34
19 BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya dalam Ilmu Tafsir Metode tafsir merupakan salah satu substansi tak terpisahkan dan bagian integral dari tradisi pemahaman teks al-Qur`a> n, yaitu sebagai media atau jalan yang harus ditempuh untuk sampai pada tujuan instruksional dari penafsiran. Jadi, dalam bentuk apapun analisis teks al-Qur`a> n dilakukan niscaya tidak dapat melampaui salah satu model penafsiran tanpa memakai metode. 1 Ini berarti metode tafsir menduduki posisi sangat urgen dalam diskursus ilmu tafsir. Meskipun demikian, studi metode tafsir masih terbilang baru dalam khazanah literatur umat Islam. Ia baru dijadikan objek kajian tersendiri jauh setelah tradisi analisis teks al-Qur`a> n berkembang pesat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kajian metode tafsir tertinggal jauh dari analisis teks al-Qur`a> n itu sendiri. 2 Kajian metode tafsir baru menunjukkan perkembangan signifikan, seiring dengan perkembangan problem yang dihadapi umat manusia. 3 Kata metode sendiri berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan. 4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu 1 Nasharuddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 10. 2 Said Agil Husain al-Munawwar, “Kata Pengantar” dalam ‘Ali> H{ asan al-‘Arid} , Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom (Jakarta: Rajawali Perss, 1992), v. 3 Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsudin (ed), “Kata Pengantar” dalam Studi Al-Qur’an Kontemporer; Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), xi. 4 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 635.

BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

19

BAB II

METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI

PERSPEKTIF

A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya dalam Ilmu Tafsir

Metode tafsir merupakan salah satu substansi tak terpisahkan dan bagian

integral dari tradisi pemahaman teks al-Qur`a>n, yaitu sebagai media atau jalan

yang harus ditempuh untuk sampai pada tujuan instruksional dari penafsiran. Jadi,

dalam bentuk apapun analisis teks al-Qur`a>n dilakukan niscaya tidak dapat

melampaui salah satu model penafsiran tanpa memakai metode.1 Ini berarti

metode tafsir menduduki posisi sangat urgen dalam diskursus ilmu tafsir.

Meskipun demikian, studi metode tafsir masih terbilang baru dalam

khazanah literatur umat Islam. Ia baru dijadikan objek kajian tersendiri jauh

setelah tradisi analisis teks al-Qur`a>n berkembang pesat. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan jika kajian metode tafsir tertinggal jauh dari analisis teks al-Qur`a >n

itu sendiri.2 Kajian metode tafsir baru menunjukkan perkembangan signifikan,

seiring dengan perkembangan problem yang dihadapi umat manusia.3

Kata metode sendiri berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti

cara atau jalan.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai

“cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu

1Nasharuddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 10. 2Said Agil Husain al-Munawwar, “Kata Pengantar” dalam ‘Ali> H{asan al-‘Arid}, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom (Jakarta: Rajawali Perss, 1992), v. 3Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsudin (ed), “Kata Pengantar” dalam Studi Al-Qur’an Kontemporer; Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), xi. 4Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 635.

Page 2: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

20

pengetahuan dan sebagainya; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan”.5

Dalam bahasa Arab, kata ini biasa diterjemahkan dengan al-manhaj, yaitu

“sejumlah aturan umum yang dirumuskan untuk mengungkap dan membuktikan

kebenaran disiplin ilmu pengetahuan”.6 Definisi seperti ini memang tidak pernah

diberikan sarjana Muslim kecuali di masa abad modern, namun demikian, kata al-

manhaj kerap kali digunakan untuk mengekspresikan makna yang berdekatan

dengan arti etimologinya seperti al-t}ari>q al-wa >d}ih } (jalan yang jelas), uslu >b al-

sha >’ir (gaya penyair), dan al-manhaj al-muttabi’ (ajaran yang ditetapkan).7

Istilah sinonim yang biasa digunakan intelektual Arab untuk arti kata al-

manhaj dalam berbagai disiplin sebagai identifikasi prinsip-prinsip universal yang

membangun ilmu pengetahuan adalah al-us}u>l,8 hanya saja istilah yang umum

digunakan dalam kajian ilmu tafsir adalah al-manhaj dan al-t}ari>qah.9

Kedua istilah ini digunakan secara bergantian untuk menunjuk metode

tafsir secara umum. al-Farma>wi>,10 Ibra >hi>m al-Dasuqi>,11 ‘Abd Satta >r,12 dan Sa >mir

‘Abd al-Rah}ma>n,13 misalnya, menggunakan istilah al-manhaj. ‘Abd al-H{ali>m

Mah}mu >d dalam Manhaj al-Mufassiri>n dan ‘Ali> Iya >zi> dalam al-Mufassiru>n

5Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep. Dik. Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),580-581. 6‘Abd al-Rah }ma>n Badawi>, Mana >hij al-Bah}th al-‘Ilmi> (Kuwait: Waka>lat al-Mat }bu>’a>h, 1977), 5. 7Sa>mir ‘Abd al-Rah}ma>n Rashwa>ni>, Manhaj al-Tafsi>r al-Mawd }u>’i > li al-Qur`a >n al-Kari>m (Suriah: Da>r al-Multaqa>, 2009), 32. 8Ibid., 33. 9Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 380. 10‘Abd al-H{ayyi al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi > al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i > (Kairo: al-H{ad }arah al-‘Arabiyah, 1977). 11Ibra>hi>m al-Dasuqi>, Madkhal ila> al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i > (Kairo: Da>r al-‘Ashr, 1985). 12‘Abd Satta>r Fath Alla>h Sa’i>d, al-Madkhal ila> al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i > (Kairo: Da>r al-Tawzi>’ wa al-Nashr al-Isla>miyyah, 1991). 13Sa>mir ‘Abd al-Rah }ma>n Rashwa>ni>, Manhaj al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i > li al-Qur`a >n al-Kari>m (Suriah: Da>r al-Multaqa>, 2009).

Page 3: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

21

H {aya>tuhum wa Manhajuhum juga memakai istilah al-manhaj, tapi pada gilirannya

dimaksudkan untuk memperkenalkan metode khusus dari seorang penafsir ketika

memahami teks al-Qur`a>n. Sementara ‘Ali> H {asan ‘Ari>d }14 dan Ibra>hi>m Shari>f15

menggunakan istilah al-manhaj dan al-t}ari>qah. Lain dengan mereka, al-Ru >mi>

memakai istilah al-t}ari>qah atau al-uslu >b untuk mengidentifikasi metode tafsir

secara umum, yakni al-tah }lili>, al-ijma>li >, al-muqa>ri>n, dan al-mawd }u >’i>.16

Definisi yang diberikan pakar studi tafsir pada istilah al-manhaj dan al-

t}ari>qah pun juga sangat variatif. Ibra >hi>m Shari>f misalnya, mendefinisikan sebagai

“cara untuk merealisasikan arah penafsiran, sekaligus menjadi wadah untuk

menampung dasar-dasar pemikiran atau yang lainnya, dan setiap penafsir

memiliki cara khusus dalam aplikasinya”.17 Lain halnya dengan Sa>mir ‘Abd al-

Rah}ma>n yang mendefinisikan al-manhaj sebagai “seperangkat ide-ide teoritis

yang diformulasikan penafsir dan diaplikasikan secara konsisten serta terekspos

dalam wujud interpretasinya”.18

Sementara itu, para pakar studi ilmu tafsir di Indonesia juga berbeda-beda

dalam mendefinisikan istilah metode dalam tradisi pemahaman teks al-Qur`a>n.

14‘Ali> H{asan ‘Ari>d }, Ta>rikh ‘Ilm al-Tafsi>r wa Mana >hij al-Mufassiri>n (t.tp: Da>r al-‘Itisha>m, t.th). 15Ibra>hi>m Shari>f, Ittija >ha >t al-Tajdi>d fi > Tafsi >r al-Qur`a >n al-Kari >m fi> Mis}r (Kairo: Da>r al-Tura>th, 1982). 16Fah}d ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sulaima>n al-Ru >mi>, Buh }u >th fi> Us }u>l al-Tafsi>r wa Mana >hijuh (Riyad: Maktabah al-Tawbah, 1413). 17Dalam konteks ini Shari>f menyatakan: inna mana>hij al-tafsi>r tatanawwa’a wa ta’addada bi tanawwu’ wa ta’addud al-mufassiri>n anfusihim fa kullu minhum maslak kha>s} fi > tafsi >rih. Ibra>hi>m Shari>f. Ittija>ha >t al-Tajdi >d fi> Tafsi >r al-Qur`a >n al-Kari>m fi> Mis}r (Kairo: Da>r al-Tura>th, 1982), 66. 18Pengertian metode seperti ini, memungkinkan adanya metode yang terteorikan secara sistematis-kontemplatif sebelum seseorang melakukan aktivitas ilmiah (manhaj ‘aqli > ta`ammuli >) dan adakalanya metode itu merupakan bagian optimalisasi fungsi normal pikiran yang pondasinya tidak ditentukan sebelumnya, sebab dalam berfikir, seseorang dapat mengelola dan mensistematisasikan ide-idenya sehingga sampai pada tujuan yang dikehendaki secara otomatis tanpa terlebih dahulu memberi batasan dan memikirkan aturan-aturan yang diketahui sebelumnya, dan ini yang diistilahkan dengan manhaj tilqa>̀ i >. Rashwa>ni>, Manhaj al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i > li al-Qur`a >n al-Kari>m, 33.

Page 4: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

22

Menurut Nashruddin Baidan, metode tafsir adalah “suatu cara yang teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang

dimaksudkan Allah di dalam teks al-Qur`a>n”.19 Sedangkan Ridlwan Nasir

mendefinisikan metode tafsir sebagai “cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur`a>n, baik

yang didasarkan atas pemakaian sumber-sumber penafsirannya, atau penjelasan

tafsiran-tafsirannya, keluasan penjelasan tafsirannya, maupun yang didasarkan

atas sasaran dan tertib ayat-ayat yang ditafsirkan”.20

Menanggapi adanya kerancuan definisi dan penggunaan istilah, ‘Ali> Iya >zi>

mencoba membedakan pengertian al-manhaj dan al-t}ari>qah. Menurutnya, manhaj

al-tafsi>r adalah jalan yang ditempuh penafsir dalam menjelaskan makna, menggali

makna dari kata, menghubungkan satu makna dengan lainnya, menyebutkan

riwayat-riwayat tentang makna, menjelaskan petunjuk maknanya, hukumnya,

ketentuan agama dan lain-lainnya, dengan mengikuti arah pemikiran dan mazhab

yang sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian penafsir. Ia terkadang dapat

diungkapkan dengan istilah al-t}ari>qah al-mawd }u>’iyyah (alur objek penafsiran)

yang dikerjakan penafsir dalam menentukan ragam penafsiran dengan

memunculkan pendapat dan batasan sikapnya kepada isi penafsiran dengan segala

bentuk penjelasan yang dapat dilakukan. Singkatnya al-manhaj adalah proses

melakukan kajian terhadap objek ayat serta jalan untuk menjelaskan dan menggali

makna. Sedangkan al-t}ari>qah adalah bentuk pembahasan yang dipilih penafsir

guna menertibkan dan menentukan isi pembahasan dalam penafsiran. Artinya, al- 19Definisi ini memberi ilustrasi bahwa metode tafsir al-Qur`a>n tersebut berisi seperangkat kaidah dan aturan yang harus diindahkan seseorang apabila hendak menafsirkan al-Qur`a>n. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’a>n (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 1-2. 20Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur`an perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin (Surabaya: Kopertais IV, 2003), 14.

Page 5: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

23

t}ari>qah merupakan bentuk formal dari cara yang dilalui penafsir dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur`a>n.21

Al-Ru >mi> juga membedakan pengertian al-manhaj dan al-t}ari>qah sebagai

variable dalam tradisi pemahaman teks al-Qur`a >n. Menurutnya, al-manhaj

didefinisikan sebagai jalan (al-sabi>l) yang mengantarkan pada tujuan, dan istilah

al-t}ari>qah diartikan sebagi teknik yang digunakan seorang penafsir ketika

menempuh suatu jalan untuk mencapai arah yang ditujunya.22

Terlepas dari adanya perbedaan paradigma dalam memandang metode

tafsir serta tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pakar ilmu tafsir,

tampaknya dari enam definisi di atas, istilah teknis dan definisi yang ditawarkan

al-Ru >mi> dan ‘Ali> Iya >zi> lebih rasional dijadikan pijakan dalam meneliti

karakteristik literatur tafsir terkait dengan proses kerja penafsir, dengan asumsi

bahwa seorang penafsir pasti mempunyai jalan, kerangka berfikir, dasar-dasar

pemikiran dan seperangkat ide-ide teoritis yang berbeda-beda sebagai dasar

epistemologi untuk mengantarkan pada tujuan penafsiran (al-manhaj) dan

diaplikasikan dengan cara yang berbeda-beda pula (al-tari>qah) seperti al-tah }lili>,

al-ijma>li>, al-muqa >ri>n, dan al-mawd}u >’i>.23

21Muh}ammad ‘Ali > Iya >zi>, al-Mufassiru >n H{aya >tuhum wa Manhajuhum (Teheran: Wiza>rat al-Thaqa>fah wa al-Irsha>d al-Isla>mi>, 2007), 31-33. 22 al-Ru >mi>, Buh}u >th fi > Us}u >l al-Tafsi>r wa Mana>hijuh, 55-56. 23Sebagai ilustrasi, ada sekelompok orang bermaksud bepergian menuju suatu kota yang sama. Mereka berangkat menuju suatu arah tujuan yang sama (al-ittija>h), tapi menempuh jalan yang berbeda, semua jalan itu adalah al-manhaj. Di antara mereka ada yang langsung menuju kota tanpa istirahat, ada yang berbelok menuju suatu tempat lain untuk kemudian kembali ke jalan semula, dan ada yang melakukan transit di suatu tempat, kemudian melanjutkan perjalanan dan transit kembali sampai akrirnya sampai di tempat tujuan, namun semua itu mengarah pada tujuan yang sama, inilah yang dimaksud dengan al-t}ari >qah. Ibid.

Page 6: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

24

B. Klasifikasi Metode Tafsir

Al-Qur`a>n setidaknya menyediakan pijakan subtansial dilakukannya kajian

tafsir secara metodologis. Ini misalnya diisyaratkan Q.S. ‘Āl ‘Imra >n [3]: 7 yang

membagi substansi kajian al-Qur`a >n pada ayat-ayat yang jelas lagi tegas

(muh }kama>t) dan ayat-ayat yang samar maknanya (mutasha>biha >t). Dalam kaitan

ini, ‘Abd Alla >h bin ‘Abba >s (w. 68 H/687 M) mengklasifikasi kajian tafsir kepada

empat domain, yaitu: [1] tafsir yang dapat diketahui manusia secara umum, [2]

tafsir yang hanya diketahui orang-orang Arab karena bahasa mereka sendiri, [3]

tafsir yang hanya diketahui para ulama, dan [4] tafsir yang hanya diketahui oleh

Allah.24

Sementara al-T {abari> menulis setidaknya ada tiga materi al-Qur`a>n yang

dapat diidentifikasi terkait dengan usaha untuk menafsirkannya. Pertama, ayat-

ayat yang hanya dapat ditafsirkan Nabi, terutama yang memiliki konsekuensi

hukum dan hanya dapat dipahami berdasarkan penjelasan Nabi. Kedua, ayat-ayat

yang maknanya hanya diketahui Allah semata, misalnya yang berkiatan dengan

peristiwa yang akan terjadi di masa depan dan sebagainya. Ketiga, ayat-ayat yang

dapat ditafsirkan setiap orang yang memiliki pengetahuan bahasa al-Qur`a>n.25

Amal menilai di sinilah letak sumbangsih al-T {abari> dalam evolusi teori ilmu

tafsir, karena pengetahuan tentang materi kajian al-Qur`a>n merupakan langkah

awal yang krusial dalam metode tafsir.26

24Muh}ammad bin ‘Abd Alla>h Badr al-Di>n al-Zarkashi>, al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Vol.2 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1988), 85. 25Abu > Ja’far Muh}ammad bin Jari>r al-T{abari>, Ja>mi’ al-Baya >n an Ta’wi>l A<yah al-Qur’a>n, Vol.1, (Bairut: Da>r al-Fikr, tt), 32-33. 26Taufiq Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama, 2001), 356.

Page 7: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

25

Di tengah fenomena maraknya penulisan tafsir yang terjadi di kalangan

masyarakat intelektual Islam, setidaknya setiap penafsir telah menggunakan

metode yang biasanya merujuk pada tradisi ulama salaf dan temuan ulama

kontemporer. Menurut Quraish Shihab, metode yang merujuk kepada tradisi

ulama salaf adalah al-ma’thu >r, al-ra’yu, dan al-isya >ri. Sedangkan untuk metode

tafsir kontemporer, sebut saja merujuk pada temuan ulama yang dianut mayoritas

pakar studi al-Qur`a>n diantaranya al-Farma>wi>, adalah ijma >li>, tah }li>li>, muqa >rin, dan

mawd }u >’i>.27 Sedangkan al-ma’thu >r dan al-ra’yu oleh al-Farma>wi> dikategorikan

sebagai corak tafsir tah }li>li>.28

Klasifikasi metode tafsir ini dinilai rancu oleh Nashruddin Baidan. Quraish

Shihab misalnya, mengkatagorikan al-ma’thu >r, al-ra`yu, dan al-isya>ri> sebagai

metode tafsir, tapi di sisi lain ia juga menyatakan al-ma’thu>r dan al-ra`yu sebagai

corak dan metode tafsir.29 Sementara al-Zarqa>ni> menulis al-ma’thu >r, al-ra`yu, dan

al-isya >ri > sebagai kategori pembagian tafsir.30 Oleh karenanya, Baidan menyebut

al-ma`thu >r dan al-ra’yu sebagai “bentuk atau jenis penafsiran”31 dan metode tafsir

yang diterapkan para penafsir sejak pada masa Nabi hingga dewasa ini secara

garis besarnya adalah metode ijma>li >, tah}li >li>, muqa >rin dan mawd }u >’i>.32

27M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), 155. Bandingkan dengan al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i >, 11. 28Corak tafsir tah }li >li> menurut al-Farma>wi> adalah al-ma`thu>r, al-ra`yi, al-s}u >fi >, al-fiqhi >, al-falsafi>, al-‘ilmi>, dan al-adabi> al-ijtima>’i>. al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i>, 12-16. 29Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 83-87. 30Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulūm al-Qur’a>n, Vol.2 (Bairut: Da>r al-Kutb al-‘Ilmiyah, t.th), 11. 31Sebagaimana diakui Baidan bahwa hal ini dilakukan untuk mendudukkan masing-masing istilah secara proporsional dalam studi ilmu tafsir. Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 368-369. 32 Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 3.

Page 8: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

26

Berbeda dengan Nashruddin Baidan yang ingin mendudukkan masing-

masing istilah secara proporsional, Ridlwan Nasir justru menawarkan paradigma

baru dalam kajian literatur tafsir dengan mengklasifikasi metode tafsir menurut

titik tekan dan sudut pandang masing-masing dengan tinjauan dari segi sumber

penafsirannya, penjelasan tafsirannya, keluasan penjelasannya, maupun yang

didasarkan atas sasaran dan tertib ayat-ayat yang ditafsirkan.33 Upaya ini

dilakukan untuk membedakan antara metode tafsir di satu sisi dan kecenderungan

atau aliran tafsir di sisi lain yang salama ini dilihatnya rancu.34

Berikut ini elaborasi singkat dari masing-masing metode tafsir dalam

berbagai perspektif.

1. Klasifikasi Metode Tafsir Menurut al-Farma>wi>

a. Metode Global (Ijma>li >)

Sementara pakar menggangap metode ini merupakan metode yang

pertama kali hadir dalam sejarah analisis teks al-Qur`a>n,35 serta menjadi

satu-satunya opsi dalam memahami teks al-Qur`a>n di periode awal. Ini

didasarkan pada kenyataan bahwa sasaran wahyu Ilahi untuk pertama

kalinya adalah orang-orang Arab yang menguasai bahasa al-Qur`a>n dan

memiliki cita rasa bahasa yang baik (dhawq al-lughah al-sali>m), sehingga

mereka dapat memahami al-Qur`a>n secara benar, tepat, dan akurat.36 Selain

33Pemetaan ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi orang yang ingin mempelajari tafsir al-Qur`a>n karena adanya keaneragaman penafsiran. Nasir, Memahami al-Qur’a>n; Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin, 13-17. 34 Ibid., v. 35Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 3. 36al-Qur`a>n, 12 (Yūsuf): 2. 43 (al-Zukhrūf): 3. Dalam kaitan ini, Ibnu Qutaibah menulis bahwa orang-orang Arab (termasuk para sahabat) tidak sama dalam memahami segala sesuatu yang ghari>b dan mutasha>bih dalam al-Qur`a>n. Masing-masing mereka mempunyai tingkat pemahaman

Page 9: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

27

itu, mayoritas sahabat juga mengetahui secara baik latar belakang turunnya

ayat dan bahkan menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan

kondisi umat Islam ketika ayat-ayat al-Qur`a>n turun.37

Realita sejarah yang demikian sangat konduksif dalam menyemaikan

metode global, sebab sahabat tidak memerlukan penjelasan rinci dari Nabi,

tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana, seperti yang dilakukan

Nabi ketika menafsirkan kata z}ulm dengan shirk.38 Prosedur metode global

yang praktis dan mudah dipahami turut memotivasi ulama tafsir belakangan

untuk menulis karya tafsir dengan menerapkan metode ini. Di antara mereka

ada Jala >l al-Di>n al-Mah{alli> (w. 864 H) dan Jala >l al-Di>n al-Suyu >t}i> (w. 911 H)

dengan karyanya Tafsi >r al-Jala>lain.39 Pada era modern, kecenderungan

penerapan metode global diikuti pula oleh misalnya, Muh{ammad Fari>d

Wajdi (1875-1940) dalam karyanya Tafsi>r al-Qur`a>n al-Kari>m.40

Melihat penerapan metode global yang ringkas dan mudah

dimengerti tidak salah kiranya sementara sarjana mendefinisikan sebagai

“suatu metode analisis al-Qur`a>n dengan cara mengemukakan makna global,

tanpa penjelasan panjang lebar dan terperinci tehadap ayat-ayatnya”.41

Langkah awal yang dilakukan penafsir adalah membahas ayat demi ayat

yang berbeda, karena perbedaan tingkat intensitas mereka dalam menggali informasi keagamaan dari Nabi Muh }ammad, kapasitas intetektual yang mereka miliki, serta penguasaan mereka terhadap perbendaharaan khazanah intelektual yang berkembang pada waktu itu. Lihat Mus }t }afa> Ja’far, al-Tafsi >r wa al-Mufassiru>n fi> Thawbih al-Jadi>d (Kairo: Da>r al-Sala>m, 2007), 447-448. 37Manna>’ al-Qat }t }a>n, Maba>h }ith fi> ‘Ulūm al-Qur’a>n, (t.tp: Manshura>t al-‘As}r al-H{adi>th, 1973), 337. 38Lihat al-Zarqa>ni>, Mana >hil al-‘Irfa>n, 271. 39Ibid., 5-6. 40al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 30. 41S}ala>h }’Abd al-Fatta>h } al-Kha >lidi>, al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i > baina al-Naz}ariyyah wa al-Tat }bi >q (t.tp: Da>r al-Nafa>`is, 1997), 27.

Page 10: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

28

sesuai urutan dalam mushaf, lalu mengemukakan arti global yang dimaksud

ayat-ayat tersebut dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana,

serta memberikan idiom yang mirip, bahkan sama dengan bahasa al-Qur`a>n,

sehingga pembaca merasakan seolah-olah al-Qur`a>n sendiri yang berbicara

dengannya. Dengan demikian tafsir ini betul-betul merepresentasikan pesan

al-Qur`a>n dan berkaitan erat dengan struktur bahasa al-Qur`a>n. Selain itu,

ketika menafsirkan al-Qur`a >n melalui metode ini tidak jarang penafsir

meneliti dan menyajikan asba >b al-wuru >d dengan cara mengkaji hadis,

pendapat sahabat dan tabi’in terkait lainnya.42

Keunggulan metode ini terletak pada karakternya yang simplitis dan

mudah dimengerti, tidak mengandung elemen penafsiran yang berbau

isra >iliyyat dan lebih mendekati bahasa al-Qur`a>n. Sementara kelemahannya

anatar lain menjadikan petunjuk al-Qur`a>n bersifat parsial dan tidak ada

ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.43 Hal terakhir ini pada

gilirannya menimbulkan ketidakpuasan pakar al-Qur`a>n dan memicu

mereka untuk menemukan metode lain yang dipandang lebih baik.

b. Metode Analitis (Tah }li>li>)

Ketidakpuasan terhadap analisis al-Qur`a >n melalui metode global

hanya merupakan faktor lain dari lahirnya metode analitis. Sementara faktor

dominan yang menentukan keberadaan metode analitis adalah kenyataan

bahwa pada era berikutnya umat Islam semakin bertambah dan pemeluk

agama Islam tidak hanya berasal dari bangsa Arab. Konsekuensinya terjadi

42al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 29-30. 43Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 22-27.

Page 11: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

29

perubahan besar dalam wacana pemikiran Islam, berbagai peradaban dan

tradisi non Islam terinternalisasi dalam khazanah intelektual Islam, bahkan

kehidupan umat ikut terpengaruh. Untuk mengantisipasinya, para pakar al-

Qur`a >n berupaya menyajikan interpretasi al-Qur`a>n yang selaras dengan

perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan masyarakat yang heterogen.

Keberadaan metode analitis dapat di pandang unik, karena dalam

prakteknya dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu al-ma’thu>r dan al-ra’yu.

Sedangkan penyajiannya meliputi berbagai corak disiplin, seperti bahasa,

hukum, ilmu pengetahuan, sufi, filsafat dan budaya sosial kemasyarakatan.

Keberagaman corak ini sangat bermanfaat dalam memberi informasi detail

pada para pembaca berkaitan dengan situasi yang dialami, kecenderungan,

dan keahlian masing-masing penafsir.44

Metode analitis merupakan metode yang bermaksud menjelaskan

kandungan al-Qur`a>n dari seluruh aspeknya secara terperinci dengan

memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur`a>n sebagaimana tercantum dalam

mushaf.45 Sedangkan aplikasi metode ini biasanya diawali dengan

mengemukakan korelasi baik antar ayat maupun surat. Lalu menjelaskan

latar belakang turunnya ayat, menganalisis kosa kata dalam konteks bahasa

Arab, menyajikan kandungan ayat secara global, menjelaskan hukum yang

dapat dipetik dari ayat, dan terakhir menerangkan makna dan tujuan syara’

yang terkandung dalam ayat. Khusus untuk corak tafsir ilmu pengetahuan

44Ibid.,6-7. Bandingkan dengan al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd }u>’i >,, 12. 45Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 86. Lihat juga al-Kha>lidi>, al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i >, 27.

Page 12: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

30

dan budaya kemasyarakatan biasanya penafsir memperkuat argumennya

dengan mengutip pendapat para ilmuan dan teori ilmiah kontemporer.46

Keunggulan metode ini terletak, antara lain, pada cakupan bahasan

yang sangat luas, karena memiliki dua bentuk tafsir (ma’thu>r dan ra’y) yang

mampu melahirkan corak disiplin dan dapat menampung berbagai gagasan.

Sementara kelemahannya, antara lain, membuat petunjuk al-Qur`a>n bersifat

parsial, sehingga petunjuk al-Qur`a>n terkesan tidak utuh dan inkonsisten,

melahirkan penafsiran subjektif akibat kecenderungan penafsir pada suatu

aliran tertentu dan memungkinkan masuknya pemikiran isra >iliyat.47

c. Metode Perbandingan (Muqa>ri>n)

Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa kehadiran metode analitis

dapat memberikan informasi secara optimal berkenaan dengan kondisi,

kecenderungan, dan kepakaran penafsir. Kendati demikian, tampaknya

masih ada yang terasa kurang, terutama ketika seseorang ingin memahami

teks-teks al-Qur`a>n yang kelihatannya mirip, padahal ia membersitkan

pengertian yang berbeda. Belum lagi ditemukanya sejumlah hadis yang

secara lahiriah bertentangan dengan teks-teks al-Qur`a>n, padahal secara

teoritis hal itu absurd terjadi karena keduanya pada hakikatnya berasal dari

satu sumber, yakni Allah.

Kenyataan ini tampak menjadi motif dilakukannya perbandingan

interpretasi teks-teks al-Qur`a >n yang pernah diartikulasikan ulama terdahulu

46al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i >, 12. Lihat juga Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 86. 47Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 86-87. Lihat juga Baidan, Metodologi Penafsiran, 53-60.

Page 13: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

31

dalam memahami pesan al-Qur`a>n maupun hadis, dan dari sini muncullah

metode muqa>ri>n. Sesuai dengan namanya, metode ini didefinisikan sebagai

metode pemahaman yang bersifat: [1] membandingkan antar teks-teks al-

Qur`a >n, [2] membandingkan teks al-Qur`a>n dengan teks hadis, dan [3]

membandingkan penafsiran seorang penafsir dengan penafsir yang lain.48

Dalam konteks ini, ruang lingkup kajian dari masing-masing aspek

berbeda-beda. Wilayah bahasan aspek pertama dan kedua diorientasikan

pada kajian redaksi al-Qur`a >n dan hadis, serta kaitannya dengan konotasi

kata atau kalimat yang dikandungnya.49 Meskipun demikian, untuk

menganalisis hal-hal yang serupa itu diperlukan penelaahan seksama

terhadap berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tafsir sehubungan

dengan interpretasi ayat yang sedang dibahas tersebut.50 Sedangkan untuk

aspek ketiga ruang lingkupnya sangat luas dengan memperhatikan: [1]

kondisi sosial politik pada masa seorang penafsir hidup, [2] kecenderungan

dan latar belakang pendidikannya, [3] pendapat yang dikemukakannya,

apakah pendapatnya sendiri, atau pengembangan pendapat sebelumnya, atau

juga merupakan pendapat pengulangan, dan [4] melakukan analisis untuk

mengemukakan penilaian tentang pendapat tersebut.51

Keunggulan metode ini terletak pada, antara lain, kemampuannya

dalam memberikan wawasan yang relatif luas kepada pembaca, mentolerir

perbedaan pandangan sehingga dapat mencegah sikap fanatisme pada suatu 48al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 45-46. 49Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an; Kajian Kritis terhadap Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 60. 50Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 66. 51Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 120.

Page 14: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

32

aliran tertentu, memperkaya pendapat dan komentar tentang suatu ayat,

hadis, dan pendapat penafsir lain. Sementara kelemahannya terletak pada,

antara lain, tidak cocok dikaji pemula karena memuat materi bahasan yang

teramat luas dan terkadang agak ekstrim, kurang dapat diandalkan dalam

menjawab problem yang berkembang di masyarakat dan terkesan dominan

membahas penafsiran ulama terdahulu dibanding penafsiran baru.52 Diantara

karya tafsir yang menerapkan metode ini adalah Durra>t al-Tanzi>l wa

Ghurra >t al-Ta`wi>l karya al-Khat}i>b al-Iska>fi> (w. 240 H) dan al-Burha>n fi>

Tawji>h Mutsha >bah al-Qur`a >n oleh Ta>j al-Qurra>̀ al-Karma>ni> (w. 505 H).53

d. Metode Tematik (Mawd }u >’i>)

Secara umum, metode tematik memiliki tiga bentuk kajian,54 yaitu:

Pertama, penafsiran menyangkut salah satu term dalam al-Qur`a>n (al-

mus}t}lah} al-Qur`a >ni>). Dalam hal ini, penafsir memilih salah satu term (lafaz})

yang terekspos dalam berbagai redaksi al-Qur`a>n, kemudian mengumpulkan

ayat-ayat yang memuat term tersebut dan derivasinya. Langkah selanjutnya

melakukan penafsiran pada setiap term dengan meneliti petunjuk dalam

setiap penggunaannya, semisal terma al-s}adaqah, al-jiha>d, al-kita >b, dan

lainnya.55

52Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an,142-144. 53Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 119. Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 3. 54Sebenarnya tidak ada kesepakatan di antara para pakar studi tafsir tentang pembagian bentuk metode tafsir tematik. al-Farma>wi> menyatakan bahwa metode tafsir tematik memiliki dua bentuk kajian, yakni tafsir tematik surah dan tafsir tematik ayat. Sementara Mus }t }afa> Muslim, Maba >h}ith fi > al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i> mengklasifikasi tafsir tematik menjadi tiga bentuk, dengan menambahkan model tafsir tematik lafaz}. 55Mus}t }afa> Muslim, Maba >h }ith fi> al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i > (Bairut: Da>r al-Qalam, 1989), 23. Lihat juga al-Kha>lidi>, al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i>, 52.

Page 15: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

33

Kedua, mengkorelasikan sejumlah ayat dari berbagai surat yang

membahas satu persoalan tertentu yang sama, lalu ayat-ayat itu ditata

sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu topik bahasan, dan

selanjutnya ditafsirkan secara tematik.56 Bentuk ini lahir atas kesadaran para

pakar al-Qur`a>n bahwa menafsirkan pesan yang dimuat dalam satu ayat saja

acapkali tidak menyelesaikan persoalan. Bukan tidak mungkin pesan-pesan

yang dikandung oleh suatu ayat pada surat tertentu juga diutarakan pada

ayat-ayat dalam surat-surat al-Qur`a>n lainnya, sehingga tidak ada salahnya

untuk menghimpun ayat-ayat lain yang memuat pesan yang senada.57

Prosedur penafsiran al-Qur’a>n dengan metode tematik ini menurut

al-Farma >wi> dapat dirinci sebagai berikut: [1] menentukan bahasan al-Qur`a >n

yang diteliti secara tematik, [2] melacak dan mengkoleksi ayat-ayat sesuai

topik yang diangkat, [3] menata ayat-ayat tersebut secara kronologis,

mendahulukan ayat makkiyah dari madaniyyah, dan disertai pengetahuan

tentang latar belakang turunnya ayat, [4] mengetahui muna >sabah ayat-ayat

tersebut, [5] menyusun tema bahasan dalam kerangka yang sistematis, [6]

melengkapi bahasan dengan hadis-hadis terkait, dan [7] mempelajari ayat-

ayat itu secara tematik dan komprehensif dengan cara mengkoleksi ayat-

ayat yang memuat makna yang sama, mengkompromikan pengertian yang

umum dan khusus, mut}laq dan muqayyad, mengsingkronkan ayat-ayat yang

tampak kontradiktif, menjelaskan na >sikh dan mansu >kh, sehingga semuanya

56al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i >, 36. Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, 151. 57M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Mawdhu’i atas Belbagai Persolan Umat (Bandung: Mizan, 2004), xii-xiii.

Page 16: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

34

memadu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau paksaan dalam

penafsiran.58

Ketiga, menganalisa surah al-Qur`a>n secara utuh dan menyeluruh

dengan menjelaskan maksudnya yang umum dan spesifik, menerangkan

kaitan antara berbagai persoalan yang dimuat sehingga surah itu tampak

dalam bentuknya yang utuh. Artinya, dalam proses interpretasinya semua

ayat atau kelompok ayat yang termaktub dalam satu surah diusahakan untuk

dikaitkan dengan tema pokok yang dikandung suatu surah.59 Tafsir model

ini dalam perkembangannya kemudian dikenal dengan istilah al-Wah}dah al-

Muwd }u >iyyah fi> al-Su>rah (kesatuan tema dalam satu surah), sebagaimana

yang diaplikasikan Muh}ammad Mah}mud H}ijazi> dalam karyanya al-Tafsi >r

al-Wa>d }ih}.60

Dari sini dapat dipahami bahwa pemikiran dasar tafsir tematik ini

adalah prinsip yang meyakini bahwa al-Qur`a>n merupakan satu kesatuan.

Ayat-ayatnya mempunyai satu kesamaan tema dan saling menyempurnakan.

Setiap surat menggambarkan adanya kesatuan tematik yang bertujuan

menjelaskan tema kunci yang diusung oleh surah yang dimaksud.61 Oleh

karenanya, metode tematik diorientasikan pada kajian pesan al-Qur`a >n

secara menyeluruh dan menjadikan bagian-bagian yang terpisah dari term

58al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 45-46.

59Mus}t }afa> Muslim, Maba >h }ith fi > al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i > ., 27. Lihat juga al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i >,, 35. 60 al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi al-Tafsi>r al-Mawd }u>’i >, 34. 61Muh}ammad Mah }mu>d H{ijazi>, al-Wah}dah al-Mawd }u>iyyah fi > al-Qur`a >n (Kairo: Da>r al-Kutub al-H{adi>thah, tt), 404. Bandingkan dengan Mus}t }afa> Muslim, Maba >h }ith fi> al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i >, 37-91. al-Kha>lidi>, al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i>, 52.

Page 17: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

35

ayat dan surat al-Qur`a>n menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling

berkaitan.

Tafsir ini telah berkembang menjadi corak yang istimewa di zaman

kontemporer, dan diyakini sebagai jalan keluar yang sangat fundamental

dalam menyelesaikan berbagai masalah umat Islam modern, serta

merupakan cara yang tepat dan sistematis untuk menyampaikan al-Qur`a>n

secara ilmiah dan metodik kepada masyarakat. Ia juga dianggap memadai

untuk memenuhi kebutuhan religious masyarakat, sehingga membuka

cakrawala baru bagi tema-tema al-Qur`a >n. Dengan metode ini juga akan

tampak validitas kontekstual al-Qur`a>n.

2. Klasifikasi Metode Tafsir Menurut Ridlwan Nasir

Dalam buku Memahami al-Qur’a>n; Perspektif Baru Metodologi Tafsir

Muqarin, Ridlwan Nasir mengklasifikasikan metode tafsir menurut titik tekan

dan sudut pandang objek kajiannya masing-masing, yaitu:

a. Metode tafsir al-Qur`a>n bila ditinjau dari segi sumber penafsirannya terbagi

menjadi tiga macam, yaitu: 1) Metode tafsir bi al-ma’thu>r, yaitu tata cara

menafsirkan ayat-ayat al-Qur`a>n yang didasarkan atas sumber penafsiran al-

Qur`a >n, hadis, riwayat sahabat, dan tabi’in, 2) Metode tafsir bi al-ra`yi,

yaitu cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur`a>n yang didasarkan atas sumber

ijtihad dan pemikiran penafsir terhadap tuntutan kaidah bahasa Arab dan

kesusasteraannya serta teori ilmu pengetahuan setelah menguasai sumber-

sumber tadi, dan 3) Metode tafsir bi al-iqtira>ni> adalah cara menafsirkan al-

Qur`a >n yang didasarkan atas perpaduan antara sumber tafsir riwayat yang

Page 18: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

36

kuat dan s{ah {i>h { dengan sumber hasil ijtihad pikiran yang sehat. Metode ini

banyak dipakai dalam tafsir modern yang ditulis sesudah kebangkitan

kembali umat Islam. Rashi >d Rid {a> menamakan metode ini dalam Tafsi>r al-

Ma >nar dengan sebutan s{ah {i>h al-manqu >l wa s{ari>h al-ma‘qu>l, adapun Abdul

Djalal menyebutnya dengan bi> al-izdiwaji>.

b. Metode tafsir al-Qur`a >n bila ditinjau dari segi cara penjelasannya terhadap

tafsiran ayat-ayat al-Qur`a >n, maka terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1)

Metode deskriptif (baya>ni>), yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan ayat-

ayat al-Qur`a >n hanya dengan memberikan keterangan secara deskripsi tanpa

membandingkan riwayat atau pendapat dan tanpa menilai (tarji>h) antar

sumber, dan 2) Metode komparasi (muqa >ri >n), yaitu membandingkan ayat

dengan ayat yang berbicara dalam masalah yang sama, ayat dengan hadis

(isi dan matan), antara pendapat penafsir dengan penafsir lain dengan

menonjolkan segi-segi perbedaan.

c. Metode tafsir al-Qur`a>n bila ditinjau dari segi keluasan penjelasan tafsirnya

terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Metode tafsir ijma>li>, yaitu penafsiran

dengan cara menafsirkan ayat al-Qur`a>n hanya secara global saja, yakni

tidak mendalam dan tidak pula secara panjang lebar, sehingga bagi orang

awam akan lebih mudah untuk memahaminya, dan 2) Metode tafsir it{na >bi>

atau tafs}i>li >, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a >n

secara mendetail atau rinci, dengan uraian-uraian yang panjang lebar,

sehingga cukup jelas dan terang yang banyak disenangi oleh para cerdik

pandai.

Page 19: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

37

d. Metode tafsir al-Qur`a>n bila ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayat-ayat

yang ditafsirkan, maka metode tafsir al-Qur’a>n terdiri dari tiga macam,

yaitu: 1) Metode tafsir tah }li>ly, yaitu menafsirkan ayat-ayat a1-Qur’a >n

dengan cara urut dan tertib sesuai dengan uraian ayat-ayat dan surat-surat

dalam mushaf dari awal surat al-Fa >tih{ah hingga akhir surat al-Na >s, 2)

Metode tafsir mawd }u >’y, yaitu suatu penafsiran dengan cara mengumpulkan

ayat mengenai satu judul atau topik tertentu dengan memperhatikan masa

turunnya dan asba>b al-nuzu >l ayat serta dengan mempelajari ayat-ayat

tersebut secara cermat dan mendalam, dengan memperhatikan hubungan

ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam menunjuk suatu

permasalahan kemudian menyimpulkan masalah yang dibahas dan dilalah

ayat-ayat yang ditafsirkan secara terpadu, dan 3) Metode nuzu >li>, yaitu

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n dengan cara urut dan tertib sesuai dengan

urutan turunnya ayat al-Qur’a >n.62

C. Mazhab Tafsir Dalam Lintas Sejarah

Tafsir al-Qur`a>n sebagai produk yang dihasilkan dari proses interaksi

antara wahyu al-Qur`a>n, rasio penafsir, dan realitas sebagai konteks sangatlah

tergantung pada bagaimana suatu episteme dibangun dalam proses itu dan ke

mana akan diarahkan. Selain itu, seorang penafsir ketika memahami al-Qur`a >n

biasanya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, kondisi sosio-kultural di mana ia

tinggal, situasi politik yang melingkupinya, serta adanya kecenderungan dalam

diri penafsir untuk mengkaji al-Qur`a>n sesuai dengan kepentingan, pengalaman,

62Nasir, Memahami al-Qur’an; Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin, 14-17.

Page 20: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

38

penemuan-penemuan ilmiah,63 dan disiplin ilmu yang ditekuni,64 sehingga

kerapkali memunculkan sebuah pembacaan bias yang dapat memberi warna pada

hasil sebuah proses pemahaman al-Qur`a>n.

Dalam diskursus ilmu tafsir, fenomena ini akhirnya melahirkan apa yang

dikenal dengan istilah aliran-aliran tafsir. Istilah ini pertama kali dikenalkan Ignaz

Goldziher dalam Die Richturgen der Islamichen Koranauslengue yang kemudian

dialih bahasakan ‘Ali> H{asan ‘Abd al-Qadi>r menjadi Madha>hib al-Tafsi>r al-Isla >mi>

(1955). Setelah itu, banyak intelektual Muslim yang menekuni bidang kajian ini,

seperti al-Dhahabi> dengan karyanya al-Tafsi>r wa al-Mufasiru >n (1961), Abu >

Yaqz}an ‘At}iyyah al-Jaburi>, Dira>sah fi> al-Tafsi>r wa Rija>lih (1971), ‘Abd al-‘Az }i>m

Ah}mad al-Ghubashi>, Ta >rikh al-Tafsi>r wa Mana>hij al-Mufassiri>n (1977), dan

sebagainya.65

Bagi Nashruddin Bidan, kajian para pakar studi al-Qur`a>n dalam

perkembangannya masih menyisahkan permasalahan, sebab mereka tidak sepakat

dalam penggunaan istilah untuk menjelaskan nuansa dan sifat khusus yang

tampak dari sebuah literatur tafsir, akibatnya muncul istilah teknis seperti al-

ittija>h, al-naz’ah, al-lawn, al-madhhab, dan al-madrasah. Istilah al-lawn dapat

dijumpai pada al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n karya al-Dhahabi>, seperti ditulisnya

alwa >n al-tafsi>r fi> kulli khat}rah (corak-corak tafsir pada setiap fasenya) dan alwa >n

63M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 77. 64al-Farma>wi> menegaskan bahwa setiap penafsir mempunyai kecenderungan dan arah bahasan tersendiri yang berbeda dengan lainnya. Ada yang memberi porsi lebih pada aspek sastranya, hukum syari’ah, varian bacaan al-Qur`a>n, aliran-aliran kalam dan filsafat, tasawuf, teori dan penemuan ilmiah serta persoalan kemasyarakatan. Fenomena ini terjadi karena seorang ulama bisa jadi disamping penafsir juga sebagai ahli bahasa, filosof, ahli fikih, ahli falak, teolog, dan lain sebagainya. al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u >’i >, 15. 65Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir; Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003),

Page 21: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

39

al-tafsi>r fi > al-‘ashr al-h}adi>th (corak-corak tafsir pada masa modern).66 al-Dhahabi>

juga pernah menggunakan istilah al-na >h}iyah dalam ungkapannya ihtima >m al-

zamakhshari > bi al-na >h}iyat al-bala>ghiyyah li al-qur`a >n (perhatian al-Zamakhshari>

terhadap aspek balangah al-Qur`a>n).67 Istilah al-ittija >h misalnya dapat ditemui

dalam al-Madkhal ila> Mana >hij al-Mufassiru>n karya Jibri>l dengan redaksi al-

ittija>ha >t al-madhhabiyyah fi> al-tafsi >r (kecenderungan-kecenderungan aliran dalam

tafsir al-Qur`a>n).68 Sedangkan pemakaian istilah madrasat al-tafsi>r tampak

dijumpai dalam Mana>hij al-Qur`a >n karya al-Jawni> seperti ditulisnya: al-madrasah

al-lughawiyyah fi> al-tafsi>r, al-madrasah al-‘aqliyyah fi> al-tafsi>r.69

Tidak adanya kesepakatan dalam penggunaan istilah teknis ini berbanding

lurus dengan perbedaan pemetaan aliran-aliran tafsir. Ada pakar studi al-Qur`a >n

yang membagi aliran-aliran tafsir berdasarkan periodesasi atau kronologi

waktunya. Ada yang memetakan berdasarkan kecenderungan paham teologisnya,

sehingga muncul istilah tafsir Sunni, Mu’tazilah, Shi’i>, dan lain sebagainya, serta

ada pula yang melihat dari pendekatan keilmuaan yang dipakai, sehingga muncul

istilah tafsir falsafi, tafsir fiqhi, dan lain sebagainya.

Pemetaan aliran tafsir berdasarkan kronologi waktu seperti diaplikasikan

al-Dhahabi> yang membagi menjadi tiga periodesasi, yaitu: tafsir pada masa Nabi

dan sahabat, tafsir pada masa ta >bi’i>n, dan tafsir pada masa kodifikasi di mana

pada masa ini muncul berbagai mazhab tafsir, seperti mazhab Mu’tazilah, Shi’ah,

66Muh}ammad H{usayn al-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-Kutub al-H{adi>th, 1961), Vol. 1, 140 dan Vol. 3, 162. 67Ibid., Vol. 1, 443. 68Jibri>l, al-Madkhal ila> Mana>hij al-Mufassiru>n (Kairo: al-Risa>la>t, 1978), 181. 69Lihat Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 387-388.

Page 22: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

40

Khawarij dan berbagai corak tafsir, misalnya tafsir dengan corak sufistik,

linguistik, fiqhi, filosafis, teologis, dan sebagainya.70

Al-Farma >wi> dan Quraish Shihab memetakan aliran tafsir dari pendekatan

disiplin ilmu yang dipakai penafsir. Artinya, ketika al-Qur`a >n ditafsirkan dengan

pendekatan tertentu, misalnya pendekatan sufi, maka akan melahirkan produk

penafsiran bercorak sufistik. Jika al-Qur`a >n ditafsirkan dengan pendekatan

filsafat, maka akan menghasilkan tafsir yang kental dengan aroma filosofisnya.

Namun, keduanya berbeda dalam mengklasifikasikan macam-macam corak tafsir

tersebut. Quraish Shihab memetakan aliran atau corak tafsir menjadi tujuh

macam, yaitu corak tafsi>r fiqihi>, tafsi>r s}u >fi>, tafsi>r ‘ilmi>, tafsi>r baya >ni>, tafsi>r falsafi>,

tafsi>r adabi>, dan tafsi>r ijtima >i>.71 Sedangkan al-Farma>wi> memetakannya menjadi:

al-tafsi>r bi al-ma`thu >r, al-tafsi>r bi al-ra`yi, al-tafsi>r al-s}u >fi>, al-tafsi>r al-fiqhi>, al-

tafsi>r al-falsafi>, al-tafsi>r al-‘ilmi>, al-tafsi>r al-adabi> al-ijtima >’i>.72

Lain dari mereka adalah ‘Ali> Iya >zi> dan Ridlwan Nasir yang memetakan

aliran tafsir berdasarkan pada kecenderungan si penafsir, hanya saja keduanya

memiliki perspektif berbeda dalam hal ini. Nasir menyatakan bahwa dari

kecenderungan-kecenderungan (al-ittija >h) yang dipilih penafsir, timbullah apa

yang disebut aliran atau corak tafsir al-Qur`a >n, yaitu tafsir lughawi, tafsir fiqhi,

tafsir shufi, tafsir i’tiqadi, tafsir falsafi, tafsir ilmi, tafsir ijtima’i”. Klasifikasi ini

merupakan sintesis yang diproyeksikan Abdul Djalal dan Quraish Shihab, dimana

Abdul Jalal berpendapat bahwa aliran-aliran tafsir itu adalah tafsi >r lughawi>/adabi>,

70Muh}ammad H{usayn al-Dhahabi>, al-Tafsi >r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th). 71Shihab, Membumikan al-Qur’an, 155. 72al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 16-31.

Page 23: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

41

tafsi>r fiqihi>/ah}ka>m, tafsi>r s}u >fi>/isha >ri >, tafsi >r i’tiza>li>, tafsi>r shi’i>/bat}ni>, tafsi>r

‘aqli>/falsafi>, dan tafsi>r ilmi>/’as}ri>.73 Selain itu, ia menyamakan istilah al-ittija>h dan

al-naz’ah dengan mendefinisikan sebagai “arah penafsiran yang menjadi

kecenderungan penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`a>n.74

‘Ali> Iya >zi> sendiri menganggap al-ittija >h merupakan sikap penafsir,

pandangannya, mazhab tafsirnya, dan arah yang mendominasinya dari segi

ideologi, baik Shi>’ah, Sunni>, Mu’tazilah atau Ash’ariyah yang identik dengan

madrasah al-tafsi>r (sekolah tafsir), dan sikap penafsir terhadap ragam sekolah

tafsir, seperti madrasah al-tafsi>r bi al-ma`thu>r, madrasah al-tafsi>r bi al-ma’qu>l,

madrasah al-tafsi>r ahl al-sunnah, madrasah al-tafsi >r ahl al-bayt, dan madrasah

al-tafsi>r as}h}a >b al-‘aql. Sedangkan istilah al-lawn menunjukkan bahwa pribadi

yang menafsirkan teks al-Qur`a >n itulah yang mewarnai isi penafsiran dan

pemahamannya terhadap teks al-Qur`a >n,75 sehingga dapat dipahami bahwa istilah

al-lawn merupakan kesimpulan dari al-ittija>h.76 Sementara al-Ru >mi> mengartikan

al-ittija >h sebagai tujuan atau sasaran (al-hadf) yang menjadi arah penafsiran dan

dijadikan sebagai bagian dari orientasi kerja dalam memahami teks al-Qur`a>n.77

Goldziher sendiri sebagai intelektual pertama yang mengkaji aliran-aliran

tafsir (madha>hib al-tafsi>r) memetakan tipologi tafsir menjadi lima, yaitu: tafsir

73Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudhu’i Pada Masa Kini (Jakarta: Kalam, 1990), 72-78. 74Nasir, Memahami al-Qur`a >n, 18-19. 75Artinya, pribadi penafsirlah yang menentukan wawasan pemikiran yang dapat dijangkau oleh teks, baik makna atau cakupannya. Penafsir melakukan hal itu sesuai dengan tingkat pemikiran dan keluasan wawasan pemikirannya, karena penafsir tidak dapat menganggap hal itu berasal dari kepribadiannya saja. Sebagaimana ia tidak mungkin untuk melampaui kepribadiaannya, karena penafsir tidak dapat memahami teks kecuali yang dapat dijangkau pemikiran dan akalnya. Dengan kadar inilah, penafsir menentukan teks dan membatasi penjelasannya. ‘Ali> Iya>zi>, al-Mufassiru >n H{aya>tuhum wa Manhajuhum, 33. 76Ibid. 77 al-Ru >mi>, Buh}u >th fi > Us}u >l al-Tafsi>r wa Mana>hijuh, 55-56.

Page 24: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

42

transferensial (al-tafsi>r bi al-ma`thu>r), tafsir teologis (al-tafsi>r fi> d}aw` al-aqi>dah),

tafsir sufistik (al-tafsi>r fi> d}aw` al-tas}awwuf al-isla >mi>), tafsir sektarianistik (al-

tafsi>r fi> d }aw` firaq al-diniyyah) dan tafsir modernis (al-tafsi>r fi > d }aw` al-tamaddun

al-isla>mi>).78

Dalam bukunya Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Nashruddin Baidan mencoba

mengompromikan kerancuan penggunaan istilah dan makna untuk menjelaskan

nuansa dan sifat khusus dalam sebuah penafsiran dengan menawarkan istilah

“corak” penafsiran. Pemakaian istilah corak (baca: al-lawn) ini menurutnya lebih

netral dan familiar dengan budaya Indonesia serta mendefinisikannya dengan

“suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang

mendominasi sebuah karya tafsir”.79 Jadi, untuk menentukan corak tafsir kata

kuncinya terletak pada dominan atau tidaknya sebuah pemikiran atau ide tersebut

dalam literatur tafsir.80

Selain itu, perlu juga diungkap tujuan atau keinginan yang hendak dicapai

penafsir dan faktor lingkungan yang mengelilingi si penafsir, sebab setiap

pemilihan model interpretasi selalu ada yang mendorong dan memicunya. Ini

terbukti pada al-Suyu >t }i>, sekalipun dia seorang ahli hadis dan sejarah, tetapi kerja

interpretasinya yang tertuang dalam Tafsi>r al-Jala>lain tidak mengekspresikan

corak tertentu, bahkan mengambil bentuk bi al-ra`yi. Menurut pengakuan al-

Suyu >t}i>, hal ini dikarenakan dia ingin merampungkan pekerjaan al-Mah}alli> dalam

melakukan analisis teks al-Qur`a>n (surah al-Kahfi sampai al-Na >s). Fakta ini 78Ignaz Goldziher, Madha >hib al-Tafsi>r al-Isla>mi >, terj. ‘Ali> H{asan ‘Abd al-Qadi>r (Bairut: Da>r al-Iqra>’, 1983). 79Baidan, Wawasan Baru Ilmu Al-Qur’an, 388. 80Nashruddin Baidan, “Tinjauan Kritis Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia”, Profetika, Surakarta PMSI-USM, Vol. 2, No. 2 (Juli, 2000), 265.

Page 25: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

43

berarti bahwa latar belakang keahlian atau disiplin ilmu yang ditekuni seorang

penafsir tidak serta merta langsung berpengaruh dan mewarnai terhadap proses

kerja tafsirnya, tapi amat tergantung pada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai

penafsir dan faktor lingkungan yang mengelilingi si penafsir.81

Oleh karena itu, pada saat akan membuat penilaian tentang nuansa atau

sifat khusus yang mewarnai sebuah penafsiran, seorang peneliti disamping

terlebih dulu harus mengetahui karakter kepribadian, kapasitas intelektual dan

kondisi sosio-kultur di mana seorang penafsir memproduksi karyanya, ia juga

harus mengetahui tujuan yang menjadi kepentingan seorang penafsir dalam

menjelaskan maksud ayat al-Qur`a>n, dan ini yang oleh Fah }d al-Ru >mi> diistilahkan

dengan al-ittija >h.82 Jika hal ini tidak dilakukan, seorang peneliti bisa terjebak

dalam kesalahan penilaian, sebab boleh jadi seorang penafsir yang memiliki

spesifikasi keilmuan dalam bidang Hukum Islam pada saat menafsirkan al-Qur`a >n

mempunyai tujuan menjelaskan aspek sosialnya, dengan demikian tafsirnya tidak

bisa disebut bercorak fiqih, melainkan ijtima>’i>.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meneliti karakteristik

literatur tafsir paling tidak dapat dilihat dari empat domain utama, yaitu: [1] tujuan

(al-hadf) yang menjadi kepentingan ketika seorang penafsir berinteraksi dengan

al-Qur`a>n (al-ittija>h), [2] kerangka berfikir yang menjadi dasar epistemologi

seorang penafsir untuk merealisasikan tujuan penafsirannya (al-manhaj), [3]

langkah-langkah metodis dalam mengaplikasikan kerangka berfikirnya (al-

81Baidan, Wawasan Baru Ilmu Al-Qur’an, 388-389. 82Tujuan yang menjadi arah penafsiran dan dijadikan sebagai bagian dari orientasi penafsiran. al-Ru >mi>, Buh}u >th fi > Us}u >l al-Tafsi>r wa Mana >hijuh, 55.

Page 26: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

44

t}ari>qah),83 dan [4] corak yang tampak dari hasil penafsirannya (al-lawn),84 dengan

asumsi bahwa setiap penafsir pasti mempunyai sasaran atau tujuan yang menjadi

kecenderungan arah penafsiran dan dijadikan orientasi kerja intelektualnya (al-

ittija>h). Selain itu mereka juga memiliki jalan, kerangka berfikir, dasar-dasar

pemikiran dan seperangkat ide-ide teoritis yang berbeda-beda sebagai dasar

epistemologi untuk mengantarkan pada tujuan (al-manhaj), dan diaplikasikan

dengan cara yang berbeda-beda pula (al-tari>qah) seperti al-tah}lili>, al-ijma>li>, al-

muqa>ri>n, dan al-mawd }u>’i>. Di sisi lain, setiap karya tafsir pasti dipengaruhi oleh

episteme dan kepentingan-kepentingan yang terbangun di dalam diri penafsir

sebagai unsur triadiknya, sehingga menampakkan karakteristik, corak dan

madzhab yang berbeda-beda (al-lawn). Oleh karena itu, dengan mengkaji empat

variable ini, maka kajian atas karya tafsir menjadi komprehensif dan tidak akan

kehilangan signifikansi kritisnya dengan hanya mengungkap pesan-pesan dan

kesimpulan yang disampaikan oleh penafsir, tanpa berani membongkar episteme

dan kepentingan-kepentingan yang tersembunyi dibalik kerangka berfikir dan

bangunan metode tafsirnya.

Penelitian terhadap al-ittija >h dapat dijadikan pijakan untuk mengungkap

latar belakang munculnya sebuah karya tafsir, di samping untuk melihat orientasi

83Ini adalah variable yang diproyeksikan oleh Fahd al-Ru >mi>. Sebagai ilustrasi, ada sekelompok orang bermaksud bepergian menuju suatu kota yang sama. Mereka berangkat menuju suatu arah tujuan yang sama (al-ittija >h), tapi menempuh jalan yang berbeda, semua jalan itu adalah al-manhaj. Di antara mereka ada yang langsung menuju kota tanpa istirahat, ada yang berbelok menuju suatu tempat lain untuk kemudian kembali ke jalan semula, dan ada yang melakukan transit di suatu tempat, kemudian melanjutkan perjalanan dan transit kembali sampai akrirnya sampai di tempat tujuan, namun semua itu mengarah pada tujuan yang sama, inilah yang dimaksud dengan al-t }ari>qah. al-Ru>mi>, Buh}u >th fi > Us}u >l al-Tafsi>r wa Mana >hijuh, 55. 84Semua pakar studi ilmu al-Qur`a>n sepakat tentang adanya sifat khusus yang mewarnai sebuh penafsiran sekalipun mereka menyatkan dengan istilah dan batasan yang berbeda-beda, dan di sini penulis sepakat dengan istilah yang diberikan ‘Ali> Iya>zi> dan Nashruddin Baidan,

Page 27: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

45

dan kepentingan penafsir ketika melakukan aktifitas penafsirannya. Keberadaan

al-manhaj dapat dipakai untuk menemukan ide-ide teoritis dan dasar-dasar

pemikiran penafsir sebagai kerangka berfikir yang menjadi dasar epistemologi

dalam merealisasikan tujuan penafsirannya. Adapun al-t}ari>qah bisa digunakan

untuk melihat cara-cara aplikatif yang ditempuh penafsir dalam memahami teks

al-Qur`a>n, seperti al-tah}lili>, al-ijma>li >, al-muqa >ri >n, atau al-mawd }u >’i>. Sedangkan

tinjauan al-lawn (baca: corak) untuk melihat keunikan karakteristik, nuansa atau

sifat khusus yang mewarnai sebuah penafsiran sebagai bentuk ekspresi intelektual

seorang penafsir ketika mendialogkan al-Qur`a >n dengan realitas objektif dalam

ruang kesejarahan yang kemudian dibingkai berdasarkan kerangka berfikir dan

diaplikasikan dengan teknik tertentu, sehingga diketahui konsistensi tujuan dan

kecermatannya dalam proses kegiatan memahami al-Qur`a>n.

Berikut ini adalah elaborasi singkat dari macam-macam corak (al-lawn)

penafsiran al-Qur`a>n yang ada:

1. Tafsir Corak Fiqih (al-Tafsi>r al-Fiqhi>)

Tafsir corak fiqih adalah penafsiran al-Qur`a>n yang dibangun

berdasarkan wawasan penafsirnya dalam bidang fiqih sebagai basisnya, atau

dengan kata lain, adalah tafsir yang berada di bawah pengaruh ilmu fiqih,

karena fiqih sudah menjadi minat dasar sebelum ia melakukan penafsiran.

Dalam bentuknya yang ekstrim, tafsir model ini bahkan hampir

menyerupai kumpulan diskusi fiqih menyangkut berbagai persoalan, lengkap

dengan sikap pro dan kontra para ulama (fuqaha>`). Tafsir semacam ini seakan-

Page 28: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

46

akan melihat al-Qur’a >n sebagai kitab suci yang berisi ketentuan-ketentuan

perundang-undangan85 atau menganggap al-Qur’a >n sebagai kitab hukum.

Embrio dari tafsir fikih sebenarnya sudah kelihatan semenjak Nabi

meninggal dunia dan munculnya beberapa kasus hukum yang pada zaman Nabi

belum ada, sehingga belum mendapatkan pemecahan. Tuntutan untuk

mendapatkan pemecahan yang benar menurut shari’at, menyebabkan mereka

tertarik untuk menggali dasar-dasar hukumnya dari al-Qur’a>n. Kemudian hal

itu berlanjut hingga munculnya berbagai mazhab fikih dan fanatisme golongan

yang sedemikian kuatnya menghegemoni alam pikiran orang-orang yang

menaruh minat atas studi hukum. Akibatnya, aksi penafsiran al-Qur’a>n berada

di bawah dominasi “kepentingan” nalar fiqih. Itulah sebabnya, tafsi>r fiqhi>

tampil mewakili setiap mazhab fikih yang berkembang sesuai kadar fanatisme

penafsirnya yang tidak jarang menjadi tafsir liar dengan memperlakukan lafal-

lafal tertentu dalam al-Qur’a>n di luar yang semestinya.86

2. Tafsir Corak Teologis (al-Tafsi>r al-I’tiqa>d)

Tafsir ini mulanya lahir sebagai bagian dari gerakan-gerakan politik dan

berciri dogmatis, karena pada waktu itu dikalangan masyarakat Islam, teologi

berfungsi sebagai ideologi politik.87 Pada perkembangannya tafsir corak

teologis tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi

85Taufiq Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual al-Qur’a>n (Bandung: Mizan, 1990), 24. 86al-Dhahabi>, al-Tafsi >r wa al-Mufassiru >n, Vol.2, 435. Lihat juga al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi >r al-Mawd }u >’i >, 18-20. 87Hasan Hanafi, Metode Tafsir dan Kemaslahatan Umat, terj. Yudian Wahyudi (Yogyakarta: pesantren Nawesea Press, 2007), 36-37.

Page 29: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

47

lebih jauh, merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang

sebuah aliran teologis.

Tafsir model ini lebih banyak membicarakan tema teologis dibanding

mengedepankan pesan-pesan pokok al-Qur’a>n. Sebagaimana layaknya diskusi

yang dikembangkan dalam literatur ilmu teologi Islam (kala>m), tafsir ini sarat

dengan muatan sektarian dan pembelaan-pembelaan terhadap faham-faham

teologis yang menjadi referensi utama bagi penafsirnya. Ayat-ayat al-Qur’a >n

yang tampak memiliki konotasi berbeda, seringkali dimanfaatkan kelompok-

kelompok teologis sebagai basis dasar penafsirannya. Ayat-ayat seperti ini

memberi peluang dan potensial untuk dijadikan alat sebagai pembenar atas

faham-faham teologis. Kategorisasi ayat yang dipakai al-Qur`a>n sendiri

menjadi muh}kam dan mutasha >bih adalah sumber teoritis perbedaan penafsiran

teologis yang dibangun di atas keyakinan-keyakinan teologis.88

3. Tafsir Corak Sufistik (al-Tafsi>r al-S {u>fi>)

Perkembangan sufisme dalam tradisi budaya Islam ditandai dengan

praktik asketisme dan eskapisme yang dilakukan generasi awal Islam semenjak

munculnya konflik politis sepeninggal Nabi. Di samping praktek semacam ini

tumbuh dan berkembang hingga masa-masa berikutnya, praktek ini

diteorisasikan dan dicarikan dasar teori mistiknya oleh kalangan tertentu,

sehingga memunculkan teori-teori sufisme, semisal khauf, mah }abbah,

ma’rifah, h }ulu >l, dan wih }dat al-wuju>d.

88Ibid., 36-40.

Page 30: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

48

Adanya dua aliran sufisme dalam dunia Islam yang digawangi para

praktisi sufi yang lebih mengedepankan sikap praktis untuk mendekati Allah

(al-tas}awwuf al-’amali>) dan para teosof yang lebih konsen dengan teori-teori

mistisnya (al-tas}awwuf al-naz}ari>) pada akhirnya membawa dampak tersendiri

dalam dunia penafsiran al-Qur’a >n. Akibatnya, lahirlah dua model penafsiran

sufistik yang kemudian dikenal dengan istilah tafsi>r s}u >fi> isha >ri> dan tafsi>r s}u >fi>

naz}ari>,89 yang secara metodologis mendasarkan diri pada pengalaman batin

atau pada teori tasawwuf.

Tafsi>r s}u >fi> naz}ari> adalah sebuah penafsiran yang dibangun untuk

mempromosikan teori-teori mazhab sufistik sehingga menggeser tujuan al-

Qur’a >n kepada tujuan dan target teori mistisnya.90 Sedangkan tafsi>r s}u >fi> isha>ri>

atau faid }i> adalah pentakwilan ayat-ayat al-Qur’a >n yang berbeda dengan makna

lahirnya, dan disesuaikan dengan petunjuk khusus yang diterima para tokoh

sufisme tetapi antara kedua makna tersebut masih dapat dikompromikan.91

4. Tafsir Corak Falsafi (al-Tafsi>r al-Falsafi>)

Seiring dengan diterjemahkannya buku-buku filsafat Yunani dan

berbagai literatur di dunia ke dalam bahasa Arab pada masa dinasti Abbas

memunculkan reaksi dan respons yang beragam dari kaum Muslimin. Sebagian

menolak teori-teori filsafat lantaran melihat teori-teori ini bertentangan dengan

keyakinan teologis mereka. Tokoh pelopor kelompok ini adalah al-Ghazali> dan

al-Fakr al-Ra >zi>. Tokoh yang disebut terakhir ini, dalam kitabnya Mafa>tih } al-

89al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 17. 90Ibid. 91al-Zarqa>ni>, Mana >hil al-‘Irfa>n fi > ‘Ulu>m al-Qur`a >n, Vol. 2, 79.

Page 31: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

49

Ghaib membeberkan ide-ide filsafat yang dipandang bertentangan dengan al-

Qur`a >n, dan akhirnya ia dengan tegas menolak filsafat berdasarkan alasan dan

dalil yang dianggap memadai.92 Sementara sebagian yang lain merasa kagum

atas teori-teori ini dan merasa mampu untuk mengkompromikan antara fisafat

dan agama. Namun demikian, kelompok ini tidak meninggalkan karya tafsir

utuh kecuali pemahaman-pemahaman terhadap al-Qur`a>n secara parsial dan

termuat di dalam kitab-kitab filsafat yang mereka tulis.93

Untuk mengkompromikan ini, ditempuh dua cara. Pertama, dengan

mentakwilkan teks al-Qur’a>n sesuai dengan pandangan para filosof. Artinya

berusaha menundukkan al-Qur’a>n kepada pandangan-pandangan filosof

sehingga keduanya tampak sejalan. Kedua, dengan cara menjelaskan teks-teks

keagamaan dengan menggunakan berbagai pandangan dan teori filsafat.94

5. Tafsir Corak Ilmi (al-Tafsi >r al-’Ilmi>)

Tafsi>r ‘ilmi> adalah tafsir yang menempatkan berbagai terminologi

ilmiah dalam teks al-Qur’a>n atau berusaha mendeduksi berbagai ilmu serta

pandangan filosofisnya dari al-Qur’a>n. Tafsir ini dibangun berdasarkan asumsi

bahwa al-Qur’a >n mengandung berbagai macam ilmu pengetahuan baik yang

sudah ditemukan maupun yang belum.95

92al-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n Vol. 3, 83. 93 Ibid., 90. 94`Azzah Ah {mad `Abd al-Rah {ma>n, Ittija >h al-Tafsi>r fi> al-Qar`a>n al-‘Ishri>n (Kairo: al-Azhar Press, 2000), 13. 95`Abd al-Ma>jid `Abd al-Sala>m al-Muh{tasib, Ittija>h {a>t al-Tafsi >r fi > al-As{ri al-H{adi >th (Beirut: Da>r al-Fikr, 1973), 247. Ah{mad `Umar Abu > H{ajar, al-Tafsi>r al-‘Ilmi > li al-Qur’a>n fi> al-Miza >n (Beirut: Da>r Qutaibah, 1991), 65.

Page 32: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

50

Munculnya tafsir corak ‘ilmi >, juga sempat mengundang pro-kontra di

kalangan para ulama. Sebagian yang tidak setuju berpendapat bahwa al-Qur’a >n

bukanlah buku ilmu pengetahuan, melainkan kitab petunjuk untuk umat

manusia. Jika seseorang berupaya melegitimasi teori-teori ilmu pengetahuan

dengan ayat-ayat al-Qur’a>n, dikhawatirkan ketika pada saatnya teori itu runtuh

oleh teori yang baru, maka akan menimbulkan kesan bahwa ayat itu pun ikut

runtuh, bahkan seolah kebenaran ayat tersebut dapat dipatahkan oleh teori baru

ilmu pengetahuan tersebut. Untuk itu tidak diperlukan penafsiran secara ‘ilmi>,

jika hanya dimaksudkan untuk melegitimasi teori-teori ilmu pengetahuan yang

sifatnya relatif dan nisbi.

Pro-kontra tersebut, mestinya dapat dicari jalan tengah yang lebih

moderat, bahwa al-Qur’a>n memang bukan kitab ilmu pengetahuan, namun

tidak dapat disangkal di dalamnya juga terdapat isyarat-isyarat atau pesan-

pesan moral akan pentingnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.96

6. Tafsir Corak Bahasa (al-Tafsi>r al-Lughawi>/ al-adabi>)

Tafsir adabi> secara metodogis mendasarkan diri pada unsur linguistik

yang meliputi segi marfologi, sintaksis, etimologi, dan susastra.97 Artinya,

penafsir mendekati teks al-Qur’a >n dari sisi ketelitian redaksinya, kemudian

menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redaksi yang indah dengan

menonjolkan tujuan diturunkannya al-Qur’a>n, yakni sebagai petujuk dalam

kehidupan.

96al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd }u >’i >, 22-27. 97Nasir, Memahami al-Qur’a>n, 18.

Page 33: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

51

Muh{ammad `Abduh, sebagai penafsir yang ikut andil mempopulerkan

corak adabi> menyatakan bahwa pengungkapan tafsir dengan redaksi yang

indah dan menarik tiada lain untuk menarik jiwa manusia dan menuntun giat

beramal serta melaksanakan petunjuk al-Qur’a>n, agar maksud al-Qur’a >n

sebagai petunjuk dan rahmat (hudan wa rah {mah) dapat tercapai dengan baik,

sebab al-Qur’a>n tersusun secara serasi dan harmonis, yaitu tidak adanya satu

kalimat pun dalam al-Qur’a>n yang dikedepankan atau dikemudiankan untuk

tujuan fas{ilah seperti yang terjadi dalam sajak dan syair.98

7. Tafsir Corak Sosial Kemasyarakatan (al-Tafsi>r al-Ijtima>’i>)

Corak tafsir ini dalam konteks tradisi analisis teks al-Qur’a>n cenderung

diorientasikan kepada persoalan sosial dengan banyak mengungkapkan hal-hal

yang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan kemasyarakatan yang

sedang berlangsung.99 Atas dasar itu, penafsir menerangkan makna-makna teks

al-Qur’a>n, menampilkan sunatullah yang tertuang di alam raya dan sistem-

sistem sosial, sehingga ia dapat memberikan jalan keluar bagi persoalan kaum

Muslimin secara khusus dan persoalan umat manusia secara universal sesuai

dengan petunjuk yang diberikan al-Qur’a >n.100

Ketika mencetuskan tafsir jenis ini, Muh{ammad `Abduh menjelaskan

bahwa upayanya menghubungkan ayat-ayat al-Qur’a>n dengan hukum alam

yang berlaku dalam masyarakat dimaksudkan agar tafsir dapat diterima

98Rif’at Shauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muh {ammad `Abduh; Kajian Masalah Akidah dan Ibadah (Jakarta: Paramadina, 2002), 111. 99Samsul Bahri, “Konsep-konsep Dasar Metodologi Tafsir” dalam Metodologi Ilmu Tafsir, ed. A. Rafiq (Yogyakarta: Teras, 2005), 45. 100 al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi > al-Tafsi>r al-Mawd }u>’i >, 28.

Page 34: BAB II METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI …digilib.uinsby.ac.id/1024/7/Bab 2.pdf · METODE TAFSIR AL-QUR`ĀN DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF A. Pengertian Metode Tafsir dan Posisinya

52

masyarakat dengan mudah, mengingat adanya keterkaitan antara apa yang

dikandung teks al-Qur’a>n dengan realitas kehidupan yang dihadapi mereka.101

Dengan perkataan lain, masyarakat akan lebih bisa memahami dan mencerna

pesan-pesan Tuhan dalam al-Qur’a>n apabila dalam menafsirkan pesan-pesan

itu, penafsir menghubungkannya dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-

peristiwa yang timbul dalam masyarakat. Karya-karya tafsir yang dapat

dikategorikan ini adalah Tafsi>r al-Ma>nar karya Muh{ammad Rashi>d Rid {a > (w.

1935 M).

101Rif’at Shauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muh{ammad `Abduh, 112-113.