Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Lingkungan Kerja
2.1.1. Pengertian Lingkungan Kerja
Menurut Nitisemito dalam (Yuliantari & Widayati, 2018) menjelaskan
tentang “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan
yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan,
misalnya kebersihan, musik, penerangan, dan lain-lain”.
Menurut Mardiana dalam (Wijaya & Susanty, 2017) mengemukakan bahwa
“lingkungan kerja merupakan tempat karyawan melakukan pekerjaan atau aktivitas
sehari-hari”.
Sedangkan menurut (Munandar, 2014:129) mengemukakan bahwa
“lingkungan kerja dianggap sesuatu yang terberikan, tidak berubah, yang menurut
berbagai persyaratan tertentu dari tenaga kerja”.
Berdasarkan teori menurut para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja adalah kondisi yang ada di sekitar karyawan yang berpengaruh
terhadap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.1.2. Jenis-Jenis Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmawati dalam (Handayani, 2015) menyatakan bahwa secara
garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2, yaitu:
8
1. Lingkungan kerja fisik (Physical Working Environment)
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
2. Lingkungan kerja non fisik (Non - Phisical Warking Environment)
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama
rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
2.1.3. Faktor-Faktor Lingkungan Kerja
Menurut Iridiastadi dan Yassierli dalam (Triastuti & Sulaiman, 2018) terdapat
beberapa faktor seseorang dalam melakukan pekerjannya sering kali bergantung pada
lingkungan fisik tempat pekerjaan berlangsung antara lain, sebagai berikut:
1. Pencahayaan
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
pencahayaan di suatu tempat telah memenuhi yang diharapkan adalah dengan
mengukur iluminansi (illuminance) dari suatu sumber cahaya dengan teknik
fotometri.
2. Kebisingan
Kebisingan merupakan paparan terhadap suara-suara yang tidak di inginkan
(unwanted sound), suatu fenomena yang bersifat objektif. Kebisingan umumnya
dapat memberikan dampak buruk, mulai dari sekedar munculnya rasa tidak
nyaman, menurunya kinerja serta kesulitan berkomunikasi.
3. Temperatur Lingkungan Kerja
Manusia pada umumnya dapat beradaptasi dan melakukan pekerjaan di tengah
temperatur lingkungan cenderung ekstrim. Kemampuan beradaptasi ini pada
9
lingkungan panas di mungkinkan dengan adanya pendinginan melalui keringat
yang dengan mudah dikeluarkan melalui kulit. Namun demikian, terdapat saat-
saat ketika paparan terhadap temperatur lingkungan dapat berdampak buruk, baik
terhadap kesehatan maupun kualitas kerja, terlebih lagi pada saat beban kerja fisik
relatif cukup tinggi.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara dalam (Taryaman, 2016:130) berpendapat bahwa
“kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”.
Menurut Prawirosentono dalam (Sinambela, 2018:481) mengemukakan
bahwa “kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai dalam (Budianto & Katini, 2017)
mengemukakan bahwa “kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
peranya dalam perusahaan”.
Berdasarkan teori menurut para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil kerja dari kemampuan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
10
2.2.2. Faktor-Faktor Kinerja
Menurut Mathis dalam (Wijaya & Susanty, 2017), kinerja karyawan
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:
1. Kemampuan individual untuk melakukan perkerjaan tersebut.
Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat dan faktor
kepribadian. Tingkat kemampuan individual adalah bahan mentah yang dimiliki
seorang karyawan seperti pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan
interpersonal, dan kecakapan teknis. Dengan demikian, kemungkinan seorang
karyawan akan memiliki kinerja yang baik adalah jika karyawan tersebut
memiliki kemampuan individual yang cukup.
2. Tingkat usaha yang dicurahkan
Usaha dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja, kehadiran dan
motivasinya. Tingkat usaha merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan
karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, walaupun
karyawan memiliki kemampuan individual untuk mengerjakan pekerjaan, tetapi
tidak akan bekerja tanpa tingkat pencurahan usaha yang rendah.
3. Dukungan organisasi
Dalam dukungan organisasional artinya fasilitas apa yang perusahaan sediakan
bagi karyawan dapat berupa pelatihan, pengembangan, peralatan teknologi, dan
manajemen.
2.2.3. Metode Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara dalam (Wijaya & Susanty, 2017) terdapat beberapa
aspek kinerja dapat diukur yaitu:
1. Akurasi (pemenuhan standar akurasi)
2. Prestasi (menyelesaikan tanggung jawab dan tugas)
11
3. Administrasi (menunjukkan efektivitas administratif)
4. Analitis (analisa secara efektif)
5. Komunikasi (berkomunikasi dengan pihak lain)
6. Kompetensi (menunjukkan kemampuan dan kualitas)
7. Kerjasama (bekerja sama dengan orang lain)
8. Kreativitas (menunjukkan daya imaginasi dan daya kreatif)
9. Pengambilan Keputusan (pengambilan keputusan dan pemberian solusi)
10. Pendelegasian (menunjukkan orang yang diberikuasa untuk berbicara atau
bertindak bagi orang lain)
11. Dapat diandalkan (menunjukkan sifat yang dapat dipercaya)
12. Improvisasi (peningkatan kualitas atau kondisi yang lebih baik)
13. Inisiatif (mengemukakan gagasan, metode dan pendekatan baru)
14. Inovasi (pengenalan metode dan prosedur baru)
15. Keahlian Interpersonal (hubungan manusiawi)
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-Kisi Operasional Variabel
Pada konsep dasar operasional dan perhitungan ini yaitu berisikan dimensi-
dimensi dan indikator-indikator yang diuraikan untuk dapat dijadikan daftar
pertanyaan kuesioner dalam penelitian tugas akhir (TA) ini. Dimensi dan indikator
tersebut berdasarkan pendapat para ahli yang terdapat di dalam buku-buku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja terhadap kinerja.
12
Tabel II.1.
Kisi-Kisi Variabel Lingkungan Kerja (Variabel X)
Variabel Dimensi Indikator Item
Lingkungan
Kerja (X)
Hubungan
Karyawan
1. Kepemimpinan yang baik
2. Distribusi informasi yang baik
3. Kondisi kerja yang baik
4. Sistem pengupahan yang jelas
1-2
Tingkat
Kebisingan
Lingkungan
Adanya ketidaknyamanan dalam
bekerja 3
Peraturan
Kerja
1. Memberikan pengaruh baik
2. Untuk pengembangan karir 4-5
Penerangan Membantu aktivitas pekerjaan 6
Sirkulasi
Udara
1. Ventilasi yang cukup
2. Pemasangan kipas angin atau AC
3. Pemasangan humidifier
7-8
Keamanan 1. Ketenangan
2. Kenyamanan 9-10
Sumber:(Yuliantari & Widayati, 2018)
Tabel II.2.
Kisi-Kisi Variabel Kinerja (Variabel Y)
Variabel Dimensi Indikator Item
Kinerja (Y)
Kualitas
1. Karyawan menangani pekerjaan
sebagaimana yang ditugaskan oleh
atasan
2. Karyawan menyelesaikan pekerjaan
tepat pada waktunya
3. Karyawan bekerja sama dengan
baik dengan karyawan lainnya
4. Karyawan tidak pernah menunda
pekerjaan
1-3
Kuantitas
1. Karyawan sabar dalam menghadapi
pekerjaan
2. Karyawan bekerja dengan semangat
3. Karyawan teliti dalam
melaksanakan pekerjaan
4-7
13
4. karyawan memiliki tanggung jawab
5. karyawan memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi dalam
menghadapi pekerjaan
Ketepatan
Waktu
1. Karyawan disiplin waktu
2. Karyawan dapat mengembangkan
kualitas diri sebagai karyawan dengan
mengikuti perkembangan di
lingkungan kerja
3. Karyawan selalu datang ke kantor
tepat waktu
4. Karyawan selalu pulang dari kantor
tepat waktu
8-10
Sumber:Novianto dalam (Khairizah & Astria, 2015)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1.Uji Validitas
Menurut Sugiyono dalam (Erdiansyah, 2016) menyatakan bahwa “uji
validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti”.
Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
penelitian. Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan harga kritis moment (r
tabel), apabila hasil yang diperoleh r hitung > r tabel maka instrument tersebut
valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono dalam (Kusnadi & Mutoharoh, 2016) menyatakan bahwa
“reliabilitas alat ukur adalah ketetapan alat ukur tersebut dalam mengukur apa yang
hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan
hasil ukur yang sama”.
14
Sedangkan menurut (Noor, 2014:179) menyatakan bahwa “uji realibilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk”. Suatu kuesioner dikatakan realible atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk menguji reliabilitas alat ukur atau angket, dalam penelitian ini
menggunakan test-retest, yaitu instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji
dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada
responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka
instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
Tabel II.3.
Skala Alpha Cornbach’s
Nilai Alpha Cornbach Keterangan
0,00-0,20 Kurang reliabel
0,21-0,40 Agak reliabel
0,41-0,60 Cukup reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,81-1,00 Sangat reliabel
Sumber:Sugiyono dalam (Nikmah, Haryati, & Syahril, 2018)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2018:80) menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
15
Menurut (Sugiyono, 2018:81) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Menurut (Sugiyono, 2018:85) menyatakan bahwa “sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
2. Skala Likert
Menurut (Sugiyono, 2018:93) mengemukakan bahwa “skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial”.
Tabel II.4.
Skala Likert
Simbol Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
RR Ragu-Ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber:Sugiyono dalam (Santosa & Lahat, 2018)
3. Uji Koefesien Korelasi
Menurut Sugiyono dalam (Santosa & Lahat, 2018) menyatakan bahwa
“korelasi product moment adalah teknik korelasi yang digunakan bila data
berbentuk interval dan dari sumber yang sama”.
16
Rumus:
( )( )
√* ( ) + *
) ( ) +
Sumber:Sugiyono dalam (Kusnadi & Mutoharoh, 2016)
Dimana:
rxy = Koefisien Korelasi
Σxi = Jumlah X total
Σyi = Jumlah Y total
n = Jumlah responden
Σxy = Hasil perkalian X dan Y setiap responden
(Σxi)2 = Kuadrat skor X total
(Σyi)2 = Kuadrat Skor Y total
Setelah harga r diperoleh, kemudian disubsitusikan kedalam rumusan uji-t tanpa
mengunakan tabel:
√
√
Sumber:Sugiyono dalam (Kusnadi & Mutoharoh, 2016)
Dimana:
t hitung = nilai t hitung
r = koefesien korelasi t hitung
n = jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Maka taraf
signifikan atau tidaknya dapat diketahui dengan syarat: Jika rxy > thitung berarti
indikator tersebut signifikan. Jika rxy < thitung berarti indikator tersebut tidak
signifikan.
17
Menurut (Sugiyono, 2018:185) menyatakan bahwa “ketentuannya bila r
hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya
bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > r tabel) maka Ha diterima”.
Tabel II.5.
Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber:(Sugiyono, 2018:184)
4. Uji Koefesien Determinasi
Menurut Sugiyono dalam (Santosa & Lahat, 2018) menyatakan bahwa
“koefisien determenasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r²).
Koefisen ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel
dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen
persamaan regresi”.
Rumus:
KD = r2
x 100%
Sumber:Sugiyono dalam (Budianto & Katini, 2017)
Dimana:
r = koefesien korelasi
5. Uji Koefesien Regresi
Menurut (Sugiyono, 2018:188) berpendapat bahwa “persamaan regresi dapat
digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila
nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah)”.
18
Secara umum persamaan regresi sederhana (dengan satu prediktor)
Rumus:
Y = a + b X
Sumber:(Sugiyono, 2018:188)
Dimana:
Y = Nilai yang diprediksikan
a = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefesien regresi
X = Nilai variabel independen