29
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai penamaan ini bukanlah penelitian yang pertama. Banyak penelitian lain yang membahas mengenai penamaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penulis akan mencantumkan beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian mengenai penamaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. 1. Kajian Semantik Penamaan Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes, oleh Dian Setyarini, 2006. Dalam mengkaji penelitiannya, penulis menggunakan teori makna, penamaan, bahasa nama diri, dan bentuk-bentuk penamaan yang menyangkut pemilihan kata untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama diri. Data yang digunakan adalah nama dari para pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes yang meliputi data lisan dan data tertulis. Sedangkan sumber datanya adalah Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes. Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisis menggunakan metode padan dan teori yang sudah ada. Dengan demikian, berdasarkan analisis “Kajian Semantik Penamaan Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes”, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada penggunaan teori makna dan penamaan, Metode penyediaan data yang digunakan 5 Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai penamaan ini bukanlah penelitian yang pertama. Banyak

penelitian lain yang membahas mengenai penamaan yang telah dilakukan oleh

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penulis akan mencantumkan

beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian mengenai penamaan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

sudah ada sebelumnya.

1. Kajian Semantik Penamaan Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar

Brebes, oleh Dian Setyarini, 2006.

Dalam mengkaji penelitiannya, penulis menggunakan teori makna, penamaan,

bahasa nama diri, dan bentuk-bentuk penamaan yang menyangkut pemilihan kata

untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama diri.

Data yang digunakan adalah nama dari para pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar

Brebes yang meliputi data lisan dan data tertulis. Sedangkan sumber datanya adalah

Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes. Metode penyediaan data yang

digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul,

kemudian data dianalisis menggunakan metode padan dan teori yang sudah ada.

Dengan demikian, berdasarkan analisis “Kajian Semantik Penamaan Diri

Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes”, dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada

penggunaan teori makna dan penamaan, Metode penyediaan data yang digunakan

5

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

6

adalah metode wawancara. Kemudian metode analisis data menggunakan metode

padan. Perbedaan antara penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah pada

teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori nama diri, sedangkan pada data dan

sumber data juga banyak ditemukan perbedaan. Penelitian sebelumnya menggunakan

data nama-nama pedagang yang ada di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes dimana

sumber datanya adalah para pedagang yang ada di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes,

sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama kendaraan dan suku

cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa

Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir dan penyalur kendaraan bermotor

yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.

2. Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos Di

Purwokerto, Oleh Emi Herowati, 2005.

Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi yang berjudul Makna

Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos Di Purwokerto, Oleh Emi

Herowati adalah mengenai makna, jenis makna yang meliputi makna sempit, makna

meluas, makna kognitif, makna konotatif, makna emotif, makna konstruksi, makna

leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna proposisi, makna pusat, makna

piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif, makna

konseptual,makna asosiatif, dan makna kiasan. Selain itu juga penelitian tersebut

menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan

sifat dan ciri khusus, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk

kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan

adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di Kelurahan

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

7

Dukuhwaluh, Karangalam, Karangwangkal, dan Kelurahan Grendeng. Sumber

datanya adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh,

Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Dalam mengumpulkan data

menggunakan teknik wawancara, teknik simak dan teknik catat. Data kemudian

dianalisis menggunakan metode padan kemudian disajikan dalam pemaparan hasil

menggunakan metode penyajian informal.

Dengan demikian, berdasarkan analisis “Makna Referensial Pemakaian Nama

Panggilan Mahasiswa Kos Di Purwokerto”, Oleh Emi Herowati dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah pada penggunaan teori makna dan Penamaan, Metode

penyediaan data yang digunakan adalah metode wawancara, simak dan catat.

Kemudian metode analisis data menggunakan metode padan. Perbedaan antara

penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah pada teori, penelitian sebelumnya

pada data dan sumber data juga banyak ditemukan perbedaan. Penelitian sebelumnya

menggunakan data nama-nama panggilan mahasiswa kos di Purwokerto dimana

sumber datanya adalah mahasiswa kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam,

Karangwangkal, dan Grendeng. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan

nama-nama kendaraan dan suku cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan

Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir

dan penyalur kendaraan bermotor yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.

3. Analisis Semantik Penamaan Tempat Pemberhentian Bus Mini Jurusan

Magelang Yogyakarta, Oleh Rurun Kuntarti, 2006.

Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi yang berjudul “Analisis

Semantik Penamaan Tempat Pemberhentian Bus Mini Jurusan Magelang

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

8

Yogyakarta,” adalah mengenai penamaan dan jenisnya yang terdiri dari (1)

berdasarkan peniruan bunyi, (2) berdasarkan parsprototo. (3) berdasarkan totem pro

parte, (4) berdasarkan penyebutan sifat khas, (5) berdasarkan penemu dan pembuat,

(6) berdasarkan tempat asal, (7) berdasarkan bahan, (8) berdasarkan keserupaan, (9)

berdasarkan singkatan atau akronim, dan (10) berdasarkan penggalan. Penulis juga

menggunakan teori jenis makna seperti (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal, (3)

makna sempit, (4) makna meluas, (5) makna kognitif, (6) makna kontatif, (7) makna

denotatif, (8) makna emotif, (9) makna referensial, (10) makna konstruksi, (11)makna

indensional, (12) makna preposisi, (13) makna pusat, (14) makna piktorial, (15)

makna idiomatik, (16) makna konseptual, dan (17) makna kiasan. Data yang

digunakan adalah nama-nama tempat pemberhentian bus mini jurusan Magelang-

Yogyakarta, berupa data yang diucapkan oleh kernet maupun sopir serta penumpang

atau warga yang menjadi informan. Pada tahap pengumpulan data, penulis

menggunakan metode simak, kemudian dianalisis menggunakan metode padan yang

selanjutnya diterapkan menggunakan teori yang sudah ada.

Dengan demikian, berdasarkan analisis “Analisis Semantik Penamaan Tempat

Pemberhentian Bus Mini Jurusan Magelang Yogyakarta,”, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya

adalah pada penggunaan teori Makna dan Penamaan, Metode penyediaan data yang

digunakan adalah metode simak. Kemudian metode analisis data menggunakan

metode padan. Perbedaan antara penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah

pada teori, penelitian sebelumnya pada data dan sumber data juga banyak ditemukan

perbedaan. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama tempat

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

9

pemberhentian bus mini jurusan Magelang-Yogyakarta, berupa data yang diucapkan

oleh kernet maupun sopir serta penumpang atau warga yang menjadi informan atau

sumber data. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama

kendaraan dan suku cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan Moga,

Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir dan

penyalur kendaraan bermotor yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Kridalaksana (1994: 32) mengungkapkan pengertian bahasa adalah sistem

lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial

untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Wibowo juga

(2001:3), berpendapat bahwa bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang

dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan

perasaan dan pikiran.

Selain pendapat dari para ahli, penulis juga mengambil sumber lain sebagai

referen tambahan yang bersumber dari website yaitu Wikipedia (2005). Dalam

Wikipedia disebutkan bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan

manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan atau

kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Setelah memahami pengertian-

pengertian yang telah disebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem

simbol bunyi atau lambang bunyi yang arbitrer dan konvensinal yang dipakai sebagai

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

10

alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran

sebagai perwujudan budaya, baik lewat lisan, tulisan atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain.

Setiap ilmu pengetahuan lazim dibagi atas bidang-bidang bawahan atau

cabang. Misalnya, ilmu kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik, ilmu

psikologi dibagi atas psikologi klinis dengan psikologi sosial. Hal tersebut

dikarenakan oleh luasnya bahan ilmu pengetahuan, dan demi alasan praktis para ahli

suka untuk membagi ilmunya menjadi berbagai bidang bawahan atau cabang. Sama

halnya dengan ilmu bahasa, pada dasarnya ilmu bahasa dibagi atas lima macam yaitu

fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam penelitian kali ini

penulis membatasi pada semantik.

b. Fungsi Bahasa

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan

berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri,

(2) sebagai alat untuk berkomunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi

dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan (4) sebagai alat

untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Sedangkan Goffrey (1997: 74)

menjelaskan bahwa bahasa paling sedikit memiliki lima fungsi di dalam masyarakat:

(1) membawa informasi (informasional), (2) mengungkapkan perasaan atau sikap

penutur (ekspresif), (3) mengarahkan atau mempengaruhi perilaku (direktif), (4)

menciptakan efek artistik (estetik), (5) memelihara ikatan sosial (phatik).

Warga Masyarakat Pemalang, khususnya di Kecamatan Moga seringkali

menyebut dan menamai kendaraan, baik kendaraan sepeda motor, mobil penumpang,

mobil barang, dan suku cadang dengan nama yang baru dan tidak sesuai dengan nama

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

11

yang telah diberikan oleh pabrik, tentunya di balik semua itu terdapat satu maksud

dan tujuan tertentu. Hal tersebut sangat sesuai dengan fungsi bahasa yang disebutkan

oleh para ahli bahasa; yaitu:

1) sebagai alat untuk berkomunikasi. Kaitannya dengan penamaan adalah bahwa

pembentukan penamaan baru pada kendaraan dan suku cadang di daerah Moga

membawa informasi bagi penuturnya, bahwa ujaran yang disampaikan oleh

masyarakat mempunyai makna dan maksud tertentu. Yaitu tentang nama-nama

kendaraan dan suku cadang yang digunakan oleh masyarakat akan membentuk

satu komunikasi yang sudah disepakati sebelumnya;

2) alat untuk mengekspresikan diri, yaitu dapat dipakai untuk mengungkapkan

perasaan dan sikap penuturnya. Pembentukan penamaan yang baru dan berbeda

dengan pabrik pada nama kendaraan dan suku cadang yang kemudian

ekspresikan dengan benda yang lain merupakan salah satu contoh fungsi bahasa

sebagai alat untuk mengekspresikan diri;

3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan

atau situasi tertentu atau memelihara ikatan sosial, yaitu, fungsi untuk menjaga

hubungan sosial secara baik. Penamaan kendaraan beserta suku cadangnya yang

diberikan oleh pabrik ternyata tidak dapat diterima dengan mudah oleh

masyarakat Moga, sehingga terjadi kesulitan komunikasi, akhirnya masyarakat

membentuk atau memberikan istilah lain untuk menamai kendaraan dan suku

cadang dengan tujuan untuk menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka.

2. Semantik: Pengertian, Jenis, dan Penamaan

a. Pengertian Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari

bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti „tanda atau lambang‟. Kata kerjanya

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

12

adalah semaino yang berarti „menandai‟ atau „melambangkan‟. Verhaar (1999: 13)

mendefinisikan pengertian semantik bahwa semantik adalah cabang linguistik yang

membahas arti atau makna. Subroto (2011: 1) juga menyebutkan bahwa semantik

adalah salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau

arti linguistik (lingual meaning atau linguistic meaning) secara ilmiah. Setelah

melihat pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan

cabang linguistik yang membahas atau mengkaji mengenai makna secara ilmiah.

b. Jenis-Jenis Semantik

Subroto (2011: 31), menyatakan bahwa jenis-jenis semantik dapat dibagi

menjadi dua, yaitu semantik leksikal dan gramatikal, semantik leksikal berkaitan

dengan arti leksikal. Arti leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah

bahasa yang lebih kurang bersifat tetap. Sedangkan semantik gramatikal berkaitan

dengan arti struktural atau arti yang timbul karena relasi satuan gramatikal baik dalam

konstruksi morfologi, frase, klausa/kalimat. Data penelitian ini adalah nama-nama

kendaraan dan suku cadang yang diambil di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang,

Jawa Tengah. Nama-nama dari kendaraan dan suku cadangnya secara keseluruhan

berupa kata. Jadi dalam penelitian ini menggunakan semantik leksikal.

c. Penamaan

Djajasudarma (2009: 35) mengungkapkan bahwa unsur semantik dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu menyangkut (1) tanda dan lambang, (2) makna leksikal dan

hubungan referensial, (3) penamaan. Dalam hal ini akan dibatasi pada hal penamaan.

Menurut Chaer (2009: 43), penamaan adalah buah proses pelambangan suatu konsep

untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Chaer (2009: 44)

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

13

juga mengungkapkan mengenai peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sistem

penamaan yang meliputi: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan

sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8)

pemendekan, dan (9) penamaan baru.

Penelitian ini membatasi teori peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya

sistem penamaan hanya enam, yaitu: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3)

penyebutan sifat khas, (4) tempat asal, (5) bahan, (6) pemendekan, (7), keserupaan,

dan (8) penamaan baru. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikam dengan data yang

hendak dianalisis, yaitu mengenai nama kendaraan dan suku cadang di Kecamatan

Moga, Kabupaten Pemalang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan penjelasannya

sebagai berikut.

1) Peniruan Bunyi

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil

peniruan bunyi, maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk

berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda

tersebut. Misalnya kata knalpot, pada kendaraan sepeda motor terdapat dua jenis

knalpot, yaitu knalpot standar dan knalpot dor. Dikatakan knalpot dor karena

suaranya yang terkesan seperti bunyi “dor”.

2) Penyebutan Bagian

Penyebutan bagian merupakan penyebutan bagian dari suatu benda atau hal,

akan tetapi menyangkut keseluruhannya. Maksudnya, bagian suatu benda atau hal,

bisa dari tubuh yang disebutkan mempunyai arti secara keseluruhan dari benda

tersebut. Misalnyakata ekor yang menyebutkan bagian keseluruhan daripada suatu

bagian keseluruhan dari tubuh suatu hewan, padahal ekor merupakan bagian dari

tubuh binatang yang paling belakang.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

14

3) Penyebutan Sifat Khas

Penyebutan sifat khas merupakan penamaan suatu benda berdasarkan sifat

yang khas dari benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam

peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan kata sifat

menjadi kata benda. Akibatnya terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang

disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat

menonjol itu; sehingga, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Contoh

orang yang sangat kikir disebut si kikir atau si bakhil.

4) Tempat Asal

Sejumlah benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut.

maksudnya bahwa suatu benda memperoleh sebutan atau nama berdasarkan atas

tempat benda tersebut pertama kali ditemukan atau berasal. Misalnya kata magnet

berasal dari nama tempat Magnesia. Contoh lain yang sering kali kita dengar adalah

pada kata kenari. Kenari merupakan nama jenis burung yang berasal dari Pulau

Kenari di Afrika.

5) Bahan

Sejumlah benda dapat ditelusuri berdasarkan bahan dasar dari benda tersebut.

maksudnya bahwa suatu benda memperoleh sebutan atau nama berdasarkan atas

bahan pokok yang ada dari benda itu. Misalnya, kata kaca adalah bahan. Barang-

barang lain yang dibuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela,

kaca spion, dan kaca mobil. Contoh lain adalah karet. Barang-barang lain yang dibuat

dari karet disebut juga karet seperti karet kopling, karet gear dsb.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

15

6) Keserupaan

Kata digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau

diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata raja pada frasa

raja jalanan. Raja adalah orang yang paling berkuasa atau paling tinggi

kedudukannya di sebuah negara kerajaan. Oleh karena itu, raja jalanan dapat

diartikan sebagai „orang yang paling cepat dan berani dalam hal berkendara di

jalanan.‟ Contoh lain adalah kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi yang ciri-

cirinya sama-sama berada dibawah.

7) Pemendekan

Pemendekan merupakan pembentukan sebuah nama akibat dari penggabungan

unsur-unsur awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.

Misalnya adalah kata rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai

hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa berupa akronim

ini didapati hampir dalam semua bidang kegiatan, termasuk dalam hal penamaan

kendaraan bermotor.

8) Penamaan Baru

Penamaan baru disebabkan karena ada kata-kata yang kurang tepat sehingga

digantikan dengan kata baru. misalnya kata suku cadang untuk menggantikan kata

onderdil. Penggantian kata-kata baru atau sebutan baru bisa disebabkan karena

masyarakat menganggap kurang tepat, tidak rasional, tidak halus, atau kurang ilmiah

sehingga masyarakat memilih untuk mengganti kata yang baru karena alasan-alasan

itu.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

16

3. Makna: Pengertian, Jenis, dan Perubahan Makna

a. Pengertian Makna

Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai

konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang

dicobajelaskan oleh para filusuf dan para linguis sehubungan dengan usaha

menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (1) menjelaskan makna kata secara

alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (3) menjelaskan makna

dalam proses komunikasi. (Kempson dalam Pateda 2010: 79).

Verhaar (1992: 127) mengungkapkan bahwa makna adalah sesuatu yang

berada di dalam ujaran itu sendiri, atau makna adalah gejala-gejala ujaran (utterance-

internal phenomenon, Inggrisnya). Ogden dan Richard dalam Pateda (2010: 82) juga

menyimpulkan bahwa makna adalah: (1) konotasi kata, (2) suatu aktivitas yang

diproyeksikan ke dalam objek, (3) sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan

suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih. Dengan demikian makna adalah

gejala-gejala ujaran yang diproyeksikan ke dalam objek yang secara aktual

dihubungkan dengan suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih dalam proses

komunikasi.

b. Jenis Makna

Pateda (2010: 96), mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (1) makna

afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna

emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna idesional, (9) makna

intensi, (10) makna khusus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna

kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17)

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

17

makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20) makna luas, (21)

makna piktorial, (22) makna proposisional, (23) makna pusat, (24) makna referensial,

(25) makna stilistika, (26) makna tekstual, (27) makna tematis, (28) makna umum,

dan (29) makna sempit. Sedangkan Djajasudarma (2009: 8) mengungkapkan bahwa

jenis makna meliputi: (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4)

makna konotatif dan emotif, (5) makna referensial, (6) makna konstruksi, (7) makna

leksikal dan makna gramatikal, (8) makna idesional, (9) makna proposisi, (10) makna

pusat, (11) makna piktorial, dan (12) makna idiomatik.

Penelitian ini membatasi teori jenis makna hanya tujuh, yaitu: (1) makna

umum, (2) makna kognitif, (3) makna konotatif, (4) makna emotif, (5) makna

referensial, (6) makna khusus, dan (7) makna sempit. Hal ini dikarenakan untuk

menyesuaikam dengan data yang hendak dianalisis, yaitu mengenai nama kendaraan

beserta suku cadangnya di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Untuk lebih

jelasnya akan diuraikan penjelasannya sebagai berikut.

1) Makna Umum

Makna umum (general meaning) adalah makna yang menyangkut keseluruhan

atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. Makna unun dapat juga

dikatakan makna luas, makna yang luas pengertiannya. Makna umum bisa digunakan

untuk menyatakan gagasan atau ide yang lebih khusus. Misalnya kata kendaraan

dengan kata motor. Kata kendaraan dikatakan sebabagai makna umum karena masih

ada makna khususnya yaitu motor.

2) Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara

konsep dengan dunia kenyataan yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

18

bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya.

Sebagai contoh adalah apabila seseorang mengatakan pohon maka yang ada dalam

pikiran mereka adalah tumbuhan yang memiliki batang dan daun dengan bentuk

tinggi, besar, dan kokoh.

3) Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah

beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Biasanya makna

konotatif sangat berhubungan dengan nilai rasa pemakai bahasa. contohnya adalah

kata buaya yang biasanya dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang buaya itu

sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka

lambang yang tidak baik.

4) Makna Emotif

Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau

sikap pembicara mengenai/terhadap apa yang diperkirakan atau dirasakan. Misalkan

kata kerbau dalam kalimat “engkau kerbau”. Kata itu tentunya menimbulkan perasaan

tidak enak bagi pendengarnya, dengan kata lain kerbau tersebut dihubungkan dengan

sikap atau perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang

dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak

nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan

kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan.

5) Makna Referensial

Menurut Chaer (2007: 291) sebuah kata atau leksem disebut bermakna

referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. Sedangkan menurut Pateda (2010:

125) makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

19

ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses

atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna

referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu,

baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses Jadi makna referensial adalah

makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata.

6) Makna Khusus

Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas

pada bidang tertentu. Sebagai misal adalah kata operasi. Bagi dokter kata operasi

berarti „upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoperasi sebagian

anggota tubuh pasien‟. Bagi kepolisian, kata operasi artinya „menertibkan warga

masyarakat dengan cara terjun kemasyarakat‟. Jadi makna khusus adalah makna yang

pemakaiannya terbatas hanya pada bidang tertentu saja.

7) Makna Sempit

Makna sempit berbeda dengan makna luas. Makna sempit (specialized

meaning) merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran.

Maksudnya makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang

diperkirakan. Misalnya kata kendaraan, untuk mempersempit maknanya harus

ditambah kata sebagai pembatas yaitu menjadi kendaraan umum, kendaraan roda dua,

kendaraan roda empat dsb.

c. Perubahan Makna

1) Jenis-Jenis Perubahan Makna

Pateda (2010: 168) mengungkapkan bahwa jenis perubahan makna dibagi atas

(a) perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, (b), perubahan makna

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

20

akibat perubahan lingkungan, (c) perubahan makna akibat pertukaran indra, (d)

perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata, (e) perubahan makna akibat

tanggapan pemakai bahasa, (f) perubahan makna akibat asosiasi, (g) perubahan

makna akibat perubahan bentuk, (h) perluasan makna, (i) melemahkan makna, (j)

kekaburan makna, (k) lambang tetap, acuan berubah, dan (l) makna tetap, lambang

berubah. Sedangkan Djajasudarma (2009: 79), mengungkap bahwa ada enam jenis

perubahan makna, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa Daerah ke dalam bahasa

Indonesia, (b), perubahan makna akibat lingkungan, (c) perubahan makna akibat

pertukaran tanggapan indera, (d) perubahan makna akibat gabungan kata, (e)

perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa, dan (f) perubahan makna akibat

asosiasi.

Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu:

(a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan

makna akibat lingkungan, (c) perubahan makna akibat pertukaran tanggapan indera,

(d) perubahan makna akibat gabungan kata, (e) perubahan makna akibat tanggapan

pemakai bahasa, (f) perubahan makna akibat asosiasi, (g) perubahan makna akibat

perubahan bentuk, (h) perluasan makna, dan (i) melemahkan makna. Hal ini

dikarenakan untuk menyesuaikam dengan data yang hendak dianalisis yaitu mengenai

nama kendaraan dan suku cadang di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Jenis

perubahan makna tersebut agar lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut.

a) Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia

Kosakata bahasa daerah tertentu yang masuk ke dalam bahasa Indonesia

dirasakan tidak layak diucapkan bagi daerahnya, tetapi di dalam bahasa maknanya

menjadi layak dan dipakai oleh masyarakat bahasa Indonesia yang berasal dari

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

21

bahasa daerah lain. (Djajasudarma, 2009: 79). Jadi, yang dimaksud di sini adalah kata

yang diserap dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam bahasa daerah,

kata tersebut dirasa tidak layak diucapkan, akan tetapi jika dipakai dalam bahasa

Indonesia kata tersebut dirasa layak untuk dipakai. Misalnya kata tele. Kata tele bagi

masyarakat Gorontalo berarti alat kelamin perempuan; di dalam, bahasa Indonesia

terdapat atau dipakai kata bertele-tele (Chaer, 2010: 169)

b) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan

Pateda (2010: 171) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat

menyebabkan perubahan makna. Bahasa atau kata yang dipakai pada lingkungan

masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai di

lingkungan lain. Misalnya kata podium, bagi para pembalap berarti „mendapatkan

peringkat juara‟, akan tetapi jika didalam lingkungan tertentu podium berarti „tempat

yang disediakan untuk berpidato‟.

c) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Indra

Perubahan makna akibat pertukaran indra, disebut juga sinestesi (kata

Yunani: sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indra dimaksud, misalnya

indra pendengaran dengan indra pengelihatan, indra perasa ke indra pengelihatan.

(Pateda 2010: 174). Misalnya kata manis yang berhubungan dengan indra perasa,

akan tetapi kalau orang mengatakan “Mobil itu manis” maka hal itu berhubungan

dengan indera pengelihatan.

d) Perubahan Makna Akibat Gabungan Leksem atau Kata

Menurut Djajasudarma (2009: 82), perubahan makna dapat terjadi

akibatgabungan kata. Perubahan makna akibat gabungan kata merupakan kata atau

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

22

leksem yang digabungkan yang maknanya akan berubah. Misalnya dari kata surat

(kata umum): (1) kertas yang bertulis; (2) secarik kertas sebagai tanda atau

keterangan; (3) tulisan, dapat bergabung dengan kata lain dan maknanya berbeda,

seperti pada surat jalan, surat perintah, surat keterangan dan surat kaleng. Contoh

lain adalah pada paduan leksem turun mesin, leksem turun mempunyai arti „bergerak

ke arah yang lebih rendah‟, dan karena telah digabungkan dengan mesin sehingga

menjadi turun mesin, maka maknanya menjadi menurunkan mesin untuk diperbaiki

bagian-bagiannya yang rusak.

e) Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa

Pateda mengungkapkan (2010: 176) makna kata kadang-kadang berubah

akibat tanggapan pemakaian bahasa. Perubahan makna ini menjurus kepada hal-hal

yang menyenangkan amelioratif atau ke hal-hal yang tidak menyenangkan peioratif.

Kata cuci tangan, dahulu dihubungkan dengan kegiatan cuci tangan setelah bekerja

atau makan. Sekarang kata tersebut dihubungkan dengan makna tidak bertanggung

jawab di dalam suatu persoalan atau tidak mau ikut campur karena kegiatannya

membahayakan diri sendiri.

f) Perubahan Makna Akibat Asosiasi

Slametmuljana dalam Pateda (2010: 178) menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan

tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru; yakni

makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa.

Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa. Contoh tanggal 17

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

23

Agustus adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Namun, kadang-kadang kita

berkata, “Mari kita bertujuh belasan di Bandung.” Di sini yang dimaksud bukan

peristiwanya, tetapi bergembira, merayakan peristiwa tersebut.

g) Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk

Perubahan bentuk suatu kata atau leksem dapat menyebabkan perubahan

makna, misalnya kata lompat. Dari leksem lompat dapat diturunkan kata:

berlompatan, berlompat-lompat, melompat, pelompat, terlompat. Bentuk kata

berlompatan tidak sama dengan bentuk kata melompat. Akibat perubahan bentuk

terjadi perubahan makna (Pateda, 2010: 183). Contoh lain adalah pada kata

pukulsetelah mengalami proses afiksasi akan berubah menjadi memukul, pemukulan,

dan terpukul. Contoh kalimatnya “tiba-tiba ia memukul lenganku”, pada kata

memukul bermakna mengenakan benda yang keras dengan kekuatan. Pada kata

pemukulan bermakna proses.

h) Perluasan Makna

Contoh kata kunci yang biasanya dihubungkan dengan alat untuk mengunci

rumah, peti. Kini muncul urutan kata jurukunci, kunci perdamaian, kunci

keberhasilan. Urutan kata mengunci rumah mengacu kepada kegiatan menutup dan

membuka rumah dengan kunci. Kunci keberhasilan mengacu kepada kegiatan utama,

kegiatan membuka agar kita berhasil didalam suatu usaha. Tampak di sini hubungan

maknanya tetap ada, meskipun makna kata kunci telah meluas (Pateda, 2010: 187).

i) Melemahkan Makna

Pateda (2010: 193) mengungkapkan bahwa melemahkan makna disebabkan

oleh beberapa hal yaitu (a) pertimbangan psikologis, maksudnya agar orang tidak

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

24

tersinggung perasaannya; (b) pertimbangan secara politis, maksudnya agar

masyarakat tidak terganggu ketenteramannya; (c) pertimbangan sosiologis,

maksudnya agar masyarakat tidak resah; (d) pertimbangan religius, maksudnya agar

orang tidak tertekan imannya; dan (e) pertimbangan kemanusiaan, manusia

mempunyai hak asasi manusia. Misalnya kata pelayan toko dilemahkan dengan kata

pramuniaga (Pateda, 2010:193).

2) Faktor-Faktor Perubahan Makna

Bahasa berkembang berkembang terus sesuai dengan perkembangan

pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa juga diwujudkan di dalam bentuk kata-

kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu dan manusia

pula yang menambahkan kosakata yang sesuai dengan kebutuhannya. (Pateda: 2010:

158). Dengan demikian, perubahan bahasa dalam lingkungan masyarakat dapat

terjadi, dan banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan makna kata atau

kalimat.

Djajasudarma (2009: 76), mengungkapkan bahwa perubahan makna terjadi

sebagai akibat (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d)

faktor psikologis, (e) pengaruh bahasa asing, dan (f) kebutuhan akan kata-kata baru.

Ullmann dalam Pateda (2010: 163) menyebutkan beberapa hal sebagai penyebabnya

yaitu, (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d) faktor

psikologis, (e) pengaruh bahasa asing, (f) karena kebutuhan kata yang baru. Penelitian

ini menggunakan enam perubahan makna, yakni terjadi sebagai akibat (a) faktor

kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d) faktor psikologis, (e)

pengaruh bahasa asing, dan (f) kebutuhan akan kata-kata baru.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

25

a) Faktor Kebahasaan

Pateda (2010: 163) mengungkapkan perubahan makna karena kebahasaan

berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.misalnya kata sahaya yang

semula bermakna hamba, abdi, budak, akan tetapi karena berubah menjadi saya

(gejala sinkope atau penghilangan fonem ditengah kata) artinya berubah menjadi

orang pertama yang hormat. Kata sah yang berarti berlaku atau diakui kebenarannya

oleh pihak resmi sering dihafalkan dan ditulis syah (gejala hiperkorek) padahal syah

berarti raja.

b) Faktor Kesejarahan

Mengenai faktor kesejarahan, Pateda (2010: 164) dan Djajasudarma (2009:

76) mengungkapkan bahwa faktor kesejarahan atau historis adalah hal-hal yang

berhubungan dengan faktor kesejarahan yang dapat diuraikan atas; objek, institusi,

ide, dan konsep ilmiah. Hal yang berhubungan dengan objek, misalnya kata wanita

yang sebenarnya dari kata bertina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan,

misalnya ayam betina. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina, lalu

fenem /b/ berubah menjadi /w/ menjadi wanita. Hal yang berhubungan dengan

institusi, misalnya dalam Bahasa Indonesia terdapat kata rukun, seperti dalam urutan

kata Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Dahulu kata tersebut dihubungkan dengan

kerukunan antar warga, baik antara tetangga dengan tetangga maupun warga dengan

warga selingkuhan dalam satu desa. Kini pengertian tersebut sudah menjadi institusi

resmi, maknanya bukan lagi mengenai soal kerukunan, tetapi sudah lebih luas dari

itu.

Hal yang berhubungan dengan ide, misalnya kata simposium. Dahulu kata

simposium idenya untuk bergembira, yakni duduk-duduk di restoran sambil minum,

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

26

makan roti, dan berdansa. Kini ide itu berubah, yakni menjadi pertemuan ilmiah

untuk membicarakan sesuatu dalam disiplin ilmu tertentu yang dibahas dari berbagai

segi. Hal yang berhubungan dengan konsep ilmiah, misalnya makna kata volt. Dahulu

kata volt dikaitkan dengan nama penemunya, yaitu Allessandri Voltas. Kini makna

tersebut lebih ditekankan kepada satuan potensial listrik yang diperlukan untuk

mengalirkan satu ampere listrik melalui satu ohm.

c) Faktor Sosial

Perubahan yang disebabkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan

perkembangan makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada

mulanya bermakna orang yang berkumpul, tetapi kini kata itu tidak disukai lagi sebab

selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau Pateda (2010: 165).

Sedangkan menurut Parera (2004: 112), dua gejala yang perlu dicatat dalam

hubungan dengan pengaruh sosial terhadap pergeseran dan perubahan makna, ialah

generalisasi dan spesifikasi.

Generalisasi muncul berdasarkan pengalaman masyarakat ketika mereka

hendak mengidentifikasi yang berlaku di mana saja dan kapan saja. Misal kata virus

yang hanya berhubungan dengan penyakit, sekarang menjadi kata umum untuk

mengartikan semua yang menganggu dan menghambat kelancaran pengerjaan

sesuatu, misalnya virus komputer, dan virus masyarakat. Spesifikasi makna dilakukan

masyarakat berdasarkan pengalaman awal pemakai bahasa.

d) Faktor Psikologis

Menurut Pateda (2010: 165) perubahan makna karena faktor psikologis bisa

berhubungan dengan emosi dan lainnya, misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu

kata tersebut mempunyai makna binatang kecil yang biasa hidup di sela-sela anyaman

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

27

rotan yang suka menggigit. Kini didalam lingkungan masyarakat kata tersebut

berubah makna menjadi manusia yang malas yang kelakuannya dan suka

menyakitkan hati.

e) Pengaruh Bahasa Asing

Pateda (2010: 165) mengungkapkan bahwa perubahan bahasa yang satu

terhadap bahasa yang lain tidak dapat dihindari, hal tersebut terjadi karena adanya

interaksi antar bangsa. Perubahan makna karena pengaruh bahasa asing, misalnya

kata keran yang pada awalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata crunk yang

kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran, pancuran air ledeng yang dapat

dibuka dan ditutup.

f) Karena Kebutuhan Kata Baru

Perubahan makna karena faktor kebutuhan terhadap kata baru merupakan

manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung

pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada,

tetapi juga orang merasa bahwa perlu untuk menciptakan kata atau istilah baru untuk

suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya, karena bangsa Indonesia merasa

kurang enak menggunakan kata saudara, kemudian diganti menggunakan kata anda

Pateda (2010: 167). Kebutuhan akan kata baru sebagai akibat perkembangan pikiran

manusia. kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah itu belum ada, tetapi orang

merasa perlu menciptakan istilah baru untuk suatu konsep. (Djajasudarma: 2009: 78).

4. Relasi Makna

Relasi makna berkaitan dengan relasi makna leksikal, satuan-satuan leksem

dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal maknanya. Maksudnya relasi dalam hal

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

28

maknanya antara leksem bahasa itu sendiri. Relasi makna itu diantaranya adalah

sinonim, antonim, homonim/homograf, polisemi, dan hiponim yang akan lebih

terperinci dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Sinonim

Sinonim (Inggris: synonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno; onoma = nama

dan syn = dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama.

(Pateda, 2010: 222). Sinonim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk

bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain (Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1464). Keraf (1980: 34) juga mengungkap,

sinonim adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai, (1) telaah mengenai

bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama; (2) keadaan di mana dua

kata atau lebih memiliki makna yang sama.

Sedangkan menurut Verhaar (1995: 5) mendefinisikan sinonim sebagai

ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat), yang maknanya kurang lebih sama

dengan makna ungkapan lain. Jadi, sinonim adalah bentuk bahasa atau ungkapan

(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan

makna ungkapan lain. Contoh kata meninggal dengan kata mati. Kata meninggal dan

kata mati sama-sama menunjukkan kesamaan makna, yaitu tak lagi bernyawa,

bergerak, dsb. Jadi, antonim adalah

b. Antonim

Menurut Pateda (2010: 206), istilah antonim (Inggris: antonymy berasal dari

bahasa Yunani Kuno onma = nama dan anti = melawan). Makna harfiahnya, nama

yang lain untuk benda yang lain. Sedangkan Keraf (1998: 39) menyatakan bahwa

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

29

antonim adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau

bertentangan. Jadi, antonim adalah nama lain untuk benda lain yang wujudnya

berbeda atau bertentangan. Contoh kata benci dengan cinta, panas dengan dingin.

c. Homonim

Menurut Pateda (2010: 211), istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal

dari bahasa Yunani kuno, onoma = nama dan homos = sama). Secara harfiah,

homonim adalah nama sama untuk benda yang berlainan. Verhaar (1983: 135)

mengatakan, homonim adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang

bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna diantara

kedua ungkapan tersebut. Dengan kata lain, bentuknya sama tetapi berbeda

maknanya.

Sedangkan Subroto (2011: 81) homonim adalah dua leksem atau lebih yang

wujud lahirnya (pelafalan atau penulisan) sama namun arti leksikalnya berbeda. Jadi,

homonimi adalah dua leksem atau lebih (kata, frasa, atau kalimat) yang wujud atau

bentuknya sama dengan ungkapan lain, tetapi arti leksikalnya berbeda. Di samping

homonim ada pula istilah homofon dan homograf. Istilah homonim dilihat dari segi

bentuk satuan bahasanya, homofon dilihat dari segi bunyi (homo = sama, fon =

bunyi). Sedangkan menurut Chaer, (2009: 97).homografi dilihat dari segi tulisan dan

ejaan (homo = sama, grafi = tulisan).

d. Polisemi

Menurut Pateda (2010: 2011), polisemi adalah kata yang mengandung lebih

dari satu atau ganda. Sedangkan Keraf (1998: 36) menyatakan bahwa polisemi

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

30

mempunyai arti satu bentuk mempunyai beberapa makna. Jadi polisemi adalah kata

yang mempunyai beberapa makna. Contoh kata kepala yang dapat diartikan

bermacam-macam seperti kata kepala surat, kepala sekolah, kepala keluarga dsb.

walaupun arti utama kepala adalah bagian kepala yang berada diatas leher.

e. Hiponim

Menurut Pateda (2010: 211), istilah hiponim (Ing: hyponymy berasal dari

bahasa Yunani Kuno onoma = nama, dan hypo = di bawah). Secara harfiah istilah

hiponim bermakna nama yang termasuk di bawah nama lain. Verhaar dalam pateda

(1983: 131) mengatakan,: hiponim ialah ungkapan (kata, biasanya atau kiranya dapat

juga frasa atau kalimat) yang makna suatu ungkapan lain. Istilah hiponim dalam

bahasa Indonesia boleh digunakan sebagai nomina, boleh juga sebagai adjektifa.

Keraf (1998: 38) mengungkap, hiponim adalah semacam relasi antar kata

yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen

yang lain. Sedangkan Subroto (2011: 78) hiponimi adalah relasi antar leksem (kata)

yang bersifat atas dan bawah. Jadi, hiponim adalah ungkapan (kata, biasanya atau

kiranya dapat juga frasa atau kalimat) yang bersifat atas dan bawah atau dalam suatu

makna terkandung sejumlah komponen yang lain

5. Kendaraan

Kendaraan menurut Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2012 adalah suatu

sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak

bermotor. kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

31

Sedangkan kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

tenaga manusia dan atau hewan. Penelitian ini akan dibatasi pada kendaraan bermotor

karena data dalam penelitian ini adalah nama dari kendaraan bermotor dan suku

cadangnya. Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a

berdasarkan jenis dikelompokkan ke dalam: (a) sepeda motor, (b) mobil penumpang,

(c) mobil bus, (d) mobil barang, (e) kendaraan khusus.

a. Sepeda Motor

Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan atau tanpa

rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor beroda

tiga tanpa rumah-rumah. Jadi kendaraan sepeda motor adalah kendaraan yang

mempunyai jumlah roda sekurang-kurangnya dua dan paling banyak tiga dengan atau

tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor

beroda tiga tanpa rumah-rumah.

b. Mobil Penumpang

Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki

tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang

beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. Jadi mobil penumpang

merupakan alat transportasi atau satu kendaraan bermotor yang digunakan untuk

mengangkut orang dengan syarat jumlah tempat duduk maksimal delapan orang

termasuk pengemudi atau supir.

c. Mobil Bus

Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat

duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

32

lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. Jadi mobil bus adalah kendaraan Jadi

mobil penumpang merupakan alat transportasi atau satu kendaraan bermotor yang

digunakan untuk mengangkut orang dengan jumlah besar yaitu jumlah tempat duduk

lebih dari delapan orang termasuk pengemudi atau supir.

d. Mobil Barang

Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau

seluruhnya untuk mengangkut barang. Jadi mobil barang adalah kendaraan bermotor

yang berfungsi atau dirancang sebagian atau seluruhnya khusus untuk mengangkut

barang atau benda mati lainnya yang biasanya untuk jumlah sumbu roda pada

kendaraan tidak dibatasi, baik itu berjumlah empat sumbu roda atau lebih dari empat

sumbu roda.

e. Kendaraan Khusus.

Kendaraan Bermotor jenis Kendaraan khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat 1 huruf e meliputi kendaraan yang dirancang bangun untuk fungsi

tertentu. Fungsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 5 meliputi: (a) militer, (b)

ketertiban dan keamanan masyarakat, (c) alat produksi, dan (d) mobilitas penyandang

cacat. Jadi kendaraan khusus adalah kendaraan yang diciptakan untuk kepentingan

tertentu dan khusus.

6. Suku Cadang

Suku cadang atau onderdil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat

Bahasa Depdiknas, 2008: 1023) adalah bagian dari sesuatu (tentang mobil, sepeda,

dsb); suku mesin atau perabot lainnya. Sedangkan dalam buku Pola Pembiayaan

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/MOCH. ARIFUDIN BAB II.pdf · untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama

33

Usaha Kecil (2008: 1) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan judul

Perdagangan Suku Cadang Mobil, suku cadang (spare part/onderdil) memiliki arti

bagian dari alat, mesin, atau kendaraan yang disediakan untuk penggantian. Jadi, suku

cadang adalah bagian dari sesuatu pada mesin atau kendaraan yang disediakan untuk

penggantian.

Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013