade

S-

blade

U-

blade

4,16 x 1,033 3,18 - - D6H

3,36 x 1,257 - 3,89 - D6H

4,50 x 1,111 3,89 - - D7H

3,90 x 1,363 - 5,16 - D7H

3,98 x 1,553 - - 8,34 D7H

4,96 x 1,174 4,66 - - D8N

4,26 x 1,740 - - 11,70 D8N

3,88 x 0,910 2,5 - - D6D

3,21 x 1,127 - 3,77 - D6D

4,26 x 0,960 2,90 - - D7G

3,65 x 1,274 - 4,2 - D7G

3,82 x 1,274 - - 5,80 D7G

Sumber: Rostiyanti (2014)

2.16.3 Whell Loader

Loader adalah alat yang umum digunakan proyek kontruksi untuk pekerjaan

pemuatan material hasil penggalihan kedalam truk atau membuat timbunan

material. Klasifikasi loader adalah sebagai roda di crawler atau ban.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan produktivitas loader

adalah sebagai birikut :

1. Kondisi material

2. Tipe bucket dan kapasitasnya

3. Area pergerakan Loader

4. Waktu siklus Loader

5. Waktu efisien Loader

Sumber: Rostiyanti (2014)

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

42

Karena beberapa material tmenyebabkan alat tidak dapat mengangkut

material secara maksimal maka dibuat tabel untuk menentukan faktor pemuatan

bucket : Sumber: Rostiyanti (2014)

Tabel 2.12 : Faktor Pemuatan Bucket

Material Faktor

Material seragam atau campuran 0,95 – 1,00

Batu kerikil 0,85 – 0,90

Batuan hasil peledakan (baik) 0,80 – 0,95

Batuan hasil peledakan (rata-rata) 0,75 – 0,90

Batuan hasil peledakan (buruk) 0,60 – 0,75

Batuan berlumpur 1,00 – 1,20

Lanau basah 1,00 – 1,10

Material berbeton 0,85 – 0,95

Sumber: Rostiyanti (2014)

Cara menghitung produktivitas adalah dengan menggunakan tabel-tabel

waktu yang tergantung pada beberapa faktor. Waktu muat tergantung pada jenis

material yang diangkut. Selain itu diperlukan koreksi terhadap waktu siklus :

Sumber: Rostiyanti (2014)

Tabel 2.13 : Waktu Muat (menit)

Material LT

Berbutir seragam 0,03 – 0,05

Berbutir campuran dan basah 0,03 – 0,06

Lanau basah 0,03 – 0,07

Tanah atau kerikil 0,04 – 0,20

Material berbeton 0,05 – 0,20

Sumber: Rostiyanti (2014)

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

43

Untuk pembuangan juga diperlukan waktu oreksi, apakan pembuangan

dilakukan langsung dibuang pada tanah, atau pada truk : Sumber: Rostiyanti

(2014)

Tabel 2.14 : Waktu Buang (menit)

Pemuatan DT

Ditumpah diatas tanah < 0,10

Dimuat kedalam truk 0,04 – 0,07

Sumber: Rostiyanti (2014)

Tabel 2.15 : Faktor Penambahan dan Penguranagn Untuk CT (Menit)

Uraian Faktor

Kondisi tanah

Berbutir campuran

diameter < 3mm

diameter 3 – 20 mm

diameter 20 – 150 mm

diameter > 150 mm

Kondisi tanah asli atau lepas

+ 0,02

+ 0,02

-0,02

0

+ 0,03

+0,04

Timbunan:

Timbunan dengan tinggi > 3 m

Timbunan dengan tinggi < 3 m

Pembongkaran dari truk

0

+0,01

+0,02

Lain – lain:

Pengoperasian tetap

Pengoperasian tidak tetap

Target sedikit

Target beresiko

-0,04

+0,04

+0,04

+0,05

Sumber: Rostiyanti (2014)

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

44

Untuk menentukan kapasitas yang sesuai dengan apa yang dikerjakan

diperlukan perkiraan seperti pada tabel 2.11 dibawah ini : Sumber: Rostiyanti

(2014)

Tabel 2.16 : Kapasitas Bucket

Tipe Loader Heaped Kapasiti m3(yd3) Struck Kapasiti m3(yd3)

910 F 1,20 (1,60) 1,02 (1,33)

918 F 1,70 (2,25) 1,40 (1,80)

928 F 2,00 (2,60) 1,70 (2,25)

930 T 1,72 (2,25) 1,29 (1,69)

Sumber: Rostiyanti (2014)

Produktivitas wheel loader dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Prod = uk. Bucket x 60

𝐶𝑇 x BFF x efisiensi

Sumber: Rostiyanti (2014)

2.17 Biaya Penggunaan Alat Berat

Biaya terbesar dalam pengoperasian sampah adalah penyediaan dan

pengoperasian alat-alat berat dan alat-alat angkut persampahan mulai dari biaya

pembelian, pengoperasian (termasuk gaji operator, bahan bakar dan lain-lain), serta

pemeliharaan (seperti mekanik, spare part dll). Ketidak cocokan pemilihan alat-alat

berat dan alat-alat angkut persampahan, kurang baiknya pemeliharaan dan kurang

telitinya operator dalam mengoperasikan alat dapat sering menimbulkan terjadinya

kerusakan-kerusakan pada alat sehingga kesediaan alat berat yang beroperasi

menjadi sangat rendah dan menimbulkan biaya-biaya untuk perbaikan. Oleh karena

itu, penting untuk mengetahui pemilihan dan cara pengoperasian yang benar untuk

alat berat persampahan. (Sumber : Direktur Pengembangan PLP 2011).

Biaya penggunaan alat berat akan muncul setiap alat berat tersebut

digunakan. Biaya tersebut meliputi bahan bakar, pelumas, perawatan, dan

perbaikan alat berat. Selain beberapa hal tersebut dalam biaya penggunaan alat

berat tersebut meliputi pengadaan dan pengembalian alat berat. Untuk mendapat

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

45

biaya total penggunaan alat berat dilakukan beberapa langkah yaitu penentuan

biaya. (Sumber : Rostiyanti, 2014)

2.17.1 Bahan Bakar Alat Berat dengan Roda Besi

a. Bahan Bakar

Bensin : konsumsi BBM perjam = 0.06 x HP x eff

Solar : konsumsi BBM perjam = 0.04 x eff

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

b. Pelumas

Konsumsi pelumas perjam = Qp = 𝑓 x ℎ𝑝 x 0.006

7.4+

c

𝑡

Dimana f = faktor pengoperasian

hp = horse – power

c = kapasitas crankcase

t = lama penggunaan pelumas

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

c. Perawatan Alat Berat

Biaya perawatan perjam = harga alat : 5 (dikalikan asumsi pemeliharaan

dari deperesiasi)

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

d. Biaya Kepemilikan Alat Berat

A = P (A I P,i%,n)

Jika nilai sisa alat diperhitungkan, maka nilai S pun diubah menjadi nilai

tahunan dan rumusnya adalah :

A = P(𝑖(1+𝑖)ˆ𝑛

(1+𝑖)ˆ𝑛−1) – s(

𝑖

(1+𝑖)ˆ𝑛−1)

Atau jika menggunakan simbol yang ada maka rumusnya adalah :

A = P( A I P, i%, n) - S(A I F, i%,n )

Untuk menghitung biaya kepemilikan tahunan tanpa memperhitungkan

bunga ditentukan oleh rumus :

A = 𝑃 (𝑛+1)

2𝑛ˆ2

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

46

Jika nilai sisa diperhitungkan :

A = (𝑃(𝑛+1)+ 𝑆(𝑛−1)

2𝑛ˆ2)

Biaya pengoperasian = BBM + Pelumas + pemeliharaan dan perawatan

+ Gemuk

Biaya total/jam = total biaya pengoperasian + biaya kepemilikan perjam

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

2.17.2 Biaya Pengoperasian pada Alat Berat dengan Roda Ban

a. Bahan Bakar

Bensin : konsumsi BBM perjam = 0.06 x HP x eff

Solar : konsumsi BBM perjam = 0.04 x eff

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

b. Pelumas

Konsumsi pelumas perjam Qp = 𝑓 x ℎ𝑝 x 0.006

7.4+

c

𝑡

Dimana :

f = faktor pengoperasian

hp = horse – power

c = kapasitas crankcase

t = lama penggunaan pelumas

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

c. Biaya kepemilikan pertahun

A = (𝑃(𝑛+1)+ 𝑆(𝑛−1)

2𝑛ˆ2)

Dimana :

P = harga alat

S = nilai sisa

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

d. Biaya kepimilikan perjam

Biaya kepemilikan perjam = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑔𝑢𝑛𝑎/𝑗𝑎𝑚

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

47

e. Biaya perawatan ban

Biaya untuk penggantian ban sangat berbeda-beda tergantung dari metode

operasi dan keadaan lapangan antara lain :

1) Faktor cuaca

2) Keadaan permukaan lapangan

3) Ketrampilan operator

Usia guna ban 5.000 jam

Dalam 1 tahun ban maksimal digunakan 1.400 jam

Umur = 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑔𝑢𝑛𝑎 𝑏𝑎𝑛

𝑘𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛 1 𝑡𝑎𝐻𝑢𝑛

= 5.000

1.400

=3,57 tahun

Biaya = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑛 𝑥 (𝑢𝑚𝑢𝑟+1)

2 𝑥 𝑢𝑚𝑢𝑟^2 x

1

1.400

Biaya pengoperasian = BBM + Pelumas + pemeliharaan dan perawatan

+ pemeliharaan dan perawatan ban + Gemuk

Biaya total/jam = Biaya pengoperasian alat perjam + biaya kepemilikanban

+ biaya kepemilikan alat perjam

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

2.18 Metode

Pengurukan sampah sangat penting dalam mengurangi timbunan sampah di

kota Blitar yang dari tahun ketahun meningkat. Metode pengurukan sampah

diantaranya adalah

2.18.1 Open Dumping

Open dumping adalah cara pembuangan sampah yang dilakukan secara

sederhana dengan menghamparkan sampah pada suatu lokasi dalam keadaan

terbuka tanpa pengamanan dan tidak digunakan lagi setelah lokasi tersebut penuh

(Damanhuri 2010). Metode ini memiliki banyak kekurangan diantaranya adalah

membutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung jumlah sampah yang terus

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampaheprints.umm.ac.id/53894/9/BAB II.pdf · Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu dijalan, sungai parit akan menyebabkan

48

akan meningkat, polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan dari sampah,

estetika lingkungan yang buruk, polusi air akibat banyaknya lindi yang timbul, dan

sumber penyakit, namun demikian metode ini masih banyak digunakan dengan

alasan keterbatasan sumber daya baik manusia maupun dana. (Damanhuri 2010).

2.18.2 Control Landfill

Control landfill peningkatan dari metode open dumping (Damanhuri 2010).

Pembuangan sampah dilakukan dengan cara menutup sampah yang telah diratakan,

dipadatkan dan tertimbun dengan lapisan tanah. Penggunaaan metode ini

dianjurkan diterapkan pada kota kecil (jumlah penduduk <100.000) dan kota sedang

(jumlah penduduk 100.000<p<500.000). (Damanhuri 2010).

2.18.3 Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah pembuangan sampah yang dilakukan dengan

memanfaatkan luas area lahan atau peningkatan dari controlled tipping, lahan

penimbunan dibagi menjadi beberapa area yang dibatasi oleh tanggul atau parit

(Damanhuri 2010). Pembuangan dilakukan dengan cara membuat lubang kemudian

diisikan sampah kemudian ditimbun, dipadatkan, dan diatas timbunan sampah

tersebut ditempatkan sampah lagi kemudian ditimbun kembali sampai diperoleh

beberapa lapisan dan ditutup tanah dengan tebal minimal 60 cm.

Metode ini merupakan metode standar internasional. Penerapan metode ini

memerlukan penyediaan sarana dan prasarana yang cukup, metode ini sangat

dianjurkan untuk kota besar. (Damanhuri 2010).