Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Rasio Likuiditas
2.1.1. Pengertian Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008:129) menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidityratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalammemenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaanditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutamautang yang sudah jatu h tempo.
Dengan kata lain rasio likuiditas digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang jangka
pendek pada saat ditagih oleh pihak yang memberikan pinjaman. Apabila perusahaan
tersebut membayar utangnya tepat waktu atau sesuai jatuh tempo yang diberikan
maka perusahaan tersebut akan mampu mendapat kepercayaan dengan para kreditor
atau juga dengan para distributor, namun sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu
membayar utangnya yang sudah jatuh tempo maka akan sulit mendapat kepercayaan
untuk memperoleh suatu pinjaman karena kepercayaan dari berbagai pihak
merupakan modal yang sangat penting bagi perusahaan karena untuk membantu
melancarkan usahanya dan juga mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan.
Mengacu pada pendapat Hery (2016a:47) Rasio Likuiditas merupakankemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utangjangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapatdigunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuanperusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segerajatuh tempo.
8
Perusahaan yang mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada
saat ditagih, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila
perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya pada saat ditagih
atau saat jatuh tempo dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid. Perusahaan yang
tidak mampu membayar kewajibannya atau utang jangka pendek yang sudah jatuh
tempo bisa disebabkan karena perusahaan tersebut tidak memiliki dana sama sekali
untuk memenuhi kewajibannya atau bisa juga perusahaan tersebut memiliki dana
namun tidak cukup (secara tunai) sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu.
Menurut Hanafi dkk (2016:75) bahwa “rasio likuiditas mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi utang jangka jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya (aktiva yang akab berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu
siklus bisnis”. Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal
kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca,
yaitu total aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Penilaian dapat dilakukan untuk
beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio
likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan oleh suatu
perusaahan untuk mengukur tingkat kemapuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannnya terutama utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam
9
perusahaan (likuiditas perusahaan). Apabila perusahaan tersebut mampu memenuhi
kewajiban atau utang jangka pendeknya maka perusahaan tersebut dalam keadaan
likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban atau utang
jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo diakatakan perusahaan dalam kondisi
illikuid. Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian sebab lainnya
adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan
yang diberikan sehingga tidak mengetahui kondisi perusahaan dalam kondisi yang
likuid atau tidak, maka dari itu diperlukan analisis untuk mengukur tingkat
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang jangka pendek)
atau yang biasa dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008) Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup
banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak
yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan
guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga
memiliki kepentingan seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan,
misalnya perbankan. Dalam praktiknya terdapat beberapa manfaat atau tujuan analisis
rasio likuiditas bagi perusahaan.
10
Menurut Kasmir (2008) berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat
dipetik dari hasil rasio likuiditas adalah :
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya kemapuan untuk membayar
kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah
ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
3. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang.
4. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
5. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
6. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan
melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor,
distributor dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.
Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk
memberikan pinjaman selanjutnya. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya
cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman.
11
2.1.3. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Dalam praktiknya, menurut Harahap (2015:301) untuk mengukur rasio
keuangan secara lengkap, dapat
menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada. Beberapa rasio likuiditas adalah
sebagai berikut :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih keseluruhan. Perhitungan rasio lancar dilakukan
dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total lancar.
Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, pendapatan
yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang
gaji, utang pajak, utang dividen, serta utang jangka pendek lainnya. Rumus untuk
mencari rasio lancar atau current rasio adalah sebagai berikut :
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
nilai persediaan (inventory). Menurut I Made Sudana (2011) quick ratio adalah
Current Ratio = Aktiva lancar (Current Assets)
Utang lancar (Current Liabilities)
12
seperti Current Ratio tetapi persediaan tidak diperhitungkan karena kurang likuid
dibandingkan dengan kas, surat berharga, dan piutang. Oleh karena itu quick ratio
memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan current ratio. Rumus
untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut :
Berdarsarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio lancar (current
ratio) merupakan rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo. Sedangkan untuk rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang
digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang tersedia tanpa memperhitungkan
nilai persediaan, hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu
yang relatif lama untuk diuangkan.
2.2. Neraca
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:6) laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat
secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disususn sesuai dengan aturan atau
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca
dan dimengerti. Di samping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan
Quick Ratio = Current Assets - Inventory
Current Liabilities
13
terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor,
investor, maupun para supplier.
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan merupakan laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode.
Biasanya laporan keuangan dibuat per periode misalnya tiga bulan, atau enam bulan
untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan satu tahun sekali. Di samping itu, dengan adanya laporan keuangan, dapat
diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut.
Lengkap tidaknya penyajian laporan keuangan tergantung dari kondisi perusahaan
dan keinginan pihak manajemen untuk menyajikannya.
Menurut Hery (2016:2) laporan keuangan (financial statements) merupakan
“produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi
bisnis”.
Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain, laporan
keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan
Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari laporan
keuangan akan tergambar kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat
memudahkan manajemen dalam menilai kinerja manajemen perusahaan. Penilaian
kinerja akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil
dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan atau sebaliknya.
14
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam praktiknya, Menurut Kasmir (2008:10) terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping
itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan
yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu
5. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan
keuangan tidak hanya sekedar dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami
tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan
analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
15
2.2.3. Jenis dan Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Dalam
praktiknya menurut Kasmir (2008:7) secara umun ada lima macam jenis laporan
keuangan yang biasa disusun, yaitu :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan modal
4. Laporan arus kas
5. Laporan catatan atas laporan keuangan
1. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan salah satu laporan keuangan yang
terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk
menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca.
Menurut Sugiono dkk (2016:13) neraca adalah suatu laporan yang sistematistentang aktiva (assets), kewajiban (liabilities), dan modal sendiri (equity) darisuatu perusahaan pada tanggal atau waktu tetentu. Atau dengan kata lainneraca berisi mengenai data-data informative mengenai kondisi perusahaanpada waktu tertentu. Dan pada bagian awal setiap pelajaran akuntansi neracaditempatkan pada posisi pertama yang dinyatakan dalam persamaan akuntansi:
AKTIVA = KEWAJIBAN +MODAL
Neraca merupakan salah satu bentuk laporan keuangan yang umumnya
dimiliki oleh suatu perusahaan. Dalam komponen neraca biasanya terdapat aktiva
(harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas). Neraca biasanya dibuat
16
berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat
pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis harta,
utang dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu.
Komponen atau isi yang terkandung dalam suatu aktiva pada neraca dibagi
kedalam tiga komponen, yaitu :
1. Aktiva lancar
2. Aktiva tetap
3. Aktiva lainnya
Kemudian kewajiban dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Kewajiban lancar (utang jangka pendek)
2. Hutang jangka panjang
Sementara itu, komponen modal terdiri dari :
1. Modal disetor
2. Laba yang ditahan dan lainnya
Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar) yaitu dimulai dari
aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Komponen yang terkandung dalam
aktiva lancar adalah seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang dan sebagainya.
Komponen dalam aktiva tetap terbagi dua yaitu aktiva tetap berwujud seperti tanah,
mesin, kendaraan, peralatan, sedangkan dalam aktiva tetap tidak berwujud seperti
hak cipta, lisensi dan lainnya.
Komponen dalam kewajiban (utang) jangka pendek artinya utang yang
memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun seperti utang dagang, utang wesel,
17
utang bank. Kemudian utang jangka panjang merupakan utang yang memiliki jangka
waktu lebih dari satu tahun seperti obligasi, hipotek atau utang bank di atas satu
tahun. Posisi yang terakhir adalah modal perusahaan atau ekuitas (equity).
Komponen modal terdiri dari modal disetor, laba ditahan, cadangan laba.
Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan neraca adalah salah satu
bentuk laporan keuangan yang umumnya dimiliki oleh suatu perusahaan. Komponen
dalam neraca terdapat aktiva, kewajiban dan modal dan biasanya dibuat dalam satu
periode (tahunan).
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Menurut Hery (2016b:66) laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikanukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Lewatlaporan laba rugi investor dapat mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yangdihasilkan investee. Lewat laporan laba rugi, kreditor juga dapatmempertimbangkan kelayakan kredit debitor.
Menurut Prastowo (2015:15) laporan laba rugi adalah “laporan keuangan yang
memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam
menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu”.
Komponen yang terdapat pada laporan laba rugi adalah komponen pendapatan
seperti pendapatan dari usaha pokok atau diluar usaha pokok. Dan komponen
pengeluaran atau biaya-biaya seperti biaya sewa, biaya bunga dan biaya lainnya
18
Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan laporan laba rugi merupakan
laporan keuangan yang memuat jenis-jenis pendapatan yang diperoleh oleh
perusahaan dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya (nilai uangnya).
2.3. Konsep dasar perhitungan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan dua cara untuk
mengolah data yakni, pertama penulis menggunakan metode perhitungan statistika
deskriptif, analisa korelasi dan regresi linear b. kemudian, yang terakhir
menggunakan paket program statistik SPSS. Berikut adalah konstelasi masalah antara
satu variabel independent (bebas) dengan satu variabel dependent (terikat):
Keterangan: X= Variabel Independent (bebas)
Y= Variabel Dependent (terikat)
2.3.1. Koefisien korelasi
Menurut J. Supranto (2015:161) Koefisien korelasi adalah hubungan dua
variabel ada yang positif dan negatif. Koefisien korelasi antara dua variabel sering
disebut dengan koefisien korelasi linear sederhana (KKLS).
Menurut Siregar (2013:250) Koefisien korelasi adalah bilangan yang
menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat
menentukan arah dari kedua variabel. Nilai korelasi (r)= (-1 ≤ 0 ≤ 1 )
X Y
19
Untuk kekuatan hubungan nilai koefisien korelasi berada diantara -1 dan 1,
sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (-) misalnya :
a. Apabila r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, artinya terjadi hubungan
bertolak belakang antara vaiabel X dan variabel Y, bila variabel X naik, maka
variabel Y turun.
b. Apabila r = 1 artinya korelasi positif sempurna, artinya terjadi hubungan searah
variabel X dan variabel Y, bila variabel X naik maka variabel Y naik.
Dengan demikian arah korelasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat
satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah. Dibawah ini adalah bentuk arah korelasi
yang satu arah dan dua arah adalah sebagai berikut :
Tanda koefisien korelasi positif (+) Tanda koefisien korelasi negatif(-)
atau atau
arah korelasi satu arah arah korelasi dua arah
Sumber : Sambas Ali
Gambar II.1 Arah Korelasi
Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan hubungan antara
variabel X dan Y, secara sederhana dapat diterangkan berdasarkan tabel dibawah ini :
20
Tabel II.1
Tabel tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
No. Nilai Korelasi Tingkat hubungan
1. 0,00 - 0,20 Sangat lemah
2. 0,20 – 0,40 Rendah
3. 0,40 – 0, 70 Sedang/Cukup
4. 0,70 – 0,90 Kuat/tinggi
5. 0,90 – 1,00 Sangat kuat
Sumber : Muhidin dkk (2007:128)
Tujuan dilakukannya analisis korelasi antara lain adalah untuk mencari bukti
terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, bila sudah ada hubungan
tujuan lainnya untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel, dan untuk
memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan).
Koefisien korelasi untuk dua buah variabel X dan Y yang kedua-duanya
memiliki tingkat pengukuran interval, dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
product moment atau Product Moment Coefficient (Pearson’s Coefficient Of
Correlation) yang dikembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi product
moment untuk menghitung korelasi sederhana dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut :
21
di mana:
n = jumlah data
x = variabel bebas
y = variabel terikat
2.3.2. Koefisien determinasi
Menurut Siregar (2013:252) Koefisien determinasi adalah “angka yang
menyatakan atau digunakan untuk mengukur kontribusi atau sumbangan yang
diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.
Menurut Atmaja (2009:170) koefisien determinasi menunjukkan “persentase
fluktuasi atau variasi pada suatu variabel (Y) dapat dijelaskan atau disebabkan oleh
variabel lain (X). Kofisien determinasi adalah koefisien korelasi yang dikuadratkan
(r2).”
Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koefisien
determinasi memberikan informasi seberapa baik model regresi yang dibuat. Jika
suatu model regresi memiliki koefisien determinasi yang rendah, katakanlah hanya
Koefisien determinasi = r2 x 100 %
21
di mana:
n = jumlah data
x = variabel bebas
y = variabel terikat
2.3.2. Koefisien determinasi
Menurut Siregar (2013:252) Koefisien determinasi adalah “angka yang
menyatakan atau digunakan untuk mengukur kontribusi atau sumbangan yang
diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.
Menurut Atmaja (2009:170) koefisien determinasi menunjukkan “persentase
fluktuasi atau variasi pada suatu variabel (Y) dapat dijelaskan atau disebabkan oleh
variabel lain (X). Kofisien determinasi adalah koefisien korelasi yang dikuadratkan
(r2).”
Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koefisien
determinasi memberikan informasi seberapa baik model regresi yang dibuat. Jika
suatu model regresi memiliki koefisien determinasi yang rendah, katakanlah hanya
Koefisien determinasi = r2 x 100 %
21
di mana:
n = jumlah data
x = variabel bebas
y = variabel terikat
2.3.2. Koefisien determinasi
Menurut Siregar (2013:252) Koefisien determinasi adalah “angka yang
menyatakan atau digunakan untuk mengukur kontribusi atau sumbangan yang
diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.
Menurut Atmaja (2009:170) koefisien determinasi menunjukkan “persentase
fluktuasi atau variasi pada suatu variabel (Y) dapat dijelaskan atau disebabkan oleh
variabel lain (X). Kofisien determinasi adalah koefisien korelasi yang dikuadratkan
(r2).”
Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koefisien
determinasi memberikan informasi seberapa baik model regresi yang dibuat. Jika
suatu model regresi memiliki koefisien determinasi yang rendah, katakanlah hanya
Koefisien determinasi = r2 x 100 %
22
0,1 menunjukkan model regresi yang dibuat tidak baik karena hanya 10% dari variasi
pada variabel Y disebabkan oleh variabel X pada model regresi.
2.3.3. Koefisien Persamaan Regresi
Menurut Siregar (2008:284) salah satu alat yang digunakan dalam
memprediksi permintaan dimasa yang akan datang berdasarkan data masa lalu atau
untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent) terhadap satu variabel
tak bebas (dependent) adalah menggunakan regresi linear.
Menurut Muhidin (2007:187) analisis regresi dipergunakan untuk menelaah
hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola
hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk
mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi
variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks.
Berdasarkan dengan analisis regresi ini, setidaknya ada empat kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam analisis regresi, diantaranya:
1. Mengadakan estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris
2. Menguji berapa besar variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variasi
variabel independen
3. Menguji apakah estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak
4. Melihat apakah tanda dari estimasi parameter cocok dengan teori.
23
Regresi linear dibagi kedalam 2 kategori yaitu regresi linear sederhana dan
regresi linear berganda.
1. Regresi linear sederhana digunakan hanya untuk 1 variabel bebas dan 1 variabel
tak bebas, sedangkan
2. Regresi linear berganda digunakan untuk 1 variabel tak bebas (dependent) dan 2
variabel bebas (independent).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa regresi sederhana, bertujuan
untuk mempelajari hubungan antara dua variabel. Model regresi sederhana adalah y =
a + bx dimana y adalah variabel tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas dan a
adalah penduga bagi intersap (a), b adalah penduga bagi koefisien regresi (b) dan a , b
adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan
statistic sampel.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari nilai a dan b adalah :
= ∑ − (∑ )(∑ )∑ − (∑ )= ∑ − ∑
di mana :
n = jumlah data
x = variabel bebas
y = variabel tak bebas (terikat)