33
15 BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN A. Metode Qiroati 1. Pengertian Metode Metode dalam pengertian yang lebih komprehensif diartikan sebagai cara, bukan sekedar langkah atau prosedur. Dengan demikian, metode mengandung pengertian yang fleksibel sesuai kondisi dan situasi dan mengandung implikasi mempengaruhi serta saling ketergantungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam pengertian yang kedua (implikasi saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik) berada dalam proses kebersamaan yang menuju ke arah tujuan tertentu. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metados”. Kata ini terdiri dari dua suku kata; yaitu “metha” yang berarti melalui/melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab, metode disebut “thoriqah”. Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. (Armai Arif, 2002:40) Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) dijelaskan, metode mengandung arti cara yang teratur dalam berpikir baik-baik untuk mencapai tujuan. (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 763) Metode, sebagaimana dijelaskan oleh Koentjaraningrat (1989:7) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

15

BAB II

PENERAPAN METODE QIROATI DAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Metode Qiroati

1. Pengertian Metode

Metode dalam pengertian yang lebih komprehensif diartikan

sebagai cara, bukan sekedar langkah atau prosedur. Dengan demikian,

metode mengandung pengertian yang fleksibel sesuai kondisi dan situasi

dan mengandung implikasi mempengaruhi serta saling ketergantungan

antara pendidik dan peserta didik. Dalam pengertian yang kedua

(implikasi saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik)

berada dalam proses kebersamaan yang menuju ke arah tujuan tertentu.

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani

“metados”. Kata ini terdiri dari dua suku kata; yaitu “metha” yang berarti

melalui/melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa

Arab, metode disebut “thoriqah”. Dan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu

cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai

tujuan pengajaran. (Armai Arif, 2002:40)

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) dijelaskan,

metode mengandung arti cara yang teratur dalam berpikir baik-baik

untuk mencapai tujuan. (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 763)

Metode, sebagaimana dijelaskan oleh Koentjaraningrat (1989:7)

adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami

obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Page 2: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

16

Winarno Surachman (1982:131) mendefinisikan, metode adalah

merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan,

misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan

teknik serta alat-alat tertentu.

Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur

dan sistematis dalam melaksanakan suatu suatu pekerjaan guna mencapai

tujuan yang di inginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil

yang efektif dan efisien.

Kata metode juga dapat diartika dengan kata “metodologi”, yang

secara ringkas berarti pembahasan tentang metode atau metode-metode

(Ahmad Tafsir, 1997: 12)

Dengan kata lain metodologi adalah ilmu tentang metode-

metode yang mengkaji/membahas mengenai bermacam-macam metode

mengajar, tentang keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat/serasi

untuk penyajian pelajaran apa, bagaimana penerapannya dan sebagainya

(Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, t.th: 1-2)

Banyak macam jenis metode tersebut, disebabkan oleh karena

metode tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor berikut:

a. Tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing bidang studi

b. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik

atau murid

c. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian atau kemampuan dari

masing-masing guru

d. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran

berlangsung termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan

faktor geografis yang berbeda-beda.

e. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara

kualitas maupun kuantitasnya (Zuhairini dkk, 1983: 80).

Page 3: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

17

2. Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Pembelajaran membaca al-Qur’an terdiri dari tiga kata, yakni

pembelajaran, membaca dan al-Qur’an. Ketiga kata tersebut tidak dapat

berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan yang erat antara satu

dengan yang lainnya. Sehingga ketiganya mempunyai pengertian yang

integral yaitu pengertian pembelajaran membaca al-Qur’an atau

pembelajaran tentang membaca al-Qur’an

Kata “pembelajaran” merupakan terjemahan dari kata

“instruction” (Wina Sanjaya, 2007:102). Istilah ini banyak dipengaruhi

oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai

sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa

mempelajari segala sesuatu lewat berbagai media, seperti bahan-bahan

cetak, progam televisi, gambar, audio dan lain sebagainya. Sehingga

semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam

mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar

menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Sebagaimana

ungkapan Gagne yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2007:102) dalam

bukunya Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

bahwa pembelajaran adalah “Instruction is a set of event that effect

learners in such a way that learning is facilitated”, yang artinya

“Pembelajaran adalah satu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi

pelajar sedemikian rupa sehingga pelajaran dimudahkan.”

Sehingga menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan

bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih

ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai

sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan

siswa dalam mempelajari sesuatu.

Page 4: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

18

Dalam istilah “pembelajaran” lebih dipengaruhi oleh

perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan belajar. Dalam hal ini, siswa diposisikan sebagai subyek

belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses

belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh bahkan secara

individual mempelajari bahan pelajaran. (Wina Sanjaya, 2007:103).

Hal itulah yang membedakan antara pembelajaran dan

pengajaran. Kalau dalam istilah pengajaran atau teaching menempatkan

guru sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka dalam

istilah pembelajaran atau instruction, guru lebih banyak berperan sebagai

fasilitator, memenej berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.

Selanjutnya, menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo, yang

mengutip pendapatnya Wuryadi menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

proses perubahan status siswa dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi

pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. (Endang Poerwanti dan Nur

Widodo, 2002:4)

Dan menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 1978:23)

Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa

pembelajaran adalah proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap

dan perilaku) dengan melibatkan unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Secara keseluruhan yang dimaksud pengertian pembelajaran

membaca al-Qur’an adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan-

perubahan kemampuan melafalkan kata-kata, huruf atau abjad al-Qur’an

yang diawali huruf (ء) sampai dengan huruf (ي) yang dilihatnya dengan

mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan mengingat-ingat.

Selama ini ada beberapa metode pembelajaran yang bisa mengantarkan

Page 5: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

19

seseorang dapat membaca al-Qur’an. Metode-metode tersebut antara

lain: (Abdullah Salim, 1993:3-4)

a. Metode meniru (Thariiqah Musyaafahah)

Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang

dimulai dengan meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai

hafal. Setelah itu diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca

dan harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu. Yaitu

metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang dimulai dengan

meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal. Setelah itu

diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca dan harakatnya dari

kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.

b. Metode sinthetik (Thariiqah Tarkiibiyyah)

Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an dimulai

dari mengenali huruf hijaiyah, yang dimulai huruf ا sampai dengan

baru diperkenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat ى

dijumpai dalam tuntunan membaca al-Qur’an yang termuat dalam

“Turutan” atau biasa disebut cara “Baghdadiyyah”.

c. Metode mengenalkan cara membaca al-Qur’an yang sesuai dengan

kaidah-kaidahnya.

Yaitu metode pembelajaran al-Qur’an diawali dengan

mengenalkan huruf tanpa dieja. Dengan kata lain mengajarkan

membaca huruf-huruf atau kata-kata Arab yang sudah bersyakal

dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode ini

diperkenalkan oleh metode Qiraati dan Iqra’. Tujuan yang ingin

dicapai Qiraati adalah agar penggunanya dapat membaca dengan

tartil.

d. Metode bunyi (Thariiqah Shautiyyah)

Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-

huruf hijaiyah, tetapi memperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang

sudah diharakati atau bersyakal seperti A, BA, TA dan seterusnya.

Ada juga yang memaparkan contoh semisal “MA TA” (mim fathah,

Page 6: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

20

ta’ fathah) lalu disertai gambar “mata”. Dari bunyi-bunyi huruf

inilah nantinya dirangkai dalam bentuk kalimat yang teratur.

Metode ini biasanya dipakai untuk mengantarkan seseorang

agar dapat membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pula

yang bagian depannya seakan-akan mengarah ke bahasa Arab,

namun pada bagian tengah sudah diperkenankan potongan-potongan

ayat. Dalam metode ini ada kesan agak sukar karena tidak

dipersiapkan sejak awal untuk mengenal al-Qur’an meskipun juga

bahasa Arab.

Selain metode di atas dalam mengajar Al-Qur’an banyak

metode lain juga yang digunakan, yang mana semua itu bertujuan

agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar.

Metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan

pembentukan anak. Adapun hasil pembiasaan yang dilakukan oleh

pendidik adalah terciptanya kebiasaan bagi anak didik. (Winarno

Surakhmad, t.th: 75) Dalam pembinaan membaca Al-Qur’an

seharusnya melalui pembiasaan karena hal tersebut membutuhkan

waktu yang panjang dan perlu latihan terus menerus. Adapun hal-hal

yang menyangkut tentang pembiasaan antara lain:

1) Pembiasakan dalam mengenal huruf hijaiyah yang telah

disampaikan yaitu dengan cara mengulang-ulang agar anak

didik dapat membedakan antara huruf satu dengan huruf

lainnya.

2) Membiasakan anak didik untuk mengenal tanda baca dan

panjang pendeknya bacaan.

3) Membiasakan anak didik untuk menghafal surat-surat pendek,

do’a sehari-hari agar anak didik terbisaa untuk menjalankannya.

Page 7: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

21

b. Metode Hafalan

Mengajarkan Al-Qur‟an dengan cara yang baik tidak hanya

membuat anak menjadi cinta terhadap Al-Qur’an tetapi juga

meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahami

Al-Qur’an. Dari sini kemudian terbentuk pemahaman pada anak

bahwa menghafal Al-Qur’an itu adalah amal dan perbuatan yang

mulia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kecintaan anak terhadap

Al-Qur’an sebelum memulai menghafalnya. Hal ini perlu dilakukan

karena menghafal Al-Qur’an tanpa didasari cinta terhadap Al-Qur’an

tidak akan apa-apa. Sebaliknya bahwa mencintai Al-Qur’an

dibarengi dengan menghafalnya, akan menumbuhkan prilaku mulia

dan beradap pada anak (Sa’ad Riyadh, 2007: 5-6).

c. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah salah satu cara penyampaian

bahan pengajaran dalam bentuk pemberian tugas tertentu dalam

rangka mempercepat target pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun Penerapan metode pemberian tugas antara lain:

1) Dapat dilakukan pada saat KBM klasikal, tugas dapat diberikan

secara individual, terutama bagi anak didik yang dinilai lambat

dalam memenuhi target pencapaian pengajaran.

2) Pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau petunjuk

tertulis, misalnya tugas menghafal, menyalin bahan tulisan dan

lain sebagainya.

3. Metode Qiroati

a. Pengertian Metode Qiroati

Metode Qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an

yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai

dengan qoidah ilmu tajwid, dengan membaca Al-Qur’annya secara

langsung dan pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan

ilmu tajwid. (M. Nur Shodiq Achrom, t.th: 11). Membaca Al-Qur’an

secara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun

Page 8: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

22

Al-Qur’an tidak dengan cara mengijah akan tetapi dalam

membacanya harus secara langsung. Metode Qiraati merupakan

metode pengajaran membaca al-Qur’an dengan bunyi huruf-huruf

hijaiyah yang sudah berharakat (tanda baca). Dalam pelajaran ini,

anak tidak boleh mengeja tapi langsung membaca bunyi huruf yang

berharakat tersebut. Sejak awal anak dituntut membaca dengan

lancar yaitu: cepat, tepat dan benar. (Imam Murjito, t.th: 4).

Qiro’ati adalah suatu metode pembelajaran Al-Qur’an yang

dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy metode praktis belajar

membaca Al-Qur’an. ini yang tersusun menjadi sepuluh buku.

Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

1) Materi Pra TK

2) Jilid I

Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca

Alquran. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar

pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.

3) Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah

terpenuhi target Jilid I

4) Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan

pada bacaan panjang (huruf mad).

5) Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil

dan bertajwid.

6) Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah

harus mampu membaca dengan baik dan benar.

7) Juz 27

8) Jilid VI

Page 9: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

23

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian

dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.

9) Musykilat ghorib

Buku Ghorib dan musykilat ini adalah paket untuk TKQ di

buat amat sederhana, bukan buku ilmiah. Ghorib di artikan

sebagai ayat-ayat yang tulisan dan bacaannya tidak sama. Di

baca mengikuti Qiro'ahnya Imam 'Ashim riwayat Imam Hafsh.

Sedangkan Musykilat di artikan sebagai ayat yang

membingungkan, pembaca sering salah meski tulisan dan

bacaannya sama.

10) Tajwid

Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai

sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik

agar target-target itu tercapai. Santri/ anak didik dapat naik

kelas/ jilid berikutnya dengan syarat. (M. Nur Shodiq Achrom,

t.th: 13-15)

Metode qiroati merupakan sebuah metode pembelajaran Al-

Qur’an dikalangan masyarakat, khususnya di Taman Pendidikan Al-

Qur’an (di TPQ Indonesia). Metode qiroati pertama kali di susun

oleh H. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang Jawa Tengah

Indonesia. Metode Baghdadiyah digunakan oleh umat Islam hampir

diseluruh dunia. Dengan metode ini banyak kaum muslimin yang

mahir dalam membaca Al-Qur’an walaupun membutuhkan waktu

yang relatif lama untuk pengajarannya. (Harapan, Sadar, 2002: 1)

Dimulai dari kenyataan diatas kemudian H. Dahlan Salim

Zarkasyi menggagas metode baru dengan alasan metode lama

dipandang kurang efektif mengkontruksi atau menjadikan para anak

didik untuk lancar membaca Al-Qur’an. Dari eksperimen yang

beliau lakukan dengan cara anak didik yang belajar dengan metode

Baghdadiyah dikumpulkan dan ditanyakan abjad hijaiyah, hasilnya

anak didik mampu dengan lancar menghafalkannya. Namun ketika

Page 10: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

24

ditanya abjad huruf hijaiyah dengan sebagian lainnya ditutupi (yang

tidak di tanyakan) hasilnya ternyata mereka tidak bisa membacanya

kecuali yang ditutupinya itu di buka.

Dari eksperimen yang beliau lakukan, H. Dahlan Salim

Zarkasyi mengambil kesimpulan bahwa metode Baghdadiyah itu

terlalu gampang dihafal namun kurang efektif mengkontruksi

pemahaman pada diri anak didik. Pada tahun 1986 diterbitkannya

buku metode qiroati yang tersusun dari 8 jilid, setelah diadakan suatu

kajian atau penelitian tentang efektifitas pembelajarannya ditemukan

suatu hasil yang kurang efektif (khusus dari aspek waktu) dan

akhirnya disususn kembali dalam 6 jilid.

Metode qiro’ati juga mempunyai tujuan yaitu menjaga dan

memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur’an dari segi bacaan

yang benar sesuai dengan kaidah tajwidnya, menyebarkan ilmu baca

al-Qur’an yang benar, mengingatkan guru ngaji agar berhati-hati

dalam mengajar al-Qur’an, dan meningkatkan kualitas pendidikan

atau pengajaran al-Qur’an. (Imam Murjito, t.th:4)

b. Sejarah Metode Qiroati

Awal mula pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih

menggunakan sistem pengajian yang berada di mushola/langgar,

masjid, dan bahkan di rumah-rumah. Sebagian besar metode yang

diterapkan yakni dengan menggunakan turutan yang didalamnya

berisi Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca

Al-Qur’an. Metode ini merupakan metode yang disusun oleh ulama’

Baghdad, seiring berjalannya waktu khususnya anak-anak mulai

enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap

kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa

membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.

Pada pertengahan tahun 1986 dikalangan umat islam muncul

metode yang disusun oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang

yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun.

Page 11: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

25

Metode ini muncul dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam

mencari metode belajar membaca Al-Qur’an dengan meneliti dan

mengamati pengajian anak-anak di luar daerah.

Awalnya beliau mengajarkan ngaji kepada anak-anaknya

dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan, akan

tetapi hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya

mengahafaal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy

mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat

berkesempatan mengambil barang diluar kota, beliau selalu

menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-

anak ada di mushalla, langgar dan masjid setempat, ternyata hasilnya

tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.

Berdasarkan rasa ketidak-puasan dengan hasil mengaji

dengan kitab turutan, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil

menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun

menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz

Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode

Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’.

Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan

metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’

semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk

menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti

dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H

Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang

sekitarnya. (Dahlan Salim Zarkasy, 1996: 6-9)

Metode membaca al-Qur’an ini baru berakhir disusun pada

tahun 1963 M oleh H.Dahlan Salim Zarkasyi, yang terdiri dari 6

jilid. Buku ini merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari

kaidah Bagdadiyah. Metode Qiroati ini, secara umum bertujuan agar

siswa mampu membaca al -Qur’an dengan baik sekaligus benar

menurut kaidah tajwid. (Imam Murjito, t.th: 9)

Page 12: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

26

Secara umum, pembelajaran membaca al-Qur’an dengan

metode Qiroati adalah sebagai berikut;

1) Dapat digunakan pengajaran secara klasikal dan individual

2) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi

pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.

3) Siswa membaca tanpa mengeja

4) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca

dengan cepat dan tepat. (Imam Murjito, t.th: 13)

c. Prinsip Metode Qiro’ati

Metode Qiraati mempunyai dua prinsip dasar yang

diperuntukkan bagi guru dan murid, yaitu:

1) Prinsip dasar bagi guru (pengajar)

a) DAK-TUN (tidak boleh menuntun). Dalam mengajarkan

buku Qiraati, guru tidak diperbolehkan menuntun namun

hanya diperbolehkan membimbing.

b) TI-WAS-GAS (teliti-waspada-tegas)

2) Prinsip dasar bagi murid

a) CBSA + M (cara belajar siswa aktif dan mandiri). Dalam

belajar membaca al-Qur’an, murid sangat dituntut

keaktifannya dan kemandiriannya. Sedangkan guru hanya

sebagai pembimbing dan motivator.

b) LCTB (Lancar: Cepat, Tepat dan Benar). (Imam Murjito,

t.th:21-22)

d. Strategi Pembelajaran Qiroati

Strategi mengajar merupakan pola-pola kegiatan belajar

mengajar daripada guru dengan murid dalam mencapai tujuan.

Menurut Wina Sanjaya (2007: 126) strategi pembelajaran adalah

suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara

bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa

yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar dalam

Page 13: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

27

mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam strategi. (Dahlan

Salim Zarkasy, 1996: 15)

1) Strategi pembelajaran secara umum (global)

a) Individual atau Privat atau Sorogan

Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan

dengan cara satu persatu (secara individual) sesuai dengan

materi pelajaran yang dipelajari atau dikuasai murid. Pada

waktu menunggu giliran belajar secara individu, murid yang

lain diberi tugas menulis atau yang lainnya. Anak didik

bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman

sesuai dengan kemampuan.

b) Klasikal-Individual

Klasikal artinya semua murid dalam waktu yang sama

melakukan kegiatan belajar yang sama proses belajar

mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk

klasikal sebagian waktu yang lain untuk mengajar individu.

Sebagian waktu digunakan pendidik untuk

menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal

sekedar 2 atau 3 halaman dan sebagian lagi untuk individu

atau sorogan.

c) Klasikal-Baca Simak

Strategi mengajar baca simak yaitu proses belajar

mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk

membaca bersama- sama (klasikal) dan sebagian waktu

yang lainnya untuk membaca secara individu atau

kelompok sedangkan murid yang lainnya menyimak.

Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca

dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain. Caranya yaitu:

1) Pendidik menerangkan pokok pelajaran mulai dari

kelompok halaman terendah (secara klasikal),

Page 14: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

28

kemudian anak didik dites satu persatu dan disimak

oleh anak didik lain.

2) Dilanjutkan kelompok halaman berikutnya. Pendidik

menerangkan pokok pelajarannya, lalu anak didik dites

satu persatu dan disimak oleh semua anak didik.

Demikian seterusnya.

Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari

beberapa jilid dalam satu kelas. Sedangkan untuk klasikal-

Individual dan Klasikal-Baca Simak hanya bisa diterapkan

untuk kelas yang terdiri dari satu jilid saja.

2) Strategi pembelajaran secara khusus (detail)

Agar kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an dapat berjalan

dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal

maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

a) Pendidik harus menekan kelas, dengan memberi pandangan

menyeluruh terhadap semua anak didik sampai semuanya

tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca doa

iftitah.

b) Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit

untuk variasi (do’a-do’a harian, bacaan shalat, do’a ikhtitam

atau hafalan-hafalan lainnya)

c) Usahakan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu

persatu.

d) Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa

dikembangkan dengan sarana prasarana yang ada.

e) Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh, baik terhadap

anak yang maju membaca maupun yang lainnya.

f) Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting

agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan

pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca

Page 15: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

29

maka pendidik harus tetap membujuknya dengan sedikit

pujian.

g) Motivasi berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi

anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi,

diancam atau ditakut-takuti. Tetapi kadang kala perlu dipuji

dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan

pendapatnya ditanggapi dengan baik.

h) Pendidik senantiasa menanti kritikan yang sifatnya

membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat

merasa puas.

i) Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal

mungkin.

j) Idealnya untuk masing-masing kelas / jilid

k) Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan

alat-alat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam

kelas.

e. Tahap pembelajaran metode qiraati

1) Tahap mengajar secara umum

a) Tahap sosialisasi

Yaitu tahap penyesuaian dengan kesiapan dan

kemampuan murid dan mengusahakan murid merasa

senang dan bahagia dalam belajar

b) Kegiatan terpusat

Yaitu menjelaskan dengan contoh-contoh dari

guru. Murid menyimak dan menirukan contoh bacaan dari

guru. Serta murid aktif memperhatikan dan mengikuti

petunjuk dari gurunya.

c) Kegiatan terpimpin

Yaitu guru memberi komando (aba-aba, ketukan

dan lain-lain) ketika murid membaca secara klasikal

maupun membaca secara individual. Dan secara mandiri

Page 16: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

30

murid membaca dan menyimak, guru hanya membimbing

dan mengarahkan.

d) Kegiatan klasikal

Secara klasikal murid membaca bersama-sama, dan

sekelompok murid membaca, kelompok yang lain

menyimak.

e) Kegiatan individual

Secara bergantian, satu persatu murid membaca

(individual), secara bergantian, satu persatu murid membaca

beberapa baris atau satu halaman (tergantung kemampuan

murid), murid yang lainnya menyimak ( untuk strategi

klasikal baca simak), serta sebagai evaluasi terhadap

kemampuan masing-masing murid.

2) Tahap mengajar secara khusus

a) Apersepsi

Mengulang materi pelajaran yang telah diajarkan

sebelumnya, dan memberi contoh dan menerangkan materi

pelajaran baru.

b) Pemahaman konsep

Memberi contoh dan menerangkan materi

pelajaran baru, serta mengusahakan murid memahami

materi pelajaran yang sedang diajarkan.

c) Pemahaman

Latihan bersama-sama atau kelompok atau group

d) Keterampilan

Latihan secara individu untuk mengetahui tingkat

kemampuan (kelancaran) murid dalam membaca. (Imam

Murjito, t.th:26-27)

Page 17: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

31

f. Isi buku metode qiro’ati

Pertama kali muncul, buku qiro’ati terdiri dari 10 jilid

kemudian mengalami dua kali revisi hingga sekarang buku qiro’ati

terdiri dari 6 jilid. (Dachlan Salim Zarkasyi, 1990: 1-6)

TABEL 2.2

ISI BUKU METODE QIRO’ATI

NO JILID/

KELAS MATERI MISI TARGET

1 PRA TK

(41 pokok

bahasan)

Huruf Hijaiyah Memberantas

bacaan yang

kurang jelas

dengan mulut

terbuka

40 hari

2 I (39 pokok

bahasan)

1. Huruf

Hijaiyah

berharokat

fathah

2. Bunyi huruf

hijaiyah asli

3. Huruf

sambung

Memberantas

bacaan yang

kurang jelas

dengan mulut

terbuka

A: 45 hari

B: 40 hari

C: 28 hari

3 II (13

pokok

bahasan)

Halaman 1,

6, 11, 13,

16, 20, 23,

24, 28, 29,

33, 36, 40

1. Mad Thabi’i

2. Harokat

3. Fathah

panjang

4. Angka 1-99

5. Huruf sin, ba,

mim, dal

6. Ta Marbuthah

1. Memberantas

bacaan yang

kurang jelas

dengan

mulut

terbuka

2. Memberantas

bacaan yang

asal-asalan,

A: 30 hari

B: 45 hari

Page 18: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

32

dengan

membaca

harokat

dengan benar

4 III (13

pokok

bahasan)

Halaman 1,

2, 4, 6, 10,

15, 19, 26,

28, 31, 35,

38, 41

1. Mad shilah

qosiroh

2. Al qomariah

3. Huruf

berharokat

sukun

4. Idzhar syafawi

5. Layyin

6. Hukum ra

7. Huruf hamzah

dan ‘ain

8. Agka 21-976

Memberantas

bacaan yang

tawllud

A: 30 hari

B: 45 hari

5 IV (14

pokok

bahasan)

halaman 1,

5, 7, 10, 12,

13, 16, 18,

19, 23, 25,

30, 32, 36,

39

1. Ikhfa

2. Huruf al

muqatha’ah

3. Mad wajib

muttasil

4. Mad jaiz

munfashil

5. Huruf sin, syin,

ha, kha

6. Huruf

bertasydid

7. Tanda sukun

8. Al syamsiyah

9. Huruf wawu

Memberantas

bacaan yang

tidak

bertajwid

A: 38 hari

B: 33 hari

Page 19: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

33

yang tidak

dibaca, idghom

mimi, ghunnah,

idghom

bighunnah,

bilaghunnah

6 V (18

pokok

bahasan)

Halaman 1,

3, 4, 6, 7, 8,

11, 12, 14,

16, 18, 20,

23, 24, 26,

28, 34, 38

1. Idhom

bighunnah

2. Waqaf

3. Mad ‘arid

lisukun

4. Mad ‘iwad

5. Tanda tasydid

6. Huruf ghain,

ha, tsa

7. Lafdhu jalalah

8. Iqlab

9. Ikhfa syafawi,

qalqalah, idzhar

syafawi, mad

lazim mutsaqol

kalimi,

Memberantas

bacaan yang

tidak

bertajwid

dan tartil

A: 36 hari

B: 21 hari

7 Juz 27 1. Tanafus

2. Ibtida wan

nihayah

3. Kelancaran

Memberantas

bacaan yang

tidak

bertajwid

dan tartil

30 hari

8 VI (10

pokok

bahasan)

Idzhar halqi Memberantas

bacaan yang

tidak

24 hari

Page 20: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

34

Halaman 1,

5, 8, 12, 15,

18, 19, 21,

22

bertajwid

dan tartil

9 TADARUS Al-Qur’an

(Juz 1-10)

1. Fashohah

a. Muroatul

huruf

b. Muroatul

harokat

c. Muroatus

shifat

d. Volume

2. Tartil

a. Muroatut

tajwid

b. Muroatul

kalimah

c. Waqaf

wal ibtida

d. Tanafus

e. Kelancaran

90 hari

Al-Qur’an dan

Gharib

(Juz 11-20)

Al-Qur’an dan

Tajwid

(Juz 21-30)

10 FINISHING 1. Al-Qur’an

2. Gharib

3. Tajwid

4. Materi

Tambahan

Pengulangan

dan

pemantapan

bacaan Al-

Qur’an,

materi gharib

dan tajwid,

serta materi

tambahan

Page 21: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

35

dalam rangka

persiapan

imtihan akhir

santri

B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Kemampuan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal

dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan

sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan

adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia

lakukan (Depdikbud, 1997: 623)

Sedangkan menurut Robbin (2000: 67), kemampuan merupakan

bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil dari latihan yang

digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut

meliputin kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan

fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan

kemampuan intelektual berkaitan dengan aktivitas mental.

Kemudian Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34)

mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan

sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau

sangat berhasil.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka kemampuan merupakan

kecakapan tubuh baik berupa intelektual maupun fisik untuk melakukan

suatu perbuatan yang diperoleh melalui latihan atau pun faktor genitas.

2. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh

semua anak karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang

berbagai bidang studi. Oleh karena itu, membaca merupakan

Page 22: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

36

keterampilan yang harus diajarkan sejak anak masuk dunia pendidikan

dan kesulitan belajar harus segera diatasi.

Sedangkan definisi membaca adalah “Reading is responding

orally to printed symbols” (Donald D. Hammil dan Nettie R. Bartel,

1978: 23) yang artinya membaca adalah reaksi secara lisan terhadap

simbol-simbol tertulis.

Menurut Sudarso, (1993:4) membaca adalah aktifitas yang

kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah

meliputi orang harus menggunakan pengertian, khayalan, mengamati dan

mengingat-ingat.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu

kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-

kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,

pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan

proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. (Hodgson, 1960: 43-

44)

Pengertian membaca dan penjelasan di atas dapat penulis

simpulkan bahwa membaca adalah sebuah aktifitas yang dilakukan oleh

beberapa organ tubuh tertentu, yang terdiri dari kerja otak dan mata

untuk memahami suatu pesan tertulis. Membaca merupakan suatu

aktivitas penting. Banyak hal yang bisa diperoleh dari membaca. Melalui

kegiatan membaca akan mendapatkan informasi penting yang terkandung

di dalamnya. Bahan untuk membaca dapat berasal dari buku-buku

pengetahuan, buku-buku pelajaran maupun Al-Qur’an.

3. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata qara’a- yaqro u-

qiraatan, wa qur’a nan yang berarti sesuatu yang dibaca. Jadi, arti al-

qur’an secara lughowi adalah sesuatu yang dibaca. Oleh karena itu, al-

Page 23: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

37

qur’an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhroj (tempat keluar

huruf) dan sifat-sifatnya dipahami, dihayati, dan diresapi makna-makna

yang terkandung di dalamnya kemudian di amalkan. Secara etimologi, al-

qur’an sebagaimana yang disepakati oleh para ulama dan ahli ushul fiqih

adalah sebagai berikut: Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung

mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat

Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir,

dinilai ibadah dalam membacanya, yang dimulai dari surah Al-fatihah

dan diakhiri surah An-Naas. (Abdul Majid Khon, 2013: 1)

Hasanudin AF (1995: 13) juga mengungkapkan bahwa Kata al-

Qur’an berasal dari kata qara’a yang artinya mengumpulkan dan

menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf dan kata-kata antara

satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Al- Qur’an

pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar dari kata qara’a- qira’atan-

qur’anan. Pendapat lain menyebutkan bahwa lafadz al-Qur’an sama

dengan qira’ah dengan bentuk kata kerjanya adalah qara’a yang berarti

al-Jam’u wa al-Dlommu yang artinya menghimpun dan memadukan

sebagian huruf dan kata-kata dengan sebagian lainnya.

Kemudian Hasbi Ashshidiqi (1992:16), mengungkapkan bahwa

Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang

diturunkan (di wahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan

membacanya ialah ibadah.

Ringkasnya, dapat kiata katakan, bahwa Al-Qur’an itu wahyu illahi

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah disampaikan

kepada kita umatnya dengan jalan mutawatir yang dihukum kafir orang

yang mengingkarinya. Firman Allah dalam Q.S. Al-Isra ayat 9:

Artinya: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada

(jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada

Page 24: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

38

orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa

bagi mereka ada pahala yang besar” (Hasbi Ashshidiqi, dkk,

1992: 425-426)

4. Pengertian Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Tartil

Dalam ilmu bacaan Al-qur’an, dapat dikatakan bahwa membaca

tartil dalam membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,

makhorijul huruf, dan sifatul huruf. Jadi dalam hirarki membaca Al-

Qur’an tartil menduduki tingkat paling tinggi karena dikatakan orang

yang membaca dengan tartil berarti dia sudah menguasai tajwid dan

makhorijul huruf serta sifatul huruf.

Adapun tingkatan bacaan yang diakui oleh Ulama Qiraat ada empat

tingkatan:

a. Tartil, yaitu bacaan lambat dengan menggunakan kaidah-kaidah

ilmu tajwid dan mentadabburkan

b. At tarqiq, yaitu bacaan yang lebih lambat dari pada tartil yang lazim

digunakan untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan sempurna

c. Al Hard, yaitu bacaan yang dilakukan dengan cepat tetapi

mempraktekkan tajwidnya

d. At Tadwir, yaitu bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu

lambat, pertengahan al hard dan at tartil. (Abdul aziz Abdul Rauf,

1997: 8-9)

5. Dasar-dasar Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat manusia karena al-Qur’an

merupakan sumber yang pertama dan utama bagi umat Islam dalam

menjalani kehidupannya untuk mencapai kebahagian di dunia dan di

akhirat. Sehingga al-Qur’an menjadi rujukan pertama yang berisi tentang

berbagai hal dalam kehidupan manusia baik aqidah, ubudiyah,

muamalah, tuntunan akhlak dan hukum. (Yusuf Qardhawi, 2000:70)

Selain itu, al-Qur’an juga merupakan kitab suci yang berkedudukan

lebih bila dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain sebab di dunia ini

tidak ada kitab suci agama apapun yang seperti al- Qur’an, yang

Page 25: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

39

menunjukkan jalan kepada ilmu dan menyerukan kepadanya,

meneguhkannya serta mendorong manusia untuk berkreasi melakukan

penemuan, penelitian dan penyelidikan, memuliakan para ilmuan dan

mengangkat derajat mereka. Ilmu pengetahuan yang diserukan al-Qur’an

adalah ilmu yang bermanfaat, baik ilmu tentang agama, aqidah, ibadah,

ataupun tentang tubuh manusia, lapisan-lapisan bumi, ilmu tentang

kandungan, kesehatan, gizi, dan ilmu-ilmu lainnya yang dicanangkan al-

Qur’an. (Dawud al-Aththar, 1994:73).

Islam menganjurkan para pemeluknya untuk mempelajari al-

Qur’an terutama dalam hal membacanya.

a. Dalam Al-Qur’an

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab

Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian

dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka

dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu

mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”

(Depag RI, 2005: 438)

6. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an

Abdurrahman an-Nahlawi (1989: 184) mengemukakan bahwa

tujuan jangka pendek dari pendidikan al-Qur’an (termasuk di dalamnya

tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an) adalah mampu membaca

dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, memahami

dengan baik dan menerapkannya. Di sini terkandung segi ubudiyah dan

ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-NYa, taqwa

kepada-Nya dan tunduk kepada-Nya.

Sedangkan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an menurut

Mardiyo (1999: 34-35) antara lain:

a. Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari

segi ketepatan harakat, saktah (tempat-tempat berhenti),

Page 26: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

40

membunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya dengan persepsi

maknanya.

b. Murid-murid mengerti makna al-Qur’an dan terkesan dalam jiwanya

c. Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusyu’ dan tenang

jiwanya serta takut kepada Allah

d. Membiasakan murid-murid membaca pada mushaf dan

memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad

dan idgham.

7. Komponen-komponen Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal,

maka diperlukan komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu

dengan yang lainnya (Nana Sudjana, 2000:30) yaitu :

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen

pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator

keberhasilan pengajaran. (Nana Sudjana, 2000:30). Dalam tujuan ini

terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan dalam anak didik

(Saiful Bahri Djamarah, 2000:17). Sehingga berhasil atau tidaknya

tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik

terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar mengajar

berlangsung.

b. Bahan Pelajaran (Materi)

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan

dalam proses belajar mengajar. Hendaknya bahan pelajaran

disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima

pelajaran. (B.Suryosubroto, 1997: 157)

c. Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar

metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai

tujuan yang ingin dicapai. (Saiful Bahri Djamarah, 2007:19)

Page 27: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

41

d. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua macam alat dalam

pembelajaran yaitu alat material yang meliputi papan tulis, gambar,

video dan sebagainya serta alat non material berupa perintah,

larangan, nasehat dan lain-lain. (Saiful Bahri Djamarah, 2007:19)

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana bahan yang

telah disampaikan kepada siswa dengan metode tertentu dan sarana

yang ada dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

(B.Suryosubroto, 1997: 158)

8. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditempuh melalui tiga

langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Perencanaan mengajar

Menurut Menurut Nana Sudjana (2000:136) perencanaan

pembelajaran adalah memperkirakan (memproyeksikan) mengenai

tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan

pengajaran. Setiap kegiatan belajar mengajar menuntut dipersiapkan

masing-masing komponennya (tujuan instruksional, bahan pelajaran,

kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan evaluasi) agar terjadi

proses belajar mengajar yang optimal dan tujuan yang dikehendaki

tercapai.

b. Pelaksanaan mengajar

Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca al-

Qur’an ditempuh dengan langkah-langkah (Tayar Yusuf, 1986:98-

100)

1) Kata-kata pendahuluan dari guru untuk menenangkan murid,

menertibkan segala sesuatu di dalam kelas, menarik minat dan

perhatian murid kepada pelajaran serta pentingnya dan

Page 28: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

42

keuntungannya pandai membaca al-Qur’an baik bagi diri sendiri

maupun masyarakat Islam pada umumnya.

2) Memulai pelajaran dengan membaca basmallah bersama-sama

secara nyaring serta dicamkan di dalam hati, semoga mendapat

berkah Allah dan rahmat-Nya, taufiq dan hidayah-Nya di dalam

pembelajaran.

3) Guru mengadakan apersepsi dan pretest. Apersepsi yaitu

menanyakan kepada siswa tentang pokok-pokok materi

pelajaran yang lalu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka

dan menghubungkannya dengan pelajaran hari ini. Sedangkan

pretest adalah test yang diberikan sebelum pelajaran dimulai dan

bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta

didik terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan.

4) Hal-hal pokok yang paling dasar dan terpenting yang diajarkan

oleh guru adalah bahwa murid perlu mengenal dan betul-betul

tahu dengan huruf al-Qur’an untuk itu pertama kali harus

diajarkan bentuk huruf-huruf tersebut alif sampai ya’ termasuk

tanda-tanda baris, tanda sukun, tanda tasydid, alif lam, bentuk-

bentuk tanda panjang dan sebagainya, dengan memakai metode

yang baik dan sistematis sehingga menarik minat anak-anak dan

disukai oleh mereka, jangan sampai menyulitkan mereka.

5) Guru membaca dengan tenang dan jelas, lalu diikuti oleh murid-

murid yang terpandai membaca dan diikuti oleh yang lain

bersama-sama. Bacaan-bacaan yang salah segera diperbaiki oleh

guru. Yang perlu diingatkan kepada murid adalah tidak boleh

lupa tiap-tiap huruf itu. Murid-murid juga dilatih menulis huruf-

huruf tersebut di papan tulis serta pada buku tulis masing-

masing murid.

6) Mengajarkan huruf-huruf al-Qur’an memerlukan beberapa kali

belajar sampai murid-murid dapat membaca dengan lancar.

Page 29: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

43

7) Latihan-latihan membaca al-Qur’an itu mula-mula bersama-

sama dengan dipimpin guru, kemudian dipimpin oleh murid

yang pandai satu demi satu yang diikuti oleh murid lain secara

bersama- sama. Sampai akhirnya semua murid membaca satu

persatu dihadapan gurunya (tahap individual atau privat) dan

pada saat itu guru sekaligus mengadakan penilaian terhadap

bacaan murid.

8) Sebagai penutup, beri nasehat-nasehat singkat dan diakhiri

dengan mengucapkan hamdalah.

c. Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan belajar

mengajar, perlu dilakukan suatu tindakan kegiatan, yaitu evaluasi.

Menurut Muhibbin Syah (2002: 141), evaluasi berarti penilaian

terhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah program

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2007 :208),

evaluasi adalah suatu tindakan berdasarkan “pertimbangan” arif dan

bijaksana untuk menentukan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.

Dengan demikian, evaluasi adalah suatu usaha atau alat untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

Secara umum, ada empat jenis evaluasi yang dapat digunakan

dalam pembelajaran membaca al-Qur’an, yaitu: (M. Arifin, 2000:45)

1) Evaluasi penempatan

Adalah tes yang mengukur siswa dan mengetahui tingkat

pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran

yang akan disajikan. Sehingga siswa dapat ditempatkan pada

kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya. (Suke

Silverius, 1991:9)

Page 30: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

44

2) Evaluasi formatif

Adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai

mempelajari suatu unit pelajaran tertentu (Syaiful Bahri

Djamarah, 2007: 214)

3) Evaluasi sumatif

Adalah evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau

menilai sampai dimana pencapaian peserta terhadap bahan

pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk

menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan peserta didik yang

bersangkutan. (Harjanto, 2000: 283)

4) Evaluasi diagnostik

Yaitu evaluasi yang bertujuan untuk mendiagnosa

kesulitan belajar peserta didik untuk mengupayakan

perbaikannya (Suke Silverius, 1991:10)

Dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki fungsi

antara lain (M. Ngalim Purwanto, 2000:5-7)

1) Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik

setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka

waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK).

4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum

Pembelajara dalam metode qiro’ati pun terdapat evaluasi

sebagaimana berikut ini:

1) Tes pelajaran

Tes pelajaran ini di laksanakan setiap hari setelah anak

membaca satu halaman buku Qiraati. Tes ini dilakukan oleh

guru kelas. (Imam Murjito, t.th: 21)

2) Tes kenaikan jilid

Tes kenaikan jilid ini di laksanakan bila anak telah

mempelajari satu buku Qiraati dan untuk menentukan kenaikan

Page 31: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

45

ke jilid berikutnya. Tes ini dilakukan oleh kepala TPQ. (Imam

Murjito, t.th: 57)

3) Khotmul Qur'an

Yaitu tes yang di lakukan apabila anak telah menguasai

semua pelajaran yaitu :

a) Dapat membaca al-qur'an dengan tartil (fasih)

b) Mengerti dan menguasai bacaan gharib

c) Mengerti dan menguasai ilmu tajwid

d) Dapat mewaqafkan dan mengibtida'kan bacaan al-Qur'an

dengan cukup baik. Tes ini dilakukan oleh ahli al-Qur'an

atau perwakilan Qiraati yang telah ditunjuk. (Imam Murjito,

t.th: 37)

C. Urgensi Metode Qiroati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur'an secara fasih (benar) adalah bagian terpenting

dalam pendidikan Islam. Karena itu, maju mundurnya kemampuan anak-anak

dari keluarga muslim dalam membaca Al-Qur'an dapat dijadikan sebagai

salah satu ukuran untuk menilai kondisi dunia pendidikan Islam serta

kesadaran masyarakat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam

(Darajat,1996:134). Masa anak-anak adalah masa dimana anak masih

tergantung pada keadaan dimana anak tinggal. Pada masa ini anak harus

menunjukkan kepada dunia luar tentang bakat dan kemampuan yang ada pada

dirinya. Dan dia harus belajar mengoptimalkan segala potensi yang ada pada

dirinya. Agar semua potensi dapat tersalurkan dengan baik, maka perlu suatu

lingkungan yang positif, karena hal-hal baik positif maupun nigatif sangat

berpengaruh pada jiwa anak tersebut. Pada masa ini banyak anak-anak yang

mengalami kesukaran dan menyebabkan kesehatannya terganggu, jiwanya

gelisah, dan kadang melakukan tindakan yang bermacam-macam. Darajat

(1990: 102) menyatakan, apabila problem dan kesukaran yang dihadapi anak

tidak selesai dan masih membuat gelisah sampai dewasa, maka usia dewasa

akan mengalami kegelisahan dan kecemasan samapi dewasa nanti.

Page 32: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

46

Anak merupakan amanat Allah kepada orang tua untuk dipelihara,

dididik dan diajar agar menjadi manusia shaleh. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an

tentang bagaimana saatnya hubungan anak dengan orang tua, peringatan-

peringatan tentang bagaimana orang tua memperlakukan anak, menunjukkan

betapa pentingnya kedudukan anak dalam Islam. Menyadari akan pentingnya

Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, maka perlu dibaca, dipelajari dalam

keluarga. Tanggung jawab orang tua ada dua, artinya tanggung jawab yang

diterima secara kodrati, karena merekalah yang melahirkan dalam keadaan

kekurangan dan ketergantungan dalam segala hal. Maka apabila orang tua

tidak melaksanakan tanggung jawabnya, pastilah anak itu tidak akan bisa

hidup.

Sehubungan dengan pembelajaran Al-Qur'an bagi anak, maka belajar

Al-Qur'an pada tingkat ini merupakan tingkat mempelajari Al-Qur'an dalam

hal membaca hingga fasih dan lancar, sesuai dengan kaidah-kaidah yang

berlaku. Karena kemampuan membaca Al-Qur'an merupakan kemampuan

yang utama dan pertama yang harus dimiliki oleh anak. Sebagainama firman

Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 16-17:

ك لا ر اناكابهتحا لالسا جا لاي نااإن بهلتاع هعا عا م آناهجا قر وا Artinya: "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur'an

dengan cepat-cepat atau menguasainya. Sesungguhnya

tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan membuat

pandai membacanya." ( QS. Al-Qiyamah: 16-17)

Oleh karena itu, urgensi metode qiraati terhadap kemampuan

membaca Al-Qur’an adalah untuk di praktekkan dalam pelaksanaanya karena

metode qiroati ini mengajarkan membaca Al-Qur'an yang langsung

memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid. Dalam pengajarannya metode qiroati, guru tidak perlu memberi

tuntunan membaca, namun langsung saja dengan bacaan pendek. Adapun

tujuan pembelajaran qira’ati ini adalah untuk menjaga kesucian dan

kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid, menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an, memberi penringatan

Page 33: BAB II PENERAPAN METODE QIROATI DAN KEMAMPUAN …

47

kembali kepada guru ngaji agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-

Qur’an serta meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an dan dapat

membaca Al-Qur’an dengan tarti meliputi: makhroj dan sifat huruf sebaik

mungkin, mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid serta mengenal

bacaan ghorib dalam praktek.