Upload
duongphuc
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Paus Shenouda III
Paus Shenouda III (قداسة ال)بابا الشنوده الثالث adalah Paus Ke-117 dari Gereja
Kristen Ortodhok Koptik yang berpusat di Gereja Santo Markus, Alexandria, Mesir
tahun 1971-2012. Paus Shenouda III dilahirkan dengan nama Nazer Gayed di Desa
Salam, Provinsi Asiut di daerah Mesir Atas dari keluarga Kristen yang religius pada 3
Agustus 1923. Ibunya meninggal setelah Nazer Gayed dilahirkan, dan
meninggalkannya bersama 4 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Diantara
saudara-saudaranya adalah Raphael dan Sawki yang kemudian bergelar Frater Botros
Gayed (1918-1996).
Paus Shenouda III adalah seorang pengkhutbah, guru, penulis, penyair,
biarawan, bishop yang menginspirasi, dan pemimpin yang besar sekaligus sosok yang
mampu membimbing jutaan pengikut melalui khotbahnya. Hal ini dijelaskan Maged
Attia dalam bukunya “The 30th Anniversary Of The Enthronement of His Holiness
Pope Shenouda III to The Apostolic Throne Of St. Marc 1973 – 2001”:
His Holiness is, after all, a dynamic preacher, extraordinary teacher,
skilful writer, talented poet, ascetic monk, meek hermit, inspiring
bishop and, naturally, agreat Patriarch. His Holiness is the shining
star, guiding milions by his enlightening sermons and great deeds
(Attia, 2001:1)
Beliau adalah seorang pengkhutbah yang dinamis, guru yang luar
biasa, penulis berbakat, penyair yang bertalenta, biarawan, pertapa
yang lembut, bishop yang menginspirasi, dan alami, Bapa yang agung.
23
Dia adalah bintang yang bersinar, membimbing jutaan umat dengan
khotbah yang memberi pencerahan dan perbuatan yang besar.
Untuk mencapai posisi tertinggi dalam gereja atau Paus, bukanlah hal yang
mudah. Banyak proses yang harus dilewati, selain itu harus mau berkorban dalam
melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap umat. Salah satu faktor pendukung
seorang Nazer Gayed muda dapat mencapai posisi tertinggi adalah pendidikan. Tak
hanya mendapat pendidikan formal di bangku sekolah umum, Nazer Gayed muda
juga aktif dalam menambah pengetahuan agama. Selain itu, kehidupan keluarga yang
religius juga menjadi latar belakang yang kuat bagi Nazer Gayed muda dalam
memperdalam ilmu agama.
1. Pendidikan Paus Shenouda III
Nazer Gayed muda mengawali pendidikannya di Sekolah Koptik di Damanhur,
kemudian melanjutkannya di American School di Banha. Nazer Gayed
menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah menengah atas di Sekolah Koptik Eman
di Kairo, di daerah Shubra. Sejak berumur 16 tahun, Nazer Gayed muda telah aktif di
Sekolah Minggu di Gereja Santo Antoni di Subhra untuk memperdalam pengetahuan
tentang agama Kristen. Pada tahun 1943, Nazer Gayed melanjutkan studinya di
Fakultas Seni di Cairo University. Selama liburan musim panas, Nazer Gayed
mengisinya dengan mengikuti pendidikan di Biara Souryan untuk belajar agama
(Attia, 2001:1).
Sejak lulus dari Cairo University tahun 1947 dalam bidang Bahasa Inggris dan
Sejarah, Nazer Gayed mengikuti wajib militer dan dilanjutkan menjadi guru Bahasa
24
Inggris dan Sejarah. Selain itu, di tahun akhir pendidikan Nazer Gayed di Cairo
University, beliau juga menempuh pendidikan agama di Sekolah Tinggi Theologi
pimpinan Uskup Habib Girgis. Awalnya, sekolah Teologi ini hanya menerima peserta
didik yang telah lulus setingkat sarjana, tetapi kemampuan Nazer Gayed dalam hal
agama sangat baik, sehingga Nazer Gayed dapat diterima di sekolah teologi tersebut
langsung oleh Uskup Habib Girgis. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Theologi
tersebut, Nazer Gayed menjadi pengajar di Sekolah Biarawan di Hellwan sejak tahun
1953 dan melepas profesi awalnya yaitu sebagai guru Bahasa Inggris dan Sejarah di
tahun 1950 (Attia, 2001:2).
Latar belakang keluarga dan pendidikan yang religius inilah yang membuat
Nazer Gayed muda tertarik belajar dan memperdalam agama hingga
mengantarkannya sebagai aktivis gereja dan Sekolah Minggu sampai akhirnya
menjadi seorang biarawan dan mendapat jabatan-jabatan religius.
2. Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan
Dilahirkan dari keluarga yang religius dan pendidikan agama yang kuat,
membuat Nazer Gayed muda adalah sosok yang memiliki sosial yang tinggi dengan
dibuktikan beliau memiliki banyak teman sekaligus seseorang yang dianggap dewasa.
Throughout his four years at the University he made many friends
who looked up to him because of his mature personality and often
they would go to him seeking advice about their problems. (Attia,
2001:1)
Sepanjang empat tahun menempuh pendidikan di Universitas, dia
memiliki banyak teman yang hormat kepadanya, karena beliau adalah
25
pribadi yang dewasa dan sering ditemui banyak teman untuk mencari
nasehat dan solusi dari masalah mereka.
Nazer Gayed muda sangat aktif sebagai pengajar di Sekolah Minggu.
Kepribadiannya yang hangat juga menarik perhatian banyak kaum muda untuk ikut
dalam Sekolah Minggu. Selain aktif sebagi pengajar di Sekolah Minggu sebagai bukti
pelayanan terhadap gereja, Nazer Gayed muda telah memperlihatkan jiwa
kepemimpinannya ketika dia bersama dua temannya, Labib Ragheb dan Shawki
Younan membuat sebuah pertemuan antar pemuda di Gereja St. Antonius di Shubra.
Pertemuan itu membuat keakraban antar pemuda dan pelayan gereja. Pertemuan
tersebut kemudian menjadi kegiatan rutin pemuda dan jemaat gereja yang
bertetangga. Nazer Gayed juga seorang pengkhutbah yang membuat orang tertarik
untuk mendengarkannya.
My father recalls that whenever Nazeer Gayed was scheduled to speak
at the youth meeting at St. Anthony’s Church, all the youth in the
neighbouring areas would flock to hear him. (Attia, 2001:2)
Ayahku mengingatkan bahwa, ketika Nazer Gayed dijadwalkan untuk
berbicara di pertemuan pemuda di Gereja St. Anthonius, semua
pemuda di daerah yang bertetangga akan berkumpul untuk
mendengarkanya.
Setelah diangkat menjadi Paus Shenouda III, kepeduliannya dalam bidang sosial
semakin dibuktikan dengan kebijakannya terhadap kaum muda dan kaum wanita. Hal
ini dibuktikan dengan dibuatnya departemen kepemudaan pada 1980 yang ditandai
dengan diangkatnya Bishop Moussa sebagai Bishop atau kepala di departemen
kepemudaan. Sedangkan kebijakan terhadap perempuan ditandai dengan diangkatnya
25 pelayan gereja pada Juni 1981 untuk melayani jemaat gereja di Kairo dan
26
Alexandria. Hal ini membuat banyak wanita berpendidikan untuk lebih peduli dan
mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan keuskupan di gereja.
Kehidupan politik Paus Shenouda III tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
beragamanya. Sebagai tokoh utama dalam Gereja Kristen Orthodok Koptik sekaligus
tokoh karismatik di Mesir, Paus Shenouda III sangat menjunjung toleransi dan
kesatuan sebagai rakyat Mesir. Seperti yang beliau sampaikan di konferensi minoritas
yang disponsori oleh PBB di Siprus, beliau menegaskan bahwa “Kami adalah Mesir,
bukan sekte di Mesir”, Paus Shenouda III juga menambahkan:
“We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do
not accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the
political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt –
of the same nation.” (Attia, 2001:48)
Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang
Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi
semacam tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami
adalah Mesir, bagian dari Mesir – bangsa yang sama.
Sejak tahun 1986, Paus Shenouda III membuktikan rasa toleransinya dengan
selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam di akhir bulan
Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri, tokoh nasional dan
para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang sesungguhnya. Kecintaan
terhadap tanah air juga beliau tunjukkan dengan mengunjungi para tentara di gurun
Sinai pada Oktober 1973 ketika terjadi perang di sana. Paus Shenouda juga selalu
hadir dalam peringatan hari Nasional Mesir (23 Juli), Hari Kemenangan Oktober (6
Oktober) dan hari Buruh (1 Maret) di Parlemen Nasional.
27
Paus Shenouda III juga menegaskan bahwa beliau tidak akan membuat Partai
Koptik dalam perpolitikan Mesir.
“I never sought the establishment of a Coptic political party. This is
not our purpose or message. No one will vote for such a party. I
encourage Copts to be involved in the current political parties. It is in
our best interests to be in mainstream parties.” (Attia, 2001:49)
Saya tidak pernah berpikir untuk mendirikan partai politik Koptik. Ini
bukan tujuan atau pesan kami. Tidak ada yang akan mendukung partai
semacam ini. Saya mendorong para pemeluk Koptik untuk ikut dalam
partai politik yang ada. Ini adalah kepentingan terbaik kita menjadi
bagian partai yang mainstream.
Pada tahun 1995 ketika berkunjung ke Lebanon bertemu dengan Ulama Muslim
di sana. Syaikh Lebanon bahkan mengatakan kepada Paus Shenouda III “Kau adalah
Paus untuk semua, untuk Kristen dan untuk Muslim”. Hal ini membuktikan bahwa
Paus Shenouda III merupakan tokoh toleransi yang dikenal tak hanya di Mesir atau di
Timur Tengah, melainkan dunia. Seperti dibuktikan pada 20 November 2000, Paus
Shenouda III mendapat anugerah “Madanjeet Singh Prize for Tolerance and Non-
Violence” dari UNESCO atas perannya dalam toleransi di Mesir (Attia, 2001:49).
Madanjeet Singh Prize for Tolerance and Non-Violence adalah penghargaan dari
UNESCO yang diberikan kepada aktifis, artis, budayawan atau pegiat sosial yang
peduli terhadap toleransi dan anti kekerasan. Penghargaan ini berdiri pada tahun 1995
sebagai peringatan 125 tahun kelahiran Mahatma Gandhi (unesco.org diakses 17
Februari 2016).
Pada masa pemerintahan Anwar Sadad, Paus Shenouda III pernah mengalami
pengasingan di biara Anba Bishoy karena mengkritik kebijakkan pemerintah yang
28
mengubah konstitusi tentang penerapan hukum Syariah dari salah satu sumber hukum
menjadi sumber hukum utama, hal ini berakibat pada kebijakan terhadap minoritas,
seperti pembangunan gereja dan lain-lain. Kebijakan Anwar Sadad yang bersikap
otoriter ini berujung pada bentrokan antara pengikut Muslim dan Kristiani, yang
mengakibatkan ditangkapnya 1.536 orang, termasuk 120 pengikut Koptik, 8 Bishop
dan 24 Pendeta. Kemudian pada masa pemerintahan Hosni Mubarak, Paus Shenouda
dibebaskan dari pengasingannya, sejak saat itu hubungan antara dua pemimpin ini
menjadi sangat bersahabat. Paus Shenouda III terus mendukung Hosni Mubarak
hingga pada Revolusi Mesir tahun 2011. (Hulsman, dalam arabwestreport.info
diakses 23 Maret 2016)
3. Jabatan Spiritual
Nazer Gayed muda telah aktif dalam sekolah minggu sejak berusia 16 tahun.
Sejak menempuh pendidikan di Cairo University, Nazer Gayed muda menghabiskan
liburan musim panasnya di Biara Souryan untuk belajar agama. Nazer Gayed resmi
bergabung ke Biara Souryan di Wadi El-Natroun pada 18 Juli 1954. Nazer Gayed
diangkat langsung oleh kepala biara, Bishop Theophilus dan diberi nama (baptis)
dengan nama St. Antonius dan resmi menjadi seorang Frather (biarawan) dengan
gelar Fr. Antonius El-Souryani. Fr. Antonius El-Souryani juga diramalkan akan
menjadi seorang Paus oleh Bishop Benyamin Monafia.
On the day of Father Antonious El-Souryani’s ordination, His Grace
Bishop Benyamin of Monafia (1908-1963), sitting with some
members of his diocese said: “Our Patriarch was ordained today”.
(Attia, 2001:3)
29
Suatu hari ketika Frater Antonius El-Souryani ditahbiskan, Yang
Mulia Bishop Benyamin Monafia (1908-1963), sedang duduk bersama
beberapa anggota keuskupan berkata: “Paus kita telah ditahbiskan
hari ini”.
Pada 30 September 1962, Fr. Antonius El-Souryani diangkat oleh Paus Kyrillos
VI sebagai Bishop dengan gelar Bishop Shenouda sekaligus diberi kepercayaan
menjadi Bishop Pendidikan Theologi Kristen dan Sekolah Minggu. Puncak karir
keagamaan Bishop Shenouda adalah pada hari Jum’at, 29 Oktober 1971, Bishop
Shenouda masuk dalam daftar calon Paus ke-117 bersama Bishop Samuel, Bishop
Pelayanan Sosial dan Frather Timotheous El-Makary. Pada hari Minggu, 31 Oktober
1971, setelah melewati berbagai pemilihan yang ketat, salah seorang pemuda
bernama Ayman Muneer Kamel, mengambil kertas dengan mata tertutup, dan setelah
dibuka, nama yang muncul adalah Bishop Shenouda, maka Bishop Shenouda adalah
calon Paus Kristen Ortodok Koptik Ke-117.
Metropolitan Antonious opened the box and Ayman Mouneer, who
had been blindfolded, stretched out his hand, chose one of the pieces
of paper from the box and gave it to His Eminence who then unfolded
it and lifted it up. He joyfully declared God’s chosen shepherd for His
church as His Grace Bishop Shenouda, the Bishop for Education.
(Attia, 2001:8)
Uskup Metropolitan Antonius membuka kotak dan Ayman Mouneer,
yang matanya sudah ditutup, mengulurkan tangannya, mengambil
secarik kertas dari kotak dan memberikanya kepada Yang Mulia,
kemudian membuka matanya dan mengangkatnya. Dia bergembira
mendeklarasikan gembala pilihan Tuhan untuk Gereja-Nya, Yang
Mulia Bishop Shenouda, Bishop Pendidikan.
Bishop Shenouda diangkat menjadi Paus ke-117 pada 14 November 1971, dan
resmi menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik dengan gelar Paus
Shenouda III. Selain menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik,
30
Paus Shenouda III masih aktif menjadi editor untuk majalah El-Keraza dan menjadi
pengajar pada Seminari di Kairo, Alexandria dan Institusi Pendidikan Tinggi Koptik
di seluruh dunia. Paus Shenouda III juga mendirikan Seminari di berbagai negara
selain Mesir, seperti di Amerika, Australia dan negara-negara persemakmuran
Inggris. Selama hidup, Paus Shenouda III telah mengarang 101 buku dan telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Itali dan
bahasa-bahasa lainya. Paus Shenouda III juga Paus Kristen Ortodok Koptik pertama
yang melakukan kunjungan ke Vatikan, Roma setelah 1500 tahun hal itu tidak
dilakukan. Dalam kunjungannya ke Vatikan, Paus Shenouda III bertemu dengan
Paus Paulus VI untuk membicarakan isu kekristenan, juga membuat persetujuan
dalam membangun persatuan diantara umat (Mikhail, dalam copticchurch.net diakses
21 September 2015).
B. Pemikiran Humanisme Paus Shenouda III
Menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concept” atau Sepuluh
Konsep yang menjelaskan tentang sepuluh konsep dalam diri manusia untuk
mencapai kedamaian hidup.
1. Konsep Kekuatan
Konsep pertama menurut Paus Shenouda III adalah konsep kekuatan.
Kekuatan adalah salah satu kebutuhan manusia. Setiap manusia ingin menjadi
kuat dan sebagai anak-anak Tuhan, manusia juga diharapkan untuk menjadi
kuat. Kekuatan adalah sifat Tuhan, Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, yang
31
mematikan dan yang mempunyai keajaiban, dan itu merupakan bukti kekuatan
Tuhan.
Tuhan Maha Kuasa dan sumber segala kekuatan. Karena Tuhan adalah yang
paling kuat, dan manusia diciptakan dari penggambaran dan penyerupaan-Nya,
maka setiap manusia juga diharapkan untuk menjadi kuat.
It is true that we wish to be powerful, but let God be the source of
our power. He gives us power. Let us not depend on our own
power but on His power. Let us stand before Him weak and take
power from Him. (Shenouda, 1994:13)
Kita berharap untuk menjadi kuat, tapi biarkanlah Tuhan yang
menjadi sumber kekuatan. Dia memberi kita kekuatan. Kita tidak
boleh bergantung kepada kekuatan kita sendiri melalaikan kepada
kekuatan-Nya. Kita harus berdiri sebelum dilemahkan oleh-Nya
dan meminta kekuatan dari-Nya.
Sumber kekuatan bagi manusia adalah dari Tuhan, hal ini didasarkan dari
ayat Al-Kitab (Bible), Kitab Yohanes dan Kitab Mazmur:
)1: 51)يو بدوين ال تقدرون أن تفعلوا شيئاBiduni la taqdiruna an taf ‘alu syai an
“sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5)
)551 14:)مز وقد صار يل خالصا .ي هو الربرن قويت وت
Quwwati wa tarannumi huwa ar-Rabbu wa qad shara li khalashan
“Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku (nyanyian); Ia telah menjadi
keselamatanku” (Mazm, 188:14)
Setiap manusia diberi kecerdasan, pengetahuan, pikiran, kepandaian,
keyakinan dan daya ingat. Selain itu, manusia juga diberi kemampuan untuk
menarik dan meyakinkan orang lain.
32
A powerful personality does not obey any wrong counsel. A person
with a powerful personality influences others and is not influenced
by them except by the counsel of the spiritual. A powerful
personality does not mean that a person be stubborn and
opinionated. But rather, he is powerful in good deeds and simple in
dealing with others. (Shenouda, 1994: 25-26)
Pribadi yang kuat adalah pribadi yang menolak nasehat yang salah.
Pribadi yang kuat adalah pribadi yang mampu mempengaruhi
orang lain dan tidak mempengaruhi kecuali pada hal yang spritual.
Pribadi yang kuat bukanlah pribadi yang keras kepala dan
berpendirian keras. Akan tetapi, ia yang memiliki tingkah laku
yang baik dan mampu bergaul dengan yang lain.
Setiap manusia diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam memimpin
dan mempengaruhi orang lain. Akan tetapi, tidak setiap orang memiliki
kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan pemikiran yang sempit dan tidak
mau menerima saran dari orang lain dalam menghadapi masalah.
Salah satu cara mendapatkan kekuatan dari Tuhan adalah dengan Doa dan
Iman. Selain itu doa dan pelayanan kepada Tuhan adalah cara untuk
menemukan solusi dari setiap masalah. Hal ini menurut Paus Shenouda III
didasarkan pada kitab Kisah Para Rasul pasal 4 ayat 31:
، وامتأل اجلميع من الروح القدسوملا وصلوا، تزعزع املكان الذي كانوا جمتمعني فيه )15 :4)أع
Walamma washalu, taza‘za‘al-Makanul-ladzi kanu mujtami‘ina
fihi, wamtala al-Jami ‘u minar-Ruhil-Qudusi
“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka
berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus” (Kis
31:4)
33
Dalam konsep kekuatan ini Paus Shenouda III menyatakan bahwa kekuatan
adalah modal awal bagi setiap manusia untuk melakukan segala sesuatu.
Tetapi, manusia harus selalu ingat kepada Tuhan, sang Maha Kuat dan sang
pemberi kekuatan, karena segala sesuatu dapat terjadi atas kehendak Tuhan.
Manusia harus menjadi kuat, maka cara untuk diberi kekuatan dari Tuhan dan
menjadi kuat adalah dengan berdoa dan mendekat kepada Tuhan, dan
menggunakan setiap kekuatan dari Tuhan itu untuk berbuat kebaikan.
2. Konsep Kebenaran dan Keadilan
Konsep kedua menurut Paus Shenouda III adalah tentang “Kebenaran dan
Keadilan”. Pemahaman dari sebuah “kebenaran” adalah menyatakan segala
sesuatu apa adanya. Segala sesuatu harus diungkapkan secara terang benderang
sesuai kenyataan. Sebuah kenyataan harus diungkapkan dengan jelas dan tidak
setengah-setengah.
Pemahaman tentang kebenaran yang lain adalah melawan kepalsuan yaitu
dengan menentang segala bentuk kemunafikan. Maka, sebuah pujian bisa
dinilai sebagai perlawanan terhadap kebenaran. Pujian adalah menyatakan
sesuatu yang membuat orang lain senang, tetapi hanya bermaksut untuk
mendapat pembelaan atau balasan. Selain itu, kadang sebuah pujian, tidak
sesuai antara maksud di dalam hati dan yang terucap melalui lisan. Hal yang
tidak sesuai antara hati dan lisan inilah yang disebut kemunanfikan, dan
merupakan hal yang harus dihindari.
34
Kebenaran sejalan dengan yang disebut “keadilan” yaitu prinsip pembelaan
terhadap kebenaran. Menurut Paus Shenouda III, manusia harus membela
sebuah kebenaran dari pada membela manusia yang dianggap benar.
My advice to such a person is: Defend the truth instead of
defending persons. (Shenouda, 1994:125)
Pesanku untuk orang-orang adalah: pertahankan kebenaran, dari
pada mempertahankan orang.
Menurut Paus Shenouda III, manusia harus mampu menilai sesuatu secara
objektif, yaitu penilaian berdasarkan hal yang dilakukan si pelaku, bukan
subjektif, yaitu menilai sesuatu berdasarkan pelakunya. Kebenaran yang hakiki
adalah kebenaran dari Tuhan, yaitu kebenaran yang besifat mutlak dan tidak
dapat diragukan. Hal ini sesuai dengan firman dalam Al-Kitab Yohanes pasal
14 ayat 6:
).6: 54)يو واحلق واحلياةأان هو الطريق Ana huwath-Thariqu wal-Chaqqu wal-Chayatu
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6)
Ayat di atas menerangkan bahwa kebenaran dan hidup adalah dua hal yang
berasal dari Tuhan. Manusia yang jauh dari kebenaran, ia juga jauh dari Tuhan
dan ia dekat dengan mara bahaya. Sehingga, manusia yang hidup dalam
kebenaran adalah ia yang selalu memegang teguh prinsip kebenaran dalam
hidupnya, yaitu prinsip yang sesuai dengan nilai dan ajaran Tuhan. Maka,
untuk mencapai hidup yang damai, manusia harus berpegang teguh terhadap
sebuah kebenaran.
35
Konsep kedua untuk mencapai hidup yang damai menurut Paus Shenouda
III ini adalah dua hal yang harus selalu dipegang oleh setiap manusia.
Kebenaran dan keadilan adalah dua hal yang saling berhubungan, setiap
manusia yang melakukan kebenaran adalah manusia yang adil. Begitu juga
sebaliknya, manusia yang adil adalah manusia yang melakukan kebenaran,
salah satunya pembelaan terhadap sesuatu yang benar dan memberi hukuman
terhadap sebuah kesalahan tanpa memandang siapapun pelakunya. Kebenaran
dan keadilan yang sejati adalah dari Tuhan, maka untuk melakukannya
manusia harus menggunakan dasar iman dan agama sebagai tolak ukur.
Sehingga manusia diajarkan untuk selalu patuh dan melaksanakan perintah
Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.
3. Konsep Ilmu Pengetahuan
Paus Shenouda III menjelaskan kembali tentang konsep untuk mendapat
hidup yang damai, yaitu konsep ilmu pengetahuan. Menurut Shenouda, Tuhan
memberikan manusia pikiran untuk dapat menerima ilmu pengetahuan. Tetapi,
di sisi lain, Tuhan juga ingin melihat seberapa berguna ilmu yang dimiliki
manusia itu untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain, baik itu individu atau
kelompok.
Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui berbagai cara, seperti
melihat dengan mata, menyentuh dengan tangan, mencium dengan hidung atau
mendengar melalui telinga. Selain itu, ilmu pengetahuan bisa didapatkan
melalui proses belajar. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui
banyak hal seperti buku, koran, film ataupun media yang lain. Selain itu, ilmu
36
pengetahuan juga bisa didapatkan melalui teman dan lingkungannya. Maka,
salah satu fungsi Tuhan menciptakan indera untuk manusia adalah untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, maka pemberian Tuhan tersebut harus
digunakan secara benar.
Manusia harus berhati-hati dalam mencari ilmu pengetahuan yang ia dapat.
Manusia harus mampu memilih ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan
berguna bagi dirinya dan orang lain dengan tolak ukur iman dan agama.
Karena ada juga ilmu yang datang dari setan, yaitu ilmu yang harus dihindari.
Setan dapat mempengaruhi manusia melalui pikiran atau melalui mimpi, dan
hal itu dapat menjerumuskan manusia kepada keburukkan seperti tujuan utama
setan yang ingin menyesatkan manusia. Dari sekian banyak ilmu pengetahuan
yang ada, ilmu pengetahuan yang paling penting dimiliki manusia adalah
pengetahuan terhadap dirinya sendiri, seperti yang dikatakan Paus Shenouda
III:
You can gain great benefits from knowing yourself. When you
know that you are dust and ash, you will be humbled. When you
are aware of your sins, you will be regretful, repentful and contrite.
When you know your nature and the wars within you, you will be
able to overcome them. And when you know your talents, you will
use them to glorify God. (Shenouda, 1994:131-132)
Kau akan mendapat keuntungan yang besar jika dapat mengetahui
dirimu sendiri. Ketika kau tahu bahwa kau hanyalah butiran debu
dan abu, kau akan menjadi bijak. Ketika kau sadar akan dosa-
dosamu, kau akan menyesal, bertaubat dan bersedih. Ketika kau
tahu bahwa betapa alaminya dirimu dan peperangan ada dalam
dirimu, kau akan mampu untuk mengatasinya. Dan ketika kau tahu
tentang kemampuanmu, kau akan gunakan itu untuk
mengagungkan Tuhan.
37
Mengetahui diri adalah kewajiban seorang manusia, agar ia menjadi
seseorang yang bijak dalam menjalani hidup. Manusia akan menjadi bijak
ketika ia mampu mengetahui bahwa dirinya hanyalah makhluk hina seperti
butiran debu dan penuh dosa. Sedangkan karena kebijaksanaan dari Tuhanlah,
maka manusia diberi kemampuan yang hendaknya digunakan untuk memuji
dan mengagungkan Tuhan. Selain mengetahui dirinya sendiri, manusia juga
harus mengetahui tentang Tuhan yang menciptakannya dan berkuasa atas
dirinya. Ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap cara berfikir dan cara pandang
seseorang terhadap sesuatu, maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang
dimiliki seorang manusia, maka ia akan memiliki cara pandang yang luas.
Salah satu ayat dalam Mazmur pasal 25 ayat 4 yang menjadi dasar oleh Paus
Shenouda III adalah:
(4: 51طرقك اي رب عرفين. سبلك علمين )مز
Thuruqaka ya rabbu arrifni, subulaka allimni
Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukilah itu
kepadaku. (Maz 25:4)
Ayat dalam Mazmur itulah yang menjadi dasar Paus Shenouda III dalam
menjelaskan tentang jalan Tuhan sebagai ilmu, dan setiap manusia hendaknya
mengikuti jalan Tuhan tersebut. Menurut Paus Shenouda III, manusia diberi
pikiran dan kemampuan dari Tuhan serta berkewajiban untuk mencari ilmu
pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia dari berbagai
hal, namun manusia harus berhati-hati karena ada ilmu pengetahuan yang salah
dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu ilmu yang berasal dari setan
38
yang harus dihindari. Paus Shenouda III menyatakan ilmu pengetahuan yang
wajib dimiliki manusia adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri, karena
dengan mengetahui diri sendiri manusia akan lebih bijak dan lebih dekat
dengan Tuhan.
4. Konsep Dosa
Konsep keempat menurut Paus Shenouda III adalah tentang dosa.
Menurutnya, dosa adalah hal yang melanggar Tuhan dan hal yang memberi
bukti bahwa manusia mengingkari keberadaan Tuhan. Paus Shenouda III
mengatakan bahwa seorang pendosa perlu mendapat perhatian khusus.
A sinner is like one losing consciousness not knowing what he is
doing. He needs someone to awaken him, to make him come to his
senses and show him what he is doing (Shenouda, 1994:60).
Pendosa adalah orang yang seperti kehilangan kesadaran tanpa tahu
yang ia lakukan. Dia membutuhkan seseorang untuk
membangunkannya, untuk membuatnya sadar dan memperlihatkan
yang ia lakukan
Seorang pendosa dianggap orang yang kehilangan kesadaran, maka
sebenarnya dia (pendosa) itu tidak tahu bahwa sebenarnya dia melakukan dosa,
maka dari itu dia harus dibimbing agar bisa lepas dari dosa, sehingga dia sadar
dan segera bertaubat dari dosa yang dia lakukan. Dosa adalah bentuk
pemberontakan dalam melawan Tuhan.
It is a revolt and disobedience against God. Imagine then that dust
and ashes rebel and revolt against God the Creator of heaven and
earth! It is a kind of arrogance that dust revolts against God.
(Shenouda, 1994:61)
39
Ini adalah bentuk pemberontakan dan ketidakpatuhan dari
perlawanan terhadap Tuhan. Bayangkan kemudian, jika debu dan
asap, memberontak dan melawan Tuhan, Sang pencipta langit dan
bumi! Ini adalah salah satu bentuk kesombongan bahwa sebutir
debu melawan kehendak Tuhan.
Selain bentuk perlawanan terhadap Tuhan, dosa adalah salah satu bentuk
kesombongan. Seorang pendosa dengan sombong menganggap Tuhan itu tidak
ada, maka ia bebas melakukan kehendaknya sesuka hati tanpa mau tahu bahwa
ia sebenarnya hanyalah sebutir debu di mata Tuhan. Hal ini seperti yang
diungkapkan Paus Shenouda III sesuai dengan Kitab Amsal, Pasal 16 ayat 18:
(51 :56وهبذا الكربايء يسقط اإلنسان )أم
Wa bihadzal-Kibriya u yasquthul- Insanu
Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan. (Ams 16:18)
Manusia yang sombong akan jatuh karena kesombongannya, sedangkan
manusia yang rendah hati dan menganggap kehidupan duniawi seperti debu
maka ia akan tetap dalam keselamatan. Maka setiap manusia harus menjaga
diri dari kesombongan, karena hal itu adalah dosa dan dapat menghancurkan
manusia. Paus Shenouda III mendasarkan konsep dosa tersebut sesuai dengan
kitab Yohanes 1 pasal 2 ayat 15:
(51: 5يو 5) فليست فيه حمبة اآلب ,حد العلمأأحب إن
In achabba achadun al-‘Alama falaisat fihi machabbatul-Abi
Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada
dalam orang itu(1 Yoh 2:15)
40
Dosa menunjukkan bahwa seorang manusia itu kekurangan cinta Tuhan.
Manusia lebih banyak yang cinta terhadap dunia dibandingkan dengan pemilik
dunia, yaitu Tuhan. Manusia yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada
cinta kepada Tuhan, maka cinta dan kasih dari Tuhan juga tidak akan sampai
kepada orang tersebut. Seorang pendosa yang tidak patuh terhadap perintah
Tuhan dan melawan Tuhan maka dia akan kekurangan cinta Tuhan dan akan
terjerumus kedalam bahaya dan kesesatan.
Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III, dosa adalah perbuatan yang
harus dijauhi, tetapi tidak pada pelakunya, seorang pendosa harus dibimbing
agar segera bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosanya. Paus Shenouda III
menyatakan kembali bahwa salah satu penyebab seseorang melakukan dosa
adalah karena dia kekurangan cinta dari Tuhan, salah satu penyebab manusia
tidak mendapatkan cinta dan kasih Tuhan adalah karena ia lebih mencintai
kehidupan dunia daripada Tuhan. Selain itu, dosa juga salah satu bentuk dari
ketidakpercayaan terhadap Tuhan.
5. Konsep Kesesatan
Konsep kelima menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep tentang
kesesatan. Paus Shenouda III menjelaskan konsep ini sesuai dengan Injil
Matius, pasal 18 ayat 6 dan 7:
هؤالء الصغار املؤمنني يب فخري له أن يعلق يف عنقه حجر الرحى دو من أعثر أح( ويل للعامل من العثرات! فال بد أن أتيت العثرات, ولكن 6ويغرق يف جلة البحر )
(51:6,7مت ( )7ويل لذلك األنسان الذي به أتيت العثرة! )
41
Wa man a’tsara achada ha ula ish-Shigharil-Mu minina bi
fakhairun lahu an yu’allaqa fi ‘unuqihi chajaral-Racha wa
yughraqa fi lujjatil-Bachri.(6) Wailun lil’alam minal-‘Atsarati!
Fala budda an ta tiyal-‘Atsaratu, wa lakin wailun lidzalikal-
Insanil-Ladzi bihi ta til-‘Atsratu! (7)
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini
yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam
laut(6). Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang
penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya(7). (Mat 18:6,7)
Kesesatan mungkin saja sesuatu yang disengaja, ketika hal itu membuat
orang lain celaka, dan kesesatan yang disengaja akan mendapat hukuman yang
berat. Kesesatan yang pertama kali terjadi adalah yang dilakukan Iblis terhadap
Adam dan Hawa yang membuat mereka berdua diturunkan ke dunia.
He caused our first parents to fall; for they were simple, knowing
no evil and he intended on making them fall through deceit and
temptation. (Shenouda, 1994:90)
Dia (iblis) telah membuat orang tua pertama kita jatuh; untuk
mereka ini adalah sangat sederhana, tahu bahwa tak ada kejahatan
dan dia bermaksud membuat mereka berdua jatuh melalui tipuan
dan godaan.
Melalui penyesatan tersebut, maka di dunia terjadi kejahatan yang
disebabkan oleh setan. Penyesatan dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti
membuat seseorang akrab dan terbiasa dalam melakukan dosa, memudahkan
orang untuk melakukan dosa, membiarkan orang untuk mencoba dosa dan
memperkenalkan orang terhadap konsep-konsep yang salah. Maka, setiap orang
wajib belajar dan mengetahui apa yang dimaksud dosa yang mampu
menyebabkan penyesatan.
42
Thus knowledge which defiles his thoughts is introduced into his
mind. This knowledge may arouse lusts within and make him fall
into sin. (Shenouda, 1994:90)
Hingga pengetahuan yang mengotori pikirannya memasuki
pikirannya. Pengetahuan tersebut mungkin saja menimbulkan nafsu
dan membuatnya jatuh kedalam dosa
Manusia harus berhati-hati terhadap pengetahuan yang ia dapatkan.
Pengetahuan bisa datang dari mana saja, salah satunya adalah dari teman. Maka
seseorang harus berhati-hati jika ada teman yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang salah dan berdosa, maka sebenarnya ia telah
mendapatkan teman yang salah. Karena teman yang salah akan memberikan
hal-hal yang buruk, menyebar fitnah, merusak moral dan bisa jadi membuat
orang tersebut kehilangan imannya. Teman yang mengajak berbuat dosa dan
memberi kemudahan dalam berbuat dosa harus dihindari, karena teman seperti
ini mampu membuat seseorang tersandung dalam sebuah kesesatan. Banyak hal
yang mampu membuat orang sesat, bahkan dalam hal yang berhubungan
dengan agama sekalipun.
There are offenses in the field of religion as in the case of heretics
and those who spread suspicions concerning religion or spread
atheism or deny the resurrection and miracles of Christ. (Shenouda,
1994:94)
Ada banyak macam kesesatan dalam bidang agama, seperti kasus
orang yang melakukan bid’ah dan orang yang berbeda dalam
agama atau orang yang atheis atau menolak kebangkitan kembali
dan mukjizat Yesus Kristus.
Penyesatan juga bisa muncul dalam bidang agama, contoh yang terjadi
terhadap orang-orang yang membuat perkara baru dalam agama atau bid’ah,
orang-orang melakukan perbedaan dalam hal agama, selain itu kesesatan terjadi
43
terhadap orang-orang yang tidak percaya terhadap kebangkitan Yesus Kristus
dan mukjizatnya. Itulah mengapa manusia harus sangat berhati-hati terhadap
semua hal yang ia terima. Termasuk informasi yang diterima dari media masa
yang dapat berpengaruh langsung terhadap rusaknya pikiran, perasaan dan
tingkah laku.
Likewise, all sources of thought, whether books, magazines,
newspapers, pamphlets, leaflets etc... These might be a stumbling
block if they have a bad effect on people's thoughts, feelings and
behaviour and lead them onto a path which is harmful to them and
to the community. (Shenouda, 1994:96,97)
Demikian juga semua sumber dari pemikiran, baik itu buku,
majalah, koran, pamflet, selebaran dan lain-lain. Hal itu dapat
menjadi batu sandungan jika mereka memilki pengaruh buruk
terhadap banyak orang, pikiran, perasaan, tingkah laku dan
membimbing mereka kepada jalan yang berbahaya bagi mereka
dan lingkungannya.
Pikiran dan tingkah laku manusia dapat saja berbuah menjadi buruk karena
pengaruh lingkungan dan media masa, sehingga menjadi kewajiban setiap
manusia untuk membentengi diri, keluarga, teman dan lingkungnya, dari hal-
hal yang mampu membawa kesesatan. Karena seseorang bisa saja melakukan
kesesatan bahkan ketika dia dalam gereja dan berdoa, dia berbicara, maka dia
melakukan dua kesalahan, mengabaikan gereja dan Tuhan, juga telah
menyesatkan orang lain yang mencontoh perilakunya.
First : Not respecting the church, not respecting the prayers, and
lack of God's fear in their heart.
Second : He becomes an offense to others, who will either imitate
him, or commit the sin of condemning him. (Shenouda, 1994:99)
Pertama: Dia tidak hormat kepada gereja, tidak menghormati
ibadah, dan tidak punya rasa takut terhadap Tuhan dalam dirinya.
44
Kedua: Dia telah menyesatkan orang lain, yang salah satunya akan
mencontohnya, atau melakukan dosa dengan menghukumnya.
Selain itu, bentuk kesesatan yang lain adalah menjadi munafik, yaitu orang-
orang yang melakukan kebaikan, sebenarnya ia hanya berbohong, seperti orang
yang mengaku puasa, tetapi sebenarnya ia tidak melakuknnya. Maka setiap
orang tidak boleh hidup dalam kepura-puraan untuk mendapat pujian dari
manusia lain, karena hal itu termasuk bentuk kesesatan.
One should not feign righteousness to avoid being a cause of
offense! The right thing is to behave well and be actually righteous
in order not to offend people. (Shenouda, 1994:104)
Seseorang seharusnya tidak berpura-pura menjadi baik untuk
menjauhi penyebab kesesatan! Hal yang benar adalah dengan
berkelakuan baik dan menjadi baik yang sebenarnya untuk tidak
menyesatkan orang lain.
Kesesatan merupakan hal yang harus dihindari manusia, karena hal ini
berpengaruh buruk bagi diri sendiri dan lingkungan, maka dari itu manusia
harus berhati-hati terhadap perilakunya. Kesesatan banyak terjadi disemua
bidang, bahkan dalam bidang agama yaitu perbuatan bid’ah atau perbuatan
yang menyimpang dan mencurigakan, selain itu kesesatan dalam hal agama
terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kebangkitan kembali dan mukjizat
Yesus Kristus. Media masa melalui buku, majalah, koran atau selebaran, juga
bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kesesatan, jika berisi hal-hal buruk.
Kesesatan juga bisa terjadi melalui teman, jika seorang teman tersebut
mengajarkan keburukan atau membiarkan terjadinya keburukan. Manusia juga
harus berhati-hati terhadap sikap munafik, yaitu sikap ingin dipuji dan dianggap
orang lain dia tidak melakukan kesesatan. Maka manusia harus mampu
45
menjaga diri, keluarga, teman dan lingkungannya dari kesesatan ini dengan
terus belajar dan tahu tentang dosa yang harus dihindari dan tentang hal baik
yang harus dilakukan.
6. Konsep Ambisi Manusia
Konsep keenam menurut Paus Shenouda III adalah tentang ambisi, yaitu
hasrat terhadap cita-cita yang tinggi dan terus menerus. Ambisi adalah keadaan
seseorang yang tak pernah merasa puas dan tak pernah berhenti mencapai
tingkat tertentu dalam melakukan sesuatu. Namun, ambisi adalah sesuatu yang
alami dalam diri manusia, karena manusia adalah ciptaan Tuhan dari sebuah
penggambaran dan penyerupaan terhadap diri-Nya. Salah satu sifat Tuhan
adalah “tak terbatas”, sedangkan manusia merupakan gambaran dari Tuhan,
maka Tuhanpun menciptakan manusia memiliki sifat ingin menjadi “tak
terbatas” pula.
Since man cannot be unlimited by himself; for being unlimited is
the attribute of God alone, his desires and ambitions became
inclined to an unlimited level. Whenever a person attains a certain
position, he longs for a higher and better one. (Shenouda, 1994:47-
48)
Manusia tidak bisa menjadi tak terbatas dengan dirinya sendiri,
karena menjadi tak terbatas adalah sifat Tuhan, hasrat dan ambisi
manusia cenderung untuk mencapai tingkat tak terbatas. Suatu
ketika manusia bisa mendapatkan posisi tertentu, selama ia mau
berusaha untuk lebih tinggi dan lebih baik.
Seperti yang dikatakan Paus Shenouda III diatas, bahwa manusia tidak akan
bisa menjadi sesuatu yang “tak terbatas” atau bebas berkehendak, karena hal
itu merupakan sifat Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi takdir manusia oleh Tuhan
46
diberi sifat yang ambisius dan berhasrat tinggi untuk mendapatkan sesuatu.
Tetapi hal itu bisa menjadi nyata jika seorang manusia mau berusaha dengan
baik. Paus Shenouda III mengungkapkan hal ini berdasarkan ayat Alkitab,
Roma pasal 12 ayat 3:
كما قسم هللا لكل إىل التعقل, يرتئي, بل ن يرتئيأال يرتئي فوق ما ينبغي أن (55:1حد مقدارا من اإلميان )روم وا
An la yarta iya fauqa ma yanbaghi an yarta iya, bal yarta iya
ilat-Ta’aqquli, kama qasamal-Lahu likulli wachidin miqdaran
minal-Iman
Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada
yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu
rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang
dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.(Rom 12:3)
Ambisi tiap manusia berbeda-beda dan ada dua macam ambisi manusia,
pertama, ambisi baik yang mengarahkan kepada kehidupan spiritual dan akan
membuat manusia merasa gembira dan lebih rendah hati karena ambisi yang
didasarkan untuk kebaikan dan Tuhan. Selain itu, ada ambisi buruk yaitu
ambisi yang berakibat kepada dosa, seperti ambisi yang bersifat duniawi, nafsu
untuk mendapat pujian dari orang lain yang berakibat kepada kesombongan, iri
hati dan ketidakpuasan. Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III tentang
perbedaan dua ambisi ini:
Sinful ambition: whenever it attains some level, it is puffed up and
becomes arrogant. Whereas spiritual ambition rejoices in the Lord
in humbleness. (Shenouda, 1994:53)
Ambisi yang penuh dosa: ketika memperoleh beberapa tahapan, hal
ini membuatnya menjadi angkuh dan sombong. Sedangkan, ambisi
spiritual membuatnya gembira dalam Tuhan dan kerendahhatian.
47
Hal yang diungkapkan Paus Shenouda III ini didasarkan pada ayat Alkitab,
Lukas pasal 12 ayat 10:
مىت فعلتم كل ما أمرمت به فقولوا: إننا عبيد بطالون, ألننا إنا عملنا ما كان (57:51)لو جيب علينا
Mata fa’altum kulla ma umirtum bihi faqulu: innama ‘abidun
baththaluna, liannana innama ‘amilna ma kana yajibu ‘alaina
Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan (Luk 17:10)
Menurut Paus Shenouda III, ambisi yang harus dimiliki manusia adalah
ambisi yang bersifat spiritual, karena ambisi tersebut adalah ambisi yang
meletakkan cinta kepada Tuhan.
A person who has spiritual ambition, wants to attain the utmost of
spirituality due to his love to God, never thinks of rivaling or
competing with others or even surpassing them in
spirituality.(Shenouda, 1994:55)
Manusia yang memiliki ambisi spiritual, mengingingkan mendapat
kepuasan rohani sepenuhnya karena cintanya akan Tuhan, tidak
pernah memikirkan untuk bersaing atau berkompetisi dengan yang
lain atau bahkan berusaha melebihi yang lain dalam hal yang
bersifat rohani.
Ambisi yang bersifat spiritual ini hanya memasrahkan semua cinta kepada
Tuhan untuk mendapat cinta Tuhan, jadi manusia tersebut tidak berambisi
untuk bersaing dengan manusia lain dalam hal duniawi, ataupun bersaing
dalam kerohanian. Salah satu bentuk manusia yang memiliki ambisi spiritual
adalah dengan doa. Ambisi spiritual adalah ambisi yang terus berkembang, dan
doa adalah salah satunya selain cara manusia dalam melayani Tuhan.
48
In prayer, a spiritually ambitious person likes to develop and grow
whether with regard to the time he spends with God or to the
fervency, depth, contemplation, love and faith in his prayers.
(Shenouda, 1994:57)
Dalam doa, manusia yang memiliki ambisi spiritual seperti
berkembang dan tumbuh yang menganggap waktu yang ia habiskan
bersama Tuhan atau dengan kekuatan, kedalaman, perenungan,
cinta dan iman dalam doanya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Paus Shenouda III mengungkapkan
bahwa ambisi adalah hal yang alami bagi manusia, karena sifat ini adalah
pemberian dari Tuhan. Sifat manusia yang ambisius ini kadang mengantarkan
manusia untuk memiliki nafsu yang melampaui batas, yaitu ambisi untuk
menjadi tak terbatas. Tetapi, menjadi tak terbatas tidaklah mungkin bagi
manusia, karena sifat tak terbatas adalah milik Tuhan. Selain itu, diungkapkan
pula bahwa ada dua jenis ambisi manusia, pertama, ambisi spiritual yang
berdasar Tuhan dan mampu mengarahkan manusia untuk menjadi gembira di
dalam Tuhan dan kerendah-hatian, dan satu bentuk dari ambisi spiritual ini
adalah dengan doa untuk mengharap cinta Tuhan. Kedua, ambisi buruk yang
berakibat pada dosa, yaitu ambisi manusia yang bersifat keduniawian dan
hasrat untuk selalu dipuja, hal-hal buruk ini akan menjatuhkan manusia kepada
kesombongan dan ketidakpuasan. Maka, seperti yang diungkapkan Paus
Shenouda III, manusia harus melakukan segala sesuatu berdasar Tuhan, dan
setiap sesuatu yang dilakukan hanya untuk Tuhan agar mendapat rasa gembira
dan kerendahan hati, juga cinta dari Tuhan.
7. Konsep Istirahat & Kelelahan
49
Konsep ketujuh menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep
tentang istirahat dan kelelahan. Konsep yang dijelaskan Paus Shenouda III ini
berdasarkan pada kisah tentang penciptaan dunia, seperti yang disebutkan
dalam kitab Kejadian pasal 2 ayat 3:
وابرك هللا اليوم السابع وقدسه, ألنه فيه اسرتاح من مجيع عمله الذي عمل (5:1هللا خالقا )تك
wa baraka-Lahul-Yaumas-Sabi’a wa qaddasahu, li annahu
fihistaracha min jami’i ‘amalihil-ladzi ‘amila-Lahu khaliqan
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya,
karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan
yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:3)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan, beristirahat pada hari ketujuh
setelah Ia menciptakan dunia. Ayat dalam kitab Perjanjian Lama itulah yang
digunakan oleh Paus Shenouda III sebagai dasar dalam menjelaskan konsep ini
bahwa manusia juga membutuhkan istirahat setelah ia bekerja.
The rest meant here is the rest after finishing or completing work.
When a person completes what he is doing he feels comfort and
rest. (Shenouda, 1994:37)
Istirahat disini berarti beristrirahat setelah selesai menyelesaikan
pekerjaan. Ketika seseorang menyelesaikan yang ia lakukan dia
merasa nyaman dan tenang.
Pernyataan Paus Shenouda III diatas menerangkan bahwa setelah seseorang
menyelesaikan pekerjaannya, maka dia bisa bersitirahat dengan nyaman dan
tenang. Jadi bisa disimpulkan bahwa manfaat dari sebuah istirahat adalah
untuK mendapat sebuah ketenangan. Selain itu, ada sebuah istirahat yang
50
bersifat abadi, yaitu istirahat bukan karena lelah, sakit atau menderita, istirahat
itu disebut kematian.
A person after death rests from the troubles of this world, from the
disturbance and the burden of the body, and from the evil existing
around him. (Shenouda 1994, 1994:38)
Manusia setelah mati, dia telah meletakkan masalah di dunia, dari
gangguan dan dari beban di badan, dan dari kejahatan
disekelilingnya.
Maka, dalam Iman Kristen seseorang yang meninggal dunia disebut
“istirahat”dan didoakan supaya beristirahat dalam damai. Sedangkan ketika
manusia masih hidup di dunia, banyak hal yang membutuhkan istirahat, seperti
jasmani, pikiran, jiwa, hati dan perasaan. Selain istirahat untuk jasmani, ada
juga istirahat yang bersifat psikologis dan spiritual. Istirahat jasmani,
psikologis dan spiritual saling berhubungan, dengan mengistirahatkan jasmani
secara cukup, maka psikologis dan spiritual juga akan menjadi lebih baik.
Semua macam istirahat yang dibutuhkan manusia diawali dari istirahat
jasmani, Pernyataan ini didasarkan Paus Shenouda III dalam kitab Markus
pasal 2 ayat 27:
(5:57ت إنا جعل ألجل اإلنسان هو رب السبت أيضا)مربالس
As-Sabtu innama ju’ila li ajlil-Insani huwa Rabbus-Sabti aidhan Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari
Sabat. (Mark 2:27)
Tubuh manusia membutuhkan istirahat setelah melakukan pekerjaan, tetapi
bukan berarti manusia memerlukan banyak istirahat. Hendaknya, Istirahat itu
51
secukupnya saja, agar mental dan psikologi berjalan dengan seimbang dan
tubuh merasa nyaman setelah dipulihkan dari sebuah kelelahan pekerjaan.
To make the body comfortable, as some scientists say, do not let it
work for a long time without rest. Give your body some rest, even
for a few minutes, amidst long hours of work. This is the purpose
of the break given during work, to help your body recover and give
you rest. (Shenouda, 1994:39)
Untuk membuat tubuh merasa nyaman, seperti yang dikatakan
beberapa ilmuwan, jangan terlalu banyak bekerja tanpa istirahat.
Berikan tubuhmu sedikit istirahat, walaupun hanya beberapa menit,
ditengah-tengah waktu bekerja yang panjang. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi jeda ketika bekerja, untuk membantu memperbaiki
tubuh kembali dan beristirahat.
Selain membutuhkan sedikit istirahat, kadang manusia membutuhkan
istirahat yang bersifat wajib, salah satunya karena sakit yang bisa jadi muncul
karena pekerjaan yang tidak seimbang dengan istirahat. Kadang, istirahat
dihubungkan dengan rasa lelah, padahal manusia membutuhkan istirahat tanpa
perlu menunggu lelah. Selain lelah karena bekerja, ada juga lelah yang
dikarenakan dari dalam diri manusia itu sendiri.
Some persons have no external reason for fatigue but fatigue comes
from within them, from the concerns of the heart, anxiety,
suspicions, fear and pessimism. Everything that happens to them
causes them trouble; they are the cause of their own fatigue not
others. (Shenouda, 1994:43)
Beberapa orang tidak punya alasan merasa lelah karena faktor dari
luar, tetapi dari dalam diri mereka sendiri, dari hati yang gelisah,
khawatir, curiga, takut dan pesimis. Semua yang terjadi terhadap
diri mereka sendiri adalah karena mereka sendiri; mereka sendiri
adalah penyebab lelah itu, bukan yang lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut Paus Shenouda III,
istirahat adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia, karena itu merupakan kodrat
52
dari Tuhan. Sesuai Kitab Kejadian yang menjadi dasar konsep ini, Paus
Shenouda III mengungkapkan bahwa setelah bekerja selama enam hari dalam
penciptaan dunia, Tuhan beristirahat dan menguduskan hari tersebut, yaitu
Sabat atau Sabtu. Sehingga, istirahat sebagai kodrat manusia bukanlah sesuatu
yang bersifat buruk, bukan suatu kemalasan ataupun dosa, melainkan salah satu
cara untuk menjaga diri. Istirahat tak perlu menunggu merasa lelah, justru
dengan istirahat manusia tidak mudah merasa lelah. Selain faktor luar yang
membuat manusia merasa lelah, ada faktor dari dalam yang berpangkal dari
dalam hati, seperti rasa sedih, takut, khawatir dan penyakit hati lainnya yang
membuat manusia itu lelah disebabkan oleh dirinya sendiri.
8. Konsep Kebebasan
Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk
menjadi pribadi yang bebas, konsep tentang kebebasan ini didasarkan dalam
kitab Ulangan pasal 30 ayat 15, 19 dan 20:
(51) انظر. قد جعلت اليوم قدامك احلياة واخلري, واملوت و الشر ليكم اليوم السماء واألرض. قد جعلت قدامك احلياة واملوت. الربكة واللعنة. ع أشهد
(51) فاخرت احلياة لكي حتيا أنت و نسلك (51) به, ألنه هو حياتك إذ حتب الرب إهلك وتسمع لصوته وتلتصق
(11:51,51,51 )تث Unzhur. Qad ja’altul-Yauma quddamakal-Chayata wal-Khaira,
wal-Mauta wasy-Syarra. (15)
Usyhidu ‘alaikumul-Yaumas-Sama a wal-Ardha. Qad ja’altu
quddamakal-Chayata wal-Mauta. Al-Barakata wal-La’nata.
Fakhtaril-Chayata likay tachya anta wa nasluka. (19)
53
Idz tuchibbur-Rabbu ilhaka watasma’u lishautihi wa taltashiqu
bihi, liannahu huwa chayatuka (20)
Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan
dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, (15)
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada
hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat
dan kuruk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau
maupun keturunanmu,(19)
dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan
berspaut kepada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu(20)
Kebebasan, adalah sesuatu yang mengharuskan manusia untuk bertanggung
jawab terhadapnya. Manusia yang tidak mendapatkan kebebasan, berarti dia
tidak memiliki tanggung jawab atas hal tersebut.
On the other hand, freedom necessitates the accountability of man
for whatever he does whether good or evil so that he might be
rewarded for his good works and punished for his wrong or evil
works. (Shenouda, 1994:32)
Disisi lain, kebebasan mengharuskan seseorang untuk bertanggung
jawab terhadap sesuatu yang ia lakukan, apakah itu hal baik
ataupun hal buruk, jadi dia pantas mendapat penghargaan terhadap
pekerjaannya dan hukuman terhadap kesalahannya.
Manusia yang bertanggung jawab atas kebebasan yang ia lakukan, maka
pantas mendapat penghargaan, sedangkan jika ia melakukan kesalahan dari
kebebasan yang ia dapatkan, maka ia pantas mendapat hukuman. Karena,
kebebasan adalah sesuatu yang membutuhkan pertanggungjawaban, maka tidak
ada kebebasan yang bersifat mutlak. Selain itu, setiap manusia memiliki
kebebasan dalam melakukan segala hal yang ia inginkan dengan syarat, ia tidak
mengganggu kebebasan orang lain, jadi setiap kebebasan yang dilakukan harus
tetap menghormati kebebasan orang lain. Kebebasan yang dimiliki seseorang
54
hendaknya tidak membuat orang lain merasa khawatir dan takut, begitu pula
tidak membahayakan diri sendiri.
Your own self does not belong to us. It belongs to God who created
it and redeemed it. It belongs also to the community that cared for
you and brought you up and thus you have obligations towards it.
(Shenouda, 1994:33)
Dirimu bukanlah milikmu sendiri. Dirimu adalah milik Tuhan yang
menciptakannya dan menyelamatkan. Dirimu juga milik dari
kumpulan yang memperdulikanmu dan membawamu dan dengan
demikian kamu wajib menghormatinya.
Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas
dan mutlak, karena diri manusia itu sendiri bukanlah miliknya pribadi,
melainkan milik penciptanya, yaitu Tuhan. Selain itu, manusia harus
menghormati orang-orang disekitarnya yang telah perdulikan. Kebebasan yang
tidak mutlak dan memiliki batas tersebut, adalah untuk kebaikan diri sendiri,
orang lain, dan juga agar menjaga manusia dekat dengan Tuhan. Kebebasan
yang nyata adalah kebebasan dari kesalahan dan dosa, yaitu kebebasan dari
kebiasaan buruk, perasaan jelek di hati, dan pikiran-pikiran yang menyimpang.
Maka, manusia yang mampu bebas dari dosa di dalam dirinya, dapat
menggunakan kebebasan tersebut dengan tepat. Beberapa orang mampu
memperoleh kebebasan yang nyata, yaitu orang-orang yang mampu
mengendalikan dirinya. Salah satu cara manusia untuk mengendalikan diri
untuk mendapat sebuah kebebasan adalah dengan “puasa” dan cara-cara lain
dalam menjaga diri.
55
spiritual exercises to control his body through fasting and vigil and
to control it regarding lusts so that he may not plunge into diversion
and sensual delight and lose his spirituality. (Shenouda, 1994:36)
latihan rohani untuk mengendalikan tubuh antarlain melalui puasa,
menjaga diri, dan mengendalikan yang berkenaan dengan nafsu,
sehingga ia tidak akan terjun di dalam hiburan dan nafsu
kesenangan dan kehilangan kerohaniannya.
Paus Shenouda III juga memberi pesan agar menggunakan kebebasan yang
dimiliki untuk berbuat kebaikan, yang berguna untuk dirinya sendiri dan untuk
orang lain. Tapi, satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa segala sesuatu
harus diawali dari diri sendiri, kemudian kepada orang lain. Dalam konteks ini
adalah kebebasan yang mampu memberikan manfaat dan berupa kebaikan.
My advice to you is, use your freedom for your own benefit and for
the benefit of others. Free yourself within first before you practice
your external freedom.(Shenouda, 1994:35)
Pesanku untuk kalian adalah, gunakan kebebasanmu untuk
kebaikan bagi dirimu sendiri dan kebaikan bagi yang lain.
Bebaskan dirimu di dalam dahulu sebelum kalian menggunakan
kebebasan itu keluar (kepada yang lain).
Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk
menjadi bebas berdasarkan Kitab Ulangan, pasal 30 ayat 15, 19, 20. Kemudian
dijelaskan kembali bahwa kebebasan adalah sesuatu yang harus dipertanggung-
jawabkan, sedangkan manusia yang tidak mendapat kebebasan berarti ia tidak
memiliki tanggung jawab. Karena kebebasan adalah sesuatu yang harus
dipertanggungjawabkan, maka tidak ada kebebasan yang bersifat mutlak.
Sehingga, sebuah kebebasan harus mampu menghormati dan tidak
mengganggu kebebasan orang lain, karena sesungguhnya diri manusia itu
56
bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Tuhan. Kebebasan yang nyata
adalah keadaan seorang orang manusia yang mampu lepas dari kesalahan dan
dosa yang mampu melukai diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Jadi, pesan
Paus Shenouda III, walaupun manusia memiliki kebebasan untuk melakukan
apapun yang ia mau, tetapi ia harus menggunakan kebebasan yang ia punya
untuk melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
9. Konsep Cinta & Persahabatan
Konsep kesembilan menurut Paus Shenouda III adalah konsep cinta. Dalam
membicarakan tentang konsep ini, beliau mendasarkannya pada kitab Ulangan
pasal 6 ayat 5:
(6:1فتحب الرب إهلاك و من كل قلبك ومن كل نفسك ومن كل قوتك )تث
Fatuchibbur-Rabba ilahaka wa min kulli qalbika wa min kulli
nafsika wa min kulli quwwatika
Kasihilah Tuhanmu, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ul 6:5)
Dasar dari ayat dalam Kitab Perjanjian Lama inilah yang dipakai Paus
Shenouda III dalam menentukan makna cinta. Setiap manusia diwajibkan
mencintai Tuhan dengan hati, dengan jiwa dan dengan kekuatan lebih dari
apapun, jadi cinta terhadap manusia atau sesuatu yang lain, tidak boleh
melebihi cinta terhadap Tuhan. Karena, hati manusia adalah ciptaan Tuhan,
jadi cinta terhadap Tuhan itulah yang dipakai untuk mencintai orang lain.
Our love for everyone and for everything should be through or
within the scope of our love for God. (Shenouda, 1994:71)
57
Cinta kita terhadap orang lain atau sesuatu yang lain haruslah lewat
dalam luasnya cinta kita terhadap Tuhan.
Jika ada cinta melebihi cinta terhadap Tuhan, maka itu adalah cinta yang
salah dan dia tidak layak bagi Tuhan, hal ini didasarkan Paus Shenouda III
dalam Injil Matius pasal 10 ayat 37:
فال يستحقين, من أحب أبنا أو أبنة أكثر مين ثر مين أاب أو أما أك من أحب (51:17فال يستحقين )مت
Man achabba Aban au Umman aktsar minni fala yastahiqquni, wa
man achabbab-nan au ibnatan aktsar minni fala yastahiqquni
Barangsiapa mengasihi bapa dan ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak
layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau
anak perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Mat
10:37)
Dari ayat dalam Injil Matius yang menjadi dasar tersebut, Paus Shenouda III
menjelaskan bahwa cinta terhadap apapun yang melebihi cinta terhadap Tuhan,
maka dia termasuk manusia yang tidak pantas mendapat cinta Tuhan. Tetapi,
cinta antara anak dan orang tua adalah salah satu bentuk cinta yang alami, yaitu
cinta yang memang dicontohkan Tuhan, karena cinta Tuhan juga cinta yang
alami seperti cinta ayah dan anak. Selain cinta yang alami, ada juga cinta yang
diperoleh melalui proses tertentu, seperti cinta terhadap teman, sanak keluarga,
rekan kerja, atau cinta diantara dua orang bertunangan atau suami istri.
Kekuatan cinta itu berkembang secara berangsur-angsur.
It may begin as an acquaintance, then develop into friendship.
Acquaintance is a relation between two or more persons who may
work together or have similar interests, and this may develop into a
friendship. (Shenouda, 1994:73)
58
Ini mungkin berawal dari sebuah perkenalan, kemudian
berkembang menjadi sebuah persahabatan. Perkenalan adalah
sebuah hubungan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama
atau memiliki kesamaan kepentingan, dan ini mungkin akan
berkembang menjadi sebuah persahabatan.
Cinta yang tercipta secara tidak alami inilah yang membuat orang
mendapatkan sebuah hubungan baru yang bisa jadi dimulai dari sebuah
perkenalan, seperti persahabatan atau sebuah pernikahan. Ada juga yang
disebut dengan rasa kagum. Kekaguman berbeda dari rasa cinta, karena rasa
kagum muncul terhadap orang lain yang karena dia melakukan sesuatu, seperti
kekaguman terhadap atlit atau terhadap penulis. Rasa kagum tidak disertai
dengan adanya sebuah hubungan ataupun cinta. Sedangkan cinta adalah
pertemuan diantara dua hati yang memiliki rasa dan emosi yang sama.
Love should be reasonable, wise and spiritual; for there are
different kinds of love that may cause harm. True love should be
chaste; for there is a difference between love and lust. (Shenouda,
1994:73,74)
Cinta seharusnya adalah sesuatu yang beralasan, bijak dan spiritual;
berbeda dengan cinta yang membuat kerusakan. Cinta sejati
seharusnya suci; ada perbedaan antar cinta dan nafsu.
Cinta sejati adalah sesuatu yang suci dan mampu menjaga kemurnian,
sedangkan nafsu hanya mempunyai niat untuk melampiaskannya saja tanpa
adanya cinta. Maka, cinta sejati mendasarkan perasaan tersebut kepada Tuhan.
Cinta sejati juga cinta yang membuat seorang manusia itu mampu menjaga dan
tidak kehilangan spiritualitasnya.
59
Who loves you truly does not rob for himself your love for God nor
decreases its value nor shakes the love of God in your heart.
(Shenouda, 1994:75)
Dia yang mencintaimu dengan murni tidak akan merampas cintamu
kepada Tuhan atau tidak akan mengurangi nilai atau tidak akan
menggoyahkan cintamu terhadap Tuhan di hatimu.
Maka cinta sejati adalah cinta yang membuat seseorang itu bertambah iman
dan cintanya terhadap Tuhan, selain itu cinta sejati adalah cinta yang bersifat
abadi, yaitu cinta yang mampu membawa menuju surga. Selain konsep cinta,
Paus Shenouda III juga membahas tentang konsep persahabatan, cinta dan
persahabatan adalah dua hal yang saling berhubungan, dalam cinta ada
persahabatan dan dalam persahabatan ada cinta, seperti kisah antara Daud dan
Yonatan yang dikisahkan dalam Kitab 2 Samuel pasal 1 ayat 26:
تك يل أعجب من بي يواناثن. كنت حلوا يل جدا. حمقد تضايقت عليك اي أخ (5:56صم 5) حميت النساء
Qad tadhayaqtu ‘alaika ya akhi Yunatsanu. Kunta chulwan li
jiddan. Mahabbatuka li a’jabaka min mahabbatun-Nisa i
Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau
sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada
cinta perempuan. (2 Sam 2:26)
Ayat di atas menjelasakan tentang cinta diantara dua jiwa dalam sebuah
persahabatan yang murni. Dijelaskan Paus Shenouda III, bahwa persahabatan
adalah perasaan ramah antara satu orang dengan orang lain yang membawa
kepada kebaikan.
Friendship is a feeling of amiability which might be between one
man and another, one woman and another, or among the members
of one family or between two families with their members whether
60
men or women. It might be between two sexes within the scope of
spiritual love without any physical feeling. A friend should be true
in friendship. He should be righteous so as to lead his friend to
goodness. (Shenouda, 1994:78)
Persahabatan adalah perasaan ramah yang bisa terjadi anatara
seorang laki-laki dengan yang lain, atau seorang perempuan dengan
yang lain, atau diantara anggota dari sebuah keluarga atau antara
dua keluarga dengan anggota mereka apakah laki-laki atau
perempuan. Hal ini juga bisa terjadi antara dua orang lawan jenis
didalam lingkup cinta spiritual tanpa adanya perasaan secara fisik.
Seorang sahabat seharusnya mengajak kebenaran dalam
persahabatan. Dia harus menjadi adil, sehingga mampu membawa
temannya kepada kebaikan.
Persahabatan yang sejati adalah mereka yang selalu mengajak kepada
kebaikan, sedangkan teman yang mengajak kepada keburukan dan mengajak
untuk melakukan keburukan itu secara terus menerus, maka itu adalah sahabat
yang palsu, maka dalam memilih teman haruslah ia yang mampu mengajak
kepada keadilan dan kebaikan. Selain itu, manusia harus berhati-hati dari cinta
yang salah, yaitu cinta yang membawa kepada dosa.
It is not love to encourage a person to continue in sin. (Shenouda,
1994:81)
Bukanlah sebuah cinta jika ia mendukungmu untuk terus menerus
melakukan dosa.
Cinta yang sejati tidak akan mendukung seorang manusia untuk terus
melakukan dosa, maka setiap manusia harus berhati-hati dalam perasaan cinta
tersebut. Disisi lain, setiap orang juga menganggap jika ia mencintai seseorang,
maka harus membelanya apapun yang orang yang dicintai lakukan, walaupun
dalam perbuatan salah, tetapi yang dibenarkan justru sebaliknya, yaitu
menjaganya agar tidak melakukan kesalahan tersebut.
61
You can lead him to repentance, thus saving him and saving
yourself of being condemned with him. True love is to deliver him
of his faults, or to justify his faults before others. (Shenouda,
1994:82)
Kamu bisa mengajaknya untuk bertaubat, sehingga dapat
menjaganya dan menjagamu dari memberikan hukuman
terhadapnya. Cinta sejati adalah menyampaikan kesalahan-
kesalahan yang ia lakukan, atau membenarkan kesalahan tersebut
sebelum yang lain.
Salah satu bentuk konsep cinta dan persahabatan adalah pidato Paus
Shenouda III dalam pertemuan minoritas yang disponsori oleh PBB di Siprus
tahun 1994 yang menyatakan bahwa kaum Koptik di Mesir bukanlah sebuah
minoritas, tetapi bagian dari Mesir. Pernyataan tersebut didasarkan terhadap
rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa (Attia, 2001:48).
Konsep cinta dan persahabatan menurut Paus Shenouda III, ada dua macam
cinta, yaitu alami seperti yang ada antara anak dan orang tua, dan cinta yang
memerlukan proses belajar seperti cinta terhadap orang lain, teman, dan
hubungan antara suami istri. Cinta dan persahabatan adalah dua hal yang saling
berhubungan, karena sebuah persahabatan dapat terjadi karena cinta.
Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang mengajak kepada kebaikan,
jika persahabatan itu mengajak kepada keburukan dan dosa, selain itu menjadi
pendudukung perbuatan buruk tersebut, maka itu adalah suatu hubungan yang
salah. Jika sampai seorang sahabat melakukan kesalahan dan dosa, maka
hendaknya dia dibimbing agar segera bertaubat dan tidak melakukanya
kembali. Karena cinta dan persahabatan yang salah, dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain, hal ini membawa kepada dosa dan membuat manusia
62
jauh dari Tuhan. Manusia diperbolehkan untuk mencintai orang lain, tetapi
cinta itu tidak beoleh melebihi cinta terhadap Tuhan. Manusia harus
menjadikan cinta terhadapan Tuhan sebagai sesuatu yang utama, dan dengan
cinta dari Tuhan tersebut manusia menaburkan cinta terhadap yang lain.
10. Konsep Lemah Lembut
Konsep kesepuluh menurut Paus Shenouda III yaitu konsep lemah lembut.
Konsep ini didasarkan bahwa lemah lembut adalah salah satu sifat Yesus, hal ini
didasarkan pada perkataan Yesus dalam Injil Matius pasal 11 ayat 29:
(55:51يع القلب, فتجدوا راحة لنفوسكم )مت اضين وييع و متو مين, أل او تعلمو
Wata’allamu minni lianni wadi’un mutawadhi’ul-Qalbi, fatajidu
rahatan linufusikum
Dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat 11:29)
Dari dasar ayat dalam Perjanjian Baru di atas, kemudian Paus Shenouda III
memberi pengertian tentang orang yang lembut, yaitu orang yang
berkepribadian tenang, halus, dan ceria.
He is calm, does not get angry, agitated, or furious, but their voice
is gentle and pleasant. He does not get nervous for he is composed.
(Shenouda, 1994:106)
Dia itu tenang, tidak cepat emosi, gelisah, atau marah, tetapi
suaranya lembut dan menyenangkan. Dia tidak mudah gugup
karena dia tenang.
Orang yang lembut adalah orang yang tenang di luar maupun di dalam
karena kedamaian selalu bersemayam di dalam hatinya, sehingga ia tak mudah
merasa khawatir ataupun gugup. Orang yang memiliki kedamaian hati akan
63
merasa tenang dalam setiap keadaan, dia tidak akan menyerang yang lain,
menyakiti yang lain, tidak pernah berbuat kasar ataupun membalas walaupun ia
disakiti. Orang yang lemah lembut melihat perbuatan Tuhan sebagai contoh,
yaitu menahan nafsu, bersabar terhadap pendosa, dan mereka tak pernah
mengeluh.
He never grumbles either in his relation with God or with people,
but on the contrary, he is always cheerful and smiling. (Shenouda,
1994:107)
Dia tidak pernah mengeluh terhadap hubungannya dengan Tuhan
atau dengan manusia lain, tetapi sebaliknya, dia selalu bahagia dan
tersenyum.
Orang yang tenang adalah orang yang tak pernah mengeluh dengan sesuatu
yang menimpa dirinya, baik ujian dari Tuhan maupun dari orang lain, mereka
akan selalu gembira dan tersenyum dalam menghadapi hidup. Selain itu, salah
satu ciri manusia yang tenang adalah pemalu.
He is known for his bashfulness and even as one of the fathers said,
'He does not look fully at anyone's face'. He does not examine one's
features nor go deep within them to know their hearts. He does not
analyze people and their feelings for his looks are simple. He is shy
and always bashful. (Shenouda, 1994:107,108)
Dia dikenal karena ia seorang pemalu dan seperti apa yang
dikatakan Bapa, ‘Dia tidak melihat wajah orang lain secara penuh’.
Dia tidak menguji sifat orang lain bukan untuk tahu seberapa dalam
mereka mengetahui hatimya. Dia tidak meneliti orang-orang dan
perasaan mereka karena mereka melihat dengan sederhana. Dia
pemalu dan selalu merasa segan.
Selain dikenal sebagai pribadi yang pemalu, orang-orang yang lemah lembut
juga dikenal sebagai pribadi yang mudah dalam mengambil keputusan, karena
ia adalah seorang yang tidak memilki sifat licik, iri dan dengki. Orang yang
64
lembut juga merupakan pribadi yang sederhana, karena mereka bukan orang
yang suka menyembunyikan sesuatu dan mereka bukan pribadi yang rumit.
Dalam mengambil keputusan, mereka selalu membuat keputusan yang jelas,
serta memberikan kenyamanan bagi yang lain karena sifat sederhana, jelas dan
menyenangkan tersebut. Hal-hal yang menyenangkan tersebut yang membuat
orang dengan hati lembut mampu membuat banyak orang suka kepadanya.
Orang yang lembut juga tidak akan kehilangan kelembutannya walaupun ia
mendapat jabatan atau posisi yang tinggi, yang biasanya membuat banyak
orang lupa terhadap hal yang harus ia lakukan.
He does not lose his meekness when he holds a high position or
enjoys some authority. He maintains his meekness whatever high
position he attains. His heart is not elevated by the power of
authority. (Shenouda, 1994:109)
Dia tidak kehilanagan kelembutannya ketika ia memegang posisi
yang tinggi atau sedang menikmati kekuasaan. Dia memelihara
kelembutannya meskipun dia telah mendapatkan posisi yang ia
inginkan. Hatinya tidak menjadi sombong terhadap kekuatan dari
sebuah kekuasaan.
Sehingga, orang yang memiliki pribadi yang lembut, akan selalu menjaga
kelembutan dalam hatinya dimanapun ia berada. Dia tidak akan menjadi
sombong meskipun ia berada pada posisi atau jabatan yang memberikannya
kekuatan dan kekuasaan. Orang yang lembut kadang dihubungkan dengan
orang yang tidak memiliki keberanian dan mereka banyak dicemooh karena hal
tersebut, selain itu mereka terlalu toleran dan sabar. Banyak yang berfikir pula
bahwa orang yang lembut dianggap tak peduli terhadap sesuatu yang buruk dan
tidak akan memberikan hukuman terhadap hal buruk tersebut. Hal itu adalah
65
kelembutan yang salah, sebaliknya kelembutan adalah sesuatu yang dekat
dengan keberanian.
The right concept of meekness recognizes being connected with
manliness, self-respect, courage and gallantry (Shenouda,
1994:110)
Konsep yang benar untuk mengenali kelembutan berhubungan
dengan kejantanan, kepedulian pribadi, keberanian dan
keperkasaan.
Kelembutan tidak sama dengan lemah, maka walaupun memiliki sifat
lembut, maka ia harus tetap memiliki sifat kuat, berani dan peduli terhadap
yang lain. Tetapi, kelembutan merupakan suatu kebaikan, walaupun tetap kuat
dan berani, kelembutan tidak pernah menggunakan kekerasan.
Goodness is the general nature of the meek. However, there is time
in his life for courage and time for gallantry, but without violence
in any case. (Shenouda, 1994:111)
Kebaikan adalah sifat yang umum dari kelembutan. Walaupun, ada
waktu tertentu untuk berani dan waktu untuk perkasa, tetapi tidak
penah menggunakan kekerasan dalam semua kasus.
Paus Shenouda III menjelasakan bahwa konsep lemah lembut diatas adalah
untuk mencontoh sifat sang Juru Selamat, Yesus Kristus yang lemah lembut
dan rendah hati, dan dengan memilki sifat tersebut maka ia akan mendapat
ketenangan dalam hidupnya. Orang yang lemah lembut adalah orang yang
tenang, tidak mudah khawatir, tidak mudah marah, biasanya terlihat pemalu,
dan sangat mudah membuat keputusan yang baik bagi dirinya sendiri dan
orang lain karena tidak bersifat licik dan dengki. Orang yang lemah lembut
sering dicemooh karena kesabaran dan toleransi yang tinggi, dianggap tidak
66
memiliki keberanian, dan dinilai tidak akan melakukan apapun ketika melihat
kejahatan. Hal tersebut adalah salah, sebaliknya, orang dengan sifat lemah
lembut dalam hatinya mereka akan tetap tenang, berani dan peduli. Sesorang
yang lemah lembut tidak akan kehilangan sifat tersebuat walaupun ia berada
dalam posisi atau jabatan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, sifat lemah
lembut dalam dirinya akan terus ada dimanapun ia berada. Dan sifat dasar dari
lemah lembut adalah mereka memilki kebaikan, dan walaupun tetap memilki
keberanian dan keperkasaan, mereka tidak akan menggunakan kekerasan
dalam hal apapun.
Sepuluh pemikiran humanisme tentang konsep hidup untuk mencapai hidup
yang damai menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concepts” atau
Sepuluh Konsep merupakan materi yang diajarkan dalam Sekolah Minggu.
Menurut kamus bahasa Inggris Oxford (dalam Pickels, 2014:18) kata
humanism dapat bermakna: (1) keyakinan manusia terhadap Kristus; (2)
karakter atau kualitas menjadi seorang manusia; (3) suatu sistem atas
pemikiran dan tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara
umum; agama kemanusiaan; (4) hasrat tentang studi kebudayaan manusia,
budaya tulisan, secara sistem kaum humanis, studi tentang bangsa Roma dan
Yunani yang juga hadir di masa Renaisans.
Jika dihubungkan dengan makna pertama dari kata humanism dalam kamus
bahasa Inggris Oxford, maka sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III ini
sangat sesuai, karena sepuluh konsep ini bersifat religius dan didasarkan pada
Alkitab (Bible) yang merupakan dasar seorang manusia untuk beriman kepada
67
Kristus. Begitu pula pada makna kedua bahwa humanisme adalah “karakter
atau kualitas menjadi seorang manusia”, dalam hal ini sepuluh konsep hidup
menurut Paus Shenouda III mengajarkan kepada manusia untuk menjadi
pribadi yang berkarakter dan berkualitas sesuai dengan tolak ukur iman dan
agama berdasarkan Tuhan. Terakhir pada makna ketiga menurut kamus Oxford
yang mengatakan bahwa humanisme adalah “suatu sistem atas pemikiran dan
tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara umum; agama
kemanusiaan”, dalam konsep menurut Paus Shenouda III selalu menekankan
kepada manusia untuk mendapatkan hidup yang damai, hidup damai dan
tenang merupakan minat seseorang atau umat manusia secara umum.
Secara fundamental, humanisme religius merupakan hal penting dan utama
dari semua keyakinan moral yang kokoh. Dalam perspektif Filsafat Agama
nilai-nilai humanitas merupakan keyakinan bahkan tuntutan moral yang secara
langsung mengisyaratkan sikap etis yang implementatif dan konsisten dalam
kehidupan. Inti dari kesadaran religius dalam dimensi etis merupakan
kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap manusia harus dihormati sebagai
manusia seutuhnya, bukan karena dia itu bijaksana atau bodoh, baik atau jelek,
dan tanpa memandang agama atau suku, komunitasnya, serta apakah laki-laki
atau perempuan. Dengan kata lain, manusia tidaklah diarahkan untuk
menghargai seseorang atas identitas, kepercayaan, idealisme, dan hal-hal yang
menjadi kekhawatiran dan kebutuhannya. Menurut Franzs Magnis Suseno
(dalam Amin, 2013: 74), tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dari aspek nilai humanitas, karena sama-sama manusia, dan ini menjadi dasar
68
bahwa suatu penghargaan tidak tergantung pada kualitas atau kemampuan
seseorang, namun hanya didasarkan atas kenyataan bahwa orang tersebut
adalah manusia.
Atas dasar ini humanisme sebenarnya sangat membenci kekerasan dan
ketidakadilan dan tidak ada alasan untuk membenarkan tindakan kejam
terhadap orang lain dan sama sekali tidak manusiawi. Dengan kata lain,
berpijak pada ketentuan agama tentang nilai humanis spritualis, yang
implementasinya adalah perilaku etis, manusia dituntut untuk bersikap empati
dan sensitif terhadap kesulitan orang lain serta mencurahkan kasih sayang yang
melampaui garis-garis primordial ataupun sekat-sekat sosial lainnya. Sebagai
bagian dari prilaku etis religius, humanisme menolak ketidak-ladilan, karena
perlakuan tidak adil tidak pernah bisa dibenarkan. Sikap ini juga berlaku bagi
orang-orang asing di luar komunitas kita, bahkan terhadap musuh-musuh.
Perilaku etis selalu mencitrakan keseimbangan (fairness) dan cinta keadilan
(Amin, 2013: 74-75).
Menurut Musa Asy’ari (dalam Amin, 2013:76) adapun anggapan
humanistik yang mensejajarkan rasio manusia dengan rasio Tuhan jelas sangat
kontras dengan makrifat dan ketaatan beragama. Hal ini dapat dilihat pada
landasan konseptual yang dikembangkan dalam ajaran human-isme religius
berikut ini:
1. Humanisme tidak bertentangan dengan agama
2. Pembelaan nilai dan kebebasan manusia tidak berbenturan dengan agama.
69
3. Berdasarkan ajaran agama, manusia juga memiliki daya kreativitas yang
tiada bandingannya.
4. Kitab suci Ilahi bukan hanya menjamin kebahagiaan manusia dunia dan
akhirat.
5. Menurut agama-agama Ilahi, keyakinan kepada nilai perbuatan manusia
adalah amal perbuatan dan pahalanya di akhirat.
6. Akal yang dikemukakan dalam Yunani kuno tak lain adalah kalimat
Allah dalam Agama Kristen.
Dari sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III dapat ditarik kesimpulan
bahwa, pertama, manusia diberikan “kekuatan” oleh Tuhan untuk dapat
melakukan apapun yang ia mau, tetapi karena kekuatan bersumber dari Tuhan,
maka manusia harus menggunakan kekuatan itu untuk “kebaikan dan
keadilan”. Kebaikan dan keadilan adalah perbuatan yang dikehendaki Tuhan,
sehingga manusia perlu tahu perbuatan yang benar dan adil tersebut, sehingga
manusia perlu belajar melalui “ilmu pengetahuan”. Banyak sekali macam ilmu
pengetahuan di dunia ini, maka manusia harus pandai dalam memilihnya, yaitu
ilmu dari Tuhan yang mampu menyelamatkannya, bukan ilmu yang
mengajarkan keburukan yang berasal dari setan.
Ilmu pengetahuan mampu memberikan pelajaran bagi manusia untuk
membedakan antara hal baik dan hal buruk, sehingga manusia dapat terlepas
dari “dosa” yang disebabkan oleh hal buruk. Dosa adalah hal yang harus
dihindari karena mampu membuat manusia jatuh dalam “kesesatan”. Sehingga
ilmu pengetahuan dapat berguna untuk menghindarkan manusia dari hal dosa
70
dan kesesatan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga mampu membuat manusia
memiliki “ambisi”, baik itu ambisi duniawi yang bisa jadi mengantarkan
manusia kepada dosa dan kesesatan. Ada juga ambisi spiritual, yaitu ambisi
atas dasar cinta kepada Tuhan dan berharap sepenuhnya kepada Tuhan,
sehingga mengantarkan manusia kepada cinta kasih Tuhan. Manusia yang
berambisi terlalu tinggi dalam hidupnya, ia akan merasa lelah, sehingga ia
membutuhkan istirahat. Istirahat bagi manusia tidak perlu menunggu meadaan
lelah. Karena “istirahat dan lelah” adalah kodrat dari Tuhan untuk manusia,
sehingga istirahat setelah merasa lelah dari suatu pekerjaan bukanlah hal yang
berdosa.
Selain berambisi terhadap sesuatu, kadang manusia juga berharap mendapat
“kebebasan”, tetapi manusia harus tahu bahwa kebebasan yang diberikan
Tuhan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kebebasan yang sebenarnya adalah
jika manusia dapat terbebas dari dosa dan kesalahan. Walaupun manusia
terkadang menginginkan kebebasan, tetapi ia tidak dapat melakukan segala
sesuatu secara sendiri, maka ia membutuhkan sahabat atau orang lain
disekitarnya. Sebuah hubungan persahabatan dapat muncul melalui pertemuan
yang sering, kesamaan hobby, atau lingkungan yang kemudian memunculkan
rasa cinta. Sehingga “cinta dan persahabatan” adalah dua aspek yang
dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Dengan cinta yang sejati atau
persahabatan yang mengajak kepada kebaikan, maka manusia akan memiliki
sifat “lemah lembut”. Manusia yang lembut adalah manusia yang tenang dan
hatinya dipenuhi cinta.
71
Dari paparan diatas tentang konsep hidup manusia menurut Paus Shenouda
III, maka pemikiran Paus Shenouda III ini adalah pemikiran humanisme yang
bersifat religius dengan Alkitab (Bible) sebagai dasar.
C. Pengaruh Pemikiran Paus Shenouda III di Mesir
Mesir adalah negara yang terletak diantara 24 - 36,55 Bujur Timur dan 22 -
31 Lintang utara. Mesir berbatasan dengan Libia di sebelah barat dan Sudan di sebelah
selatan, Laut Merah di sebelah Timur dan Laut Tengah di sebelah timur, selain itu
Mesir berbatasan langsung dengan wilayah israel di sebelah timur laut, dari Ras Taba
di Teluk Aqaba sampai Rafah. Luas seluruh Mesir termasuk padang pasir dan lautnya
adalah 1.002.000 km² dan dari luas tersebut hanya 35.189 km² atau 3,6 % daerah yang
ditinggali manusia. Jadi 96,4% wilayah Mesir tidak dihuni manusia, yaitu Gurun Barat
(680.000 km²), Sinai (60,714 km²), Gurun Timur (223.000 km²), dan Delta (30.000
km²). Lembah Nil adalah daerah yang banyak dihuni manusia. Mereka tinggal di
sekitar Sungai Nil atau salah satu anak sungainya (Sihbudi, 1992:85).
1. Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan Mesir
Berdasarkan letak tempat tinggal, masyarakat Mesir dapat digolongkan ke
dalam dua macam. Pertama, masyarakat Mesir Atas. Mereka adalah yang tinggal di
daerah sebelah selatan Kairo sampai hulu sungai Nil. Kebanyakan masyarakat Mesir
Atas masih terisolasi dengan dunia luar dan masih tradisional. Kedua, masyarakat
Mesir Bawah. Mereka adalah yang tinggal di Kairo sampai hilir Nil. Masyarakat
Mesir Bawah sudah mengadakan hubungan dengan dunia luar. Dua kota
metropolitan ada di sana, yaitu Kairo dan Alexandria. Lebih dari seratus tahun yang
72
lalu, mereka sudah bisa mengatur irigasi, kemudian membuat bendungan dan
terusan untuk mengendalikan naik turunnya air Sungai Nil. Dengan demikian,
masyarakat Mesir Bawah sudah belajar lebih dahulu bagaimana cara mengatur
lingkungan alam yang merupakan salah satu kunci modernisasi (Sihbudi, 1992: 85)
Pada tahun 1908, Boutros Gali, Perdana Menteri Mesir saat itu adalah seorang
Koptik. Pada 1911, Saad Zaghul, pemimpin Partai Wafd, yaitu partai politik
nasionalis di Mesir, mengajak tiga orang Koptik untuk bergabung. Mereka adalah
Sinut Hanna, George Khayyat dan Wasif Gali yang merupakan anak Perdana
Menteri Boutros Gali (terbunuh pada 1910) (Leveugle, tt:17).
Dalam pasal 2 Undang-undang Dasar Mesir disebutkan bahwa syariat Islam
merupakan sumber dasar hukum di Mesir. Kendati ada legitimasi dari Pasal 2
tersebut, syariat Islam juga menjadi sumber kontroversi. Suara-suara dari komunitas
Kristen Ortodoks Koptik, yang mencapai 12 persen dari total penduduk Mesir,
menggugat apa yang mereka anggap sebagai diskriminasi terhadap minoritas non-
Muslim yang tersirat dalam pasal ini. Para aktivis HAM sekular dan pro-demokrasi
juga mengungkapkan pandangan serupa, dengan mengatakan bahwa penerapan
hukum Islam tidak selaras dengan demokrasi, yang menurut mereka hanya bisa
terwujud di sebuah negara sekular (commongroundnews.org diakses 15 April 2016).
Ketika Mubarak memerintah, dia sempat mengubah konstitusi dengan
melarang mendirikan sebuah partai yang berlandaskan agama, termasuk Islam. Hal
ini dilakukan demi mencegah hal yang pernah terjadi dimasa-masa awal modern
Mesir karena pada saat itu kekuatan Islam sangat mendominasi. Selain itu, dia juga
73
tidak ingin ada pihak radikal Mesir masuk kedalam pemerintahan Mesir. Pada
masa pemerintahan Mubarak, pemeluk agama Kristen diizinkan untuk menjadi
anggota penuh komunitas sosial dan politik yang ada di Mesir (Esposito dalam
Amalia, 2012:41)
Senada dengan Mubarak, Paus Shenouda III juga menyatakan tidak akan
membuat Partai Koptik, beliau menyarankan untuk pengikut Koptik bergabung
dengan partai politik yang sudah ada (Attia, 2001:49).
Pada tahun 1929 dan 1942, partai Wafd sukses dalam tujuh kali pemilihan
umum dan penganut Koptik bergabung di dalamnya. Kemudian pada tahun 1952-
1971, kesejahteraan dan partisipasi penganut Koptik meningkat dan memberikan
kursi di parlemen. Pada 1971-1990, kesejahteraan dan strata sosial penganut
koptik meningkat, tetapi partisipasi politik menurun. Hanya 5 wakil dari penganut
Koptik yang diangkat di parlemen (Ibrahim, 1996: 23-24).
Di sektor agama, Mesir dapat dikatakan merupakan negara Islam, karena
mayoritas penduduknya bergama Islam. Di Mesir, agama (Islam) memilki peranan
besar dalam kehidupan rakyatnya. Secara tak resmi, adzan dikumandangkan lima
kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan. Kairo juga dikenal dengan menara
masjid dan gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus
sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui madzhab Hanafi lewat Kementrian
Agama. Imam di latih di sekolah keahlian dan Universitas Al-Azhar, yang memiliki
komite untuk memberikan fatwa dalam masalah agama. Dari 90 % penduduk Mesir
yang memeluk Islam, Islam mayoritas adalah Sunni, dan sebagian juga menganut
74
ajaran sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen; 78%
dalam denominasi Koptik (Koptik Orthodok, Katolik Koptik, dan Protestan Koptik)
(Agastya, 2013:48).
Walaupun Muslim menjadi mayoritas dan penganut Kristen Koptik adalah
minoritas, tapi kedudukan Syeikh Agung Al-Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir
menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir,
yakni setara dengan Perdana Menteri (antaranews.com diakses 6 April 2016).
2. Toleransi Antar Umat Beragama di Mesir
Kata toleran berasal dari kata Latin, tolerare. Kata kerja tolerare mempunyai
tiga arti pokok, yakni: (1) membawa, memegang; (2) menanggung, menyebarkan,
menahan, membetahkan, membiarkan; dan (3) memelihara (dengan susah payah),
mempertahankan supaya hidup, dan menghidupi. Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia, kata toleransi memiliki arti: (1) sifat atau sikap toleran dua kelompok
yang berbeda kebudayaannya; (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan; dan (3) penyimpangan yang masih diterima dalam
ukuran kerja (Nugrohadi, 2013:67). Maka dapat disimpulkan jika toleransi adalah
sikap saling menerima.
Pada tahun 1994 dalam sebuah konfrensi tentang minoritas di Siprus yang
disponsori oleh PBB, beliau menegaskan bahwa Koptik adalah Mesir, dan bukan
sebuah sekte di Mesir. Paus Shenouda III juga menambahkan bahwa Koptik
bukanlah minoritas dan tidak ada perbedaan dengan kaum lainya. Paus Shenouda
75
III juga menolak identitas minoritas digunakan untuk mencari bantuan dari luar
negeri dan sebuah tuntutan politik (Attia, 2001:48)
Toleransi di Mesir sudah terbukti sejak lama, yaitu ketika pasukan muslim
menaklukkan kota Iskandariah yang merupakan ibu kota Mesir kala itu. Ibu kota
negeri itu dipindahkan ke kota baru yang bernama Fustat yang dibangun oleh
‘Amr bin Ash pada tahun 20 H. Masjid ‘Amr masih berdiri tegak di pinggiran kota
Kairo hingga kini sebagai saksi sejarah yang tidak dapat dihilangkan (Amin,
2009:101)
Selain kehidupan toleransi di Mesir, terdapat seorang tokoh yang terkenal
dengan rasa toleran dan sikap yang humanis pada masa perang salib, dia adalah
Shalahuddin Al-Ayyubi (1187-1197 M). Karakteristik sifat yang dimiliki oleh
Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi dari sekian perang yang dilaluinya adalah, beliau
memiliki sikat kemanusiaan yang luar biasa manusiawi tanpa membedakan asal,
keturunan, dan agam yang dipeluk oleh orang yang meminta bantuannya seta
terhadap para musuh dan tawanan perangnya. Hal ini terlihat saat beliau memasuki
Baitul Maqdis setelah perang Salib selesai, beiau tidak memberikan hukuman
kepada orang-orang musyrikin, tetapi memberikan amnesti. Beliau juga
memberikan amnesti dari para istri di Baitul Maqdis yang menjadi tawanan perang
karena para istri menyampaikan keluh kesahnya kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sifat manusiawi Shalahuddin Al-Ayyubi juga ditunjukkan pada Raja Eropa (Raja
Richard) yang sedang sakit. Beliau mengutus orang yang pandai mengobatinya.
Beliau juga mengirim makanan untuk istri dan anak-anak raja tersebut.(Ash-
76
Shayim dalam Apriani 2013: 6-7). Selain itu, Shalahuddin Al-Ayyubi juga
memiliki karakter mulia, antara lain: tekun beribadah, adil dan penyayan,
pemberani dan penyabar, penuh pengertian dan pemaaf, toleransi, cinta syair dan
sastra serta zuhud dan dermawan (Ulwan dalam Apriani 2013:7)
Saad Eddin Ibrahim (dalam Misrawi, 2012:212) menggambarkan betapa
sejarah masuknya Islam ke Mesir menggambarkan toleransi yang dinamis antara
kalangan Muslim dan Kristen. Bahkan, toleransi tersebut diabadikan hingga
sekarang ini. Tidak jauh dari Masjid ‘Amr bin al-‘Ash yang merupakan simbol
jejak awal Islam di Mesir, terdapat Gereja St. Georges yang merupakan detak nadi
Kristen Koptik di Mesir. Umar bin Khattab berpesan kepada ‘Amr bin al-‘Ash
agar tentara muslim tidak mengganggu penganut Kristen Koptik yang berada di
kawasan Mesir Kuno. Hingga saat ini, tempat tersebut dijadikan lapak historis
yang menarik para wisatawan asing dalam rangka melihat bangunan toleransi
Muslim-Kristen di Mesir.
Dikatakan Hasibullah Satrawi (dalam kompas.com diakses 6 April 2016).
Selama ini Mesir dikenal dengan kerukunan antarumat beragama yang bisa
menjadi model kerukunan bagi negara-negara lain. Sebuah kerukunan yang tak
hanya berlangsung indah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sana, juga di
kalangan elite dan pemuka agama. Pada saat ucapan selamat Natal di republik ini
diharamkan, contohnya, para ulama terkemuka Al-Azhar (seperti almarhum Grand
Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi) justru turut merayakan hari raya
keagamaan umat Kristen (Koptik) di sana. Sebaliknya, para pemuka Koptik juga
77
merayakan hari raya keagamaan yang dilakukan umat Islam. Panorama toleransi
yang dibintangi para pemuka agama itu senantiasa dipublikasikan secara luas oleh
media di Mesir, baik cetak maupun elektronik. Dalam buku berjudul Qabulul
Akhar, Milad Hana—seorang pemikir Koptik—mengatakan, ”Islam di Mesir
berwajah Suni, berdarah Syiah, berhati Koptik, dan bertulang peradaban Firaun.”
Ungkapan yang lebih kurang sama juga pernah disampaikan tokoh Koptik lain,
Baba Syanudah. Ia mengatakan, ”Kami (bangsa Mesir) tidak hidup di negara
Mesir. Mesir-lah yang hidup dalam diri kami.”
Seperti yang diberitakan kompas.com (diakses 6 April 2016) Bicara soal
sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah
panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak
bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga
peradaban Kristen dan Islam. Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di
kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng
Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun
ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi
orang-orang yang melintas di Sungai Nil. Kini benteng itu berada di kompleks
Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja
Gantung, gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan
dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur. Disebut Gereja Gantung
karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut. Tak jauh
dari kompleks tersebut terdapat Masjid Amr ibn al-As, masjid tertua di Mesir yang
78
dibangun pada sekitar tahun 642. Masjid itu dibangun oleh Amr ibn al-As (juga
disebut Amru bin Ash), sahabat Nabi Muhammad SAW yang menaklukkan Mesir
pada 640 (kompas.com diakses 6 April 2016).
Di Mesir dikenal falsafah “Qabul al-Akhar” (menerima yang lain). Falsafat
berpijak pada prinsip kesadaran dan keterbukaan agar setiap kelompok dapat
menerima kehadiran kelompok lain. Menurut Milad Hanna (dalam Misrawi,
2012:210-211), Al-A’midah al-Sab’ah fi al-Syakhsyiyyah al-Mishriyyah, bahwa
Mesir adalah negara dengan tujuh pilar penting, yaitu Fir’aun, Kristen Koptik,
Islam, Arab, Afrika, Asia, dan China. Keanekaragaman pilar tersebut tidak akan
kuat jika tidak dibangun di atas persamaan pikiran tentang pentingnya nilai-nilai
kemanusiaan. Di satu sisi afiliasi setiap orang kepada suku, agama, dan
kebudayaan harus senantiasa dilestarikan, tetapi hal tersebut harus membangun
solidaritas kebangsaan dan kemanusiaan.
Dikutip dari boemi-islam.net (6 April 2016) yang memberitakan tentang
Delegasi Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS (USCIRF) yang
mengunjungi Imam besar Al-Azhar Sheikh Mohammad Sayed Tantawi. Ditanya
tentang sikap toleransi masyarakat di Mesir, Sheikh Tantawi menuturkan,
sepanjang sejarah kehidupan rakyat Mesir, mereka dikenal berpikiran terbuka dan
bisa menerima orang lain. “Tidak ada paksaan agama di dalam Islam. Di Mesir
sini, entah itu Muslim atau Kristen, kami semua bekerjasama secara harmonis dan
saling menghormati agama-agama yang berbeda satu sama lain,” ujar Tantawi
pada Komisi AS. Pertemuan itu juga mempertanyakan peran Al-Azhar dalam
79
menempatkan para imamnya di luar negeri. “Sebelum mengirim para ulama Azhar
ke luar negeri, kami melakukan briefing dengan mereka. Membicarakan tentang
bagaimana berhadapan dengan masyarakat setempat, dan pentingnya menghormati
hukum-hukum mereka,” jelas Tantawi.
Dari Kristen Koptik, Paus Shenouda III sejak tahun 1986 membuktikan rasa
toleransinya dengan selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam
di akhir bulan Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri,
tokoh nasional dan para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang
sesungguhnya (Attia, 2001:48). Dalam hal ini Paus Shenouda III melakukan
konsep cinta dan persahabatan, ia mengundang kaum muslim untuk berbuka puasa
sebagai bukti menghormati kaum lain. Selain itu, kegiatan tersebut juga
mengaplikasikan konsep kebebasan, yaitu dengan menghormati kebebasan kaum
lain dalam melaksanakan kebebasan beragama.
Dalam acara “Cairo Book Fair Conference” pada Februari 1993, Paus
shenouda III menyatakan keprihatinannya terhadap kasus terosrisme, menurutnya
tindakan terorisme tidak hanya mengancam kaum Koptik, tetapi juga akan
mengancam pemerintahan dan akan menghancurkan negara. Selain itu Paus
Shenouda III sangat menentang kekerasan, hal ini diungkapkannya dalam sebuah
wawancara di media:
“People must be aware that the right concept, the good target must
be achieved through good means. Violence is not acceptable. The
danger of fanaticism is linked with violence. Fanaticism itself could
just be thought, but because it is linked with violence it has
dangerous results.”(Attia, 2001:48)
80
Orang-orang harus memperhatikan konsep yang benar, sasaran
yang bagus harus melalui cara yang bagus pula. Kekerasan itu tidak
dapat diterima. Bahaya dari sikap fanatisme adalah berhubungan
dengan kekerasan. Sikap fanatisme terhadap diri sendiri hendaknya
hanya menjadi pikiran saja, tetapi karena hal ini berhubungan
dengan kekerasan, maka hal ini dapat memberikan hasil yang
berbahaya.
Paus Shenouda III menekankan untuk setiap manusia memiliki pemahaman
yang lurus dalam hidupnya. Salah satunya sikap fanatisme yang harusnya hanya
menjadi pemikiran pribadi, tetapi kadang dipaksakan terhadap orang lain dan
menjadi salah satu bentuk kekerasan. Dari pernyataan tersebut, Paus Shenouda III
menerangkan tentang konsep cinta dan persahabatan dan konsep lemah lembut.
Manusia hendaknya mendahulukan sikap cinta terhadap sesama dan berlemah
lembut terhadap sesama untuk menciptakan sebuah perdamaian.
Pada Desember 1994, Paus Shenouda III mengadakan sebuah pertemuan
untuk membahas tentang kegiatan sosial di Kairo, Mesir. Pertemuan itu dilakukan
untuk mempekerjakan para pendeta dan pastor dalam kegiatan sosial, seperti
memberi kepada yang membutuhkan, orang miskin dan kaum papa sebagai bentuk
pelayanan terhadap gereja. Dari pertemuan tersebut Paus Shenouda III
mengangkat Fr. Anastasy El Samuelly untuk menjadi koordinator pelayanan di
Kairo dalam bidang pelayanan terhadap orang sakit, orang papa, orang buta, kaum
jompo, yatim piatu, orang dipenjara, dan orang yang mendapat krisis. Kemudian
pada Maret 1993, Paus Shenouda III mengangkat Fr. Shenouda Yakob sebagai
pelayang kaum bisu dan buta (Attia, 2001:44). Hal tersebut merupakan bentuk dari
pengaplikasian konsep kekuatan, yaitu dengan kekuatan yang diberikan Tuhan
81
digunakan untuk membantu sesama. Selain itu, konsep cinta dan persahabatan
sebagai bentuk cinta kepada sesama dan kaum papa
Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015), bahwa Paus
Shenouda III dan Syeikh Agung dan Pemimpin tertinggi Al-Azhar, Prof Dr
Ahmed Al Tayeb, mengutuk keras agresi militer asing ke Libya yang
mengakibatkan jatuhnya korban warga sipil. "Agresi militer itu sama sekali tidak
bisa diterima karena bukan memecahkan masalah, melainkan malah menimbulkan
persoalan baru dan warga sipil yang menanggung akibatnya," kata Syeikh Tayeb
kepada wartawan di Kairo, Rabu (23/3/2011). Pernyataan senada juga diutarakan
Pemimpin Tertinggi Gereja Koptik Mesir, Baba Shenouda III. "Agresi militer ke
Libya itu tidak beralasan sehingga harus ditentang," katanya. Kedua tokoh
karismatik itu sebelumnya menyerukan Pemerintah Libya pimpinan Moammar
Khadafy dan kelompok proreformasi untuk berdialog guna memecahkan persoalan
di negara itu. Kendati demikian, Syeikh Tayeb dan Baba Shenouda sependapat
bahwa rakyat Libya berhak menuntut rezim Khadafy untuk melakukan reformasi
politik. Dalam hal ini, Paus Shenouda III menunjukan sikap sesuai dengan konsep
cinta dan persahabatan dengan bersama-sama mengecam bentuk kekerasan.
Bentuk kecaman tersebut dilakukan dengan dasar kekuatan yang dimiliki sebagai
tokoh karismatik dari Gereja Orthodok Koptik Mesir.
Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015) bahwa puluhan umat
Kristiani, Minggu (2/1/2011), melakukan misa di Gereja al-Qiddissin di
Alexandria, Mesir. Sebuah bom diledakkan persis di depan gereja tersebut pada
82
Sabtu (1/1/2011) kemarin dan menewaskan 21 orang dan setidaknya 70 orang
menderita luka-luka akibat ledakan bom sesaat setelah misa tahun baru usai itu.
Mayoritas umat mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai tanda berduka. Misa
dipimpin oleh Pastor Maqar. Ketika memimpin misa, Pastor Maqar
mengekspresikan rasa duka citanya dalam hening. "Saya meminta umat Kristiani
untuk berdoa untuk mengurangi rasa duka cita," katanya. Akibat bom tersebut,
beberapa bagian dari gereja tersebut rusak. Dua patung Kristus dan satu patung
Bunda Maria yang Kudus rusak. Kursi-kursi yang biasa digunakan untuk misa pun
rusak. Darah para korban masih dapat dilihat di sekitar lokasi ledakan.
Penyerangan terhadap kelompok Kristiani di Alexandria tersebut dilaporkan
sebagai yang terparah sepanjang satu dekade. Kementerian Dalam Negeri
mengatakan, pengeboman tersebut didukung oleh kelompok asing yang ingin
mengadu domba kelompok Kristiani dan Muslim. Sementara itu, pemerintah
daerah Alexandria menuding jaringan al-Qaeda berada di balik penyerangan ini.
Kegiatan ibadah tersebut sebagai wujud toleransi dan cinta terhadap sahabat dan
sesama yang mendapat musibah. Selain itu, kegiatan ini merupakan wujud
keadilan dengan cara pembelaan terhadap kebenaran, yaitu membela orang-orang
yang terkena musibah karena kekerasan dari pihak lain (teroris). Jadi, hal ini
merupakan wujud cinta sesama dan wujud dari pembelaan terhadap kebenaran.
Dikutip dari antaranews.com (diakses 6 April 2016), pemuka agama baik
Islam maupun Koptik saling memberi ucapan hari raya. Tanggal 7 Januari 2016
merupakan Perayaan Natal bagi umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik Mesir,
83
berbeda dengan umat Katolik dan Protestan yang merayakan Natal pada 25
Desember 2015. Bertalian dengan perayaan Natal tersebut, para pemuka Islam di
Negeri Seribu Menara itu menyampaikan ucapan Selamat Natal kepada pemimpin
tertinggi Gereja Koptik, Baba Tawadrous II dan pengikutnya. Dua hari menjelang
acara puncak misa Koptik, Syeikh Agung Al Azhar Prof Dr Ahmad Al Tayeb
mengunjungi Katedral Gereja Koptik untuk bersilaturrahim dengan Pemimpin
Tertinggi Koptik, Paus Tawadrous II yang oleh rakyat Mesir menyapanya Baba
Tawadrous. "Sesungguhnya ziarah ke Kaderal ini untuk menyampaikan selamat
Natal kepada Baba Tawadrous dan saudara-saudara Koptik," kata Syeikh Agung
yang disiarkan secara luas oleh media massa di Timur Tengah. Ucapan selamat
Natal sedana disampaikan Mufti Nasional Mesir Prof Dr Shawki Allam. "Ucapan
selamat Natal untuk perayaan Kelahiran Isa ‘Alaihis-Salam merupakan perbuatan
baik sebagai penghormatan terhadap lahirnya kebaikan, perdamaian dan cinta,"
ujarnya. Menteri Waqaf Mesir (semacam Menteri Agama di Indonesia) juga
menyampaikan ucapan Natal kepada Baba Tawadrous II dan semua umat Koptik.
Sementara itu, Syeikh Agung Al Azhar beberapa hari sebelum mendatangi
Katedral, terlebih dahulu mengirimkan kawat ucapan Selamat Natal kepada Baba
Tawadrous. Kedudukan Syeikh Agung Al Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir
menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir,
yakni setara dengan Perdana Menteri. "Dengan hati yang tulus saya sampaikan
Selamat Natal kepada Baba Tawadrous, dan harapan terbaik untuk seluruh saudara
Koptik dalam rangka peringatan Natal," tulisnya. Pemimpin tertinggi Al Azhar
tersebut juga menyinggung kedekatan hubungan dan langkah-langkah bersama
84
dalam mendukung rasa persaudaraan dan persatuan. "Upaya memperkuat
persaudaraan ini tentu saja akan mendatangkan kebaikan untuk segenap
masyarakat dan Mesir, negeri yang kita banggakan, yang mengajarkan kepada kita
nilai toleransi, persaudaraan dan persatuan," paparnya. Di sisi lain, acara puncak
perayaan Natal dilangsungkan misa suci di Katedral Abbasea pada Rabu (6/1)
malam. Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi secara mendadak menghadiri acara
puncak pada Rabu malam untuk menyampaikan selamat Natal. "Saya datang
secara khusus untuk menyampaikan Selamat Natal dan memperkuat persaudaraan
dan cinta untuks sama-sama membangun Mesir. Tuhan menciptakan manusia
bersuku bangsa, dan tidak seorang pun yang bisa menyatukan semua orang dalam
satu adat saja," ujar al Sisi dalam sambutannya. Di tengah pidato sambutan, para
peserta misa secara spontak meneriakkan yelyel "Hidup Presiden Sisi, hidup
Sisi...", namun al-Sisi memotong yeyel, dan meneriakkan yeyel, "hidup Mesir,
Hidup Mesir...", yang diikuti hadirin. Katedral Koptik di Distrik Abbasea, pusat
kota Kairo ini, setiap Bulan Ramadhan, sudah menjadi tradisi, mengundang
pemuka Islam setempat untuk buka bersama dan menyediakan shalat maghrib di
dalam gedung gereja itu.
Kegiatan di atas menunjukkan rasa toleransi yang tinggi di Mesir. Hal ini
sesuai dengan konsep cinta dan persahabatan dan juga konsep lemah lembut,
dengan memberi ucapan selamat dan kehadiran pada misa Natal tersebut telah
menunjukkan sikap cinta terhadap sesama dan merupakan bentuk perlakuan yang
lemah lembut terhadap sesama. Selain itu, yang dilakukan oleh Presiden Sisi
85
merupakan bentuk konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan untuk berlaku
kebaikan, selain itu bentuk dari sebuah keadilan.
Dikutip dari commongroudnews.org (diakses 6 April 2016) yang melaporkan
tentang aksi demonstrasi Presiden Morsi Demonstrasi di Mesir yang
menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, dan berbagai dampak politiknya, telah
diliput besar-besaran oleh media. Tetapi berbagai cerita tentang solidaritas
Kristen-Muslim tidak diberitakan secara luas, padahal cerita-cerita itu patut
disebarluaskan. Dalam aksi unjuk rasa itu, orang Kristen membuat pagar betis di
sekitar orang-orang Muslim yang sedang melakukan shalat Jumat untuk
melindungi mereka dari polisi. Dan Senin lalu, orang-orang Muslim membuat
pagar betis di sekitar orang-orang Kristen di Lapangan Tahrir saat mereka
menggelar misa, dan mendampingi mereka berdoa bagi orang-orang yang terluka
atau meninggal dalam aksi protes tersebut.
Warga Mesir dalam hal ini telah mengaplikasikan konsep kekuatan, kebenaran
dan keadilan, ambisi, cinta dan persahabatan, dan kebebasan. Warga Mesir saling
bersatu dengan kekuatan mereka untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.
Dengan ambisi untuk sebuah kebenaran dan keadilan, warga Mesir saling bersatu
dan saling menunjukan solidaritas yang merupakan wujud persahabatan.
Bergantian dalam beribadah adalah sebuah bentuk dari saling menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain.
Di Mesir, ribuan umat Muslim menghadiri misa Natal Koptik pada awal
Januari bersama warga Kristen, untuk menunjukkan solidaritas mereka dan
86
bertindak selaku perisai manusia, setelah terjadi serangan bom bunuh diri saat
kebaktian malam tahun baru di luar gereja Koptik al-Qiddisin di Alexandria yang
menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 70 lainya. Meski setiap orang punya
peran penting, para pemimpin agama harus mengambil peran aktif dalam
mendorong koeksistensi di antara berbagai komunitas agama dan mengutuk
kekerasan bermotif agama. Pemimpin agama di Timur Tengah harus lebih terlibat
dalam membasmi ketidakadilan dan membantu proses pemulihan. Sebuah contoh
bagus adalah pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh Universitas Al-Azhar
Kairo yang mencela kekerasan terhadap orang Kristen Koptik di Mesir, bahwa,
“Ini adalah tindak kejahatan yang tidak pernah dibenarkan oleh agama apa
pun” (commongroudnews.org diakses 6 April 2016).
Dari kegiatan yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa warga
Mesir menggunakan konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki
untuk berbuat kebaikan, yaitu melindungi orang lain. Selain itu, warga Mesir
tersebut mengaplikasikan konsep cinta dan persahabatan, yaitu saling melindungi
saudara dan sahabat sebagai bukti saling mencintai dan saling memiliki sebagai
bangsa Mesir.
Seperti yang diungkapkan Zuhairi Misrawi dalam jurnal berjudul “Kesadaran
Multikultural Dan Deradikalisasi Pendidikan Islam: Pengalaman Bhinneka
Tunggal Ika Dan Qabul Al-akhar”. Maka dari itu, dalam rangka membangun
falsafah “Qabul al-Akhar” diperlukan keterbukaan sejak dini terhadap perbedaan
dan keanekaragaman. Sejak lahir, setiap manusia sudah dihadapkan pada realitas
87
keanekaragaman. Hal tersebut harus membangun kesadaran yang terus tumbuh,
terutama dalam ruang publik yang lebih luas. Interaksi dan akulturasi antara satu
agama dengan agama yang lain akan semakin melapangkan jalan bagi tumbuhnya
multikulturalisme.
Presiden Hosni Mubarak relatif berhasil menanamkan nasionalisme dan
menindak tegas kelompok ekstremis yang mengancam keamanan dan kedamaian.
Di samping itu, Al-Azhar sebagai institusi keagamaan yang mempunyai reputasi
dan basis kultural yang kuat kerapkali menyuarakan dialog antar-agama. Para
tokoh lintas agama melakukan silaturahmi secara rutin dalam rangka
meningkatkan harmoni dan toleransi di antara mereka. Tidak hanya itu, Al-Azhar
mendirikan desk khusus yang secara khusus membangun dialog dengan Vatikan
sebagai komitmen dialog antar-iman. Sebagai institusi keagamaan, Al-Azhar
merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai konsern terhadap toleransi dan
multikulturalisme dalam intra-agama. Dalam fikih, Al-Azhar menganut fikih
empat mazhab dalam Sunni (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali), serta dua
mazhab dalam Syi’ah (Zaydiyyah dan Ja’fariyyah). Bahkan, dalam rangka
membangun harmoni dengan kalangan Syi’ah, Al-Azhar telah membangun
lembaga khusus yang bertujuan mempererat hubungan antara Sunni dan Syiah.
Maka dari itu, sebagai ekspresi dari falsafah “Qabul al-Akhar”, Al-Azhar dan para
tokoh agama telah memprakarsai sebuah pertemuan khusus dalam rangka
mengantisipasi meluasnya dampak-dampak negatif dari konflik yang bernuansa
SARA. Para tokoh agama juga mendorong dibentuknya undang-undang yang
88
menjamin kebebasan beribadah. Al-Azhar melalui organisasi Forum Keluarga
(Bayt al-‘Ailah), yang diikuti oleh agama-agama di Mesir meminta agar kehidupan
toleran selalu dijaga, sebagai karakter yang menonjol dalam sejarah Mesir
(Misrawi, 2012: 212).
Latar historis tersebut, tercermin bagi penganut Muslim-Kristen yang
kerapkali saling bahu-membahu dalam menjaga kerukunan di Mesir. Setiap
muncul konflik sektarian, mereka turun ke jalan bersama-sama dalam rangka
menegaskan kepada publik tentang perlunya kebersamaan. Di saat muncul
pengrusakan gereja, kalangan Muslim dan Kristen mengutuk aksi kelompok
ekstremis. Bahkan, pasca Tragedi Maspero, kalangan Muslim dan Kristen
berdemonstrasi membentangkan spanduk, al-kanisah zay jami’, gereja ibarat
masjid. Spanduk tersebut menegaskan cara pandang warga Mesir yang positif
terhadap tempat ibadah, baik gereja maupun masjid. Ketika kalangan Kristen
Koptik menyatakan akan berpuasa selama tiga hari pasca-Tragedi Maspero,
kalangan muslim pun menegaskan akan berpuasa sebagai rasa simpati dan empati.
Hakikatnya, mayoritas muslim di Mesir dapat menerima keberadaan gereja,
dan hanya sebagian kecil yang menolaknya, terutama kalangan ekstremis. Bahkan
di sejumlah daerah, masjid dan gereja dapat berdampingan secara damai. Setiap
umat terhadap dalam doa. Hakikatnya, “Qabul al-Akhar” bukan hanya sebagai
slogan, melainkan sebagai laku keberagamaan yang memberikan jalan bagi
kelompok minoritas agar mendapatkan kebebasan dalam melaksanakan ibadah
(Misrawi, 2012: 212).
89
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tentang kehidupan di Mesir yang
multikultur. Mayoritas penduduk Mesir beragama Islam, dan minoritas adalah
Kristen dari dominasi Koptik sekitar 10 %. Di Mesir, simbol kerukunan beragama
sudah ada sejak Khalifah Umar bin Khatab berhasil menaklukan Mesir melalui
pasukan yang dipimpin Amr bin Ash. Masjid Amru bin Ash didirikan dekat
dengan Gereja Gantung atau Gereja Muallaqah dan Sinagog Ben Ezra. Selain itu,
tokoh agama baik Muslim dan Kristen saling bergotong royong dalam
menciptakan perdamaian dan toleransi. Tokoh agama di Mesir mencontohkan
untuk saling mengucap selamat ketika hari raya. Tokoh Muslim diwakili oleh
ulama-ulama Al-Azhar dan tokoh minoritas Kristen koptik diwakili Paus Gereja
Orthodoks Koptik Mesir. Prinsip “Qabul al-Akhar” menjadi dasar dalam
menciptakan kerukunan dalam kehidupan yang multikultur di Mesir. Warga Mesir
memiliki rasa saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Sesuai dengan
bukti-bukti yang ada, warga Mesir telah mengaplikasikan konsep yang dijelaskan
oleh Paus Shenouda III, yaitu mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki
dengan cara yang benar dan adil berdasarkan rasa cinta dan persahabatan serta rasa
saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Toleransi juga menjadi salah
satu bentuk pengaplikasian konsep ilmu pengetahuan, yaitu dengan memiliki ilmu
pengetahuan yang benar, manusia dapat tercegah dari dosa dan kesesatan, salah
satunya adalah kekerasan atau merusak kedamaian sebagai bentuk sikap anti-
toleransi. Ilmu pengetahuan yang benar juga mampu mencegah manusia dari
ambisi buruk untuk berkuasa dan merampas hak orang lain. Sikap toleran, halus,
tenang dan cinta damai adalah salah satu bentuk dari sifat lemah lembut yang
90
harus dimiliki manusia untuk menciptakan kedamaian bagi dirinya dan orang lain
disekitarnya.
D. Aplikasi Konsep Cinta dan Persahabatan
Berdasarkan sepuluh konsep hidup dari pemikiran humanisme Paus Shenouda
III, dapat diambil kesimpulan bahwa “Konsep Cinta dan Persahabatan” adalah
konsep yang paling banyak berpengaruh dalam toleransi antar umat beragama di
Mesir. Dalam sebuah pertemuan tentang minoritas di Siprus yang disponsori oleh
PBB tahun 1994, Paus Shenouda III berpidato dengan memberikan pernyatan
bahwa ia dan penganut Koptik bukanlah minoritas melainkan satu bangsa bernama
Mesir.
“We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do not
accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the
political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt – of
the same nation.” (Attia, 2001:48)
Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang
Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi semacam
tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami adalah Mesir,
bagian dari Mesir – bangsa yang sama.
Pernyataan Paus Shenouda III tersebut sebagai penolakan terhadap istilah
minoritas, ia menganggap bahwa persatuan sebagai suatu bangsa harus
didahulukan dibandingkan perbedaan. Selain itu, Paus Shenouda III juga
menyatakan tidak akan mendirikan partai berhaluan Koptik karena ia tidak ingin
memecah belah bangsa Mesir atas dasar agama. Bukti lain yang dilakukan Paus
Shenouda III dalam mengaplikasikan konsep “Cinta dan Persahabatan” adalah