22
19 BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM A. Pendidikan Budi Pekerti 1. Pengertian Budi Pekerti Akhir-akhir ini kita masih sering menyaksikan baik secara langsung maupun melalui media, terjadinya peristiwa tawuran pemuda antar kampung atau desa. Peristiwa ini bukan hanya fenomena kota besar seperti Jakarta, tetapi sudah merambah ke kampung-kampung di daerah lain, seperti Semarang, Kendal, Batang, Boyolali dan beberapa daerah lain. Kenyataan yang menyedihkan itu dapat terjadi karena adanya berbagai faktor yang melatar belakangi, yaitu di antaranya faktor psikologi, sosiologi, politik dan ekonomi dan lain-lain. Sungguh amat penting pendidikan budi pekerti dalam agama dan pergaulan hidup. Dalam agama, menjadi tiang yang teguh, dalam masyarakat menjadi sendi yang kuat. 1 Budi pekerti berasal dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi berarti paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti berarti perangai, tingkah laku, akhlak. 2 Dalam bahasa Indonesia, kata akhlak biasanya diterjemahkan dengan budi pekerti atau sopan santun atau kesusilaan. Dalam bahasa Inggris, kata “akhlak” disamakan dengan “moral” atau “ethic”, yang berasal dari bahasa Yunani, yang berarti adat kebiasaan. 3 Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni bentuk jamak dari kata khulk yang 1 Yusuf al-Qardhawi, Iman dan Kehidupan, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993, Cet. III), hlm. 2 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 170 3 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika, 2001, Cet. I), hlm. 39

BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

  • Upload
    doanthu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

19

BAB II

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Budi Pekerti

1. Pengertian Budi Pekerti

Akhir-akhir ini kita masih sering menyaksikan baik secara

langsung maupun melalui media, terjadinya peristiwa tawuran pemuda

antar kampung atau desa. Peristiwa ini bukan hanya fenomena kota

besar seperti Jakarta, tetapi sudah merambah ke kampung-kampung di

daerah lain, seperti Semarang, Kendal, Batang, Boyolali dan beberapa

daerah lain. Kenyataan yang menyedihkan itu dapat terjadi karena

adanya berbagai faktor yang melatar belakangi, yaitu di antaranya

faktor psikologi, sosiologi, politik dan ekonomi dan lain-lain.

Sungguh amat penting pendidikan budi pekerti dalam agama

dan pergaulan hidup. Dalam agama, menjadi tiang yang teguh, dalam

masyarakat menjadi sendi yang kuat.1

Budi pekerti berasal dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi berarti

paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti

berarti perangai, tingkah laku, akhlak.2

Dalam bahasa Indonesia, kata akhlak biasanya diterjemahkan

dengan budi pekerti atau sopan santun atau kesusilaan. Dalam bahasa

Inggris, kata “akhlak” disamakan dengan “moral” atau “ethic”, yang

berasal dari bahasa Yunani, yang berarti adat kebiasaan.3 Akhlak

berasal dari bahasa Arab yakni bentuk jamak dari kata khulk yang

1 Yusuf al-Qardhawi, Iman dan Kehidupan, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993, Cet.

III), hlm. 2 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001), hlm. 170 3 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika, 2001,

Cet. I), hlm. 39

Page 2: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

20

berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.4 Akhlak identik

dengan moral karena memiliki makna yang sama dan hanya sumber

bahasanya yang berbeda. Keduanya memiliki wacana yang sama, yakni

tentang baik dan buruknya perbuatan manusia.

Jadi istilah budi pekerti, akhlak, moral dan etika memiliki

makna etimologis yang sama, yakni adat kebiasaan, perangai dan

watak. Hanya saja keempat istilah tersebut berasal dari bahasa yang

berbeda. Budi pekerti berasal dari bahasa Indonesia. Akhlak berasal

dari bahasa Arab. Moral berasal dari bahasa Latin, dan etika berasal

dari bahasa Yunani. Akhlak adalah istilah yang tepat dalam bahasa

Arab untuk arti moral dan etika.5 Seperti halnya akhlak, secara

etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral.

Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,

menerangkan yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan

tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan

menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.6

Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan

untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat

atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik dan

buruk.7

Di lihat dari sumber, baik nilai ataupun moral dapat diambil dari

wahyu Illahi ataupun budaya, sementara etika lebih merupakan

kesepakatan masyarakat pada watku dan tempat tertentu. Bila suatu

masyarakat bercorak religius, maka etika yang dikembangkan pada

4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 2, 1997), hlm.

3 5 Tafsir, dkk, Moralitas al-Qur'an dan Tantangan Modernitas, (Yogyakarta: Gama

Media Offset, Cet. I, 2002), hlm. 11 6 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, Judul Asli Al-Akhlak,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1995), cet. 8, hlm. 3 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 2, 1997), hlm.

3

Page 3: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

21

masyarakat tentu akan bercorak religius pula. Akan tetapi bila suatu

masyarakat bercorak sekuler, maka etika yang dikembangkan tentu

merupakan karakterisasi dari jiwa sekuler. Moral dan etika sama

dengan akhlak manakala sumber atau produk budaya sesuai dengan

prinsip-prinsip akhlak (budi pekerti), akan tetapi moral dan etika bisa

juga bertentangan dengan akhlak manakala produk budaya itu

menyimpang dari fitrah agama yang suci, Islam.8

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti,

akhlak, moral dan etika merupakan suatu ilmu yang menerangkan

tentang baik dan buruk perbuatan manusia.

Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan

Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti atau akhlak

merupakan jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang

sempurna adalah tujuan dari pendidikan. Tetapi ini tidak berarti bahwa

kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal atau ilmu atau

segi-segi praktis lainnya tetapi artinya ialah bahwa kita memperhatikan

segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya. Anak-anak

membutuhkan kekuatan dalam jasmani, akal, ilmu dan anak-anak juga

membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa

dan kepribadian.9

Para ahli dan praktisi pendidikan tampaknya sepakat bahwa

pendidikan budi pekerti atau moralitas sangat penting dan mesti segera

terwujud. Praktek etika atau budi pekerti tidak akan cukup hanya

diberikan sebagai pelajaran yang konsekuensinya hafalan atau lulus

dalam ujian tertulis. Tetapi alangkah baiknya mata pelajaran ini

diorientasikan pada pemberian waktu untuk mengajak anak didik

mendiskusikan topik-topik atau bagian-bagian dari apa yang disebut

8 Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV. Alfabeta, 1993),

cet. I, hlm. 209-210 9 Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.

Bulan Bintang, 1984), hlm. 1

Page 4: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

22

moral.10 Kelulusan anak didik tidak cukup hanya dengan mengantongi

nilai kategori lulus ujian tertulis mata pelajaran budi pekerti, namun

harus dilihat kepribadian, tingkah laku sehari-hari.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan budi

pekerti tidak hanya berupa teori-teori saja dan menyuruh anak didik

untuk menghafal kata-kata bijak atau daftar kalimat-kalimat indah.

Tetapi anak didik harus dapat mempraktekkan teori-teori tersebut

dalam perilaku sehar-hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah

maupun di lingkungan alam sekitar (masyarakat). Hal ini dapat diawali

dari pendidik itu sendiri dengan memberikan contoh-contoh yang baik

dalam perilaku keseharian.

Moralitas, etika, budi pekerti adalah wujud dalam perilaku

kehidupan bukan hanya dalam ucapan atau tulisan. Oleh karena itu,

penilaiannya pun tidak cukup hanya dengan hafalan atau ujian tertulis

di kelas, tetapi penilaiannya menggunakan pengukuran yang khusus

untuk menilai moralitas. Salah satu contohnya dengan melakukan

penilaian setiap hari/waktu oleh semua guru bidang studi.

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan budi pekerti adalah bimbingan, pengajaran secara

sadar dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani anak didik agar memiliki budi pekerti yang luhur.

10 A. Qadri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Mendidik

Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 107-108

Page 5: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

23

2. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ibnu sina bahwa

tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi

yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan sempurna, yaitu

perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti.11 Sedangkan dengan

pendidikan budi pekerti diharapkan seorang anak memiliki kebiasaan

bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Dalam buku lain juga disebutkan bahwa tujuan pendidikan

akhlak (budi pekerti) ialah menciptakan manusia sebagai makhluk yang

tinggi dan sempurna dan membedakannya dari makhluk lainnya.

Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik (berbudi pekerti

luhur) bertindak tanduk baik terhadap sesama manusia, terhadap

sesama makluk hidup dan terhadap Tuhan.12

Ketinggian budi pekerti atau akhlakul karimah yang terdapat

pada seseorang, menjadikannya mampu melaksanakan kewajiban dan

pekerjaan yang baik dan sempurna sehingga menjadikan orang itu

hidup bahagia. Walaupun faktor-faktor hidup yang lain seperti harta,

pangkat, gaji yang besar tidak ada padanya. Dan sebaliknya manusia

yang buruk akhlaknya, kasar tabiatnya dan buruk prasangka pada orang

lain, maka orang itu akan hidup resah sepanjang hayatnya, walaupun

hartanya melimpah.13

Sebagaimana firman Allah SWT :

هرا يرية خل مثقال ذرمعي نفم .ا يرة شل مثقال ذرمعي نموهر . )8- 7: الزلزلة(

11 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (2001, Jakarta, Raja

Grafindo Persada), cet 2, hlm. 67 12 IKAPI, Akhlak Al-Qur'an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), cet. 1, hlm. 4 13 Ibid, hlm. 21

Page 6: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

24

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)14

Tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk orang-orang

bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara bertingkah laku

baik, bersifat bijaksana, sopan santun, jujur, ikhlas, sehingga tercapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, ada banyak metode

pendidikan yang umum digunakan dalam pengajaran yaitu: metode

ceramah, metode diskusi, metode nasehat, metode kisah-kisah, metode

pembiasaan, metode teladan, metode hukum dan ganjaran dan metode-

metode yang lain seperti: metode perintah, larangan, bimbingan,

penyuluhan dan sebagainya.15

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian dan Tujuan

a. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan kata yang sudah umum. Oleh karena

itu, boleh dikatakan oleh semua orang yang telah mengenalnya.

Mulai dari orang awam sampai orang yang berpendidikan tinggi.

Orang awam umpamanya, beranggapan bahwa pendidikan itu

identik dengan sekolah, memberikan pelajaran, melatih anak dan

sebagainya. Di samping itu, ada yang berpendapat bahwa

pendidikan itu mencakup aspek yang sangat luas, termasuk semua

pengalaman yang diperoleh manusia dalam pembentukan dan

pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain

maupun oleh dirinya sendiri.

14 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Grafindo, 1994), hlm. 15 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),

hlm. 95-107

Page 7: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

25

Sebelum membicarakan pengertian yang diberikan para ahli

tersebut ada baiknya ditinjau terlebih dahulu pengertian secara

bahasa (etimologis), dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan

adalah kata jadian yang berasal dari kata “didik” yang diberi

awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.16

Sedangkan dalam bahasa Arab terdapat tiga istilah yang

menunjukkan makna pendidikan, yaitu:

1) Kata “allama” yang berarti memberikan pelajaran, pengetahuan,

kata ini tidak asing lagi karena ia sudah sering digunakan sejak

masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Di dalam al-

Qur'an terdapat sekitar 36 buah, diantaranya adalah:

لئكة فقال انبئوىن وعلم ادم االمساء كلها مث عرضهم على امل )31: البقرة(. بامساء هؤالء ان كنتم صدقني

“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman. Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah: 31).17

2) Kata “addaba” yang berarti mendidik, tetapi di dalam bahasa

Arab, kata ini lebih ditujukan kepada pembinaan akhlak dan

budi pekerti.

حدثىن ابو بردة عن ابيه قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه لم ثالثة هلم اجزان رجل من اهل الكتاب امن بنبيه وامن وس

16 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), hlm. 232 17 Depag RI, Op., Cit., hlm. 14

Page 8: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

26

مبحمد صلى اهللا عليه وسلم والعد اململوك اذا ادى حق اهللا تعاىل وحق مواليه ورجل كانت عنده امة فادا فاحسن تاديبها وعلمها فاحسن تعلمها مث اغتقها فتزوجها فله

18.اجزان“Dikabarkan dari Abu Burdah dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW bersabda: ada tiga orang memiliki do’a pahala, yakni 1) orang ahli kitab yang mengimani nabinya dan Nabi Muhammad SAW, 2) hamba sahaya yang melaksanakan hak Allah dan hak tuannya dan 3) seorang pemilik hamba yang kemudian dididik dengan didikan yang baik dan diajarkan pengetahuan yang baik pula, kemudian hamba itu dibebaskan perbudakannya dan dikawinkannya, dia benar-benar memperoleh dua pahala”. (HR. Bukhari).

3) Istilah al-tarbiyah yang berarti pendidikan, berasal dari kata

“Rabba” yang berarti mendidik. Dalam al-Qur'an, kata ini

digunakan dalam susunan firman Allah sebagai berikut:

واخفض هلما جناح الذل من الرمحة وقل رب ارمحهما كما )24: االسراء(. ربيىن صغريا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; wahai tuhanku, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.19

Dalam bentuk kata benda “rabba” digunakan juga untuk

Tuhan, karena Tuhan bersifat mendidik, mengasuh, memelihara dan

menciptakan.

18 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 33 19 Depag RI, Op., Cit., hlm. 428

Page 9: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

27

Dari beberapa istilah tersebut kata Tarbiyah lebih dekat

kepada pengertian pendidikan dalam bahasa Indonesia karena terasa

lebih luas cakupannya, bukan sekedar memberikan ilmu

pengetahuan dan membina akhlak, melainkan mencakup segala

aspek pembinaan kepribadian anak didik secara utuh. Dalam hal ini,

ta’lim dan ta’dib merupakan bagian dari tarbiyah.20

Secara istilah pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan

kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran

Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir dan

memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta

bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.21 Menurut

Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-

rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama. Kepribadian utama adalah

kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan

memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan

bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.22 Dalam

bukunya Mohd. Athiyah al-Abrasyi bahwa pendidikan Islam

adalah pendidikan yang ideal dimana ilmu yang diajarkan

mengandung kelezatan-kelezatan rohaniah untuk dapat sampai

kepada hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji.23 Jadi pendidikan

Islam lebih ditekankan pada pendidikan budi pekerti atau akhlak.

Menurut para ahli, pada proses pendidikan itu harus terdapat

unsur-unsur atau komponen-komponen pendidikan, agar kegiatan

dapat dikatakan sebagai proses pendidikan. Secara umum

20 Erwati Azis, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai, Pustaka

Mandiri, 2003), hlm. 26 21 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1995),

hlm. 152 22 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1989, Cet. VIII), hlm. 19 23 Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Op. Cit., hlm. 4

Page 10: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

28

komponen pendidikan ada lima macam, yaitu tujuan, anak didik,

pendidik, alat pendidikan dan lingkungan.24

Pendidik dalam Islam adalah setiap orang dewasa yang

karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan

dirinya dan orang lain.25 Sedangkan anak didik ialah setiap orang

atau sekelompok orang yang menerima pengaruh dari seorang atau

kelompok orang yang menjanlankan kegiatan pendidikan.

Dari berbagai pengertian pendidikan Islam yang telah

dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam tersebut di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Jadi

dalam proses pendidikan Islam berisi aktivitas yang berupa

bimbingan, pengarahan, latihan, asuhan dan pengawasan, agar

seseorang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan Islam dan

sekaligus dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam.

b. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang

atau kelompok orang yang akan melakukan suatu kegiatan. Tujuan

pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang

atau kelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan

hidup umat Islam tidak sekedar untuk mewujudkan kesejahteraan

material saja, tetapi juga kesejahteraan spiritual sebagai bekal

kembali memenuhi panggilan Allah.

Dengan kata lain, tujuan hidup manusia adalah untuk

mencapai keridhaan Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an

surat al-An’am ayat 162:

24 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yagyakarta: FIP

IKIP, 1987), hlm. 35 25 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III, hlm. 86

Page 11: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

29

المنيالع باتي لله رممو اييحمكي وسنالتي وقل إن ص . )162: األنعام(

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Allah”.26

Menurut Athiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam adalah

tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad

sewaktu hidupnya yaitu pembentukan moral yang tinggi. Karena

pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam tanpa

mengabaikan jasmani, akal, dan ilmu praktis.27 Adapun tujuan

pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi adalah

merealisasikan ubudiyah kepada Allah SWT di dalam kehidupan

manusia baik sebagai individu atau masyarakat.28 Sedangkan

Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa tujuan akhir dari

pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.

Kepribadian muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai-nilai

agama Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai

Islam.29

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan Islam

sinkron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidik

individu mukmin agar tunduk bertakwa dan beribadah dengan baik

kepada Allah SWT, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia

dan akhirat.

26 Departemen RI, Op. Cit., hlm. 216 27 Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Op. Cit., hlm. 90 28 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

Diponegoro, 1992), hlm. 162 29 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1989), hlm. 23

Page 12: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

30

Dari tinjauan umum pendidikan Islam yang berpusat pada

ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan

khusus sebagai berikut:

1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap

dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, sosial,

intelektual dan fisik.

2) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam

keluarga maupun masyarakat muslim.

3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang

besar.30

Sifat tujuan umum ini tetap dan berlaku disepanjang tempat,

waktu serta keadaan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam

ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan

keadaan geografi, ekonomi dan lain-lain yang ada ditempat itu.

Tujuan khusus ini dapat dirumuskan adanya unsur konstan tetap

berlaku sepanjang zaman, tempat dan keadaan, tidak akan

mengalami perubahan serta pergantian sepanjang zaman. Tujuan

umum pendidikan Islam berlaku diseluruh dunia yang menyakini

ajaran Islam sebagai pedoman hidupnya. Sedangkan pada tujuan

pendidikan Islam yang bersifat khusus terkandung fleksibilitas,

maksudnya tujuan khusus ini dapat dirumuskan sesuai dengan

keadaan zaman, tempat dan waktu namun tetap tidak bertentangan

dengan tujuan yang lebih tinggi yaitu tujuan akhir atau tujuan

umum.31

Sementara itu, para ahli pikir pendidikan Islam secara umum

telah memformulasikan rumusan tentang tujuan pendidikan Islam,

seperti menurut Abuddin Nata, dengan melihat definisi yang

30 Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung

Insani, 2003), cet. 2, hlm. 138-139 31 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam… Op. Cit., hlm. 56

Page 13: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

31

dikemukakan para ahli tentang pendidikan Islam memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka

bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas

memakmurkan dan mengolah bumi sesuai kehendak Tuhan.

2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas

kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka

beribadah kepada Allah sehingga tugas tersebut ringan

dilaksanakan.

3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak

menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

4) membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya

sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua

ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan

kekhalifahannya.

5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.32

Manusia yang memiliki ciri-ciri tersebut di atas secara

umum adalah manusia yang baik. Atas dasar ini dapat dikatakan

bahwa para ahli pendidikan Islam pada hakekatnya sependapat

bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia

yang baik, yaitu manusia yang beribadah kepada Allah dalam

rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi.

2. Landasan atau Dasar

Sehubungan dengan pendidikan Islam sebagai suatu usaha

membentuk manusia yang berkepribadian harus mempunyai landasan

yang kuat. Landasan tersebut adalah al-Qur'an dan al-Hadits. Al-Qur'an

adalah firman Allah SWT berupa wahyu yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang di dalamnya

32 Ibid., hlm. 53-54

Page 14: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

32

terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan

seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam

al-Qur'an terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan

masalah keimanan yang disebut akidah dan yang berhubungan dengan

amal disebut syari’ah. 33

Al-Qur'an adalah sumber kebenaran dalam Islam yang

kebenarannya tidak diragukan lagi. Sebagaimana firman Allah SWT

dalam surat al-Baqarah ayat 2:

قنيتى للمدفيه ه بيال ر ابالكت 2: البقرة(. ذلك(

“Kitab al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 2).34

Kaitannya dengan pendidikan Islam, bahwa pendidikan itu

sendiri merupakan proses interaksi yang terjadi antara seorang dengan

lingkungan sekitarnya dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

seumur hidup tergambar secara implisit dalam surat al-Alaq yaitu tidak

adanya batasan yang konkrit tentang kapan seseorang harus mulai

belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa manusia

harus belajar dan membaca. Dengan demikian, manusia perlu belajar

sejak lahir sampai meninggal. Tentang kewajiban manusia untuk

membaca dan menulis ini tercantum dalam ayat 1-5 surat al-Alaq,

yaitu:

اقراء وربك . خلق االنسان من علق. اقراء باسم ربك الذي خلق )5- 1: العلق. (علم االنسان مامل يعلم. لذي علم بالقلما. االكرام

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia

33 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 19 34 Depag RI, Op. Cit., hlm. 8

Page 15: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

33

dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Tafsiran:

Pada ayat pertama dimaksudkan bahwa Allah menyuruh Nabi

agar membaca, sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis

dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril.

Dalam ayat kedua, Allah mengungkapkan cara bagaimana ia

menjadikan manusia yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia

dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan

untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta

menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang

diberikan Allah kepadanya. Dalam ayat ketiga, bahwa Allah

memerintahkan kembali Nabi-Nya untuk membaca, karena bacaan

tidak akan melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-

ngulang dan membiasakannya, maka seakan-akan perintah mengulangi

bacaan itu berarti mengulang-ulangi bacaan yang dibaca dengan

demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jawaban Nabi SAW.

Kemudian ayat keempat menjelaskan bahwa dia menyebutkan kalam

sebagai alat untuk menulis sehingga tulisan itu menjadi penghubung

antara manusia walaupun berjauhan tempat, sebagaimana mereka

berhubungan dengan perantaraan lisan. Dan Allah juga menyatakan

bahwa dia menjadikan manusia dari Alaq lalu diajarinya berkomunikasi

dengan perantaraan kalam. Dan dalam ayat yang kelima ini Allah

menambahkan keterangan tentang limpahan karuniaNya yang tidak

terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikannya pandai

membaca. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam

ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya.35

35 Depag RI, Al-Qur'an dan Tefsirnya, (Semarang: Wicaksana, 1993), Jilid 10, Juz

28-30, hlm. 747-750

Page 16: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

34

Dari tafsiran ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada ayat

1 dan 3, Tuhan memerintahkan membaca dan menulis, karena dengan

membaca dan menulis manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan

kemudian pada ayat kedua, bahwa Tuhan menginformasikan asal

kejadian manusia yaitu dari segumpal darah. Sedangkan pada ayat 4

dan 5 dapat dipahami bahwa pendidik pertama adalah Allah SWT,

Allah mengajar manusia dengan pena dan kemudian dia memberikan

pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum

diketahuinya. Meskipun Tuhan telah mendidik manusia, tidak

semuanya berhasil menjadi baik karena hal itu tergantung pada

beberapa faktor, seperti lingkungan dan kemauan untuk menjadi baik.

Secara teknisnya al-Qur'an dijadikan rujukan utama bagi dasar

pendidikan Islam yang menyangkut persoalan hidup yang berkaitan

dengan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan

manusia dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam hal

ini, lalu dijabarkan dan dijelaskan kembali sunnah Nabi. Adapun kata-

kata sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat

serta pendapat para ahli pendidikan Islam telah digali dari al-Qur'an

dan sunnah Nabi.

Dasar pendidikan Islam yang lain ialah nilai-nilai sosial

kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-

Qur'an dan sunnah, atas prinsip dapat mendatangkan kemanfaatan dan

menjauhkan kemadharatan bagi manusia. Kemudian dasar pendidikan

Islam selanjutnya yaitu warisan pemikiran dari para ulama yaitu ijtihad

ulama.36

Al-Qur'an dan sunnah Nabi memberikan petunjuk kepada umat

manusia agar hidup di dunia dengan selaras dan harmonis sesuai

dengan ajaran Ilahi.

36 Singgih Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan dan Islam, (Bantul: Pondok Edukasi,

2003), Cet. I, hlm. 96

Page 17: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

35

Ijtihad merupakan pembawaan manusia itu sendiri, manusia

yang diberi akal dan potensi diharapkan untuk selalu membaca

fenomena Qur’aniyah serta alam semesta dengan fenomena yang ada.

Pengkajian dan penafsiran yang lebih serasi dengan lingkungan dan

kehidupan seseorang. Demikian pula dengan pendidikan Islam, adanya

tuntutan untuk selalu berijtihad sehingga teori dan pelaksanaan

pendidikan Islam selalu berjalan seiring bersama dengan perkembangan

zaman, menuntut mujtahid untuk selalu berijtihad sehingga teori dan

pelaksanaan pendidikan Islam senantiasa relevan dengan tuntutan

zaman.

Demikian dasar-dasar pendidikan Islam yang selalu berpedoman

pada al-Qur'an dan sunnah Nabi, juga hasil pemikiran mannusia

(ijtihad) dalam menuju kemaslahatan umum humanisme universal.

Pendidikan Islam pada akhirnya bermuara pada pembentukan manusia

sesuai dengan kodratnya yang mencakup hubungan manusia dengan

sesamanya dan hubungan dan pertanggungjawabannya kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Selain al-Qur'an dan hadits sebagai dasar pokok, serta ijtihad

sebagai dasar tambahan, juga terdapat dasar operasional pendidikan

Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional pendidikan ada 6

macam:37

a. Dasar historis

Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-

hasil pengalaman masa lalu, berupa UU dan peraturan-peraturannya

maupun berupa tradisi dan ketetapannya.

37 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,

1992), hlm. 6-7

Page 18: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

36

b. Dasar sosiologis

Dasar berupa kerangka budaya di mana pendidikannya itu bertolak

dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan

mengembangkannya.

c. Dasar ekonomi

Dasar yang memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia,

keuangan, materi, persiapan yang mengatur keuangan dan

bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.

d. Dasar politik dan administrasi

Dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar yang

digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang

dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.

e. Dasar psikologis

Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik,

pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan

penilaian bimbingan dan penyuluhan.

f. Dasar filosofis

Dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik, memberi

arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua

dasar-dasar operasional lainnya.

3. Materi Pendidikan Islam

Secara eksplisit materi pendidikan terdapat dalam surat al-Alaq

ayat 1 dan 3 (membaca) ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri

melalui proses penciptaan secara biologis). Dan secara implisit surat al-

Alaq menyatakan bahwa materi pendidikan Islam itu terpadu, tidak

terbagi antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan kata lain, tidak ada

dikotomi ilmu pengetahuan yang akan diajarkan karena pada

Page 19: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

37

hakekatnya ilmu itu hanya satu, yaitu bersumber dari Allah SWT

sebagai pendidik utama.38

Dengan demikian dapat diartikan bahwa materi pendidikan

Islam tidak terbatas pada ilmu agama saja, seperti aqidah, hadits, fiqh

dan sebagainya, tetapi juga bersumber pada ilmu umum, seperti

matematika, PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan sebagainya.

Sebagaimana dijelaskan pada ayat 1 dan 3 surat al-Alaq yaitu

tentang perintah membaca dan menulis, dapat disimpulkan bahwa

Tuhan memerintahkan membaca tanpa menyebutkan obyek yang harus

dibaca. Jadi apa saja boleh dibaca untuk mendapatkan informasi. Ilmu

pengetahuan tidak terbatas pada teks tertulis, tetapi juga tidak tertulis,

seperti alam semesta.39 Sebagai makhluk Tuhan yang dibekali dengan

akal (manusia) dapat merasakan betapa besar kekuasaan Tuhan dalam

menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan dari sini kita dapat

memperoleh ilmu pengetahuan tentang kekuasaan Tuhan dan lain

sebagainya.

Materi pelajaran merupakan bagian kurikulum yang digunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan karena di dalamnya terkandung

nilai-nilai yang dianggap perlu untuk dimiliki anak didik. Bahan-bahan

tersebut harus dikuasai, dipahami, dan dimengerti dengan sungguh-

sungguh oleh pendidik. Sebab jika bahan tersebut tidak dikuasainya

akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar mengajar.40

Dalam pendidikan Islam, sumber bahan pendidikan diambil dari

al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW, yang didalamnya

mengandung ajaran-ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan

Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia

dengan alam semesta.

38 Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), cet. 1, hlm. 30

39 Ibid., hlm. 30-31 40 Ibid., hlm. 173

Page 20: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

38

Ajaran yang terkandung dalam al-Qur'an terdiri dari dua prinsip

yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut

aqidah, dan yang berhubungan dengan amal perbuatan yang disebut

syari’ah. Adapun istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan

ilmu syari’ah adalah: a) ibadah untuk perbuatan yang berhubungan

langsung dengan Allah, b) muamalah untuk perbuatan yang

berhubungan dengan selain Allah, dan c) akhlak untuk tindakan yang

menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.41

Sebagaimana al-Qur'an, sunnah juga berisi akidah dan syari’ah,

sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia

dengan segala aspeknya, untuk membina umat manusia yang seutuhnya

atau muslim yang bertakwa. Oleh karena itu Rasulullah SAW menjadi

tauladan dan pendidik yang utama. Pendidikan Islam memiliki materi

yang sangat luas menyangkut urusan dunia dan akhirat. Adapun inti

pokok pelajaran agama Islam adalah keimanan, akhlak, ibadah, al-

Qur'an dan tarih/sejarah.

4. Metode Pendidikan

Tidak disangsikan lagi bahwa setiap pekerjaan ataupun tugas,

membutuhkan jalan atau cara tertentu untuk mengerjakannya supaya

mencapai hasil yang maksimal. Dalam tugas pendidikan, diperlukan

pengetahuan untuk mensukseskan tugas kewajibannya. Pengetahuan

tersebut adalah masalah metodologi pengajaran dengan segala

rangkaiannya. Kaitannya dengan pendidikan Islam, metode adalah jalan

untuk menanamkan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam

pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi Islami.42

Dalam al-Qur'an dan al-Hadits terdapat berbagai macam metode

pendidikan Islam. Metode tersebut adalah metode mengambil

kesimpulan atau induktif, metode qiyas/perbandingan, metode kuliah,

41 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hlm. 19-20 42 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, … Op. Cit., hlm. 91-92

Page 21: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

39

metode dialog dan perbincangan, metode lingkaran (halaqah), metode

mendengar, metode riwayat, metode membaca, metode imla, metode

hafalan, metode pemahaman dan metode lawatan untuk menuntut ilmu,

tanya jawab, demontrasi, diskusi, ceramah, latihan, pembiasaan dan

sebagainya.43

Keberhasilan pendidikan, tidak hanya ditentukan oleh kebaikan

suatu metode, tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tujuan,

materi, media, situasi, dan kondisi. Dengan kata lain tidak ada metode

yang dikatakan paling baik atau paling unggul, masing-masing

memiliki kelebihan dan kekurangan.

5. Lingkungan Pendidikan

Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang

dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasari,

digerakkan dan dikembangkan oleh jiwa Islam (al-Qur'an dan al-

Sunnah). Islam telah mengenal lembaga pendidikan sejak detik-detik

awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Rumah al-Arqam

merupakan lembaga pendidikan yang pertama.44 Sejalan dengan makin

berkembangnya pemikiran tentang pendidikan, maka didirikanlah

berbagai macam lembaga pendidikan Islam yang teratur dan terarah.

Beberapa lembaga di antara yang belajar dengan sistem lembaga

klasikal, yaitu berupa madrasah. Lembaga pendidikan inilah yang

disebut dengan lembaga pendidikan formal, lembaga pendidikan Islam

selalu berkembang menurut waktu dan tempat

Sejak Islam melembagakan pendidikan anak sebagai kewajiban

dan tanggung jawab orang tua, keluarga menjadi pusat pendidikan

pertama, selanjutnya, pendidikan berlangsung di dalam masyarakat atas

dasar kewajiban menjalankan amar makruf dan nahi munkar. Di luar

43 Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK. Group,

1995), hlm. 70-172 44 Ramayulis, Op. Cit., hlm. 215

Page 22: BAB II PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PENDIDIKAN ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005...masyarakat menjadi sendi yang kuat.1 ... berasal dari bahasa

40

pendidikan keluarga, pendidikan Islam tidak membatasi diri pada pusat

pendidikan tertentu. Tempat manapun yang dapat memberi kesempatan

kepada orang muslim untuk memperoleh pendidikan, tempat itu dalam

pendidikan Islam dipandang sebagai pusat pendidikan.45 Di antaranya

ialah, masjid, kuttab, perpustakaan, pesantren, madrasah (sekolah).

Tanggung jawab kependidikan tidak dapat dilimpahkan

sepenuhnya kepada pihak lain, seperti sekolah dan lembaga pendidikan

lain, karena sekolah berfungsi membantu orang tua dalam

melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Oleh karena itu

tanggung jawab ini dapat dilaksanakan secara individu dan kolektif.

Secara individu dilaksanakan oleh orang tua dan secara kolektif dapat

dilaksanakan secara kerjasama antara anggota keluarga, masyarakat

dan pemerintah.

45 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), cet. 2, hlm. 211