Upload
hoangquynh
View
226
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Koperasi
2.1.1. Pengertian Koperasi
Pengertian Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang
berarti usaha bersama. Pengertian koperasi berbeda-beda dan menimbulkan
diskusi yang tidak lepas dari pengaruh-pengaruh ideologi tertentu (Subandi,
2010:18).
Beberapa pengertian lainnya tentang koperasi yang dikutip dalam buku
Hendar Kusnadi (2005:18) adalah sebagai berikut :
1. Menurut International Cooperative Alliance (ICA), koperasi adalah
asosiasi yang bersifat otonom dengan keanggotaan bersifat terbuka
dan sukarela untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi, sosial dan
kultur melalui usaha bersama saling membantu dan mengontrol
usahanya secara demokratik.
2. Menurut International Labour Organization (ILO), koperasi
didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.
12
3. Menurut Ropke, koperasi adalah organisasi bisnis yang para pemilik
atau anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut
(kriteria identitas). Kriteria identitas adalah suatu koperasi akan
merupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha
koperasi dari unit usaha lainnya.
Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Pasal I, Koperasi adalah
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum
Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di
bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.
Koperasi menggunakan nilai dan prinsip sebagai berikut :
(1) Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yaitu:
(a) Kekeluargaan;
(b) Menolong diri sendiri;
(c) Bertanggung jawab;
(d) Demokrasi;
(e) Persamaan;
(f) Berkeadilan; dan
(g) Kemandirian.
(2) Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yaitu:
(a) Kejujuran;
(b) Keterbukaan;
(c) Tanggung jawab; dan
(d) Kepedulian terhadap orang lain.
13
(3) Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi:
(a) Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
(b) Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis;
(c) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi;
(d) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan
independen;
(e) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta
memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,
kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi;
(f) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat
Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan
kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan
internasional; dan
(g) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi
lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang
disepakati oleh Anggota.
(4) Prinsip Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
sumber inspirasi dan menjiwai secara keseluruhan organisasi dan
kegiatan usaha Koperasi sesuai dengan maksud dan tujuan
pendiriannya.
2.1.2. Unsur Organisasi Koperasi
Menurut Hendar Kusnadi (2005:247) unsur-unsur yang ada dalam
organisasi koperasi pada umumnya adalah menyangkut : (a) Keanggotaan
Koperasi, (b) Rapat Anggota, (c) Pengawas dan (d) Pengelola.
14
a. Keanggotaan Koperasi
Keanggotaan koperasi termasuk salah satu unsur yang menentukan
dalam organisasi Koperasi. Pasal 26 Undang-Undang No.17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian menyebutkan :
1. Anggota Koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa
koperasi.
2. Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku daftar anggota.
3. Keanggotaan koperasi bersifat terbuka bagi semua yang bisa dan
mampu menggunakan jasa koperasi dan bersedia menerima tanggung
jawab keanggotaan.
Anggota dalam suatu koperasi selain sebagai pengguna jasa juga
sebagai pemilik sehingga anggota dalam koperasi mempunyai tempat yang
strategis yang dapat mempengaruhi keberhasilan koperasi. Hal ini
menuntut anggota untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha,
keanggotaan koperasi adalah sekumpulan orang-orang bukan modal dan
ini merupakan identitas khusus yang menjadi dasar yang kokoh bagi suatu
organisasi Koperasi.
Anggota koperasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota yang bergabung dalam Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Data
jumlah anggota Primkopkar “Manunggal” Salatiga tahun 2013 adalah
3366 orang.
15
b. Rapat Anggota
Rapat anggota dalam Koperasi merupakan suatu perangkat organisasi
Koperasi. Pasal 31 Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian disebutkan bahwa : Rapat Anggota merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam Koperasi.
Rapat anggota menetapkan anggaran dasar Koperasi; menetapkan
kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi;
memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus;
menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi; menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan
oleh pengurus untuk dan atas nama Koperasi; meminta keterangan dan
mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus dalam
pelaksanaan tugas masing-masing;menetapkan pembagian Selisih Hasil
Usaha; memutuskan penggabungan, peleburan, dan pembubaran Koperasi;
dan menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh Undang-
Undang tentang perkoperasian.
Rapat anggota diselenggarakan oleh pengurus yang dihadiri oleh
anggota, pengawas dan pengurus. Keputusan rapat anggota diambil
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak
diperoleh dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Hak suara dalam koperasi
sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar dengan mempertimbangkan
jumlah anggotanya.
16
c. Pengurus Koperasi
Pengurus adalah orang perseorangan yang mendapatkan kepercayaan
untuk memimpin jalannya organisasi dan usaha koperasi, mampu
melaksanakan perbuatan hukum dan memiliki kemampuan mengelola
usaha koperasi. Pengurus dipilih oleh anggota koperasi yang diangkat
dalam rapat anggota. Pasal 58 Undang-Undang No.17 tahun 2012 tentang
perkoperasian mengatur tugas dan wewenang pengurus koperasi, sebagai
berikut :
(1) Pengurus bertugas:
(a) Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;
(b) Mendorong dan memajukan usaha Anggota;
(c) Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran
pendapatan dan belanja Koperasi untuk diajukan kepada Rapat
Anggota;
(d) Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
(e) Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi
Koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
(f) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara
tertib;
(g) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan
efisien;
(h) Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas, Buku
Daftar Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat Modal
Koperasi, dan risalah Rapat Anggota; dan
(i) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan
kemajuan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan
keputusan Rapat Anggota.
17
(2) Pengurus berwenang mewakili Koperasi di dalam maupun di luar
pengadilan.
Menurut Garayon dan Mohn dalam buku Subandi (2010:55) dikatakan
bahwa pengurus mempunyai fungsi idiil (ideal function) yaitu :
1. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambilan keputusan tertingggi
(Supreme decision center function).
2. Pengurus berfungsi sebagai pemberi nasihat (advisory function).
3. Pengurus berfungsi sebagai pengawas atau sebagai orang yang dapat
dipercaya (trustee function).
4. Pengurus berfungsi sebagai penjaga keseimbangan organisasi
(prepetuating function).
5. Pengurus berfungsi sebagai simbol (symbolic function).
d. Pengawas Koperasi
Berbeda dengan koperasi di Indonesia, koperasi di Amerika Serikat
tidak terdapat pengawas/badan pemeriksa dalam perangkat organisasinya,
karena financial audit dan management audit dilakukan oleh eksternal
auditor, sedangkan pengendalian dan pengawasan sudah termasuk dalam
salah satu fungsi dari pengurus.
Pengawas merupakan salah satu perangkat organisasi koperasi di
Indonesia. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota pada rapat anggota.
Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Pasal 50 disebutkan :
(1) Pengawas bertugas:
(a) Mengusulkan calon Pengurus;
18
(b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada Pengurus;
(c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan Koperasi yang dilakukan oleh Pengurus; dan
(d) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota.
(2) Pengawas berwenang
(a) Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta
pemberhentian Anggota sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Dasar;
(b) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan dari Pengurus dan pihak lain yang terkait;
(c) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha
dan kinerja Koperasi dari Pengurus;
(d) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar; dan
(e) Pengawas dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara
waktu dengan menyebutkan alasannya.
Pengawas dalam koperasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya
wajib menjalankan tugas dengan itikad baik penuh tanggung jawab untuk
kepentingan koperasi. pengawas bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada rapat anggota.
19
2.1.3. Perbedaan Koperasi dan Badan Usaha Lain
Perbedaan antara koperasi dengan badan usaha lainnya, dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1. Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lain
No Komponen Koperasi Badan Usaha Lain
1 Anggota Keanggotaan terbuka untuk
semua pemakai. Modal awal
yang dimasukkan minimal
dan karenanya tidak
merupakan rintangan bagi
keanggotaan. Para anggota
dapat dimasukkan dana
tambahan sesuai dengan
pemanfaatannya terhadap
pelayanan koperasi.
Keanggotaan terbuka untuk para
penanam modal tertentu. Pemilik
yang ada biasanya hanya
menambah jumlah anggotanya
sebanyak penanam modal baru
yang dipandang perlu. Penanam
modal baru diperoleh melalui
penjualan saham yang
ditawarkan dengan harga pasar.
2 Modal Jumlahnya kecil tidak
merupakan halangan bagi
para anggota. Pemasukan
modal sebanding dengan
pemanfaatannya atas
pelayanan koperasi
Penanaman modal diperoleh dari
pembelian saham yang
ditawarkan dengan harga pasar.
Menambah jumlah anggota
modal sesuai yang diperlukan.
3 Pemilik Pemilik adalah pemakai Penanam modal adalah pemilik
4 Pengawasan Pengawasan berada pada
anggota atas dasar yang
sama
Terikat pada penanam modal
sebanding dengan modal yang
ditanamkan dalam perusahaan
itu
5 Kemanfaatan Anggota/pemakai
memperoleh
kemanfaatannya sebanding
dengan pemanfaatannya atas
jasa yang disediakan oleh
koperasi. tingkat bunga
yang dibayarkan untuk
modalnya terbatas.
Penanam modal memperoleh
bagian laba sebagai hasil dari
modal yang ditanamkannya,
sebanding dengan modal yang
ditanamkan oleh tiap-tiap
penanam modal.
Sumber : Hendar Kusnadi, 2005, Ekonomi Koperasi
20
Abrahamson dalam Jochen Ropke (2012:13) mengungkapkan : “Badan
usaha koperasi dimiliki oleh anggota, yang merupakan pemakai jasa (users).
Koperasi berbeda dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya,
pada dasarnya adalah para penanam modalnya (investor)”.
Kesimpulan penting yang ditarik dari definisi ini yaitu:
“Orang-orang membentuk koperasi ialah untuk memenuhi kebutuhannya
akan pelayanan, yang sebagian besar dinyatakan dalam tujuan-tujuannya,
bagaimana koperasi itu diawasi, dibiayai dan dioperasikan serta bagaimana
Sisa Hasil Usaha (SHU) didistribusikan. Tingkat keberhasilan koperasi
dalam mencapai tujuan-tujuannya, menjelaskan alasan keunggulan koperasi
bagi anggota pengguna jasa (member-user) untuk menjadi pelanggannya,
daripada menjadi pemilik perusahaan yang berorientasi pada penanaman
modal”.
Koperasi sebagai badan usaha merupakan organisasi ekonomi yang
berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi untuk memajukan
kesejahteraan anggota. Sumber daya ekonomi terbatas dan dalam
mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota serta
menghadapi persaingan dipasar, maka koperasi harus mampu bekerja efisien
mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah ekonomi. Karena itu,
partisipasi anggota akan sangat menentukan keberhasilan koperasi dalam
membantu mencapai tujuan-tujuan ekonomi anggota, sesuai dengan tugas
koperasi untuk memperkuat dan mengembangkan perekonomian anggota.
2.2. Partisipasi Anggota Koperasi
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-
orang dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut
memberikan kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai
tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi
21
berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan emosional terhadap
koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai
tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi.
Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai
keterlibatan para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan
keputusan, penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap
jalannya usaha koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha,
serta dalam menikmati sisa hasil usaha.
Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas
ganda baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk
partisipasi anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan
kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dan
bentuk kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan,
simpanan, serta ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan,
pembuatan keputusan koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan
terhadap tata kehidupan organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi.
Selanjutnya sebagai pengguna, anggota memanfaatkan berbagai potensi dan
layanan yang disediakan koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota dan
menunjang kegiatan usaha koperasi.
Partisiapasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul
kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab.
Jika sebagian besar anggota koperasi sudah melaksanakan kewajiban dan
melaksanakan hak secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota
22
koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Jika ternyata hanya sedikit
yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi tersebut dikatakan buruk
atau rendah (Anoraga dan Nanik 2003).
Berdasarkan penjelasan diatas, beberapa bentuk partisipasi anggota
koperasi, yaitu :
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota
(kehadiran, keaktifan, dan menyampaikan/mengemukakan
pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi).
2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis
simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,
jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).
3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis
unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap
unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit
usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan
barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara
pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).
4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan
kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan
pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).
Partisipasi anggota dalam penelitian ini diartikan sebagai keikutsertaan
anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi,
baik kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai
23
pengguna/pelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk
pencurahan pendapat dan pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam
pengawasan, kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian
kontirbusi modal keuangan, serta pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh
koperasi. Secara umum, partisipasi anggota koperasi menyangkut partisipasi
terhadap sumberdaya, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan, atau
seringkali dibuat kategori partisipasi kontributif, partisipasi insentif.
2.3. Jenis Partisipasi
Istilah partisipasi mempunyai dimensi banyak, tergantung dari sudut
mana kita memandang. Partisipasi bisa dipandang dari sifatnya, bentuknya,
pelaksanaannya dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dimensi-
dimensi partisipasi dijelaskan sebagai berikut :
1. Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya
Partisipasi dipandang dari sifatnya dapat berupa partisipasi yang
dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Jika tidak
dipaksakan oleh situasi dan kondisi, partisipasi yang dipaksakan (forced)
tidak sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela
serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi
adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat kesukarelaan ini menuntut
kemampuan manajemen koperasi dalam merangsang aktivitas partisipasi
anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif, partisipasi dalam
koperasi tidak akan berjalan.
24
2. Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Partisipasi dipandang dari bentuknya dapat bersifat formal (formal
participation) dan dapat pula bersifat informal (informal participation).
Pada partisipasi yang bersifat formal biasanya telah tercipta suatu
mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan
setiap kegiatan (misalnya serikat pekerja, dewan pengurus). Pada
partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat persetujuan
lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi. Pada
koperasi kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama-
sama. Manajemen koperasi bisa merangsang partisipasi anggota secara
formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan
partisipasi yang diberlakukan.
3. Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya
Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila
setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan,
mengajukan keberatan secara langsung terhadap keinginan orang lain atau
terhadap ucapannya. Seseorang dapat secara langsung menyampaikan ide-
ide, informasi, keinginan, harapan, saran dan lain-lain kepada pihak yang
menjadi pimpinannya tanpa harus melalui dewan perwakilan. Sedangkan
partisipasi tidak langsung terjadi apabila ada waktu yang membawa
aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota. Wakil yang terpilih
25
tersebut akan berbicara atas nama karyawan atau anggota dengan
kelompok yang lebih tinggi tingkatannya (manajer atau pengurus).
Partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat dilaksanakan
secara bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta aturan yang
berlaku. Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan
fasilitas koperasi (membeli atau menjual kepada koperasi), memberikan
saran-saran atau informasi dalam rapat-rapat memberikan kontribusi
modal, memilih pengurus, dan lain-lain. Partisipasi tidak langsung terjadi
apabila jumlah anggota terlampau banyak, anggota tersebar di wilayah
kerja koperasi yang begitu luas, atau koperasi yang terintegrasi, sehingga
diperlukan perwakilan-perwakilan untuk menyampaikan aspirasinya.
4. Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya
Partisipasi dipandang dari segi kepentingannya dapat berupa
partisipasi kontributif (contributive participation) dan partisipasi insentif
(incentive participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat
peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Anggota dalam kedudukannya sebagai pemilik, (1) para anggota
memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan
perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana
pribadi yang diinvestasikan pada koperasi), dan (2) mengambil bagian
dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan
26
terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini disebut
partisipasi kontributif.
Anggota dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai, para
anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh
perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi
semacam ini disebut partisipasi intensif.
Partisipasi kontributif dan partisipasi intensif terdapat hubungan yang
sangat erat, dijelaskan sebagai berikut :
a. Dalam rangka membiayai pertumbuhan koperasi, kontribusi keuangan
baik yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan
sukarela maupun yang berasal dari usaha sendiri para anggota
(partisipasi kontribusi keuangan) sangat diperlukan.
b. Setelah dana yang terkumpul tersebut digunakan oleh perusahaan
koperasi, proses pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan
dan kebijaksanaan serta proses pengawasan jalannya perusahaan
koperasi harus melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik
perusahaan koperasi (partisipasi kontributif anggota dalam
pengambilan keputusan).
c. Tetapi untuk mendukung pertumbuhan koperasi anggota sebagai
pelanggan/pemakai harus memanfaatkan setiap pelayanan yang
diberikan oleh koperasi (partisipasi intensif). Semakin banyak anggota
memanfaatkan pelayanan koperasi, manfaat yang diperoleh anggota
27
tersebut akan semakin banyak, dan bila ini terjadi, kesadaran dalam
pelaksanaan partisipasi kontributif akan semakin meningkat.
Keeratan hubungan antara partisipasi kontributif dengan partisipasi
intensif menyebabkam koperasi harus berusaha meningkatkan pelayanan
yang diberikan sehingga manfaatnya dapat dirasakan anggota. Akibatnya
anggota akan semakin meningkatkan partisipasi intensif dalam pemanfaatan
unit usaha koperasi, sehingga akan timbul kesadaran anggota untuk
berperan aktif dalam kontribusi modal dan pengambilan keputusan yang
menunjang perkembangan koperasi (partisipasi kontributif).
Alfred Hanel dalam Astri Nurmala (2012) memberikan dimensi-
dimensi partisipasi anggota dalam prinsip identitas :
1. Kedudukan sebagai pemilik (Owner), anggota :
a. Memberikan kontribusi pada pembentukan dan pertumbuhan
koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan
modal, pembuatan cadangan dan simpanan).
b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan
keputusan, dan dalam pengawasan terhadap kehidupan
koperasi.
2. Kedudukan sebagai pelanggan (User), anggota memanfaatkan
berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang
kepentingannya.
28
Partisipasi dalam melaksanakan pelayanan yang disediakan koperasi
akan berhasil apabila ada kesesuaian (fit) antara anggota, program dan
manajemen. Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya
kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran (output) program
koperasi. program ini dimaksudkan sebagai kegiatan usaha utama yang
dipilih atau ditentukan oleh manajemen, seperti penyediaan sarana produksi,
pembelian hasil produksi anggota, penjualan barang konsumsi, penyediaan
fasilitas perkreditan, pelayanan jasa.
2.4. Pentingnya Partisipasi
Hendar Kusnadi (2010) menjelaskan bahwa partisipasi anggota
merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha koperasi. Secara harfiah,
partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai
visi dan misi yang sama untuk mengembangkan organisasi maupun usaha
koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota,
artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan
perusahaan koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan
koperasi dalam bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut
menanggung resiko usaha koperasi, sertasecara proaktif ikut serta dalam
berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usahakoperasi.
Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual
identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai
pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan
29
dan membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota
koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang,maupun jasa yang
disediakan oleh koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan
perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik buruknya
perkembangan organisasi maupun usaha koperasi. Semakin kuat
ketergantungan anggota dengan perusahaan koperasi, maka semakin tinggi
dan baik perkembangan organisasi dan usaha koperasi, sehingga koperasi
merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi semakin sehat
berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara penuh.
Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung
maupun tidak langsung bagi anggota, da anggota mendukung, berinteraksi,
dan proaktif bagi perkembangan usaha koperasi.
Partisipasi anggota dengan perusahaan koperasi seringkali juga terjadi
konflik atau biasanya terjadi ketimpangan karena perbedaan kepentingan atau
adanya konflik kepentingan antara anggota dengan koperasi. Perbedaan
kepentingan ini dilatarbelakangi juga oleh homogenitas kepentingan anggota
dengan perusahaan koperasi akan semakin harmonis hubungan keorganisasi
maupun keusahaan koperasi, sehingga partisipasi anggota juga semakin
tinggi. Beberapa kepentingan yang berkait dengan hal ini menyangkut tingkat
pelayanan, kepentingan organisasi, serta penentuan dan pembagian sisa hasil
usaha. Koperasi sebagai perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan
anggota dengan berbagai variasinya maupun keterpencaran jarak anggota
dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota.
30
Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-
anggotanya, mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan
dari organisasi perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan
efisien memberikan layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh
anggota, disamping juga mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan
kebutuhan atau kepentingan dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota
berhubungan lurus dengan perubahan waktu peradaban, dan perkembangan
zaman, sehingga hal ini menentukan pula pola kebutuhan angota dalam
konsumsi, produksi, maupun distribusi. Kondisi ini memposisikan koperasi
harus mampu memberikan pelayanan prima yang disesuaikan dengan
kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi member pelyanan kepada
anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih primadibanding
dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat
partisipasi penuh dari anggota. Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota
yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia
dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi.
2.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Anggota Koperasi
Faktor-faktor yang dianggap mempunyai hubungan dengan partisipasi
anggota dalam pengembangan koperasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yaitu motivasi menjadi anggota, persepsi anggota terhadap
pelayanan koperasi, dan persepsi anggota terhadap manfaat koperasi,
penjelasannya sebagai berikut :
31
2.5.1. Motivasi Menjadi Anggota Koperasi di Primkopkar “Manunggal”
Salatiga.
Motivasi akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak, sebelum
seseorang bertindak atau bertingkah laku tentu ada motif-motif tertentu yang
mendorongnya, dan yang mempercepat keluarnya tindakan orang tersebut,
motif itu adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Menurut Moh.
As’ad dalam Rinto (2003:37) Motif merupakan driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan didalam perbuatannya
itu mempunyai tujuan. Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur
pokok yaitu dorongan dan tujuan.
Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya, motif dengan
kekuatan yang sangat besarlah yang menentukan perilaku seseorang.
Menurut Harold Koontz dalam Rinto (2003:37) motivasi adalah suatu
tindakan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau
menggerakkan dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan.
Setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Abraham Maslow (1984) mengatakan bahwa setiap individu akan
bertingkah laku karena didasari adanya tujuan yang hendak dicapai. Alasan
yang mendorong tujuan tersebut meliputi :
Internal : Masuk menjadi anggota koperasi karena merasa sadar (butuh)
bahwa salah satu faktor utama berkembangnya koperasi
tergantung dari anggotanya.
32
Eksternal : Masuk menjadi anggota koperasi karena merasakan adanya
manfaat yang akan diperoleh jika menjadi anggota koperasi.
Ranupandojo dan Husnan (1984) membagi motivasi secara garis
besarnya menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Motivasi positif
Motivasi positif adalah proses untuk mempengaruhi orang lain
agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara
memberikan kemungkinan untuk mendapatkan “hadiah”.
b. Motivasi negatif
Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang
agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, tetapi teknik dasar
yang digunakan adalah lewat kekuatan-kekuatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila dihubungkan dengan
partisipasi anggota koperasi dalam pengembangan Primkopkar
“Manunggal” Salatiga, berarti setiap anggota bertingkah laku karena
didasari adanya tujuan yang hendak dicapai. Tingkah laku yang positif akan
mendorong keinginan anggota untuk berpartisipasi aktif dalam mencapai
tujuan, oleh karena itu motivasi diangkat sebagai faktor yang mempunyai
hubungan positif dengan partisipasi anggota dalam pengembangan
Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Artinya semakin tinggi motivasi
menjadi anggota di Primkopkar “Manunggal”, maka semakin tinggi pula
partisipasi anggota dalam mengembangkan kehidupan koperasi Primkopkar
“Manunggal” Salatiga.
33
2.3.2. Persepsi Anggota Terhadap Pelayanan di Primkopkar “Manunggal”
Salatiga
Persepsi dimunculkan sebagai faktor yang mempengaruhi partisipasi
anggota dalam Primkopkar “Manunggal” selaku pemilik dan pengguna yang
bertanggung jawab dalam mengembangkan koperasi. Terbentuknya persepsi
bermula dari stimuli, yang datang dari luar dan berusaha untuk memasuki
perhatian seseorang. Kemudian stimuli tersebut disaring (diseleksi) melalui
persepsi. Stimuli yang menarik perhatian akan ditanggapi kemudian
diproses atau disusun dalam pikiran dan ditafsirkan. Pengetahuan dan
pengalaman seseorang mempengaruhi proses penafsiran, karena akan ikut
memberi bentuk terhadap obyek yang dilihat, didengar, ataupun yang
dirasakan. Akhirnya orang tersebut akan memperoleh suatu gambaran yang
lengkap dan makna tersendiri dari obyek tersebut sesuai dengan
persepsinya, maka lahirlah ide atau konsep tentang obyek tersebut.
Menurut Tjahya Supriyatna dalam Rinto (2003:40), persepsi
(pengamatan) adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap
rangsangan yang datang dari lingkungan. Sedangkan menurut Robinns
dalam Naning (2004:43) persepsi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi.
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang
didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
34
Stan Rossen dalam Naning (2004:43) mengemukakan bahwa persepsi
timbul karena adanya 2 (dua) faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu temasuk
didalamnya sistim nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil
yang dicapai. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan. Kedua faktor
ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal
dengan komunikasi. Koperasi sebagai organisasi tidak dapat berfungsi
secara efektif apabila tidak terdapat keterampilan komunikasi dikalangan
anggotanya. Komunikasi diartikan sebagai proses dua arah yang
menghasilkan transmisi informasi dan pengertian ataupun salah pengertian
antara masing-masing individu.
Hendar Kusnadi (2010) mendefinisikan pelayanan adalah segala
bentuk kegiatan yang mempunyai nilai yang dilakukan oleh pengusaha
untuk memuaskan konsumen. Pelayanan muncul karena fakta menunjukkan
bahwa anggota disamping sebagai pemilik juga sebagai pelanggan utama
koperasi. bentuk hubungan pelayanan koperasi terhadap anggota dapat
dilakukan melalui bisnis antara usaha anggota dengan badan usaha koperasi.
Hubungan bisnis ini dapat dikaji secara mikro, dimana anggota dapat
berfungsi sebagai produsen (penjual) tetapi juga berfungsi sebagai
konsumen (pemakai), demikian juga dengan koperasi dapat berfungsi
sebagai produsen (penjual) tetapi dapat juga berfungsi sebagai konsumen
maupun pedagang.
35
Menurut Thoby Muthis (2001) kebutuhan sebagian besar anggota
koperasi adalah :
a. Kebutuhan memperoleh pelayanan, baik barang atau jasa secara
cepat, tepat dan murah.
b. Memperoleh harga yang layak bagi barang yang dijual/beli.
c. Memperoleh perlindungan dari persaingan yang tidak sehat.
d. Persatuan potensi, usaha bersama.
e. Kebutuhan memperoleh bagian pekerjaan, menurut minat,
kesenangan secara adil dan bebas.
f. Menikmati jerih payah secara bersama-sama (SHU).
Ada 2 (dua) faktor yang mengharuskan koperasi meningkatkan
pelayanan kepada anggotanya. Pertama adalah adanya tekanan persaingan
dari organisasi lain yaitu organisasi non koperasi. Kedua adalah perubahan
kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.
Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam
mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh koperasi. Tingkat
partisipasi anggota koperasi akan meningkat, apabila koperasi mampu
memberikan pelayanan yangs esuai dengan kebutuhan anggota.
Meningkatkan pelayanan, koperasi memerlukan informasi yang datang
teruatama dari anggota.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka variabel persepsi diangkat
sebagai faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota dalam
pengembangan koperasi Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Terdapat
36
hubungan yang positif antara persepsi anggota terhadap pelayanan di
Primkopkar “Manunggal” terhadap partisipasi anggota dalam Primkopkar
“Manunggal” Salatiga. Artinya semakin tinggi persepsi anggota terhadap
pelayanan di Primkopkar “Manunggal” maka semakin tinggi pula
partisipasi anggota dalam pengembangan Primkopkar “Manunggal”
Salatiga.
2.3.3. Persepsi Anggota Terhadap Manfaat di Primkopkar “Manunggal”
Salatiga.
Seseorang menjadi anggota koperasi pastinya mengharapkan
mendapatkan manfaat atau keuntungan yang memuaskan bagi dirinya.
Manfaat diartikan sebagai nilai subyektif dari suatu alternatif yang terbuka
bagi seseorang. Nilai atau “value” dalam hal ini menunjukkan kapasitas
potensial dari suatu obyek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia.
Kebutuhan ini dapat dipandang dari sudut ekonomi dan non ekonomi.
Wujud nyata dari kebutuhan ini digambarkan oleh Maslow dalam Five
Hirearchi of Need yaitu dalam Asmadi, 2008:19 :
Bagan 2.1. Five Hirearchi of Need Maslow
Self
actualitation
Esteem/recognition
Social affiliation
Security
Physiological
37
a. Kebutuhan fisiologis (physiological)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi
syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara
homoestatis tubuh. Kebutuhan primer seorang individu meliputi
makanan, pakaian, tempat tinggal, udara, air, dll.
b. Kebutuhan keamanan (security)
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologi dan
hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu
yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa
nyata atau hanya imajinasi misalnya penyakit nyeri, cemas dan
sebagainya.
c. Kebutuhan sosial/kebutuhan cinta kasih (social affiliation)
Kebutuhan cinta kasih adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan
emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan saat
seseorang berkeinginan menjalin hubungan yang efektif atau hubungan
emosional dengan orang lain.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem/recognition)
Kebutuhan ini berhubungan dengan keinginan untuk penghargaan
terhadap diri sendiri merujuk pada pengakuan dan penghormatan dari diri
sedniri dan orang lain.
e. Aktualisasi diri (self actualitation)
Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling
tinggi menurut Maslow dan Kalish. Aktualisasi diri adalah kemampuan
38
seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri serta bebas dari
tekanan luar. Aktualisasi diri merupakan hasil kematangan diri.
Koperasi jika dapat memberikan manfaat intern (internal benefit)
yang lebih tinggi kepada anggotanya daripada organisasi lain, berarti
koperasi mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam memuaskna
keinginan orang tersebut. Konsep ini mengansumsikan bahwa anggota
secara individu di motivasi oleh self interested, artinya kepentingan diri
sendiri yang diutamakan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka variabel persepsi anggota
terhadap manfaat di Primkopkar “Manunggal” diangkat sebagai faktor yang
berhubungan positif dengan partisipasi anggota dalam Primkopkar
“Manunggal” Salatiga. Artinya, semakin tinggi persepsi anggota terhadap
manfaat koperasi, maka semakin tinggi pula partisipasi anggota dalam
pengembangan kehidupan koperasi tersebut.
2.6. Kerangka Pemikiran
Koperasi sebagai bentuk organisasi memiliki seperangkat nilai yang
dirumuskan dalam sejumlah prinsip-prinsip koperasi, sehingga koperasi
menampilkan karakteristik khusus. Partisipasi anggota sebagai bentuk
karakteristik khusus koperasi harus terwujud dalam tindakan nyata sehari-
hari, misalnya bertransaksi dengan koperasi dan memasyarakatkan koperasi
kepada lingkungan.
39
Partisipasi menjadi salah satu faktor sangat penting dalam mengukur
keberhasilan koperasi. Koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan
asset koperasi melalui cara penetapan strategi yang tepat dalam persaingan,
akan tetapi dituntut secara normatif untuk mengembangkan potensi yang
tersedia pada anggota dalam proses akumulasi asset perusahaan.
Partisipasi anggota diukur dari kesediaan anggota untuk memikul
kewajiban dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab,
jika sebagian besar anggota koperasi sudah melaksanakan hak dan kewajiban
secara bertanggung jawab maka partisipasi anggota koperasi yang dimaksud
dikatakan baik atau tinggi. Sebaliknya, apabila sebagian besar anggota
koperasi tidak melaksanakan hak dan kewajiban secara bertanggung jawab
maka partisipasi anggota dikatakan buruk atau rendah.
Alfred Hanel dalam Rani (2011:28), memberikan dimensi-dimensi
partisipasi anggota dalam prinsip identitas :
1. Kedudukannya sebagai pemilik, para anggota :
(a) Memberikan kontribusi pada pembentukan dan
pertumbuhan koperasinya dalam bentuk kontribusi
keuangan (penyertaan modal, pembuatan cadangan,
simpanan).
(b) Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan
keputusan, dan dalam pengawasan terhadap kehidupan
koperasi.
40
2. Kedudukannya sebagai pelanggan atau pemakai, para anggota
memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan koperasi dalam
menunjang kepentingannya.
Hasil penelitian Entri Sulistari dalam Rinto (2003:5) menyebutkan bahwa
variabel-variabel yang berhubungan dengan partisipasi anggota dalam
pengembangan koperasi adalah motivasi menjadi anggota, persepsi terhadap
pelayanan koperasi, persepsi terhadap manfaat koperasi, dan pengalaman
menjadi anggota koperasi.
Anggota pastinya akan membandingkan besarnya manfaat yang
diperoleh dari koperasi saat memutuskan untuk menjadi anggota. Apabila
manfaat yang diperoleh lebih kecil daripada partisipasi yang diberikan, maka
akan cenderung mengurangi transaksi usaha dengan koperasi bahkan menjadi
anggota pasif. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas koperasi untuk
menghasilkan manfaat dalam rangka menunjang kesejahteraan anggotanya
dalam bentuk manfaat ekonom, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulannya adalah partisipasi anggota menjadi pilar keberhasilan
koperasi, sehingga perlu diketahui tingkat partisipasi anggota di Primkopkar
“Manunggal” Salatiga. Anggota akan berpartisipasi aktif dalam koperasi
apabila keuntungan atau manfaat yang dihasilkan koperasi bagi seorang
anggota adalah lebih besar daripada manfaat yang dapat dicapai oleh
individu, apabila tetap bertahan dalam koperasi tersebut bahkan menarik
anggota baru. Anggota akan merasa sejahtera apabila pelayanan yang
diberikan oleh koperasi baik dan nyaman, sehingga anggota semakin
41
termotivasi untuk berpartisipasi aktif baik sebagai pengguna koperasi maupun
sebagai pegawai di koperasi. Sebagaimana menurut Jochen Ropke (2012:32),
menyatakan bahwa :
“Jika manfaat (utility) atau keunggulan yang diberikan oleh koperasi bagi
seseorang lebih tinggi dari utility yang dapat diperoleh/dicapai olehnya pada saat ia
tidak menjadi anggota koperasi, maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota
koperasi dan melakukan usaha dengan koperasinya atau dengan kata lain, koperasi
dapat menarik anggotanya”.
Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan bagaimana tingkat partisispasi
anggota di Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Partisipasi anggota di
Primkopkar “Manunggal” Salatiga, secara intern variabel yang diidentifikasi
yang mempunyai hubungan dengan partisipasi anggota ialah motivasi
menjadi anggota, persepsi anggota terhadap pelayanan, dan persepsi anggota
terhadap manfaat.
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Variabel independen diberi notasi X
dan variabel dependen diberi notasi Y. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah motivasi menjadi anggota (X1), persepsi anggota terhadap
pelayanan (X2) dan persepsi anggota terhadap manfaat (X3) sebagai variabel
dependen adalah partisipasi anggota (Y) . adapun model korelasi nya adalah
sebagai berikut :
42
Bagan 2.2
Kerangka Dasar Penelitian
Partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah kesediaan anggota koperasi
untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara
bertanggung jawab dalam organisasi/usaha koperasi. Kewajiban anggota dalam
koperasi adalah keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang
diselenggarakan oleh koperasi, diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat
dan pikiran dalam pengambilan keputusan, pengawasan, kehadiran dan keaktifan
dalam rapat anggota, pemberian kontribusi modal keuangan, serta pemanfaatan
pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Hak anggota dalam koperasi adalah
menetapkan kebijakan, arah dan langkah usaha, mengawasi usaha koperasi,
memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi serta
menikmati sisa hasil usaha koperasi. Partisipasi anggota yang dimaksud disini
adalah keterlibatan anggota secara aktif dalam koperasi di Primkopkar
“Manunggal” Salatiga.
Partisipasi anggota
(Y)
Persepsi terhadap
pelayanan (X2)
Persepsi terhadap
manfaat (X3)
Motivasi menjadi
anggota (X1)
43
Pengukuran variabel partisipasi anggota menggunakan skala pengukuran
ordinal dengan 3 tingkatan yaitu :
Tinggi =
x 100% = 100 %
Sedang =
x 100 % = 66,6 %
Rendah =
x 100% = 33,3 %
Tinggi Jika keterlibatan anggota > 66,6 %
Sedang Jika keterlibatan anggota = 66,6 %
Rendah Jika keterlibatan anggota < 66,6 %
Motivasi menjadi anggota koperasi dalam penelitian ini kehendak
individu untuk bergabung dalam koperasi yang didasari dengan adanya
minat kesenangan untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan
untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, serta kegiatan yang
menarik dalam organisasi koperasi.
Variabel ini diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dengan 3
tingkatan yaitu :
Tinggi Jika menjadi anggota koperasi karena kesadaran
individu dan keyakinan bahwa koperasi dapat
memperbaiki taraf hidup yang lebih baik, skor 3.
Sedang Jika menjadi anggota koperasi karena adanya
pengaruh dari orang lain, skor 2.
44
Rendah Jika menjadi anggota koperasi karena terpaksa atau
ikut-ikutan, skor 1.
Kualitas pelayanan merupakan kesenjangan antara harapan atau
keinginan anggota dengan persepsi anggota atas pelayanan yang diberikan
dari koperasi Primkopkar “Manunggal” Salatiga, yang sesuai dengan lima
dimensi kualitas layanan yaitu, dimensi tangible, reliability, responsiveness,
assurance dan empathy.
a. Dimensi Tangible
Dimensi Tangible merupakan bukti langsung yang nyata, dapat
dilihat dan dirasakan secara langsung oleh konsumen dari segi fisik dan
penampilan yang ada di Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Hal ini
meliputi: penampilan dan fasilitas koperasi secara fisik, kenyamanan
tempat, perlengkapan kebutuhan konsumen, dan penampilan karyawan.
b. Dimensi Reliability
Dimensi Reliability merupakan dimensi keandalan. Yaitu
keandalan dari Primkopkar “Manunggal” Salatiga dalam memberikan
pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen. Hal ini meliputi:
ketepatan waktu dan ketepatan dalam memberikan pelayanan yang
sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen.
c. Dimensi Responsiveness
Dimensi Responsiveness merupakan kesediaan atau kemampuan
karyawan Primkopkar “Manunggal” Salatiga untuk membantu
konsumen dan menyediakan pelayanan yang baik, cepat dan tepat.
45
Dimensi ini meliputi, kesigapan karyawan dalam melayani konsumen,
kecepatan karyawan dalam penanganan keluhan konsumen, dan
kemauan untuk membantu konsumen.
d. Dimensi Assurance
Dimensi Assurance atau jaminan berkaitan dengan kemampuan
koperasi dan perilaku karyawannya dalam menanamkan rasa aman,
percaya diri dan keyakinan konsumen terhadap Primkopkar
“Manunggal” Salatiga. Sehingga konsumen akan merasa lebih aman,
nyaman dan yakin dengan layanan yang diberikan.
e. Dimensi Emphaty
Dimensi Emphaty yaitu perlakuan karyawan Primkopkar
“Manunggal” Salatiga kepada konsumen dalam rangka memelihara
hubungan baik dengan konsumen. Dimensi ini meliputi: keramahan,
kesopanan dan perhatian terhadap konsumen, komunikasi yang baik
antara karyawan dengan konsumen tanpa membedakan antara
konsumen yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan kriteria tersebut maka tingkat kepuasan terhadap
kualitas pelayanan Primkopkar “Manunggal” diklasifikasikan sebagai
berikut :
Memuaskan : Jika semua kriteria dimensi terpenuhi.
Cukup memuaskan : Jika 2-3 kriteria dimensi terpenuhi.
Kurang memuaskan : Jika hanya 1 kriteria dimensi terpenuhi.
46
Persepsi anggota terhadap pelayanan Primkopkar “Manunggal”
dapat diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dengan 3 tingkatan
yaitu :
Baik Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga didalam memberikan
pelayanan sangat memuaskan, skor 3.
Cukup Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga didalam memberikan
pelayanan cukup memuaskan, skor 2.
Buruk Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga didalam memberikan
pelayanan kurang memuaskan, skor 1.
Anggota koperasi mengharapkan mendapatkan manfaat atau
keuntungan untuk memuaskan kebutuhan ekonomis maupun non-ekonomis
manusia. Sudut ekonomis, kebutuhan yang harus segera dipenuhi adalah
kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, tempat tinggal dan lainnya.
Sedangkan sudut non-ekonomis terutama adalah cinta kasih, penghargaan,
keamanan dan aktualisasi diri. Setiap orang menjadi anggota koperasi
didasari oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat diraih dari koperasi
tersebut, dalam upaya mencapai kesejahteraan dalam memperbaiki
kehidupan.
Persepsi anggota terhadap manfaat Primkopkar “Manunggal” dapat
diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dengan 3 tingkatan yaitu :
47
Baik Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga sangat memberikan manfaat bagi
kehidupannya, skor 3.
Cukup Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga cukup memberikan manfaat bagi
kehidupannya, skor 2.
Buruk Jika anggota berpendapat bahwa Primkopkar
“Manunggal” Salatiga kurang memberikan manfaat
bagi kehidupannya, skor 1.
Tabel 2.2. Skala Pengukuran Variabel Penelitian
No Variabel Notasi Skala pengukuran
Nominal Ordinal Interval Rasio
1 Partisipasi anggota Y √
2 Motivasi menjadi
anggota
X1 √
3 Persepsi anggota
terhadap pelayanan
X2 √
4 Persepsi anggota
terhadap manfaat
X3 √
2.7. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. (Sugiyono, 2011:64). Menurut Sudjana (1992:219) dalam
48
Riduwan (2011:37), hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal
yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Kerja I
Partisipasi anggota Primkopkar “Manunggal” Salatiga
adalah rendah. Partisipasi anggota dikatakan rendah apabila tingkat
keterlibatan anggota dalam rangkaian program kegiatan yang
dilakukan oleh Primkopkar “Manunggal” Salatiga kurang dari 0,66
Hipotesis statistiknya adalah :
H0 : p ≥ 0,67
H1 : p < 0,67
2. Hipotesis Kerja II
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi menjadi anggota Primkopkar “Manunggal” dengan
partisipasi anggota dalam Primkopkar “Manunggal”. Artinya
semakin tinggi motivasi menjadi anggota Primkopkar
“Manunggal” maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggota
Primkopkar “Manunggal”.
Hipotesis statistiknya adalah :
H0 : ρX1Y = 0
H1 : ρX1Y > 0
49
3. Hipotesis Kerja III
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
persepsi anggota terhadap pelayanan di Primkopkar “Manunggal”
dengan partisipasi anggota dalam Primkopkar “Manunggal”.
Artinya semakin tinggi persepsi anggota terhadap pelayanan di
Primkopkar “Manunggal” maka semakin tinggi pula tingkat
partisipasi anggota Primkopkar “Manunggal”.
Hipotesis statistiknya adalah :
H0 : ρX2Y = 0
H1 : ρX2Y > 0
4. Hipotesis Kerja IV
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
persepsi anggota terhadap manfaat Primkopkar “Manunggal”
dengan partisipasi anggota dalam Primkopkar “Manunggal”.
Artinya semakin tinggi persepsi anggota terhadap manfaat
Primkopkar “Manunggal” maka semakin tinggi pula tingkat
partisipasi anggota Primkopkar “Manunggal”.
Hipotesis statistiknya adalah :
H0 : ρX3Y = 0
H1 : ρX3Y > 0