Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Disiplin Kerja
2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dengan kata lain, disiplin kerja pada
karyawan sangatlah dibutuhkan karena apa yang menjadi tujuan perusahaan akan
sulit dicapai bila tidak ada disiplin.
Menurut Singodimedjo dalam (Sutrisno, 2016) mengatakan bahwa disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-
norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan
mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi
penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Hasibuan dalam (Syahyuni, 2018) menyatakan bahwa kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Menurut Irawan dalam (Eva & Lestari, 2018) menyatakan bahwa
“Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
yang berlaku. Disiplin yang baik dapat mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap kesadaran atau
kepatuhan seseorang untuk menaati semua peraturan yang ada dalam perusahaan.
7
2.1.2. Macam-macam Disiplin Kerja
Menurut Keith Davis dalam (Mangkunegara, 2015) ada 2 bentuk disiplin
kerja, yaitu:
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti
dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh
perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin
diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan-peraturan perusahaan.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan
suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang
melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo dalam (Sutrisno, 2016) faktor yang mempengaruhi
disiplin pegawai adalah:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan
akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan
balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi
perusahaan.
8
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana pimpinan
dapat menegakkan disiplin dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada
aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak
mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan
yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian
pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran
yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai
dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan
dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,
yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan
dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi
tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat
oleh peraturan apapun juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka
sedikit banyak para karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.
9
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu
dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan
kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih
membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan
kesulitan mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:
a. Saling menghormati, bilka bertemu di lingkungan pekerjaan.
b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.
c. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekanan sekerja, dengan
menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan
sekalipun.
2.1.4. Indikator Disiplin Kerja
Menurut (Supomo & Nurhayati, 2018) banyak indikator yang memengaruhi
tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi. Adapun indikator kedisplinan yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan seseorang ikut memengaruhi tingkat kedisiplan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang harus sesuai dengan kemampuan
10
karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin
dalam mengerjakannya.
2. Teladan Pimpinan
Keteladanan seorang pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedispilinan
karyawan. Karena pemimpin merupakan suri teladan dan panutan bagi para
karyawannya. Pimpinan harus memberikan contoh, seperti memiliki perilaku yang
baik, berdisiplin tinggi, jujur, adil, serta kata-kata dan perbuatannya sesuai. Jika
seorang pemimpin memiliki kepribadian kurang baik (kurang disiplin), maka para
bawahannya pun akan kurang disiplin.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisiplinan karyawan,
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
organisasu/isntansi. Jika kecintaan karyawan dari hari ke hari semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan. Karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan selalu ingin diperlakukan
sama dengan manusia lainya
5. Waskat
Wakat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat, berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat
kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika bawahannya
mengalami kesulitan dalan menyelesaikan pekerjaannya.
11
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut untuk
melanggar peraturan-peraturan sehingga sikap dan perilaku indisipliner karyawan
akan berkurang.
7. Ketegasan
ketegasan pemimpin dalam melakukan tindakan akan memengaruhi kedisiplinan
karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk
menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman
yang telah ditetapkan, sehingga pemimpin akan dapat memelihara kedisiplinan
karyawan perusahaan.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara semua karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan
baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri atas direct single
relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya
harmonis.
2.1.5. Tujuan Disiplin Kerja
Menurut Satrohadiwiryo Siswanto dalam (Supomo & Nurhayati, 2018)
menjelaskan bahwa tujuan khusus yang direncanakan dari pembinaan disiplin kerja
adalah sebagai berikut:
1. Agar tenaga kerja menaati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan
maupun peraturan dan kebujakan perusahaan yang berlaku.
2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya
12
3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan jasa
perusahaan dengan sebaik-baiknya
4. Dapat bertindak berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku pada perusahaan
5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.1.6. Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut (Mangkunegara, 2015) ada tiga pendekatan disiplin, yaitu
pendekatan disiplin modern, disiplin dengan tradisi dan disiplin bertujuan.
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin modern merupakan suatu acara menghindarkan bentuk hukuman
secara fisik.
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang
berlaku.
c. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka harus
diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-
faktanya.
d. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus
disiplin.
2) Pendekatan Disiplin Dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
13
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan tingkat pelanggarannya.
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun
kepada pegawai lainnya.
d. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.
e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus
diberi hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku.
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil kerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya.
Hasil kerja tersebut dapat berupa hasil kerja yang baik maupun hasil kerja yang
buruk. Maka dari itu kinerja sangatlah diperlukan di dalam suatu perusahaan, karena
dengan adanya kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan karyawan dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
14
Menurut Mangkunegara dalam Syahyuni (Kurniasari, Oktiani, &
Ramadhanti, 2018) dimana dinyatakan bahwa Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Gibson dalam (Rajagukguk, 2016) mengemukakan bahwa Kinerja
(performance) merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan
dengan produksi barang atau penyampaian jasa.
Menurut Rivai dan Basri dalam (Bintoro & Daryanto, 2017) menyatakan
bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.
Menurut Rivai dalam Deikme (Pramularso, 2018) mengatakan bahwa kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang karyawan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Timple dalam Mangkunegara (Bintoro & Daryanto, 2017) faktor
kinerja terdiri dari dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang misalnya kinerja baik
disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerjaan keras.
15
2. Faktor Eksternal yang terkait dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Sedangkan menurut Sutermeister dalam (Priansa, 2017) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi pegawai terdiri atas motivasi, kemampuan,
pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian
kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial, serta kebutuhan
egoistik.
2.2.3. Pengukuran Kinerja
Menurut Noe, Premeaux dalam (Priansa, 2017) menyatakan bahwa
pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan dimensi berikut :
1. Kuantitas pekerjaan (quantity of work); berkaitan dengan volume pekerjaan dan
produktivitas kerja yang dihasilkan oleh pegawai dalam kurun waktu tertentu.
2. Kualitas pekerjaan (quality of work); berkaitan dengan pertimbangan ketelitian,
presisi, kerapian, dan kelengkapan dalam menangani tugas-tugas yang ada di
perusahaan.
3. Kemandirian (dependability); berkenaan dengan pertimbangan derajat
kemampuan pegawai untuk bekerja dan mengemban tugas secara mandiri dengan
meminimalisasi bantuan orang lain. Kemandirian juga menggambarkan
kedalaman komitmen yang dimiliki oleh pegawai.
4. Inisiatif (initiative); berkenaan dengan pertimbangan kemandirian, fleksibilitas
berpikir, dan kesediaan untuk menerima tanggung jawab.
5. Adaptabilitas (adaptability); berkenaan dengan kemampuan untuk beradaptasi,
mempertimbangkan kemampuan untuk bereaksi terhadap mengubah kebutuhan
dan kondisi-kondisi.
16
6. Kerja sama (cooperation); berkaitan dengan pertimbangan kemampuan untuk
bekerja sama, dan dengan orang lain. Apakah assignements, mencakup lembur
dengan sepenuh hati.
2.2.4. Kriteria Kinerja
Menurut Schuler dan Jackson dalam (Priansa, 2017) menyebutkan tiga
kriteria yang berhubungan dengan kinerja, yaitu:
1. Sifat
Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik pribadi seseorang
karyawan. Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan
memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian.
2. Perilaku
Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada cara pekerjaan dilaksanakan. Kriteria
ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antarpersonal
pegawai.
3. Hasil
Kriteria berkenaan dengan hasil semakin popular dengan semakin ditekannya
produktivitas dan daya saing internasional. Kriteria ini berfokus pada apa yang
telah dicapai atau dihasilkan daripada bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk menyusun daftar
pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel dimensi dan
indikator berikut :
17
Tabel II.1
Kisi-kisi Operasional Variabel Disiplin Kerja (X)
Variable Dimensi Indikator Item
Disiplin
Kerja (X)
Tujuan dan Kemampuan Beban kerja sesuai dengan kemampuan
karyawan 1,2
Keteladanan Pemimpin Pemimpin sebagai panutan 3 Keadilan Diperlakukan sama dengan manusia
lainnya 4
Waskat Pemimpin aktif dan langsung
mengawasi kerja bawahannya 5,6
Sanksi Hukuman Semakin berat hukuman semakin takut
untuk melanggar peraturan 7
Balas Jasa Kepuasan karyawan (gaji &
kesejahteraan karyawan) 8
HubunganKemanusiaan Hubungan harmonis antar karyawan 9,10
Sumber: (Supomo & Nurhayati, 2018)
Tabel II.2
Kisi-kisi Operasional Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Variabel Dimensi Indikator Item
Kinerja
Pegawai (Y)
Kuantitas
Pekerjaan
Volume pekerjaan dan produktivitas kerja
yang dihasilkan
1
Kualitas
pekerjaan
Pertimbangan ketelitian, presisi, kerapian,
dan kelengkapan dalam menangani tugas
2,3
Kemandirian Pertimbangan derajat kemampuan
pegawai
4
Inisiatif Pertimbangan kemandirian untuk
menerima tanggung jawab
5,6
Adaptabilitas Kemampuan untuk beradaptasi 7,8
Kerjasama Kemampuan untuk bekerja sama 9,10
Sumber: Noe, Premeaux (Priansa, 2017)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Menurut Priyatno dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) “Uji validitas item
digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur
objeknya”. Item dikatakan valid jika ada korelasi dengan skor total.Pengujian
18
validitas item dalam SPSS menggunakan dua metode analisis, yaitu korelasi pearson
atau corrected item total correlation. Teknik uji validitas item dengan korelasi
pearson dilakukan dengan cara mengkorelasi skor item dengan skor total item,
kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria r tabel pada tingkat
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel, maka item
dapat dinyatakan valid (demikian pula sebaliknya).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Priyatno dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) yaitu “Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur yang
biasanya menggunakan kuesioner”. Metode yang sering digunakan dalam penelitian
untuk mengukur skala rentangan adalah Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan
kelanjutan dari uji validitas dimana item yang masuk pengujian adalah item yang
valid saja.
Tabel II.3
Skala Alpha Cronbach’s
Nilai Alpha Cornback’s Keterangan
0.00-0.20 Kurang Reliabel
0.21-0.40 Agak Reliabel
0.41-0.60 Cukup Reliabel
0.61-0.80 Reliabel
0.81-1.00 Sangat Reliabel
Sumber: Sujianto dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017)
19
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi dan Sampel
Populasi menurut (Sugiyono, 2016) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel menurut (Sugiyono, 2016) bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa
yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambi dari populasi harus betul-betul
representative (mewakili).
2. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Tabel II.4
Skala Likert
Simbol Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
RR Ragu-ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: (Sugiyono, 2016)
20
3. Uji Koefisien Korelasi
Teknik korelasi menurut (Sugiyono, 2016) merupakan angka yang menunjukkan
arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam
bentuk hubungan positif atau negative, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan
dalam besarnya koefisien korelasi. Teknik korelasi digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua
variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari variabel atau lebih
tersebut adalah sama.
Adapun rumus korelasi sebagai berikut:
r =
Keterangan :
nxy = koefisien korelasi
n = total responden
= total jumlah dari variabel x
= total jumlah dari variabel y
= Kuadrat dari total jumlah dari variable x
= kuadrat dari total jumlah variabel y
= hasil perkalian dari total jumlah variabel x dan y
Tabel II.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00-0.19 Sangat Rendah
0.20-0.399 Rendah
0.40-0.599 Sedang
0.60-0.799 Kuat
0.80-1.000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017)
21
4. Uji Koefisien Determinasi
Menurut (Siregar, 2015) adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk
mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan sebuah variabel atau lebih X
(bebas) terhadap variabel Y(terikat).
Rumus untuk mencari Koefisien Determinasi :
Keterangan:
KD: Koefisisen Determinasi
r: Koefisien Korelasi
5. Uji Koefisien Regresi
Analisis regresi menurut (Sugiyono, 2016) digunakan untuk memprediksi
seberapa jauh perubahan nilai defenden, bila nilai variabel independen
dimanipulasi/diubah-ubah atau dinaik turunkan. Manfaat dari hasil analisis regresi
adalah untuk membentuk keputusan apakah naik dan turunnya variabel dependent
dapat dilakukan melaui peningkatan variabel independent atau tidak.
Rumus:
Y = a+bx
Keterangan:
Y= Subyek dalam variabel dependent yang diprediksikan
a= Harga Y ketika harga X = 0 (harga Konstan)
b= Angka arah atau penurunan koefisisen regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
KD = r2
x 100%
22
perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik dan bila (-) maka arah
garis turun.
X= Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.