40
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Industri Batik Industri adalah pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang membawa keuntungan (Wirastuti, 2010). Menurut Hasibuan (2000) industri merupakan kumpulan dari sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat. Dalam konteks ini menghasilkan barang-barang homogen dalam industri batik misalnya, berarti himpunan atau kelompok perusahaan penghasil batik. Dumairy (1995) istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri Batik, misalnya, berarti himpunan atau kelompok perusahaan penghasil batik. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Sementara itu Badan Pusat Statitik (2008) mempunyai definisi lain mengenai industri, industri merupakan suatu usaha atau kegiatan ekonomi dengan tujuan menghasilkan dan atau menjual barang dan jasa, yang terletak atau menepati lokasi tersendiri dan bersifat menetap, mempunyai aktivitas dan catatan adminitrasi yang dapat dipisahkan dari kegiatan lain serta ada seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

  • Upload
    lynhu

  • View
    243

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Industri Batik

Industri adalah pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi

barang jadi yang membawa keuntungan (Wirastuti, 2010). Menurut Hasibuan

(2000) industri merupakan kumpulan dari sejumlah perusahaan yang

menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

saling mengganti sangat erat. Dalam konteks ini menghasilkan barang-barang

homogen dalam industri batik misalnya, berarti himpunan atau kelompok

perusahaan penghasil batik.

Dumairy (1995) istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri

dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini

sebutan industri Batik, misalnya, berarti himpunan atau kelompok perusahaan

penghasil batik. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi

yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Sementara itu Badan Pusat Statitik (2008) mempunyai definisi lain

mengenai industri, industri merupakan suatu usaha atau kegiatan ekonomi

dengan tujuan menghasilkan dan atau menjual barang dan jasa, yang terletak

atau menepati lokasi tersendiri dan bersifat menetap, mempunyai aktivitas dan

catatan adminitrasi yang dapat dipisahkan dari kegiatan lain serta ada seorang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

12

atau lebih yang bertanggung jawab penuh serta dapat menjamin kelangsungan

usaha tersebut.

Yudoseputro (2000) bahwa batik berarti gambar yang ditulis pada kain

dengan mempergunakan malam sebagai media sekaligus penutup kain batik.

Selain itu, seorang ahli seni rupa mengemukakan bahwa seni batik merupakan

hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Karena itu sudah

selayaknya ditingkatkan dan dikembangkan.

Menurut Hamzuri (1989), pengertian Batik ialah lukisan atau gambar pada

mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Orang yang melukis

atau menggambar pada mori memakai canting disebut membatik. Membatik ini

menghasilkan batik yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat

khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri.

Indutri batik adalah perusahaan yang melakukan proses pemalaman (lilin),

pencelupan (pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan) pada kain sehingga

menghasilkan motif yang halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang

tinggi dan menjual kain tersebut (Syakur, 1997). Industri batik saat ini merupakan

industri kecil dan menengah, terkadang dikombinasi dengan industri rumah

tangga.

Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang-

kadang untuk menyelesaikan satu lembar kain batik halus memerlukan waktu 4-6

bulan. Tetapi untuk menyelesaikan batik tulis kasar dengan motif sederhana,

diperlukan waktu hanya satu minggu. Dengan adanya persaingan dari proses

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

13

sablon dan printing, maka jumlah pengrajin batik ini semakin berkurang, dan yang

berkembang adalah para peng-disain batik halus disisi high-end product.

Batik adalah proses penulisan gambar atau ragam hias pada media apapun

dengan menggunakan lilin batik (wax atau malam) sebagai alat perintang warna.

Pada pembuatan batik, lilin batik (malam) diaplikasikan pada kain untuk

mencegah penyerapan warna pada saat proses pewarnaan. Meskipun demikian,

masyarakat awam mengenal batik sebagai kain yang memiliki corak dan motif

yang khas. Dengan kata lain, orang awam mengenal batik sebagai motif, bukan

sebagai teknik pembuatan kain.

Berdasarkan cara pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Batik tulis

Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan canting dan dengan

alat yang tradisional. Batik yang dianggap paling baik dan tradisional, yang proses

pembuatannya melalui tahap-tahap persiapan, pemolaan, pembatikan, pewarnaan,

pelorodan dan penyempurnaan. Pada batik tulis sangat sulit dijumpai pola ulang

yang dikerjakan persis sama, pasti ada selintas perbedaan, contohnya : lengkungan

garis atau sejumlah titik. Kekurangan tersebut merupakan kelebihan dari hasil

pekerjaan tangan. Pada proses pembatikan sering terjadi gerakan spontan, tanpa

dihitung atau diperhitungkan lebih rinci. Batik tulis dibuat masal dengan standar

ketetapan yang sama dari faktor tangan manusia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

14

2. Batik cap

Batik Cap adalah batik yang proses pembuatanya melalui tahap-tahap

persiapan, pencapaan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan. Pelaksanaan

pembuatan batik cap lebih mudah dan cepat. Kelemahan pada batik cap ialah

motif yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat motif-motif besar.

Selain itu pada batik cap tidak terdapat seni coretan dan kehalusan motif yang

dianggap menentukan motif batik.

3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Batik Kombinasi (Tulis dan Cap) adalah batik yang dibuat dalam rangka

mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik cap, seperti

motif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan tangan. Dalam

proses pembuatan batik kombinasi ini memerlukan persiapan-persiapan yang

rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan motif capnya, sehingga

efisiensinya rendah (hampir sama dengan batik tulis) dan nilai seni produknya

disamakan dengan batik cap. Adapun proses pembuatannya melalui tahap

persiapan, pemolaan (untuk motif besar), pembatikan (motif yang tidak dapat

dicap), pecapaan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan.

Jadi berdasarkan pengertian batik di atas, dapat disimpulkan bahwa industri

batik tulis adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan proses penggambaran

atau penulisan dan pewarnaan pada kain dengan menggunakan lilin batik (wax

atau malam) dan menjualnya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

15

Pekerjaan persiapan meliputi segala pekerjaan pada kain mori hingga siap

dibuat batik seperti nggirah atau ngetel (mencuci), nganji (menganji), ngemplong

(seterika). Sedangkan proses membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik

yang sebenarnya terdiri dari pembuatan motif, pelekatan lilin batik pada kain

sesuai motif, pewarnaan batik (celup, colet, lukis atau painting, printing), yang

terakhir adalah penghilangan lilin dari kain.

Dalam industri batik terdapat beberapa faktor produksi (input) yang

mempengaruhi jumlah output industri batik, antara lain :

1. Kain Mori

Kain mori merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi batik

di Kabupaten Indramayu terutama di Kecamatan Indramayu Kelurahan Paoman.

Pilihan menggunakan kain mori karena harga yang relatif dapat terjangkau oleh

pengrajin batik, walaupun ada kain yang lebih bagus yaitu kain sutra yang

harganya relatif mahal.

2. Malam

Malam merupakan bahan yang digunakan untuk membuat motif dan untuk

lepah kain mori setelah motifnya jadi dan jika akan memberikan warna pada kain.

3. Obat pewarna (Naptol)

Naptol atau obat pewarna merupakan bahan yang digunakan untuk memberi

warna yang diinginkan pada kain batik. Biasanya warna batik yang khas dari

Batik Paoman Indramayu adalah warna-warna cerah.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

16

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam

proses produksi dalam jumlah yang cukup.

5. Teknologi

Teknologi berperan penting dalam suatu proses produksi. Keberadaan

teknologi ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi.

6. Produksi

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Untuk usaha

industri batik tulis, produk yang dihasilkan adalah berupa kain batik yang siap jual.

Ukuran produksi dari usaha industri batik adalah perpotong. Setiap pengusaha

industri batik menjual produknya berdasarkan jumlah potong kain batik yang

diproduksi. Kemudian harga kain batik yang dihasilkan oleh masing-masing

pengusaha berbeda untuk setiap unitnya, tergantung kualitas kain batik yang

dihasilkan, banyak warna perpotong kain batik, dan motif yang ada di dalam kain

batik tersebut sehingga pendapatan antar pengrajin batik itu berbeda.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

17

Berikut ini adalah proses pembuatan batik dari awal penyiapan bahan baku

sampai terciptanya kain batik yang siap dijual di pasar.

Gambar 2.1. Proses Produksi Batik

2.1.2 Pengertian UMKM,Peran,Permasalahan dan Upaya Pengembangannya

2.1.2.1 Pengertian UMKM

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia

sangat beraneka ragam. Bahkan beberapa lembaga dan Undang-Undang di

Indonesia memberikan definisi sendiri mengenai usaha mikro. Biasanya usaha

mikro didefinisikan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan omset penjualan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yakni usaha mikro adalah usaha produktif

milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

1

Bahan Baku

( Kain,

Malam/Lilin

dan

Pewarna)

Celup

dalam

larutan

TRO

Warna

Menutup

dasar

batik yang

tidak

berwarna

dengan

lilin

Cuci

dengan

air bersih

Rebus untuk

menghilang-

kan lilin

Membuat

Pola

Jemur

dan

setrika

2

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

18

Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: Maks.

50 Juta, kriteria Omzet: Maks. 300 juta rupiah.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini. Kriteria asset: 50 juta - 500 juta, kriteria Omzet: 300 juta - 2,5 Miliar

rupiah.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan

atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perokonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan

merupakan tujuan dari usaha mikro kecil dan menengah.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 1 mengenai UMKM,

usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

19

Kriteria usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal

6 adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah).

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.40 atau KMK.06 atau 2003 tanggal 29 januari 2003, yaitu usaha produktif

milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Menurut Departemen Tenaga kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha

yang memilliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Bank Indonesia (BI) dan Badan

Pusat Statistik (BPS) juga mendefinisikan hal yang sama juga dengan Departemen

Tenaga Kerja (Depnaker) mengenai usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki

tenaga kerja 1-4 orang.

Menurut Bank Indonesia (SK. Direktur BI No.31/24//Kep/DER tanggal 5

Mei 1998), usaha mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau

mendekati miskin. Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi

sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. Sedangkan usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

20

kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Tabel 2.1

Ragam Pengertian Umum Usaha Mikro

Lembaga Pengertian Umum

UU. No. 20 tahun 2008 tentang UMK

UMKM

Aset ≤ Rp.50.000.000,00

Omset ≤ Rp.300.000.000,00 pertahunBPS Pekerja < 5 orang

Depnaker Pekerja < 5 orang

Bank Indonesia Usaha mikro adalah usaha yang

dijalankan oleh rakyat miskin atau

dekat miskin, yang bersifat usaha

keluarga, menggunakan sumber daya

lokal, menerapkan teknologi sederhana

dan mudah keluar masuk industri.

Pekerja < 5 orang

Bank Dunia Pekerja < 10 orang

Asset < $ 3 juta

Omset < $ 3 juta atau tahun

Keputusan Menteri Keuangan No. 40

atau KMK.06 tahun 2003

Omset ≤ Rp.100.000.000,00 atau tahun

Pinjaman ke bank ≤ Rp.50.000.000,00

Kementrian Negara Koperasi dan

UMKM

Usaha produktif milik orang

perorangan dan atau badan usaha

perorangan, memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp.50 juta tidak

termasuk tanah dan bangunan, dan

memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp.300 juta.

Sumber : Dari Berbagai Sumber

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

21

2.1.2.2 Peranan UMKM

Pentingnya peranan UMKM terkait dengan posisinya yang strategis dalam

berbagai aspek (Sulistyastuti, 2004), yaitu :

1. Aspek Permodalan

Usaha mikro tidak memerlukan mo dal yang besar sehingga pembetukan usaha ini

tidak sesulit perusahaan besar (Tambunan, 2000).

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang diperlukan usaha ini tidak menutut pendidikan formal atau

tinggi tertentu (Tambunan, 2000).

3. Lokasi

Sebagaian besar usaha mikro berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan

infrastruktur sebagaimana perusahaan besar (Weijland, 1999).

4. Ketahanan

Peranan usaha mikro ini telah terbukti bahwa usaha mikro memiliki ketahanan

yang kuat (strong survival) ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi (Sandee,

2000).

Menurut Sulistyastuti (2004), peran usaha mikro,kecil dan menengah yang

paling populer dan sangat penting dalam suatu perekonomian adalah

kemampuannya menyediakan kesempatan kerja. Usaha mikro, kecil dan

menengah memiliki peran komplementer dengan perusahaan besar dalam

penciptaan kesempatan kerja maupun perumbuhan ekonomi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

22

Sementara itu, Tambunan (2001) menyebutkan bahwa usaha mikro juga

mampu mereduksi ketimpangan pendapatan (reducing income inequality)

terutama di negara-negara berkembang. Keberadaan usaha mikro di Indonesia

lebih dikaitan dengan pandangan teori klasik di mana usaha mikro dan kecil

berperan dalam proses industrialisasi, penyerapan tenaga kerja, penyedia barang

dan jasa bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta pembangunan ekonomi

pedesaan atau lebih khususnya mengacu pada cara untuk mengatasi pengangguran

dan pemerataan pendapatan.

Urata (2000), menerangkan peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam

perekonomian Indonesia adalah :

1. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di Indonesia.

2. Penyedia kesempatan kerja.

3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan

masyarakat.

4. Penciptaan pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitas atas

keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan.

5. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selain memiliki peran penting

dalam penyerapan tenaga kerja, UMKM juga sebagai mediasi proses industrilisasi

suatu negara.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

23

2.1.2.3 Permasalahan yang Dihadapi UMKM

Perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam

masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa

berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga

berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor, atau subsektor atau

jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama

(Tambunan,2002). Meski demikian masalah dasar yang dihadapi oleh UMKM

menurut Tambunan (2002) adalah:

1. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi

perkembangan usaha mikro dan kecil. Hasil studi lintas negara yang dilakukan

James dan Akrasanee (Tambunan, 2002) di sejumlah negara ASEAN

menunujukan bahwa termasuk growth constraints yang dihadapi oleh banyak

Usaha Mikro Kecil Menengah (kecuali Singapura). Salah satu aspek yang terkait

dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar

domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun pasar ekspor.

Selain itu, terbatasnya informasi, banyak UMKM, khususnya yang kekurangan

modal dan SDM serta yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif

terisolisir dari pusat informasi, komunikasi, dan transportasi, juga mengalami

kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional yang terkait dengan

produksi dan perdagangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

24

2. Keterbatasan Finansial

UMKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial :

mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, seperti finansial

jangka panjang untuk invetasi yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan output

jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi

banyak pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolisir, persyaratan

terlalu berat, urusan adminitrasi terlalu bertele-tele, dan kurang informasi

mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedurnya.

3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak

UMKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership,

manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, enginering design, quality

control, organisasi bisnis, akutansi, data processing, teknik pemasaran, dan

penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat UMKM di Indonesia untuk dapat

bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

4. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah

satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi

banyak UMKM di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga bahan baku

yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya yang terbatas.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

25

5. Keterbatasan Teknologi

UMKM di indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau

tradisioanal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya

manual. Keterbatasan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor

productivity dan efesiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas

produk yang dibuat.

2.1.2.4 Upaya Pengembangan UMKM

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada

hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antar pemerintahan dan

masyarakat. Dengan mencermati permasalah yang dihadapi oleh UMKM, maka

kedepan perlu diupaya hal-hal sebagi berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintahan perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain

dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan

prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

2. Bantu Permodalan Pemerintah

Pemerintah perlu memperluas bantuan permodalan dengan sistim kredit khusus

dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu

peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor

jasa finansial informal, skema pinjaman, leasing dan dana modal ventura.

3. Perlindungan Usaha

Adanya perlindungan jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional

yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

26

perlindungan dari pemerintahan, baik itu melalui Undangan-Undang maupun

peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling mengutungkan.

4. Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau

antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri,

untuk menghindari terjadinya monopoli dalam usaha.

5. Pelatihan Pemerintah

Perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan,

manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya teori melalui

pengembangan kemitraan rintisan.

6. Membentuk Lembaga Khusus

Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam

mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya menumbuh-

kembangkan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka

mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh

UMKM.

7. Memantapkan Asosiasi

Asosiasi yang ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain

dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk

pengembangan usaha bagi anggotanya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

27

8. Mengembangkan Promosi

Hal ini dilakukan guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UMKM

dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan

produk-produk yang dihasilkan.

2.2 Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja (SPK)

Model Struktur-Perilaku-Kinerja (Structure-Conduct-Performance) untuk

membahas organisasi industri pada awalnya menggunakan kesimpulan dari

analisis mikroekonomi. Dalam paradigma struktur-perilaku-kinerja ini sangat

bergantung kepada perilaku pembeli dan penjual (permintaan dan penawaran).

Perilaku ini bergantung kepada struktur pasar yang pada gilirannya struktur pasar

dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dasar atau awal. Dari kondisi awal ini yang

kemudian akan mempengaruhi struktur-perilaku-kinerja para pelaku yang ada di

dalamnya dengan melalui tahapan masing-masing yang dilalui.

Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut adalah hubungan

linear dimana struktur mempengaruhi perilaku, kemudian perilaku mempegaruhi

kinerja. Namun dalam dunia nyata hubungan yang terjadi tidaklah sesederhana

sebagaimana dibayangkan. Struktur dan perilaku pasar akan sangat banyak

dipengaruhi kondisi awal yang dimiliki oleh pasar. Struktur akan mempengaruhi

perilaku, tetapi perilaku juga akan memberikan pengaruh kepada struktur. Struktur

dan perilaku kemudian akan bersama-sama mempengaruhi kinerja pasar.

Selanjutnya kinerja pasar yang terbentuk juga akan memberikan pengaruh

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

28

terhadap kondisi pasar, dan kemudian kinerja pun akan memberikan pengaruh

balik terhadap struktur pasar dan kondisi awal yang ada. Dalam perkembangannya

hubungan tersebut menjadi suatu kerangka yang timbal balik dan saling

mempengaruhi.

Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara

relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. Dasar paradigma pasar

SCP dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard

tahun 1939, mengemukakan bahwa sturktur (structure) suatu industri akan

menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada

akhirnya menentukan kinerja (performance) industry tersebut.

Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Mason dalam Winish, 2007

Gambar 2.2 Hubungan Structure-Conduct-Performance

2.2.1 Struktur (Structure)

Menurut Lipsey (1996), struktur pasar merupakan istilah yang mengacu

pada semua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan atau

industri di suatu pasar, misalnya, jumlah perusahaan atau industri di pasar, atau

jenis produk yang mereka jual.

Structure Conduct Performance

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

29

Struktur pasar juga dapat menggambarkan pangsa pasar dari suatu

perusahaan-perusahaan. Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan

menghadapi sejumlah rintangan. Setiap struktur pasar berada di antara monopoli

(pangsa pasar yang tinggi dan rintangan untuk masuk tinggi (entry) dan

persaingan murni (pangsa pasar kecil dan rintangan masuk rendah) (Jaya, 2001).

Pasar monopoli terdiri dari satu produsen yang mengusai pangsa pasar

keseluruhan atau sebesar 100% dan memiliki hambatan masuk yang sangat tinggi

karena produsen yang menguasai pasar tersebut akan berusaha keras agar tidak

ada pesaing pada pasar yang dipimpinnya.

Pada pasar oligopoli terdapat terdapat beberapa pelaku usaha yang

memimpin pasar dengan pangsa pasar gabungannya sebesar 60%-100%.

Hambatan masuknya cukup tinggi dan informasi yang diterima terbatas. Para

oligopolis juga bertindak sebagai monopolis terutama jika mereka melakukan

kerja sama sehingga efisiensinya menjadi kurang baik.

Pasar persaingan sempurna atau murni setiap produsen tidak memiliki

pangsa pasar yang berarti. Dengan hambatan masuk yang rendah dan informasi

yang terbuka maka para pesaing potensial dapat mudah memasuki pasar.

Sedangkan pasar monopolistik terdiri dari banyak produsen dimana banyak

pesaing yang efektif dan tidak ada satu pun yang memiliki pangsa pasar diatas

10%. Para produsen menjual produknya dengan karateristik yang berbeda-beda

dan dapat menjualnya dengan harga yang diinginkan. Hambatan masuk dan

informasinya cukup terbuka sehingga tingkat persaingannya tinggi dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

30

efisiensinya cukup baik. Struktur pasar merupakan suatu pokok bahasan yang

komplek, dengan sejumlah konsep yang terpadu serta dibutuhkan banyak data

untuk mengevaluasinya (Jaya, 2001).

Perbedaan struktur pasar yang ada dapat terjadi karena (Legowo, 1996) :

1. Adanya perbedaan dalam tingkat konsentrasi antara penjual dengan pembeli

yang diukur dari jumlah penjual dan pembeli yang termasuk dalam pasar

tersebut.

2. Tingkat mobilitas sumber daya, dapat diketahui melalui kemudahan produk

perusahaan untuk masuk ke dalam pasar atau ada hambatan masuk dalam

industri (barriers to entry).

3. Sifat-sifat produk yang ditawarkan,homogen atau heterogen.

4. Kemampuan perusahaan dalam mengusai atau memproduksi sendiri bahan-

bahan (input) untuk produksi serta kemampuan dalam mengusai saluran

distibusi dari produk yang dihasilkan (integrasi vertikal).

5. Tingkat kekuatan perusahaan dalam mengusai sejumlah pasar dari produk yang

dihasilkan yang telah terdiferensiasi.

6. Tingkat pengetahuan dari pelaku ekonomi (perusahaan, pemasok, konsumen)

terhadap harga dan biaya produksi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

31

Para ahli ekonomi memusatkan perhatian pada empat struktur pasar teoritis

yang mencakupi sebagian besar keadaan aktual untuk menyederhanakan analisis

struktur pasar. Struktur pasar ini dinamakan persaingan sempurna, monopoli,

persaingan monopolistik, dan oligopoli. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur

pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2

Ciri-ciri Tipe Pasar

Ciri-ciri Monopoli Oligopoli PersainganSempurna atau

Murni

PersainganMonopolistik

KondisiUtama

Memiliki100%pangsa pasar

Gabunganbeberapaperusahaanyangmempunyaipangsapasarnya 60%atau 100%

Tidak adasatupun pesaingyang memilikipangsa pasaryang berarti

Banyakpesaingefektif tidakmemilikipangsa pasarlebih dari10%

HerfindelIndeks

HI =10000 1000<HI<2500 HI<100 100<HI<1000

JumlahProdusen

Satu Sedikit Sangat banyak Banyak

HalanganMasuk(Entry atauexit barrier)

Sangat Tinggi Tinggi Sangat rendah Rendah

Jenis Produk Heterogen Homogen atauheterogen

Homogen Heterogen

Profit Berlebih Agak berlebih Normal Normal

Efisiensi Kurang Baik Kurang baik Baik Cukup baik

Informasi Sangat terbatas Terbatas Terbuka Cukup terbuka

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

32

2.2.1.1 Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar (Market Share) adalah persentase pasar yang ditentukan dalam

ukuran unit maupun revenue dan dihitung berdasarkan entitas tertentu. Pangsa

pasar merupakan sebuah indikator tentang apa yang dilakukan sebuah perusahaan

terhadap kompetitornya dengan dukungan perubahan-perubahan dalam

sales. Pangsa pasar menjelaskan penjualan perusahaan sebagai persentase volume

total penjualan dalam industri, market, ataupun produk (Sumarwan, 2011).

Menurut Jaya (2001), pangsa pasar dapat diartikan sebagai persentase

perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga

100 persen. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang

besar, sebaliknya pangsa pasar perusahaan yang kecil berarti perusahaan tidak

mampu bersaing dalam tekanan persaingan. Seperti halnya struktur pasar lainnya,

peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber kekuatan bagi suatu perusahaan.

Hipotesa umum mengatakan adanya hubungan antara tiap pangsa pasar

perusahaan dengan tingkat keutungannya (Jaya, 2001).

Menurut Sunengcih (2009), stuktur pasar didefinisikan sebagai jumlah

penjual dan pembeli serta besarnya pangsa pasar (Market Share) yang ditentukan

oleh keluar masuknya pendatang atau pesaing. Untuk mengukur struktur pasar

dapat digunakan beberapa ukuran yaitu Concentration Ratio (CR4) dan Minimum

Efficiency of Scale (MES).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

33

2.2.1.2 Konsentrasi

Menurut Jaya (2001), konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari

perusahaan-perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya suatu

kertegantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan,

dimana kombinasi pangsa pasar mereka akan membentuk suatu tingkat pemusatan

dalam pasar.

Alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi perusahaan adalah rasio

konsentrasi atau Concentration Ratio (CR4), yaitu alat ukur paling sederhana

yang digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi dari perusahaan-perusahaan

yang memiliki pangsa pasar terbesar.

Nilai CR4 yang dihasilkan antara nol sampai dengan satu. Semakin besar

nilai CR4 yang dihasilkan maka struktur pasar semakin monopoli, sebaliknya jika

nilainya semakin kecil (mendekati nol) maka persaingan sempurna (Jaya, 2001).

Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara

keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar. Rasio

kosentrasi merupakan pengukuran serba guna mengenai derajat kompetisi yang

paling baik karena pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran yang lain dan

mempunyai pengertian yang lebih mantap (Jaya, 2001).

2.2.2 Perilaku (Conduct)

Perilaku pasar merupakan suatu pola tindakan dan kegiatan yang dilakukan

perusahaan atau industri dalam kapasitasnya sebagai produsen atau penjual agar

tujuannya tercapai. Perilaku perusahaan mengacu pada tindakan yang mungkin

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

34

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar. Tindakan-tindakan

dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh perusahaan biasanya dipengaruhi

oleh karakteristik struktur industrinya.

Greer (1992) mengungkapkan bahwa perilaku adalah kebiasaan yang

mengacu pada apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berada di

pasar terhadap tingkat harga, jumlah produksi, komoditi produksi, iklan dan

promosi serta variabel lainnya.

Perilaku menurut Kuncoro(2007), diartikan sebagai pola tanggapan dan

penyesuaian berbagai perusahaan dalam suatu industri untuk mencapai tujuannya

dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat bagaimana perusahaan

menentukan harga jual, promosi produk, atau periklanan(advertising), koordinasi

kegiatan dalam pasar serta litbang (research and development).

Lebih lanjut lagi, perilaku perusahaan dikelompokkan menjadi dua kategori

utama yaitu harga dan non harga. Kategori harga merupakan perilaku perusahaan

yang baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap harga.

Komponen non-harga merupakan perilaku perusahaan yang berkaitan dengan

periklanan (advertising), pengepakan, kualitas produksi, dll. Untuk melakukan

analisis mengenai perilaku perusahaan biasanya diukur melalui variabel rasio

modal terhadap tenaga kerja (Capital Labor Ratio/CLR).

2.2.2.1 Strategi Promosi

Strategi promosi perlu dilakukan oleh produsen Sentra Batik Paoman

dengan memperkenalkan produk kepada konsumen dan menarik pelanggan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

35

Strategi promosi yang digunakan bisa melalui media cetak (pamflet, koran dan

brosur), media elektronik (radio, televisi, internet) dan melalui pameran. Hal

tersebut sangat diperlukan dalam memasarkan produk batik minimal untuk pangsa

pasar dalam negeri yang cukup potensial dimana Indonesia memiliki penduduk

yang sangat banyak. Selain itu penyebaran produk ke luar negeri juga sangat

diperlukan sehingga masyarakat internasional mengenal aneka produk batik

Indonesia khususnya Batik Paoman di Kabupaten Indramayu.

Strategi pengembangan promosi tersebut harus dilakukan melalui sinergi

kerjasama antara pihak-pihak terkait seperti industri batik, pemerintah, lembaga

pendidikan, praktisi mode, media cetak dan elektronik dalam mengembangkan

merk/brand dalam negeri untuk menghasilkan produk yang unggul (berkualitas).

Dibandingkan dengan aspek-aspek tingkah-laku ekonomi lain, masalah

iklan/promosi termasuk yang paling intensif digarap oleh pakar ekonomi. Pertama

karena iklan memegang peran cukup penting dalam dunia bisnis, dan kedua

karena sifatnya yang kontroversi. Banyak orang yang mempertanyakan manfaat

iklan ini, baik dari segi dampaknya terhadap permintaan barang-barang, masalah

hukum, dan sebagainya (Nicholson, 1995).

2.2.2.2 Strategi Biaya

Menurut Noor (2007) teori biaya dikembangkan berdasarkan teori produksi,

yaitu bagaimana mendapatkan formulasi input (biaya) yang paling efisien untuk

menghasilkan output (produksi) tertentu. Biaya adalah nilai yang setara

dikorbankan untuk produk yang diharapkan dapat membawa keuntungan masa

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

36

kini dan masa yang akan datang. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat

dalam bentuk pendapatan di masa kini maupun di masa datang.

Biaya produksi merupakan berbagai jenis pengeluaran yang diperlukan

untuk mendapatkan faktor-faktor produksi. Secara garis besar jenis biaya yang

dikeluarkan oleh tiap-tiap perusahaan pada umumnya dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu:

1. Biaya Eksplisit

Adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh berbagai

kebutuhan yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang

dimaksud adalah segala bentuk sumber daya yang difungsikan untuk

menggerakkan kegiatan usaha yang bertujuan dalam menghasilkan barang dan

jasa tertentu. Bentuk dari faktor produksi itu sendiri jika dirinci secara lebih detail,

didalamnya meliputi beberapa domain, yaitu jumlah tenaga kerja, modal usaha,

sumber daya fisik, kewirausahaan, dan sumber daya informasi.

2. Biaya Implisit atau Biaya Tersembunyi

Istilah lain dari biaya ini adalah imputed cost, biaya ini merupakan perkiraan

perhitungan atau taksiran biaya terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

perusahaan itu sendiri. Dalam proses produksi kebanyakan yang sering terlihat

hanyalah pengeluaran untuk penyediaan bahan baku dan biaya tenaga kerja,

padahal jika dilihat secara menyeluruh tampak jelas sekali bahwa perhitungan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

37

biaya juga harus meliputi penggunaan properti yang digunakan untuk kegiatan

usaha perusahaan atau perkantoran

2.2.2.3 Capital To Labour Ratio (CLR)

Salah satu variabel yang dapat digunakan dalam melihat perilaku dalam

industri adalah rasio modal terhadap tenaga kerja atau Capital to Labour Ratio

(CLR). CLR adalah pengukuran terhadap besarnya penggunaan pengeluaran

untuk modal dan pengeluaran untuk tenaga kerja. CLR digunakan untuk melihat

teknik produksi yang digunakan dalam suatu industri. Jadi apabila semakin besar

rasio modal terhadap pengeluaran tenaga kerja maka industri tersebut cenderung

padat modal (nilai CLR besar). Begitu juga sebaliknya, apabila nilai pengeluaran

untuk tenaga kerja semakin besar, maka industri tersebut cenderung padat karya

(nilai CLR kecil). Dengan hal ini pada akhirnya dapat dilihat bagaimana perilaku

yang terjadi pada industri yang diteliti.

Semakin tinggi rasio modal terhadap tenaga kerja mengindikasikan bahwa

perusahaan semakin padat modal. Semakin padat modal akan meningkatkan

efisiensi bagi perusahaan, sehingga mampu efisien dari pesaingnya. Hal ini dapat

membuat pasar menjadi terkonsentrasi akibat banyaknya perusahaan pesaingnya

yang tidak efisien keluar dari pasar.

Perhitungan nilai CLR akan diawali dari teori produksi yang selalu

dieratkan dengan mazhab klasik. Masalah produksi akan disederhanakan dalam

sebuah fungsi produksi. Fungsi produksi yang digunakan oleh mazhab klasik

adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Asumsi dasar yang digunakan dalam

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

38

fungsi produksi ini adalah input terdiri dari modal dan tenaga kerja dan kondisi

Constan Return to Scale terjadi. Selain itu mobilisasi sumber daya dianggap

lancar.

2.2.3 Kinerja (Performance)

Hasil yang diharapkan dari interaksi struktur dan perilaku industri adalah

kinerja yang baik dan sustainabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Kinerja

industri mengacu pada keberhasilan dalam memproduksi bermanfaat bagi

konsumen (Perloff, 2000), pasar akan memberikan manfaat kepada masyarakat

jika mempu menghasilkan keluaran yang efisien yang secara mikroekonomi

diketahui dari tingkat harga yang berlaku di pasar adalah tidak jauh berbeda dari

biaya marjinal perusahaan-perusahaan yang ada di pasar. Mengukur kinerja

industri akan mengarahkan kita untuk mengetahui bagaimana struktur pasar yang

terjadi. Untuk mengukur kinerja industri biasanya didekati dengan hubungan baik

secara langsung maupun tidak langsung antara harga dan biaya.

Kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku

industri. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek tetapi

para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi,

kemajuan teknologi dan kesimbangan dalam distribusi (Jaya, 2001).

Kinerja juga dapat dilihat dari pola keuntungan yang didapat perusahaan-

perusahaan dalam industri. Pola keuntungan ini dapat digambarkan oleh Price

Cost-Margin (PCM). Pola PCM ini dapat diperoleh dengan membagi antara nilai

tambah terhadap nilai barang jadi (output yang dihasilkan). Tingkat PCM yang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

39

tinggi hanya dapat tercipta jika terdapat monopoly power atau rasio konsentrasi

yang tinggi.

2.2.3.1 Effisiensi-X

Effisiensi mempunyai dua bagian utama, yaitu efisiensi internal dan

efesiensi alokasi. Tingkat effisiensi internal menggambarkan suatu perusahaan

yang dikelola dengan baik. Effisiensi ini diukur dengan perbandingan nilai tambah

dan nilai input setiap perusahaan. Sedangkan effisiensi alokasi menggambarkan

alokasi sumber daya ekonomi sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan

dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai ouput.

Kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang membantu industri dalam

membuat karya baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang guna

memperbesar keuntungan penjual atau pembeli. Sementara keseimbangan dalam

industri dilihat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan untuk memenuhi

harapan-harapan serta penghargaan yang nyata dan bernilai.

Kenaikan output dapat disebabkan oleh kemajuan teknologi yang dapat

memperbaiki produktivitas dan meningkatkan standar hidup. Kemajuan teknologi

dapat berupa perbaikan dalam proses produksi yaitu dengan jumlah input yang

sama dapat menghasilkan output dalam jumlah lebih banyak atau tingkat output

yang sama dapat dihasilkan dengan jumlah input lebih sedikit atau berupa

menghasilkan produk lama dengan biaya yang lebih rendah.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

40

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Struktur-Perilaku-Kinerja dari suatu industri telah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Meskipun begitu penelitian tersebut

meneliti industri yang berbeda-beda dan penelitian ini juga meneliti industri yang

berbeda pula dengan penelitian sebelumnya. Lima diantaranya adalah penelitian

dengan judul “Analisis Structure-Conduct-Performance industri pakaian jadi

(GARMEN) di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Febriyanti (2006). Yang

kedua yakni “Analisis Struktur,Perilaku dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian

Jadi di Provinsi DIY” yang dilakukan oleh Suryawati (2009). Yang ketiga

“Analisis Industri Batik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan dan Bandung Kota

Tegal ( Pendekatan Struktur- Perilaku- Kinerja)” yang telah dilakukan oleh

Wuryanto (2011). Yang keempat yakni “Analisis Kinerja Industri Kecil

Menengah (IKM) Batik di Kota Pekalongan (Pendekatan Structure-Conduct-

Performance)” yang telah dilakukan oleh Arini (2013). Yang kelima mengenai

industri dengan judul “Analisis Structure, Conduct, dan Performance (SCP)

Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia” yang telah dilakukan oleh

Siregar dan Lubis (2014).

1. Hasil penelitian Ryan (2006) menunujukan bahwa struktur pasar industri

garmen di Indonesia adalah pasar persaingan monopolistik. Produk yang

dihasilkan heterogen. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian itu

adalah antara lain : CR4 sebagai ukuran dari struktur pasar, efisiensi-x dan Price

Cost-Margin (PCM) sebagai ukuran kinerja. Selain itu variabel pertumbuhan

industri dan produktivitas juga dilibatkan dalam penelitian tersebut. Rata-rata nilai

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

41

rasio konsentrasi pada industri tersebut sebesar 16,22 persen dan tingkat Barrier to

entry pada industri tersebut adalah rendah. Nilai PCM yang dihitung pada periode

1983-2003 rata-rata bernilai 24,9 persen yang menunjukan tingkat keuntungan

industri yang relatif besar.

Hasil estimasi variabel yang digunakan menghasilkan nilai CR4 yang

berpengaruh negatif terhadap PCM. Hal tersebut diduga karena persaingan yang

ketat di industri garmen menjadikan kesempatan untuk mendapatkan laba yang

besar semakin kecil. Sementara itu variabel efesiensi-x memberikan pengaruh

positif dan signifikan terhadap PCM. Artinya semakin besar kemampuan dalam

melakukan efesiensi maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Variabel pertumbuhan yang digunakan pada penelitian tersebut menghasilkan

perhitungan positif yang artinya pertumbuhan memberikan pengaruh yang searah

dengan nilai keuntungan yang direpresentasikan oleh PCM.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryawati (2009), disimpulkan

bahwa struktur industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY ditunjukkan oleh

a) Rasio output industri skala besar dan sedang terhadap total output domestik

menghasilkan angka 81,88 persen output domestik diproduksi oleh industri skala

besar dan sedang, sehingga pangsa untuk industri kecil, mikro dan lainnya hanya

18,12 persen; b) Indeks keterkaitan ke belakang industri tekstil dan pakaian jadi

relatif tinggi, sehingga kenaikan permintaan terhadap industri ini akan

meningkatkan permintaan sektor-sektor pemasoknya secara signifikan; c) Indeks

keterkaitan ke depan relatif rendah, sehingga kenaikan permintaan output sektor-

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

42

sektor pengguna tidak akan meningkatkan permintaan output industri tekstil dan

pakaian jadi secara signifikan.

Berdasarkan estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel pengeluaran

untuk bahan baku dan keluaran produksi berpengaruh signifikan baik terhadap

PCM maupun keuntungan industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY.

Variabel lain yang berpengaruh signifikan terhadap PCM adalah jumlah

perusahaan. Di sisi lain, variabel pengeluaran untuk pekerja juga berpengaruh

signifikan terhadap keuntungan.

Dengan mengacu pada hasil analisis SWOT, maka ada beberapa strategi

yang dapat dilakukan oleh industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY, yaitu

menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam investasi mesin produksi,

melakukan efisiensi operasional dan strategi pemasaran yang agresif terutama ke

pasar-pasar baru, meningkatkan kualitas produk dan layanan kepada konsumen,

dan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas produk serta kualitas SDM.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuryanto (2011), berdasarkan teori

dan penjelasan yang telah ada maka dapat disimpulkan bahwa industri batik tulis

di kota Tegal merupakan industri dengan persaingan bersifat monopolistik.

Karena produk yang dihasilkan industri batik kota Tegal adalah produk yang

heterogen (motifnya), tidak ada perusahaan yang menguasai pangsa pasar lebih

dari 10%-50%, banyak penjual dan pembeli, serta profit normal. Perbedan produk

tersebut adalah perbedaan dari jenis motif dan warna yang beragam sesuai dengan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

43

pesanan pembeli atau pedagang (distributor atau agen) batik yang dari dalam kota

maupun luar kota.

Hasil dari regresi model persamaan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa

pangsa pasar(market share) mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap PCM (Price Cost Margin). Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis

yang diumuskan yakni pangsa pasar(market share) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PCM.

Nilai rasio modal terhadap tenaga kerja atau capital to labour ratio (CLR)

dalam industri batik tulis di Kota Tegal hanya 11% - 16% , hal ini berarti industri

batik tulis di Kota Tegal adalah industri yang padat karya. Industri padat karya

adalah industri yang membutuhkan tenaga kerja lebih besar daripada alat atau

teknologi. Peran tenaga kerja dalam industri batik tulis sangat besar. Bahkan

industri batik tulis dapat dikategorikan kedalam produk kerajinan tangan dengan

nilai seni yang tinggi. Nilai seni ini terlihat dari motif-motif pada industri batik

tulis.

Hasil dari regresi model persamaan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa

variabel CLR mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap variabel

PCM. Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis yakni CLR berpengaruh positif

dan signifikan terhadap PCM.

Nilai PCM masing-masing perusahaan hanya berkisar 11% sampai dengan

21% saja. Kecilnya nilai PCM ini disebabkan karena persaingan harga yang

tinggi, adanya monopoli sumber bahan baku, naiknya harga bahan baku yang

tidak diimbangi oleh kenaikan harga kain batik, dan efisiensi yang rendah dalam

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

44

industri batik tulis. Berdasarkan data pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa

nilai efisiensi industri batik tulis di Kota Tegal mempunyai nilai efisiensi rata-rata

sebesar 20 persen.

Hasil regresi variabel X-effisiensi terhadap PCM menghasilkan nilai

koefisien sebesar 0,70 dan signifikan pada taraf nyata 95%. Hal ini berarti

terdapat pengaruh yang signifikan variabel X-Effisiensi terhadap tingkat

keuntungan. Ketika terjadi 1% perubahan atas variabel effisiensi akan

memberikan pengaruh perubahan sebesar 0,70% tingkat keuntungan.

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arini (2013), disimpulkan bahwa

IKM batik pekalongan memiliki struktur pasar yang bersifat persaingan

monopolistik, dengan nilai konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) sebesar

14,98% dan Harfindah Hirsman Index (HHI) sebesar 178,65. Hambatan masuk

pasar yang rendah (MES = 4,497%) dan adanya diferensiasi produk semakin

menguatkan bahwa struktur pasar dalam IKM batik pekalongan adalah persaingan

monopolistik.

Perilaku IKM batik pekalongan lebih menekankan pada non-price strategy

karena tingkat kompetisi yang tinggi menyebabkan tidak memungkinkannya

perusahaan batik untuk meningkatkan harga di atas harga pesaing. Perilaku untuk

menjalankan perusahaan dilakukan dengan adanya usaha melakukan inovasi,

iklan, serta strategi pemasaran.

Variabel struktur pasar yang diwakili oleh pangsa pasar (MS) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap perilaku pasar (CLR). Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan pangsa pasar (struktur pasar semakin mendekati monopoli) akan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

45

meningkatkan strategi (perilaku) perusahaan yang diproksi dengan rasio modal

terhadap tenaga kerja (CLR). Margin keuntungan (PCM) yang mencerminkan

kinerja pasar dipengaruhi oleh variabel perilaku pasar (CLR dan Dadv) secara

signifikan. Hubungan positif antara perilaku dan kinerja menunjukkan bahwa

berbagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan kinerja

perusahaan dalam IKM Batik Pekalongan.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa hubungan linear antara struktur,

perilaku, dan kinerja dalam IKM Batik Pekalongan mengikuti paradigma SCP

yang dikonsepsikan menggunakan asas chain-rule, di mana struktur

mempengaruhi perilaku dan selanjutnya perilaku mempengaruhi kinerja. Dengan

demikian, pengaruh struktur dan perilaku terhadap kinerja pasar bukan merupakan

pengaruh yang independen karena perilaku juga dipengaruhi oleh struktur, atau

dengan kata lain perilaku merupakan variabel antara (interveining) dari variabel

struktur terhadap variabel kinerja.

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014), disimpulkan bahwa

berdasarkan hasil penelitian, untuk analisis struktur industri TPT di Indonesia

periode 2006-2013 dinyatakan bahwa industri TPT berada pada struktur oligopoli

yang longgar dengan nilai rata-rata CR4 sebesar 12,02 persen atau berada pada

kondisi pasar oligopoli longgar yang cenderung kepada persaingan monopolistik.

Artinya kesepakatan diantara perusahaan dalam suatu industri untuk menetapkan

harga sangat sulit dilakukan (Jaya, 2001).

Sementara nilai rata-rata MES dalam industri TPT di Indonesia sebesar

4,98 persen. Nilai MES yang rendah dapat menjadi peluang bagi masuknya

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

46

perusahaan baru ke dalam pasar industri TPT di Indonesia. Masuknya perusahaan

pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang

sudah ada, misalnya kapasitas yang menjadi bertambah, terjadinya perebutan

pasar (market share) serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Tingkat

konsentrasi memiliki pengaruh negatif dengan persaingan, karena tingkat

konsentrasi di Industri TPT semakin turun maka tingkat persaingan dalam industri

tersebut akan meningkat. Dengan nilai CR4 dan MES yang rendah membuat

pesaing baru mudah masuk ke dalam industri TPT karena struktur pasar yang

terbentuk juga cenderung kepada struktur persaingan monopolistik.

Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada

struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar dalam

industri TPT di Indonesia adalah bersifat oligopoli longgar yang cenderung

kepada persaingan monopolistik. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku

yang dilakukan oleh para pelaku industri pada industri TPT di Indonesia. Perilaku

yang dilakukan tersebut antara lain adalah strategi produk, harga, dan promosi.

Pada industri TPT perusahaan bersifat ”price takers”, harga produk yang

ditetapkan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli). Adanya

penetapan harga tersebut maka produsen harus bersaing secara sehat, maka

perusahaan-perusahaan dalam industri TPT kurang potensial untuk melakukan

kolusi.

Perilaku perusahaan dalam industri TPT di Indonesia dapat ditunjukkan dari

strategi produk, harga dan promosi. Strategi produk yang dilakukan adalah

melalui startegi diferensiasi dan inovasi produk. Strategi harga produk yang

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

47

ditetapkan oleh perusahaan dalam industri TPT merupakan harga

pasar(kesepakatan penjual dan pembeli). Sedangkan strategi promosi dilakukan

melalui media cetak, media elektronik, dan acara fashion show.

Pada industri ini, diperkenalkan adanya strategi diferensiasi dan inovasi

produk yang dijual oleh perusahaan dalam industri TPT sehingga keuntungan

meningkat dari perusahaan bertambah sejalan dengan meningkatnya kemampuan

produsen untuk memperluas bagian pasarnya melalui keunggulan produk yang

dimilikinya. Namun jika strategi ini tidak handal lagi, bisa saja posisi industri

sudah berada diambang kerugian. Sedang untuk strategi promosi yang diterapkan

dalam industri ini yaitu melalui media untuk diperkenalkan kepada masyarakat

baik media cetak maupun elektronik. Dari acara fashion show juga bisa dijadikan

strategi untuk mempromosikan produk tekstil.

Sementara analisis kinerja industri TPT di Indonesia bisa diukur melalui

tingkat keuntungan (PCM), efisiensi, dan pertumbuhan output (growth). Untuk

Tingkat keuntungan terbesar yang diperoleh selama periode penelitian 2006-2013

adalah sebesar 38,02 persen pada tahun 2012 dan tingkat keuntungan terendah

yang diterima sebesar 23,67 persen pada tahun 2013. Penurunan tersebut

disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan dalam proses

produksi industri, sehingga meskipun tingkat produksi mengalami peningkatan

pada tahun 2013 tetapi penggunaan biaya input yang digunakan lebih besar dari

penggunaan output sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh industri TPT

mengalami penurunan. Nilai rata-rata XEF dari tahun 2006 sampai 2013 sebesar

77,27 persen. Nilai XEF rata-rata tertinggi pada industri TPT berada pada tahun

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

48

2012 sebesar 104,39 persen. Nilai XEF yang tinggi tersebut mencerminkan

kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan

untuk proses produksi, artinya perusahaan dikelola dengan sangat baik.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

(+)Arini (2013

Kinerja

(+)Siregar (2014) (+) Wuryanto (2011)

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Di dalam kerangka pemikiran penelitian yang menggunakan pendekatan

Struktur- Perilaku- Kinerja akan banyak melihat keterkaitan antar variabel pada

sektor industri. Keterkaitan antar variabel pada sektor industri adalah keterkaitan

hubungan antara struktur (structure), perilaku (conduct), dan kinerja

(performance). Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi, struktur pasar akan

Pangsa Pasar (MS) Rasio Modal

terhadap Tenaga

Kerja (CLR)

Effisiensi-X

Keuntungan

(PCM)

Industri Batik Paoman

di Kabupaten Indramayu

Struktur Perilaku Kinerja

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

49

mempengaruhi perilaku dan kinerja dari pasar tersebut. Sebaliknya, perilaku

pasar dapat mempengaruhi struktur dan kinerja pasar, demikian pula kinerja

pasar dapat mempengaruhi struktur dan perilaku pasar. Struktur pasar dapat

diwakili oleh pangsa pasar (MS), perilaku pasar dapat diwakili oleh rasio modal

dan tenaga kerja (CLR) dan kinerja dapat diwakili oleh efisiensi-X.

Semakin tinggi nilai MS menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam

melakukan proses produksi sehingga akan menjadi hambatan masuk bagi

perusahaan yang berproduksi di atas biaya tersebut. Akibatnya keuntungan

perusahaan akan meningkat. Jadi, pangsa pasar (MS) berpengaruh positif terhadap

PCM.

Semakin tinggi nilai CLR suatu perusahaan menunjukkan bahwa

penggunaan input modal lebih banyak dari pada input tenaga kerja dan

menunjukkan teknik produksi yang semakin intensif pada modal. Hubungan

positif antara CLR dan PCM menggambarkan bahwa peningkatan rasio modal

terhadap tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan batik akan berdampak pada

peningkatan keuntungan dalam perusahaan. Jadi, CLR berpengaruh positif

terhadap PCM.

Semakin efisien suatu perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang

akan diperoleh. Hubungan efisiensi-X dengan PCM tersebut sesuai dengan teori

dimana kenaikan efisiensi-X akan meningkatkan proksi keuntungan pada industri

batik. Jadi, efisiensi-X berpengaruh positif terhadap PCM.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.unpas.ac.id/27928/3/BAB II.pdf · Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang- ... walaupun

50

Pada penelitian ini terlebih dahulu akan menganalisa struktur pasar dan

perilaku industri, kemudian menganalisa kinerja industri. Tujuannya adalah

untuk menganalisa apakah terdapat suatu kesesuaian hubungan yang tercipta

antara struktur dengan perilaku pada industri yang dapat mempengaruhi kinerja

dari industri batik di Kelurahan Paoman Kabupaten Indramayu.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan teori-teori yang mendasari

penelitian ini, maka hipotesis yang disusun adalah :

1. Diduga terdapat hubungan positif antara pangsa pasar (MS) perusahaan dengan

nilai keutungan (PCM) pada industri Batik Paoman di Kabupaten Indramayu.

2. Diduga terdapat hubungan positif antara rasio modal terhadap tenaga kerja

(CLR) dengan nilai keuntungan (PCM) pada industri Batik Paoman di

Kabupaten Indramayu.

3. Diduga terdapat hubungan positif antara nilai effisiensi-X dengan nilai

keutungan (PCM) pada industri Batik Paoman di Kabupaten Indramayu.