Upload
hatram
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Menurut Ward & Peppard (2002, p3), menyatakan bahwa
Information System as the means by which people and organizations,
utilizing technology, gather, process, store, user, and disseminate
information. Sistem informasi didefinisikan sebagai cara dari orang-orang
dan organisasi-organisasi memanfaatkan teknologi, mendapatkan,
memproses, menyimpan, menggunakan, dan menyebar informasi. Sistem
informasi merupakan bagian domain yang lebih luas dari pengembangan
yang berkelanjutan dalam merespon inovasi teknologi serta interaksi yang
mutual dengan kehidupan social secara keseluruhan.
Menurut O‟Brein dan Marakas (2007, p4) menyatakan bahwa
pengertian Sistem Informasi adalah kombinasi teratur dari manusia,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
2.2 Teknologi Informasi
Menurut Ward & Peppard (2002, p3), teknologi informasi khusus
merujuk pada teknologi, misalnya : hardware, software, dan jaringan
telekomunikasi. Baik yang terlihat (tangible), misalnya : server, PC,
router, dan kabel jaringan maupun yang tidak terlihat (intangible),
misalnya: software dan lain lain. Teknologi Informasi menyediakan
sesuatu untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, pengiriman dan
berbagi konten dijital lainnya, dengan pengertian lainnya bahwa teknologi
6
merupakan alat yang mendukung aktivitas sistem informasi.
Menurut O‟Brien (2003, p9), teknologi informasi merupakan
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, manajemen basis
data dan pemrosesan teknologi informasi lainnya yang digunakan dalam
sistem informasi berbasis komputer.
Secara umum, Teknologi Informasi adalah hasil rekayasa manusia
terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima
sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas
sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
2.3 Teknologi Informasi & Sistem Informasi di Perguruan
Tinggi
Dikutip dari Noor Azizi Ismail (2007), menyarankan agar setiap
universitas dan perguruan tinggi yang bercita-cita untuk menjadi lebih
kompetitif, di abad baru ini perguruan tinggi harus menjadikan
penggunaan TI sefektif-efektifnya. Oleh karena itu, TI harus menjadi salah
satu strategi yang penting dimana harus dikejar oleh universitas manapun,
khususnya di negara-negara berkembang (Titthasiri, 2000).
Menurut McRobbie and Palmer (2001), dilaporkan bahwa
Universitas Indiana dengan cekatannya menggunakan TI di empat area
utama yaitu penelitian dan akademik, proses belajar dan mengajar,
pelayanan administrasi, dan telekomunikasi sejak munculnya
Perencaanaan Strategis Sistem Informasi yang komprehensif di tahun
1998.
Menurut Barkley (2001), penerapan teknologi informasi pada
perguruan tinggi sudah merupakan hal yang umum. Penggunaan teknologi
didalam kelas seperti: software untuk presentasi, website yang berisi
materi kuliah, pemberian dan pengumpulan tugas mata kuliah secara
online dengan memanfaatkan teknologi komputer sudah banyak
7
digunakan. Kansas State University telah menggunakan software dalam
menangani pengumpulan tugas dari siswa dan ujian yang dilakukan secara
online via internet.
Menurut Sere (2007), sesuai dengan hakekat dan karakteristiknya,
paling tidak terdapat 7 (tujuh) peranan utama teknologi informasi dalam
dunia pendidikan. Ketujuh peranan strategis tersebut terkait langsung
dengan 4 (empat) pilar utama penopang arsitektur sistem institusi
pendidikan yang baik – yaitu konten dan kurikulum, proses belajar
mengajar, sumber daya manusia dan budaya, serta fasilitas dan jaringan
prasarana yang ditunjang oleh 3 (tiga) entitas pendukung operasional,
masing-masing adalah infrastruktur dan suprastruktur, kegiatan
operasional terpadu, dan sistem manajemen mutu. Berdasarkan sejumlah
aspek inilah maka diturunkan 7 (tujuh) peranan teknologi informasi yaitu:
1. Teknologi informasi merupakan sumber atau gudang ilmu
pengetahuan karena dengan memanfaatkan jaringan raksasa semacam
internet, pengajar maupun peserta didik dapat mengakses secara bebas
ribuan bahkan jutaan sumber pengetahuan di seluruh dunia disamping
memberikan kesempatan bagi para stakeholder pendidikan untuk
saling berinteraksi di dunia maya dengan menggunakan berbagai
fasilitas seperti chatting, email, mailing list, newsboard, dan discussion
forum.
2. Teknologi informasi sebagai alat bantu pengajar maupun peserta didik
dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan
memanfaatkan komputer dan sejumlah aplikasinya sebagai media
simulasi, alat bantu ilustrasi, sarana interaksi, dan lain sebagainya;
3. Teknologi informasi sebagai standar kompetensi dan keahlian yang
harus dimiliki oleh pengajar, peserta didik, penyelenggara pendidikan,
dan terkait lainnya (misalnya: orang tua, pemerintah, dan masyarakat)
karena merupakan prasyarat mutlak agar pendidikan berbasis teknologi
informasi dapat dilakukan secara efektif.
8
4. Teknologi informasi sebagai peluang terjadinya sebuah transformasi
sistem pendidikan masa depan terutama dengan diperkenalkannya
sejumlah konsep semacam e-library, virtual class, digital library, dan
lain-lain yang tidak lagi bergantung pada batasan-batasan fisik dari
sumber daya;
5. Teknologi informasi sebagai alat penunjang manajemen institusi
pendidikan dalam proses pengambilan keputusan strategis maupun
operasional, terutama terkait dengan pemanfaatan dan alokasi sumber
daya serta pemantauan kinerja institusi, seperti implementasi decision
support system, executive information system, management
information system, dan lain sebagainya;
6. Teknologi informasi sebagai sarana memadukan beragam fungsi dan
proses di dalam penyelenggaraan administrasi pendidikan, terutama
yang menyangkut mengenai alokasi sumber daya pembelajaran
(pengajar, peserta didik, ruang kelas, peralatan, dan lain sebagainya)
maupun hal-hal penopang lainnya, seperti sistem informasi keuangan,
sumber daya manusia, pengadaan dan logistik, dan manajemen
dokumen dan;
7. Teknologi informasi sebagai infrastruktur dan suprastruktur institusi
pendidikan, dalam arti kata bahwa lembaga yang bersangkutan harus
memiliki akses terhadap jaringan infrastruktur yang menghubungkan
seluruh komputer yang dimilikinya dan tentu saja menyusun beragam
kebijakan dan peraturan pelaksanaan penggunaannya.
Sedangkan sistem informasi di perguruan tinggi, menurut
Transmissia, et al (1999), sitem informasi di Universitas mencakup
diantaranya sistem perpustakaan, sistem registrasi dan sistem keuangan
sampai ke sistem campus-housing dan sistem pelayanan universitas
lainnya.
9
Menurut Mutyarini dan Sembiring (2006), karakteristik Sistem
Informasi dalam Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pendukung lembaga pendidikan tinggi untuk mencapai
tujuannya.
2. Memiliki tujuan:
a. Memberikan layanan yang diperlukan masyarakat akademis
secara memuaskan, handal dan terjangkau.
b. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan misi pendidikan
tinggi.
c. Memberikan informasi yang akurat ke dalam dan ke luar
institusi.
3. Terdiri dari unit-unit sistem informasi yang berdiri sendiri namun tetap
sejalan dengan visi dan misi institusi. Tiap-tiap unit dapat mengelola
sendiri sistem informasinya sehingga standar dan aplikasi yang
digunakan antar unit berbeda-beda.
4. Diakses oleh berbagai ragam masyarakat akademisi dengan tingkat
kebutuhan, peran dan pengetahuan yang berbeda.
Dikutip dari penelitian Roni et al (2010), portfolio aplikasi yang
dikembangkan pada perguruan tinggi diantaranya :
1. Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB)
Registrasi Calon Mahasiswa
Sistem Pembayaran Pendaftaran
Sistem Pengelolaan & Jadwal USM
Sistem Ujian USM
Sistem Pemasaran & Promosi
Sistem Registrasi Mahasiswa
Sistem Pelaporan Penerimaan Mahasiswa Baru
2. Sistem Informasi Akademik
Registrasi Perubahan Rencana Studi
Penjadwalan kuliah
10
KRS
Perwalian
Administrasi Kuliah
Penjadwalan Ujian
Nilai
Manajemen Kurikulum
Penulisan Akademik
KHS
Bimbingan PA
Dan masih banyak fungsi lainnya
3. Sistem Penglepasan Akademik
Administrasi Pengunduran Diri
Administrasi Drop Out
Transkrip
Ijasah
Wisuda
Alumni
4. Sistem Manajemen Keuangan
Anggaran
Biaya Pendidikan
Akuntansi Keuangan
Honor Dosen
5. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Personil
Laporan Waktu & Cuti
Rekruitmen
Pelatihan & Pendidikan
Administrasi Gaji & Honor
Promosi Kepangkatan
6. Sistem Manajemen Aset & Sarana Prasarana
Pengadaan
11
Pemesanan
Pengelolaan Logistik
2.4 Strategi Sistem Informasi & Strategi Teknologi
Informasi
Menurut Ward dan Peppard (2002, p44), strategi sistem informasi
adalah strategi yang mendefinisikan kebutuhan organisasi atau permintaan
perusahaan terhadap informasi dan sistem yang mendukung keseluruhan
strategi bisnis yang dimiliki organisasi tersebut.
Menurut O‟Brien (2007, p46), peranan strategi sistem informasi
mendukung penggunaan teknologi informasi untuk mengembangkan
produk, jasa, dan kapabilitas yang dapat memberikan manfaat yang lebih
bagi perusahaan dalam menghadapi kompetisi di pasar global. Strategi
sistem informasi dapat berupa berbagai macam sistem informasi (seperti
sistem informasi manajemen dan decision support system (DSS)) yang
membantu sebuah organisasi mengembangkan kompetitif mereka atau
menuju tujuan strategis organiasis.
Menurut Ward dan Peppard (2002, p44) adalah menyimpulkan
kebutuhan suatu organisasi akan informasi dan sistem yang didukung oleh
teknologi. Sehingga teknologi informasi dirancang agar teknologi tersebut
dapat diaplikasikan dalam mengirimkan informasi dan bagaimana sumber
daya teknologi diatu sehinggan sesuai dengan kebutuhan bisnis.
2.5 Perencanaan Strategis SI/TI
Perencanaan Strategis SI/TI(IS/IT Strategic Planning) pada suatu
perusahaan yang menitikberatkan kepada outline visi dari esensi
kebutuhan akan informasi dan sistem yang akan di dukung oleh teknologi
12
dalam sebuah perusahaan tersebut dengan kata lain lebih kepada “IT
Supply” (John Ward and Joe Peppard, 2002).
Dinamika perkembangan tekonologi informasi membuat
persaingan dalam dunia bisnis semakin cepat berubah. Perusahaan yang
belum memiliki strategi yang terkait dengan IT menghadapi kendala
didalam mengembangkan bisnisnya dikarenakan tidak adanya pedoman
didalam menentukan arah pengembangan sistem informasinya.
Secara umum, terdapat tiga sasaran utama dari upaya penerapan
Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) dalam suatu organisasi yaitu
sebagai berikut :
1. Memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomatisasi berbagai
proses yang mengelola informasi.
2. Meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan
informasi guna pengambilan keputusan.
3. Memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif
organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis
Penerapan SI/TI tentunya akan sangat bermanfaat apabila sesuai
dengan tujuan, visi, dan misi organisasi(John Ward and Joe Peppard,
2002).
Didalam perancangan Perencanaan Strategis SI/TI dibutuhkan
suatu framework yang menjadi landasan agar nantinya hasil yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran.
13
Gambar 2.1 IT Strategic Planning Framework versi Ward Peppard (2002)
Pada framework ini terdapat bagian-bagian penting dalam
penyusunan IS/IT Strategic Plan ( John Ward and Joe Peppard, 2002)
yaitu :
Inputs
1. Internal Business Environment
Strategi bisnis yang sedang berjalan, tujuan, sumber daya, proses,
budaya dan nilai bisnis.
2. External Business Environment
Kondisi ekonomi, industri, dan persaingan dimana perusahaan
beroperasi.
14
3. The Internal IS/IT Environment
Sudut pandang IS/IT terhadap bisnis, tingkat kematangan sistem,
jangkauan dan kontribusi bisnis, kemampuan, sumber daya, dan
infrastruktur teknologi, portfolio aplikasi dari sistem yang sudah ada,
aplikasi yang sedang dikembangkan maupun aplikasi yang baru
dianggarkan.
4. The External IS/IT Environment
Trend teknologi dan peluang serta manfaat IT untuk customer,
pesaing, dan pemasok.
Output
1. IS/IT Management Strategy
Elemen umum dari strategi yang diterapkan di organisasi secara
menyeluruh. Menjamin kebijakan yang konsisten saat dibutuhkan.
2. Business IS Strategies
Bagaimana setiap unit atau fungsi bisnis akan menerapkan IS/IT dalam
mencapai tujuan bisnisnya.
3. IT Strategy
Kebijakan dan strategi untuk manajemen teknologi dan tenaga ahli.
Sedangkan perencanaan strategis SI/TI menurut Tozer merupakan
pendekatan yang praktis dan formal yang berdasarkan pada konsep strategi
bisnis yang menentukan cara mengeksploitasi sumber daya SI/TI beserta
pemanfaatannya. Adapun tahapan perencanaan strategis SI/TI dapat dilihat
pada Gambar 2.2 dibawah ini :
15
Gambar 2.2 Framewok Perencanaan Strategis SI/TI versi Tozer (1996)
Penjelasan mengenai fase-fase metodologi perencanaan strategis
SI/TI versi Tozer adalah sebagai berikut (Tozer,1996 : 41) :
1. Fase 0 – Menentukan Konteks Studi dan Ruang Lingkup
1.1. Tujuan dari fase ini adalah memperoleh batasan, waktu, kontrol,
penyelarasan terminologi, komitmen manajemen, dan harapan
dari sistem. Keluaran yang dihasilkan pada fase ini berupa
analisis konteks, batasan, TOR (Term of Reference), identifikasi
pendahuluan, tim kerja, program, dan jadual wawancara
pendahuluan.
2. Fase 1 – Menentukan Informasi Mengenai Bisnis dan Kebutuhan yang
Mendukungnya.
Tujuan dari fase ini untuk mencari dasar membuat strategi, berupa
rencana ke depan dalam bentuk rencana bisnis, informasi dan
16
pendukung lainnya. Fase ini dibagi menjadi dua kegiatan dengan
penjelasan sebagai berikut:
1.2 Persiapan Pengumpulan Informasi
Tujuan kegiatan ialah mempersiapkan dasar analisis dan
wawancara dengan pimpinan. Keluaran dari tahap ini berupa:
tujuan, arah, petunjuk, lingkungan, dan rencana bisnis; aplikasi
terkini dan datanya; aset TI terkini; dan kondisi SDM.
1.3 Menentukan Informasi Bisnis dan Pendukungnya
Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuat tujuan bisnis yang
lengkap dan jelas, beserta arahan, lingkungan, informasi, dan
pendukungnya; dan untuk memperoleh komitmen dan harapan
dari manajemen senior. Keluaran dari kegiatan ini adalah:
pernyataan informasi bisnis dan pendukungnya; detil kebutuhan
sistem dan negosiasinya; dan sponsor bisnis yang berkomitmen
pada setiap kebutuhan.
3. Fase 2 – Mengevaluasi Kesesuaian Sistem dengan Kebutuhan Bisnis
saat ini dan Mengidentifikasi Pilihan Solusi
Pada fase ini terdapat empat kegiatan dengan penjelasan sebagai
berikut:
2.1 Mengevaluasi Aplikasi dan Kondisi Teknis saat ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran
kemampuan aplikasi saat ini dalam mendukung bisnis, beserta
kelemahan dan kekuatannya. Keluaran dari kegiatan ini adalah:
portofolio aplikasi danaset TI; analisis kelemahan dan
kekuatannya; rencana mengatasi kelemahan; dan studi awal
tentang rapid development, jika dibutuhkan.
2.2 Membangun Arsitektur Informasi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat arsitektur
informasi dengan keluaran mencakup: usulan struktur bisnis dan
industri; usulan arsitektur SI berupa aplikasi, database, dan
teknologi pendukungnya; Identifikasi gap antara kondisi saat ini
dengan usulan yang diajukan.
17
2.3 Membuat Pilihan Awal untuk Solusi Strategis
Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan pilihan awal
terhadap solusi aplikasi dengan keluaran berupa: identifikasi gap
yang akan diatasi dengan solusi aplikasi; visi SI yang mencakup
kebutuhan bisnis; pilihan solusi aplikasi; masukan bagi rapid
development; dan kemungkinan modifikasi arsitektur SI.
2.4 Membangun Kasus Bisnis untuk Memenuhi Kebutuhan Bisnis.
Tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan sponsor bagi
pengembangan kasus bisnis dengan keluaran berupa: sponsor
yang berkomitmen; format pengembangan kasus bisnis yang
memenuhi semua kebutuhan; rencana aksi untuk implementasi
kasus bisnis pada solusi aplikasi.
4. Fase 3 – Menentukan Solusi Strategis
Pada fase ini terdapat empat kegiatan dengan penjelasan sebagai
berikut:
3.1 Identifikasi dan Memulai Kegiatan yang Penting
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh kebutuhan
yang jelas, tepat dan cepat dengan keluaran berupa: proposal
rapid development; pengembangan solusi; dan keluaran yang
diharapkan.
3.2 Menentukan solusi aplikasi dan database
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengkaji solusi yang telah
ditawarkan, membuat prioritas dari aplikasi dan basis data yang
paling sesuai dengan solusi, memperbaiki arsitektur informasi
secepatnya, dan membangun teknologi yang mendukung solusi.
Keluaran dari kegiatan ini adalah: pilihan dari beberapa solusi;
definisi solusi yang paling tepat denganstruktur database yang
mendukungnya; penjelasan alasan pemilihan solusi; hasil update
arsitektur informasi; spesifikasi teknologi; dan strategi migrasi.
3.3 Evaluasi kondisi TI
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh kondisi TI
terkini, mempelajari peluang yang ditawarkan industri TI dan
18
penentuan arah TI mendatang. Keluaran dari kegiatan ini adalah:
kondisi TI terkini, arahan dari industri; identifikasi pilihan dan
identifikasi awal tentang dukungan teknis.
3.4 Pengembangan Kasus Bisnis
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu sponsor,
memastikan agar solusi SI/TI sejalan dengan bisnis dan
manfaatnya tercermin dalam implementasinya, dan
memungkinkan manfaat alternatif. Keluaran dari kegiatan ini
adalah: sponsor yang berkomitmen; informasi dua arah; dan
kasus bisnis.
5. Fase 4 – Menyiapkan dan Melakukan Rencana Implementasi
Tujuan dari fase ini adalah untuk menyelesaikan dan melaksanakan
perencanaan strategis SI/TI, dimana terdapat beberapa kegiatan
dengan penjelasan berikut ini:
4.1 Menyiapkan Rencana Teknis Proyek Aplikasi dan Database
Kegiatan ini bertujuan untuk memilih solusi aplikasi dan
database, serta membuat rencana pengembangannya, dengan
keluaran berupa: pernyataan pilihan solusi aplikasi; rencana detil
pengembangannya yang berhubungan dengan SDM, TI, dan
kasus bisnis; dan rencana teknis proyek TI.
4.2 Mempersiapkan perencanaan teknis proyek TI
Kegiatan ini bertujuan mengkaji pilihan alternatif bagi dukungan
teknologi dan memilih solusi strategis yang diinginkan,
memsang program pengembangan dan implementasi untuk
perangkat keras komputer, perangkat lunak, komunikasi,
workstations dan pengembangan lingkungan yang mendukung
rencana pengembangan aplikasi dan database.
4.3 Mempersiapkan Rencana Pengembangan SDM dan Organisasi
Kegiatan ini bertujuan membuat rencana mengembangkan SDM
yang sesuai dengan rencana TI. Keluaran dari kegiatan ini
berupa pernyataan dan rencana detil pengembangan SDM.
19
4.4 Menyusun dan Menyeimbangkan Kasus-kasus Bisnis dengan
semua Pengembangan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung pengembangan
dan penyesuaian aplikasi terhadap rencana SDM dan bisnis
dengan keluarannya berupa: pernyataan kasus bisnis yang sesuai
dengan aplikasi, TI, dan pengembangan SDM; negosiasi dengan
sponsor tentang penyelesaian dan langkah-langkah yang
diterima; dan keuangan yang mendukung solusi.
4.5 Menampilkan Rencana dan Mengatur Implementasinya.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memastikan manajemen senior
mengerti dan menerima rekomendasi solusi; mengatur
implementasi; membuat persyaratan untuk mengkaji ulang,
menyesuaikan dan memelihara rencana pada saat melanjutkan
siklus perencanaan.
2.6 Perencanaan Strategis Teknologi Informasi & Sistem Informasi di Perguruan Tinggi
Menurut Zhe Lv (2011), Perencanaan strategis sistem informasi
untuk perguruan tinggi merupakan peran utama dalam kesuksesan
implementasi sebuah campus-wide information system (Wiggins(1995),
campus-wide information system adalah sebuah sistem yang secara
bersamaan menghubungkan dokumen-dokumen online ke akses kampus
yang telah memiliki sumber daya komputer yang dikontrol dalam satu
wadah). Perencanaan TI yang komprehensif dapat memberikan prediksi
yang lebih sukses di institusi perguruan tinggi. TI dapat digunakan untuk
memfasilitasi akademik dan akitvitas administratif di institusi perguruan
tinggi.
Menurut Noor Azizi Ismail et al (2007), Pentingnya perencanaan
strategis sistem informasi tidak hanya untuk bisnis komersial, akan tetapi
dapat di implementasi pada sistem edukasi. Teknologi informasi
digunakan untuk memfasilitasi akademik dan aktifitas administratif di
20
institusi perguruan tinggi. Campus-wide Information Systems seharusnya
dapat mengintegrasikan seluruh informasi kedalam single platform agar
dapat memastikan bahwa akademik dan aktifitas administratif terkelola
dengan baik dan lancar. Dalam konteks proses belajar mengajar dan
penelitian, TI dapat memfasilitasi proses menciptakan, berbagi informasi,
dan menyebarkan informasi (Titthasiri,2000).
Menurut Frank et al (2009), institusi perguruan tinggi bekerja
dengan perencanaan untuk kebutuhan kedepan, perkembangan dan
terkadang pengurangan. Populasi mahasiswa yang semakin meluas dan
faculty member yang beradaptasi dengan teknologi baru maka sebuah
universitas harus berupaya untuk mendukung kebutuhan ini.
Menurut CIO California State University(CSU), IT Strategic Plan
dirancang untuk memastikan bahwa prioritas dan program-program
teknologi informasi kampus yang menjadi target dalam mendukung CSU.
Sejalan dengan perkembangan kedepan maka proses perencanaan yang
komprehensif dan dinamik maka CSU berfokus kepada sumber daya
manusia dan keungan dalam mencapai visi lingkungan belajar yang
berkualitas tinggi didukung dengan bisnis proses yang efektif. Prioritas
dan koordinasi dalam perencanaan teknologi dan implementasi akan
memastikan mahasiswa CSU, dosen, dan staf memiliki kombinasi dalam
skill, pengetahuan, dan teknologi untuk dapat berkembang baik dalam
teknologi kedepan.
2.7 Alat Analisis
2.7.1 Analisis SWOT
Menurut john ward dan joe peppard, SWOT adalah sebuah alat
untuk mendefinisikan Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman
sebuah perusahaan. Hubungannya adalah dengan factor External dan
Internal perusahaan dimana dapat menganalisa faktor internal ( Strenght,
and Weakness) sehingga dapat di maksimalkan kekuatannya dan
21
meminimalkan kelemahannya. Dari faktor External (Opportunity dan
Threat) dimana dapat memaksimalkan peluang pasar, dan memitigasi
Ancaman-ancaman dari luar.
Gambar 2.3 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006, p18-19), analisis SWOT dalah ident
ifikasi bebagai faktor secara sistemat is untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini dilakukan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang dan ancaman. Jadi, analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal
kekuatan dan kelemahan.
Analisis ini terbagi atas 4 komponen dasar yaitu :
1. S : Strength, merupakan kekuatan dari organisasi.
2. W : Weakness, merupakan kelemahan dari organisasi.
3. O : Opportunity, merupakan peluang dari luar organisasi dan
member ikan peluang kepada organisasi untuk berkembang
dimasa mendatang.
4. T : Threat, merupakan ancaman dar i luar bagi organisasi dan
dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa mendatang.
22
2.7.1.1 Matrik SWOT
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan adalah Matrik SWOT. Mat rik ini menggambarkan bagaimana
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) - meliputi peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan Faktor
Strategi Internal (IFAS) yang meliput i kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinnan alternatif
strategis Rangkuti (2006, p31).
Cara membuat matrik SWOT adalah dengan menggunakan faktor-
faktor strategis eksternal maupun internal sebagaimana telah dijelaskan
dalam tabel EFAS dan IFAS, yaitu dengan mentransfer peluang dan
ancaman dar i tabel EFAS serta mentransfer kekuatan dan kelemahan dari
tabel IFAS kedalam sel yang sesuai dalam matrik SWOT. Kemudian
dengan membandingkan faktor-faktor strategis tersebut lalu dibuatkan
empat set kemungkinan alternatif strategi (SO, ST, WO, WT) Rangkuti
(2006, p35):
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Ini adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman yang ada.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
23
Gambar 2.4 Matrik Analisis SWOT
2.8.1.2 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Menurut Rangkuti (2006, pp22-23), sebelum membuat matrik
faktor strategi eksternal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui faktor
strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah car a-car a penentuan Faktor
Strategi Eksternal (EFAS):
1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat member ikan dampak terhadap faktor
strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan
member ikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh yang bersangkutan. Pember ian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diber
i rating +4, tetapi jika peluang nya kecil, diber i rating +1). Pemberian
nilai rat ing ancaman adalah kebalikan. Misalnya, jika ni lai
ancamannya sangat besar, rating adalah 1. Sebaliknya, jika nilai
ancamannya sedikit ratingnya 4.
24
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
2.8.1.3 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
Menurut Rangkuti (2006, pp24-25), setelah faktor-faktor strategi
internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal
Strategic Faktor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-
faktor strategisi internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness
perusahaan. Tahapnya adalah:
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua
bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
member ikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Var iabel yang bersifat positif (semua variabel
yang masuk kategor i kekuatan) diber i nilai mulai dar i +1 sampai
dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan dengan rata-rata
25
industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat
negatif, kebalikannya. Contoh: Jika kelemahan perusahaan besar sekali
dibandinglan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan
jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah
4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
2.7.2 Analisa Lima Daya Porter
Menurut Ward dan Peppard (2002, p95), persaingan suatu industri
tergantung pada lima kekuatan bersaing yang telah tertuang dalam Lima
Kekuatan Bersaing Porter. Faktor-faktor ini berguna untuk
mengembangkan keunggulan atas persaingan industri untuk lebih
memahami dimana perusahaan beroperasi. Ke- 5 faktor tersebut adalah :
1. Pesaing Industri (Rivalry)
Biasanya perusahaan berusaha untuk mencapai keunggulan yang
kompetitif terhadap pesaingnya. Intensitas persaingan antar perusahaan
bervariasi di seluruh industri. Dalam mengejar keuntungan lebih dari
pada pesaing, perusahaan memiliki langkah yang kompetitif seperti :
26
- Perubahan harga, menaikkan atau menurunkan harga untuk
mendapatkan keuntungan sementara.
- Meningkatkan diferensiasi produk, meningkatkan fitur,
menerapkan inovasi pada proses produk itu sendiri.
- Memanfaatkan saluran distribusi, menggunakan saluran distribusi
baru pada industri.
- Memanfaatkan hubungan dengan pemasok.
2. Ancaman produk pengganti (Threat of subtitutes)
Pada model porter, produk pengganti mengacu pada produk di industri
yang lain. Hal ini terjadi ketika suatu produk dipengaruhi oleh
perubahan harga dari produk pengganti. Sebuah produk dipengaruhi
oleh produk pengganti sebagai produk pengganti menjadi lebih
tersedia, permintaan menjadi lebih mudah diupayakan karena
pelanggan memiliki banyak alternatif.
3. Kekuatan pembeli (Buyer power)
Kekuatan pembeli adalah dampak pelanggan terhadap industri yang
ada. ketika kekuasaan pembeli kuat, dapat digambarkan dimana
terdapat banyak pemasok namun hanya terdapat 1 pembeli, maka
pembeli dapat menetapkan harga.
4. Kekuatan pemasok (Supplier power)
Suatu industri pasti memerlukan bahan baku, tenaga kerja, dan
perlengkapan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya hubungan
antara pembeli-pemasok antar industri. Jika jumlah pemasok sedikit,
maka semakin penting produk, dan semakin kuat posisi produk
tersebut di pangsa pasar.
5. Ancaman pendatang baru (Threat of new entrants and entry
barriers)
Hal ini dipengaruhi dari besar kecilnya hambatan yang masuk, yang
dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan dalam suatu industri.
Jika industri meningkat, maka akan banyak perusahaan yang
memasuki pasar dan mengambil keuntungan. Ketika keuntungan
menurun maka beberapa perusahaan akan keluar dari pangsa pasar
27
sehingga dapat mengembalikan keseimbangan. Solusi yang dapat
menjadi strategi untuk mencegah pendatang potensial memasukki
pasar, adalah menjaga harga tetap secara artifisial rendah.
Gambar 2.5 Five Forces Porter
2.7.3 Critical Success Factors
Rockart (Ward dan Peppard, 2002, p209) mendefinisikan CSF sebagai
area tertentu dalam perusahaan, dimana jika hasil dari area tersebut
memuaskan, maka akan menjamin keberhasilan perusahaan dalam
bersaing. Area tersebut adalah area kunci dimana „sesuatu harus berjalan
dengan baik dan benar‟, sehingga keberhasilan bisnis dapat dicapai dan
terus berkembang.
Manfaat dari analisis CSF menurut Ward dan Peppard (2002, p209) adalah
sebagai berikut :
1. Analisis CSF merupakan teknik yang paling efektif dalam
melibatkan manajemen senior dalam mengembangkan strategi sistem
informasi. Karena CSF secara keseluruhan telah berakar pada bisnis
dan memberikan komitmen bagi manajemen puncak dalam
28
menggunakan sistem informasi, yang diselaraskan dengan pencapaian
tujuan perusahaan melalui area bisnis yang kritis.
2. Analisis CSF menghubungkan proyek SI yang akan
diimplementasikan dengan tujuannya, dengan demikian sistem informasi
nantinya akan dapat direalisasikan agar sejalan dengan strategi bisnis
perusahaan.
3. Dalam wawancara dengan manajemen senior, analisis CSF dapat
menjadi perantara yang baik dalam mengetahui informasi apa yang
diperlukan oleh setiap individu.
4. Dengan menyediakan suatu hubungan antara tujuan dengan
kebutuhan informasi, analisis CSF memegang peranan penting dalam
memprioritaskan investasi modal yang potensial.
5. Analisis CSF sangat berguna dalam perencanaan sistem informasi
pada saat strategi bisnis tidak berjalan sesuai dengan tujuan
perusahaan, dengan memfokuskan pada masalah-masalah tertentu yang
paling kritis.
6. Analisis CSF sangat berguna apabila digunakan sejalan dengan
analisis value chain dalam mengidentifikasi proses yang paling kritis
serta memberikan fokus pada pancapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan yang paling tepat untuk dilaksanakan.
2.7.4 Analisis Portfolio Aplikasi (McFarlan)
Menurut Ward dan Peppard (2002, p42), portfolio aplikasi
menampilkan sebuah analisis dari keseluruhan aplikasi perusahaan, baik
yang ada saat ini, potensial ataupun yang masih direncanakan. Portfolio
aplikasi adalah cara untuk membawa bersama sistem informasi yang telah
ada, yang direncanakan dan potensial kemudian menilai kontribusi
bisnisnya, umumnya berupa matrik 2x2, yang merupakan metode yang
sangat popular untuk menjelaskan dampak dari variabel yang tidak
berkaitan namun saling mempengaruhi. Dalam portfolio aplikasi, sebuah
aplikasi dapat dikategorikan sebagai strategic, high potential, key
operational,dan support tergantung dari peranannya dalam mendukung
29
strategi bisnis perusahaan, baik saat ini maupun disaat mendatang.
Kategori dalam portfolio aplikasi adalah sebagai berikut :
Strategic, adalah aplikasi yang memiliki pengaruh kritis terhadap
keberhasilan bisnis perusahaan dimasa mendatang. Aplikasi
strategis adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dengan
memberikan keunggulan bersaing. Teknologi yang digunakan
tidak menentukan apakah suatu aplikasi strategis atau tidak,
dampaknya pada bisnis perusahaanlah yang menentukan.
Key Operational, adalah aplikasi yang menunjang kelangsungan
bisnis perusahaan. Apabila terhenti, perusahaan tidak bisa
beroperasi dengan normal dan ini akan mengakibatkan
menurunnya keunggulan perusahaan.
Support, adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dalam
meningkatkan efisiensi bisnis dan efektivitas manajeme nnamun
tidak memberikan keunggulan bersaing.
High Potential, adalah aplikasi yang mungkin dapat menciptakan
peluang keunggulan bagi perusahaan di masamendatang, tapi
masih belum terbukti.
Gambar 2.6 Analisis Portfolio Aplikasi
30
Menurut Ward dan Peppard (2002, p306-308), para pengguna dari
suatu aplikasi yang ada, mungkin saja memiliki penilaian dan pendapat
yang berbeda tentang pengkategorian dari aplikasi tersebut. Suatu aplikasi
dapat dikatakan sebagai aplikasi strategic akan tetapi ada saatnya suati
aplikasi dikatakan sebagi sebuah aplikasi support, high potential, atau
bahkan key operational. Dengan adanya perbedaan ini, analisis akan
menjadi tidak pasti dan akan mengarah pada tidak tercapainya suatu
tujuan. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan peniliaian dan
pengkategorian aplikasi yang tepat dan disepakati oleh semua bagian yang
terkati, maka diperlukan suatu alat yang dapat meniliai masing-masing
dari aplikasi tersebut. Salah satunya adalah dengan menuji setiap aplikasi
yang ada dengan daftar pertanyaan berikut :
Tabel 2.1 Daftar Pertanyaan Aplikasi Portfolio
(John Ward dan Peppard, 2002, p307)
Pertanyaan Ya/Tidak
1. Menghasilkan keunggulan kompetitif yang jelas untuk bisnis?
2. Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?
3. Mengatasi kelemahan bisnis yang berhubungan dengan pesaing?
4. Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul dalam waktu
dekat?
5. Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?
6. Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?
7. Menyediakan manfaat yang belum diketahui, tetapi dapat menghasilkan
poin 1 dan 2?
31
Dari tabel tersebut, setiap jawaban “Ya” akan dimasukkan ke tabel berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Aplikasi Portfolio
(John Ward dan Peppard, 2002, p307)
High Potential Strategic Key Operational Support
1. Ya(i)
2. Ya(i)
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya(ii) Ya(ii)
7. Ya
Apabila dalam penilaian suatu aplikasi terdapat jawaban “Ya” lebih
dari 2 kolom, dimana aplikasi tersebut muncul lebih dari satu kategori,
maka aplikasi tersebut harus di uji ulang dengan memecah aplikasi
tersebut menjadi beberapa bagian dan diuji secara terpisah pada masing-
masing bagian. Berikut daftar pertanyaan tambahan yang diperoleh untuk
memperoleh kejelasan dan kepastian :
(i) Apakah manfaat bisnis dan bagaimana cara pencapaiannya telah jelas?
Apabila jawaban “Ya” maka strategic, jika “Tidak” maka high
pontential.
(ii) Apakah kegagalan dalam pemenuhan akan menimbulkan resiko bisnis
yang signifikan?
Apabila jawaban “Ya” maka key operational, jika jawaban “Tidak”
maka support.
2.7.4 Analisis Value Chain (Gabriel)
Analisis value chain menggambarkan kegiatan didalam organisasi dan
sekelilingnya dan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam
analisis kekuatan organisasi yang kompetitif. Oleh karena itu value chain
32
mengevaluasi bagian mana dari setiap aktfitas yang bisa menambah
keunggulan organisasi dalam hal produk atau jasa. Ide ini dibuat
berdasarkan pemahaman bahwa organisasi lebih dari kompilasi random
dari mesin-mesin, peralatan, orang-orang dan uang. Hanya jika beberapa
kumpulan itu disusun menjadi sistem dan aktifitas yang sistematik yang
kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang akan dihargai oleh
konsumen (Porter, 1985).
Gambar 2.7 Model Value Chain oleh Porter
Porter (1985) menyatakan bahwa value chain pada saat dibuat tidak
membayangkan akan digunakan pada sektor yang lebih luas, misalnya
disektor jasa atau pelayanan. Sebagai contoh sektor jasa atau pelayanan
adalah higher education, jelas bahwa ada beberapa komponen dari Porter‟s
Chain ( Inbound dan Outbound Logistic) tidak bisa diterapkan secara
langsung di industry jasa atau pelayanan. Inipun dilalui Gabriel dengan
beberapa diskusi yang dilakukan dengan Porter. Oleh karena itu
Gabriel(2005) mengembangkan value chain untuk diterapkan di higher
education(HE). Value Chain for HE inijuga memiliki 5 atribut utama dan
4 atribut pendukung sebagai berikut :
33
Atribut Utama :
1. Programmes Design
2. Regulatory Recognition
3. Moment of truth Management
4. Learning Spirit
5. Service Competition
Atribut Pendukung :
1. Professional Recruiment
2. Modern Tools and Infrastructures
3. Library with Relevant Books
4. After Sales Service
Gambar 2.8 Model Value Chain HE oleh Gabriel
Adapun penjelesan rinci dari Gambar 2.7 di atas adalah sebagai berikut :
Programmes Design
Program harus dirancang sedemikian rupa sehingga mereka memenuhi
persyaratan dari target pasar dengan standar yang diberikan. Dalam
kebanyakan kasus, service manager adalah kelompok yang bertanggung
jawab untuk menangani tugas ini
34
Regulatory Recognition
Dalam kasus apapun, sebuah institusi dengan programnya, perlu untuk
legal dan profesional diakui. Ini memiliki dampak serius terhadap ekuitas
brand dari program, dan institusi pendidikan tinggi sebagai suatu entitas.
Moment of Truth Management
Moment of Truth Management merupakan perhatian spesial. Dosen,
khususnya, berada dalam posisi untuk membuat bisnis sukses atau
kegagalan hanya dengan dampak saat kebenaran. Ini adalah saat, dimana
siswa akan ingat untuk sisa hidup mereka setelah lulus. Ini membangun
memori pengalaman pelayanan.
Learning Spirit
Belajar adalah komitmen bukan hanya sekedar proses seperti hotel
Layanan transportasi dll Partisipasi jiwa ini bisa dibilang penting. Siswa
harus menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk belajar. Hal ini pada
gilirannya akan memotivasi dosen untuk membuat saat kebenaran lebih
efektif. Dosen mungkin bertanggung jawab untuk membangun semangat
ini atau mengaktifkannya bagi siswa untuk berpartisipasi secara mental
dan fisik dalam proses belajar. Jika siswa tidak menunjukkan tingkat
jelas 'belajar roh' proses pembelajaran tidak efektif dan kadang-kadang
tidak mungkin. Perlu diingat bahwa, partisipasi fisik siswa dalam proses
pembelajaran tidak dan tidak akan pernah cukup untuk membuat proses
belajar yang efektif. Komitmen mental adalah sangat penting. Melalui
interaksi dosen komunikasi yang dapat menentukan efektivitas proses
pembelajaran. Demikian pula dosen juga harus belajar konsep-konsep
baru berkembang.
Service Competition
Harus ada kompetisi untuk membuat semua penyedia layanan peringatan
dari fakta bahwa pelanggan memiliki pilihan yang tersedia bagi mereka.
Hal ini akan merangsang penyedia layanan untuk menjadi inovatif dan
tidak pernah puas. Hal ini akan membuat penyedia layanan sensitif
terhadap waktu maka mengelola kualitas layanan.
35
Profesional Recruitment
Dalam setiap institusi perguruan tinggi, kualitas siswa mengaku program
sangat penting. Hal ini memberikan kontribusi banyak dalam kualitas
lulusan diantisipasi. Harus ada membutuhkan ketelitian, proses yang adil
dan transparan perekrutan.
Modern tools and infrastructure
Dunia berubah begitu cepat dalam hal teknologi dan infrastruktur
lainnya. Institusi Perguruan Tinggi membutuhkan fasilitas yang baik,
yang akan menambahkan banyak untuk apa yang dibahas dalam Bab Dua
sebagai 'bukti fisik' layanan. Jika Institusi Perguruan Tinggi tertentu
menyediakan layanan internet yang baik untuk mahasiswa, Dua Puluh
Empat jam akses ke fasilitas perpustakaan dan internet, ini membuat
perbedaan besar untuk Institusi Perguruan Tinggi yang tidak
menyediakan layanan tersebut. Ruang kelas yang modern, asrama, toilet,
dll, perlu kualitas tinggi dan dihargai oleh para pelanggan.
Library with relevant books
Sebuah perpustakaan yang lengkap sangat penting untuk sistem
pelayanan Institusi Perguruan Tinggi. Hal ini tidak hanya bangunan yang
disebut perpustakaan, tetapi juga sebuah perpustakaan dilengkapi dengan
buku-buku yang relevan. Tidak akan ada gunanya menjaga banyak buku
untuk program rekayasa dalam Perpustakaan dari Institusi Perguruan
Tinggi, yang menawarkan hanya studi bisnis
After sales service
Ini adalah salah satu kegiatan pendukung yang sebagian besar Institusi
Perguruan Tinggi dan organisasi pelayanan lainnya digunakan untuk
mengabaikan. Mereka menganggap itu sebagai pemborosan sumber daya.
Setelah layanan purna jual memiliki manfaat yang luar biasa dalam
jangka panjang. Itu membuat organisasi dalam hubungan yang
berkelanjutan dengan pelanggan sebelumnya..
36
2.8 Penelitian dengan Studi Kasus
2.8.1 Pengertian Studi Kasus
Menurut Creswell (1998), studi kasus adalah sebuah eksplorasi
dari “suatu sistem yang terikat” atau suatu kasus/beragam kasus” yang dari
waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mandalam serta
melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks.
Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat
dikaji dari suatu program, peristiwa, aktvitas atau suatu individu. Dengan
perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali
suatu fenomena tertentu(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan(program,
even, proses, institusi atau kelompok social) serta mengumpulkan
informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.
Menurut Robert K.Yin (2003, p13) studi kasus adalah suatu inkuiri
empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan
jelas; dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan.
2.8.2 Langkah-Langkah dalam Penulisan Studi Kasus
Dalam melakukan studi kasus, ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan antara lain adalah langkah-langkah dalam penulisan studi
kasus. Dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Bodgan &
Biklen, 2006):
a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara
bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih
oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program,
proses, dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek
studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan
batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data,
tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi,
37
wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen
penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah
dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang
berbeda secara serentak.
c) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai
mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-
unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi
hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum
data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau
dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul
atau setelah selesai dan lapangan.
d) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau
penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah
ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk
kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data
baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif,
mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial
secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh
informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke
dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
2.8.3 Struktur penulisan laporan Studi Kasus
Adapun struktur penulisan laporan pada Studi Kasus diuraikan
sebagai berikut (Yin,2003) :
1. Struktur analisis linier, uraian sub-sub topiknya mencakup isu/
persoalan yang diteliti, temuan dikumpulkan dan dianalisa
2. Struktur komparatif, membandingkan antara 2 atau lebih kasus
dengan menggunakan standar yang sama
38
3. Struktur kronologis, menyajikan berdasarkan waktu atau
kejadian secara berurutan
4. Struktur pengembangan teori, untuk mengembangkan teori
sehingga harus mengikuti alur logika pengembangan teori.
5. Struktur ketegangan, menyajikan inti penemuan di tengah
sampai akhir laporan
6. Struktur tidak berurutan, tidak ada standar, yang dipentingkan
disini pengungkapan data secara menyeluruh.
2.8.4 Tipe-Tipe Studi Kasus
Menurut (Baxter, 2008) ada beberapa tipe dari studi kasus,
diantaranya sebagai berikut :
1. Explanatory, jenis studi kasus ini akan digunakan apabila anda
berusaha menjawab pertanyaan. Studi kasus ini berusaha untuk
menjelaskan intervensi permasalahan dikehidupan nyata yang terlalu
kompleks, hasilnya berupa evaluasi penjelasan yang akan
menghubungkan pelaksanaan penelitian dan hasil yang didapat.
Contoh kasus: Joia (2002). Analysing a web based e-commerce
learning community: A case study in Brazil.
2. Exploratory, studi kasus ini digunakan untuk melakukan penelitian
atas terjadinya situasi intervensi yang belum jelas dan akan dievaluasi
berupa satu pokok permasalahan. Contoh : Lotzkar & Bottorff (2001).
An Observational study of the development of a nurse-patient
relationship.
3. Descriptive, tipe studi kasus ini digunakan untuk menggambarkan
suatu intervensi atau fenomena yang terjadi di kehidupan nyata yang
terjadi. Contoh : Tolson, Fleming, & Schartau (2002). Coping with
menstruation: Understanding the needs of women with Parkinson’s
disease.
4. Multiple-case studies, pada multiple studi kasus, memungkinkan
peneliti untuk melakukan eksplorasi perbedaan pada dan antara kasus,
tujuannya adalah untuk mereplikasi temuan pada kasus. Karena akan
39
ditarik suatu perbandingan, peneliti harus cermat terhadap metode ini
sihingga dapat memprediksi hasil yang akurat. Contoh : Campbell &
Ahrens (1998). Innovative community services for rape victims : An
application of multiple case study methodology.
5. Intrinsic, menggunakan istilah intrinsik dan peneliti dalam melakukan
penelitian harus melakukan pendekatan agar memahami kasus dengan
baik , namun hal ini bukan yang utama dilakukan, karena kasus
tersebut merupakan kasus yang menggambarkan sifat tertentu, kasus
tersebut berupa kepentingan dan hasilnya bukan untuk membangun
teori. Contoh : Hellstorm, Nolan, & Lundh (2005). “We do things
together” A case study of “couplehood” in dementia.
6. Instrumental, digunakan untuk mencapai pemahaman pada situasi
tertentu, hal ini memberikan wawasan menjadi masalah atau
membantu dalam menyempurnakan suatu teori, kasus ini meneliti
secara mendalam dan rinci. Kasus ini tidak dapat dilihat sebagai
sesauatu yang khas. Contoh : Luck, Jackson, & Usher (2007).
STAMP: Components of observable behaviour that indicate potential
for patient violence in emergency departments.
7. Collective, merupakan deskripsi dari beberapa kasus penelitian.
Contoh : Scheib (2003). Role stress in the professional life of the
school music teacher : A collective case study.
40
2.9 Uraian Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
1 Case study: strategic information
systems planning in Shanghai key
universities in Yangpu District
(2011)
Studi mempelajari SISP (Strategic
Information System Plan) dan
imple mentasinya di beberapa
universitas top di shanghai yang
berada di distrik Yangpu. Secara
spesifik 3 konten yang dipelajari
adalah status saat ini, keunggulan,
dan masalah.
Menggunakan data dan
material yang tersedia
didalam kombinasi
elemen pendukug
penelitian seperti
survey kuisioner dan
wawancara.
Menggunakan MAMPU
Guideline sebagai
sumber referensi didalam
kuisioner, dimana dibuat
beberapa modifikasi
penam bahan sesuai
situasi yang ada disetiap
distrik. Kuisioner dibagi
2 sesi : Sesi A untuk
menggali informasi dari
uni versitas sedangkan
sesi B dibuat untuk
menilai presepsi res
ponden terhadap
pentingnya setiap poin-
poin dari outline
MAMPU.
Semua universitas yang
diteliti adalah unive sitas
yang telah berdiri selama
lebih dari 50 tahun. Dan
sudah dipertimbangkan
kema tangannya. Dari
hasil penelitian, 3 dari 5
institusi tsb telah
menyelesaikan imple
mentasi SISP. 1 institusi
masih dalam tahap
implementasi dan yang
lainnya masih dalam
tahap perencanaan.
2 Perencanaan Strstegis Pada Institusi
Pendidikan Tinggi Studi Kasus
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi &
Sekretaris Tarakanita.
STIKOM & Sekretaris
Tarakanita memiliki beberapa
masalah yang dihadapi seperti
optimalisasi sumber daya, kurang
koordinasi data, infrastruktur
kurang menunjang, dan lain
sebagainya. Maka dari itu
penelitian menelusuri masalah
yang dihadapi oleh STIKOM &
Sekretaris Tarakanita dan
memberi alternatif
pemecahannya.
Metodologi yang
digunakan adalah
modifikasi dari
metodologi price
waterhouse dengan
masukan dari beberapa
metodologi ward
peppard, Tozer, James
Martin, serta Titthasiri.
Dilakukan beberapa
analisa diantaranya :
1.Analisa Lingkungan
Eksternal Bisnis
Organisasi dengan tool
PEST,MP3, Five Forces
2. Analisa Lingkungan
Eksternal SI/TI dengan
mengetahui tren
teknologi saat ini.
3. Analisa Lingkungan
Internal Organisasi
Hasil yang didapatkan
adalah perumusan
strategi SI/TI dan
Pengembangan
Implementasinya.
41
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
dengan tool Activity
Chain dan CSF.
4. Analisa Lingkungan
Internal SI/TI dengan
menelaah sumber daya
SI dan TI dalam
organisasi
5. Identifikasi Solusi
SI/TI dari hasil analisis
lingkungan organisasi
dan lingkungan SI/TI
3 Information Technology Strategic
Planning Process for Institutiom of
Higher Education in Thailand (2001)
Penelitian ini memaparkan survey
status IT dan ITSP di perguruan
tinggi swasta maupun negeri di
Thailand. Kuisioner yang
disebarkan ke 18 institusi negeri
dan 16 institusi swasta meng
hasilkan penemuan yang
mengatakan bahwa adanya
keterkaitan IT terhadap area
akademik dan administrasi. Salah
satu masalah dalam Manajemen
IT pada institusi perguruan tinggi
di Thailand adalah kurangnya
perenca naan.
Penelitian ini
menggunakan field
survey research
methodology.
Menggunakan riset
populasi dan sample.
Melibatkan adminis
trator (CIO,vice
president) dan IT
professional di institusi
perguruan tinggi di
Thailand.
Menggunakan
instrumentation yaitu
kuisioner untuk
administrator dan
kuisioner untuk IT
professional.
Implementasi riset dan
pengumpulan data. 102
administrator dan 34
IT professional dari 34
institusi perguruan
tinggi Thailand
diminta untuk
menyelesaikan
Dari hasil penelitian, 30
% institusi perguruan
tinggi di Thailand sudah
mengembangkan ITSP.
Namun ditemukan
bahwa ITSP yang ada di
institusi memiliki
kelemahan pada
komponen dan
prosesnya. Ini terjadi
karena kurangnya
pemahaman akan proses
perencanaan strategis.
Maka dari itu
didapatkanlah susunan
dari proposal ITSP yang
dibagi dalam 4 tahap.
Tahap 1 :
Organizing a Planning
Team
Tahap 2 :
Fact-Finding and Tren
42
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
kuisioner.
Data yang didapat
dianalisa
menggunakan SPSS
program
Assesment
Tahap 3 :
Determination and
Dissesmination of IT
Strategies
Tahap 4 :
Implementation and
Revision
4 Strategic Information Planning and
Campus Information Systems
Development in Indonesia. (1999)
Penelitian ini memper
timbangkan apakah perencaan
strategis berpengaruh terhadap
perkembangan dan pentingnya
sistem informasi di kampus
Indonesia. Studi ini dilakukan
dengan meneliti pandangan dari
staff akademik dan dengan
analisa dokumen perencanaan.
Metodologi yang
digunakan adalah
kombinasi dari case
study dan survey
approach yaitu
mengumpulkan data
dari kusioner yang
disebarkan.
Dokumen perencanaan
strategis dianalisa untuk
melihat pengaruhnya
didalam peraturan
sebagai informasi stra
tegis dan manajemen.
Survey yang dilakukan
mengambil sampel dari
staff akademik di
perguruan tinggi sbb:
ITB
UI
UNDIP
UGM
26 responden adalah user
si pengguna sistem dan
selebih nya adalah
penyedia informasi dan
sistem administrator.
Adapun temuan yang
didapat diantaranya :
Pelayanan Sistem –
Ketersediaan
Informasi.
Dari tipe informasi
yang ada (aktifitas
penga jaran, record
alumni,dll) maka
responden paling
sering mencari infor
masi aktifitas
penelitian. Dan juga
informasi yang
disediakan tsb paling
banyak diguna kan
mahasiswa diban
dingkan alumni.
Pelayanan Sistem –
Penggunaan Teknologi
Frekuensi pencarian
informasi dari user
berbeda-beda tergan
tung dari apakah
melihatnya dengan
43
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
manual atau dengan
sistem. Untuk menda
patkan informasi dari
akademik lebih ke
interaksi personal.
Sedangkan untuk
memberikan informasi,
institusi paling banyak
menggunakan papan
pegumuman dan
sedikit yang
menggunakan
teknologi komunikasi
data.
System Performance
Waktu respon dalam
mendapatkan
informasi dengan
manul ataupun sistem
otomatis ke banyakan
reasonable
Organisational
Context and IS
Responden merasakan
pentingnya sistem
infor masi yang
terencana.
5 Startegic Information Systems
Planning in Malaysian Public
University (2007)
Mempelajari status terkini,
masalah, dan manfaat
implementasi SISP di Universitas
Negeri di Malaysia
Studi ini menggunakan
elemen pendukung
penelitian yaitu survey
dengan kuisioner dan
wawancara.
Menggunakan MAMPU
Guideline sebagai
sumber refe rensi
didalam kuisioner,
dimana dibuat beberapa
modifikasi penamba han
Dari penelitian
dihasilkan bahwa
Universitas Negeri di
Malaysia sadar akan
pentingnya SISP. Satu
universitas sudah
44
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
sesuai situasi yang ada
disetiap distrik.
Kuisioner dibagi 2 sesi :
Sesi A untuk menggali
informasi dari uni
versitas sedangkan sesi
B dibuat untuk menilai
presepsi responden
terhadap pentingnya
setiap poin-poin dari
outline MAMPU.
mengimplementasi
SISP., sedangkan 15
Universitas lain masih
dalam tahap perencenaan
dan implementasi.
6 Information Systems Strategic
Planning At the Siliwangi University
Tasikmalaya (2010)
Penelitian dilakukan untuk
menghasilkan Strategi bisnis
sistem informasi, strategi
manajemen, dan strategi IT.
Metodologi yang
digunakan adalah ITSP
yang direferensi dari
metode John Ward &
Peppard
7 Analisis untuk Perencanaan Strategi
Sistem dan Teknologi Informasi
pada PT.Ritrans Cargo (2007)
Sistem informasi yang berjalan
pada PT . Ritrans Cargo saat ini
belum menghubungkan antara
divisi yang satu dengan divisi
lainnya. Ini menyebabkan
informasi tidak terintergrasi
dengan baik dan sering terjadi
duplikasi data sehingga
menghambat keputusan para
eksekutif. Maka dari itu
diperlukan Perencanaan Strategis
Teknologi Informasi di
PT.Ritrans Cargo.
Penelitian ini
menggunakan metode
John Ward & Peppard
Mengacu kepada metode
John Ward & Peppard,
analisis yang dilakukan
sbb :
Analisa Lingkungan
Bisnis ( PEST, PLC &
BCG, Industry
Competitive, SWOT,
CSF)
Analisa IS/IT ekstern
(Value Chain, Creative
Thinking)
Analisa IS/IT intern (
Hirariki fungdi/proses,
Model organisasi)
Dari hasil analisis yang
dilakukan, didapatkanlah
usulan aplikasi sebagai
berikut :
Sistem Informasi
Eksekutif dan Sistem
Penunjang Keputusan
(DSS)
Sistem Informasi
Keuangan dan
Akuntansi yang
terintegrasi
Sistem Informasi
Operasional
terintergrasi dan
Sistem Informasi
Penelusuran Order
45
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
Pengiriman
Sistem Informasi
Personalia
Sistem Informasi
Pemasaran
Pengembangan
website perusahaan
dengan menambahkan
fasilitas layanan
terhadap pelanggan.
8 Perancangan Strategis Sistem
Informasi IT Telkom untuk Menuju
World Class University(2009)
Organisasi Teknologi
Informasi(TI) suatu institusi
pendidikan seperti Intitusi
Teknologi Telkom(IT Telkom)
harus memiliki kerangka
pedoman pengembangan sistem
informasi dan dokumentasi yang
memadai mengenai sistem dan
teknologi yang ada.
Penelitian ini
menggunakan
metodologi Growing
Enterprise Architecture
Framwork
Adapun pengujian yang
dibahas dalam penelitian
ini :
Arsitektur Bisnis
Melihat kondisi
eksisting dari IT
Telkom dan
menentukan target
yang dicapai serta
analisis gap antara
keduanya
Arsitektur Informasi
Digunakan
menganalisa proses
bisnis dasar dan
aplikasi IT Telkom
untuk menentukan
apakah terdapat bisnis
pross yang berbagi
data.
Arsitektur Solusi
Mengkomunikasikan
Usulan Perencanaan
Strategis SI/TI IT
Telkom 2010-2013
sesuai RENETA II IT
Telkom dijabarkan sbb :
Melanjutkan program
pengembangan
perencanaan strategis
SI/TI IT Telkom.
Pembangunan Aplikasi
Implementasi integrasi
aplikasi/ infrastruktur
Pengembangan
aplikasi(lanjutan)
Untuk rekemondasi
pengembangan aplikasi
sbb:
- KMS SMBB
- KMS Penelitian
- EIS DSS Perwalian
- SI Pengabdian
46
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
teknologi pendukung
dalam penerapan
sistem aplikasi melalui
pemahaman portfolio
aplikasi IT Telkom
saat ini, penerapan
teknologi bagi sistem
aplikasi baru dan
penerapan telnmlogi
masa depan.
Arsitektur Teknologi
Mendefinisikan
teknologi utama yang
dibutuhkan untuk
implementasi aplikasi
di lingkungan IT
Telkom
Masyarakat
- KMS Kemahasiswaan
- Administrator Kuliah
Non Reguler
- DRP
- Manajemen Rekruitasi
- Manajemen Kinerja
Personal
- Manajemen Aset
- Alumni Tracing Center
- Web Conferencing
9 Implementasi IT Balanced Scorecard
di Perguruan Tinggi (2007)
Perkembangan implemenstasi
Teknologi Informsai dan
Komunikasi (TIK) di perguruan
tinggi berjalan cepat dan banyak
memanfaatkan baik hardware,
software, infrastruktur jaringan,
serta pengembangan digital
content. Dan ini pun semakin
mendorong, meningkatkan
kegiatan dan biaya investasi serta
biaya operasional yang lain serta
semakin banyak TIK pada
perguruan tinggi yang harus
diimbangi dengan visi misi
perguruan tinggi tersebut.
Pada penelitian
menggunakan 4
perspektif IT Balanced
Scorecard
4 perspektif IT Balanced
Scorecard yang
dilakukan adalah :
- Corporate
Contribution.
Berisi ukuran yang
menunjukkan
bagaimana manajemen
(pimpinan) meniliai
organisasi TIK
- User Orientation
Berisi ukuran yang
menunjukkan
bagaimana user
menliai/melihat hasil
organisisasi TIK
Adapun susunan IT
Balanced Scorecard
perguruan tinggi sesuai
dengan fungsi organisasi
TIK di perguruan tinggi :
Corporate Contribution
Goal : Meningkatkan
Kontribusi TIK dalam
organisasi perguruan
tinggi
User Orientation
Goal: Menerapkan
“Service Level
Agreement,
Membangun kerjasama
industri
47
No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil
- Operational
Excellence
Berisi ukuran
efektifitas & efisiensi
proses TIK
- Future Orientation
Berisi ukuran yang
menggambarkan
bagaimana posisi TIK
dalam tantangan
kedepan.
Operational Excellence
Goal : Meningkatkan
kualitas operasional
Future Orientation
Goal : Membangun
SDM yang baik.
10 Perencanaan Strategis Sistem
Informasi Perguruan Tinggi (Studi
kasus di Universitas Diponegoro
Semarang )
Universitas Diponogoro masih
menggunakan sistem informasi
hanya sebagai alat pendukung
pengolah data dan belum
digunakan sebagai alat yang
strategis untuk mendukung
keunggulan kompetitifnya.
Permasalahan yang timbul di
Universitas Diponogoro
dipaparkan sbb :
- Ada sistem informasi yang
dimanfaatkan manajemen
namum belum terperinci dalam
perencenaan strategisnya
- Informasi untuk mahasiswa
dalam akademik dan
kemahasiswaan sering
terlambat
- Kurang cepatnya informasi
berupa laporan kerja harian,
karena masih menggunakan
cara konvensional (surat)
Memakai metodologi
yang mengacu kepada
metodologi John ward
dan Edwin E.Tozer.
Penelitian kualitatif dan
kuantitatif digunakan
dalam penelitian ini.
Menggunakan kuisioner
dengan item pertanyaan
sebagai berikut :
- Sistem Informasi
Akademik
- Sistem Informasi KP
dan Skripsi
- Website Universitas
- Koneksi Internet
- Sistem Informasi
Bursa Kerja
Setelah itu dianalisa
menggunakan SPSS tool.
Selanjutnya analisa
portfolio aplikasi dengan
analisa portfolio Mc
Farlan
Sistem Informasi
Akademik dan
Websiter Universitas
Diponogoro memiliki
nilai strategis karena
kedia sistem ini
memberikan nilai
strategis langsung
kepada Undip.
Sistem Informasi Kerja
Praktek dan Skripsi ,
Akses Internet untuk
mahasiswa dan Sistem
Informasi Bursa Kerja
serta Sistem Informasi
Kepegawaian
memberikan nilai
turnaround yang
memberikan
keunggulan kompetitif
langsung kepada
Undip.