40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi Antibiotik Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen kemoterapetik.Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menhambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain- lain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Setiabudy, 2011; Dorland, 2010). 2.1.2 Penggolongan Antibiotik Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host(Kemenkes, 2011). Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia dapat dibedakan sebagai berikut (Kasper et. al 2005, Setiabudi, 2007, Katzung, et. al. 2011) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibiotik

2.1.1 Definisi Antibiotik

Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik

dan agen kemoterapetik.Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan

oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer

untuk menhambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme,

contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain-

lain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai

agen kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia,

hewan dan tanaman.Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang

dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini meluas

meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang

mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Setiabudy,

2011; Dorland, 2010).

2.1.2 Penggolongan Antibiotik

Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa

atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil

mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi

bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun

tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda

inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya

bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host(Kemenkes, 2011).

Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia dapat dibedakan

sebagai berikut (Kasper et. al 2005, Setiabudi, 2007, Katzung, et. al. 2011) :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

1. Beta laktam, penisilin (contohnya: penisilin, isoksazolil penisilin,

ampisilin), sefalosporin (contohnya sefadroksil, sefaklor), monobaktam

(contohnya: azteonam) dan karbapenem (contohnya: imipenem).

2. Tetrasiklin, contohnya tetrasiklin dan doksisiklin.

3. Makrolida, contohnya eritromisin dan klaritromisin

4. Linkomisin, contohnya linkomisin dan klindamisin

5. Kloramfenikol, contohnya kloramfenikol dan tiamfenikol

6. Aminoglikosida, contohnyastreptomisn, neomisin dan gentamisin.

7. Sulfonamida (contohnya: sulfadizin, sulfisoksazol) dan kotrimoksazol

(kombinasi trimetroprim dan sulfametoksazol).

8. Kuinolon (contohnya: asam nalidiksat) dan fluorokuinolon (contohnya:

siprofloksasin dan levofloksasin)

9. Glikopeptida, contohnyavankomisin dan telkoplanin.

10. Antimikrobakterium, isoniazid, rifampisin, pirazinamid.

11. Golongan lain, contohnya polimiksin B, basitrasin, oksazolidindion.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat

menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik

(contohnya sulfonamid, trimetroprim, kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin

dan klindamisin) dan ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai

aktivitas bakterisid (contohnya penisilin, sefalosporin, streptomisn,

neomisin, kanamisin, gentamisin dan basitrasin). Pada kondisi

immunocompromised (misalnya pada pasien neutropenia) atau infeksi

dilokasi yang terlindung (misalnya pada cairan cerebrospinal), maka

antibiotik bakterisid harus digunakan (Kemenkes, 2011; Setiabudy, 2011).

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya,

yaitu (Kasper et. al., 2005, Setiabudy, 2011) :

1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri

terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu komples polimer mukopeptida

(glikopeptida).Obat ini dapat melibatkan otolisin bakteri (enzim yang

mendaur ulang dinding sel) yang ikut berperan terhadap lisis sel. Antibiotik

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

yang termasuk dalam kelompok ini seperti beta-laktam (penisilin,

sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase),

basitrasin, dan vankomisin.Pada umumnya bersifat bakterisidal.

2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein. Sel bakteri mensintesis

berbagai protein yang berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan

tRNA.Penghambatan terjadi melalui interaksi dengan ribosom bakteri.Yang

termasuk dalam kelompok ini misalnya aminoglikosid, kloramfenikol,

tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,

mupirosin, dan spektinomisin.Selain aminoglikosida, pada umumnya

antibiotik ini bersifat bakteriostatik.

3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya

trimetoprim dan sulfonamid.Pada umumnya antibiotik ini bersifat

bakteriostatik.

4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon,

nitrofurantoin.

5. Mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Antibiotika yang

termasuk adalah polimiksin.

Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotik terbagi atas dua

kelompok besar, yaitu antibiotik dengan aktivitas spektrum luas (broad-

spectrum) dan aktivitas spektrum sempit (narrow spectrum).

1. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum)

Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram negatif

maupun gram positif serta jamur. Contohnya: tetrasiklin dan

kloramfenikol.

2. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)

Antbiotik spektrum sempit bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja.

Contohnya: penisilin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif dan

gentamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram negatif.

2.1.3 Golongan antibiotik yang digunakan pada Terapi Profilaksis

Antibiotik beta-laktam merupakan obat yang menghambat sintesis

atau merusak dinding sel bakteri.Terdiri dari berbagai golongan obat yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase.Obat-obat

antibiotik beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar

efektif terhadap organisme Gram-positif dan negatif.Antibiotik beta-

laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat

langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang

memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri (Kemenkes,

2011).

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas

antibiotiknya.Salah satu golongan penisilin yang digunakan sebagai terapi

sefalosporin adalah golongan aminopenisilin, sebagai contoh Ampisilin

dan Amoksisilin.Selain mempunyai aktivitas terhadap bakteri Gram-

positif, juga mencakup mikroorganisme Gram-negatif, seperti

Haemophilus influenzae, Escherichia coli, dan Proteus mirabilis.Obat-

obat ini sering diberikan bersama inhibitor beta-laktamase (asam

klavulanat, sulbaktam, tazobaktam) untuk mencegah hidrolisis oleh beta-

laktamase yang semakin banyak ditemukan pada bakteri Gram-negatif.

Obat Ampisilin diberikan secara intramuskular, intravena dan oral

sedangkan obat Amoksisilin hanya dapat diberikan secara oral dengan

waktu paruh obat yaitu, 1,1-1,5 jam untuk ampisilin dan 1,2-2,0 jam untuk

amoksisilin (Kemenkes, 2011).

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

mekanisme serupa dengan penisilin. Sefalosporin diklasifikasikan

berdasarkan generasinya, yaitu generasi I hingga IV (Setiabudy, 2011) :

- Generasi I, yaitu Sefaleksin, sefalotin, sefazolin, sefradin dan

sefadroksil merupakan antibiotik yang efektif terhadap Gram-positif

dan memiliki aktivitas sedang terhadap Gram-negatif.

- Generasi II, yaitu Sefaklor, sefamandol, sefuroksim, sefoksitin,

sefotetan, sefmetazol dan sefprozil memiliki aktivitas antibiotik Gram-

negatif yang lebih tinggi daripada generasi I.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

- Generasi III, yaitu Sefotaksim, seftriakson, seftazidim, sefiksim,

sefoperazon, seftizoksim, sefpodoksim dan moksalaktam. Memiliki

aktivitas kurang aktif terhadap kokus Gram-postif dibanding generasi I,

tapi lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain yang

memproduksi beta-laktamase. Seftazidim dan sefoperazon juga aktif

terhadap P.aeruginosa, tapi kurang aktif dibanding generasi III lainnya

terhadap kokus Gram-positif.

- Generasi IV, yaitu sefepim dan sefpirom memiliki aktivitas lebih luas

dibanding generasi III dan tahan terhadap beta-laktamase.

Banyak rumah sakit di negara berkembang menggunakan

antibiotik sefalosporin dalam jumlah berlebihan, terutama di bagian bedah

sebagai pilihan antibiotik profilaksis. Mikroorganisme yang digunakan

sebagai terapi sefalosporin adalah organisme komensal, seperti

stafilokokkus gram negatif, Pseudomonas aeruginosa, enterococci

dan Candida albicans, dan organisme yang lebih patogen

seperti Clostridium difficile, penicillin-resistant pneumococci, multiply-

resistant coliforms dan methicillin-resistant Staphylococcus

aureus (MRSA). Beberapa organisme ini secara konstitutif resisten

terhadap sefalosporin sementara yang lain telah resisten, biasanya akibat

resistensi ganda.(Dancer, 2001).

2.1.4. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antibiotik

Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik

antibiotik sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik

secara tepat. Agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida

ataupun bakteriostatik, antibiotik harus memiliki beberapa sifat berikut ini

(Kemenkes, 2011, Setiabudy, 2011) :

a. Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan

spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).

b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi

kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang

cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat.

d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat

yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat

farmakokinetikanya, yaitu;

a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam

kadar diatas Kadar Hambat Minimum (KHM) sangat penting untuk

memperkirakan outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini

kadar antibiotik dalam darah diatas KHM paling tidak selama 50%

interval dosis. Contoh antibiotik yang tergolong time dependent killing

antara lain penisilin, sefalosporin, dan makrolida.

b. Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah

melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap

bakteri. Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/ KHM sekitar 10. Ini

mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki

kadar dalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika

gagal mencapai kadar ini di tempat infeksi atau jaringan akan

mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi inilah yang selanjutnya menjadi

salah satu penyebab timbulnya resistensi.

Farmakokinetik (PK) membahas tentang perjalanan kadar

antibiotik di dalam tubuh, sedangkan farmakodinamik (PD) membahas

tentang hubungan antara kadar-kadar itu dan efek antibiotiknya. Dosis

antibiotik dulunya hanya ditentukan oleh parameter PK saja. Namun,

ternyata PD juga memainkan peran yang sama, atau bahkan lebih penting.

Pada abad resistensi antibiotika yang terus meningkat ini, PD bahkan

menjadi lebih penting lagi, karena parameter-parameter ini bisa digunakan

untuk mendesain rejimen dosis yang melawan atau mencegah

resistensi.Jadi walaupun efikasi klinis dan keamanan masih menjadi

standar emas untuk membandingkan antibiotik, ukuran farmakokinetik dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

farmakodinamik telah semakin sering digunakan.Beberapa ukuran PK dan

PD lebih prediktif terhadap efikasi klinis. (Kemenkes RI, 2011)

2.1.5Prinsip Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibitik yang rasional didasarkan pada pemahaman

dari banyak aspek penyakit infeksi.Faktor yang berhubungan dengan

pertahanan tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme,

farmakokinetika dan farmakodinamika dari antibiotik perlu diperhatikan

(Gould IM, et. al., 2005).

Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada

keadaan berikut (Gyssens, 2005; Kemenkes RI.,2011) :

1. Terapi empiris.

Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada

pendekatan buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab

diidentifikasi dan antibiotik yang sensitif ditentukan.Tujuan pemberian

antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan

pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum

diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiris adalah

ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri

tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.Rute pemberian

pada antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi

infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan

menggunakan antibiotik parenteral.durasi pemberian pada antibiotik

empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72jam.

2. Terapi definitif.

Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang

menyebabkan infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untuk

terapi definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang

sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.Tujuan

pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau

penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.Indikasi pemberian

antibiotik pada terapi definitif adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi

yang menjadi penyebab infeksi.

Rute pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi

pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat

dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.Jika kondisi

pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera

diganti dengan antibiotik peroral.Durasi pemberian antibiotik definitif

berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis

awal yang telah dikonfirmasi.

3. Terapi profilaksis

Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya

infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca

operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda

infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi.

Diharapkan pada saat operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah

mencapai kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan

bakteri.

2.2.Antibiotika Profilaksis

2.2.1Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan pada pasien

yang belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya, atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak

buruk bagi pasien. Obat-obatan profilaksis harus diarahkan terhadap

organisme yang mempunyai kemungkinan terbesar dapat menyebabkan

infeksi, tetapi tidak harus membunuh atau melemahkan seluruh pathogen

(Kemenkes RI, 2011)

Profilaksis merujuk pada pencegahan infeksi dan dapat dikategorikan

menjadi profilaksis primer, sekunder, atau eradikasi.Profilaksis primer

merupakan pencegahan pada infeksi awal.Sedangkan profilaksis sekunder

merupakan pencegahan dari munculnya kembali atau re-aktivasi dari infeksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

yang sudah ada.Dan eradikasi merupakan eliminasi dari organisme

kolonisasi untuk mencegah perkembangan infeksi (Thirion, 2013; Ongom

2013).

2.2.2 Tujuan Pemberian Antibiotik Profilaksis

Tujuan dari pemberian antibiotik profilaksis adalah untuk

mengurangi insidensi infeksi luka pasca bedah.Profilaksis merupakan

prosedur yang berhubungan dengan angka infeksi yang tinggi. Antibiotik

sebaiknya dapat menutupi organisme yang paling mungkin akan

mengkontaminasi dan akan berada di jaringan pada saat dilakukan insisi

awal. Antibiotik profilaksis dibutuhkan dalam keadaan – keadaan berikut

(Kemenkes RI, 2011):

1. Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu.

2. Mencegah endokarditis pada pasien yang mengalami kelainan katup

jantung atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko

bakteremia, misalnya ekstrasi gigi, pembedahan dan lain – lain.

3. Untuk kasus bedah, profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu

yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila

terjadi infeksi pasca bedah.

Idealnya sediaan antibiotik yang digunakan untuk profilaksis pada

operasi harus :

1. Mencegah infeksi luka pasca operasi pada luka operasi

2. Mencegah morbiditas dan mortalitas infeksi pascaoperasi

3. Mengurangi durasi dan biaya perawatan

4. Tidak menimbulkan efek yang merugikan baik bagi flora normal

pasien dan bagi rumah sakit.

Diharapkan dari pemberian antibiotik profilaksis dapat

memberikan manfaat yaitu :

a. Penurunan angka kejadian infeksi pasca bedah

b. Penurunan jumlah flora pathogen penyebab infeksi

c. Penurunan morbiditas baik jangka panjang maupun jangka pendek

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

d. Pengurangan biaya dan lamanya rawat inap di rumah sakit

e. Terhindarinya pembentukan resistensi antibiotik serta peningkatan

kondisi pasien

f. Kualitas hidup pasien pasca operasi.

Penggunaan antibiotik merupakan sejarah dalam upaya mencegah

luka infeksi.Konsep antibiotik profilaksis diperkenalkan tahun 1960an

ketika data eksperimen menetapkan bahwa antibiotik harus berada dalam

sistem peredaran darah pada dosis yang cukup tinggi pada saat insisi

supaya efektif.Umumnya disepakati bahwa antibiotik profilaksis

diindikasikan untuk luka yang terkontaminasi dan

terkontaminasi.Antibiotik untuk luka kotor merupakan bagian dari terapi

karena infeksi sudah terbentuk.Sedangkan pada prosedur operasi bersih

masih menjadi perdebatan.Pada penggunaan antibiotik profilaksis dalam

prosedur bersih dimana alat buatan palsu dimasukkan. Infeksi dalam kasus

ini akan menjadi bencana bagi pasien. Namun, prosedur bersih lainnya

(misalnya operasi payudara) masih menjadi perdebatan (Singhal, 2017),

Kriteria penggunaan antibiotik profilaksis sistemik dalam prosedur

pembedahan adalah sebagai berikut:

• Antibiotik profilaksis sistemik harus digunakan dalam kasus berikut:

Risiko infeksi yang tinggi dikaitkan dengan prosedur (misalnya reseksi

usus besar); Konsekuensi infeksi sangat parah (misalnya penggantian total

sendi); pasien memiliki indeks risiko NNIS yang tinggi.

• Antibiotik harus diberikan sebelum operasi tetapi mendekati waktu insisi

seperti pada kebanyakan kasus antibiotik harus diberikan sebelum induksi

anestesi.

• Antibiotik yang dipilih harus memiliki aktivitas melawan patogen yang

mungkin dalam prosedur tersebut.

• Pemberian antibiotik sistemik pasca operasi lebih dari 24 jam belum

ditunjukkan untuk mengurangi risiko infeksi luka operasi.

Berdasarkan CDC, Indeks risiko NNIS (National Nosocomial

Infections Surveillance) adalah metode penyesuaian risiko yang paling

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

banyak digunakan secara internasional. Penyesuaian risiko didasarkan

pada tiga faktor risiko utama: Skor American Society of Anesthesiologists

(ASA) , yang mencerminkan kondisi kesehatan pasien sebelum operasi,

kelas luka yang mencerminkan keadaan kontaminasi, dan durasi operasi,

yang mencerminkan aspek teknis pembedahan. Indeks risiko NNIS dinilai

nol, satu, dua atau tiga sesuai dengan jumlah risiko yang ada (skor

ASA,kelas luka, durasi operasi).Tingkat infeksi meningkat dengan

meningkatnya skor risiko (lihat Gambar 1) (SIGN, 2014).

Gambar 1.Kejadian Infeksi Luka Operasi seiring meningkatnya skor risiko indeks

NNIS (SIGN, 2014).

Patogen normal pada permukaan kulit dan mukosa adalah kokkus-

gram positif (terutama stafilokokus); Namun, kuman aerob gram negatif

dan bakteri anaerob dapat mengkontaminasi kulit di daerah pangkal

paha/perineum.Patogen yang terkontaminasi dalam operasi gastrointestinal

adalah banyak flora usus intrinsik, yang meliputi bakteri gram negatif

basili (misalnya Escherichia coli) dan mikroba gram positif, termasuk

organisme enterococci dan anaerob (Lihat Tabel 1 di bawah).Organisme

gram positif, terutama stafilokokus dan streptokokus, menjelaskan

kebanyakan flora luar yang terlibat dalam infeksi luka operasi.Asal

patogen semacam itu termasuk dari personil bedah / rumah sakit dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

keadaan intraoperatif, termasuk instrumen bedah, barang yang dibawa ke

lapangan operasi, dan udara ruang operasi. (Singhal, 2017)

Kelompok bakteri yang paling sering bertanggung jawab untuk

infeksi luka operasi adalah strain Staphylococcus aureus. Munculnya

strain resisten telah meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang

terkait dengan infeksi luka.Methicillin-resistant Staphylococcus aureus

(MRSA) terbukti menjadi masalah utama pada operasi. Seperti strain S

Aureus lainnya, MRSA dapat berkoloni di kulit dan tubuh seseorang tanpa

menyebabkan penyakit, dan dengan cara ini, dapat disebarkan ke orang

lain tanpa sadar. Timbulnya masalah dalam pengobatan infeksi MRSA

karena pilihan antibiotik sangat terbatas. Infeksi MRSA tampak meningkat

dan menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang lebih luas. Yang

menjadi perhatian khusus adalah vancomycin intermediate S aureus

(VISA) bagian dari MRSA. Strain ini mulai resisten terhadap vankomisin,

yang saat ini merupakan antibiotik yang paling efektif melawan MRSA.

Resistensi ini baru muncul karena jenis bakteri lain, yang disebut

enterococci, umumnya menunjukkan resisten terhadap vankomisin

(Hsiao, 2012).

Tabel 1. Patogen yang Berkaitan dengan Infeksi Luka dan Angka Kejadiannya (Singhal,

2017)

Patogen Angka Kejadian (%)

Staphylococcus aureus 20

Coagulase-negative staphylococci 14

Enterococci 12

Escherichia coli 8

Pseudomonas aeruginosa 8

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Enterobacter species 7

Proteus mirabilis 3

Klebsiella pneumoniae 3

Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated

Infections/HAI) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama

perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana

ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk

infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi

karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait

proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan(Permenkes,

2017).

Infeksi daerah operasi paling banyak bersumber dari patogen flora

endogenous kulit pasien, membran mukosa.Bila membran mukosa atau

kulit di insisi, jaringan tereksposur risiko dengan flora endogenous.Selain

itu terdapat sumber exogenous dari infeksi daerah operasi. Sumber

exogenous tersebut adalah tim bedah, lingkungan ruang operasi, peralatan,

instrumen dan alat kesehatan, kolonisasi mikroorganisme, daya tahan

tubuh lemah, lama rawat inap pra bedah (Permenkes, 2017).

RSUP Sanglah Denpasar sendiri rutin dilakukan pemeriksaan

sterilitas di ruang operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada September

2017 ditemukan bakteri Staphylococcus coagulase negatif dan

Pseudomonas alcaligenes positif dengan Jumlah Koloni : 625 cfu/m3 di

kamar operasi 1 (OK IBS 1). Seperti kita ketahui, bakteri Staphylococcus

coagulase negatif merupakan flora normal kulit dan bakteri Pseudomonas

alcaligenes merupakan bakteri lingkungan yang dapat menyebabkan

infeksi oportunisik rumah sakit pada penderita dengan sistem imunitas

yang menurun. Dari segi indeks angka kuman menurut fungsi ruang yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

mengacu pada Permenkes RI No 1204/Menkes/SK/X/2004 semua ruangan

tersebut tidak layak digunakan.

RSUP Sanglah Denpasar juga melakukan pemeriksaan lanjutan

pada 10 November 2017, dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan

bakteri Pseudomonas stutzeri dengan jumlah koloni : 6 cfu/m3

pada kamar

operasi I IBS (OK I IBS) dan juga bakteri Bacillus sp dengan jumlah

koloni : 23 cfu/m3

pada kamar operasi 3 IBS (OK 3 IBS). Diidentifikasi

bakteri Bacillus sp, Pseudomonas stutzeri merupakan bakteri lingkungan

yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik rumah sakit pada penderita

dengan sistem imunitas yang menurun. Dari segi indeks angka kuman

menurut fungsi ruang yang mengacu pada Permenkes RI No

1204/Menkes/SK/X/2004 ruangan OK III tidak layak digunakan, OK I

layak digunakan.

2.2.3. Indikasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan pada kelas

operasi, yaitu operasi bersih, operasi bersih – kontaminasi, operasi

kontaminasi serta operasi kotor (lihat tabel 2) (SIGN, 2014).Tujuan

pemberian antibiotik profilaksis pada kasus pembedahan adalah terjadi

penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO), penurunan

morbiditas dan mortalitas pascaoperasi, penghambatan muncul flora normal

yang resisten dan meminimalkan biaya pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,

2011).

Tabel 2. Klasifikasi Operasi (Mayhall Classification) (SIGN, 2014)

Kelas

Operasi

Definisi Penggunaan Antibiotik

Operasi Bersih Operasi yang dilakukan pada

daerah dengan kondisi pra bedah

tanpa infeksi, tanpa membuka

traktus (respiratorius, gastro

intestinal, urinarius, bilier),

operasi terencana, atau penutupan

kulit primer dengan atau tanpa

Kelas operasi bersih terencana

umumnya tidak memerlukan

antibiotik profilaksis kecuali

pada beberapa jenis operasi,

misalnya mata, jantung,

dan sendi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

digunakan drain tertutup.

Operasi Bersih

– Kontaminasi

Operasi yang dilakukan pada

traktus (digestivus, bilier,

urinarius, respiratorius,

reproduksi kecuali ovarium) atau

operasi tanpa disertai kontaminasi

yang nyata.

Pemberian antibiotika

profilaksis pada kelas operasi

bersih kontaminasi perlu

dipertimbangkan manfaat dan

risikonya karena bukti ilmiah

mengenai efektivitas antibiotik

profilaksis belum ditemukan.

Operasi

Kontaminasi

Operasi yang membuka saluran

cerna, saluran empedu, saluran

kemih, saluran napas sampai

orofaring, saluran reproduksi

kecuali ovarium atau operasi yang

tanpa pencemaran nyata (Gross

Spillage).

Kelas operasi kontaminasi

memerlukan antibiotik terapi

(bukan profilaksis).

Operasi Kotor Adalah operasi pada perforasi

saluran cerna, saluran urogenital

atau saluran napas yang terinfeksi

ataupun operasi yang melibatkan

daerah yang purulen

(inflamasi bakterial). Dapat pula

operasi pada luka terbuka lebih

dari 4 jam setelah kejadian atau

terdapat jaringan non vital yang

luas atau nyata kotor.

Kelas operasi kotor memerlukan

antibiotik terapi.

Lanjutan tabel 2.

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan

klasifikasi operasi bersih-terkontaminasi (lihat tabel 3).Profilaksis pada

operasi bersih pada umumnya tidak diperlukan, namun dapat diberikan pada

operasi bersih dengan memasang alat implan atau bahan protesis. Namun

tidak menutup kemungkinan juga diberikan antibiotik profilaksis jika

diindikasikan akan terjadi infeksi yang dapat menimbulkan dampak yang

serius seperti operasi bedah syaraf, bedah jantung dan mata. Operasi

kontaminasi dan operasi kotor telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum bermanifestasi. Untuk

kasus ini terapi empirik akan lebih tepat (David, 2010).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

2.2.4. Dasar Pemberian Antibiotik profilaksis pada Operasi

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis yaitu sesuai

dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus

bersangkutan dan spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi

bakteri, toksisitas rendah, tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap

pemberian obat anestesi, bersifat bakterisidal dan harga terjangkau (Ongom,

2013).

Tabel 3. Klasifikasi luka operasi dan risiko infeksi selanjutnya

(jika tidak menggunakanantibiotik) (Singhal, 2017)

Klasisfikasi Deskripsi Resiko Infeksi

(%)

Operasi Bersih (Kelas I)

Luka operasi yang tidak terinfeksi

Tidak ada inflamasi akut

Operasi tertutup

Saluran pernapasan, saluran cerna, empedu,

dan saluran kencing tidak masuk

Tidak ada gap dalam teknik aseptik

Operasi yang menggunakan drainase tertutup

jika perlu

< 2

Operasi Bersih-

terkontaminasi (Kelas II)

Operasi melalui saluran pernafasan, empedu,

gastrointestinal, saluran kemih dan dengan

ekskresi yang minimal.

Tidak ada bukti adanya infeksi atau jeda lama

dalam teknik aseptik

Contoh: appendektomi

< 10

Operasi Terkontaminasi

(Kelas III)

Inflamasi nonpurulen

Ekskresi yang kotor dari saluran

gastrointestinal

Luka trauma tembus < 4 jam

Jeda lama dalam teknik aseptik

Sekitar 20

Operasi Kotor (Kelas IV)

Terdapat inflamasi yang purulent

Perforasi visera sebelum operasi

Luka trauma tembus > 4 jam

Sekitar 40

Antibiotik profilaksis hanya bisa digunakan jika terbukti dapat

memberikan keuntungan dan harus dihentikan bila terbukti tidak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

memberikan manfaat. SIGN dalam guideline-nya membagi 4 rekomendasi

terhadap pemberian antibiotik profilaksis pada operasi (SIGN, 2014).

a. Highly Recomendation, Profilaksis yang dengan terbukti tegas

menurunkan morbiditas, menurunkan biaya perawatan dan menurunkan

konsumsi antibiotik secara keseluruhan.

b. Recomended; Profilaksis yang menurunkan morbilitas jangka pendek,

mengurangi biaya perawatan dan bila dimungkinkan menurunkan

konsumsi antibiotik secara keseluruhan.

c. Should be considered; Profilaksis yang belum memiliki bukti yang kuat

dapat memberikan keuntungan, dan kemungkinan dapat meningkatkan

biaya perawatan dan peningkatan konsumsi antibiotk utamanya untuk

pasien dengan low risk ILO.

d. Not recomended; profilaksis yang tidak memiliki bukti kuat efektif secara

klinis serta tidak menurunkan morbiditas jangka pendek. Dan dapat

meningkatkan biaya perawatan serta meningkatkan konsumsi antibiotik

sedangkan keuntungan secara klinis sangat rendah.

Rekomendasi antibiotik yang digunakan pada profilaksis bedah pada

operasi bersih secara rinci diuraikan pada tabel 4.

Tabel 4.Rekomendasi Antibiotik Profilaksis Bedah Operasi Bersih (Kemenkes RI,

2011).

No Prosedur Bedah Rekome

ndasi

Indikasi Antibiotik

Profilaksis

1. Facial surgery (clean) - Tidak direkomendasikan

2. Ear, nose and throat

Ear surgery ( clean /clean-

contaminated)

A Tidak direkomendasikan

3. Head and neck

Head and neck surgery (clean,benign)

Head and neck surgery (clean,

malignant; neck dissection)

Tonsillectomy

D

C

-

A

Tidak direkomendasikan

Dapat dipertimbangkan

Tidak direkomendasikan

Tidak direkomendasikan

4. Thorax

Breast cancer surgery

Closed cardiac procedures (clean)

A

-

Dapat dipertimbangkan

Tidak direkomendasikan

5. Abdomen

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Hernia repair-groin (inguinal/femoral

with or without mesh)

Hernia repair-groin (laparoscopic

with or without mesh)

Hernia repair ( incisional with or

without mesh)

Open/laparoscopic surgery with mesh

Diagnostic endoscopic procedures

Therapeutic endoscopic procedures

(endoscopic retrograde

cholangiopancreatography and

percutaneous endoscopic

gastrostomy)

A

B

C

B

D

D

Tidak direkomendasikan

Tidak direkomendasikan

Tidak direkomendasikan

Tidak direkomendasikan

Tidak direkomendasikan

Dapat dipertimbangkan pada

pasien resiko tinggi

6. Urogenital

Transrectal prostate biopsy

A

Direkomedasikan

7. Orthopaedic surgery (without implant) D Tidak direkomendasikan

Keterangan: Lanjutan tabel 4.

A : Bukti ilmiah berasal dari paling tidak satu meta analisis, sistematik review atau

Randomized Controlled Trial (RCT) yang mempunyai level 1++ dan dapat secara

langsung diaplikasikan ke populasi target, atau Bukti ilmiah berasal dari beberapa

penelitian dengan level 1+ dan menunjukkan adanya konsistensi hasil, serta dapat

secara langsung diaplikasikan ke populasi target.

B : Bukti ilmiah berasal dari beberapa penelitian dengan level 2++ dan menunjukkan

adanya konsistensi hasil, serta dapat secara langsung diaplikasikan ke populasi target,

atau Ekstrapolasi bukti ilmiah dari penelitian level 1++ atau 1+.

C : Bukti ilmiah berasal dari beberapa penelitian dengan level 2+ dan menunjukkan adanya

konsistensi hasil, serta dapat secara langsung diaplikasikan ke populasi target, atau

Ekstrapolasi bukti ilmiah dari penelitian level 2++.

D : Bukti ilmiah berasal dari level 3 atau 4, atau Ekstrapolasi bukti ilmiah dari penelitian

level 2+

2.2.5. Pemilihan Antibiotik Profilaksis pada Operasi

Pemilihan antibiotik profilaksis dipengaruhi oleh beberapa

faktor.Oleh karena itu penting untuk menanyakan ke pasien tentang

riwayat penggunaan antibiotik dan alergi.Betalaktam merupakan antibiotik

yang banyak digunakan sebagai profilaksis.Bila terdapat riwayat alergi

penisilin yang berat (anafilaksis atau angiodema) menunjukkan bahwa

pasien tidak dapat menerima penisilin dan juga berarti sefalosporin juga

dikontraindikasikan terhadap pasien tersebut.Meski cukup sederhana, tapi

dapat memberikan dampak reaksi yang signifikan. Paling penting yang

harus diperhatikan yaitu antibiotik harus aktif terhadap bakteri yang dapat

menyebabkan Infeksi Luka Operasi (ILO) (Kemenkes,2011).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Umumnya infeksi pascaoperasi disebabkan oleh bakteri flora

pasien itu sendiri.Profilaksis tidak harus dapat menghambat semua jenis

bakteri flora pasien tersebut.Ada beberapa bakteri yang tidak bersifat

patogen atau jumlahnya hanya sedikit atau keduanya.Sangat penting untuk

memilih antibiotik dengan spektrum sempit sesuai dengan yang

dibutuhkan untuk meminimalisir multi resisten terhadap antibiotik.

Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada biaya, profil efek yang

dapat merugikan, kemudahan pemberian, profil farmakokinetik, dan

aktifitas antibakterinya.Antibiotik yang dipilih harus memiliki aktivitas

terhadap bakteri yang sering mengakibatkan infeksi pada operasi. Pada

operasi bersih terkontaminasi, antibiotik yang digunakan harus efektif

terhadap bakteri patogen yang terdapat dalam saluran gastrointestinal dan

genitourinari. Pada operasi bersih, bakteri gram positif cocci (S. aureus

dan S. epidermidis) paling banyak ditemukan(Munckhof,2005).Kualitas

antibiotik profilaksis meliputi efikasi terhadap mikroorganisme bakteri

yang diduga paling mungkin menyebabkan infeksi, penetrasi jaringan

yang baik untuk mencapai luka, efektivitas biaya, dan gangguan yang

minim pada flora intrinsik tubuh (misalnya usus) (Woodfield, 2009).

Antibiotik pilihan yang digunakan pada profilaksis bedah adalah

golongan sefalosporin generasi I-II.Pada kasus tertentu yang dicurigai

melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol.Selain itu,

tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III dan IV, golongan

karbapenem, dan golongan kuinolon untuk profilaksis bedah.Antibiotik

spektrum luas mungkin akan dibutuhkan kemudian jika pasien mengalami

sepsis yang serius. Oleh karena itu penggunaan sefalosporin generasi

ketiga seperti ceftriakson dan cefatoksim harus dihindari sebagai

profilaksis pada operasi (Munckhof,2005).

Kebanyakan prosedur cefazolin merupakan antibiotik pilihan

karena durasinya panjang, dan efektif melawan bakteri yang banyak

menyebabkan infeksi saat operasi disamping itu harganya juga relatif

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

murah.Pemberian secara parenteral sefalosporin generasi kedua misalnya

cefotetan memiliki aktifitas antibakteri yang lebih baik terhadap bakteri

anaerobik dan aerobik Garam negatif bila dibandingkan dengan

sefalosporin generasi pertama dan kadang-kadang juga menjadi pilihan

yang lebih disukai, namun lebih mahal. Alternatif lain yang dapat

digunakan yaitu dengan kombinasi metronidazol dengansefalosporin

generasi pertama atau dengan gentamisin untuk profilaksis pada operasi

abdominal (Munckhof,2005).

Meskipun berbagai organisme dapat menyebabkan infeksi pada

pasien bedah, Infeksi luka operasi biasanya diakibatkan oleh sejumlah

kecil patogen umum (kecuali dengan adanya implantasi biomaterial).Hal

tersebut dapat dilihat pada tabel 5.Hanya patogen tersebut yang perlu

dicakup oleh antibiotik yang diresepkan. (SIGN, 2014)

Berikut ini adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai

profilaksis pada operasi (Munckhof,2005) :

a. Sefalosporin generasi pertama (cefazolin atau cefalotin)

b. Gentamisin

c. Metronidazol (jika disebabkan oleh bakteri anaerobik)

d. Oral tinidazol (jika disebabkan oleh bakteri anaerobik)

e. Flucloxacillin (jika infeksi methicillin-susceptible staphylococcal)

f. Vankomicin (jika infeksi methicillin-resistant Staphylococcal)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Tabel 5.Patogen Umum yang ditemukan pada infeksi luka operasi dan antibiotik yang sesuai

(SIGN,2014).

2.2.6. Jalur dan Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebagai bolus intravena

yang disertai dengan induksi anastesi untuk memastikan konsentrasi

efektif pada jaringan tercapai sebelum pembedahan dimulai.Idealnya

diberikan pada saat induksi anestesi.Untuk menghindari risiko yang tidak

diharapkan dianjurkan pemberian antibiotik intravena drip.Waktu

pemberian antibiotik ini sangat penting utamanya untuk beta-laktam yang

memiliki waktu paruh relatif singkat. Vankomisin membutuhkan waktu

infus selama satu jam oleh karena itu pemberiannya harus dimulai lebih

cepat agar infus selesai tepat ketika pembedahan akan dimulai. Pemberian

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

antibiotik profilaksis secara intramuskular jarang dilakukan dibandingkan

intravena. Pemberiannya biasanya dilakukan beberapa saat sebelum

operasi karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai level konsentrasi

antibiotik yang efektif pada jaringan cukup lama (ASF, 2003; SIGN,

2014).

Cara pemberian antibiotik bedah profilaksis agar efektif adalah

dosis pertama antibiotik profilaksis harus sedekat mungkin dengan waktu

operasi.Pada luka yang bersih, apabila operasinya kurang dari dua jam,

cukup satu dosis.Namun, jika luka bersih terkontaminasi, satu atau dua dosis

sebelum dan setelah operasi.Dan pada luka yang terkontaminasi, antibiotik

diberi selama dua atau tiga hari dan diberikan melalui intravena dosis tinggi

(Tjay, 2007).

Oral dan rektal juga harus diberikan lebih awal untuk memastikan

kadar efektif pada jaringan telah tercapi pada saat pembedahan.

Metronidazol suppositoria banyak digunakan pada pembedahan usus besar

dan harus diberikan 2-4 jam sebelum tindakan operasi

dilakukan.Antibiotik topikal tidak direkomendasikan kecuali untuk bedah

mata atau akibat luka bakar.(ASF, 2003; SIGN, 2014).Rekomendasi

pemberian antibiotik profilaksis dengan jenis operasi dan infeksi

mikroorganisme yang terlibat dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini

(Bratzler et. al, 2013)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Tab

el 6.

Rek

ome

ndas

i

Anti

bioti

k

Prof

ilaks

is

den

gan

Jeni

s

Ope

rasi

dan

Infe

ksi

Mik

roor

gani

sme

yan

g

terli

bat

(Bra

tzler

et.

al,

2013

)

(lanj

utan

)

Tab

el 6.

Rek

ome

nda

si

Anti

bioti

k

Prof

ilak

sis

den

gan

Jeni

s

Ope

rasi

dan

Infe

ksi

Mik

roor

gani

sme

yan

g

terli

bat

(Bra

tzler

et.

al,

201

3)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Tabe

l 6.

Reko

men

dasi

Anti

bioti

k

Profi

laksi

s

deng

an

Jenis

Oper

asi

dan

Infek

si

Mikr

oorg

anis

me

yang

terlib

at

(Brat

zler

et. al,

2013)

(lanj

utan)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Waktu pemberian antibiotik untuk mencapai konsentrasi aktif dalam

jaringan sangat bergantung pada profil farmakokinetik dan rute

administrasinya.Antibiotik profilaksis yang diberikan terlalu cepat atau

terlalu lambat dapat menurunkan efek dari dari antibiotik tersebut dan

mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya ILO.Waktu pemberian

antibiotik profilaksis diberikan ≤30 menit sebelum insisi kulit. Dosis

pemberian untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi

dalam jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotik dengan dosis yang

cukup tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotik harus mencapai

kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi. (SIGN, 2014).

Beberapa literatur menyebutkan sebaiknya pemberian profilaksis

secara intravena dilakukan < 30 menit sebelum tindakan operasi dilakukan

untuk semua kategori operasi kecuali operasi sesar.National Surgical

Infection Prevention Project melaporkan tingkat kepatuhan antibiotik

profilaksis dalam kurun waktu 1 jam sebelum insisi adalah 55,7% (Bratzler,

2013).

2.2.7. Durasi Pemberian Antibiotik Profilaksis

Durasi pemberian antibiotik yang efektif dengan waktu yang paling

singkat untuk profilaksis infeksi paska bedah belum diketahui.Untuk

beberapa prosedur, durasi antimikroba profilaksis seharusnya 24 jam atau

kurang, kecuali untuk operasi bedah jantung toraksyang membutuhkan

durasi 72 jam.Durasi pemberian adalah dosis tunggal.Dosis ulangan dapat

diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi

berlangsung lebih dari 3 jam.Pemberian profilaksis lebih dari 3 jam setelah

tindakan operasi akan berdampak pada penurunan efektifitasnya secara

signifikan.Mempertahankan konsentrasi antibiotik setelah operasi dan

pemulihan fisiologi normal setelah anastesi tidak meningkatkan efikasi

dari antibiotik profilaksi, melainkan dapat meningkatkan toksisitas dan

meningkatkan biaya (SIGN, 2014).

Jika operasi dilakukan selama empat jam atau kurang, pemberian

antibiotik dengan dosis tunggal sudah cukup. Pada operasi dengan waktu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

yang panjang lebih dari empat jam penambahan dosis antibiotik mungkin

dibutuhkan untuk menjaga konsentrasi efektif antibiotik dalam jaringan,

khususnya untuk antibiotik yang memiliki waktu paruh yang singkat.

Pemberian antibiotik profilaksis hingga luka bedah mengering sudah

dihapuskan (tidak digunakan lagi) dan tidak logis juga tidak terbukti dapat

memberikan keuntungan (SIGN, 2014).

2.2.8. Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak (Prudent) (Kemenkes RI,2011)

1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan

spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat,

interval dan durasi pemberian yang tepat.

2. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai dengan

pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan

antibiotik lini pertama.

3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan

pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara

terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan

antibiotik tertentu (reserved antibiotics).

4.Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan

diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil

pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang

lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self -

limited).

5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada :

a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotik.

b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab

infeksi.

c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

d. Melakukan deeskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi

dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.

e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan

aman.

6. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan beberapa

langkah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan

antibiotik secara bijak.

b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan

penguatan pada laboratorium hematologi, imunologi, dan

mikrobiologi atau laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit

infeksi.

c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang

infeksi.

d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim

(teamwork).

e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik

secara bijak yang bersifat multidisiplin.

f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan

berkesinambungan.

g. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara

lebih rinci ditingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya dan masyarakat.

2.2.9.Resistensi Antibiotik

Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan

melemahkan daya kerja antibiotik.WHO mendefinisikan resistensi

antimikroba sebagai resistensi mikroorganisme terhadap obat antimikroba

yang pernah mampu mengobati infeksi oleh mikroorganisme

tersebut.Seseorang tidak dapat menjadi resisten terhadap antibiotik.

Resistensi terjadi pada mikroba, bukan pada orang atau organisme lain

yang terinfeksi oleh mikroba (WHO, 2009).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Resistensi patogen mikroba terhadap antibiotik meningkat di

seluruh dunia sangat pesat, sejalan dengan peningkatan morbiditas dan

mortalitas yang terkait dengan infeksi yang disebabkan oleh patogen yang

resisten terhadap antibiotik.Setidaknya 2 juta orang terinfeksi bakteri

resisten antibiotik setiap tahun di AS saja, dan setidaknya 23.000 orang

meninggal sebagai akibat langsung dari infeksi ini. Di Uni Eropa,

diperkirakan 400.000 pasien dengan resisten strain bakteri setiap tahun,

dimana 25.000 pasien meninggal. Akibatnya, WHO telah memperingatkan

bahwa jangkauan terapeutik tidak mencukupi dalam waktu 10 tahun,

menempatkan dunia berisiko memasuki era "pasca antibiotik", di mana

antibiotik tidak akan lagi efektif melawan penyakit infeksi (WHO, 2009;

CDC, 2014).

Bakteri dapat bersifat resisten pada obat secara intrinsik (misalnya

bakteri anaerob resisten terhadap aminoglikosida) atau mendapatkan

resistensi melalui mutasi terhadap gen tertentu atau membentuk gen baru.

Mekanisme utama resitensi yang dilakukan bakteri yaitu inaktivasi obat,

mempengaruhi atau overproduksi target antibiotik, akuisisi target baru

yang tidak sensitif obat, menurunkan permeabilitas obat dan efluks aktif

terhadap obat (Kasper, et.al., 2005).

Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :

1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.

2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.

3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.

4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat

dinding sel bakteri.

5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera di keluarkan dari

dalam sel melalui mekanisme transport aktif keluar sel.

Satuan resistensi dinyatakan dalam satuan KHM (Kadar Hambat

Minimal) yaitu kadar terendah antibiotik (μg/mL) yang mampu

menghambat tumbuh dan berkembangnya bakteri. Peningkatan nilai KHM

menggambarkan tahap awal menuju resisten. Enzim perusak antibiotik

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

khusus terhadap golongan beta-laktam, pertama dikenal pada Tahun 1945

dengan nama penisilinase yang ditemukan pada Staphylococcus aureus

dari pasien yang mendapat pengobatan penisilin. Masalah serupa juga

ditemukan pada pasien terinfeksi Escherichia coli yang mendapat terapi

ampisilin. Resistensi terhadap golongan beta-laktam antara lain terjadi

karena perubahan atau mutasi gen penyandi protein (Penicillin Binding

Protein, PBP). Ikatan obat golongan beta-laktam pada PBP akan

menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga sel mengalami lisis

(Kemenkes, 2011).

Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang resisten

terhadap antimikroba di rumah sakit dikaitkan dengan peningkatan

morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan.Resistensi muncul bahkan pada

agen antimikroba yang lebih baru dan lebih poten seperti

karbapenem.Seleksi dan penyebaran mikroorganisme yang resisten

terhadap antimikroba difasilitasi oleh penggunaan obat yang tidak rasional,

dan pengobatan sendiri yaitu penyalahgunaan obat antibiotik.Resistensi

antimikroba sangat terkait dengan penggunaan antimikroba yang tidak

tepat.Diperkirakan 50% atau lebih penggunaan antimikroba di rumah sakit

tidak tepat.Diperlukan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran tentang resistensi antimikroba di kalangan petugas kesehatan

profesional (Desai, 2016).

Multiple drug resistance (MDR), resistensi beberapa obat atau

multiresistensi adalah resistensi antimikroba yang ditunjukkan oleh spesies

mikroorganisme terhadap beberapa antimikroba.Jenis yang paling

mengancam bagi kesehatan masyarakat adalah bakteri MDR yang

melawan banyak antibiotik; termasuk virus MDR, jamur, dan parasit

(resisten terhadap banyak antijamur, antiviral, dan antiparasit dari berbagai

jenis bahan kimia).Mengetahui tingkat MDR yang berbeda, istilah yang

resistan terhadap obat secara ekstensif drug resistant (XDR) dan pandrug-

resistant (PDR), istilah tersebut telah diperkenalkan pada tahun 2011.

(Singhal, 2017)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Organisme MDR didapatkan resisten terhadap pengobatan dengan

beberapa agen antimikroba yang sering tidak berkaitan.

Beberapa jenis organisme MDR penting yang telah ditemui meliputi:

1. MRSA - methicillin / oxacillin-resistant Staphylococcus aureus

2. VRE - vancomycin-resistant enterococci

3. ESBLs - beta-laktamase spektrum luas yang menghasilkan bakteri

Gram-negatif (yang resisten terhadap sefalosporin dan monobaktam)

4. PRSP - penicillin-resistant Streptococcus pneumoniae

5. Carbapenemase yang memproduksi Klebsiella pneumonia (KPC)

6. gram negatif MultiDrug-Resistant (MDR GNR) Bakteri MDRGN

seperti spesies Enterobacter, E.coli, Klebsiella pneumoniae,

Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa.

7. Grup bakteri gram positif dan gram negatif yang baru-baru ini dianggap

sebagai kelompok ESKAPE (Enterococcus faecium, Staphylococcus

aureus, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Pseudomonas

aeruginosa dan spesies Enterobacter).

8. MDR Tuberkulosis

MRSA dan VRE adalah organisme MDR yang paling banyak ditemui

pada pasien yang berada di fasilitas kesehatan non-rumah sakit, seperti

panti jompo danfasilitas perawatan jangka panjang lainnya.PRSP lebih

sering terjadi pada pasien yang mencari perawatan di tempat rawat jalan

seperti klinik dokter, terutama di lingkungan anak-anak.ESBL paling

sering dijumpai di rumah sakit (perawatan intensif), namun MRSA dan

VRE juga memiliki ekologi nosokomial yang signifikan.

Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa

terjadi dengan 2 cara, yaitu (Kemenkes, 2011) :

1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak

secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteric yang berbiak cepat ),

maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten.

Jika seseorang terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya

penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

2) Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal

ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok mau pun dari satu orang ke

orang lain.

Bila seseorang terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik,

tidak hanya perawatan pasien itu lebih sulit, tapi bakteri tersebut dapat

menyebar ke orang lain. Jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotik

semakin meningkat.Resistensi antibiotik dapat meningkatkan penyakit

pada manusia, penderitaan dan kematian, kenaikan biaya dan lamanya

perawatan; dan meningkatkan efek samping penggunaan kombinasi obat

yang lebih kuat.

Pasien yang terinfeksi mikroba yang resisten terhadap antibiotik

secara signifikan lebih mungkin mengalami komplikasi dan efek jangka

panjang. Begitu mikroorganisme infektif memasuki tubuh, ia bisa

berpindah dari infeksi primer ke tempat yang lain. mikroba yang resisten

terhadap antibiotik biasanya membutuhkan waktu untuk berkembang,

menyebar ke organ lain dan menjadi komplikasi. Misalnya pasien yang

terinfeksi oleh strain methicillin resistant S.aureus(MRSA) memiliki

risiko menjadi komplikasi, 69% lebih tinggi dibandingkan pasien sejenis

yang terinfeksi oleh strainmethicillin-susceptible S. aureus (MSSA)

(Desai, 2016).

Komplikasi paling sering terjadi adalah perkembangan infeksi

lokal [risiko relatif (RR) sama dengan 3,25] . Sebagai contoh: orang yang

terinfeksi MRSA 3,25 kali lebih mungkin mengalami infeksi lokal

dibandingkan dengan orang yang terinfeksi oleh MSSA. Jika

mikroorganisme yang infektif memasuki sistem peredaran darah dan

menyebar luas, dapat menyebabkan sepsis (yaitu inflamasi seluruh tubuh

yang berespon terhadap infeksi) dan syok.Pasien yang terinfeksi ARM

lebih cenderung mengalami sepsis dan 12% lebih mungkin mengalami

syok.Beberapa komplikasi serius jangka panjang lainnya yang mungkin

berkembang termasuk efek di sistem saraf pusat (RR 1.7) atau

kehilangan anggota badan (RR 1.13) (Desai, 2016).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Terdapat dua strategi pencegahan peningkatan resistensi bakteri,

yaitu :

1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotik

secara bijak (prudentuse of antibiotics).

2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan

meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar

(universal precaution).

2.3Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Di Rumah Sakit

2.3.1 Penggunaan Antibiotik Profilaksis di Rumah Sakit (Kemenkes RI,2011)

1. Tepat indikasi

Untuk bedah bersih kontaminasi, bersih yang memasang bahan

prostesis, operasi bersih yang jika sampai terjadi infeksi akan

menimbulkan dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf, bedah

jantung, dan mata.

2. Tepat obat

Dengan mempertimbangkan spektrum antibiotik dan potensi bakteri.

3. Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC.

Dosis yang kurang adekuat, tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri, tetapi justru merangsang terjadinya resistensi

bakteri.

4. Tepat rute pemberian.

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

pemberiannya dilakukan secara intravena

5. Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik umumnya 30-60 menit sebelum pembedahan

6. Tepat lama pemberian

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Mempertimbangkan proses pembedahan, jika lama dapat diberikan

dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap

4 jam untuk sefazolin.

2.3.2 Kualitas Penggunaan Antibiotik

Penilaian Kualitas Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit (Gyssens, 2005) :

1. Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat rekam

pemberian antibiotik dan rekam medik pasien.

2.Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian diagnosis

(gejala klinis dan hasil laboratorium), indikasi, regimen dosis, keamanan

dan harga.

3.Alur penilaian menggunakan kategori /klasifikasi Gyssens.

4. Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotik sebagai berikut

(Gyssens IC,2005):

Kategori 0 = Penggunaan antibiotik tepat/bijak

Kategori I = Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu

Kategori II A = Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis

Kategori II B = Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian

Kategori II C = Penggunaan antibiotik tidak tepat cara / rute pemberian

Kategori III A = Penggunaan antibiotik terlalu lama

Kategori III B = Penggunaan antibiotik terlalu singkat

Kategori IV A = Ada antibiotik lain yang lebih efektif

Kategori IV B = Ada antibiotik lain yang kurang toksik / lebih aman

Kategori IV C = Ada antibiotik lain yang lebih murah

Kategori IV D = Ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit

Kategori V = Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik

Kategori VI = Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat

dievaluasi

Kualitas penggunaan antibiotika untuk terapi empiris dan

profilaksisumumnya dinilai dari data yang tersedia pada penelitian lokal dan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

resistensi mikroba serta dari informasi yang didapatkan pada epidemiologi infeksi

dan organisme penyebab secara lokal.Laboratorium mikrobiologi berperan

penting pada pengumpulan data, analisis dan pelaporan data surveilan dan

menyediakan informasi yang digunakan untuk terapi empiris (perkiraan

berdasarkan data) atau profilaksis.Pedoman terapi empiris dan profilaksis

berdasarkan surveilans ini seharusnya ada pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Akses terhadap fasilitas laboratorium mikrobiologi sangat penting

untukmengidentifikasi patogen dan obat yang sensitif agar dapat dilakukan terapi

definitif dengan spektrum aktivitas yang lebih sempit dibandingkan terapi

empiris.Audit penggunaan antibiotika didefinisikan sebagai analisis kesesuaian

peresepan individual.Audit merupakan metode lengkap untuk menilai seluruh

aspek terapi. Proses evaluasi dapat dilakukan dengan alat evaluasi yang didesain

oleh peneliti sendiri atau dengan alat evaluasi yang sudah baku seperti Metode

Kunin dan Metode Gyssens (Utomo H, 2008). Metode Gyssens berbentuk

diagram alir yang diadaptasi dari kriteria Kunin et. al. Metode ini mengevaluasi

seluruh aspek peresepan antibiotika, seperti: penilaian peresepan, alternatif yang

lebih efektif, lebih tidak toksik, lebih murah, spektrum lebih sempit. Selain itu

juga dievaluasi durasi pengobatan dandosis, interval dan rute pemberian serta

waktu pemberian.

Diagram alir ini merupakan alat yang penting untuk menilai

kualitaspenggunaan antibiotika. Pengobatan dapat tidak sesuai dengan alasan

yang berbeda pada saat yang sama dan dapat ditempatkan dalam lebih dari satu

kategori. Dengan alat ini, terapi empiris dapat dinilai, demikian juga terapi

definitif setelah hasil pemeriksaan mikrobiologi diketahui (Gyssens, 2005).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Bagan 1. Alur Penilaian Kualitatif Penggunaan Antibiotik (Gyssens

Classification) (Gyssens, 2005)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Evaluasi antibiotika dimulai dari kotak yang paling atas, yaitu dengan melihat

apakah data lengkap atau tidak untuk mengkategorikan penggunaan antibiotika

(Gyssens, 2005).

1. Bila data tidak lengkap, berhenti di kategori VI

Data tidak lengkap adalah data rekam medis tanpa diagnosis kerja, atau ada

halaman rekam medis yang hilang sehingga tidak dapat dievaluasi.Pemeriksaan

penunjang/laboratorium tidak harus dilakukan karena mungkin tidak ada biaya,

dengan catatan sudah direncanakan pemeriksaannya untuk mendukung

diagnosis.Diagnosis kerja dapat ditegakkan secara klinis dari anamnesis dan

pemeriksaan fisis.Bila data lengkap, dilanjutkan dengan pertanyaan di

bawahnya, apakah ada infeksi yang membutuhkan antibiotika?

2. Bila tidak ada indikasi pemberian antibiotika, berhenti di kategori V

Bila antibiotika memang terindikasi, lanjutkan dengan pertanyaan di

bawahnya. Apakah pemilihan antibiotika sudah tepat?

3. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif, berhenti di kategori

IVa.

Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain

yang kurang toksik?

4. Bila ada pilihan antibiotika lain yang kurang toksik, berhenti di kategori

IVb.

Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif

lebih murah?

5. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah, berhenti di kategori

IVc.Pada alternatif lain yang lebih murah, peneliti berpatokan pada daftar

harga obat yang dikeluarkan dari RSCM dan semua antibiotika dianggap

sebagai obat generik dalam penghitungan harganya. Bila tidak, lanjutkan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang spektrumnya

lebih sempit?

6. Bila ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit,

berhenti di kategori IVd.

Jika tidak ada alternatif lain yang lebih sempit, lanjutkan dengan pertanyaan di

bawahnya, apakah durasi antibiotika yang diberikan terlalu panjang?

7. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu panjang, berhenti di kategori

IIIa.

Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan apakah durasi antibiotika terlalu

singkat?

8. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, berhenti di kategori

IIIb.

Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah dosis

antibiotika yang diberikan sudah tepat?

9. Bila dosis pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIa.

Bila dosisnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, apakah interval

antibiotika yang diberikan sudah tepat?

10. Bila interval pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIb.

Bila intervalnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah rute

pemberian antibiotika sudah tepat?

11. Bila rute pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIc.

Bila rute tepat, lanjutkan ke kotak berikutnya.

12. Bila antibiotika tidak termasuk kategori I sampai dengan VI, antibiotika

tersebut merupakan kategori 1

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

2.2 Pengetahuan dan Sikap dan Parameter Outcome

2.2.3 Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,

pengetahuan tentang segi positif dan negatif dari suatu hal yang

mempengaruhi sikap dan perilaku.Pengetahuan dan kognitif merupakan doain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behaviour). Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa

dimulai pada domain kognitif, dalam artian subyek tahu terlebih dahulu

terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, dan selanjutnya

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek erhadap obyek yang

diketahuinya itu. Akhirnya rangsang yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya akan menimbulkan respon lebih jauh berupa tindakan (action)

terhadap stimulus. Namun demikian dalam kenyatannya, stimulus yang

diterima subyek dapat langsung menimbulkan tindakan.Artinyam seseorang

dapa bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna

stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang

tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2003)

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang mencakup

domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut dengan benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebgainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuj

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang ada.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1 Definisi ......1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

2.2.4 Parameter outcome

Parameter outcome evaluasi dapat dikategorikan sebagai outcome proses,

outcome pasien dan outcome mikrobiologi (Gyssens, 2005):

- Outcome proses (pola peresepan) :Umpan balik dari hasil evaluasi bisa

merupakan suatu intervensi untukmeningkatkan kualitas peresepan.

- Outcome Operator bedah : Beberapa variabel outcome Operator bedah

yang dapat diperoleh dari studi intervensi diantaranya perubahan

pengetahuan dan sikap dalam penggunan antibiotik profilaksis rasional

pada tindakan bedah elektif operasi bersih.

- Outcome mikrobiologi : Beberapa parameter outcome mikrobiologi

pada studi intervensi diantaranya perubahan jumlah kejadian resistensi

mikroba dan jumlah strain bakteri yang resisten terhadap antibiotika.