75
BAB II PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian (Pustaka) 1. Pengertian Implementasi Implementasi adalah proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya. Implementasi memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Efektivitas implementasi ditentukan oleh kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab-akibat yang logis antara tindakan dan tujuan. 1 Menurut Nurdin ( 2010 : 3 ) mengartikan Implementasi sebagai evaluasi dana aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai suatu tujuan kegiatan. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan agar dilaksanakan sesuai apa yang diinginkan Proses implementasi dilakukan 1 Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bany Quraisy, Bandung, 2004, h. 7.

BAB II PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian (Pustaka)€¦ · Kepala daerah Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota yang dipilih secara demokratis. 5. Pemerintahan Daerah menjalankan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ���

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian (Pustaka)

    1. Pengertian Implementasi

    Implementasi adalah proses interaksi antara tujuan dan tindakan

    untuk mencapainya. Implementasi memerlukan jaringan

    pelaksana, birokrasi yang efektif. Efektivitas implementasi ditentukan oleh

    kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab-akibat yang logis antara

    tindakan dan tujuan.1

    Menurut Nurdin ( 2010 : 3 ) mengartikan Implementasi sebagai

    evaluasi dana aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian-pengertian

    diatas memperlihatkan bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, adanya

    aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme

    mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu

    kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

    berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

    Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan

    untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan agar

    dilaksanakan sesuai apa yang diinginkan Proses implementasi dilakukan

    ������������������������������������������������������������1 Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bany

    Quraisy, Bandung, 2004, h. 7.�

  • ���

    dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang

    sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan.

    2. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah

    a. Dasar Hukum Pemerintahan Daerah

    Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada

    tanggal 17 agustus dengan sistem desentalisasi, para pendiri negara telah

    menjatuhkan pilihannya pada prinsipnya pemencaran kekuasaan dalam

    penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia yang tujuannya jelas

    tercantum pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

    yang berbunyi :

    “...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memejukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

    Maka untuk mencapai maksud itu para pejabat di daerah-daerah

    membantu penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kesejahteraan

    sosial melalui pembangunan daerah, kerena daerah Indonesia terbagi

    dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.

    Asas otonom dan tugas pembantuan secara yuridis formal tercantum

    dalam pasal 18 Undang-Undang 1945 yang berbunyi :2

    1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

    propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota

    yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai

    pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

    ������������������������������������������������������������2 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18�

  • ���

    2. Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota

    mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

    asas otonomi dan tugas pembantuan.

    3. Pemerintahan Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota

    memiliki Dewan Perwakilan Daerah yang anggota-anggotanya

    dipilih melalui pemilihan umum.

    4. Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai

    Kepala daerah Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan

    Kota yang dipilih secara demokratis.

    5. Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya

    kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

    ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

    6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peratuan daerah dan

    peraturan-peratuaran lain untuk melaksanakan otonomi dan

    tugas pembantuan.

    7. Susunan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah

    diatur dalam undang-undang.

    b. Pengertian Pemerintahan Daerah

    Definisi Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 Ayat (3) UU Nomor

    32 Tahun 2004): “Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau

    Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

    pemerintahan daerah.”

    Kepala Daerah sebagai kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Kepala Daerah Provinsi disebut Gubernur, sedangkan

  • ���

    Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, Kepala Daerah Kota disebut Walikota. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai kepala eksekutif daerah, Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota. Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagai dimaksud diatas, ditetapkan dalam peraturan tata tertib DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban kepada DPRD pada setiap akhir tahun anggaran. Kepala Daerah wajib memberikan pertanggung jawaban kepada DPRD untuk hal tertentu atas permintaan DPRD. Pemilihan Kepala Daerah untuk Daerah otonom Kabupaten/ Kota telah diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat daerah yang bersangkutan melalui wakil-wakilnya yang duduk di DPRD. Sedangkan untuk Kepala Daerah pada wilayah provinsi, karena kedudukannya selain sebagai Kepala Daerah, juga sebagai Kepala Wilayah maka proses rekuitmennya harus memadukan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pemerintah pusat dan daerah (Sarundajang, 2001:77).

    Pemerintah dalam arti sempit hanyalah lembaga eksekutif saja,

    sedangkan dalam arti luas mencakup aparatur negara yang meliputi

    semua organ-organ, badan-badan atau lembaga-lembaga, alat

    perlengkapan negara yang melaksanakan berbagai kegiatan untuk

    mencapai tujuan negara.3 Arti sempit dalam pemerintahan adalah segala

    kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga

    eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas

    adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan

    dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk

    dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintah

    dalam segi struktural dapat didefinisikan pula sebagai suatu sistem

    struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan

    atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara.

    ������������������������������������������������������������3 Philipus M.Hadjon, Pengertian Pengertian Dasar Tindak Pemerintahan, Djumali,

    Surabaya, 1982, h. 6.

  • ���

    Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk

    memelihara kedamaian dan keamanan Negara, kedalam dan luar negeri.

    Pemerintahan harus mempunyai:

    1. kekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan

    angakatan perang

    2. Kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-undang

    3. Kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi

    keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos

    keberadaan Negara dalam menyelenggarakan peraturan. Istilah

    pemerintahan dapat dikaji atau ditinjau dari tiga aspek yaitu :4

    a. Ditinjau dari aspek kegiatan (dinamika), pemerintahan

    berarti segala kegiatan atau usaha yang

    terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan

    berlandaskan pada dasar negara.

    b. Ditinjau dari aspek struktural fungsional, pemerintahan

    mengandung arti seperangkat fungsi negara, yang satu

    sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan

    melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi

    tercapainya tujuan negara.

    c. Ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan Negara,

    maka pemerintahan berarti seluruh tugas dan

    kewenangan Negara.

    ��������������������������������������������������������������Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu politik, Grasindo, Jakarta, 1992, h. 168.�

  • Secara deduktif dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan

    pemerintahan dibentuk berkaitan dengan pelaksanaan berbagai fungsi

    yang bersifat operasional dalam rangka pencapaian tujuan negara yang

    lebih abstrak, dan biasanya ditetapkan secara konstitusional. Berbagai

    fungsi tersebut dilihat dan dilaksanakan secara berbeda oleh sistem sosial

    yang berbeda, terutama secara ideologis. Hal tersebut terwujud dalam

    sistem pemerintahan yang berbeda, dan lebih konkrit terwakili oleh dua

    kutub ekstrim masing-masing rezim totaliter (sosialis) dan rezim

    demokratis. Substansi perbedaan keduanya terletak pada perspektif

    pembagian kekuasaan negara (pemerintah).

    Pemencaran kekuasaan (dispersed of power), menurut Leslie

    Lipson, merupakan salah satu dari lima isu besar dalam proses politik.

    Pemerintahan daerah merupakan konsekuensi pelaksanaan pemencaran

    kekuasaan itu5. Pengertian pemerintah dalam perspektif Undang- Undang

    dapat dijabarkan sebagai berikut:

    a. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa :

    ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk

    Republik”.

    b. Pasal 4 ayat (1) menentukan :

    “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

    pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.

    c. Pasal 18 ayat (1) menentukan bahwa :

    ������������������������������������������������������������5 Joseph Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, PT Grafindo Persada,

    Jakarta, 1988, h. 5.�

  • ��

    “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

    provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota,

    yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai

    pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.

    Sehubungan dengan ketentuan pasal-pasal tersebut diatas, maka

    dapat dikatakan bahwa konsep pembagian kekuasaan secara vertikal

    merupakan suatu konsep yang dianut secara formal dalam negara

    kesatuan Republik Indonesia atau atau dengan rumusan lain dapat

    disimpulkan bahwa terdapat pembagian kekuasaan antara Pemerintah

    Pusat dan Pemerintah Daerah.6

    Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut

    Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah

    untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan

    otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih menenkankan pada prinsip-

    prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

    memperhatikan potensi dan keberagaman daerah. Dalam rangka

    penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-

    Undang Dasar 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus

    urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,

    diarahkan untuk memepercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

    melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

    masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan

    ������������������������������������������������������������6 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintah Daerah kajian tentang Hubungan Keuangan

    antara Pusat dan Daerah, UII Perss, Yogyakarta, 2006, h. 36.

  • prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhasan

    suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Pemerintahan daerah dalam Undang-Undang No 32 Tentang

    Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

    pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

    pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

    prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

    dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan

    perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

    Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan urusan

    pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan

    pemerintahan daerah yang lainya. Hubungan ynag dimaksud meliputi

    hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber

    daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan, pelayanan

    umum, pemanfaatan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan

    merata. Hubungan-hubungan tersebut dapat menimbulkan hubungan

    administrasi dan hubungan antarsusunan kewilayahan.7

    Hubungan administrasi adalah hubungan yang terjadi sebagai

    konsekuensi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

    merupakan satu kesatuan dalam penyelenggaraan administrasi negara.

    Hubungan kewilayahan adalah hubungan yang terjadi sebagai

    ������������������������������������������������������������7 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesi, Dalam Rangka Sosialisasi

    UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h.154

  • ��

    konsekuensi dibentuk dan disusunnya daerah otonom yang

    diselenggarakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Dengan demikian, wilayah daerah merupakan satu kesatuan wilayah

    negara yang utuh dan bulat.8

    Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang

    menjadi kewenangan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-

    undang ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintah ini

    adalah pemerintah yang mutlak menjadi kewenangannya dan urusan

    bidang lainnya yaitu bagian-bagian-bagian urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintah

    merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara pemerintahan

    daerah, provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah

    yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai suatu sistem

    pemerintahan.

    Pendapat HAW. Widjaja tentang antar pemerintahan daerah adalah

    hubungan antara provinsi dengan provinsi, kabupaten/kota atau provinsi

    dengan kabupaten/kota. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang

    pemerintah daerah yang berdasarkan kriteria tersebut terdiri atas urusan

    wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat

    mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara,

    antaralain perlindungan hal konstitusional, perlindungan kepentingan

    nasional, kesejahtraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum

    dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, dan pemenuhan komitmen

    ������������������������������������������������������������8 Ibid.�

  • ��

    nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi

    internasional. Urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di

    daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.9

    Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian

    urusan pemerintahan kepada Perangkat Pemerintahan atau Wakil

    Pemerintahan di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan

    daerah dan atau pemerintahan desa.

    c. Peranan Dinas Daerah

    Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

    Provinsi. Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan

    daerah Kota. Setiap daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan daerah Kota

    mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang- undang.

    Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara Pemerintahan

    Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

    otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

    Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

    Dasar 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota,

    dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

    Daerah.

    ������������������������������������������������������������9 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi

    UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 164-165.

  • ��

    Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana

    Pemerintah Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Kepala yang berada

    di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui

    Sekretaris Daerah. Dinas Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas

    melaksanakan kewenangan desentralisasi. Dalam melaksanakan tugas

    sebagaimana dimaksud Dinas Daerah Kabupaten/Kota

    menyelenggarakan fungsi:

    a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

    b. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;

    c. pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup

    tugasnya.10

    Dinas Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri dari 14

    (empat belas) Dinas. Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk

    Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Kabupaten/Kota, untuk

    melaksanakan sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu

    atau beberapa Kecamatan. Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah

    Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang Kepala

    yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan

    secara operasional dikoordinasikan oleh Camat.

    Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk Unit Pelaksana

    Teknis Dinas Daerah (UPTD) Kabupaten/Kota untuk melaksanakan

    sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa

    kecamatan. Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah.

    ������������������������������������������������������������10 http://mitoyono.blogspot.com/2010/12/kedudukan-tugas-dan-fungsi-perangkat, html.�

  • ��

    Daerah dapat berarti Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Dinas Daerah

    menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan

    lingkup tugasnya, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan

    umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup

    tugasnya.11. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana

    Pemerintah Kabupaten/Kota dimpimpin oleh seorang Kepala yang berada

    di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui

    Sekretaris Daerah.

    3. Tinjauan Umum Tentang Tugas Pembantuan

    Istilah tugas pembantuan secara tegas dan formal pertama kali di

    gunakan pada masa UU nomor 5 tahun 1974. Pada peraturan perundang-

    undangan sebelumnya lebih banyak digunakan

    istilah medebewind dan zelfbestuur. Dimana asas Tugas Pembantuan

    merupakan salah satu asas penyelenggaraan pemerintah daerah selain asas

    desentralisasi dan asas dekosentrasi.12

    Lebih lanjutnya mengenai asas tugas pembantuan tercantum dengan

    tegas dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “Pemerintahan

    daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus

    sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi otonomi dan tugas

    pembantuan”. Menurut Irawan Soejito pada ketentuan tersebut, asas

    otonomi selalu bergandengan dengan asas tugas pembantuan (autnomie dan

    ���������������������������������������������������������������http://id.wikipedia.org/wiki/Dinas_daerah, di akses pada tanggal 3 Januari 2014�

    12 Wasistiono Sadu, Memahami Asas Tugas Pembantuan Pandangan Legalistik, Teoritik dan Implementatif, Fokusmedia: Bandung. 2006, h. 5.�

  • ��

    medebewind). Istilah medebewind disalin ke dalam bahsa Indonesia dengan

    istilah “tugas pembantuan”. Tugas Pembantuan itu dapat berupa tindakan

    mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula dapat berupa tugas eksekutif

    (beschiken). Daerah yang mendapat tugas pembantuan diwajibkan untuk

    mempertaggungjawabkan kepada yang menugaskan.13

    Menurut Koesoemahatmadja dalam Nurcholis ( 2007 : 22 ) dalam

    sistem tugas pembantuan pemerintah pusat atau daerah otonom yang lebih

    tinggi menyerahkan urusan yang menurut peraturan perundangan

    merupakan kewenangannya, kepada daerah otonom dibawahnya daerah

    otonom yang diserahi ini lalu melaksanakannya melalui perangkatnya

    (dinas-dinas). Dalam melaksanakan tugas tersebut, aparat pelaksana (dinas-

    dinas) tidak bertanggungjawab kepada pemerintah pusat / daerah yang lebih

    tinggi yang bertugas tapi kepada kepala daerah karena tugas pembantuan

    pada dasarnya adalah melaksanakan kewenangan pemerintah pusat atau

    pemerintah atasnya, maka sumber biaya berasal dari pemerintah yang

    memberikan penugasan. Sumber biaya berasal dari APBN dan atau APBD

    pemerintah daerah yang lebih tinggi.

    a. Dasar Hukum Asas Tugas Pembantuan

    Pengaturan mengenai Tugas pembantuan diatur dalam Pasal 1

    angka 9 menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

    menyatakan :14

    ������������������������������������������������������������13 Irawan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta,

    Jakarta.1990, h. 117.�14 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka 9.�

  • ��

    “Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu”

    Dan dasar asas Tugas Pembantuan tercantum juga dengan tegas

    dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “Pemerintahan

    Derah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus

    sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

    pembantuan”.15 Ketentuan dalam Pasal 9 angka 1 menurut UU No. 32

    Tahun 2004 tersebut merupakan dasar pengaturan mengenai tugas

    pembantuan. Dalam halnya wewenang propinsi, kabupaten dan kota

    dalam rangka otonomi daerah (daerah berotonomi) merupakan isi rumah

    tangga daerah atau yang biasa disebut juga urusan rumah tangga daerah.

    Bersumber dari otonomi dan tugas pembantuan, otonomi merupakan

    satu bagian dari desentralisasi. Kepada pemerintahan diserahi wewenang

    untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, dan dapat pula

    diserahi untuk menjalankan tugas-tugas pembantuan (medebewind).

    b. Tugas Pembantuan Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004

    Pengaturan Tugas Pembantuan Berdasarkan UU No. 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan dan diundangan pada

    tanggal 15 Oktober 2004 (Lembaran Negara RI nomor 4437), yang

    terdiri dari 16 Bab, dan 240 Pasal, berbeda dengan undang-undang

    sebelumnya. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 merupakan

    ������������������������������������������������������������15 Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.�

  • ��

    undang-undang pemerintahan daerah yang kedelapan, dibuat berdasarkan

    Pasal UUD 1945 yang telah diamandemen. Asas-asas penyelenggaraan

    pemerintah bagi daerah menggunakan :

    1. Asas otonomi

    2. Asas tugas pembantuan.

    Pada Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, tugas

    pembantuan diatur dalam tiga (3) pasal yang terpisah, yaitu pasal 1 angka

    (9) mengenai rumusan pengertian tugas pembantuan dan pasal 20 yang

    mengatur asas penyelenggaraan pemerintahan dan pasal 207. Ketentuan

    ketiga pasal tersebut, rumusan selengkapnya :

    1. Pasal 1 angka 9 menyatakan : “Tugas Pembantuan adalah

    penugasan dari pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau

    desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota atau desa

    serta dari pemerintah/kota kepada desa untuk melaksanakan

    tugas tertentu”16.

    2. Pasal 20 ayat (2) menyatakan : “Dalam menyelenggarakan

    pemerintahan, pemerintah menggunakan asas desentralisasi,

    dekonsentrasi dan tugas pembantuan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan”17.

    3. Pasal 20 ayat (3) menyatakan : “Dalam menyelenggarakan

    pemerintahan daerah, pemerintah daerah menggunakan asas

    otonomi dan tugas pembantuan”18

    4. Pasal 207 menyatakan : “Tugas pembantuan dari pemerintah

    provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota kepada desa

    ������������������������������������������������������������16 Pasal 1 angka 9 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�17 Pasal 20 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�18 Pasal 20 ayat (3) UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�

  • ��

    disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya

    manusia”19

    c. Tujuan Tugas Pembantuan

    Maksud dilaksanakannya tugas pembantuan adalah mempercepat

    terwujudnya penyelenggaraan Asas Tugas Pembantuan yang dapat

    diimplementasikan, Selain itu untuk meningkatkan efektivitas dan

    efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan

    pelayanan umum. Tugas pembantuan juga dimaksudkan untuk

    meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dan penyelesaian

    permasalahan serta pengembangan pembangunan bagi Daerah dan Desa.

    Sementara itu tujuan tugas pembantuan antara lain: untuk meningkatkan

    sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang diperlukan untuk

    menjamin keberhasilan penyelenggaraan Tugas Pembantuan. Selain itu,

    tugas pembantuan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

    masyarakat Desa diberbagai bidang terutama pendidikan, kesehatan dan

    daya beli masyarakat, pekerjaan Umum, Pertanian & Trantib. Tugas

    pembantuan juga sebagai upaya pemerataan pembangunan dan

    pemberian pelayanan diseluruh wilayah Propinsi dan meningkatkan

    kualitas sarana dan prasarana ekonomi perdesaan untuk memudahkan

    kebutuhan masyarakat Desa dalam rangka meningkatkan produksi,

    kesempatan kerja dan pendapatan desa sesuai dengan karakteristik desa

    masing-masing. Prinsip-prinsip pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah

    sebagai berikut:

    ������������������������������������������������������������19 Pasal 207 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�

  • ���

    1. Program kegiatan Tugas Pembantuan yang dapat ditugas-

    pembantuankan kepada desa (bidang-bidang) dimusyawarahkan

    terlebih dahulu dengan desa sebagai penerima tugas

    pembantuan.

    2. Kebijakan dan program tugas pembantuan (bidang-bidang)

    ditetapkan dengan Keputusan Gubernur setelah mendapat usulan

    dari hasil rapat koordinasi antara Sekretaris dengan Dinas-

    dinas/Lembaga Teknis Daerah Provinsi sesuai dengan bidang

    wewenang dan tugas masing-masing.

    3. Anggaran atau dana program tugas pembantuan (bidang-bidang)

    berasal dari APBD Provinsi atau dari Pemerintah

    Propinsi, penyaluran dana diberikan secara langsung kepada

    yang menerima tugas pembantuan yaitu Desa melalui Bank

    yang ditunjuk.

    4. Camat dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

    yang membidangi (bidang-bidang) sebagai Tim Pelaksana

    secara teknis operasional ditetapkan oleh Bupati dan diusulkan

    kepada Gubernur.

    5. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa

    dan dapat mengikutsertakan masyarakat.

    6. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh Kepala Desa

    penerima tugas pembantuan kepada Gubernur melalui Camat

    dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis Daerah Kabupaten untuk

    diteruskan ke Dinas/LTD Provinsi.

  • ��

    7. Pemantauan dan pengawasan kegiatan dilakukan oleh Badan

    Pengawasan Daerah Propinsi dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis

    Daerah (5 bidang).

    8. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik

    secara teknis maupun administrasi, transparan dan akuntabilitas.

    Tugas pembantuan, sebagai salah satu asas pemerintahan,

    mengandung pengertian penyertaan tugas-tugas atau program-program

    Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

    yang diberikan untuk turut dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan

    oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II,

    dimana pelaksanaannya dapat tercermin dari adanya konstribusi Pusat

    atau Propinsi dalam hal pembiayaan pembangunan, maka besarnya

    konstribusi tersebut dapat digunakan untuk mengukur besarnya

    penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik.

    Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan

    pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

    pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselenggarakan

    karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan

    dengan menggunakan asas desentralisasi. Disamping itu, sebagai

    konsekuensi negara kesatuan memang tidak dimungkinkan semua

    wewenang pemerintah didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun

    kepada daerah.20

    ������������������������������������������������������������20 Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi

    dan Tugas Pembantuan�

  • ���

    Penyelenggaraan asas tugas pembantuan adalah cerminan dari

    sistem dan prosedur penugasan Pemerintah kepada daerah dan/atau desa,

    dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari

    pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk menyelenggarakan urusan

    pemerintahan dan pembangunan yang disertai dengan kewajiban

    melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada

    yang memberi penugasan. Tugas pembantuan diselenggarakan karena

    tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan

    menggunakan asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pemberian

    tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan,

    dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah

    memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan, serta

    membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan

    pembangunan bagi daerah dan desa. Tugas pembantuan yang diberikan

    oleh Pemerintah kepada daerah dan/atau desa meliputi sebagian tugas-

    tugas Pemerintah yang apabila dilaksanakan oleh daerah dan/atau desa

    akan lebih efisien dan efektif. Tugas pembantuan yang diberikan oleh

    pemerintah provinsi sebagai daerah otonom kepada kabupaten/kota

    dan/atau desa meliputi sebagian tugas-tugas provinsi, antara lain dalam

    bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta

    sebagian tugas pemerintahan dalam bidang tertentu lainnya, termasuk

    juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat

    dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Tugas pembantuan yang diberikan

  • ���

    oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa mencakup sebagian tugas-

    tugas kabupaten/kota di bidang pemerintahan yang menjadi wewenang

    kabupaten/kota.

    Sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    Pemerintah harus didanai dari APBN melalui bagian anggaran

    kementerian/lembaga. Pengaturan pendanaan kewenangan Pemerintah

    melalui APBN mencakup pendanaan sebagian urusan pemerintahan yang

    akan dilimpahkan kepada gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi, dan

    sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada daerah

    provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan.

    Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

    Daerah yang menyatakan bahwa perimbangan keuangan antara

    Pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang

    menyeluruh dalam rangka pendanaan atas penyelenggaraan asas

    desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.21 Perimbangan

    keuangan dilaksanakan sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan

    antara Pemerintah dan pemerintahan daerah yang dalam system

    pengaturannya tidak hanya mencakup aspek pendapatan daerah, tetapi

    juga aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban.

    Ruang lingkup Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mencakup

    aspek penyelenggaraan, pengelolaan dana, pertanggungjawaban dan

    ������������������������������������������������������������21 Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

    Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.�

  • ���

    pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pemeriksaan, serta sanksi.22

    Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dalam Pasal 8

    Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

    Tugas Pembantuan (PP 7/2008), meliputi:

    1. Pelimpahan urusan pemerintahan.

    2. Tata cara pelimpahan.

    3. tata cara penyelenggaraan; dan

    4. tata cara penarikan pelimpahan.

    Berkenaan dengan tugas pembantuan, pemerintah dapat

    memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah provinsi atau

    kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian

    urusan pemerintahan. Pemerintah provinsi, juga dapat memberikan tugas

    pembantuan kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa

    untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan provinsi, serta,

    Pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan tugas pembantuan kepada

    pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan

    kabupaten/kota.

    Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah

    kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah

    desa merupakan sebagian urusan pemerintahan diluar 6 (enam) urusan

    yang bersifat mutlak yang menurut peraturan perundang-undangan

    ditetapkan sebagai urusan Pemerintah. Urusan pemerintahan yang dapat

    ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota

    ������������������������������������������������������������22 Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

    Pembantuan.�

  • ���

    dan/atau pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan yang

    menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan

    pemerintah provinsi. Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari

    pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa merupakan sebagian

    urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan

    ditetapkan sebagai urusan pemerintah kabupaten/kota.

    d. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

    Sehubungan dengan pemberian tugas pembantuan dapat dilakukan

    oleh Pemerintah kepada daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) dan

    Desa, serta dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan Desa maupun dari

    dari Kabupaten Kota kepada Desa.

    Terkait dengan hal yang dimaksud, maka tata cara atau mekanisme

    penyelenggaraan tugas pembantuan, baik inisiatif datangnya dari pemberi

    tugas maupun penerima tugas pembantuan, sebagai berikut :

    1. Pola Pemberian Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada

    Kabupaten/Kota

    1.1. Tata cara Tugas Pembantuan dari pemerintah Pusat kepada

    Kabupaten/Kota (Inisiatif dari Departemen Teknis Pusat) yaitu

    sebagai berikut :

    a. Departemen dan lembaga Pemerintah Non Departemen

    memberitahukan kepada Bupati/Walikota mengenai Rencana

    Pemberian Tugas Pembantuan.

  • ���

    b. Sekretaris Daerah atas nama Bupati/Walikota melaksanakan

    Rapat Koordinasi dengan Dinas/Lembaga Teknis.

    c. Hasil Rakor disampaikan kepada Bupati/Walikota, kemudian

    Bupati/Walikota memberitahukan mengenai persetujuan

    pelaksanaan Tugas Pembatuan kepada Departemen dan

    Lembaga Non Departemen yang merencanakan memberi

    Tugas Pembantuan dengan tembusan kepada Gubernur.

    1.2. Tata cara Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat kepada

    Kabupaten/Kota (Inisiatif dari Kabupaten/Kota) :

    a. Perangkat Kabupaten/Kota (Dinas/Lembaga Teknis)

    menginvestarisasi kegiatan dan kewenangan Pemerintah

    Pusat yang mungkin dapat ditugaspembantukan baik secara

    tetap maupun temporer.

    b. Hasil investarisasi dilaporkan kepada Bupati/Walikota

    melalui Sekretaris Daerah.

    c. Bupati/Walikota menugaskan Sekretaris Daerah agar

    membahas usulan dari Dinas/Lembaga Teknis melalui rapat

    koordinasi.

    d. Hasil Rapat Koordinasi tersebut oleh Bupati/Walikota

    diusulkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Non

    Departemen mengenai kemungkinan Tugas Pembantuan

    dubidang tertentu dengan tembusan kepada Gubernur sebagai

    Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

  • ���

    e. Bupati/Walikota selanjutnya menunggu kemungkinan adanya

    Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat berdasarkan usulan

    dari Pemerintah Kabupaten/Kota.

    e. Latar Belakang Perlunya Pemberian Tugas Pembantuan

    a. Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang

    dilakukannya pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada

    daerah dan desa dan dari pemerintah daerah kepada desa (Pasal 18A

    UUD 1945 sampai pada UU pelaksananya : UU Nomor 32 Tahun

    2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004).

    b. Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan

    pelayanan yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarakat dengan

    prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan lebih akurat.

    c. Adanya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemerintahan,

    pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat secara

    lebih ekonomis, lebih efesien dan efektif, lebih transparan dan

    akuntabel.

    d. Kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh

    kemajuan daerah dan desa yang ada di dalam wilayahnya.

    e. Citra pemerintah pusat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat

    melalui maju atau mundurnya suatu desa atau daerah. Citra inilah

    yang akan memperkuat atau memperlemah dukungan masyarakat

    terhadap Pemerintah yang berkuasa ( Sadu Wasistiono, 2006 : 2 – 3 ).

  • ���

    f. Sumber dan Anggaran Tugas Pembantuan

    Pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada

    Pemerintah Daerah dan Desa diikuti dengan pembiayaannya. Dalam UU

    No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

    ditegaskan bahwa perimbangan keuangan antara Pemerintah dan

    Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam

    kerangka negara kesatuan. Yang mencakup pembagian keuangan antara

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara adil, proporsional, demokratis,

    adil, transparan dan efisien dengan memperhatikan potensi, kondisi dan

    kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekosentrasi

    dan tugas pembantuan.23

    Dana penyelengaraan Tugas Pembantuan yang berasal dari

    pemerintah kepada Daerah dan Desa dibebankan pada Anggaran

    Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang mencakup semua penerimaan

    dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Biaya

    penyelenggaraan Tugas Pembantuan secara khusus di dalam pasal UU

    No. 33 Tahun 2004 yang menyebutkan antara lain :

    1. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dilaksanakan setelah

    adanya penugasan Pemerintah melalui kementrian negara/lembaga

    kepada Kepala Daerah.

    2. Pelaksanaan Tugas Pembantuan didanai oleh Pemerintah

    3. Pendanaan oleh Pemerintah disesuaikan dengan penugasan yang

    diberikan.

    ������������������������������������������������������������23 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

    Daerah�

  • ��

    4. Kegiatan Tugas Pembantuan di Daerah dilaksanakan oleh SKPD

    yang ditetapkan oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota.

    5. Kepala Daerah memberitahukan rencana kerja dana anggaran

    kementrian negara /lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Tugas

    Pembantuan kepad DPRD.

    6. Rencana kerja dan anggaran diberitahukan kepada DPRD pada

    pembahasan RAPBD.

    7. Pendanaan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik.

    8. Dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementrian

    Negara/Lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana dan

    anggaran kementrian Negara/Lembaga.

    4. Tinjauan Umum Mengenai Perpustakaan

    a. Pengertian Perpustakaan

    Perpustakaan berasal dari kata “pustaka” yang berarti buku atau

    kitab. Dalam bahasa Inggris perpustakaan disebut library, bahasa

    Belanda bibliotheek, bahasa Perancis bibliotheque, bahasa Spanyol dan

    Portugis bibliotheca. Kalau kita telusuri library berasal dari kata Latin

    liber artinya buku, sedangkan akar kata bibliotheek adalah biblos dari

    bahasa Yunani artinya tenetang buku. Kata biblos ini kemudian

    berkembang menjadi bible yang artinya Alkitab24. Rupanya istilah

    perpustakaan selalu berkaitan dengan buku. Atas dasar itu pula banyak

    orang yang mendefinisikan perpustakaan secara sederhana sebagai

    ������������������������������������������������������������24 Mud Mudjito, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca, Universitas Terbuka, Jakarta,

    2007, h. 1.5�

  • ���

    kumpulan buku-buku atau gudang buku saja tidak pernah terpikirkan,

    bahwa buku-buku itu dikumpulkan berdasarkan maksud dan tujuan

    tertentu sebagaimana dikatakan oleh W.P Napitupulu bahwa 25:

    “...perpustakaan pada umumnya dianggap tak lain hanya berkumpulnya

    bahan-bahan bacaan atau sesuatu gudang buku saja, tidak menjadi

    pemikiran bahwa buku-buku dan bacaan itu dikumpulkan berdasarkan

    maksud tertentu dengan tujuan yang diarahkan pada bahan-bahan itu”.

    Ada banyak arti perpustakaan dan banyak pengertian tentang

    perpustakaan yang dikemukakan para pemikir di bidang pustakawanan.

    Termasuk pengertian masyarakat awam yang sering memandang

    perpustakaan dalam arti sempit. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 tentang

    Perpustakaan (pasal 1) pengertian perpustakaan adalah sebagai berikut : “

    Perpustakaan adalah institusi pengelolah koleksi karya tulis, karya cetak,

    dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna

    memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan

    rekreasi para pemustaka “

    b. Dasar Hukum Perpustakaan, Urusan Perpustakaan dan Pustakawan

    1. UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

    Undang-Undang ini memayungi pembentukan, keberadaan, dan

    penyelenggaraan perpustakaan yang ada di Indonesia.

    �������������������������������������������������������������� Napitupulu, W.P. “Perpustakaan Umum Sebagai Pendidikan Luar Sekolah”,

    Lokakarya Perpustakaan Umum di Cisarua Bogor 11 s.d 13 Juli 1978�

  • ��

    2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

    antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

    Kabupaten/Kota.

    Urusan Perpustakaan adalah salah satu urusan wajib yang harus

    diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

    3. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Funsional

    Pustakawan dan Angka Kreditnya.

    Aturan ini memayungi keberadaan jabatan fungsional

    pustakawan, pengangkatan, penempatan, dan pemberhentiannya.

    4. Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan

    Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 23 Tahun 2003 dan

    Nomor 21 Tahun 2003.

    Aturan ini berkenaan dengan petunjuk teknis berkaitan dengan

    jabatan fungsional Pustakawan.

    5. Permendiknas No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

    Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

    Aturan ini berkenaan dengan kualifikasi tenaga perpustakaan

    sekolah/madrasah. Tentang latar belakang pendidikan dan

    kemampuan yang harus dimiliki kepala perpustakaan dan tenaga

    perpustakaan sekolah/madrasah.

    6. Standar Nasional Perpustakaan (Tahun 2009).

  • ���

    Berisi pedoman Standar Nasional Perpustakaan Sekolah,

    Perpustakaan Umum, perpustakaan Khusus, Perpustakaan

    Perguruan Tinggi.

    c. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan

    Perpustakaan secara umum memiliki fungsi pendidikan, penelitian,

    pelestarian, informasi, dan rekreasi dari masyarakat/pemustaka. Menurut

    Pasal 4 Bab I UU No. 43 Tahun 2007, tujuan utama perpustakaan yaitu

    dapat memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran

    membaca, dan memperluas wawasan serta pengetahuan untuk

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu peran pemerintah

    sebagai fasilitator berdirinya perpustakaan umum di setiap daerah harus

    benar-benar dapat memberi dukungan bagi pelaksana fungsi dan tujuan

    perpustakaan. Adapun secara garis besar tujuan perpustakaan dapat

    diarahkan untuk :

    1. Memasyarakatkan atau membudayakan minat baca

    masyarakat, sejauh ini masih sangat rendah.

    2. Mendorong dan mendidik segenap masyarakat dalam rangka

    pendidikan sepanjang hayat, atau untuk menyadarkan seluruh

    individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang

    secara berkelanjutan dilakukan sepanjang hidup.

    3. Mendukung sistem pendidikan nasional sebagaiamana diatur

    dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional.

  • ���

    4. Membuka peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tinggi dan sedala-

    dalamnya.

    5. Membangun masyarakat informasi berbasis teknologi

    informasi dan komunikasi.

    d. Peran Perpustakaan dalam Gerakan Nasional Gemar Membaca

    Berdasarkan Undang undang No 43 Tahun 2007 tentang

    Perpustakaan bahwa budaya gemar membaca menjadi tanggung jawab

    keluarga, satuan pendidikan (sekolah), masyarakat, maupun pemerintah.

    Sebagaimana bunyi Undang undang Pasal 51 tentang perpustakaan

    berikut ini :

    1. Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui

    Gerakan Nasional Gemar Membaca.

    2. Gerakan Nasional Gemar Membaca sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah

    Daerah dengan melibatkan masyarakat.

    3. Satuan pendidikan membina pembudayaan kegemaran

    membaca peserta didik dengan memanfaatkan perpustakaan.

    4. Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan

    Gerakan Nasional Gemar Membaca melalui penyediaan karya

    tulis, karya cetak, dan karya rekam.

  • ���

    5. Untuk mewujudkan pembudayaan kegemaran membaca

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perpustakaan

    bekerjasama dengan pemangku kepentingan.

    6. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan penghargaan

    kepada masyarakat yang berhasil melakukan gerakan

    pembudayaan gemar membaca.

    7. Ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    5. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

    a. Pengertian Pendidikan

    Pengertian pendidikan menurut Undang –Undang No. 20 Tahun

    2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

    agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kedewasaan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya

    dan masyarakat. Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa Yunani berasal

    dari kata pedagogi yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos”

    artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan

    sebagai ilmu dan seni mengajar anak.26

    ������������������������������������������������������������26 http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan-pengertian-pendidikan.htm, diakses

    tanggal 22 Januari 2014

  • ���

    Sementara itu Ki Hajar Dewantara menyebutkan Pendidikan adalah

    segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani

    anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan

    menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

    Pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang

    dilakukan oleh orang – orang yang diserahi tanggung jawab untuk

    mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan

    cita – cita pendidikan.27

    b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan

    Plato berpendapat bahwa pendidikan berfungsi membebaskan dan

    memperbaharui pikiran seseorang untuk dapat lepas dari belenggu

    ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai tujuan

    pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan

    tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama

    dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula

    dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus

    pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan

    yang berbahagia (eudaimonia).28

    Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi

    mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

    ������������������������������������������������������������27 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Jakarta,

    1973, h. 4.�28 http://www.putra-putri-indonesia.com/tujuan-pendidikan-nasional.html�

  • ���

    bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

    warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-Undang

    pendidikan terdahulu yaitu Undang Undang No. 2 Tahun 1989 pada pasal

    4 menjelaskan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

    bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu

    manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

    berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

    jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

    tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

    Secara konseptual tujuan pendidikan nasional masih sesuai dengan

    substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Yaitu melalui fungsi pendidikan

    yang meliputi29

    a. Pendidikan sebagai penegak nilai. Pendidikan mempunyai peran

    yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada

    dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam

    masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara

    serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam

    masyarakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini

    dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga

    ������������������������������������������������������������29 Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, h. 12.�

  • ���

    tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat

    dapat melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai dengan

    keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang

    ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap

    anggota masyarakat.

    b. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat.Pendidikan

    dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya

    terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah

    pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan

    kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini

    biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik

    lain merupakan motor penggerak serta kemajuan masyarakat

    yang bersangkutan.

    c. Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia.

    Melalui pendidikan diharapkan dalam potensi dalam diri

    individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini

    perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang

    lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih

    handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam

    menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi

    pendidikan yang paling menonjol.

    c. Kegemaran Membaca

    1. Pengertian Membaca

  • ���

    Membaca adalah kegiatan seseorang dengan menggunakan

    pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan

    menginterprestasikan tanda atau lambang di atas kertas atau bahan

    lainnya. Jadi membaca merupakan proses ingatan, penilaian,

    pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan

    masalah.

    Membaca merupakan alat untuk belajar dan untuk memperoleh

    kesenangan, informasi yang terkandung dalam suatu bacaan sehingga

    mendapat pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi kebutuhan

    manusia atau seseorang30. Dengan demikian membaca dapat dipahami

    sebagai ;

    a. Membaca adalah memahami bahasa tulisan,

    b. Membaca adalah suatu proses mental yang rumit, dan

    c. Membaca adalah berfikir (pemahaman bacaan adalah

    rekonstruksi, interpretasi dan evaluasi arti isi tulisan).

    2. Tujuan Dan Manfaat Membaca

    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tujuan dan

    pemanfaatan membaca maka harus diketahui terlebih dahulu defenisi

    dari tujuan dan manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005

    : 710) disebutkan bahwa tujuan dan menfaat mengandung arti,

    “proses, cara, perbuatan, dampak”

    ������������������������������������������������������������30 Idris Kamah, (et.al.), Pedoman Pembinaan Minat Baca, Jakarta, Perpustakaan

    Nasional RI, 2002, h. 6.�

  • ��

    Dari pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa tujuan dan

    manfaat membaca adalah suatu proses untuk menambah atau

    memperkaya diri dengan berbagai informasi yang dilakukan dengan

    cara membaca bahan bacaan tentang topik-topik menarik. Menurut

    Heilman ( 1976: 316-322) mengemukakan beberapa manfaat dan tujuan

    membaca yaitu :�

    a. Menambah atau memperkaya diri dengan berbagai

    informasi tentang topik-topik menarik.

    b. Memahami dan menyadari kemajuan pribadinya sendiri.

    c. Membenahi atau meningkatkan pemahamannya tentang

    masyarakat dan dunia atau tempat yang dihuninya.

    d. Memperluas cakrawala wawasan atau pandangan dengan

    jalan memahami orang-orang lain dan bagian atau tempat-

    tempat lain.

    e. Memahami lebih cermat dan lebih mendalam tentang

    kehidupan pribadi orang-orang besar atau pemimpin

    terkenal dengan jalan membaca biografinya.

    Berdasarkan tujuan dan manfaat membaca pada dasarnya untuk

    memperoleh informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

    Dengan membaca dapat juga memperoleh kepuasan dan kenikmatan

    emosional artistik. Untuk memenuhi tujuan dan manfaat yang ingin

    diperoleh itu, tentu saja memerlukan sejumlah jenis corak atau ragam

    buku sehingga kebutuhan dan kenyataan individu setiap orang dapat

    terpenuhi dan disalurkan secara tepat. Tujuan dan manfaat membaca

  • ���

    itu tidak dapat dilihat terpisah dari selera dan minat baca yang berbeda

    pada setiap individu seseorang.

    B. Hasil Penelitian (Lapangan)

    Dalam bagian ini akan dikemukan tentang hasil penelitian yang penulis

    peroleh disertai dengan analisis guna menjawab rumusan masalah yang telah

    dibuat. Hasil penelitan ini dan analisis tersebut disusun mengacu pada konsep-

    konsep yang telah dituangkan pada Hasil Penelitian (Pustaka). Data Hasil

    Penelitian (Lapangan) diperoleh dari beberapa sumber-sumber hasil

    wawancara dengan Pengurus/staf Perpustakaan Sekolah dan Pengurus/Staf

    Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Salatiga sehingga dianalisis

    berdasarkan keilmuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    serta artikel-artikel atau buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dihasilkan sumber data

    sebagai berikut:

    1. Data Primer

    a. Sejarah Umum Perpustakaan Daerah Kota Salatiga31.

    1) Berdasarkan Cerita Masyarakat

    Bapak Pandam Padyana (PAWARSA) pernah memberikan

    keterangan bahwa perpustakkan umum sudaha ada di salatiga sejak

    tahun 1950-an. Hal ini mungkin karena berdasarkan UU No. 17 Tahun

    1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam

    ������������������������������������������������������������31 Materi Dialog Interaktif Walikota menyapa dengan Tema PERPUSTAKAAN�

  • ��

    lingkungan Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,

    terdapat urusan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan yang wajib

    diselenggrakan oleh Kota Kecil termasuk Salatiga. Dalam urusan ini

    terdapat salah satu kewajiban untuk mengusahakan perpustakaan

    rakyat. Keberadaaan gedung/tempat perpustakaan ini berada adalah di

    Jl. Langensuko satu komplek dengan gedung Gris.

    2) Berdasarkan Produk Hukum

    Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah sejak tahun 2009 telah

    mengadakan penelusuran tentang keberadaan perputakaan umum di

    kota salatiga. Penelusuran keberadaaan Perpustakaan Umum di Kota

    Salatiga dapat diketahui dari SOTK yang pernah ditetapkan.

    Berdasarkan penelusuran tersebut sementara sejarah keberadaan

    Perpustakaan Daerah Kota Salatiga :

    a) Tahun 1980-1990

    Pembentukan nomenklatur perpustakaan pada tahun 1981

    tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 1981 tentang Susunan

    Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga.

    Kemudian pada tahun 1983 perda tersebut diperbaharui dengan

    pembaharuan I Perda Nomor 1 tahun 1983 tentang Susunan

    Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan

    Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Perpustakaan menjadi

    sub bagian perpustakaan yang berada di bawah Bagian Hukum dan

    Organisasi dan Tata Laksana. Pada saat itu keberadaan nya

  • ���

    beralamat di Jl. Letjend Sukowati No. 7 Salatiga, atau sekarang

    gedung Dekranasda (sebelah timur klenteng Hok Tek Bio) . Titik

    Indarti, SH., Msi adalah seorang yang dulu pernah menjabat

    sebagai Kabag Hukum dan Ortala. Sedangkan Kepala Sub Bagian

    Perpustakaan dijabat oleh Soetomo, BA. Dan Soeradi, BA.

    b) Tahun 1990-2000

    Perubahan perda terjadi lagi pada tahun 1990 dengan

    keluarnya Perda Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi

    dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga. Dua tahun

    kemudian diperbaharui lagi dengan Perda Nomor 3 Tahun 1992

    tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati

    II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Setelah

    perubahan struktur organisasi di pemerintah Kota salatiga, pada

    tahun 1992 Sub Bagian Organisasi dijabat oleh Drs. Petrus Resi,

    M.Si. kemudian digantikan Dra. Dyah Puryati, M.Si., dan Kasubag

    Perputakaan berturut-turut dijabat oleh Soeparno Salam Soesono,

    dan Dra Hardati. Keberadaan perpustakaan masih menempati

    alamat lama yaitu Jl. Letjend Sukowati No. 7 Salatiga.

    Pada tahun 1994 keluar perubahan I Perda Nomor 7 tahun

    1994 dan perubahan II Perda Nomor 6 tahun 1996 tentang Susunan

    Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan

    Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga.

    Pada tahun 1997 terbit Perda Nomor 10 tahun 1997 tentang

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan

  • ���

    Umum Kodya Dati II Salatiga. Pada tahun inilah Perpustakaan

    Umum Kota Salatiga menjadi institusi mandiri sebagai lembaga

    teknis daerah dengan nomenklatur Kantor Perpustakaan Umum

    Kotamadya Dati II Salatiga, pada tahun itu juga perpustakaan

    umum pindah alamat ke Jl. Diponegoro No. 10 Kota Salatiga,

    sekarang digunakan sebagai Gedung Bank Salatiga (depan BRI).

    Namun personil yang menjadi bagian perpustakaan umum kurang

    dari 10 orang.

    c) Tahun 2001- sekarang

    Kedudukan sebagai kantor masih dipertahankan dengan

    keluarnya Perda Nomor 6 tahun 2001 tentang Pembentukan

    Organisasi dan Tata Kerja lembaga Teknis Daerah yang

    didalamnya tertulis Nomenklatur Kantor Pengolahan Data

    Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah. Seiring dengan

    perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Pemkot Salatiga

    pada tahun 2002, perpustakaan umum masih dipertahankan sebagai

    kantor, namun kali ini digabung dengan bidang Arsip dan Data

    Elektronik. Nomenklatur yang dipakai adalah Kantor Perpustakaan,

    Arsip Daerah, dan Pengolahan data Elektronik Kota Salatiga.

    Kepala Kantor dijabat oleh Drs. Harmanto. Perpustakaan umum

    ditangani oleh seorang Kepala Seksi perpustakaan yang dijabat

    oleh Sungkono, BA. Alamat kantor ini di Jl. Letjend Sukowati No.

    51, sedangkan pelayanan perpustakaan umum berada di Jl .

    Diponegoro No. 37 Salatiga.

  • ���

    Namun beberapa tahun kemudian yaitu tepatnya pada tahun

    2005 nomenklatur kembali diperbaharui menjadi Kantor

    Pengolahan Data Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah,

    dengan alamat kantor pelayanan dan koleksi yang tetap sama. Pada

    tahun 2009 terjadi lagi perubahan nomenklatur Kantor

    Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan

    Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor

    Pelayanan Perizinan terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota

    Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota

    Salatiga nomor 2 tahun 2010. Berdasarkan peraturan yang baru itu

    pula keberadaan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah berpindah

    dari Jl. Sukowati No. 51 ke Jl. Adisucipto No. 7 sedangkan

    Pelayanan Perpustakaan masih tetap dilakukan di Jl. Diponegoro

    No. 37 Salatiga. Gedung baru Perpustakaan di Jl. LMU Adisucipto

    No. 7 diresmikan oleh Walikota Salatiga tanggal 27 Februari 2013,

    dan pelayan Perpustakaan baru dilakukan di gedung baru mulai

    tangga 1 Maret 2013.

    b. Gambaran Umum Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga32

    1) Data Umum Organisasi

    Dasar Hukum yang sekarang digunakan dalam Penyelenggaraan

    Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah adalah Peraturan Daerah

    ������������������������������������������������������������32 Materi Dialog Interaktig Walikota Menyapa dengan Tema PERPUSTAKAAN�

  • ���

    Nomor 9 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

    Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Salatiga.

    a) Visi : Menjadikan perpustakaan dan arsip sebagai pusat

    informasi, pengetahuan, dana kebudayaan yang mendukung

    visi Kota Salatiga.

    b) Misi Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga adalah

    sebagai berikut :

    1) Meningkatkan sarana dan prasaran perpustakaan dan

    kearsipan.

    2) Meningkatkan kualitas SDM dibidang perpustakaan

    dan kearsipan.

    3) Menyelamatkan, memelihara, dan mengamankan

    arsip sebagai sarana informasi utama.

    4) Menarik, memelihara, dan melestarikan karya cetak

    dan karya rekam hasil budaya bangsa khususnya

    karya budaya daerah Kota Salatiga

    2) Tujuan Perpustakaan

    a) Memasyarakatkan atau membudayakan minat baca

    masyarakat, yang sejauh ini dinilai masih sangat rendah.

    b) Mendorong dan mendidik segenap masyarakat dalam rangka

    pendidikan sepanjang hayat, atau menyadarkan seluruh

    individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang

    secara berkelanjutan mesti dilakukan sepanjang hidup.

  • ���

    c) Mendukung sistem pendidikan nasional sebagaimana diatur

    dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    d) Membuka peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan

    sedalam-dalamnya.

    e) Membangun masyarakat informasi berbasis teknologi

    informasi dan komunikasi sebagaimana dituangkan dalam

    World Summit Of Information Society-WSIS, 12 Desember

    2003.

    f) Perpustakaan dapat menunjang terciptanya situasi dan

    kondisi sosial yang sehat, sehingga secara umum akan

    mendukung pengembangan modal dasar bagi proses

    pembangunan.

    3) Struktur Organisasi dan Data Pegawai

    Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2011 struktur

    organisasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga :

    a) Kepala Kantor

    b) Kelompok Jabatan Fungsional

    c) Kasubag Tata Usaha

    d) Kasi Perpustakaan

    e) Kasi Arsip Daerah

    f) Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan

    Dan data pegawai perpustakaan 33 orang yang terdiri dari 23

    orang Pegawai Negeri Sipil dan 10 orang tenaga harian lepas.

  • ���

    STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

    ARSIP DAERAH

    4) Jenis Pelayanan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga

    Pelayanan Perpustakaan di lakukan dengan berbagai pelayanan

    seperti Pelayanan sirkulasi (peminjaman, pengembalian, perpanjangan

    bahan pustaka), Pelayanan keanggotaan, Pelayanan membaca

    ditempat, Pelayanan referensi (koleksi referensi misal : kamus,

    ensiklopedia, laporan tahunan, statistik), Pelayanan koleksi serial

    (majalah, koran, buletin, jurnal), Pelayanan perpustakaan keliling,

    Pelayanan penelusuran informasi, Pelayanan penelusuran literatur,

    Pelayanan bimbingan pemakai, Pelayanan bimbingan membaca,

    Pelayanan bercerita, Pelayanan audio visual, Pelayanan koleksi braille

    (ruang berkebutuhan khusus), Pelayanan komputer bicara, Pelayanan

    internet (6 buah personal computer, wifi/hotspot), Pelayanan koleksi

  • ���

    anak, Pelayanan koleksi digital, Pelayanan ruang pojok laktasi,

    Pelayanan broadband learning centre (BLC) pada bulan september,

    dan Pelayanan Galery Planing (bulan. Oktober/November).

    a) Jam Layanan Perpustakaan

    Jam Layanan :

    I. Hari Senin – Jumat : 08.00 – 20.00 WIB

    II. Hari Sabtu dan Minggu : 08.00 – 16.00 WIB

    III. Hari Libur Nasional : Pelayanan Libur

    Jam Layanan (bulan puasa) :

    I. Hari Senin - Jumat : 08.00 – 17.00 WIB

    II. Hari Sabtu dan Minggu : 08.00 – 16.00 WIB

    III. Hari Libur Nasional : Pelayanan Libur

    b) Anggaran dari APBD dan Jumlah Koleksi Bahan Pustaka

    I. Tahun 2011 : Rp. 304.700.000,-

    II. Tahun 2012 : Rp. 297.400.000.-

    III. Tahun 2013 : Rp. 606.000.000.-

    IV. Jumlah buku : 27.254 eks

    V. Jumlah CD – ROM/VCD : 519 eks

    VI. Jumlah Piringan Hitam : 175 judul.

    5) Media Promosi yang digunakan

    Jenis media promosi yang digunakan di Perpustakaan Daerah

    Kota Salatiga berupa Media Massa Cetak (Koran, Majalah, Buletin),

    Media Massa Elektronik (Radio), Media Internet (website, facebook,

    twitter), Lomba-Lomba (Bercerita, Menulis, Mewarnai), Pameran,

  • ��

    Pentas Musik, Bazar Buku, Brosur / Leaflet, Display Buku Terbaru,

    Buku Indeks Koleksi Terbaru, Spanduk / Banner, Promosi lewat

    mobil perpustakaan keliling, papan pengunguman dan dari mulut ke

    mulut.

    c. Bentuk Kerjasama Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga

    Adapun bentuk kerjasama oleh perpustakaan untuk meningkatkan

    kualitas dan kuantitas layanan yang diberikan perpustakaan kepada

    mayasrakat dan kepustakawanan di kota salatiga. Mitra kerjasama

    perpustakaan antara lain:

    1) Bidang Koleksi

    a) Bank Salatiga, memberikan bantuan buku.

    b) Yayasan Abiyoso, memberikan bantuan buku braile, majalah

    braile, kaset dan CD braile.

    c) IPI, memberikan bantuan buku.

    d) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, memberikan

    bantuan buku.

    e) SLB Wantu Wirawan, meminjami buku braile.

    f) Bagian Humas Setda, memberikan majalah Hati Beriman.

    g) Sekretariat DPRD, memberikan majalah Jiwa Raga.

    2) Bidang Promosi

    a) Sekretariat DPRD, lewat majalah Jiwa Raga.

    b) Bagian Humas lewat RSPD dan majalah Hati Beriman.

  • ���

    c) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, Pelaksanaan Bazar

    Buku.

    d) Harian Suara Merdeka.

    e) Harian Wawasan.

    3) Bidang Layanan

    a) SD, pelayanan perpustakaan keliling.

    b) SMP, pelayanan perpustakaan keliling.

    c) PKK, pelayanan perpustakaan keliling.

    d) PAUD, pelayanan peminjaman buku kolektif.

    e) TPA, pelayanan peminjaman buku kolektif.

    f) TBM, pelayanan peminjaman buku kolektif.

    g) Komunitas Mitra Netra, penyediaan buku braile.

    h) Language Training Centre UKSW, pelayanan keanggotaan secara

    terbatas bagi mahasiswa asing yang sedang belajar di salatiga.

    4) Bidang Anggaran

    a) Perpustakaan Nasional RI, berwujud bantuan buku dan mobil

    perpustakaan keliling.

    b) Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, berwujud

    bantuan buku.

    c) Bank Salatiga, berwujud bantuan buku.

    d) Yayasan Abiyoso, berwujud bantuan buku braile, majalah braile,

    kaset dan CD.

    e) IPI, berwujud bantuan buku.

  • ��

    f) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, berwujud bantuan

    buku.

    5) Bidang Tenaga Perpustakaan

    SD, SMP yang dilayani perpustakaan keliling

    6) Bidang Pemateri Bintek

    UKSW, IPI, PKK

    7) Bidang Pelatihan

    a) Akademi Berbagi, berwujud sharing pengetahuan yang terakhir

    tentang minat baca.

    b) Forum Lingkar Pena, berwujud pelatihan menulis.

    c) Institut Ibu Profesional, berwujud pelatihan bahasa inggris.

    8) Kunjungan Anak Berkelompok

    Sejak dibukanya layanan perpustakaan di gedung baru, tercatat

    28 kali kunjungan anak secara berkelompok ke perpustakaan dan

    menggunakan fasilitas perpustakaan. Lembaga/organisasi/komunitas

    yang berkunjung ke perpustakaan tersebut antara lain : Pos PAUD

    Anggrek 08 Sinoman Salatiga, SDN Ledok 07 Salatiga, SDN Salatiga

    03 Salatiga, SDN Ledok 01 Salatiga, TK Aisyiyah Pembian

    kecamatan Sidomukti Salatiga, SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga, TK

    Islam Taruna Tama Kalioso Salatiga, SLB Bina Putra Banjaran

    Salatiga, SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, MI Ma’arif

    Mangunsari Salatiga, SMP Islam Sultan Fattah Salatiga, TK-KB-TPA

    Ibnu Abbas Sidorejo Lor Salatiga, SMPN 8 Salatiga, PAUD Hasanah

    Umat Ledok Salatiga, School of Life Lebah Putih Ngawen Salatiga,

  • ���

    Little Star Kids Activity Centre Soka Salatiga, SDI Al-Azhar 22

    Salatiga, PAUD Purbaya Dukuh Salatiga, SD Islam Kurma Salatiga,

    Apple Kids Salatiga, Realfunrainbow Preschool Salatiga, SDIT

    Nidaul Hikmah Sidorejo Kidul Salatiga, PAUD Islam Terpadu Nidaul

    Hikmah Sidorejo Kidul Salatiga, KB Al-Lubawi Kutowinangun

    Salatiga, SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga, dan Pusat

    Pengembangan Anak “ Eben Haezer” Salatiga.

    9) Kerjasama dengan Lembaga/Organisasi/Komunitas

    Perpustakaan Daerah Bekerjasama dengan Komunitas Tanpa

    Batas dalam kegiatan Pentas Musik “Komunitas Tanpa Batas”,

    bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena dalam Kegiatan Bedah

    Novel “Negeri Seribu Cinta” dan Pelatihan Menulis, bekerjasama

    dengan Institut Ibu Profesional dalam Kegiatan English Day Fun,

    bekerjasama dengan Akademi berbagi Salatiga dalam kegiatan

    Sarasehan “Meningkatkan Minat Baca Sejak Dini”, bekerjasama

    dengan Language Training Centre UKSW dalam pemberian fasilitas

    keanggotaan perpustakaan secara terbatas bagi mahasiwa asing yang

    sedang belajar di Salatiga.

    10) Pembinaan Perpustakaan

    Saat ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah membina

    sebanyak 243 institusi perpustakaan yang terdiri dari :

    a) Perpustakaan SD/MI : 109 Perpustakaan

    b) Perpustakaan SMP/MTs : 28 Perpustakaan

    c) Perpustakaan SMA/SMK/MA : 30 Perpustakaan

  • ���

    d) Perpustakaan Perguruan Tinggi : 11 Perpustakaan

    e) Perpustakaan Khusus/TBM : 27 Perpustakaan

    f) Perpustakaan Kelurahan/Kecamatan : 22 Perpustakaan

    g) Perpustakaan Rumah Ibadah : 15 Perpustakaan

    Pembinaan perpustakaan dilakukan dengan bekerjasama

    berbagai organisasi termasuk dengan IPI, PKK, dan BKD, Kota

    Salatiga. Pembinaan dilakukan dengan dalam bentuk bintek/diklat dan

    lomba petugas perpustakaan dan lomba perpustakaan.

    d. Data dan Statistik Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Salatiga

    1) Statistik Pengunjung

    Dapat diakatakan bahwa tingkat kunjungan pada triwulan awal

    pelayanan perpustakaan setelah menempati gedung baru relative

    tinggi, yaitu rata-rata lebih dari 1.000 orang perhari. Jumlah

    pengunjung rata-rata perhari yang terendah terjadi pada bulan Juni

    yaitu 816 Orang/Hari. Sedangkan jumlah rata-rata perhari yang

    tertinggi jumlah pengunjung terjadi pada bulan Mei, dimana ada 1.

    185 Orang Pengunjung/Hari. Kunjungan tertinggi dalam satu bulan

    tercatat dalam bulan Mei yaitu sebanyak 35.574 orang. Untuk lebih

    jelasnya penulis membuat Grafik Pengunjung seperti berikut :

  • ���

    Grafik I. Pengujung Perpustakaan.

    2) Statistik Peminjam

    Setelah menempati gedung baru peminjam koleksi yang paling

    banyak tercatat pada bulan April yaitu sebanyak 9. 145 orang, atau

    rata-rata 304 orang peminjam/hari. Sedangkan peminjam koleksi

    paling sedikit tercatat pada bukan Juli yaitu sebanyak 4.977 orang,

    atau rata-rata 165 peminjam/hari. Statistik peminjam dapat dilihat

    pada Grafik Jumlah Peminjam Bahan Pustaka berikut:

    Grafik II. Peminjam Bahan Pustaka.

  • ���

    3) Statistik Koleksi yang dipinjam

    Setelah menempati gedung baru, tercatat jumlah tertinggi bahan

    pustaka yang dipinjam sebanyak 16.241 eksemplar pada bulan April.

    Dan jumlah terendah bahan pustaka yang dipinjam tercatat sebanyak

    9.053 eksemplar pada bulan Juli. Statistik jumlah bahan pustaka yang

    dipinjam dapat dilihat dalam grafik berikut :

    Grafik III. Peminjam Koleksi Bahan Pustaka.

    4) Statistik Penambahan Jumlah Anggota

  • ���

    Penambahan jumlah anggota tertinggi tercatat pada bulan Maret,

    tepat bersamaan dengan dibukanya layanan perpustakaan.

    Penambahan pada bulan tersebut sebanyak 1.959 orang tercatat

    sebagai anggota baru. Statistik penambahan anggota dapat dilihat

    dalam grafik sebagai berikut :

    Grafik IV. Penambahan Anggota Perpustakaan.

    2. Data Hasil Wawancara

    Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan dari Pengurus

    Perpustakaan Sekolah-Sekolah di Kota Salatiga dan Pengurus/Staf Kantor

    Perpustakaan Daerah Kota Salatiga yang akan penulis jabarkan dalam tabel

    hasil wawancara di bawah ini :

    Tabel I.

    Tabel I. Tanggapan Berbagai SMU Tentang Gerakan Nasional Gemar Membaca

  • ���

    DAFTAR PERTANYAAN

    SMUN 1 SALATIGA

    SMUN 2 SALATIGA

    SMUN 3 SALATIGA

    Apa Bapak/Ibu tahu bahwa ada gerakan nasional dari pemerintah tentang Gerakan nasional Gemar membaca ? kalo iya, apakah sudah ada tindakan aktif dari pihak sekolah ?

    Iya tahu, sudah ada tindakan aktif berupa lomba-lomba membuat artikel

    Tahu kalau ada Gerakan Nasional Gemar Membaca. Yah sudah ada tapi masih belum terlaksana dengan baik

    Tahu bahwa adanya Gerakan Nasional Gemar Membaca, sudah ada tindakan aktif dengan adanya pengadaan buku-buku.

    Apakah buku-buku di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu sudah lengkap ? kalo tidak lengkap mengapa ?

    Belum terlalu lengkap, karena tidak semua buku itu diperlukan. Kita mencari buku yang sesuai dengan standarnya sekolah

    Sudah lumayan lengkap tapi masih ingin menambahkan

    Masih sebagian saja dan belum lengkap. Karena masih fokus menunjang pelajaran

    Apakah siswa-siswa sering mengunjungi perpustakaan ?

    Sering sekali mengunjungi kalo ada tugas dari guru atau dari kesadaran siswanya sendiri

    Siswa sering sekali mengunjungi tapi itu apabila ada tugas dari guru

    Sering mengunjungi, kalau ada tugas yang disuruh oleh guru

    Apakah ada program-program dari sekolah sendiri untuk mengajak siswa ke perpustakaan ? kalo tidak mengapa ?

    Mencari tugas dari buku,membuat kliping yang di beri tugas oleh guru

    Dengan adanya tugas dari guru-guru ke siswa, dan apa bila ada siswa yang terlambat tidak di hukum melainkan di suruh membaca di perpustakaan

    Ada program-program dari sekolah seperti :

    • Tugas-tugas dari guru agar siswa meminjam buku di perpustakaan.

    • Membuat kliping

  • ���

    Apa selama ini ada kendala-kendala yang di hadapi dalam pengadaan buku-buku ?

    Dulu ada, tapi sekarang sudah bisa di atasi karena adanya bantuan dari pemerintah

    Kendalanya masih ada di

    Kendalanya ada karena masih manual dalam hal pencarian judul buku atau pengarang.

    Bagaimana perpustakaan di sekolah ini menambah koleksi buku, majalah, CD room dan sebagainya ?

    Dengan mengajukan proposal bantuan ke pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan, atau dengan denda yang terlambat mengembalikan buku, dari orang tua siswa

    Apabila denda-denda terkumpul nantinya tiap tahun baru menambah koleksi

    Sumbangan dari siswa, guru dan dari uang denda karena keterlambatan pengembalian buku

    Bagaimana dengan dukungan dari pemerintah pusat, provinsi dan kota ?

    dukungannya ada dari pemerintah daerah

    Sangat mendukung, dengan adanya bantuan setiap tahun

    Dari sekolah sendiri mendukung dan bantuan juga yang di dapat dari Dinas Pendidikan

    Apakah ada kerjasama antar perpustakaan dari sekolah-sekolah yang ada ?

    Belum ada kerjasama antar sekolah-sekolah, dan ingin mengarah kesana

    Belum menjalin kerjasama, apabila buku di sekolah tidak ada maka di minta mencari ke sekolah lain

    Belum ada kerjasama dan masih sendiri-sendiri dan tujuannya mau mengarah ke kerjasama antar sekolah

    Bagaimana management perpustaakan dalam hal ini :

    • Rencana pengembangan ?

    • Operasionalisasi mengenai sistem pengawasan dan pertanggun

    • Sekolah kami sedang melakukan dengan cara menambah buku-buku tidak hanya buku pelajaran pada umumnya tapi juga buku lainya

    • Apabila nanti kekurangan buku rencananya akan bertahap untuk pengadaan

    • Mengenai pegawasan mengembalikan

    • Menambah koleksi buku-buku, majalah, petugasnya yang betul-betul tahu mengenai perpusta

  • ��

    g jawaban ? • Organisasi/s

    ruktur pengelola perpustakaan dan sistem evaluasinya

    • Apabila terlambat mengembalikan buku harus di denda

    • Kami masih merupakan guru staf yang mengurus perpustakaan

    bukunya harus tepat, dan apabila sudah terlambat di minta untuk mengembalikan atau memperpanjang

    • Sistemnya kami ini bukan koordinator tapi hanya staf tang bertugas mengelolah perpustakaan

    kaan • Setiap

    tahun ada pengadaan membuat buku untuk akreditasi

    • Masih staf yang mengelola perpustakaan dan di tugaskan oleh Bagian Tata Usaha sekolah dan lingkupnya kecil

    Bagaiman promosi perpustakaan itu sendiri ?

    Dengan menempelkan berita di mading sekolah

    Kalau ada buku baru biasanya beritanya di tempelkan di papan informasi sekolah

    Promosinya masih dari mulut ke mulut atau dari siswa ke teman-teman siswa kalau disekolah ini ada buku yang baru

    Sumber : Hasil Penelitian di Sekolah-sekolah Kota Salatiga.

    Tabel. II

    Tabel II : Pelaksanaan Tugas Pembantuan Perpustakaan Daerah

    No Informan Hasil Wawancara Subtansi Tema Tema

  • ���

    1 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    Pada tahun 2009 sejak terjadi perubahan nomenklatur Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 2 tahun 2010.

    Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri�

    Pelaksanaan dalam Pemerintahan daerah

    2 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    Berdasarkan peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 2 Tahun 2010. Seperti halnya tugas dan fungsi perpustakaan pada umumnya meliputi : a. fungsi pendidikan b. fungsi penelitian c. fungsi pelestarian bahan pustaka d. fungsi memelihara bahan pustaka

    Fungsi Perpustakaan Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010

    Pelaksanaan dalam Pemerintahan Daerah

    3 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    Informasi yang masyarakat butuhkan diperoleh harus melalui kegiatan membaca ataupun melalui media membaca. Maka itu kami melakukan dengan program perpustakaan keliling dan untuk tahun 2013 ada 45 titik di kota salatiga di luar pelayanan di perpustakaan sekolah terlebih anak usia sekolah, sekitar ada 12 SD di salatiga, SMP dan masyarakat dan itu rutin setiap hari

    Perpustakaan sebagai pusat informasi

    Pelaksanaan dalam Pemerintahan Daerah

    4 Kasi Bina

    • Rencana pengembangan : kami berangkat dari staf

    Rencana pengembangan,

    Pelaksanaan dalam

  • ��

    Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    metting dengan mengumpulkan informasi dari staf untuk mencari tahu sudah efektif apa tidak efektif pelaksanaan yang kami lakukan baru akan ke rencana anggaran.

    • Pengawasan : kami melakukan rapat koordinasi staf tentang pencapaian kinerja dan juga ada pengawasab dari inspektorat yang mengawasi di tingkat daerah yang bertanggung jawab kepada Walikota dan Sekretaris Daerah.

    • Bentuk Koordinasi : kami melakukan koordinasi dinas pendidikan mengenai Taman Baca Masyarakat dengan adanya Taman Baca Masyarakat kami berharap bisa menggalakan gemar membaca.

    Pengawasan, dan Bentuk Koordinasi Perpustakaan

    Pemerintahan Daerah

    Sumber : Hasil Wawancara dengan Kasi Bina Perpustakaan.

    Tabel. III

    Tabel III : Peran Perpustakaan dalam menerapkan Program Gerakan Nasional

    Gemar Membaca

    No Informan Hasil Wawancara Subtansi

    Tema

    Tema

    1 Kasi Bina Perpustakaan

    Kami melakukan promosi dengan mencoba melalui

    Promosi Gemar

    Peran

  • ���

    dan Kearsipan Daerah

    website, facebook, spanduk serta bekerjasama dengan bagian humas untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan mengenai sosialisasi ke panti asuhan belum pernah dan akan ke lembaga-lembaga seperti itu karena kami masih melihat tingkat kebutuhan seperti apa.

    Membaca Perpustakaan

    2 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    Kami melakukan dengan pelayanan perpus keliling dan sudah dituangkan dalam nota kerjasama dengan sekolah.

    Bentuk kerjasama dengan sekolah

    Peran

    Perpustakaan

    3 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

    Kami tidak bisa bergerak sendri walaupun merupakan fungsi yang diemban dan kami membutuhkan kerjasama dari masyarakat untuk melaksanaka