Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini hal-hal yang diutarakan oleh peneliti yang sifatnya
mendukung adanya penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang
terdahulu, antara lain:
Christian dkk (2017), hasil penelitian pada Bank BRI dan Bank Mandiri
tahun 2012-2015, menunjukan tingkat kesehatan Bank BRI secara keseluruhan
dapat sehat, dimana dilihat pada keseluruhan pengukuran rasio Bank BRI dan
pengukuran Good Corporate Governance kinerja perusahaan masih belum cukup
baik terutama dalam hal penanganan resiko kredit. (Non Performing Loan) dan
Good Corporate Governance masuk dalam peringkat 1 yang berarti bahwa GCG
dalam keadaan sangat sehat, sehingga jika diukur secara keseluruhan dengan
menggunakan metode RGEC peringkat Risk Profile dan Good Corporate
Governance berada pada peringkat 2 yaitu sehat dan peringkat Earning dan
Capital Berada pada peringkat 1 yaitu Sangat Sehat. Sehingga jika dinilai tingkat
kesehatan Bank BRI kita dapat melihat bahwa bank BRI temasuk bank yang
berada pada peringkat 2 yaitu sehat. Sementara pada Bank Mandiri secara
keseluruhan sangat sehat. Dilihat pada keseluruhan pengukuran rasio dan
pengukuran Good Corporate Governance Bank Mandiri menggunakan metode
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital)
mendapatkan peringkat 1 yaitu sangat sehat. Hal ini mengidendikasikan bahwa
kemampuan Bank Mandiri dalam mengolah aset, struktur organisasi, dalam
8
menangani resiko kredit (kredit macet/NPL) sudah cukup baik sehingga Bank
Mandiri bisa masuk ke dalam peringkat 1 yaitu masuk dalam kategori sangat
sehat.
Alawiyah (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun 2012-
2014, pada faktor Risk profile bank umum BUMN berada dalam kondisi sehat
dengan rata-rata nilai NPL berturut-turut sebesar 2,55%, 2,35%, 2,35%, dan LDR
sebesar 85,50%, 90,94%, 90,59%. Pada aspek GCG pada tahun 2012 berada
dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 1,36, namun pada tahun
2013 dan 2014 menurun menjadi 2,07 dan 1,78 dengan kriteria sehat. Pada faktor
Earnings berturut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai
ROA sebesar 3,20%, 3,29%, 3,02%, dan NIM sebesar 6,11%, 6,35%, 6,08%.
Pada faktor Capital berturut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-
rata nilai CAR sebesar 16,70%, 15,66%, dan 16,44%. Secara keseluruhan pada
aspek RGEC berturut-turut berada dalam peringkat komposit 1 yaitu sangat sehat
dengan nilai sebesar 90,00%, 86,67%, dan 86,67%.
Anan dan Albarqis (2017), hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat kesehatan BPD DIY pada tahun 2011-2015 secara keseluruhan dapat
dikatakan bank yang sehat. Bank Pembangunan Daerah DIY pada tahun 2011
hingga 2015 secara keseluruhan berada pada peringkat komposit satu, dengan
predikat sangat sehat serta masing-masing total nilai komposit sebesar 93%, 93%,
97% , 97% dan 97%. Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL dan LDR
secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan
dengan baik. Faktor Good Corporate Governance, BPD DIY sudah menerapkan
tata kelola perusahaan dengan baik. Faktor Earnings atau rentabilitas yang
9
penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini
menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BPD DIY diikuti dengan
bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BPD DIY. Dengan menggunakan
indikator CAR, peneliti membuktikan bahwa BPD DIY memiliki faktor Capital
yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%.
B. Tinjauan Pustaka
1. Perbankan Syariah
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana
dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan
fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua
macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank Islam atau Bank
Syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpun dana dari
masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang system dan mekanisme
kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah
sebagaimana yang telah diatur dalam Alquran dan Al-Hadits (Usman, 2012:35).
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah
dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
10
2. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah (BUS) bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinip islam yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran, ( Rivai dan Arifin, 2010:163).
Selain itu bank syariah bisa disebut dengan Islamic banking atau interest fee
banking, yaitu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak
menggunakan system bunga (riba), spekulasi (masir), dan ketidakpastian atau
ketidakjelasan (ghahar), (Ali, 2010 : 1).
3. Prinsip Bank Umum Syariah
Prinsip utama dalam syariah yang mendasari jaringan kerja perbankan
dengan sistem syariah yaitu, (Trisadini P. dan Shomad, Abd. (2013:3).
a. Perbankan non riba.
b. Perniagaan halal dan tidak haram.
c. Keridhaan pihak-pihak dalam berkontrak.
d. Pengurusan dana yang amanah, jujur, dan bertanggung jawab.
4. Tujuan dan Fungsi Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada
Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Bank Umum
Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan fungsi dari perbankan syariah menurut Usman (2012:39) adalah :
a. Memobilasi tabungan masyarakat, baik domestik maupun asing.
11
b. Menyalurkan dana tersebut secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang
produktifi dan menguntungkan secara financial, dengan tetap memperhatikan
kegiatan usaha tersebut tidak termasuk yang dilarang oleh syariah.
c. Melakukan fungsi legulator, turut mengatur mekanisme penyaluran dana ke
masyarakat sesuai kebijakan Bank Indonesia, sehingga dapat mengendalikan
aktivitas moneter yang sehat dan dapat mengendalikan aktivitas moneter yang
sehat dan terhindar dari inflasi.
d. Menjembati keperluan pemanfaatan dana dari pemilik modal dan pihak yang
memerlukan, sehingga uang dapat berfungsi untuk melancarkan perekonomian
khususnya dan pembangunan umumnya.
e. Menjaga amanah yang di percayakan kepadanya sebagai lembaga keuangan
yang berdasarkan prinsip syariah.
5. Produk Bank Umum Syariah
Sama seperti bank konvensional, bank syariah juga menawarkan beragam
produk perbankan. Produk yang ditawarkan berdasarkan prinsip syariah. Berikut
jenis-jenis produk Bank Syariah, (Kasmir, 2008:189-200) :
a. Al-wadi’ah (Simpanan).
Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan di kembalikan kapan
saja bila penitip/nasabah menghendaki.
b. Pembiayaan dengan bagi hasil.
Dalam bank konvensional penyaluran dana dikenal dengan istilah kredit atau
pinjaman, sementara dalam Bank Syariah untuk penyaluran dana dikenal
dengan istilah pembiayaan. Jika pada bank konvensional keuntungan di
12
perolaeh dari bunga, dalam bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip
bagi hasil diterapkan dalam empat akad yaitu:
(1) Al-Musyarakah.
(2) Al-Mudharabah.
(3) Al-Muza’arah.
(4) Al-Musaqah.
c. Bani’ al-Murabahah.
Bani’ al-Murabahah adalah kegiatan jual beli pada harga pokok dengan
tambahan keuntungan yang disepakati.
d. Bani’ as-Salam.
Bani’as-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian
hari,sedangkan pembayaran dilaukan dimuka.
e. Bani’ Al-Istihna’.
Bani’ Al-Istihna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen
(pembuat barang).
f. Al-Ijarah (Leasing).
Al-Ijarah (Leasing) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri.
g. Al-Wakalah (Amanat).
Wakalah atau Wakilah adalah penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
dengan yang telah disepakati si pemberi mandat.
h. Al-Kafalah (Garansi).
13
Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
i. Al-Hawalah.
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban
utang dari satu pihak kepada pihak lainnya.
j. Ar-Rahn.
Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang
atau gadai.
14
6. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah.
Bank Syariah dan UUS dalam kegiatan usahanya wajib mempunyai
kebijakan umum penanaman dana tertulis, penanaman dana adalah penyediaan
dana atau barang, serta fasilitas lainnya kepada nasabah, yang tidak bertentangan
dengan konsep syariah dan akuntansi perbankan islam, penanaman dana pada
Bank Syariah dan UUS yaitu berupa pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan
dana atau tagihan tersebut berupa, (Trisadini P. dan Shomad, 2013:9) :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiyah bit tamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istisnha.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh.
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentu ijarah atau transaksi multijasa.
Menurut ketentuan pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi :
a. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi'ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
15
d. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad
istishna', atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
g. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
i. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah,
antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,
kafalah, atau hawalah.
j. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
k. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip
syariah.
l. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad
yang berdasarkan prinsip syariah.
16
m. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
prinsip syariah.
n. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.
o. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.
p. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip
syariah.
q. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan
kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar
dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa
dan mengevaluasi laporan keuangan (Kusumo, 2008).
Tujuan pengukuran kinerja keuangan menurut Munawir (2012:31) yaitu:
1. Mengetahui tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang jika
perusahaan dilikuidasi.
17
3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan stabil yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang dan beban
bunga atas utang tepat pada waktunya
8. Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Kasmir (2008) tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegitan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku, (Budisantoso dan Nuritomo 2013:73).
Pembinaan dan pengawasan terhadap Bank Syariah dan UUS dilakukan
oleh Bank Indonesia. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bank Syariah dan
UUS tersebut dilakukan dengan mewajibkan Bank Syariah dan UUS untuk
memelihara tingkat kesehatan bank. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam
ketentuan pasal 51 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yang menetapkan,
bahwa Bank Syariah dan UUS wajib memelihara tingkat kesehatan yang meliputi
sekurang-kurangnya mengenai Risiko Profil (Risk profile), GCG (Good
Corporate Governance), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital, )serta
aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan UUS.
18
Kewajiban bank syariah dan UUS untuk menjaga tingkat kesehatannya
dimaksudkan dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat terhadap Bank
Syariah dan UUS, Usman (2012:363)
9. Metode RGEC
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko menggantikan penilaian
CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. (Lasta dkk,2014)
a. Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian profil resiko merupakan penilaian terhadap kualitas penerapan
manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Penilaian terhadap faktor
risiko (risk profile) meliputi penilaian terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan
risiko reputasi (PBINo.13/1/PBI/2011). Namun diantara delapan risiko tersebut,
risiko kredit dan risiko likuiditas digunakan dalam penelitian ini. Kedua faktor
risiko tersebut digunakan karena keduanya dapat diukur dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif dan memiliki kriteria penetapan peringkat yang jelas.
(1) Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
(counterparty) dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pengkreditan (penyedia
dana),tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam
banking book maupun trading book, Usman (2012:292)
19
Rasio ini di rumuskan dengan NPF ( Non Perfoming Financial) :
NPF =
Tabel 2.1
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (NPF)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPF<2%
2 Sehat 2%≤NPF<5%
3 Cukup Sehat 8%≤NPF<12%
4 Kurang Sehat 8%≤NPF<12%
5 Tidak Sehat NPF≥12%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011
(2) Risiko Likuiditas
Likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan
dana bagi portofolio pinjaman dan investasi. Sebuah bank dikatan memiliki
potensi likuiditas yang memadai ketika dia dapat memperoleh dana yang
dibutuhkan (dengan meningkatkan liabilitas, menambah modal, atau menjual
asset) secara cepat dan pada biaya yang wajar. Likuiditas adalah sebuah fungsi
dari kondisi pasar dan pandangan pasar mengenai risiko yang melekat pada
lembaga peminjam, (Greuning dan Iqbal, 2011:143)
Rasio ini dirumuskan dengan FDR (Financing To Deposit Ratio)
Tabel 2.2
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (FDR)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat FDR<75%
2 Sehat 75%≤FDR<85%
3 Cukup Sehat 85%≤FDR<100%
4 Kurang Sehat 100%≤FDR<120%
5 Tidak Sehat FDR≥120%
20
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011
(3) Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko
perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga,
risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Risiko suku bunga dapat
berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking book. Dalam menilai
risiko inheren atas risiko pasar, indikator yang digunakan adalah (SE BI No.13/ 24
/DPNP):
a) Volume dan komposisi portofolio
b) Kerugian potensial (potential loss) risiko suku bunga dalam Banking Book
(Interest Rate Risk in Banking Book-IRRBB)
c) Strategi dan kebijakan bisnis.
(4) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidak cukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko
operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses,
sistem, dan kejadian eksternal. Dalam menilai risiko inheren atas risiko
operasional, indikator yang digunakan yaitu (SE BI No.13/ 24 /DPNP) :
a) Karakteristik dan kompleksitas bisnis.
b) Sumber daya manusia.
c) Teknologi informasi dan infrastruktur pendukung.
d) Fraud, baik internal maupun eksternal.
21
e) Kejadian eksternal.
(5) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Dalam
menilai Risiko inheren atas risiko hukum, indikator yang digunakan adalah (SE
BI No.13/ 24 /DPNP):
a) Faktor litigasi.
b) Faktor kelemahan perikatan.
c) Faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.
(6) Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidak tepatan bank dalam mengambil
keputusan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko Stratejik antara lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidak tepatan
dalam perumusan strategi, ketidak tepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko
inheren atas risiko stratejik, indikator yang digunakan adalah (SE BI No.13/ 24
/DPNP):
a) Kesesuaian strategi bisnis bank dengan lingkungan bisnis.
b) Strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi.
c) Posisi bisnis bank.
d) Pencapaian rencana bisnis bank.
22
(7) Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya
pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis
yang berlaku umum. Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan, indikator
yang digunakan adalah(SE BI No.13/ 24 /DPNP) :
a) Jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan.
b) Frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidak patuhan
bank.
c) Pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk
transaksi keuangan tertentu.
(8) Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko Reputasi
bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Reputasi, parameter/indikator yang
digunakan adalah (SE BI No.13/ 24 /DPNP) :
a) Pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan terkait.
b) Pelanggaran etika bisnis.
c) Kompleksitas produk dan kerjasama bisnis bank.
d) Frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif bank.
e) Frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.
23
b. Good Corporate Governance (GCG)
Syakhroza (2003), menifinisikan Good Corporate Governance (GCG)
sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan
pengelolaan sumberdaya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun
produktif dengan prinsip-prinsip terbuka,akuntabilitas, pertanggung jawaban,
independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Bank Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tahun 2013 tentang
Penilaian Good Corporate Governance. Berdasarkan SE BI No.15/15/DPNP
tersebut, dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good
Corporate Governance, bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri
(self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good
Corporate Governance.
Analisis Good Corporate Governance dikelompokkan dalam suatu
governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu governance
structure, governance procesess, dan governance outcome. Tujuan penilaian
ketiga aspek tersebut meurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP 2013
adalah sebagai berikut :
(1) Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur
dan infrastruktur tata kelola Bank agar proses pelaksanaan prinsip GCG
menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders bank. Yang
termasuk dalam struktur tata kelola bank adalah komisaris, direksi, komite dan
satuan kerja pada bank. Adapun yang termasuk infrastruktur tata kelola bank
antara lain adalah kebijakan dan prosedur bank, sistem informasi manajemen
serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing struktur organisasi.
24
(2) Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektivitas proses
pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang didukung oleh
kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank sehingga menghasilkan
outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders bank.
(3) Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang
memenuhi harapan stakeholders bank yang merupakan hasil proses
pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan
infrastruktur tata kelola bank
Sementara itu pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP harus diwujudkan
dalam indikator sebagai berikut:
(1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan direksi.
(3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank.
(4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah.
(5) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana serta pelaksanaan jasa.
(6) Penanganan benturan kepentingan.
(7) Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal
(8) Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern.
(9) Penyediaan dana kepada pihak-pihak terkait dan penyediaan dana besar.
(10) Rencana strategi bank.
(11) Transparasi kondisi keuangan dan non-keuangan bank
25
b. Rentabilitas (Earning)
Penilaian faktor rentabilitas berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber
rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend,
struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan
kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Penilaian faktor rentabilitas dapat dihitung menggunakan
rumus yaitu Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), BOPO (Beban
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), Usman (2012:365).
(1) ROA (Return on Asset)
Dendawijaya (2009:118). ROA adalah salah satu indikator profitabilitas dari
kinerja keuangan. Rasio Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara
keseluruhan, Rasio ini dirumuskan :
ROA =
Tabel 2.3
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas (ROA)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROA>1,5%
2 Sehat 1,25≤ROA<1,5%
3 Cukup Sehat 0,5%≤ROA<1,25%
4 Kurang Sehat 0%≤ROA<0,5%
5 Tidak Sehat ROA≤0%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011
(2) ROE (Return on Equity)
26
Return on Equity merupakan rasio antara laba setelah pajak atau earning
after tax (EAT) terhadap total modal sendiri yang berasal dari setoran modal
pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh
perusahaan,(Sofia dkk, 2016). Semaikin tinggi ROE maka semakin tinggi pula
penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang berarti semakin baik
semakin baik kedudukannya dalam perusahaan (Abdullah: 55, 2011)
ROE =
27
Tabel 2.4
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (ROE)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat >20%
2 Sehat 12,51%-20%
3 Cukup Sehat 5,01%-12,5%
4 Kurang Sehat 0%-5%
5 Tidak Sehat <0%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011
(3) BOPO
BOPO (Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional )adalah rasio
rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola sumber daya yang ada semakin rendah nilai dari rasio BOPO maka
semakin efisien bank tersebut, (Sovia dkk, 2016).
BOPO =
Tabel 2.5
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (BOPO)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat Tingkat Efisiensi Sangat Baik
(rasio BOPO kurang dari 83%)
2 Sehat Tingkat efisiensi baik (rasio bopo
berkisar antara 83% sampai
dengan 87%)
3 Cukup Sehat Tingkat efisiensi cukup baik
(rasio bopo berkisar antara 85%
sampai dengan 87%)
4 Kurang Sehat Tingkat efisiensi kurang baik
(rasio bopo berkisar antara 87%
sampai dengan 89%)
5 Tidak Sehat Tingkat efisiensi sangat buruk
(rasio diatas 89%)
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011
28
d. Permodalan (Capital)
Penilaian atas faktor Permodalan berdasarkan rentabilitas berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP meliputi evaluasi terhadap kecukupan
permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan
perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bagi
bank umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank
juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin
tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk
mengantisipasi risiko tersebut.
Permodalan merupakan salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank
karena jika sebuah bank memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja
bank juga akan semakin lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam
mencapai tujuan bank itu sendiri, (Prastyananta, 2016). Faktor permodalan dapat
diukur dengan menggunakan rumus Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah
rasio yang mengukur kecukupan modal suatu bank yang dihitung berdasarkan
perbandingan total modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
CAR =
Tabel 2.6
Matrik Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat CAR>12%
2 Sehat 9%≤CAR<12%
3 Cukup Sehat 8%≤CAR<9%
4 Kurang Sehat 6%≤CAR<8%
5 Tidak Sehat CAR≤6%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tahun 2011