Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sumber Daya Manusia
Menurut Subowo and Setiawan dalam (Widjaja, Alamsyah, Rohaeni, &
Sukajie, 2018) “Sumber daya manusia bukan hanya sebagai alat produksi tetapi juga
sebagai penggerak dan penentu berlangsungnya proses produksi dan segala aktivitas
organisasi.”
Menurut Nawawi, (2011: 40) dalam (Haikal, 2017) “Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non
material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.”
Menurut (Pottale, 2016) mengatakan “Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan modal dasar dalam proses pembangunan perusahaan bahkan nasional,
oleh karena itu kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.”
Maka dari itu Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan adalah unsur
hal paling penting demi terjalannya proses Manajemen. Demi terstrukturnya sebuah
Sumber Daya Manusia maka diperlukan sebuah Manajemen yang membahas kajian-
kajian yang dibutuhkan untuk sebuah perusahaan. Baik dari segi perencanaan Sdm,
rekrutmen dan seleksi, hingga penilaian kinerja yang membahas manajemen
karyawan. Maka dari itu Penulis membahas Manajemen Kinerja untuk karyawan di
sebuah perusahaan.
7
2.1.1. Pengertian Manajemen Kinerja
Menurut Mangkunegara dalam (Afni, 2016), “Kinerja adalah hasil kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.”
Menurut Ruky dalam (Bintoro & Daryanto, 2017: 3) mengatakan “Manajemen
Kinerja adalah program yang dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yaitu
kinerja dalam bentuk apa dan seperti bagaiman yang ingin dicapai.”
Sedangkan menurut (Bintoro & Daryanto, 2017: 5) mengatakan “Manajemen
kinerja adalah aktivitas untuk memastikan bahwa sasaran “organisasi telah dicapai
secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas, manajemen kinerja merupakan suatu
prosedur atau tata cara dimana seluruh aktivitas kinerja suatu karyawan untuk
dievaluasi menjadi bahan penilaian dan pemotivasi karyawan untuk meningkatkan
kualitas yang mereka punya.
2.1.2. Tahapan Manajemen Kinerja
Tahapan Manajemen Kinerja menurut Williams (1998), terdapat empat tahapan
utama dalam pelaksanaan manajemen kinerja. Tahapan ini menjadi suatu siklus
manajemen kinerja yang saling berhubungan dan menyokong satu dengan yang lain
(Bintoro & Daryanto, 2017; 5):
1. Tahap Pertama: directing/planning.
Merupakan tahap identifikasi perilaku kerja dan dasar/baris pengukuran kinerja.
Kemudian dilakukan pengarahan konkret terhadap perilaku kerja dan perencanaan
8
terhadap target yang akan dicapai, kapan dicapai, dan bantuan yang akan
dibutuhkan. Target harus memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah atau
berlebihan (acchievable), masuk akal dan sesuai kondisi/realita (realistic), serta
jelas sasaran waktunya (timebound).
2. Tahap Kedua: managing/supporting.
Merupakan penerapan monitoring pada proses organisasi. Tahap ini berfokus
pada manage, dukungan, dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap
berada pada jalurnya. Jalur yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun
proses kerja yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
3. Tahap Ketiga: review/appraising.
Tahap ini mencangkup langkah evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
flashbcak/review kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja
dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data
yang berkaitan degan obyek yang dievaluasi yang valid.
4. Tahap Keempat: devoloping/rewarding.
Tahap terakhir berfokus pada pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi
menjadi pedoman penentu keputusan terhadap action yang dilakukan
selanjutnya. Keputusan dapat berupa langkah perbaikan, pemberian
reward/punishment, melanjutkan suatu kegiatan/prosedur yang telah ada, dan
penetapan anggaran.
2.1.3. Tujuan Manajemen Kinerja
Secara umum manajemen Kinerja memiliki empat tujuan yaitu (Bintoro &
Daryanto, 2017; 8):
1. Tujuan Strategik
9
Mengkaitkan kegiatan pegawai dengan tujuan organisasi. Pelaksanaan strategi
tersebut perlu mendefinisikan hasil yang akan dicapai, perilaku, karakteristik
pegawai yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi, mengembangkan
pengukuran dan sistem feedback terhadap kinerja pegawai.
2. Tujuan Administratif
Menggunakan informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk
kepentingan keputusan administratif, pengajian, promosi, pemberhentian
pegawai dan lain-lain.
3. Tujuan Pengembangan
Dapat mengembangkan kapasitas pegawai yang berhasil dibidang kerjanya,
pemberian training bagi yang berkinerja yang tidak baik, atau penempatan yang
lebih cocok.
4. Tujuan Khusus Manajemen Kinerja
Memperoleh peningkatan kinerja suistainable, meningkatkan motivasi dan
komitmen karyawan, memungkinkan individu untuk mengembangkan
kemampuan, meningkatkan kepuasan kerja dan mencapai potensi pribadi yang
bermanfaat bagi individu dan organisasi.
2.1.4. Tujuan Peningkatan Kinerja Karyawan
1. Secara umum tujuannya adalah (Bintoro & Daryanto, 2017; 9) :
a. Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang menginginkan hasil kerja yang
bermutu.
b. Untuk meningkatkan kemampuan sistem perusahaan agar efektif, efesien, dan
bermutu.
c. Untuk membantu karyawan dalam mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja maupun kepribadiannya.
10
2. Karyawan
a. Tenaga kerja yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak oleh
institusi untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaan sesuai bidangnya.
3. Karyawan sebagai investigasi
a. Karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengsyaratkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.
b. Tugas utama karyawan meliputi pelaksanaan tugasnya secara konsisten dan
selalu mengembangkan pengetahuan untuk meningkatkan mutu kerjanya.
4. Keterkaitan kinerja dan profesionalitas :
a. Kinerja erat hubungannya dengan profesionalitas, karena orang yang
profesional akan memiliki kinerja yang tinggi.
5. Prinsip dasar meningkatkan kinerja :
a. Membangkitkan motivasi dan etos kerja untuk bekerja secara profesional.
b. Meningkatkan kompetensi kerja (akademik/vokasional) melalui pendidikan,
pelatihan, kelompok kerja, belajar sendiri.
c. Meningkatkan kompetensi sosial dan personal melalui pendidikan, pelatihan,
kelompok kerja, belajar sendiri.
d. Menerapkan sisten “reward & punishment”.
e. Menerapkan sistem imbalan yang memuaskan
f. Menerapkan sistem jenjang karier yang jelas.
Setelah membahas uraian di atas, penulis dapat menjabarkan pengertian
penilaian kinerja di pembahasan selanjutnya.
11
2.2 Pengertian Penilaian Kinerja
Menurut Sedarmayanti (2007:268) dalam (Afni, 2016) menerangkan “ Aspek
penilaian kinerja karyawan yang umumnya perlu dinilai yaitu: tanggung jawab,
kemampuan, kejujuran, kesetiaan, kesanggupan, ketaatan, kerjasama, inisiatif, dan
kualitas kerja dalam menjalankan pekerjaannya.\
Menurut (Chusminah & Haryati, 2019) “Penilaian kinerja merupakan tahap
evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pegawai bagi kelangsungan
aktivitas perusahaan didalamnya.”
Menurut (Bilgah, 2018) “Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang mutlak
harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap karyawan.”
Menurut (Segoro, 2017; 84) mengatakan:
Penilaian kinerja merupakan suatu fungsi dari motivai dan kemampuan. Untuk
menyel esaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesedian
dan tingkat kemampuan tertentu. Kesedian dan keterampilan seseorang tidaklah
cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa
yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Menurut Rivai dan Basri dalam (Segoro, 2018; 108) mengatakan “Penilaian
kinerja merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang
dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standar kinerja yang telah
ditentukan oleh perusahaan.
Maka penulis dapat menyimpulkan, penilaian kinerja merupakan suatu proses
atau prosedur dimana aktivitas karyawan dalam kurun waktu tertentu akan dicatat
baik dari segi kegiatan maupun segi pekerjaan untuk menerima sebuah apresiasi dari
sebuah perusahaan.
12
2.2.1 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan dari kegiatan penilaian kerja atau evaluasi kinerja karyawan di suatu
perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut (Hamali, 2018; 120) :
Tabel 2.1
Penilaian Kinerja
Kreitner dan Kinicki Vecchio
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk:
1. Administrasi pengajian;
2. Umpan balik kinerja;
3. Identifikasi kekuatan dan
kelemahan individu;
4. Mendokumentasikan keputusan
kekaryawanan;
5. Penghargaan terhadap kinerja
individu;
6. Mengidetifikasi kinerja buruk;
7. Membantu dalam
mengidentifikasi tujuan;
8. Menetapkan keputusan promosi
9. Pemberhentian karyawan; dan
10. Mengevaluasi pencapaian tujuan.
Evaluasi kinerja harus dilakukan untuk
memelihara dan memperbaiki kinerja,
yaitu:
1. Mebantu supervisor dalam
membuat keputusan tentang
kompensasi relatif;
2. Membantu manajer
mengevaluasi kecocokan
bawahan untuk pelatihan dan
bangan serta mutasi jabatan;
3. Membuka saluran komunikasi
antara supervisor dan bawahan;
4. Memberi bawahan umpan balik
yang berguna tentang bagaimana
karyawan melakukan pekerjaan.
Sumber: Wibowo, Manajemen Kinerja (2013 :265)
2.2.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Konstribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat
bagi perencanaan kebijaksanan-kebijaksanaan organisasi. Kebijakan-kebijakan
organisasi dapat menyangkut aspek indivisual dan aspek organisasional. Adapun
secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah (Segoro, 2017;
328) :
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
13
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitin kepegawaian
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai
Informasi penilaian kinerja tersebut oleh pimpinan dapat dipakai untuk mengelola
kinerja pegawainya, dan mengungkapkan kelemahan kinerja pegawai sehingga
manajer dapat menentukan tujuan maupun peringkat target yang harus diperbaiki.
Tersedianya informasi kinerja pegawai, sangat membantu pimpinan dalam
mengambil langkah perbaikan program-program kepegawaian yang telah dibuat,
maupun program-program organisasi secara menyeluruh.
2.2.3 Dimensi Penilaian Kinerja
Dimensi penilaian kinerja yang penulis gunakan dalam penelitian ini menurut
Kasmir (2018:204) dalam (Bilgah, 2018) yaitu:
1. Absensi; merupakan keberadaan atau bukti kehadiran karyawan pada saat masuk
kerja sampai dengan pulang kerja. Misalnya jam masuk kerja adalah jam 08.00
dan pulangnya jam 17.00. artinya karyawan yang masuk kurang dari atau
maksimal pas jam 08.00, maka karyawan tersebut dikatakan hadir tepat waktu;
2. Kejujuran; merupakan perilaku karyawan selama bekerja dalam suatu periode.
Nilai kejujuran seorang karyawan biasanya dinilai berdasarkan ukuran yang
telah ditetapkan sebelumnya;
14
3. Tanggung jawab; merupakan unsur yang cukup penting terhadap kinerja
seseorang. Artinya karyawan yang memenuhi kriteria bertanggung jawab maka
nilai kinerjanya akan naik. Demikian pula sebaliknya bagi mereka yang
tidak atau kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, akan dinilai
kurang baik.
4. Kemampuan (hasil kerja) ukuran bagi seorang karyawan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan. Penilaian terhadap kemampuan karyawan biasanya didasarkan
kepada waktu untuk mengerjakan, jumlah pekerjaan dan kualitas pekerjaan itu
sendiri.
5. Loyalitas merupakan kesetiaan seseorang karyawan terhadap perusahaan.
Seorang karyawan harus selalu setia membela kepentingan perusahaan. Nilai
kesetiaan ini tidak boleh lebih kecil dari standar yang telah ditetapkan.
6. Kepatuhan merupakan ketaatan karyawan dalam mengikuti seluruh kebijakan
atau peraturan perusahaan. Atau dengan kata lain kepatuhan adalah ketaatan
untuk tidak melanggar atau melawan apa yang sudah diperintahkan.
7. Kerja sama merupakan saling membantu diantara karyawan baik antara bagian
atau dengan bagian lain. Kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat atau
memperlancar suatu kegiatan. Artinya dengan adanya kerja sama akan mengikis
perbedaan dan mengurangi kegagalan dalam suatu kegiatan;
8. Kepemimpinan artinya yang dinilai adalah kemampuan seorang dalam
memimpin. Dalam banyak kasus tidak semua orang memiliki kemampuan untuk
memimpin para bawahannya, apalagi dalam kondisi yang beragam.
9. Prakarsa merupakan seseorang selalu memiliki ide-ide atau pendapat perbaikan
atau pengembangan atas kualitas suatu pekerjaan. prakarsa ini menandakan
seseorang memiliki kepudulian kepada kemajuan perusahaan.
15
2.2.4 Asas-asas Penilaian Kinerja
Agar memperoleh hasil kinerja seperti yang diinginkan, maka penilaian kinerja
harus dilakukan sesuai dengan asas-asas penilaian kinerja. Jika melanggar dari asas-
asas tersebut, maka dapat dipastikan bahwa hasil penilaian kinerjanya tidak akan
berjalan dengan baik, termasuk hasil penilaian kinerjanya. Artinya asas–asas
penilaian kinerja harus dijalankan secara benar dan konsisten, sehingga hasil
penilaian yang diharapkan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam praktiknya asas-asas penilaian untuk melakukan penilaian kinerja harus
dilakukan (Kasmir, 2018; 201) :
1. Secara Objektif
Objektif artinya melakukan penilaian harus dilakukan apa adanya sesuai dengan
kriteria dengan yang telah ditetapkan. Artinya penilai dalam menilai jangan
terpengaruh oleh hal-hal di luar yang telah ditentukan.
Untuk melakukan penilaian yang dilakukan secara objektif biasanya dilakukan
secara :
a. Realistis, menilai apa adanya sesuai dengan yang telah dilakukan.
b. Terukur, setiap pekerjaan dapat menggunakan standar tertentu sebagai alat
ukur pencapaian kinerjanya.
c. Menantang, pekerjaan yang diberikan dapat memberikan motivasi bagi
karyawan untuk mengerjakannya.
d. Berdasarkan skala prioritas, dalam mengerjakan suatu pekerjaan dibuatkan
lebih dulu mana yang harus dikerjakan yang pertama dan yang selanjutnya
16
2. Secara adil
Adil merupakan asas yang paling penting, mengingat tanpa memberikan rasa
keadilan tentu akan memberikan dampak yang buruk terhadap penilaian. Sikap
atasan dalam menilai yang berdasarkan keadilan tentu akan memberikan hal yang
baik. Adapun keadilan dapat dilakukan berdasarkan:
a. Pembagian tugas disesuaikan dengan posisi dan kompetensi yang dimiliki.
b. Penilaian disesuaikan dengan konstribusi karyawan terhadap keberhasilan unit
kerja atau organisasi.
c. Penilaian dilakukan secara objektif dengan didukung data dan informasi yang
ada.
d. Pemberian balas jasa didasarkan kepada konstribusi dan kompetensi yang
berlaku.
3. Secara transparan
Di samping objektif dan adil dalam melakukan penilaian, juga perlu diperhatikan
adalah faktor transparansi. Artinya dalam melakukan penilaian harus dengan
adanya keterbukaan, baik dalam proses menilai serta memberikan hasil penilaian.
Transparan dalam melakukan penilaian kinerja karyawan artinya dalam hal:
a. Adanya parameter untuk mengukur kinerja serta sumber data yang digunakan,
misalnya kategori penilaian, bobot dan yang memberikan nilai.
b. Mengumumkan hasil penilaian secara terbuka, jangan sampai yang
disembunyikan.
c. Pemberian balas jasa atas kinerja dihasilkan harus jelas, sehingga tidak
menimbulkan kecurigaan.
17
Asas penilaian kinerja ini harus diterapkan semuanya, tidak boleh dilakukan
hanya dengan salah satu atau dua saja. Jik hanya dilakuk satu atau dua item saja,
maka hasil penilaian tidak akan sebaik dengan yang menngunakan seluruh item di
atas.
2.2.5 Proses Penilaian Kinerja
Menurut Sutrisno (2016:186-187) ada beberapa proses penilaian kinerja
dilakukan melalui (Chusminah & Haryati, 2019):
1. Menyusun rencana kerja merupakan tahap dalam menyepakati sasaran kerja
yang harus dicapai dan juga sikap serta perilaku yang mesti ditampilkan pegawai
dalam satu periode penilaian ke depan.
2. Pelaksanaan merupakan pengerjaan atas rencana yang dilaksanakan oleh
pegawai dengan sebaik- baiknya, sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya.
3. Pembinaan merupakan tahap untuk memantau pencapaian sasaran kerja selama
periode penilaian.
4. Pengawasan atau peninjauan merupakan tahap untuk mengukur pencapaian
sasaran dan perilaku kerja bawahan, serta menarik kesimpulan tentang apa yang
telah berjalan dengan efektif dan yang belum efektif dari sebelumnya.
5. Mengendalikan Kegiatan pengendalian dilakukan jika dalam pelaksanaan terjadi
penyimpangan atas pelaksanaan yang dilakukan.
2.2.6 Komponen Penilaian Kinerja
Menurut Kasmir dalam (Ainnisya & Susilowati, 2018) penilaian kinerja
dilakukan dengan melalui beberapa komponen penilaian kinerja. Untuk memudahkan
18
pemahaman komponen penilaian yang umum diberikan sebagai berikut (Chusminah
& Haryati, 2019):
1. Absensi
Absensi merupakan keberadaan atau bukti kehadiran karyawan pada saat masuk
kerja sampai dengan pulang kerja.
2. Kejujuran
Kejujuran merupakan perilaku karyawan selama berkerja dalam suatu periode.
Nilai kejujuran seorang karyawan biasanya dinilai berdasarkan ukuran yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3. Tanggung jawab
Karyawan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya. Tanggung
jawab tersebut dapat berupa kerugian langsung akibat dari perbuatannya atau
kerugian tidak langsung.
4. Kemampuan (hasil kerja)
Penilaian terhadap kemampuan karyawan biasanya didasarkan kepada waktu
untuk mengerjakan, jumlah pekerjaan dan kualitas pekerjaan itu sendiri.
5. Loyalitas
Loyalitas merupakan kesetiaan seseorang karyawan terhadap perusahaan.
Seorang karyawan harus setia membela kepentingan perusahaan.
6. Kepatuhan
Merupakan suatu ketaatan karyawan dalam mengikuti seluruh kebijakan atau
peraturan perusahaan dan ketaatan untuk tidak melanggar yang sudah
diperintahkan.
7. Kerjasama
19
Saling membantu diantara karyawan baik antar bagian atau bagian lain bertujuan
untuk mempercepat atau memperlancar kegiatan.
8. Kepemimpinan
Kepemimpinan artinya yang dinilai adalah kemampuan seseorang dalam
memimpin.
9. Prakarsa
Merupakan seseorang yang selalu memiliki ide-ide atau pendapat perbaikan atau
pengembangan atas kualitas suatu pekerjaan.
2.2.7 Metode Penilaian Kinerja
Menurut Zainal (2015:416-427) bahwa metode atau teknik penilaian kinerja
karyawan dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa
depan yaitu (Chusminah & Haryati, 2019) :
1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu
Ada beberapa metode untuk menilai kinerja diwaktu yang lalu. Teknik-teknik
penilaian ini meliputi:
a. Skala Peringkat (Rating Scale)
Merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam penilaian kinerja,
dimana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian yang berhubungan
dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu, mulai dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Penilaian didasarkan pada pendapat para
penilai. Pada umumnya penilai diberi formulir, yang berisi sejumlah sifat dan
ciri-ciri hasil kerja yang harus diisi. Penilaian pada umumnya diisi oleh atasan
yang memutuskan pendapat apa yang paling sesuai untuk setiap tingkatan hasil
kerja.
20
b. Daftar Pertanyaan (Checklist)
Penilaian berdasarkan metode ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang
menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu.
Penilai tinggal memilih kata atau pernyataan yang menggambarkan
karakteristik dan hasil kerja karyawan. Selain itu, sebagai penilai biasanya
atasan langsung.
c. Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Metode ini didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan, berupa tes
tertulis dan peragaan.
d. Pendekatan Evaluasi Komparatif
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan
karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis. Dua metode yang
biasa digunakan dari sekian banyak metode dalam penerapan pendekatan
komparatif sebagai berikut:
1) Metode Peringkat Metode ini berarti seorang atau beberapa penilai
menentukan peringkat bagi sejumlah karyawan, mulai dari yang paling
berprestasi hingga kepada yang paling tidak berprestasi.
2) Distribusi Terkendali Suatu metode penilaian dimana penilai
menggolongkan karyawan yang dinilai ke dalam klasifikasi yang berbeda-
beda berdasarkan berbagai faktor kritikal yang berlainan seperti prestasi
kerja, ketaatan, disiplin, dan lain sebagainya.
2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan Metode penilaian berorientasi masa
depan menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek penilaian
yang tunduk dan tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam
proses penilaian. Teknik-teknik ini meliputi:
21
a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri
dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasikan aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang. Salah satu
kebaikan dari metode ini adalah dapat mencegah terjadinya perilaku
membenarkan diri (defensive behavior).
b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objective)
Management by objective (MBO) yang berarti manajemen berdasarkan
sasaran, artinya adalah satu bentuk penilaian dimana karyawan dan penyendia
bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan
kerja di waktu yang akan datang. Pemakaian metode ini terutama ditujukan
untuk keperluan pengembangan karyawan. Metode ini lebih mengacu pada
pendekatan hasil.
c. Penilaian Secara Psikologis
Penilaian secara psikologis adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para
ahli psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan intelektual, motivasi, dan lain-lain
yang bersifat psikologis.
2.2.8 Kelemahan Dalam Penilaian Kinerja
Menurut Sutrisno (2016:210-212) dalam praktiknya penilaian kinerja memiliki
banyak kelemahan, sekalipun telah dilakukan dengan benar. Berikut ini beberapa
kesalahan yang sering terjadi dalam penilaian kinerja yaitu (Chusminah & Haryati,
2019) :
22
1. Kesamaan dengan penilai
Dalam hal ini penilai memberikan nilai yang memiliki efek kesamaan tertentu
dengan sipenilai. Biasanya kesamaan dapat berupa asal-usul, alumni, suku, ras,
agama, domisili, dan kesamaan lainnya.
2. Bias
Bias merupakan kepribadian seseorang yang dalam memberikan nilai yang biasa
dengan nilai terlalu lunak (leniency bias), atau sebaliknya pemberian nilai terlalu
ketat (strickness bias).
3. Hallo effect
Hallo effect merupakan penilaian kepada seseorang yang didasarkan pada
perasaan sipenilai. Artinya, jika perasaan lagi senang, maka nilainya baik,
namun jika perasaannya kurang senang maka penilaiannya menjadi sebaliknya.
4. Hubungan jabatan
Artinya penilaian dilakukan dengan hubungan jabatan tertentu. Seorang penilai
yang memiliki hubungan dengan suatu jabatan tertentu akan menilai dengan
baik, demikian pula sebaliknya.
5. Penilaian rata-rata
Yaitu penilai dalam melakukan penilaian yang cenderung memberi nilai rata-
rata. Orang seperti ini cenderung berprasangka pribadi. Artinya penilaian kepada
seseorang cenderung kepada sesuatu yang dianggapnya benar.