BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi 2.1.1 Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19636/3/Chapter II.pdf · ... penggunaan kata tersebut dalam arti umum ... menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Evaluasi

    2.1.1 Pengertian Evaluasi

    Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana

    penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada

    orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih

    rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau

    juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 45).

    Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan

    suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,

    memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh

    lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-

    kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi

    keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau

    penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

    Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif

    dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi

    tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan

    di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari

    segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur

    manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen

    lainnya, yaitu perencanaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    Selain itu menurut Jones evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk

    menimbang manfaat program dalam spesifikasi 24riteria, teknik pengukuran, metode

    analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357). Selanjutnya Weiss (dalam

    Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata 24riteri yang meliputi

    segala macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah

    suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati suatu

    fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dan 24riteria. Evaluasi dilakukan untuk

    dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang

    dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk

    menjadi acuan perbaikan di masa mendatang.

    Dalam kajiannya tentang pelayanan sosial, Boyle (dalam Suharto, 2005:120).

    Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output), hasil

    (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana stategis. Oleh karena

    itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan akuntabel dan harus disertai dengan

    penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi:

    1. Sosial masukan

    2. Sosial keluaran

    3. Sosial hasil

    Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa yang

    sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan demikian

    evaluasi bertujuan untuk:

    1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan

    2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

    3. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang

    mungkin terjadi diluar sosial.

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    Dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai proses penilaian terhadap

    pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini dibuat dengan cara membandingkan

    berbagai bukti yang berkaitan dengan program yang telah sesuai dengan 25riteria

    yang ditetapkan dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan

    diimplementasikan.

    2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi

    Jika dilihat dari pentahapannya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi

    tiga jenis, yaitu:

    1. Evaluasi tahap perencanaan

    Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba

    memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan

    kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan

    sebelumnya.

    2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

    Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa

    untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan

    rencana. Terdapat perbedaan antara konsep menurut penelitian ini dengan

    monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang

    ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk

    dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat

    pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana

    tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat

    sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuan, apakah tujuan

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan

    memecahkan masalah yang akan dipecahkan.

    3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

    Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya

    terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat

    kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan

    dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh

    pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin

    dicapai (Suharto, 2006: 12).

    2.1.3 Fungsi Evaluasi

    Evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan, yaitu:

    1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai

    kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

    yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi

    mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu

    telah dicapai.

    2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-

    nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

    mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

    3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

    kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

    Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang dapat memberi

    sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan (Wahab, 2002: 51).

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan di atas, maka

    dapatlah kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses yang

    dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.

    Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai

    oleh program tersebut.

    Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi dan intinya masih berhubungan

    erat atau masih mencakup evaluasi itu sendiri yaitu:

    1. Measurement, pengukuran yang diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk

    menentukan luas atau kuantitas untuk mendapatkan informasi atau data berupa

    skor mengenai prestasi yang telah dicapai pada periode tertentu dengan

    menggunakan berbagai teknik dan alat ukur yang relevan.

    2. Test, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau

    latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi-

    potensi sebagai hasil pembelajaran.

    3. Assessment, Suatu proses pengumpulan data atau pengolahan data tersebut

    menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan (Dunn, dalam Suharto 2008:8).

    2.1.4 Proses Evaluasi

    Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh

    karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana evaluasi

    program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek tidak jarang ditemukan

    suatu evaluasi terhadap suatu program justru memunculkan ketidakjelasan fungsi

    evaluasi, institusi, personal yang sebaiknya melakukan evaluasi dan biaya untuk

    evaluasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    Dalam melakukan proses evaluasi ada beberapa etika birokrasi yang perlu

    diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-tugas evaluasi,

    antara lain:

    1. Suatu tugas atau tanggung jawab, maka pemberi tugas atau yang

    menerima tugas harus jelas

    2. Pengertian dan konotasi yang sering tersirat dalam evaluasi adalah

    mencari kesalahan harus dihindari.

    3. Pengertian evaluasi adalah untuk membandingkan rencana dalam

    pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kuantitatif totalis

    program secara teknik, maka dari itu hendaknya ukuran-ukuran kualitas

    dan kuantitas tentang apa yang dimaksud dengan berhasil telah

    dicantumkan sebelumnya dalam rencana program secara eksplisit.

    4. Tim yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran atau nasehat kepada

    manajemen, sedangkan pendayagunaan saran atau nasehat serta pembuat

    keputusan atas dasar saran atau nasehat tersebut berada di tangan

    manajemen program.

    5. Dalam pengambilan keputusan yang telah dilakukan atas data-data atau

    penemuan teknis perlu dikonsultasikan secermat mungkin karena

    menyangkut banyak hal tentang masa depan proyek dalam kaitan dengan

    program.

    6. Hendaknya hubungan dengan proses harus didasari oleh suasana

    konstruktif dan objektif serta menghindari analisa-analisa subjektif.

    Dengan demikian evaluasi dapat ditetapkan sebagai salah satu program

    yang sangat penting dalam siklus manejemen program.

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    2.2 Program

    2.2.1 Pengertian Program

    Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya

    program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk

    dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi

    pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.

    Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan

    pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara

    lain adalah:

    1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

    2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan

    itu

    3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui

    4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

    5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

    Unsur keduanya yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah

    adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang

    tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan

    adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan

    manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal

    dilaksanakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    2.2.2 Pelaksanaan Program

    Untuk dapat memahami pengertian dari pelaksanaan, Wahab (1991:51),

    merumuskan pengertian pelaksanaan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

    individu-individu atau pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintahan atau

    swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam

    kebijakan.

    Berhasiltidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur

    pelaksananya. Unsur pelaksana itu merupakan unsur ketiga. Pelaksana penting

    artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan

    bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan.

    2.2. 3 Tolak Ukur Evaluasi Program

    Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bisa dijadikan

    penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak

    berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur

    yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.

    Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:

    1. Apakah hasil suatu proyek sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

    2. Kesediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut

    3. Apakah sarana atau kegiatan benar-benar dapat dicapai atau dimanfaatkan

    oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkan

    4. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan

    semula

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    5. Berapa persen jumlah atau luas sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau

    oleh program

    6. Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan oleh program

    (kualitas hidup, kualitas barang)

    7. Berapa banyak sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar

    dimanfaatkan secara maksimal

    8. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar memberikan masukan

    terhadap perubahan yang diinginkan.

    2.3 Program BLT

    2.3.1 Pengenalan Program BLT dan Mekanisme Pelaksanaannya

    Program BLT adalah program kompensasi jangka pendek yang dikeluarkan

    oleh pemerintah dan mempunyai tujuan yang utamanya adalah untuk membantu

    masyarakat yang tergolong miskin, lebih tepatnya membantu rumah tangga yang

    tergolong miskin, karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dalam negeri.

    BLT adalah program kompensasi jangka pendek dengan maksud, agar tingkat

    konsumsi Rumah Tangga Sasaran, yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin,

    miskin dan dekat dengan miskin (near poor), tidak menurun pada saat terjadinya

    kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri. Dengan demikian walaupun

    program BLT bukan satu-satunya program yang berkenaan dengan pemecahan

    masalah kemiskinan, diharapkan dapat mendorong penanggulangan tingkat

    kemiskinan, khususnya saat terjadi kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok menuju

    keseimbangan yang baru.

    Program BLT pertama kali dilaksanakan pada tanggal 10 September 2005,

    dimana pembahasan ini dilanjutkan pada taraf pelaksanaan melalui rapat koordinasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    tingkat menteri pada tanggal 16 September 2005, yang memandang bahwa

    pelaksanaan BLT sudah siap dilaksanakan, maka berlangsunglah program ini pada

    bulan Oktober (http://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-

    ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalingga) diakses pada tanggal 03 Oktober

    2009 pukul 17.45.

    BLT disalurkan tahun 2008 berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2008 tentang

    Pelaksanaan BLT untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Program BLT ini

    dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu:

    1. Proses pembagian kartu dan vertifikasi awal rumah tangga sasaran oleh

    PT POS, BPS dan aparat desa/kelurahan.

    2. Proses vertifikasi menyeluruh

    3. Penetapan direktori baru rumah tangga sasaran oleh BPS

    4. Proses sosialisasi

    5. Proses penyaluran dana

    BLT adalah sejumlah uang tunai yang diberikan pemerintah kepada rumah

    tangga yang termasuk dalam kategori miskin, BLT dibagikan kepada Rumah Tangga

    Sasaran dalam kurun waktu pertiga bulan sebesar Rp 300.000. Adapun tujuan dari

    BLT adalah untuk membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi

    kebutuhan dasarnya, serta mencegah penurunan taraf hidup atau kesejahteraan

    masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi dan juga meningkatkan tanggung jawab

    sosial bersama (http://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-

    ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalingga). Harapan pemerintah pada

    masyarakat penerima BLT adalah dapat dan mampu memanfaatkan dengan sebaik-

    baiknya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalinggahttp://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalinggahttp://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalinggahttp://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-btl-2005-sejumlah-ketua-rt-mundur-di-bayumas-dan-purbalingga

  • 33

    Kebijakan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak ini juga dilanjutkan

    dengan kebijakan lain, seperti pemberdayaan melalui Program Nasional

    Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sehingga skema perlindungan sosial

    bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai dengan

    potensi yang dimiliki. Pada tahun 2005-2006 pemerintah melaksanakan skema

    Program Kompensasi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM)

    meliputi:

    1. Bidang pendidikan, untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun

    melalui pemberian Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan Bantuan

    Khusus Murid (KBM)

    2. Bidang kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

    melalui sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi

    layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan

    penunjang lainnya. Bidang infrastruktur di desa tertinggal (jalan,

    jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan

    penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan).

    Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara R.E Nainggolan mengemukakan

    sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No 3 Tahun 2008 tanggal 14

    Mei 2008 tentang Pelaksanaan BLT kepada rumah tangga miskin, maka terdapat

    beberapa hal penting yang perlu dipahami dan dipedomani, yaitu :

    1. Badan Pusat Statistik Provinsi agar memperhatikan petunjuk Pelaksanaan

    Penetapan Rumah Tangga Sasaran Tahun 2008 yang diterbitkan oleh

    BPS, agar tetap berkoordinasi dengan aparat pemerintah daerah dalam hal

    ini Lurah/Kepal Desa dan Camat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    2. PT Pos Indonesia Cabang Medan agar memperhatikan petunjuk

    Pendistribusian Kompensasi Bahan Bakar Minyak Tahun 2008 yang

    diterbitkan oleh PT Pos Indonesia, yang dalam pendistribusian ini

    diharapkan dapat bekerja sama dengan aparat Desa/Kelurahan dan

    melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu Karang Taruna

    Siaga Bencana dan tokoh masyarakat.

    3. Pemerintah Kota Medan, diharapkan melakukan koordinasi dengan

    Musyawarah Pimpinan Daerah Kota Medan dan para Camat serta Lurah

    agar mendukung kelancaran pelaksanaan program BLT.

    4. Kepada Bapak Kapolda Sumut, diminta untuk menghimbau seluruh

    jajarannya melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap sasaran

    penerima BLT atau Rumah Tangga Sasaran dan Badan Infokom Provinsi

    Sumatra Utara, agar mesosialisasikan program BLT Rumah Tangga

    Sasaran kepada seluruh masyarakat Sumatra Utara melalui media massa

    dan media elektronika.

    5. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, diharapkan melaksanakan

    monitoring dan evaluasi guna mengidentifikasi berbagai hal yang muncul

    dalam pelaksanaan BLT sehingga memberi kesempatan kepada

    pelaksanaan program untuk melakukan perbaikan yang diperlukan .

    6. Guna mengetahui kesiapan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam

    Peluncuran Program BLT bagi rumah tangga sasaran, diminta kepada

    BPS Sumut, PT Pos Indonesia (Persero) Cabang Medan dan Kepala Dinas

    Sosial Provinsi Sumatera Utara memaparkan persiapan pelaksanaan

    peluncuran BLT Rumah Tangga Sasaran

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    (http://wwwbainfokomsumut.go.id/open.php?id=391&db=artikel) diakses

    10 oktober 2009, pukul 17.30 Wib).

    Kepala Dinas SU mengatakan bahwa jumlah dana yang harus disalurkan

    adalah Rp. 26.142.600,- ke 21 Kecamatan dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS)

    87.142 KK. Penyaluran BLT ini juga akan dilanjutkan setelah 3 bulan tahap I selesai.

    Apapun Panduan Operasional Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga

    Sasaran adalah sebagai berikut :

    1. Petunjuk Pelaksanaan Pendapatan RTS tahun 2008 yang diterbitkan oleh

    Badan Pusat Statistik (BPS).

    2. Petunjuk Pendistribusian Kartu Konpensasi diterbitkan oleh PT Pos

    Indonesia.

    3. Petunjuk teknis tentang Pelaksanaan Penyaluran BLT Kepada Rumah

    Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan

    Bakar Minyak yang diterbitkan oleh Departemen sosial.

    4. Petunjuk teknis pengendalian BLT di daerah kepada Rumah Tangga

    Sasaran yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri.

    Sedangkan tahapan penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran

    adalah sebagai berikut :

    1. Penyiapan Data Rumah Tangga Sasaran Oleh BPS Pusat

    2. Daftar nama dan alamat diolah dan disimpan oleh databesed

    3. Nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran diberikan ke PT. Pos Indonesia

    4. PT. Pos Indonesia tidak diperkenankan melakukan perubahan data

    5. PT. Pos Indonesia mencetak Kartu Kompensasi Bahan Bakar Minyak (KKB)

    sesuai data

    6. KKB ditandatangani oleh Menteri Keuangan RI

    Universitas Sumatera Utara

    http://wwwbainfokomsumut.go.id/open.php?id=391&db=artikel

  • 36

    7. Departemen sosial menempatkan dana BLT di Rekening Giro Departemen

    Sosial di Kantor Cabang BRI dan memerintahkan BRI memindahbukukan

    dana BLT ke Rekening Giro Kantor Pos di Kantor Cabang BRI seluruh

    Indonesia

    8. Kartu yang dicetak didistribusikan langsung kepada Rumah Tangga Sasaran

    9. Pemegang kartu mendatangi lokasi kantor bayar/kantor pos yang ditunjuk

    sesuai informasi dalam kartu yang ditentukan kantor pos

    10. Pembayaran dilakukan atas dasar kepemilikan kartu

    11. PT. Pos Indonesia menyampaikan laporan bulanan ke Departemen Sosial

    Kepala BPS Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA, mengemukakan

    bahwa Pemerintah saat ini akan berupaya menurunkan jumlah penduduk miskindari

    16,7% pada tehun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Strategi utama yang

    ditempuh pemerintah adalah dengan cara meningkatkan pendapatan penduduk, dan

    menurunkan beban hidup penduduk miskin. Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA

    mengemukakan, bahwa penerimaan BLT dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

    kriteria, yaitu :

    1. Secara konseptual, RTS adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 9

    kriteria dari 14 kriteria miskin yang telah disepakati dan ditetapkan.

    2. RTS terdiri dari tiga kelompok, yaitu RTS sangat miskin (memenuhi 13-14

    kriteria), RTS miskin (memenuhi 11-12 kriteria), dan RTS mendekati

    miskin (memenuhi 9-10 kriteria).

    3. Pemenuhan kriteria/variable Rumah Tangga Sasaran pada batas kebutuhan

    dasar minimal yang dinyatakan dalam ukuran garis kemiskinan yaitu

    sejumlah rupiah yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat memenuhi

    kebutuhan dasar makanan dan non-makanan

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    Pengelompokan rumah tangga sasaran berdasarkan pendapatan menurut

    beliau dapat dikelompokkan menjadi Rumah Tangga Tidak Miskin Rp. 120.000/

    jiwa / bulan (http://www.binfokomsumut.go.id/open.php?=391&db=artikel) diakses

    10 oktober 2009, pukul 18.00.

    Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program BLT, BPS pun

    telah menetapkan 14 kriteria keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh

    Departemen Komunikasi dan Informasi 2005, rumah tangga yang memiliki cirri

    rumah tangga miskin yang berhak adalah rumah tangga yang memiliki cirri-ciri

    seperti disajikan pada tabel 2.1 berikut :

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.binfokomsumut.go.id/open.php?=391&db=artikel

  • 38

    Tabel 2.1

    Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik

    No Variabel Kriteria Rumah Miskin

    1 Luas lantai bangunan tempat tinggal

    Kurang dari 8 meter per orang

    2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal

    Bambu/kayu bekualitas rendah atau kayu murahan

    3 Jenis dinding tempat tinggal Bambu/rumbiah, kayu berkualitas rendah, tembok tanpa diplester

    4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak memiliki WC sendiri atau WC umum digunakan secara bersama-sama

    5 Sumber penerangan rumah tangga Tidak menggunakan listrik

    6 Sumber air minum Air sungai, air hujan

    7 Bahan bakar untuk memasal sehari-hari

    Kayu bakar, arang, minyak tanah

    8 Konsumsi daging/susu ayam perminggu

    Satu kali dalam satu minggu

    9 Pembelian baju baru untuk setiap ART dalam setahun

    Satu kali dalam satu tahun

    10 Makanan untuk sehari dalam setiap ART

    Satu atau dua kali dalam satu hari

    11 Kemampuan untuk membayar ke puskesmas/poliklinik

    Tidak mampu menanggulangi sendiri biaya berobat ke dokter, klinik atau puskesmas

    12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga

    Petani dengan luas lahan 0,5 ha buruh tani perkebunan atau pekerja lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000/bulan

    13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga

    Tidak sekolah, tidak tamat SD, hanya tamat SD

    14 Kepemilikan aset tabungan Tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    2.3.2 Organisasi Pelaksanaan Penyaluran Dana BLT

    Pelaksanaan program BLT adalah Departemen Sosial selaku Kuasa

    Penggunaan Anggaran dibantu oleh pihak-pihak terkait yang telah ditetapkan dengan

    Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Program Bantuan

    Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran. Penyaluran BLT kepada Rumah Tangga

    Sasaran merupakan suatu bentuk kerja sama yang didasarkan pada fungsi dan tugas

    pokok masing-masing, sehingga lembaga bertanggung jawab terhadap kelancaran

    bidang tugas masing-masing. Bentuk kerja sama ini dimaksudkan untuk

    mempercepat proses penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran atau

    kelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.

    Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka masing-masing

    lembaga saling berkoordinasi dan dalam program BLT difasilitasi penyediaan Unit

    Pelaksanaan Program BLT. Tugas pokok dan tanggung jawab dari masing-masing

    instansi dapat dilihat dari Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang

    pelaksanaan program BLT untuk Rumah Tangga Sasaran yang dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    1. Departemen Sosial

    Departemen sosial memiliki kewajiban untuk menyiapkan dana

    berdasarkan daftar nominatif dan menyampaikan Surat Perintah kepada

    Pos Indonesia untuk membayar dana BLT untuk Rumah TAngga Sasaran.

    Setelah itu kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) Tbk untuk

    menyalurkan dana tersebut sesuai dengan daftar nominatif penerima BLT

    yang disampaikan oleh Pusat Biro Statistik (BPS). Untuk kejelasan

    bagaimana proses penyalurannya, Departemen sosial berkewajiban untuk

    membuat dan menyusun petunjuk teknis penyaluran BLT bersama dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    Bappenas, Menko Kesra, Depdagri, BPS, PT. Pos Indonesia (Persero) dan

    PT. BRI (Persero) Tbk. Sebagai penanggungjawab kepada pemerintah,

    Departeman Sosial berkewajiban membuat laporan pelaksanaan kepada

    Presiden RI tentang Pelaksanaan Penyaluran dana BLT kepada Presiden

    RI.

    2. Kewajiban PT Pos Indonesia (Persero)

    Adapun kewajiban dari PT. Pos Indonesia untuk program BLT dalam

    rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak adalah

    penyimpanan rekening giro utama di Bank Cabang Indonesia Veteran.

    Berdasarkan anggaran dari Departemen Sosial yang akan disalurkan

    kepada rekening Giro. Kantor Pos mencetak dan menyalurkan Kartu

    Kompensasi BBM (KKB) ke KRPK (Kantor Pos Pemerintah) seluruh

    Indonesia berdasarkan daftar nominatif, selanjutnya KPRK menyalurkan

    KKB kepada rumah tangga sasaran bekerjasama dengan aparat desa

    setempat, TKSM (tenaga kesejahteraan sosial masyarakat) dan aparat

    keamanan dan aparat keamanan bila diperlukan. Dalam hal ini PT. Pos

    Indonesia juga harus melaporkan realissasi penyaluran KKB kepada

    Departemen Sosial dan selanjutnya menyampaikan rencana penyaluran

    Dana BLT.

    3. Kewajiban Bank Rakyat Indonesia

    Bank Rakyat Indonesia memiliki peran untuk menyiapkan dana BLT. PT

    Pos Indonesia dan BRI juga membebaskan dana administrasi pembukaan

    rekening dan membedakan atas kewajiban setoran pertama dalam

    pembukuan giro di Kantor Cabang BRI Jakarta Veteran dan Kantor

    Cabang BRI seluruh Indonesia. Demi kelancaran dalam proses

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    penyaluran dan segala administrasi BLT, BRI memberikan kemudahan

    kepada PT Pos Indonesia untuk untuk memindahbukukan dana dari

    rekening Giro Kantor Pos seluruh Indonesia. Sebagai bentuk kewajiban

    dan tanggung jawab, BRI juga menyampaikan laporan keuangan mutasi

    rekening Giro utama dari Giro kantor Pos melalui layanan tunai

    manajemen BRI.

    4. Kewajiban Badan Pusat Statistik

    Lembaga ini memiliki peranan dan kewajiban untuk menyediakan data

    rumah tangga sasaran penerima BLT yang dikategorikan rumah tangga

    sangat miskin, dan rumah tangga miskin. Untuk menyediakan data

    tersebut dilakukan data terakhir (up dating) di lapangan, verivikasi dan

    evaluasi Rumah Tangga Sasaran oleh petugas. BPS juga memiliki

    kewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan program BLT sesuai

    dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.

    5. Kewajiban Dinas Sosial/Instansi Pemerintah Provinsi

    Pada tataran dinas /Instansi sosial Provinsi untuk proses program BLT

    tersebut, berkewajiban mengelola unit pelaksanaan BLT pada tingkat

    provinsi dan struktur pelaksanaannya, ketua Pengelola Unit Pelaksana

    Program (UUP) BLT adalah kepala dinas sosial, yang bertugas secara

    intensif selama pelaksanaan program BLT. Melakukan pembinaan,

    supervisor dan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT termasuk unit

    pelaksanaan program BLT di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Juga

    mengkoordinasikan dinas/instansi sosial kabupaten/kota dalam

    pelaksanaan pendampingan terhadap kantor pos pada saat pembagian

    BLT dengan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 42

    6. Kewajiban Dinas/Instansi Kabupaten Kota

    Pada tingkat jajaran dinas atau instansi sosial Kabupaten/Kota, pada

    proses penyaluran BLT memiliki peran dan kewajiban untuk mengelola

    unit pelaksanaan program BLT dan sebagai jabatan yang menduduk i

    struktur organisasi pengelola penyaluran BLT, sebagai ketua pengelola

    UUP BLT adalah kepala dinas /instansi social, sekretaris dan anggota

    ditetapkan pejabat di lingkungan dinas social yang bertugas secara

    intensif selama proses pelaksanaan program bantuan langsung tunai.

    7. Kewajiban Kecamatan (Camat) :

    1. Mengelola UUP BLT pada tingkat kecamatan.

    2. Memantau mitra kerja pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan yang

    akan terlibat secara efektif dalam pendistribusian kartu BLT dan

    penyaluran dana BLT serta pengendalian dan pengamanan di

    lapangan.

    3. Menyelenggarakan pelaksanaan pertemuan koordinasi dengan seluruh

    mitra pada tingkat kecamatan.

    4. Menginformasikan program BLT kepada RTS dan mendukung

    sosialisasi kepada masyarakat umum.

    5. Memantau petugas pos pada saat distribusi kartu BLT untuk sampai

    pada sasaran yaitu RTS.

    6. Melakukan pendampingan dan membantu petugas Pos pada saat

    pembagian kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkan

    tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    7. Memantau penyelesaian masalah oleh desa/kelurahan sesuai dengan

    jenis pengaduan dan tingkat kewenangan melalui instansi terkait,

    termasuk kepada dinas pada tingkat kecamatan.

    8. Membuat laporan pelaksanaan program BLT sesuai dengan tugas dan

    kewenangan yang dimiliki secara berjenjang kepada pihak terkait,

    termasuk kepada dinas sosial kabupaten/kota.

    8. Kewajiban Desa/Kelurahan

    9. Memantau petugas pos pada pencairan atau penerimaan BLT dan

    pendistribusian kartu kepada Rumah Tangga Sasaran

    10. Bersama-sama dengan petugas Pos menentukan pengganti RTS yang

    pindah/meninggal (tanpa ahli waris) atau tidak berhak, melalui

    rembug desa/kelurahan yang dihadiri kepala desa/kelurahan, RT/RW

    tempat tinggal RTS yang diganti, tokoh agama, tokoh masyarakat dan

    Karang Taruna.

    11. Melakukan pendampingan pada petugas pos pada saat pembagian

    kartu BLT dan penyebaran BLT dengan melibatkan tenaga kerja

    kesejahteraan sosial masyarakat.

    12. Mengupayakan penyelesaian yang terjadi (antara lain pada saat

    penetapan RTS, distribusi kartu dan penyaluran BLT) sesuai dengan

    jenis dan tingkat kewenangan.

    2.4 Kemiskinan

    2.4.1 Pengertian Kemiskinan

    Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena bermatra multidimensional.

    Kemiskinan pada umumnya didefenisikan berdasarkan segi ekonomi, khususnya

    Universitas Sumatera Utara

  • 44

    pendapatan, berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-meterial

    yang diterima seseorang. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di

    bawah nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang

    disebut dengan garis kemiskinan (Poverty Line) atau batas kemiskinan (Poverty

    Threshold) (BPS dan Depsos 2002, dalam Suharto, 2005).

    Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

    untuk dipunyai, seperti makanan, pakaian, tempat perlindungan, air minum dan hal-

    hal yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga berarti tidak ada

    akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah

    kemiskinan dan kehormatan yang layak sebagai warga negara, sekaligus juga

    memutus akses terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan,

    kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan

    lingkungan hidup, perlindungan atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat

    untuk berpartisipasi dalam program pembangunan. Selain itu pemenuhan hak dasar

    penduduk dimaksud juga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah, yaitu untuk

    percepatan pembangunan perdesaan, revitalisasi pembangunan perkotaan,

    pengembangan kawasan pesisir serta percepatan pembangunan daerah tertinggal.

    (http://www.menkokesra.co.id/view/163/118/pukul 20.17 tanggal 15 oktober 2009)

    Ada tiga tipe orang miskin berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh

    setiap orang dalam setiap tahun, yaitu :

    1. Miskin

    Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras

    adalah 320 kg/orang/tahun.

    2. Sangat miskin

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.menkokesra.co.id/view/163/118/pukul%2020.17

  • 45

    Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang berpenghasilan

    jika diwujudkan dalam beras adalah 240 kg/orang/tahun.

    1. Termiskin

    Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras

    adalah 180 kg/orang/tahun (Sayogyo, dalam Suharto, 2006: 11).

    2.4.2 Dimensi Kemiskinan

    Kemiskinan memiliki beberapa cirri, yaitu:

    1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang,

    dan papan).

    2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

    pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

    3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiada inventasi untuk pendidikan dan

    keluarga).

    4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

    5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya

    alam.

    6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

    7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

    berkesinambungan.

    8. Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

    9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

    korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal,

    dan terpencil) (Suharto, 2006: 14).

    Universitas Sumatera Utara

  • 46

    Menurut David Cox, kemiskinan dapat dibagi ke dalam beberapa dimensi,

    yaitu:

    1. Kemiskinan yang diakibatkan oleh globalisasi

    Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang adalah

    negara yang maju, dan negara yang sedang berkembang jadi

    terpinggirkan oleh persaingan pasar bebas yang merupakan pasar

    globalisasi.

    2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan

    Kemiskinan substansi (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),

    kemiskinan perdesaan (kemiskinan akibat peminggiran perdesaan dalam

    proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan akibat hakekat

    dan percepatan pertumbuhan perkotaan).

    3. Kemiskinan sosial

    Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak dan kelompok minoritas

    4. Kemiskinan konsekuensional

    Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor

    eksternal

    Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin itu adalah :

    1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri

    2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

    dengan kekuatan sendiri

    3. Tingkat pendidikan umumnya rendah

    4. Banyak di antara mereka yang tidak mempunyai fasilitas

    5. Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan

    atau pendidikan yang memadai

    Universitas Sumatera Utara

  • 47

    6. Makan dus atau sehari sekali tetapi jarang makan telur atau makan daging

    (makanan yang bergizi)

    7. Tidak bisa berobat karena sakit

    8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau

    dipimpin kepala keluarga perempuan (Suyanto, 1995:25).

    2.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan

    Adapun yang menjadi penyebab kemiskinan adalah :

    1. Kemiskinan karena kolonialisme

    Kemiskinan ini terjadi karena penjajahan yang dilakukan oleh suatu

    bangsa lain, sehingga bangsa yang dijajah menjadi tertindas, baik di

    bidang ekonomi, politik dan sebagainya.

    2. Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural

    Hal ini berkaitan dengan suku bangsa tertentu yang kental

    kebudayaannya, seperti suku kubu di Sumatera, suku Dayak di pedalaman

    Kalimantan.

    3. Miskin karena terisolir

    Seorang menjadi miskin karena tempat tinggalnya jauh dari keramaian

    sehingga sulit berkembang.

    d. Miskin strutural

    Adalah kemiskinan yang ditenggarai karena kondisi struktural atau

    tatanan kehidupan yang menguntungan. Kemiskinan ini disebabkan juga

    oleh persaingan yang tidak seimbang antar negara atau daerah yang

    mempunyai keunggulan komparatif (Suyanto, 1995:23).

    Universitas Sumatera Utara

  • 48

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyebab kemiskinan

    adalah :

    1. Sikap dan pola pikir yang rendah dan malas untuk bekerja

    2. Kurang keterampilan

    3. Adanya diskriminasi antara orang kaya dengan orang miskin

    4. Pendidikan yang rendah

    5. Fakto alam/lahan sempit

    6. Tidak dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

    Manusia setempat

    7. Populasi penduduk yang tinggi

    8. Belenggu adat dan kebiasaan

    2.5 Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program

    Seperti kita ketahui bahwa salah satu tujuan nasional adalah memajukan

    kesejahteraan umum. Disamping itu Pasal 34 UUD 1945 menegaskan bahwa fakir

    miskin dan anak terlantar dipelihara oleh 48egara. Kedua pernyataan ini merupakan

    bukti keberadaan Indonesia sebagai 48egara kesejahteraan (welfare state). Dengan

    demikian memenuhi kebutuhan hidup selain merupakan kewajiban masyarakat juga

    merupakan haknya, dimana 48egara di dalamnya memiliki kewajiban untuk itu.

    Program BLT adalah hak warga 48egara, khususnya RTS. Oleh karena itu,

    jika negara telah menetapkan BLT sebagai kebijakan, maka wajib diterima oleh

    warga negara yang berhak. Agar hak tersebut sampai kepada masyaratak sasaran,

    maka pekerja sosial mestinya menjalankan peran sebagai berikut :

    1. Edukator

    Universitas Sumatera Utara

  • 49

    Dalam menjalankan peranan sebgai pendidik (educator),pekerja publik di

    harapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik.

    Pekerja publik harus mampu berbicara di depan publik untuk

    menyampaikna informasi mengenai beberapa hal tertentu sesuai bidang

    yang ditanganinya.

    2. Broker

    Seorang broker berperan dalam menghubungkan individu ataupun

    kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun

    layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu dimana dan

    bagaimana mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat dikatakan

    menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang

    satu (klien) dengan pihak pemilik sumber daya.

    3. Social Planner

    Seseorang perencanaan sosial mengumpulkan data mengenai masalah

    sosial yang terdapat dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan

    menyajikan data alternatif tindkan yang rasional untuk menangani

    masalah tersebut setelah itu perencana sosial mengembangkan program,

    mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembangkan

    konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun

    kepentingan.

    4. Expert

    Dalam kaitannya dengan peranan seorang community worker sebgai

    tenaga ahli (expert), ia lebih banyak memberikan saran dan dukungan

    informasinya dalam berbagai bidang. Seorang expert harus sadar bahwa

    usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak atau harus mutlak

    Universitas Sumatera Utara

  • 50

    dijalankan masyarakat tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan

    masukan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat ataupun

    organisasi dalam masyarakat tersebut.

    5. Aktivis

    Seorang aktivis adalah seorang community worker yang melakukan

    perubahan institusional yang lebih mendasar dan sering kali tujuannya

    adalah mengalihkan sumber daya ataupun kekuasaan (power) pada

    kelompok yangn kurang mendapatkan keuntungan (disadvantage group),

    dari yang kurang menguntungkan kurang berdaya menjadi lebih mampu

    dan kemudian menjadi kelompok penekan negoisasi (Suharto, 2004: 26)..

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Kenaikan harga bahan bakar minyak mengakibatkan kenaikan harga dari

    berbagai barang dan jasa, termasuk berbagai kebutuhan pokok. Akibatnya terjadi

    penurunan daya beli masyarakat, yang sekaligus mengakibatkan penurunan

    kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ini

    mengakibatkan peningkatan jumlah masyarakat miskin.

    Salah satu kebijakan sosial yang ditetapkan dan diberlakukan pemerintah

    adalah Pemberian BLT. Dalam rangka implementasi kebijakan sosial tersebut,

    Pemerintah telah menetapkan mekanisme pelaksanaan, termasuk di dalamnya syarat-

    syarat bagi penerima.

    Dalam berbagai media sering diberitakan tentang polemik di antara berbagai

    pihak atas kebijakan Pemberian BLT.. Selain itu, tidak jarang diberitakan tentang

    protes masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil atas implementasi kebijakan

    itu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 51

    Sementara polemik atas kebijakan tersebut di antaranya berkenaan dengan

    efektivitas program Pemberian BLT. dalam meningkatkan sosial ekonomi dan

    pemecahan masalah kemiskinan. Ada pihak yang berpendapat bahwa kebijakan

    Pemberian BLT. tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sosial

    ekonomi dan ada pula pendapat yang sebaliknya sebaliknya.

    Selanjutnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini disketsakan dalam

    bentuk bagan alir pikir berikut ini :

    Gambar 1

    Bagan Alir Pikir

    Universitas Sumatera Utara

  • 52

    Kenaikan Harga

    Barang/ Jasa

    Daya Beli Masya-

    rakat Turun

    Masya- rakat

    Miskin Bertam-

    bah

    Pemberian Bantuan Langsung Tunai

    1. Luas lantai bangunan < 8 Meter/orang

    2. Jenis lantai bangunan dari kayu kualitas rendah

    3. Dinding kayu, tembok tanpa plester

    4. Tidak memiliki fasilitas kukus

    5. Tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum non PAM 7. Memasak kayu bakar, arang,

    minyak tanah 8. Konsumsi daging 1

    kali/minggu 9. Beli baju baru 1 kali 1 /

    tahun 10.Makan 1-2 kali perhari

    11.Tidak mampu membayar biaya berobat di Puskesmas

    12.Pendapatan

  • 53

    2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional

    2.7.1 Defenisi Konsep

    Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar

    generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu

    tertentu (Singarimbun, 1987 : 34).

    Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan

    istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan

    persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menghamburkan tujuan

    penelitian, maka disusun defenisi konsep sebagai berikut :

    1. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan member nilai secara objektif

    pencapaian hasil yang direncanakan sebelumnya dimana hasil evaluasi tersebut

    dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang dilakukan di depan.

    2. Program adalah suatu cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan

    adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

    mudah untuk dioprasionalkan.

    3. BLT adalah program kompensasi jangka pendek yang dikeluarkan Pemerintah

    yang tujuann utaman yaitu untuk membantu masyarakat yang tergolong miskin,

    karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dalam negeri.

    2.8.2 Defenisi Oprasional

    Defenisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

    caranya mengukur suatu variable (Singarimbun, 1987 : 46). Dalam hal ini maka

    harus ditentukan terlebih dahulu variabel penelitian. Penelitian ini mengkaji satu

    variabel, yaitu pelaksanaan program BLT. Untuk lebih memudahkan penulis

    Universitas Sumatera Utara

  • 54

    melakukan penelitian tentang variabel penelitian, maka penulis melakukan

    penjabaran atau perincian lebih lanjut tentang pelaksanaan program BLT sesuai

    dengan Buku Pedoman Pelaksanaan Program BLT, yaitu:

    rinci., maka yang menjadi indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah :

    1. Sosialisasi program BLT, dengan ukuran :

    a. Pelaksanaan peran pemerintah kelurahan/kecamatan sebagai sumber

    pertama program BLT.

    b. Pemahaman RTS tentang program BLT

    2. Penerapan syarat menjadi RTS atau penerima BLT, meliputi :

    1. Luas lantai bangunan < 8 Meter/orang

    2. Jenis lantai bangunan dari tanah, bamboo, kayu kualitas rendah

    3. Dinding kayu, tembok tanpa plester

    4. Tidak memiliki fasilitas kakus sendiri

    5. Tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan

    6. Sumber air minum non PAM

    7. Memasak dengan menggunakan kayu bakar, arang, minyak tanah

    8. Konsumsi daging maksimum 1 kali perminggu

    9. Beli baju baru maksimum 1 kali 1 pertahun

    10. Makan 1-2 kali perhari

    11. Tidak mampu membayar biaya berobat di Puskesmas/klinik

    12. Pendapatan < Rp.600.000/bulan

    m. Pendidikan kepala rumah tangga maksimum SD

    n. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai

    minimal Rp. 500.000,-

    3. Pencairan dana, meliputi :

    Universitas Sumatera Utara

  • 55

    a. Ketepatan waktu

    b. Jumlah dana yang diterima utuh

    Universitas Sumatera Utara