22
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan bisa melalui pancaindra manusia seperti indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan yang didapatkan oleh manusia berasal dari indra pengelihatan dan pendengaran yaitu mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014). 2.1.2 Pengetahuan Tentang DM Pengetahuan mengenai DM tipe 2 adalah pengetahuan tentang pengertian, tanda dan gejala seperi poliuri, polifagi, polidipsi, faktor penyebab DM seperti obesitas dan kurangnya olahraga, komplikasi DM seperti gagal jantung, kebutaan dan pengobatan seperti obat oral atau injeksi insulin (Irawan, 2018). 1. Pengertian DM DM merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2015) 2. Tanda dan gejala a. poliuria (frekuwensi buang air kecil yang banyak) b. polidipsia (sering merasa haus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan bisa melalui

pancaindra manusia seperti indra pengelihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan yang didapatkan oleh

manusia berasal dari indra pengelihatan dan pendengaran yaitu mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014).

2.1.2 Pengetahuan Tentang DM

Pengetahuan mengenai DM tipe 2 adalah pengetahuan tentang

pengertian, tanda dan gejala seperi poliuri, polifagi, polidipsi, faktor

penyebab DM seperti obesitas dan kurangnya olahraga, komplikasi DM

seperti gagal jantung, kebutaan dan pengobatan seperti obat oral atau injeksi

insulin (Irawan, 2018).

1. Pengertian DM

DM merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya (Perkeni, 2015)

2. Tanda dan gejala

a. poliuria (frekuwensi buang air kecil yang banyak)

b. polidipsia (sering merasa haus)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

12

c. polifagia (sering merasa lapar)

d. Terjadinya penurunan berat badan yang tidak diketahui

penyebabnya adapun keluhan lainnya seperti badan terasa lemah,

kesemutan, gatal, mata kabur dan juga terjadinya disfungsi ereksi

pada pria dan pruritus pada wanita (Perkeni, 2015)

3. Faktor penyebab DM

a. Merokok, kebiasaan yang buruk seperti merokok dapat

mempengaruhi ketebalan plasma diding pembuluh darah

(aterosklerosis), dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskuler,

peningkatan prevalensi metabolik sindrom serta peningkatan indeks

massa tubuh (IMT) yang juga dapat beresiko menurunkan HDL

(Hight Density Lipoprotein) dan meningkatkan kolestrol, tingginya

trigliserida dan peningkatan lingkar pinggang

b. Obesitas, menyebabkan peningkatan asam lemak atau free fatty acid

(FFA) yang akan menyebabkan turunya pengambilan glukosa

kedalam membran plasma dan juga akan menyebabkan terjadinya

resistensi insulin pada jaringan otot dan adiposa

c. Hipertensi, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan pendistribusian

glukosa pada sel tidak berjalan secara optimal sehingga akan terjadi

akumulasi glukosa dan kolestrol di dalam darah

d. Pola makan yang tidak tepat seperti mengkonsumsi karbohidrat dan

ketidakseimbangan konsumsi dengan kebutuhan energi

e. Kurangnya aktivitas fisik

4. Komplikasi

a. Komplikasi akut

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

13

1. Hipoglikemia, merupakan kadar glukosa darah seseorang yang

dalam keadaan dibawah nilai normal (<50 mg/dl). Gejala umum

yang terjadi biasanya seperti lapar, gemetar, mengeluarkan

keringat, berdebar-debar, pusing, pandangan menjadi gelap,

gelisag dan koma.

2. Hiperglikemia

Terjadi apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba.

Gejala yang mungkin muncul seperti polyuria, polydipsia dan

plifagia, kelelahan yang berlebihan dan pandangan kabur

b. Komplikasi kronis

1. Komplikasi makrovaskuler

Yang pada umumnya berkembang pada komplikasi

makrovaskuler pada penderita DM adalah trombosit otak atau

pembekuan darah di sebagian otak, jantung coroner, gagal

jantung kongestif dan stroke

2. Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi ini sering terjadi pada penderita DM tipe 1.

Hiperglikemia yang menetap dan pembentukan proten yang

terglikasi seperti HbA1c menyebabkan dinding pembuluh darah

semakin lemah dan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh

darah kecil, seperti nerfropati, diabetic retinopati, neuropati dan

amputasi (Perkeni, 2015).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

14

5. Pengobatan

DM adalah merupakan jenis penyakit kronis seumur hidup, namun bisa

dikontrol dengan penerapan pola hidup sehat seperti terapi nutrisi

medis dan aktivitas fisik bersamaan dengan intervensi farmakologis.

Dua intervensi farmakologis diabetes, diantaranya dengan obat

antihiperglikemia oral atau antidiabetes oral dan/ suntikan (Jonathan,

Kuswinarti, & Mulyani, 2019)

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan terbagi menjadi enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu berarti mengingat sesuatu materi atau hal yang sebelumnyya

pernah dipelajari. Pada tingkat ini termasuk kedalam tingkat mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan semua bahan yang sebelumnya

pernah dipelajari. Oleh karenanya pada tingkat tahu ini tergolong pada

tingkatan yang paling rendah, untuk mengukur bahwasannya seseorang

tahu tentang sesuatu yang dipelajari antara lain orang tersebut dapat

mendefinisikan, menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan lain

sebagainya. Misalnya, dapat menyebutkan tanda dan gelaja DM.

2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan sesuatu kemampuan untuk dapat

menjelaskan secara tepat tentang objek yang diketahui dan juga dapat

menginterpretasikan materi atau objek tersebut secara benar. Seseorang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

15

yang telah faham tentang suatu objek harus bisa menjelaskan,

menyimpulkan, menyebutkan contoh, meramalkan dan sebagainya.

Misalnya, dapat menjelaskan mengapa harus membatasi makanan yang

mengandung kalori.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi berarti memiliki kemampuan untuk menggunakan materi

yang sebelumnya pernah dipelajari pada situasi dan kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi bisa diartikan sebagai pengunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip di dalam konteks atau di dalam situasi yang lain.

Misalnya, dapat menerapkan metode atau cara untuk mengotrol kadar

glukosa darah supaya tetap dalam batas normal.

4. Analisis (analysis)

Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

sebuah satu struktur organisasi dan masih terdapat kaitan atau

hubungan satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat membedakan, memisahakan dan

mengelompokan dan lain sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sisntesis merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk yang baru atau merupakan suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada. Contohnya, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

16

dapat menyesuaikan terhadap teori atau suatu rumusan-rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau sebuah penilaian terhadap sebuah materi atau objek.

Penilaian tersebut didasarkan pada sebuah kriteria yang ditentukan

sendiri atau mengunakan kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara kadar glukosa darah tinggi dan kadar glukosa

normal (Notoatmodjo, 2014).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses dalam melakukan perubahan

sikap atau perilaku melalui pengajaran dan pendidikan baik individu

ataupun keompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimilki

seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang

dimilikinya

2. Usia

Peningkatan usia sangat perpengauh terhadap cara berfikir dan daya

tangkap. Semakin tinggi usia maka semakin berkembang pula daya

tangkapnya tetapi akan menurun pada usia tua

3. Pekerjaan

Saling tukar-menukar informasi dalam pekerjaan dapat meningkatkan

tingkat pengetahuan seseorang

4. Keluarga dengan penyakit

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

17

Keluarga yang memiliki penyakit tertentu memiliki hubungan secara

signifikan dengan pengetahuan karena memilliki riwayat menjaga dan

merawat anggota keluarga. Sehingga memiliki keinginan untuk

mengetahui pengertian, tanda dan gejala, dan tatacara merawat tinggi

5. Pengalaman penyakit

Pengalaman pernah menderita penyakit tertentu memiliki hubungan

dengan pengetahuan. Kerena penderita cenderung mencari informasi

mengenai penyakitnya, langkah atau cara mengurangi resiko. Selain itu

keinginan sembuh penderita juga berhubungan dengan pengetahuannya

(Irawan, 2018).

2.1.5 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengekuran pengetahuan bisa dengan wawancara atau interview atau

dapat juga melalui angket (pertanyaan-pertanyaan tertulis) yang menanyakan

terkait isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Wawancara

merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan atau bercakap-

cakap secara tatap muka dengan orang. Angket merupakan suatu cara

pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak

menyangkut kepentingan umum. Angket dilakukan dengan mengedarkan

daftar pertanyaan yang berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada

subjek untuk menperoleh tanggapan, informasi serta jawaban dan lain

sebagainya (Notoadmojo, 2010).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

18

2.1.6 Kriteria Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan seseorang dapat dievaluasi

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif :

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan

3. Kurang, bila subyek menjawab benar < 56% dari seluruh pertanyaan

(Notoadmojo, 2010).

2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Menurut psikologi kesehatan, kepatuhan ialah sesuatu yang mengarah

kepada kondisi ketika perilaku seorang individu sesuai dengan nasehat

ataupun tindakan yang dianjurkan oleh praktisi kesehatan atau bisa juga

sesuai dengan sebuah informasi yang diperoleh dari sebuah sumber

informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan melalui brosur promosi

kesehatan (Ian & Marcus, 2011). Lutfey dan Wishner (1999),

mengemukakan sebuah konsep kepatuhan (Compliance) dalam ranah medis,

sebagai suatu tingkatan yang menunjukkan perilaku pasien untuk mentaati

dan mengikuti prosedur atau saran dari ahli medis. Dari beberapa

pengertian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai definisi

kepatuhan yaitu sebuah kecenderungan perilaku pasien untuk melaksanakan

nasehat atau perintah yang disarankan oleh seseorang yang memiliki

kewenangan, seperti dokter, perawat, dan tenaga medis atau kesehatan

lainnya (Safitri, 2013).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

19

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut WHO faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

diantaranya :

a. Karakteristik pengobatan dan penyakit (durasi penyakit, kompleksitas

terapi dan pemberian perawatan). Faktor pengobatan dan penyakit

terkait durasi penyakit yang tergolong lama menyebabkan pasien

terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat

b. Faktor intrapersonal (jenis kelamin, usia, stres, rasa percaya diri, depresi

dan penggunaan alcohol). Faktor intrapersonal terkait rasa percaya diri

berhubungan dengan faktor interpersonal terkait dukungan keluarga.

Kondisi pasien yang sering lupa untuk mengkonsumsi obat atau

membawa obat ketika sedang berpergian bisa dipengaruhi karena

kuranganya dukungan keluarga untuk mengingatkan. Keluarga

mempunyai peranan penting dalam memberikan dorongan ataupun

motivasi, support system dan melakukan perawatan pada anggota keluarga

yang mengalami DM.

c. Faktor interpersonal (hubungan pasien dengan petugas kesehatan dan

dukungan sosial)

d. Faktor lingkungan (Nanda, Wiryanto, & Triyono, 2018).

2.2.3 Aspek–aspek kepatuhan pengobatan

Tingkatan pasien dalam menjalani pengobatan sesuai anjuran terdiri dari :

1. Disiplin dalam minum obat

Disiplin dalam meminum obat yang diresepkan oleh dokter secara

teratur sesuai aturan pemakaian dan tidak mencampurnya dengan obat

lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

20

2. Diet sesuai anjuran dokter

Diet yang diresepkan oleh dokter dan ahli gizi yaitu diet yang rendah

gula. Jika memiliki berat badan yang berlebih maka ada usaha untuk

menurunkan berat badan secara bertahap melalui cara yang tepat.

Langkah untuk melakukan diit DM adalah memilih jenis karbohidrat

yang aman, mengurangi makanan yang memiliki kandungan lemak yang

tinggi atau berkolestrol, menghindari makanan yang manis, dan

mengkonsumsi makanan yang berserat.

3. Mengontrol kadar glukosa darah

Memonitor diabetes melalui pengujian yang sistematis dan secara

teratur terhadap tingkat DM yang dilakukan oleh pasien sendiri. Untuk

pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan lembar uji atau test strips baik

baik darah ataupun urine dengan dilakukan pemeriksaan ini diharapkan

pasien bisa mengetahui apakah kadar glukosa darah mereka masih

dalam kondisi normal (Safitri, 2013).

2.2.4 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk

suntikan

a. Obat Antidiabetik Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antidiabetes oral dibagi menjadi 5

golongan :

1. Pemacu sekresi insulin (insulin scretagogue) seperti sulfonylurea, glinid,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

21

2. Peningkatan sensivitas terhadap insulin seperti metformin,

tiazolidindion (TZD).

3. Penghambat absorsi glukosa di saluran pencernaan seperti

penghambat alfa glukosidase obat ini bekerja dengan memperlambat

absorbs glukosa di dalam usus halus, sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan

4. Penghambat DPP-IV (dipeptidyl peptidaseIV) obat golongan ini

menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like

Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif.

Aktifitas GLP-1 untuk meningkatan sekresi insulin dan menekan

sekresi glucagon bergantungkadar glukosa darah . contoh obat

golongan ini seperti sitagliptin dan linagliptin

5. Penghambat SGLT-2 )sodium glucose Cotransporter 2) merupakan

golongan obat antidiabetes oral jenis baru yang menghambat

penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara

menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang

termasuk golongan ini seperti canagliflozin, empagliflozin,

Ipragliflozin

b. Obat antihipeglikemi suntik

Termasuk antigiperglikemi suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan

kombinasi insulin dan agonis GLP-1

1. Insulin

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis :

a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

22

b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

d. Insulin kerja panjang (long acting inulin)

e. Insulin kerja ultra panjang (ultra long acting insulin)

f. Insuli campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan

kerja cepat dengan menengah (premixed insulin)

2. Agonis GLP-1

Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan

pendekatan baru untuk pengobatan DM. agonis GLP-1 dapat

bekerja pada sel beta sehingga terjadi penigkatan pelepasan

insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat

pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan.

c. Terapi kombinsi

Pengaturan dier dan aktivitas fisik merupakan hal yang utama dalam

penatalaksanaan DM, namun jika diperlukan dapat dilakukan bersamaan

dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi

sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu

dimulai dengan dosis rendah dan kemudian dinaikan secara bertahap

sesuai dengan respon kadar glukosa darah (Perkeni, 2015).

2.2.5 Cara Penilaian Patuh dan Tidak Patuh

Kuisioner kepatuhan penggunaan obat MMAS-8 dengan masing-masing

nilai pertanyaan 0-1. Nilai akhir 0 menunjukan tingkat kepatuhan responden

“tinggi”, nilai akhir 1-2 menunjukan tingkat kepatuhan responden “sedang”

dan skor akhir >2 menunjukan tingkat kepatuhan responden “rendah” serta

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

23

untuk mengetahui patuh atau tidaknya responden bisa dilihat ddari kepatuhan

pengambilan obat digunakan rumus MPR (Medication Possession Ratio) yang

dirumuskan sebagai jumlah hari perolehan obat dibagi dengan jumlah hari

terlewat mengambil obat ditambah jumlah perolehan obat terakhir. Nilai

perhitungan MPR <0,8 mennjukan bahwa pengambilan obat kembali tidak

teratur dan kepatuhan pasien yang rendah (Srikartika, Cahya, & Wahyu

Herdianti , 2016).

2.2.6 Hubungan Pengetahuan dan Kepatuhan Pengobatan Diabetes

Pengetahuan seseorang khususnya tentang pengetahuan mengenai DM

(pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, komplikasi dan pengobatan

seperti obat oral atau injeksi insulin) memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

pengobatan baik secara langsung ataupun tidak langsung karena pengetahuan

merupakan stimulus terhadap tindakan. Sebuah tindakan atau perilaku yang

didasari dengan pengetahuan akan lebih bertahan lama dibandingan dengan

suatu perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan yang baik memiliki pengaruh terhadap perawatan yang adekuat

dan secara efektif memungkinkan pasien untuk mematuhi pengobatan. Pasien

DM yang memiliki pengetahuan tentang DM yang baik kemungkinan besar

pasien akan memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap pengobatan yang dia

jalani. Sedangkan pasien yang memiliki pengetahuan yang kurang kemungkinan

besar juga pasien akan kurang mematuhi pengobatan yang di sarankan oleh

petugas kesehatan, bahkan boleh jadi mereka tidak memiliki kepatuhan

pengobatan sama sekali karena mereka merasa tidak ada yang salah dengan apa

yang dilakukannya. Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan dapat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

24

menyebabnya buruknya hasil terapi, kontrol glikemik yang buruk, beresiko

untuk mengembangkan komplikasi DM dan peningkatan rawat inap serta

kematian.

2.3 Konsep Diabetes Mellitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang

disebabkan karena pangkreas tidak bisa menghasilkan insulin yang cukup

atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkan oleh pangkreas, insulin sendiri merupakan hormon yang

berfungsi mengatur glukosa darah yang ada didalam tubuh (Infodatin,

2018). DM merupakan suatu jenis penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

bisa juga karena kelainan keduanya (Perkeni, 2015).

2.3.2 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Berbagai tanda maupun gejala yang bisa ditemukan pada pasien DM

diantaranya seperti poliuria (frekuwensi buang air kecil yang banyak),

polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering merasa lapar) dan

terjadinya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

adapun keluhan lainnya seperti badan terasa lemah, kesemutan, gatal, mata

kabur dan juga terjadinya disfungsi ereksi pada pria dan pruritus pada

wanita (Perkeni, 2015).

2.3.3 Klasifikasi

1. Diabetes mellitus tipe 1

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

25

DM tipe 1 merupakan diabetes yang bergantung pada insulin dimana

tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilanganya sel beta penghasil

insulin pada pulau-pulau langerhans pangkreas.

1 Diabetes mellitus tipe 2

DM tipe 2 terjadi dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan

seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau

berkuranganya respon sensitifitas insulin.

2 Diabetes tipe lain

DM tipe ini diakibatkan karena akibat dari penyakit lain yang

mempengaruhi produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin.

Penyebab DM semacam ini adalah radang pangkreas (pangkreatitis),

gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis, penggunaan hormon

kortikosteroid, pemakaian obat-obatan antihipertensi dan antikolesterol,

malnutrisi dan infeksi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

26

3 Diabetes mellitus gestasional (DMG)

Intoleransi glukosa terjadi dan yang pertama kali ditemukan saat

hamil. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada

ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Padila, 2018).

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah atau

gula darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara

enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena. Pemantauan dari

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan glukosa

darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis DM tidak bisa ditegakkan atas

dasar adanya glukosuria. Adapun kriteria diagnosis DM meliputi :

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak

ada asupan kalori minimal 8 jam

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah dilakukan tes toleransi

glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan adanya keluhan

klasik

4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang telah

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Hasil periksaan laboratorium yang tidak memenuhi kriteria DM digolongkan ke

dalam kelompok prediabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT)

dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

27

1. GDPT : hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan

pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140 mg/dl

2. TGT : hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199

mg/dl dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dl

3. Diagnosis prediabetes bisa juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan

HbA1c antara 5,7-6,4%

Diagnosis DM dikelompokkan kedalam beberapa katagori diantaranya normal,

prediabetes dan diabetes (Perkeni, 2015).

HbA1c (%) Glukosa darah

puasa (mg/dL)

Glukosa plasma 2 jam

setelah TTGO (mg/dl)

Normal < 5,7 < 100 < 140

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 124 mg/dL ≥ 200 mg/dL

Tabel 2.3.4 Diagnosis DM

2.3.5 Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya DM tipe 2 diantaranya :

1. Umur

Semakin bertambahnya umur seseorang maka angka kejadian DM

tipe 2 semakin tinggi karena seiring bertambahnya usia maka sistem tubuh

akan mengalami penurunan tanpa terkecuali sistem endokrin. Peningkatan

usia mengakibatkan kondisi resistensi pada insulin yang mengakibatkan

tidak stabilnya level glukosa darah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

28

2. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita DM karena

fisik wanita memiliki peluang mengalami peningkatan indeks masa tubuh

yang lebih besar dan juga kondisi hormonal perempuan yang membuat

lemak dalam tubuh menjadi mudah terakumulasi (Willaer, 2016).

3. Tingkat Pendidikan

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi biasanya akan lebih

banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan dan dengan pengetahuan

yang dimilikinya maka seseorang yang memilki pengetahuan yang tinggi

akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Orang dengan

pengetahuan tinggi cenderung tidak terkena penyakit DM tipe 2

4. Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat DM memiliki

kemungkinan sebesar 10 kali lipat menderita DM tipe 2 dibandingakn

orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga DM pada keluarganya

5. Kebiasasan Merokok

Kebiasaan yang buruk seperti merokok dapat mempengaruhi

ketebalan plasma diding pembuluh darah (aterosklerosis), dapat

menyebabkan komplikasi kardiovaskuler, peningkatan prevalensi

metabolik sindrom serta peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang juga

dapat beresiko menurunkan HDL (Hight Density Lipoprotein) dan

meningkatkan kolestrol, tingginya trigliserida dan peningkatan lingkar

pinggang

6. Indek Massa Tubuh (IMT)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

29

IMT yang terlalu tinggi atau obesitas bisa menyebabkan peningkatan

asam lemak atau free fatty acid (FFA). Peningkatan FFA akan menyebabkan

turunya pengambilan glukosa kedalam membran plasma dan juga akan

menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada jaringan otot dan adiposa

7. Hipertensi

Hipertensi bisa menyebabkan pendistribusian glukosa pada sel tidak

berjalan secara optimal sehingga akan terjadi akumulasi glukosa dan

kolestrol di dalam darah. Sebaliknya jika kondisi tekanan darah berada

pada rentan normal maka glukosa darah akan terjaga dalam rentan normal

pula karena insulin bersifat sebagai zat pengendalian dari sistem renin dan

angiotensin, kadar insulin yang cukup bisa menyebabkan tekanan darah

terjaga. Seseorang dengan tekanan darah diatas 120/90 mmHg akan

beresiko diabetes 2 kali lipat dibandingan orang dengan tekanan darah

normal

8. Pola Makan

Pola makan adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam

menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan stabil dan tidak beresiko

menimbulkan DM. Pola makan yang tidak tepat seperti mengkonsumsi

karbohidrat dan ketidakseimbangan konsumsi dengan kebutuhan energi

akan menimbulkan terjadinya hiperglikemia yang jika dibiarkan terus

menerus akan beresiko terjadinya DM

9. Aktifitas Fisik dan Olahraga

Aktifitas fisik dapat mempengaruhi peningkatan insulin sehingga

kadar glukosa darah akan berkurang. Apabila produksi insulin tidak

mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka berakibat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

30

terjadi DM. Berolahraga dan melakukan aktivitas fisik dapat membantu

menurukan berat badan serta membuat sensifitas insulin meningkat,

membuat aliran darah lancar, dengan lancarnya aliran darah angka kejadian

DM dapat menurun sebanyak 50 persen (Isnaini & Ratnasari, 2018).

2.3.6 Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang sasarannya tutujukan pada

kelompok yeng memiliki faktor resiko, yaitu mereka yang belum

terkena akan tetapi mereka berpotensi untuk terkena DM dan

kelompok dengan intoleransi glukosa.

Tindakan yang dilakukan untuk upaya pencegahan primer meliputi :

penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini

mungkin, materi penyluhan meliputi :

a. Program penurunan berat badan

1. Diet yang sehat

2. Pengaturan jumlah asupan kalori yang ditujukan untuk mencapai

berat badan yang ideal

3. Karbohidrat yang komplek merupakan sebuah pilihan dan diberikan

secara terbagi atau terpisah dan seimbang sehingga menyebabkan

glukosa darah yang tinggi setelah makan

4. Komposisi diet yang sehat yaitu mengandung sedikit lemak jenuh

dan tinggi serat larut

b. Latihan jasmani

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

31

Latihan jasmani yang disarankan yaitu latihan dikerjakan setidaknya 150

menit setiap minggu dengan melakukan latihan aerobic dengan

tingkatan sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal) atau 90

menit setiap minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut

jantung > 70% maksimal). Latihan jasmani terbagi menjadi 3-4 kali

dalam seminggu.

c. Berhenti melakukan kebiasaan merokok

d. Pada kelompok yang memiliki resiko tinggi dibutuhkan intervensi

farmakologis

2. Pencegahan sekunnder

Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah ataupun

menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang sudah terdiagnosis

DM. Tindakan pada pencegahan sekunder dilakukan dengan

melakukan pengendalian kadar glukosa yang sesuai dengan target terapi

dan dilakukan pengendalian faktor resiko penyulit yang lainnya dengan

pemberian pengobatan seoptimal mungkin. Melakukan upaya deteksi

dini adanya penyulit merupakan sebuah bagian dari pencegahan

sekunder tindakan ini dilakukan pada awal pengelolaan penyakit DM.

Program penyuluhan memiliki peranan penting untuk meningkatkan

kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan yang telah

dibuat sehingga program tersebut mencapai target terapi yang

diharapkan. Program penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama

dan perlu dilakukan pengulangan pada pertemuan berikutnya.

3. Pencegahan tersier

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/63968/3/BAB II.pdf · terganggu untuk melakukan kewajiban mengkonsumsi obat b. Faktor intrapersonal (jenis

32

Pencegahan tersier memiliki sasaran khusus yaitu kelompok dengan

penyandang DM yang telah mengalami penyulit dalam mencegah

terjadinya kecacatan lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup.

Upaya rehabilitasi pada kelompok dengan DM dilakukan sedini

mungkin, sebelum terjadinya kecacatan yang menetap. Pada upaya ini

tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga pasien, misalnya

materi penyuluhan tentang sebuah upaya rehabilitasi yang bisa

dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal (Perkeni, 2015).

2.3.7 Pengobatan dan Penanganan Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada penderita DM tipe 2, penatalaksanaan pengobatan yaitu dengan

menerapkan pola hidup sehat, mengurangi berat badan, diet yang sehat, dan

berolahraga. hal ini merupakan sebuah penanganan yang difokuskan pada

gaya hidup dan aktifitas fisik. Pengontrolan tingkat kadar glukosa darah

merupakan kunci program pengobatan, sebagai langkah pengontrolan

glukosa darah dapat diberikan obat anti hiperglikemia oral atau oral anti

diabetes (OAD) yang dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi,

atau dilakukan pemberian injeksi insulin (Perkeni, 2015).