21
7 BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai pengaruh Kreativitas dan Pengalaman Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara. Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah kreativitas mengajar guru, pengalaman mengajar guru, dan motivasi belajar siswa. 2.1. Kreativitas 2.1.1. Pengertian Kreativitas Menurut Sujiono (2010:38) berkaitan dengan pengertian kreativitas terdapat beberapa tokoh yang memiliki pendapat hampir sama, di antaranya adalah: (1) Santrock berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi; (2) Mayesty menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berfikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain; (3) Gallagher dalam Munandar menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang belum ada sebelumnya; (4) Moustakas dalam Munandar (1999:5) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hungan dengan diri sendiri, alam dan orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian

mengenai pengaruh Kreativitas dan Pengalaman Mengajar Guru terhadap

Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara.

Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak

terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah kreativitas mengajar guru,

pengalaman mengajar guru, dan motivasi belajar siswa.

2.1. Kreativitas

2.1.1. Pengertian Kreativitas

Menurut Sujiono (2010:38) berkaitan dengan pengertian kreativitas

terdapat beberapa tokoh yang memiliki pendapat hampir sama, di antaranya

adalah: (1) Santrock berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk

memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta

melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi;

(2) Mayesty menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berfikir dan bertindak

atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai/berguna bagi orang

tersebut dan orang lain; (3) Gallagher dalam Munandar menyatakan bahwa

kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru, yang belum ada sebelumnya; (4) Moustakas dalam Munandar (1999:5)

menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan pengalaman

mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk

terpadu dalam hungan dengan diri sendiri, alam dan orang lain.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

8

berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan guru kreatif dalam

penelitian ini adalah guru yang memiliki kemampuan agar anak didiknya

termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan membuat atau menciptakan

strategi dan bahan ajar yang baru dan atau bervariatif.

2.1.2 Ciri-ciri guru kreatif

Menurut Csikszentmihalyi dalam Munandar (2002:51-53) sepuluh

pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling

terpadu secara dealektis sebagai berikut:

a. Pribadi Kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang

memungkinkan mereka bekarja berjam-jam dengan konsentrasi

penuh, tetapi mereka juga bias tenang dan rileks, bergantung pada

situasinya.

b. Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama

mereka juga naïf. Disatu pihak mereka juga memiliki kebijakan

(wisdom), tetapi juga bias seperti anak-anak (childlike). Insight

yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan

ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka mampu berpikir

konvergen dan divergen.

c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap

bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan,

dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan atau karya baru

dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.

d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi,

namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk

dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan

dengan masa lalu. Orang sering mengira bahwa seniman kuat

dalam fantasi dan imajinasi, sedangkan ilmuwan, politikus, dan

orang bisnis sangat realistis. Hal ini mungkin saja dalam kegiatan

rutin sehari-hari, tetapi jika terlibat dalam kerja kreatif, seniman

bias sama realistisnya dengan ilmuwan, dan ilmuwan sama

imajinatifnya dengan seniman.

e. Pribadi kreatifitas menunjukan kecenderungan baik introversi

maupun ekstroversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk

dapat “berkreasi” menulis, melukis, melakukan eksperimen dalam

laboratorium tetapi juga penting baginya untuk bertemu dengan

orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain.

f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya

pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

9

biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah mereka

capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan

dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap dengan apa

yang masih akan mereka lakukan.

g. Pribadi kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis,

yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender

(maskulin-feminin). Lepas dari kedudukan gender, mereka bias

sensitive dan asertif, dominant dan submisif pada saat yang sama.

Perempuan kreatif pada umumnya cenderung lebih dominan dari

pada perempuan lain dan pria kreatif cenderung lebih sensitive dan

kurang agresif dari pada pria lainnya.

h. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di

lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.

Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan

mennggalkan keterikatan pada tradisi juga perlu.

i. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila

menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam

penilaian karyanya. Tanpa “passion” seseorang bisa kehilangan

minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas,

karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.

j. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering

membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan

terhadap hasil jeri payahnya, namun di saat yang sama ia juga

merasakan kegembiraan yang luar biasa. Keunggulan sering

mengundang tentangan dari lingkungan dan pribadi kreatif bisa

merasa terisolir dan seperti tidak dipahami.

2.1.3 Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Darmadi (2010:56-57) kreativitas guru dalam

pelaksanaannya harus memperhatikan sebagai berikut:

1. Menggunakan metode, media, bahan, yang sesuai dengan

tujuan mengajar

2. Berkomunikasi dengan siswa.

3. Mendemontrasikan khasanah metode mengajar

4. Mendorong dan mengalakan keterlibatan siswa dengan

pengajaran

5. Mendemontrasikan penguasaan materi pembelajaran

dengan relevansinya

6. Mengorganisasikan waktu, ruang, perlengkapan pengajaran

7. Melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses

belajar mengajar

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

10

Kreativitas guru bisa dilihat dari kompetensi profesionalnya. Menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,

adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru

antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang

diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru.

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan

menjadi indikator esensial sebagai berikut;

a. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta

didik.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk

kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami

landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran;

menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,

kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan

pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar

(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator

esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan

hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode;

menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan

tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil

penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran

secara umum.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

11

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik

untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci

subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak

sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial;

bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai

dengan norma.

b. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja

sebagai guru.

c. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan

yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat

serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki

perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki

perilaku yang disegani.

e. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial:

bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas,

suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi

ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik

memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta

didik.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

12

b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga kependidikan.

c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran

di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut

memiliki indikator esensial sebagai berikut:

a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki

indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum

sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi

atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata

pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial

menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja

guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan

peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu

(disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c)

penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut

untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan

profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

13

(http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harus-

dimiliki-seorang-guru-profesional/)

2.1.3 Indikator Kreativitas

Menurut Uno (2009:21) ada 12 indikator kreativitas, yaitu:

a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar

b) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot

c) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah

d) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu

e) Mempunyai/menghargai rasa keindahan

f) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

mudah terpengaruh orang lain

g) Memiliki rasa humor tinggi

h) Mempunyai daya imajinasi yang kuat

i) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

berbeda dari orang lain (orisinil)

j) Dapat bekerja sendiri

k) Senang mencoba hal-hal baru

l) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi)

2.2 Kepemimpinan Guru

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Guru

Kepemimpinan guru pada dasarnya adalah suatu proses untuk

mempengaruhi orang lain dimana didalamnya mengkaji tentang serentetan

tindakan atau perilaku tertentu pada invididu yang dipengaruhinya.

Kepemimpinan seorang guru memiliki arti yang luas, tidak hanya terbatas

pada peran guru di dalam kelas saja, namun menjangkau juga peran guru

dalam berinteraksi dengan rekan sejawat (guru) dan kepala sekolah. Terry

dalam Kartono (2005:57) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan

kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

14

didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain

dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

a. Faktor Internal

Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang

membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada

pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri

pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses

pematangan dan pendidikan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal menurut formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor

bawahan dan situasi. Faktor-faktor ini tentu akan menentukan bagaimana

pemimpin mengatur dan mempengaruhinya.

Jika bawahan ini adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola

kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Faktor eksternal lain adalah

faktor situasi, situasi ini berkaitan dengan dengan aspek waktu, tempat , tujuan,

karakteristik organisasi.

2.2.3. Aspek-aspek Kepemimpinan

Menurut Muhibbin (2008:253) kepemimpinan memiliki 4 aspek antara lain

sebagai berikut:

a. Kekuasaan di dalam kelas

b. Pemberian instruksi

c. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan

mengungkapkan pendapat

d. Kerja sama

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

15

2.2.4 Gaya Kepemimpinan Guru

Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah sebagai

pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervise atas kegiatan belajar

murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen

belajar sebaik-baiknya, melakukan manejemen kelas, mengatur disiplin kelas

secara demokratis ( Hamalik, 2004 ;124 )

Menurut Ahmad Rohani ( 2004:130) gaya atau tipe kepemimpinan guru ada tiga

yaitu:

a. Otoriter Dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif

kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi semua aktivitas menjadi menurun.

Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut

banyak perhatian guru.

b. Laizzes faire Gaya kepemimpinan yang laizes faire , biasanya tidak produktif walaupun

ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan

yang sifatnya ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas

pendidik lebih produktif kalau gurunya tidak ada.

c. Demokratis Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap

persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling

mempercayai. Peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi

guru maupun tanpa diawasi guru.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/08/kepemimpinan-guru-dalam-

pendidikan-540275.html

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

16

2.2.4 Aspek Kepemimpinan Guru di Kelas

Kepemimpinan merupakan hal yang mutlak dalam tiap segi kehidupan .

Dari kepemimpinan Negara sampai kepemimpinan di dalam rumah tangga adalah

hal yang bisa dan gampang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di

sekolah? Walaupun sudah jelas ada jabatan kepala sekolah serta sederet jabatan

lain yang intinya adalah pemimpin para guru, namun guru sebagai individu tidak

bisa tidak harus juga punya aspek kepemimpinan diantaranya;

1. Menumbuhkan dan menyuburkan suasana mencari ilmu di kelas Guru dibutuhkan perannya agar siswa menguasai subyek yang

diajarkan, mempunyai inisiatif dalam mencari pengetahuan di luar yang

diajarkan serta berserta berfikir kritis dan analisis. ( Di butuhkan teknik

mengajar yang kreatif)

2. Mengambil hati dan pikiran pribadi-pribadi yang ada disekitarnya Mudah sekali memimpin siswa di kelas jika kita sudah bisa mengambil

hati serta bisa membaca pikiran siswa di kelas. Sebenarnya tidak mudah

membaca dalam membaca pikiran siswa karena memerlukan pembiasaan

melihat apa yang tersirat.

3. Bermitra dalam bekerja dengan orang lain Dalam mengajar sebuah kelas guru pastinya tidak sendiri , ada banyak

pihak yang ada di sekeliling lingkup pekerjaan nya sebagai pendidik. Ada

kepala sekolah , rekan sesama guru , administrasi dan pihak lain yang jika tidak

diperlakukan sebagai team akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

4. Mau mengerti diri sendiri dan orang lain Banyak guru yang mengalami tekanan pekerjaan karena kurang

berorientasi pada diri sendiri. Sikap berorientasi pada diri sendiri bukan berarti

egois, tetapi lebih kepada upaya menggali apa yang menjadi potensi orang-

orang disekitarnya sambil menghormati diri kita sendiri.

(http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/08/kepemimpinan-guru-dalam-

pendidikan-540275.html)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

17

2.3 Motivasi Belajar

2.3.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para ahli

sukar mendifinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah

prilaku; (2) kekuatan respon (yakni usaha); (3) ketahanan prilaku, atau

beberapa lama seseorang itu terus menerus berprilaku menurut cara tertentu.

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang

untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,

pengalaman (Martinis Yamin, 2005:80).

2.3.2 Jenis-jenis Motivasi

Menurut Sudjana dalam Suparman (2010:50), motivasi dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri setiap

individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan.

Misalnya, seorang anak yang membeli buku pelajaran biologi karena

dia membutuhkan buku tersebut untuk dibaca supaya menambah

wawasan dan pengetahuannya di bidang biologi.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri

seseorang, timbul karena adanya stimulus (ransangan) dari luar

dirinya atau lingkungannya. Misalnya, seseorang yang mengikuti

sebuah kejuaraan karena ingin mendapatkan hadiah utama yaitu uang.

Dalam kasus ini, maka uang menjadi motivasi orang tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, kedua motivasi ini yaitu

intrinsik dan ekstrinsik sangatlah diperlukan. Keduanya merupakan

dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

18

2.3.3 Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman dalam Suparman (2010:52-54), ada beberapa

bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar anak didik, yaitu:

a. Memberi angka

Pemberian angka atau nilai akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak

didik. Dia bisa memilih untuk mendapatkan angka yang lebih tinggi

lagi, atau minimal mempertahankan angka yang telah didapatnya.

b. Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Misalnya, guru

menjanjikan hadiah bagi anak didik yang berhasil mencapai angka

standar, atau berhasil menjawab pertanyaan.

c. Saingan dan kompetisi

Cara ini dapat memotivasi siswa, yang penting anak didik diarahkan

untuk bersaing secara sehat dan positif denganteman-temannya.

Misalnya bersaing untuk mendapatkan juara di dalam kelas.

d. Ego-involement

Anak didik akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai

prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. Guru harus

menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan dan

menyadari betapa pentingnya tugas dan mnerimanya sebagai

tantangan yang harus diselesaikan.

e. Memberi ulangan

Memberikan ulangan dapat memacu siswa untuk belajar lebih giat.

Yang perlu diperhatikan guru adalah jangan terlalu memberi ulangan

karena bisa menimbulkan kebosanan dan kejenuhan dalam diri anak

didik.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong anak didik

agar lebih giat lagi dalam belajar. Jika siswa tahu bahwa hasil

belajarnya senantiasa mengalami peningkatan, maka dengan

sendirinya akan memotivasi siswa untuk terus belajar.

g. Pujian

Pujian yang baik dan positif akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar. Yang perlu

diperhatikan guru adalah ketepatan dalam memberi pujian, karena

pujian bisa juga berdampak negatif di mana bisa jadikan anak didik

sombong.

h. Hukuman

Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat

yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang

logis sesuai dengan kesalahannya.

i. Minat

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

19

Minat adalah instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk

belajar.

j. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri anak

didik, yang mengakibatkan anak didik mau belajar lebih giat lagi.

k. Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik

merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk

terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan

hal-hal positif yang menarik anak didik untuk melakukan kegiatan belajar.

2.3.4 Indikator Motivasi

Menurut Uno (2009:21) ada 9 indikator Motivasi, yaitu:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama, tidak berhenti sebelum selesai)

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

d) Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan

e) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan

prestasinya)

f) Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”

(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya)

g) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan, dengan tugas-

tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau

sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

tersebut)

h) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan

kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)

i) Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

20

2.4 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Ida Krisnawati tahun

2011 yang berjudul Hubungan Pengalaman Mengajar dengan Kreativitas

Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMK Teknologi dan Industri Kristen

Salatiga selama satu semester tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data

menunjukkan ada hubungan yang kuat antara Pengalaman Mengajar dengan

Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMK Teknologi dan

Industri Kristen Salatiga selama satu semester tahun ajaran 2009/2010. Hal

ini di tunjukan dengan 19 guru yang kurang pengalaman mengajar tetapi

mempunyai kadar kreativitas tinggi diduga mereka adalah guru yang sudah

menjadikan profesi sebagai pilihan kariernya, guru berpengalaman terdapat

14 orang dan 6 orang diantaranya (36,84%) memiliki kadar kreativitas yang

tinggi terpaut sedikit dari guru yang kurang kreatif yaitu 5 orang (13,16%)

mereka sudah berpengalaman tetapi kurang kreatif umumnya guru-guru yang

sudah memasuki jangka waktu pensiun. kreativitas guru di SMK Teknologi

dan Industri Kristen Salatiga bervariasi dari yang kadarnya rendah sampai

tinggi tetapi secara umum kadar kreativitas masih tergolong sedang, khusus

mengenai kreativitas dalam meramu dan mengembangkan metode masih

tergolong rendah.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yosep Agus Budiono tahun 2013

yang berjudul Pengaruh Gaya Mengajar dan Kepemimpinan Guru Terhadap

Motivasi Belaja di Kalangan Siswa Kelas XII SMK NEGERI I SALATIGA.

Berdasarkan pengujian koefisien determinasi diperoleh RSquare sebesar

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

21

0,434 adalah penguadratan dari koefisien korelasi atau 0,659 X 0,659. Hal ini

menunjukan bahwa sebesar 43,4% variasi dari motivasi belajar dapat

dijelaskan oleh gaya mengajar dan kepemimpinan guru. Sedangkan sebesar

56,6% lainya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel X1

mempengaruhi Y secara sendiri sebesar 16%, setelah memasukkan variabel

X2 dalam model variabel X2 hanya mampu menaikkan R2 sebesar 43,4% -

16% = 27,4%. Disisi lain variabel X2 mempengaruhi Y secara sendiri sebesar

35,6%, dengan memasukan variabel X1 dalam model, ternyata X1 mampu

menaikkan nilai R2 sebesar 43,4% - 35,6% = 7,8%. Jadi dapat dikatakan

bahwa variabel X2 memberi sumbangan variabel Y lebih dominan daripada

X1 memberi sumbangan pada variabel Y. Hasil penghitungan koefisien

diterminasi R2 sebesar 0,434, berarti sebesar 43,4% variasi dari motivasi

belajar dapat dijelaskan oleh gaya mengajar guru dan kepemimpinan guru.

Sedangkan sebesar 56,6% lainya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2.5 Kerangka Berpikir

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Dalam kerangka berfikir ini peneliti akan menguraikan

model hipotetis, definisi operasional dan skala pengukuran.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

22

2.5.1 Model Hipotitis

Model hipotitis merupakan gambaran dari variabel-variabel penelitian.

Didalam penelitian ini akan dijelaskan variabel dependen dan independen.

Variabel dependen disebut juga variabel tidak bebas, dan variabel independen

disebut variabel bebas. Suatu varabel di sebut dependen atau tidak bebas jika nilai

atau harganya ditentukan oleh satu atau beberapa variabel lain. Dalam hubungan

ini variabel lain itu disebut variabel independen atau variabel bebas ( Gulo. W.

2010: 46-47).

Dalam penelitian ini kreativitas dan kepemimpinan guru disebut variabel

independen dengan notasi X, kreativitas guru X1 dan kepemimpinan guru X2.

Sedangkan yang disebut sebagai variabel dependen atau variabel tidak bebas

adalah motivasi belajar siswa yang diberi notasi Y.

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan model hipotitis penelitian

sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka Berfikir Pengaruh Kreativitas dan Kepemimpinan Guru Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara.

(X2)

(Y)

(X1)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

23

Keterangan:

X1 = Kreativitas Guru

X2 = kepemimpinan guru

Y = Motivasi Belajar Siswa

= Pengaruh Variabel X terhadap Y

2.5.2 Definisi operasional

Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan variabel dalam

penelitian tentang pengaruh kreativitas dan pengalaman mengajar guru

terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara.

Menurut Arikunto (2002:99) Variabel adalah objek penelitian, atau

apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini

variabel yang di gunakan adalah sebagai berikut:

1. Kreativitas Guru

Kreativitas adalah menciptakan atau mengembangkan sesuatu hal

yang baru. Hal baru yang di maksud dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran. Berkaitan dengan kreativitas guru, guru didalam mengajar

diharapkan dapat menciptakan atau mengembangkan model-model

pembelajaran. Tingkatan kreativitas di kategorikan menjadi 3 yaitu:

Tinggi: jika guru dapat menciptakan dan mengembangkan model

pembelajaran di beri skor 3

Sedang: jika guru dapat menciptakan atau mengembangkan model

pembelajaran di beri skor 2

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

24

Rendah: jika guru tidak dapat menciptakan dan mengembangkan model

pembelajaran maka di beri skor 1

2. Kepemimpinan Guru

Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang

lain agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Kepemimpinan di

kategorikan menjadi 3 yaitu:

Tinggi: jika guru memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk

bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 3

Sedang: jika guru dapat mempengaruhi siswa untuk bekerjasama agar

mencapai tujuan diberi skor 2.

Rendah: jika guru tidak memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk

bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 1.

3. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri untuk melakukan

sesuatu hal atau kegiatan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hal

atau kegiatan adalah belajar. Tingkatan motivasi belajar di kategorikan

menjadi 3 yaitu:

Tinggi: jika guru dapat menciptakan dan mengembangkan model

pembelajaran serta memiliki kemampuan mempengaruhi siswa agar

mencapai tujuan maka motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tinggi di

beri skor 3.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

25

Sedang: jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran serta dapat

mempengaruhi siswa agar mencapai tujuan maka motivasi siswa dalam

mengikuti pelajaran sedang di beri skor 2.

Rendah: jika guru tidak dapat mengembangkan model pembelajaran serta

tidak memiliki kemampuan mempengaruhi siswa agar mencapai tujuan

maka motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran rendah di beri skor 1.

Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh perhitungan sebagai

berikut:

Tinggi:

Sedang:

Rendah:

2.5.3 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,

sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan

data kuantitatif (Sugiyono, 2011:92).

Kreativitas guru dan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini memakai

skala ordinal. Menurut Riduwan (2010:9) Skala ordinal adalah skala yang

didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai

jenjang terendah atau sebaliknya. Sedangkan untuk kepemimpinan guru memakai

skala interval. Menurut Riduwan (2010:9) Skala interval adalah skala yang

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

26

menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot

yang sama.

Tabel 1.1

Daftar Skala Pengukuran

No

Variabel

Notasi

Skala Pengukuran

Nominal Ordinal Interval Ratio

1 Kreativitas Guru X1 v

2 Kepemimpinan

Guru

X2 v

3 Motivasi Belajar

Siswa

Y v

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:64), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan

kerangka pemikiran yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut :

Hipotesis kerja 1:

Motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar adalah sedang

atau sebesar 66,66% artinya kreativitas dan kepemimpinan guru sedang sehingga

motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar juga sedang

Hipotesis Statistik

H0 = 0,66

H1 0,66

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4909/3/T1... · Mereka mampu berpikir konvergen dan . divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan

27

Hipotesis kerja 2:

Ada pengaruh positif signifikan antara kreativitas guru terhadap motivasi

belajar siswa di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara artinya semakin tinggi

kreativitas guru maka semakin tinggi motivasi belajar siswa

Hipotesis Statistik

Ho : β1 = 0

Ha : β1 ≠ 0

Hipotesis kerja 3:

Ada pengaruh positif signifikan antara kepemimpinan guru terhadap motivasi

belajar siswa di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara artinya semakin guru

dapat mempengaruhi siswanya agar mencapai tujuan semakin tinggi motivasi

belajar siswa

Hipotesis Statistik

Ho : β2 = 0

Ha : β2 ≠ 0