40
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan (bagaimana seseorang memandang sesuatu), sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang mengartikan sesuatu (Leavitt, 1987 dalam Sobur 2013). Menurut Sunaryo (2013) persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui pancaindran yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan mengahayati tentang hal-hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu. Persepsi berperanan penting dalam pembetukan perilaku karena persepsi adalah sarana utama untuk memindahkan energy yang berasal dari stimulus (rangsangan) melalui neuron (saraf) ke simpul saraf yang seterusnya akan berubah menjadi tindakan atau perilaku. Persepsi dapat didefiniskan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data (Pareek, 1996 dalam Sobur, 2013). Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot persepsi merupakan sebagai cara individu memberikan makna. Menurut Rudolph. F. Vanderber persepsi adalah proses penafsirkan informasi yang indrawi. Menurut teori rangsangan-tanggapan (stimulus-respon) persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia(Sobur, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan (bagaimana seseorang memandang

sesuatu), sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana

seseorang memandang mengartikan sesuatu (Leavitt, 1987 dalam Sobur 2013).

Menurut Sunaryo (2013) persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui

pancaindran yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan dan mengahayati tentang hal-hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar diri individu. Persepsi berperanan penting dalam pembetukan perilaku

karena persepsi adalah sarana utama untuk memindahkan energy yang berasal dari

stimulus (rangsangan) melalui neuron (saraf) ke simpul saraf yang seterusnya akan

berubah menjadi tindakan atau perilaku.

Persepsi dapat didefiniskan sebagai proses menerima, menyeleksi,

mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan

pancaindra atau data (Pareek, 1996 dalam Sobur, 2013). Menurut John R. Wenburg dan

William W. Wilmot persepsi merupakan sebagai cara individu memberikan makna.

Menurut Rudolph. F. Vanderber persepsi adalah proses penafsirkan informasi yang

indrawi. Menurut teori rangsangan-tanggapan (stimulus-respon) persepsi merupakan

bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan

diterapkan kepada manusia(Sobur, 2013).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

15

Persepsi merupakan daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta

perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan

setelah panca indranya mendapat rangsangan (Maramis, 2009). Sub proses psikologi

lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan dan penalaran. Dalam proses

persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu (1) seleksi adalah proses penyaringan oleh

indera terhadap rengsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit,

(2) interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi

seseorang, (3) interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah

laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan selseksi, interpretasi dan

pembulatan terhadap informasi yang sampai (Sobur, 2013). Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dimulai dari

proses diterima rangsangan melalui pengindraan, hasilnya individu mampu mengetahui

dan mengartikan rangsangan dari dalam diri dan lingkungannya. Persepsi ini kemudian

diartikan dalam tindakan sebagai reaksi.

2.1.2 Indikator Persepsi

Indikator persepsi menurut Bimo Walgito (2002, dalam Hariyadi, 2014) sebagai

berikut:

a. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu

Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik

penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera

tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan didalam otak.

Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

16

diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang

lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tersebut

tergantung dari jelas tidaknya rangsangan, normalitas alat indera dan waktu, baru

saja atau sudah lama.

b. Pengertian atau pemahaman

Gambaran-gambaran atau kesan – kesan yang terjadi didalam otak, maka

gambaran tersebut diorganisir, digolong – golongkan (diklasifikasi), dibandingkan,

diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik

dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran

lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

c. Penilaian atau evaluasi

Suatu pengertian atau pemahaman yang telah terbentuk, akan dilanjutkan

dengan penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau

pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki

individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama,

oleh karena itu persepsi bersifat individual.

2.1.3 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

Syarat terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2013) diantaranya:

a. Adanya objek, objek berperan sebagai stimulus dan pancaindra sebagai reseptor.

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

17

d. Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau

pusat kesadaran). Kemudian dari otak dibawaa melalui saraf motoric sebagai alat

untuk mengadakan respon.

Persepsi terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, fisiologis dan

psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus

kemudian diterima oleh reseptor atau pancaindra. Proses fisiologi terjadi melalui

stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu disampaikan ke otak. Proses

psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu menyadari

stimulus yang diterima. Ketiga syarat diatas diperlukan untuk mendapatkan persepsi

yang baik (Sunaryo, 2013).

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi (Sunaryo, 2013).

2.1.4 Macam-Macam Persepsi

Persepsi memiliki dua macam yaitu persepsi eksternal dan persepsi internal

(persepsi diri). Persepsi eksternal adalah persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu. Persepsi internal adalah persepsi

Objek Stimulus Reseptor

Saraf sensorik Otak

Saraf Motorik

Persepsi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

18

yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam

hal ini, yang menjadi objek adalah diri individu sendiri (Sunaryo, 2013).

2.1.5 Sifat Persepsi

Menurut Baihaqi dkk (2007) menyatakan beberapa sifat persepsi antara lain:

a) Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang

behadapan dengan dunia penuh rangsangan. Indra manusia menerima

rangsangan ± 3 milyar perdetik, dua milyar diantaranya diterima oleh mata

b) Persepsi bersifat asli, merupakan titik tolak perbuatan kesadaran manusia

c) Dalam persepsi tidak selalu dipesepsikan secara keseluruhan, mungkin hanya

sebagian, sedangkan yang lain cukup dibayangkan.

d) Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks

dan pengalaman. Konteks berarti ciri-ciri obyek yang dipersepsi, sedangkan

pengalaman berarti pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan

sebelumnya.

e) Manusia sering tidak teliti, sehingga ia sering keliru. Ini terjadi karena sering

terjadi penipuan dalam bidang persepsi. Sesuatu tampak nyata padahal hanya

bayangan.

f) Persepsi, sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang bawaan. Yang

sifatnya dipelajari dibuktikan dengan kuatnya pengaruh pengalaman terhadap

persepsi.

g) Dalam persepsi, sifat benda yang dihayati biasanya bersifat permanen dan stabil,

tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi, dan jarak (Permanent shade).

h) Persepsi bersifat prospektif, artinya mengandung harapan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

19

i) Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukup waktu untuk mengoreksi

berbeda dengan teganggu jiwanya.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Pieter, dkk (2011) faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

a) Minat artiya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu objek atau

peristiwa, maka makin tinggi juga minatnya dalam mempersepsikan objek atau

peristiwa.

b) Kepentingan artinya semakin dirasakan penting terhadap suatu objek atau

peristiwa bagi diri seseorang, maka semakin peka terhadap objek persepsinya.

c) Kebiasaan artinya semakin sering dirasakan orang objek atau peristiwa, maka

semakin terbiasa dalam membentuk persepsi.

d) Konstansi artinya adanya kecenderungan seseorang untuk melihat objek atau

kejadian secara konstan sekalipun bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna dan

kecemerlangan

Menurut Notoadmojo (2010) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi di bagi 2 yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

eksternal ialah faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi diantaranya kontras,

perubahan intensitas, pengulangan (repetition), sesuatu yang baru (novelty) dan

menarik perhatian orang banyak. Faktor internal yang memperngaruhi persepsi

yaitu pengalaman/ pengetahuan, harapan atau expectation, kebutuhan, motivasi,

emosi dan budaya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

20

2.2 Konsep Perilaku

2.2.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme, namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor dari orang yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Skiner (1938, dalam Notoatmodjo 2010)

menyatakan perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku ialah akibat adanya insentif, memalui insentif

mendorong individu berprilaku. Inisiatif cenderung membuat orang

mempertahankan perilakunya dan insentif yang negatif membuat individu

mengalihkan atau menghilangkan perilaku sebelumnya. Jadi perilaku muncul akibat

insentif positif (Walgito dalam Pieter, 2011).

J.P Chaplin mengemukakan perilaku adalah sekumpulan dari reaksi, perbuatan,

aktivitas, gabungan dari reaksi, tanggapan atau jawaban yang dilakukan seseorang.

Inti dari reaksi perilaku manusia berupa kegiatan kognitif, afektif dan motoric yang

saling berhubungan. Apabila salah satu dari aspek tersebut mengalami hambatan

maka aspek yang lainnya juga terganggu .Teori insting McDougall mengatakan

perilaku muncul akibat insting, insting adalah perilaku innate yakni perilaku bawaan

dan mengalami banyak perubahan karena ada pengalaman. Timbulnya insting tidak

terlepas dari dorongan dalam diri seseorang yang berhubungan dengan kebutuhan

yang pada akhirnya membentuk perilaku. Menurut Kartini Kartono perilaku sebagai

proses mental dari reaksi yang sudah tampak atau masih sebatas keinginan yang

diperoleh dari stimulus eksternal dengan internal. Stimulus interna adalah stimulus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

21

yang berhubungan dengan kebutuhan fisik dan psikologis, sedangkan stimulus

eksternal segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau lingkungan

(Pieter, 2011).

2.2.2 Jenis-Jenis Perilaku

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perilaku tertutup dan

perilaku terbuka. Perilaku tertutup (Covert behavior) terjadi bila respon terhadap

stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) dengan jelas.

Respon seseorang terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan

dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku terbuka (Overt behavior)

terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut berupa tindakan atau praktik yang

dapat diamati orang lain dari luar (Notoatmodjo, 2010).

2.2.3 Domain Perilaku

Menurut bloom (1908, dalam Notoadmojo, 2010) perilaku manusia dibagi

menjadi tiga domain antara lain kognitif (cognitive), afektif (affective) dan

psikomotor (psychomotor). Bloom menyatakan bahwa domain kognitif diukur

dapat diukur dari pengetahuan, domain afektif diukur dari sikap, dan domain

psikomotor diukur dari keterampilan (Sunaryo, 2013).

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris,

khususnya mata dan telingga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior).

Perilaku yang didasari pengetahuan umunya berlangsung lama. Tingkatan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

22

pengetahuan dalam domain kognitif mencakup 6 tingkatan yaitu tahu, memahami,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktifitas melainkan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sunaryo (2013) sikap dalah respon tertutup

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang berifat intern maupun

ekstern sehingga menifestasinya tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realistis

menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.

c) Psikomotor

Menurut Sunaryo (2013) suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud

dalam suatu tindakan, agar sikap dapat terwujud dalam perilaku nyata diperlukan

faktor pendukung dan fasilitas. Praktik memiliki beberapa tingkatan yaitu:

1) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek dengan tindakan yang

akan dilakukan.

2) Respon terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang

benar.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

23

3) Mekanisme yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.

4) Adaptasi, yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik dan

dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku yaitu:

a) Faktor predisposisi atau yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang,

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan

sebagainya.

b) Faktor enabeling atau yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku

atau tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas

terjadinya perilaku.

c) Faktor reinforcing atau yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.

Seseorang yang tahu dan mampu untuk berprilaku akan tetapi tidak

melakukannya.

Selain beberapa faktor diatas, terdapat bebrapa faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor endogen, eksogen dan proses belajar.

Faktor endogen (genetik/keturunan) adalah konsepsi dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku makhluk hidup itu sendiri, yang termasuk faktor endogen

antara lain jenis kelamin, jenis ras, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat, pembawaan

dan intelegensi. Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar individu,

yang termasuk dalam faktor eksogen adalah faktor lingkungan, pendidikan, agama,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

24

sosial dan ekonomi, kebudayaan, persepsi dan emosi. Proses belajar (learning process)

merupakan bentuk mekanisme sinergi antara faktor hereditas dan lingkungan dalam

rangka terbentuknya perilaku. Semua faktor diatas dapat mempengaruhi perilaku

secara berkesinambungan (Sunaryo, 2013).

2.2.5 Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Skinner (1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudia organisme tersebut

merespons, maka teori Skiner disebut teori S-O-R atau stimulus-organisme-respon.

Terdapat dua respon dalam pembentukan perilaku yaitu Respondent response dan

Operant response. Respondent response atau reflexive merupakan respon yang ditimbulkan

oleh rangsang-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting

stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap. Respondent respon

ini mencakup perilaku emosional seperti sedih dan menangis. Operant response atau

instrumental response yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau

reinforce, karena memperkuat respons (Notoatmodjo, 2012).

2.2.6 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut Mubarak &

Chayatin (2009) sebagai berikut:

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), seperti perilaku pencegahan

penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, dan perilaku pemenuhan kebutuhan

gizi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

25

b) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking

behavior), seperti mengobati sendiri (self treatment) dan pengobatan didalam atau

luar negeri.

c) Perilaku kesehatan lingkungan, misalnya perilaku hidup sehat (makan dengan

menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok dan tidak

minum-minuman keras, istirahat cukup, mengendalikan stres, dan gaya hidup

positif), perilaku sakit (illness behavior) seperti pengetahuan tentang penyebab,

gejala dan pengobatan, dan perilaku peran sakit (the sick role behavior) dimana

peran klien yaitu hak-hak orang sakit (right), kewajiban orang sakit (obligation),

dan perilaku peran orang sakit ( the sick role ).

2.3 Konsep Kehamilan

2.3.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisi sebagai fertilitas atau penyatun dari spermatozoa dan ovum

serta dillanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

(Prawiroharjo, 2008 dalam Kumalasari, 2015). Proses kehamilan merupakan

matarantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan

ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

kehamilan berlangsung selama 40 minggu dan dianggap melewati bulan bila lebih dari

42 minggu. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama (0 sampai 12

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

26

minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42

minggu) (Manuaba, 2010).

2.3.2 Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) tanda-tanda adanya kehamilan sebagai berikut:

a) Amenore (terlambat datang bulan), konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi .

b) Mual dan muntah (emesis), dipengaruh hormone esterogen dan progeteron

menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah pada

pagi hari disebut morning sickness.

c) Sinkope atau pingsan, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.

Keadaan in hilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

d) Payudara tegang, dipengaruh hormone esterogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.

Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutam pada kehamilan pertama.

e) Sering miksi, disebakan desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi.

f) Konstipasi dipengaruhi hormone progesterone dapat menghambat peristaltik

usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar

g) Pigementasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma garvidarum), dinding

gravidarum (striae lividiae, striae nigra, linea alba makin hitam) dan sekitar

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

27

payudara (hiperpigmentasi areola mamae, putting susu makin menonjol, kelenjar

Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara).

h) Epulis merupakan hipertrofi gusi yang terjadi ketika hamil

i) Varises atau timbulnya pembuluh darah vena, dipengaruhi oleh hormone

esterogen dan progesterone. Varises muncul disekitar genetalia eksterna, kaki,

betis dan payudara.

2.3.3 Perubahan pada Kehamilan

a. Perubahan fisiologis

Menurut Manuaba, dkk (2007) menjelaskan perubahan yang terjadi pada

kehamilan antara lain:

1. Sistem gastrointestinal, perubahan perasaan mual dan muntah (emesis

gravidarum) berlangsung sekitar minggu ke 2 sampai minggu ke 14 sampai 16.

Proses mual dan muntah yang berlangsung cukup berat dan menggangu

kehidupan sehari-hari disebut hyperemesis gravidarum. Kemudian gangguan

mual dan muntah yang terjadi pada pagi hari akan tetapi tidak menimbulkan

gangguan disebut morning sickness. Semua proses ini akan berkurang seiring

dengan makin tuanya kehamilan. Selain itu ada yang disebut dengan

hipersalivasi atau ptyalismus yaitu pengeluaran air ludah yang berlebihan

sampai 1-2 liter dalam sehari.

2. Sistem pernapasan, paru-paru sebagai alat pertukaran gas akan mengalami

perubahan fisiologi akibat peningkatan kebutuhan O2 dan pembesaran uterus.

Perubahan ini disebabkan adanya perubahan hormonal dan mekanis.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

28

3. Perubahan pada kulit ibu hamil terjadi karena terdapat hormon khusus,

perubahan kulit dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi. Beberapa tempat

dapat mengalami perubahan seperti muka, abdomen, mamae, spider angioma,

eritema palmaris dan rambut.

4. Sistem urologi, perubahan ginjal sebagai akibat dari perubahan hemodinamik,

hemodilusi darah dan vaskularisasi local.

5. Sistem kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapa mendukung

peningkatan metabolism sehingga tumbuh-kembangnya janin sesuai dengan

kebutuhan. Pengaruh perubahan hormonal pada kehamilan yang berasal dari

kelejar ibu, plasenta serta ovarium (saat permulaan) dan kebutuhan yang

meningkatkan akan nutrisi O2, elektrolit dan elemen dasar yang penting serta

pembuangan hasil yang tidak diperlukan, telah menimbulkan perubahan dalam

darah dan perubahan hemodinamik sirkulasi darah.

6. Sistem genetalia, perubahan terbesar terjadi pada sistem genetalia dikarenakan

merupakan tempat tumbuh kembangnya hasil konsepsi yang berlanjut sampai

di dalam uterus. Uterus sebelum hamil memiliki berat 30 gram dan membesar

menjadi seberat 1000-1100 gr sehingga dapat menampung janin dengan berat

rata-rata 3000-3500 gram. Volume uterus sebesar 10 cc akan menjadi 5-20 liter

dengan rata-rata 6-7 liter.

7. Kelenjar endokrin mengalami perubahan berupa peningkatan produksi dalam

bentuk hormone, bahkan dapat terjadi pembesaran. Perubahan tersebut

terdapat pada hormone hipofisis, growth hormone, prolactin, tiroid, paratiroid,

adrenal, kortisol, ACTH, aldosterone, deoksikortikosteroid, dan

adrostenedion/testosterone.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

29

8. Perubahan metabolism, kehamilan membutuhkan nutrisi, elektrolit, trace

element dan lainnya sehingga kesuluruhan metabolism meningkat sekitar 20-

25%. Deposit nitrogen dalam bentuk protein naik sekitar 25% maka

memerlukan tambahanprotein yang cukup untuk dapat meningkatkan tumbuh

kembang janin dengan sempurna, tidak mengalami gangguan atau mengalami

anemia. Berat badan ibu hamil akan bertambah sekitar 12-14 kg selama hamil.

9. Perubahan posisi tulang dan otot, usia kehamilan uterus yang membesar dan

berat, maka akan terjadi lordose. Sikap lordose dilakukan untuk mengimbangi

berat uterus sehingga titik berat agak berubah kebelakang perubahan hormonal

khususnya esterogen yang memiliki sifat retensi air dan garam menyebankan

persendiaan sarkoiliaka, sakrokoksigius dan simfisis pubis semakin melebar dan

melunak. Hal ini dapat meringankan beban dan rasa sakit.

10. Perubahan pada penglihatan, tekanan intra okuler dapat menurun saat

kehamilan. Sensitivitas kornea berkurang sehingga penglihatan menjadi sedikit

kabur. Terjadinya tekanna oleh kelenjar hipofisis terhadap kiasma optikum

akan menambah suramnya pandangan.

b. Perubahan psikologis

1. Trimester I

Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasar pada teori

revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu untuk

mencapai peran ini seseorang wanita memerlukan melalui serangkaian aktivitas.

Kehamilan pada trimester I terjadi pada tahapan ketika wanita sedang belajar untuk

mencapai peran barunya yaitu peran sebagai seorang ibu (Mansur & Budiarti, 2014).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

30

2. Trimester II

Selama akhir trimester I dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil

mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek didalamnya dengan orangtuanya

(ibunya) yang telah terjadi selama ini. Pada trimester ini juga sering disebut periode

pancaran kesehatan, hal ini disebabkan selama trimester 2 wanita umumnya merasa

baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan(Mansur & Budiarti, 2014).

3. Trimester III

Trimester III sering kali disebut periode menunggu/penantian dan wasapada sebab

pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester ini

adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan peran sebagai orang tua seperti

terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Tugas ibu pada masa kehamilan meliputi

menerima kehamilannya, membina hubungan dengan janin, menyesuaikan perubahan

fisik, menyesuaikan perubahan hubungan suami istri dan persiapan melahirkan dan

menjadi orang tua (Mansur & Budiarti, 2014).

2.3.4 Pengawasan kehamilan

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai

kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan

dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Ibu hamil

dianjurkan untuk melakukan pengawasan anenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap

trimester sedangkan trimester terakhir sebanyak 2 kali. Jadwal pemeriksaan

antenatal dilakukan pada pemeriksaan pertama, pemerikasaan pertama dilakukan

segera setelah diketahui terlambat haid. Kemudian pemeriksaan ulang (setiap bulan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

31

sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan, setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8

bulan, dan setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalian).

Dilakukan pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu (Manuaba dkk, 2010).

Berikut merupakan komponen pemeriksaan antenatal terpadu adalah :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b. Ukur tekanan darah

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

d. Ukur tinggi fundus uteri

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT) bila

diperlukan

g. Beri zat tambah darah (tablet zat besi)

h. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) dengan memeriksa: golongan darah,

kadar Hb, kadar gula darah (bila diduga ada penyakit kencing manis), tes sifilis,

tes HIV, malaria (di daerah endemis malaria), protein dalam urin dan BTA

(untuk tuberculosis)

i. Tatalaksana/penanganan sesuai kondisi yang ditemukan

j. Konseling (Kemenkes, 2014)

2.4 Konsep HIV/AIDS

2.4.1 Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang termasuk dalam

family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan

DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

32

yang panjang. HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang

(klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV

menyababkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal

tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk

mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan

limfosit (Nursalam & Kurniawati, 2007). Kecepatan perubahan dari infeksi HIV

menjadi AIDS tergantung pada jenis dan virulensi virus, status gizi serta cara

penularan. Infeksi HIV dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: rapid progressor (berlansung

2-5 tahun), averge progressor (7-15 tahun) dan slow progressor (>15 tahun) (Kemenkes,

2014).

Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang

sering menyerang manusia dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV

termasuk subfamili Lentivirinae dari family Retroviridae. Asam nukleat dari family

retrovirus adalah RNA yang mampu membentuk DNA dari RNA. Enzim

transcriptase reverse menggunakann RNA virus untuk membentuk DNA. DNA

bergabung dengan kromosom induk (sel limfosit T4 dan sel makrofag) yang

berfungsi sebagai pengganda virus HIV. Secara sederhana sel HIV terdiri dari inti

(RNA dan enzim transcriptase reversi (polimerase), protease, dan integrase), kapsid

(antigen p24) dan sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp 120 dan gp41)

(Widoyono, 2008).

2.4.2 Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Menurut WHO dalam Widoyono (2008) terdapat beberapa tanda dan gejala

antara lain:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

33

a. Ada beberapa gejala dan tanda mayor meliputi kehilangan berat badan

(BB)>10%, diare kronik >1 bulan dan demam >1 bulan.

b. Untuk tanda minornya antara lain: batuk menetap >1 bulan, dermatitis pruritis

(gatal), herpes zoster berulang, kandidiasis orofaring, herpes simpleks yang

meluas dan berat dan limfadenopatti yang meluas.

c. Tanda lainnya yaitu sarcoma kaposi yang meluas dan meningitis kriptokokal.

2.4.3 Diagnosis

Metode yang umum untuk menegakkan diagnose HIV meliputi:

a. ELISA (enzyme-Linked ImmuniSorbent Assay), sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar

98,1-100%, biasanya pemeriksaan ini memberikan hasil positif setelah 2-3 bulan

setelah infeksi. Apabila ditemukan antibodi dengan pemeriksaan ELISA perlu

dikonfirmasi dengan western immunoblot. Tes HIV Elisa (+) sebanyak 3 kali

dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan pasien positif mengidap HIV.

b. Western blot, spesifitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaan ini

cikup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.

c. PCR (Polymerase Chain Reaction), tes ini digunakan untuk tes HIV pada bayi,

karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang dapat menghambat

pemeriksaan secara serologis, menetapkan status infeksi individu yang

seronegatif pada kelompok berisiko tinggi, tes kelompok berisiko tinggi

sebelum terjadi serokonversi dan tes konformasi untuk HIV-2, sebab ELISA

mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2 (Widoyono, 2008).

d. WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan rapid test (dipstick) sehingga

hasilnya bisa segera diketahui.

2.4.4 Perjalanan Penyakit & Stadium HIV/AIDS

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

34

Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel

pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi.

Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas infeksi seperti demam, nyeri

menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk pada 3-6

minggu setelah infeksi. Infeksi ini dikenal dengan infeksi primer (Sudoyo, 2006).

Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke

dalam tubuh. Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun

dengan cepat. Target virus adalah limfosit CD4+ pada nodus limfa dan thymus

selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan mungkin

terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi

limfosit T. Tes antibody HIV menggunakan ELISA yang akan menunjukkan hasil

positif (Calles, N.R, 2000 dalam Nursalam & Kurniawati, 2008).

Kemudian dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala) bisa

berlangsung selama 8-10 tahun. Pada sekelompok orang perjalanan penyakitnya

sangat cepat sekita 2 tahun da nada yang sangat lambat. Seiring dengan makin

memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan gejala akibat infeksi

oportunistik (penurunan berat badan, demam lama, pembesaran kelajar getah

bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes dan lain-lain (Sudoyo, 2006). Pada

fase ini juga disebut dengan imunodefisiensi, dalam serum pasien yang terinfeksi

HIV ditemukan adanya faktor supresif berupa antibodi terhadap proliferasi sel T.

Adanya supresif pada proliferasi sel T tersebut dapat menekan sintesis dan sekresi

limfokin. Sehingga sel T tidak mampu memberikan respon terhadap mitogen,

terjadi disfungsi imun yang ditandai dengan penurunan kadar CD4+ (Hoffman,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

35

Rockstroh, Kamps, 2006). Infeksi oleh kuman lainmembuat HIV membelah lebih

cepat. Selain itu dapat mengakibatkan reaksitivitas virus didalam limfosit T sehingga

perjalanan penyakit bisa lebih progresif (Sudoyo, 2006).

2.4.5 Penularan HIV/AIDS

Virus HIV/AIDS dapat menular melalui beberapa cara diantaranya:

a) Cairan genetalia, cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki

jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan penularan,

terlebih jika disertai IMS lainnya (Kemenkes, 2014). Menurut Syaiful (2000

dalam Nursalam & Kurniawati, 2007) Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi

mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV

untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual.

b) Kontaminasi darah atau jaringan, penularan HIV dapat terjadi melalui

kontaminasi darah seperti transfusi darah dan produknya ( plasma, trombosit)

dan transplantsi organ yang tercemar virus HIV atau melalui pengunaan alat

medis yang tidak steril, seperti suntikan yang tidak aman ( penggunaan alat

suntik bersama pada penasun, tattio dan tindik tidak steril) (Kemenkes, 2014).

Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS sangat cepat menularkan

HIV karena virus langsung ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh

(Nursalam & Kurniawati, 2007)

c) Penularan dari ibu ke anak, pada saat hamil sirkulasi darah janin dan sirkulasi

darah ibu dipisahkan oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta

yang melindungi janin dari infeksi HIV, tetapi jika terjadi peradangan, infeksi

ataupun kerusakan pada plasenta maka HIV bisa menenbus plasenta sehingga

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

36

terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. Lebih dari 90% anak yang terinfeksi

HIV didapat dari ibunya. Virus dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV

pada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui. Faktor yang

berperan dalam penularan HIV dari ibu ke anak antara lain faktor ibu, faktor

bayi dan faktor tindakan obstetri (Kemenkes, 2014).

HIV tidak menular melalui bersalaman, berpelukan, atan berciuman,

penggunaan toilet umum, kolam renang, alat makan, atau minum secara

bersama, ataupun gigitan serangga seperti nyamuk (P2P Kemenkes, 2013).

2.4.6 Upaya Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS

a) Upaya Penanggulangan HIV/AIDS

Upaya penanggulangan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan no 21 tahun

2013:

a) Promosi kesehatan, ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar

dan komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan

stigma serta diskriminasi. Promosi kesehatan diberikan dalam bentuk advokasi,

bina suasana, pemberdayaan, kemitraan dan peran serta masyarakat sesuai

dengan kondisi sosial budaya serta didukung kebijakan publik. Sasaran promosi

kesehatan meliputi pembuatan kebijakan, sector swasta, organisasi

kemasyarakat dan masyarakat.

b) Pencegahan penularan HIV dapat dicapai secara efektif dengan cara

menerapkan pola hidup aman dan tidak berisiko. Pencegahan meliputi

pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual, pencegahan penularan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

37

HIV melalui hubungan non seksual, dan pencegahan penularan HIV dari ibu

ke anaknya.

c) Pemeriksaaan diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin

terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV. pemeriksaan

diagnosis HIV dilakukan bedasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan,

konseling, pencatatan, pelaporan dan rujukan. Pemeriksaan ini harus dilakukan

dengan persetujuan pasien. Diagnosis tes dilakukan dengan pendekatan KTS

(konseling dan tes HIV sukarela) dan TIPK (tes dan konseling atas inisiasi

pemberi layanan kesehatan).

d) Pengobatan dan perawatan, setiap fasilitas kesehatan dilarang menolak dan

perawat ODHA. Fasilitas kesehatan yang tidak mampu memberikan

pengobatan dan perawatan, wajib mmerujuk ODHA ke fasilitas pelayanan

kesehatan lain yang mampu atau ke rumah sakit rujukan ARV.

e) Rehabilitasi pada kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan terhadap

setiap pola transmisi penularan HIV pada populasi kunci terutama pekerja seks

dan pengguna napsa suntik. Rehabilitasi pada kegiatan penggulangan HIV dan

AIDS dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial.

b) Upaya Pencegahan HIV/AIDS

a) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan melalui

beberapa cara yaitu tidak melakukan hubungan seksual berisiko (Abstinence),

setia dengan pasangan (Be faithful),menggunakan kondom secara konsisten

(Condom use), menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif ( no drug),

meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

38

IMS sedini mungkin dan melakukan pencegahan lain melalui sirkumsisi

(Permenkes No. 21 tahun 2013 pasal 14).

b) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual dilakukan dengan uji

saring darah pendonor, pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non

medis yang melukai tubuh, dan pengurangan dampak bukur pada pengguna

napza suntik (Permenkes No. 21 tahun 2013 pasal 15)

c) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya dapat dilakukan dengan 4

kegiatan meputi pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif,

pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV,

pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang

dikandungnya dan pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan

kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya. Dalam pencegahan HIV

dari ibu ke anaknya, terhadap ibu hamil yang memeriksakan kehamilan harus

dilakukan promosi kesehatan dan pencegahan penularan HIV. Pencegahan

penularan terhadap ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan diagnostis HIV

dengan tes dan konseling. Tes dan konseling dianjurkan sebagai bagian dari

pemerikaan laboratorium rutin saat pemeriksaan asuhan antenatal atau

menjelang persalinan pada semua ibu hamil di daerah dengan epidemic meluas

dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan keluhan IMS dan TB di daerah

epidemic rendah (Permenkes No. 21 tahun 2013 pasal 16 & 17).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

39

2.5 Konsep Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak

2.5.1 Definisi PPIA

Prevention of Mother-to-Child Transmission (PMTCT) atau pencegahan penularan HIV

dari ibu ke anak (PPIA) merupakan bagian dari upaya penanggulangan HIV dan AIDS di

Indonesia serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Tujuan utamanya adalah agar ibu

yang dilahirkan dari ibu dengan HIV terbebaskan dari HIV, serta ibu dan bayi tetap hidup

dan sehat. Dalam menjangkau sasaran PPIA yaitu wanita usia subur dan ibu hamil, maka

layanan PPIA diintegrasikan dengan paket KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan

remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif

Berkesinambungan (LKB) HIV dan AIDS. Pengembangan stategi PPIA merupakan bagian

dari tujuan utama penanggulanggan HIV dan AIDS, yaitu menurunkan kasus HIV

serendah mungkin dengan menurunnya jumlah HIV baru, mengurangi stigma dan

diskriminasi, serta menurunkan kematian akibat AIDS (Getting to Zero) (Permenkes No. 51

tahun 2013).

2.5.2 Kebijakan

Kebijakan umum PPIA sejalan dengan kebijkan program nasional pengendalian

HIV/AIDS dan IMS lainnya, serta kebijakan program KIA. Berdasarkan tingkat prevelensi

kasus HIV di suatu wilayah, terdapat tiga tingkatan epidemi, yaitu:

a) Epidemi meluas (generalized epidemic), kasus HIV sudah menyebar dipopulasi umum

atau bila prevelensi infeksi HIV lebih dari 1% di antara ibu hamil.

b) Epidemi terkonsentarasi (concentrated epidemic), kasus HIV menyebar dikalangan sub-

populasi tertentu seperti LSL, penasun, pekerja seks dan pasanganya, mencapai

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

40

prevelensi kasus HIV lebih dari 5 % secara konsisten, sedangkan pada populasi umum

atau ibu hamil prevalensi kasus HIV tetap dibawah 1%.

c) Epidemi rendah (low epidemic), kasus HIV telah ada namun belum menyabar luas (<5%)

pada sub populasi tertentu. Infeksi HIV yang tercatat terbatas pada sejumlah individu

yang berperilaku risiko tinggi (LSL, penasun, pekerja seks, dan pasanganna) dan

prevelensi kasus HIV di bawah 1% pada populasi umum dan di bawah 5% pada sub

populasi tertentu (Kemenkes, 2014).

Kebijakan untuk melakukan tes HIV didasarkan pada kategori epidemic tersebut :

a) Daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi, tes HIV dilakukan pada semua ibu hamil

bersamaan dengan pemeriksaan rutin lainnya pada layanan antenatal terpadu, di setiap

kunjungan, mulai kunjungan pertama (K1) hingga menjelang persalinan.

b) Daerah epidemi rendah, tes HIV dilakukan untuk ibu hamil dengan indikasi adanya

perilaku berisiko, keluhan/gejala IMS atau infeksi oportunistik (khususnya TB),

bersamaan dengan pemeriksaan rutin lainnya pada layanan antenatal terpadu, di setiap

kunjungan, mulai kunjungan pertama (K1) hingga menjelang persalinan (Kemenkes,

2014).

2.5.3 Target

Target upaya pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi sebagai berikut:

a) Semua ibu hamil didaerah epidemi meluas dan terkonsentrasi dilakukan tes HIV pada

kunjungan antenatal pertama sampai menjelang persalinan.

b) Semua ibu hamil didaerah epidemi rendah dengan indikasi adanya perilaku berisiko,

keluhan IMS atau infeksi oportunistik (khusus TB), dilakukan tes HIV pada kunjungan

antenatal pertama sampai menjelang persalinan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

41

c) Semua ibu hamil dengan HIV mendapatkan terapi

d) Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan pemerikasaan dan terapi

(Kemenkes, 2014).

2.5.4 Kegiatan dalam PPIA

Menurut Kemenkes (2014) pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak

dilaksanakan melalui 4 kegiatan meliputi:

a) Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif

Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV

pada anak adalah dengan mencegah penularan HIV pada perempuan usia

reproduksi 15-49 tahun (pencegahan primer). Pencegahan primer bertujuan

mencegah penularan HIV dari ibu ke anak secara dini, yaitu baik sebelum

terjadinya perilaku hubungan seksual berisiko atau bila terjadi perilaku seksual

berisiko maka penularan masih bisa decegah, termasuk mencegah ibu dan ibu

hamil agar tidak tertular oleh pasangannya yang terinfeksi HIV. kegiatan yang

dapat dilakukan pada pencegahan primer antara lain: 1) Menyebarluaskan

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV dan AIDS dan kesehatan

reproduksi, baik secara individu maupun kelompok, 2) Mobilisasi masyarakat 3)

Layanan tes HIV, 4) Dukungan untuk perempuan yang HIV positif.

b) Pencegahan kehamilahan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan

HIV

Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi yang

dikandungnya jika hamil. ODHA perempuan disarankan untuk mendapatkan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

42

akses layanan yang menyediakan informasi dan sasaran kontrasepsi yang aman

dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling

yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta

penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan HIV

agar melakukan hubungan seksual yang aman, serta menghindari terjadinya

kehamilan yang tidak direncanakan. Beberapa kegiatan untuk mencegah

kehamilan yang tidak direncankan meliputi mengadakan KIE tentang HIV dan

AIDS dan perilaku seks aman, menjalankan konseling dan tes HIV untuk

apsangan, melakukan upaya pencegahan da pengobatan IMS, melakukan

promosi penggunaan kondom, memberikan konseling pada perempuan dengan

HIV untuk ikut KB dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang

tepat, memberikan konseling dan memfasiliasi perempuan dengan HIV yang

ingin merencanakan kehamilan.

c) Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang

dikandungnya

Strategi pencegahan penularan HIV pada yang terinfeksi HIV ini

merupakan inti dari kegiatan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

pelayanan yang komprehensif mencakup kegiatan yaitu layanan ANC terpadu

termasuk penawaran dan tes HIV, diagnosis HIV, pemberian terapi

antiretroviral, persalinan yang aman, tata laksana pemberian makanan bagi bayi

dan anak, menunda dan mengatur kehamilan, pemberian profilaksis ARV dan

kotrimoksazol pada anak, pemeriksaan diagnostic HIV pada anak.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

43

d) Pemberian dukungan psikologi, sosial dan perawatan kepada ibu HIV beserta

anak dan keluarganya.

Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah

ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV dan membutuhkan dukungan

psikologi, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini dikarenakan ibu akan

menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA.

Beberapa hal yang mungkin dibutuhka oleh ibu dengan HIV antara lain

pengobatan ARV jangka panjang, pengobatan gejala penyakit, pemeriksaan

kondisi dan pemantauan terapi ARV (termasuk CD4 dan viral load), konseling dan

dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan, informasi dan edukasi

pemberian makanan bayi, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk

diri sendiri dan bayinya, penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara

penularan HIV dan pencegahannya, layanan klinik dan rumah sakit bersahabat,

kunjungan rumah, dukungan teman-teman sesame HIV positif, terlebih sesame

ibu dengan HIV, adanya pendampingan saat sedang dirawat, dukungan dari

pasangan, dukungan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga dan dukungan

perawatan dan pendidikan bagi anak.

2.5.5 Jejaring PPIA

Upaya penanggulangan HIV dan AIDS sangat memerlukan penguatan sistem

kesehatan. Beberapa aspek penting yang perlu dilakukan, antara lain penguatan

layanan IMS/kesehatan reproduksi dan pengintegrasian program HIV dan AIDS ke

layanan kesehatan yang sudah tersedia, termasuk layanna KIA/KB, kesehatan

reproduksi (PKRE) dan kesehatan remaja (PKPR). Kementrian kesehatan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

44

menerapkan strategi pengendalian penyakit melalui layanan pencegahan dan

pengobatan HIV dan AIDS yang komprehensif dan berkesinambungan (LKB)

dengan menerapkan 6 pilar yng terdiri atas (1) koordiansi dan kemitraan dengan

semua pemangku kepentingan, (2) peran aktif komunitas termasuk ODHA dan

keluarga, (3) layanan terintegrasi dan terdesentraliasasi sesuai kondisi setempat, (4)

akses layanan terjamin, (5) sistem rujukan dan jejaring kerja, (6) paket layanan HIV

komprehensif yang berkesinambungan. LKB adalah penguatan layanan paa

penguatan jejaring internal yaitu hubungan antar layanan/program didalam

fasyankes, dan ekternal yakni hubungan antar fasyankes, rujukan antar layanan dan

penguatan komponen masyarakat dengan kunci pengendalian dan menejemen

secara komprehensif (Permenkes No 51 tahun 2013).

Dalam jejaring PPIA setiap intitusi memiliki peran tersendiri yang terintegrasi

dan saling berhubungan dengan institusi lainnya. Di sarana kesehatan, pelayanan

PPIA dijalankan oleh puskesmas dan jajarannya, rumah sakit, bidan praktek swasta.

Ditingkat masyarakat dijalankan oleh LSM (lembaga swadaya masyarakat) ataupun

kelompok dukungan dukungan sebaya ( KDS) ODHA. Layanan HIV dan AIDS

khusus PPIA dibagi dalam empat tingkatan (strata) pelayanan yaitu strata I,II,III

dan layanan berbasis masyarakat. Strata III dilaksanakan di tingkat provinsi atau

nasional. Strata II dilakukan di tingkat kabupaten/kota. Strata I atau layanan dasar

dilaksanakan di tingkat puskesmas kecamatan, kelurahan maupun layanan yang

berbasis masyarakat (Permenkes No 51 tahun 2013).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

45

2.6 Konsep Tes dan Konseling HIV

2.6.1 Definisi Tes dan Konseling HIV

Tes HIV adalah pemeriksaan terhadap antibody yang terbentuk akibat

masuknyaHIV ke dalam tubuh, pemeriksaan antigen mendeteksi adanya virus HIV.

Konseling adalah proses dialog antara konselor dan pasien/ klien atau antara

petugas kesehatan dengan pasien yang bertujuan untuk memberikan informasi yang

jelas dan dapat dimengerti oleh pasien atau klien. Konselor memberikan waktu dan

perhatian, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan

melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan

(Permenkes No.74 thn 2014). Menurut Pepinsky (1954, dalam Nursalam 2007)

konseling merupakan interaksi yang terjadi antara 2 orang (konselor dank lien),

berlangsung dalam kerangka professional dan diarahkan agar memungkinkan

terjadinya perubahan perilaku pada klien.

2.6.2 Prinsip Dasar Tes dan Konseling HIV

Menurut Permenkes No.74 thn 2014 pelaksanaan tes HIV harus mengikuti

prinsip yang telah disepakati secara global, meliputi 5 komponen yang disebut 5 C

(informed consent, confidentiality, counseling, corret test result, connections to, care, treatment and

prevention service).

a) Informed Consent adalah persetujuan akan suatu tindakan pemeriksaan

pemeriksaan laboratorium HIV yang diberikan oleh pasien/klien atau

wali/pengampu setelah mendapatkan dan memahami penjelasan yang

diberikan secara lengkap oleh petugas kesehatan tentang tindakan medis yang

akan dilakukan terhadap pasien/klien tersebut.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

46

b) Confidentiality adalah semua informasi atau konseling antara klien dan petugas

pemeriksa atau konselor dan hasil tes laboratoriumnya tidak dapat diungkapkan

kepada pihak lain tanpa persetujuan pasien/klien. Konfidensialitas dapat

dibagikan kepada pemberi layanan kesehatan yang akan menangani pasien

untuk kepentingan layanan kesehatan sesuai indikasi penyakit pasien.

c) Counseling adalah proses dialog antara konselor dengan klien bertujuan

memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien atau pasien.

Layanan konsleing HIV harus dilengkapi dengan informasi HIV dan AIDS,

konseling pra-konseling dan tes pasca tes yang berkuallitas baik.

d) Corret test result atau hasil test yang akurat, hasil tes harus dikomunikasikan

sesegara mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan

yang memeriksa.

e) Connections to, care, treatment and prevention service, pasien/klien harus dihubungkan

atau dirujuk ke layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan

HIV yang didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau.

2.6.3 Pendekatan Layanan Tes dan Konseling HIV

Berdasarkan Permenkes No.74 Tahun 2014 layanan Tes dan Konseling

HIV untuk menegakkan diagnosis, dilakukan melalui 2 pendekatan:

a) Tes HIV atas inisiasi pemberi layanan kesehatan dan Konseling (TIPK)

TIPK adalah tes HIV atas insiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling

kepada pasien untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan. Tes dianjurkan atau

ditawarkan oleh petugas kesehatan kepada pasien pengguna layanan kesehatan

sebagai komponen pelayanan standar layanan kesehatan di fasilitas tersebut.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

47

Penawaran tes HIV pada ibu hamil dilakukan pada saat kunjungan antenatal atau

menjelang persalinan bersama pemeriksaan rutin lainnya. Bila ibu menolak untuk

diperiksa, maka diminta untuk menyatakan ketidaksetujuaanya secara tertulis

(Kemenkes, 2014).

Konseling HIV dianjurkan pada orang yag diketahui AIDS atau terinfeksi

HIV dan keluarganya, orang yang sedang dites HIV (sebelum atau sesudah tes),

orang yang sedang mencari pertolongan akibat perilaku berisiko tinggi atau tidak

mencari pertolongan namun berprilaku berisiko, orang yang mempunyai masalah

akibat infeksi HIV (pekerjaan, perumahan, keuangan, keluarga dan lain-lain) sebagai

akibat infeksi HIV (Nursalam & Kurniawati, 2008).

TIPK diselenggarakan terutama pada pelayanan IMS, pelayanan kesehatan

bagi populasi kunci/orang yang berperilaku risiko tinggi (penasun, pekerja seks,

pelanggan atau pasangan seks, pelanggan atau pasangan seks dari pekerja seks,

waria, LSL dan warga binaan pemasyarakatan), fasilitas pelayanan yang

menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan ibu hamil, persalinan dan nifas dan

pelayanan tuberculosis (Permenkes No. 21 tahun 2013).

2.6.4 Tujuan Tes dan Konseling HIV

Tujuan umum dari TIPK ( Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan

kesehatan dan konseling) adalah untuk melakukan diagnose secara lebih dini dan

memfasilitasi pengambilan keputusan klinis atau medis terkait pengobatan

Antiretroviral (ARV) yang dibutuhkan dimana hal tersebut tidak mungkin diambil

tanpa mengetahui status HIV nya. TIPK juga digunakan untuk mengidentifikasi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

48

infeksi HIV pada stadium awal yang tidak menunjukkan gejala penyakit yang jelas

karena penurunan kekebalan.

Tujuan konseling HIV menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku

(mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku & meingkatkan kualitas

hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologi sosial & ekonomi),

meningkatkan keterampilan untuk mengahadapi sesuatu, meingkatkan kemampuan

dalam menentukan keputusan, meningkatkan dalam hubungan antarperorangan dan

menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien (Nursalam &

Kurniawati, 2008)

2.6.5 Prosedur Tes dan Konseling HIV

Langkah-langkah dalam melaksanankan Tes dan Konseling HIV atas inisiasi

pemberi layanan kesehatan (TIPK) di fasilitas kesehatan sebagai berikut:

1) Pemberian informasi tentang HIV dan AIDS sebelum tes

Pemberian informasi terdiri dari beberapa sasaran yaitu:

a) Sesi informasi pra tes secara kelompok

Sesi ini dapat dilakukan sebagai pilihan bila sarana memungkinkan dan

pada sesi ini diberikan KIE secara berkelompok diruang tunggu sebelum

bertatap muka dengan petugas. KIE yang diberikan secara umum dan masalah

berkaitan dengan HIV dan AIDS. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed

consent) harus selalu diberikan secara individual dengan kesaksian petugas

kesehatan.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

49

b) Sesi informasi pra-test secara individu

Pada sesi ini klien/pasien mendapatkan informasi edukasi dari petugas

kesehatan/konselor tentang HIV untuk menguatkan pemahaman pasien/klien

atas HIV dan implikasinya agar klien/pasien mampu menimbang perlunya

pemeriksaan.

c) Sesi informasi pra-tes kelompok khusus

Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap dampak

buruk seperti diskriminasi, pengucilan, tindak kekerasan atau penahanan.

Kelompok khusus yang dimaksud yaitu perempuan hamil, kelompok dalam

kondisi khusus (mengalami hambatan fisik/mental), pasien dalam kondisi kritis,

pasien TB, kelompok berisiko (penasun, pekerja seks, waria, LSL), bayi, anak dan

remaja.

2) Persetujuan tes HIV (Informed Concent)

Informed Concent bersifat universal yang berlaku pada semua pasien

apapun penyakitnya karena semua tindakan medis membutuhkan persetujuan

pasien. Aspek penting dalam persetujuan sebagai berikut:

a) Klien telah memahami tentang maksud dan tujuan tes, serta risiko dan

dampaknya

b) Informasi bahwa jika hasil tes positif, akan dirujuk kelayanan HIV

(pengobatan ARV dan penatalaksanaan lainnya)

c) Bagi yang menolak tes HIV ditulis direkam medis untul dilakukan penawaran

tes dan atau konseling ulang ketika kunjungan berikutnya.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

50

d) Persetujuan dari anak dan remaja dibawah umur diperoleh dari orang

tua/wali

e) Pada pasien dengan gangguan jiwa berat atau hendaya kognitif yang tidak

mampu membuat keputusan dan secara nyata berperilaku berisiko, dapat

diminta kepada istri/suami, ibu/ayah kandung, anak kandung/saudara

kandung, atau pengampunya.

3) Pengambilan darah untuk tes

Tes HIV idealnya dilakukan di laboratorium yang tersedia di fasilitas

layanan kesehatan, namun jika tidak tersedia maka tes dapat dilakukan di

laboratorium rujukan. Tes Enzyme ImmunoAssay (EIA) dilakukan di fasilitas

kesehatan dengan saran laboratorium lengkap dan petugas terlatih dengan

jumlah pasien yang lebih banyak. Tes HIV secara serial adalah apabila tes yang

pertama hasilnya non-reaktif, maka antibodi akan dilaporkan negative. Hasil

pertama reaktif maka dilakukan tes HIV ulang kedua dengan sampel sama

dengan reagen, metoda dan/atau antigen yang berbeda dari yang pertama. Tes

virology HIV DNA kualitatif dianjurkan untuk diagnosis bayi dan anak umur

kurang dari 18 bulan dan perempuan HIV positif yang merencanakan kehamilan

dan persalinan. tes HIV untuk anak kurang dari 18 bulan dari ibu HIV positif

tidak dianjurkan dengan tes antibodi, karena akan memberikan hasil positif

palsu.

4) Penyampaian hasil tes

Penyampaian hasil tes dilakukan oleh petugas kesehatan yang menawarkan

tes HIV. penyampaian hasil tes dimaksudkan, untuk memasatikan pemahaman

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

51

pasien atas status HIVnya dan keterkaita dengan penyakitnya. Hal-hal yang

dilakukan pertugas pada penyampaian hasil antara lain membacakan hasil,

menjelaskan makna hasil tes, memberikan informasi selanjutnya dan merujuk pasien

ke konselor HIV untuk konseling lanjutan dan ke layanan pengobatan untuk terapi

selanjutnya

5) Konseling pasca tes

Semua klien/pasien yang menjalani tes HIV perlu menerima konseling pasca

tes tanpa memandang apapun hasilnya. Hasil dari konseling pasca tes

didokumentasikan dalam buku kunjungan klien. Konseling pasca tes membantu

klien/pasien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes dan tindak lanjut

pengobatan. Jika status HIV ibu sudah diketahui, HIV positif dilakukan intervensi

PPIA komprehensif agar ibu tidak menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya

dan HIV negatif dilakukan konseling tentang cara menjaga status agar tetap HIV

negatif. Hasil Interminate diberikan penjelasan tentang masa jendela, menganjurkan

pada pasangan melakukan tes HIV, jika hasil tes HIV pasangan positif ibu hamil

segera diberikan ARV sampai hasilnya negatif kemudian perlu dilakukan cek kembali

setelah pemeriksaan yang pertama dengan specimen baru.

6) Rujukan ke layanan PDP (perawatan, dukungan, dan pengobatan) bagi yang

positif.

Klien/pasien yang hasil tesnya positif perlu segera dirujuk ke layanan

perawatan, dukungan dan pengobatan untuk mendapatkan layanan selanjutnya yang

dibutuhkan.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

52

2. 7 Hubungan Persepsi Ibu Hamil tentang Tes HIV dengan Perilaku Tes HIV

(TIPK)

Persepsi adalah cara seseorang dalam memandang dan mengartikan sesuatu

(Leavitt, 1987 dalam Sobur 2013). Menurut Sunaryo (2013) persepsi merupakan

proses diterimanya rangsangan melalui pancaindran yang didahului oleh perhatian

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan mengahayati tentang hal-

hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu. Dalam

proses terjadiya persepsi terdapat tiga komponen (1) seleksi adalah proses

penyaringan oleh indera terhadap rengsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat

banyak atau sedikit, (2) interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi

sehingga mempunyai arti bagi seseorang, (3) interpretasi dan persepsi kemudian

diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2013).

Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme, namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor dari orang yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012). Teori Skiner S-O-R menjelaskan Perilaku terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisms dan kemudian organisme tersebut

merespon. Terjadinya perubahan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor predisposisi (mempermudah), faktor enabeling

(memungkinkan) dan faktor reinforcing (mendorong) (Notoajmodjo, 2010). Faktor

predisposisi (pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi

dan lain-lain), Faktor enabeling yang memungkinkan atau yang memfasilitasi

perilaku, dan Faktor reinforcing mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42118/3/jiptummpp-gdl-aistriamok-48882-3-babii.pdf · Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

53

Perilaku tes HIV pada ibu hamil sangat dominan dipengaruhi oleh

pendekatan TIPK ( Tes HIV atas Insiatif Petugas Kesehatan) (Setiyawati, 2015).

Dalam pendekatan TIPK, petugas kesehatan memiliki berperan memberikan

tawaran tes HIV pada ibu hamil. Pada pendekatan TIPK, tahap awal yang dilakukan

petugas ialah memberikan informasi terkait tes HIV. Adanya stimulus berupa

informasi tentang tes HIV kemudian akan diinterpretasikan atau diartikan.

Interpretasi atau mengartikan dapat dipengaruhi kemampuan setiap individu untuk

mengkatorikan informasi tersebut. Proses mengartikan ini didefinisikan sebagai

persespi yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sobur, 2013). Dari

penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat

berhubungan dengan persepsinya. Oleh karena itu untuk melihat perubahan

perilaku seseorang, dapat dilihat melalui persepsi terhadap sesuatu.